Anda di halaman 1dari 43

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kolostrum

1. Pengertian

Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar

payudara (Soetjiningsih, 1997). Kolostrum adalah ASI stadium I dari hari

pertama sampai hari keempat. Setelah persalinan komposisi kolostrum

mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan yang

disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup (Purwanti,

1997).

Kolostrum adalah cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi

dan berprotein tinggi yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat

atau ketujuh setelah melahirkan. (Utami Roesli, 2008)

Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara

setelah malahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan

komposisinya dengan ASI matang, atau cairan tahap pertama ASI yang

dihasilkan selama masa kehamilan dan berakhir setelah kelahiran bayi (2-4

hari), berwana kuning keemasan atau krem, dengan volume 150 – 300 ml

/hari, serta lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap berikutnya.

(Proverawati, 2009).

Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarnya

kekuning- kuningan, lebih kuning dibandingkan dari ASI matur, bentukna

agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel

(Ambarwati, 2010).

8
9

Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zatanti

infeksi dan berprotein tinggi yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-

4/ke-7. Pada hari pertama dan kedua, beberapa ibu mengatakan bahwa

ASInya belum keluar. Sebenarnya, meski ASI yang keluar pada hari

tersebut sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada

dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari

(Roesli, 2009).

2. Manfaat Kolostrum

Menurut Roesli (2009) kolostrum penting bagi bayi karena

mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh.

a. Kolostrum “Cairan emas” yang encer dan seringkali berwarna kuning

atau jernih ini lebih menyerupai darah daripada susu, mengandung sel-

sel hidup yang menyerupai sel darah putih untuk membunuh kuman

penyakit. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.

b. Merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan

mekonium sehingga mukosa usus bayi baru lahir segera bersih dan

siap menerima ASI pada minggu ke-1 sering defekasi dan feses warna

hitam.

c. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi daripada ASI

yang matang. Komposisi ini menguntungkan bayi baru lahir karena

dengan mendapatkan sedikit kolostrum sudah mendapatkan protein

yang cukup banyak yang memenuhi kebutuhan bayi pada minggu

pertama. Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak

dibandingkan dengan ASI matur.


10

d. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari

berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu 6 bulan.

e. Laktoferin adalah protein yang dapat mengikat zat besi, mirip dengan

transferin dalam serum. Laktoferin bersifat bakteriostatik terhadap

berbagai bakteri gram positif, bakteri gram negatif baik aerob maupun

anaerob, dan jamur, kecuali Helicobakcter pylori dan spesies

Neisseria, Treponema, dan Shigella yang membantu membawa zat

besi untuk bayi.

f. Kolostrum membantu pengeluaran mekonium (feses yang dikeluarkan

bayi pada hari-hari pertama yang berwarna hijau kehitaman) sehingga

membantu mencegah kuning pada bayi.

g. Kandungan hidrat arang dalam kolostrum lebih rendah dibandingkan

ASI matur. Ini disebabkan oleh aktivitas abyi pada tiga hari pertama

masih sedikit dan tidak terlalu banyak memerlukan kalori. Total kalori

dalam kolostrum hanya 58kal/100ml lolostrum (dalam bentuk cairan,

pada hari pertama bayi memerlukan 20 – 30 cc ).

h. Mineral terutama natrium, kalium, dan klorida dalam kolostrum lebih

timggi dibandingkan susu matur. Pada susu formula kandungan

mineralnya lebih tinggi, misalnya fosfor. Hal ini dapat menyebabkan

timbunan fosfor yang berlebihan dan memudahkan terjadinya

rangsangan kejang.

i. Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolestrol dan lisotin

ehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolestrol. Kolestrol ini

dalam tubuh bayi membangun enzim yang mencerna kolestrol.


11

j. Kandungan asam linoleat ASI enam kali lipat dari susu formula. Asam

linoleat sebagai faktor utama pembentukan sel saraf otak. Oleh karena

itu ASI harus diberikan dengan tepat dan benar agar dapat mencapai

perkembangan yang optimal.

Maka dari itu kolostrum memiliki fungsi yang sangat vital dalam

hari pertama kehidupan bayi. Meskipun ibu tidak dapat menyusui bayi

dalam jangka waktu lama, sebisa mungkin kolostrum ini harus diberikan

kepada bayi.

3. Kandungan Gizi Kolostrum

Kolostrum mengandung konsentrasi yaitu karbohidrat, protein, dan

zat kekebalan tubuh. At kekebalan yang antara lain adalah IgA dan sel

darah putoh. Kolostrum amat rendah lemak, karena bayi baru lahir

memang tidak mudah mencerna lemak.

1 sendok teh kolostrum memiliki nilai gizi sesuai dengan kurang

lebih 30 cc susu formula. Usus bayi dpat menyerap 1 sendok teh kolostrum

tanpa ada yang terbuang, sedangkan untuk 30 cc susu formula yang

dihisapnya, hanya 1 sendok teh sajalah yang dapat diserap ususnya.

Hari pertama mungkin hanya diperoleh 30 cc. Namun dalam setiap

tetesnya dapat berjuta-juta satuan zat antibodi. SigA adalah antibodi yang

hanya terdapat dalam kolostrum, pada hari pertama adalah 800g/100 cc.

Selanjutnya mulai berkurang menjadi 600g/100 cc pada hari kedua.

400g/100 cc pada hari ketiga dan 200g/100 cc pada hari keempat.

Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi

daropada ASI yang sebenarnya, khususnya tinggi dalam tingkat


12

immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih

rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga dapat mencegah

alergi makanan.

Kolostrum penuh dengan zat antibody (zat pertahanan tubuh untuk

melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh) dan immunoglobulin(zat

kekebalan tubuh untuk melawan infeksi penyakit). Kolostrum

mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang

(mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari

penyakit diare.

Kandungan dari kolostrum antara lain:

1. Protein : 8,5%

2. Lemak : 2,5%

3. Karbohidarat : 3,5%

4. Garam dan Mineral : 0,4%

5. Air : 85,1%

6. Vitamin A,B,C,D,E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit.

7. Leukosit (sel darah putih)

8. Sisa epitel yang mati.

Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya kandungan zat-zat

dan vitamin yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume

kolostrum yang meningkat dan ditambah dengan adanya isapan bayi baru

lahir secara terus menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah

lahir ditempelkan ke payudara ibu, agar bayi dapat sesering mungkin

menyusui. Kandungan kolostrum inilah yang tidakdiketahui ibu sehingga


13

banyak ibu dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum kepada

bayi baru lahir karena pengetahuan tentang kandungan kolostrum itu tidak

ada.

4. Pembentukan Kolostrum

Tubuh ibu mulai memproduksi kolostrum pada saat usia kehamilan

tiga sampai empat bulan. Tapi umumnya para ibu tidak memproduksinya

kecuali saat ASI ini bocor sedikit menjelang akhir kehamilan. Pada tiga

sampai empat bulan kehamilan, prolaktin dari adenohipofise

(hipofiseanterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan

kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh

estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya

aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.

Sedangkan pada trimester kedua kehamilan, laktogen plasenta

mulai merangsang pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan

hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemonstrasikan

kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur empat

bulan dimana bayinya meninggal tetap keluar kolostrum. Banyak wanita

usia reproduktif ketika ia melahirkan seorang anak tidak mengerti dan

memahami bagaimana pembentukan kolostrum yang sebenarnya sehingga

dari ketidaktahuan ibu tentang pembentukan kolostrum ia akhirnya

terpengaruh untuk tidak segeramemberikan kolostrum pada bayinya.


14

5. Waktu Pemberian Kolostrum

Kolostrum bisa diberikan pada bayi segera setelah bayi lahir yaitu

mulai pada hari pertama hingga maksimal hari keempat atau ketujuh.

Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara kolostrum,

ASI transisi dan ASI matur.

Tabel. 1 Kandungan Kolostrum, ASI transisi dan ASI matur

Kandungan Kolostrum ASI Transisi ASI Matur


Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6.5 6,7 7,0
Lemak (gr.100 ml) 2.9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglubin :
IgA (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
IgG (mg/100 ml) 5.9 - 2,9
IgM (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2 - 16,4 - 23,4 – 27,5
Laktoferin 420 - 520 - 250 – 270
Sumber : ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui (Anton Baskoro 2008)

Tabel. 2 Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk setiap 100 ml

Komposisi Kolostrum, ASI,


dan Susu Sapi untuk setiap
Kolostrum ASI Susu Sapi
100 ml
Zat-zat Gizi
Energi (K Cal) 58 70 65
Protein (g) 2,3 0,9 3,4
- Kasein/whey 140 1 : 1,5 1 : 1,2
- Kasein (mg) 218 187 -
- Laktami Bumil (mg) 330 161 -
- Laktoferin (mg) 364 167 -
15

- IgA (mg) 5,3 142 -


2,9 7,3 4,8
Laktosa (g) 151 4,2 3,9
Lemak (g) 1,9 75 41
Vitamin 30 14 43
- Vit A (mg) 75 40 145
- Vit B1 (mg) - 160 82
- Vit B2 (mg) 183 12 – 15 64
- Asam Nikotinmik 0,06 246 340
(mg) 0,05 0,6 2,8
- Vit B6 (mg) 0,05 0,1 1,3
- Asam Pantotenik 5,9 0,1 0.6
- Biotin - 5 1,1
- Asam Folat 1,5 0,04 0,02
- Vit B12 - 0,25 0,07
- Vit C 39 1,5 6
- Vit D (mg) 85 35 130
- Vit Z 40 40 108
- Vit K (mg) 70 40 14
Mineral 4 100 70
- Kalsium (mg) 14 4 12
- Klorin (mg) 74 15 120
- Tembaga (mg) 48 57 145
- Zat Besi 22 15 58
(ferrum)(mg) 14 30
- Magnesium (mg)
- Fosfor (mg)
- Potassium (mg)
- Sodium (mg)
- Sulfur (mg)
Sumber : ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui (Anton Baskoro 2008)
16

6. Faktor Imunitas Tubuh dan Faktor Pertumbuhan

Menurut Wikipedia (2009) Kolostrum mensuplai berbagai faktor

kekebalan (faktor imun) dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan

dengan kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna untuk menjamin

kelangsungan hidup, pertumbuhan dan kesehatan bagi bayi yang baru

lahir.

a. Faktor Imunitas

Adanya berbagai penyakit degeneratif (keturunan) dan infeksi

yang menyerang manusia adalah disebabkan oleh lemahnya sistem

imunitas tubuh. Penelitian secara medis menunjukkan bahwa

kolostrum :

1) Mempunyai faktor imunitas yang kuat (Immunoglobulin,

Lactoferin, Lactalbumin, Glycoprotein, Cytokines, dll) yang

membantu melawan virus, bakteri, jamur, alergi dan toksin.

2) Membantu mengatasi berbagai masalah usus, auto imunitas,

arthritis, alergi HIV.

3) Membantu menyeimbangkan kadar gula dalam darah dan sangat

bermanfaat bagi penderita diabetes.

4) Mengandung Immunoglobulin yang telah terbukti dapat berfungsi

sebagai anti virus, anti bakteri, anti jamur dan anti toksin.

b. Faktor Pertumbuhan

Kolostrum mengandung faktor pertumbuhan alami yang

berfungsi untuk meningkatkan sistem metabolisme tubuh,


17

memperbaiki sistem DNA (Dioksiribonukleat) dan RNA

(Ribonukleat) tubuh.

1) Merangsang hormon pertumbuhan Human Growth Hormone

(HGH)

2) Membantu menghaluskan kulit dan menyehatkan kulit.

3) Menghindari Osteoporosis.

4) Memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan jaringan tubuh.

5) Kolostrum mengandung mineral, anti oksidan, enzim, asam amino

dan vitamin A, B12 dan E

7. Stadium ASI

a. Stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang

pertama dikeluarkan/disekresi oleh kelenjar payudara pada 4 hari

pertama setelah persalinan. Komposisi ASI setelah persalinan

mengalami perubahan. Jumlah energi dalam kolostrum hanya 56

kal/100 ml kolostrum dan pada hari pertama memerlukan 20-30 cc.

b. Stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke-5

sampai hari ke-10. Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi

komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang

semakin tinggi, hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena

aktifitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi

dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.

c. Stadium III adalah ASI matur, yaitu ASI yang disekresi pada hari ke-

10 sampai seterusnya (Irawati, 2010).


18

8. Refleks yang Mempengaruhi Produksi dan Pengeluaran ASI

Menurut Sitorus (2008) ada dua macam refleks yang

mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI, yaitu :

a. Refleks Produksi ASI

Adanya hisapan dari bayi terhadap puting ibu, merasa

merangsang reseptor-reseptor syaraf pada puting susu dan areola yang

diteruskan oleh hipotalamus. Hipotalamusakan merangsang glandula

pituitaria bagian depan sehingga dihasilkan hormon prolaktin. Hormon

ini berfungsi merangsang alveoli pada kelenjar susu untuk

memproduksi air susu.

b. Refleks Pengeluaran susu

Refleks ini terjadi akibat adanya hormon oksitosin yang

diproduksi oleh glandula pituitaria bagian belakang. Hormon ini juga

dihasilkan karena adanya hisapan bayi pada puting susu dan areola.

9. Penghambat Pengeluaran kolostrum

Menurut Roesli (2009) yang dapat menghambat

pengeluaranASI/kolostrum yaitu :

a. Ibu yang sedang bingung dan pikirannya kacau.

b. Ibu yang khawatir kalau kolostrumnya tidak cukup

c. Ibu merasa kesakitan saat memberikan kolostrum

d. Ibu merasa sedih, cemas atau kesal.

e. Ibu malu untuk memberikan kolostrum


19

10. Faktor-faktor yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan

KolostrumKepada Bayi Baru Lahir

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan ini melalui panca

indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba (Notoadmodjo, 2003).

Pengetahuan melandasi seseorang untuk berperilaku sehat atau

tidak seperti perilaku pemberian kolostrum sangat ditentukan oleh

pengetahuan yang dimiliki.

1) Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan (Sobur, 2003). Persepsi disebut

juga sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka

agar memberikan makna kepada lingkungan mereka. Persepsi

meliputi penerimaan stimulus, menterjemahkannya dan

mengorganisasikanya sehingga mempengaruhi perilaku dan

membantu pembentukan sikap (Gibson, 1996, Robins, 2001)

Persepsi terhadap adanya stimulus seperti ASI kolostrum

mempengaruhi terhadap perilaku pemberiannya. Hal ini dibuktikan

oleh penelitian survey yang dilakukan oleh Cahyaning (2000),

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI


20

pertama kali menunjukkan bahwa persepsi merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI segera

setelah bayi dilahirkan selain umur, paritas, pendidikan, pekerjaan,

nasehat, berat badan bayi saat lahir, tempat persalinan dan tidak

adanya kunjungan petugas kesehatan.

2) Sikap

Sikap merupakan proses merespon seseorang terhadap

objek tertentu dan mengandung penilaian suka-tidak suka, setuju-

tidak setuju, atau mengambil keputusan positif atau negatif (Sobur,

2003). Terdapat tiga komponen dari sikap yakni kognitif

(keyakinan), afektif (emosi/perasaan), dan konatif (tindakan).

Penelitian survey yang dilakukan Yefrida (1997), tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian

ASI exklusif menunjukkan hasil bahwa faktor kognitif atau

keyakinan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku

ibu dalam pemberian ASI exklusif yaitu sebesar 75,63%.

3) Dukungan Sosial

Faktor lain yang juga berhubungan dengan perilaku

menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) adalah adanya

dukungan sosial. Dukungan sosial ini dapat berasal dari

keluargaterdekat seperti suami, orangtua/mertua dan saudara.

Dukungan ini akan meningkatkan perilaku pemberian ASI.

Menurut Lubis (1993), jikaseorang ibu tidak pernah mendapatkan

nasehat dan penyuluhan tentang ASI dari keluarganya maka dapat


21

mempengaruhi sikapnya pada saat ibu tersebut menyusui sendiri

bayinya. Selain itu dukungan dari petugas kesehatan seperti bidan

juga mempengaruhi perilaku pemberian ASI pada bayi.

Berdasarkan penelitian survey yangdilakukan Yefrida (1997),

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam

pemberian ASI exklusif, menunjukkan hasil bahwa dukungan

petugas kesehatan dan dorongan dari keluarga sangat

mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI exklusif

termasuk dukungan terhadap pemberian ASI kolostrum.

4) Sosial budaya

Budaya merupakan pelaksanaan norma-norma kelompok

tertentu yang dipelajari dan ditanggung bersama. Yang termasuk di

dalamnya adalah pemikiran, penuntun, keputusan dan tindakan

atau perilaku seseorang. Selain itu nilai budaya adalah merupakan

suatu keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau

pengetahuan terhadap sesuatu yang dibenarkan sepanjang waktu

sehingga mempengaruhi tindakan dan keputusan (Leiningger,

1985).

Pengaruh sosial budaya juga terlibatdalam perilaku

perawatan keluarga yang memiliki anak. Mempunyai anak

merupakan pengalaman hidup yang kritis dan penuh dengan

kepercayaan dan praktek-praktek tradisional (Alfonso, 1979 dalam

Bobac dan Jansen, 1997). Adat kebiasaan atau sosial budaya yang

sering dilakukan dalam masa menyusui seperti menunda menyusui


22

2-3 hari setelah melahirkan, membuang kolostrum sebelum

menyusui bayi dan memberi makanan selain ASI sebelum ASI

keluar. Perilaku pemberian ASI kolostrum, akan menimbulkan

respon yang berbeda-beda bagi setiap keluarga, biasanya sangat

dipengaruhi oleh budaya yang mereka miliki. Menurut Green

(1980) dalam Notoatmodo (2003), budaya adalah merupakan

faktor predisposisi yang dapat menjadi faktor pendukung atau

faktor penghambat suatu perilaku kesehatan seperti perilaku

pemberian ASI kolostrum.

5) Pendidikan

Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan

faktor-faktor sosial perilaku demografi, seperti pendapatan, gaya

hidup dan status kesehatan. Pendidikan juga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah

menerima ide-ide dan teknologi baru. (SDKI, 1997)

Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh dalam

pemberian kolostrum. Makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin

rendah prevalensi menyusui segera setelah lahir. Sedangkan pada

penelitian Darti (2005) dalam studi etnografi tentang pemberian

ASI kolostrum menyatakan bahwa penyebab lain yang

menimbulkan pemahaman terhadap ASI kolostrum rendah adalah

rata-rata tingkat pendidikan informan adalah SD.Tingkat

pendidikan berhubungan dengan kemampuan seseorang terhadap

memaknai pesan dan memahami sesuatu (Sobur, 2003).


23

Penggunaan pengetahuan akan meningkatkan pemahaman

seseorang terhadapsesuatu objek yang tentu saja akan

mempengaruhi persepsinya terhadap objek tertentu.

6) Sumber informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi

perantara dalam menyampaikan informasi. Menurut Widjaja

(2004) salah satu faktor keengganan menyusui apalagi memberikan

kolostrum adalah kurangnya informasi tentang manfaat dan

keunggulan ASI terutama pentingnya kolostrum.Soeparmato &

Rahayu (2005) mengungkapkan bahwa sampai saat ini telah

banyak sumber yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi

yang penting tentang manfaat kolostrum, apakahdari petugas

kesehatan, media massa dan dari keluarga. Sikap dan perilaku

tenaga kesehatan merupakan salah satu sumber informasi dan

merupakan faktor pendorong terpenting dalam perilaku kesehatan.

Apabila seseorang ibu telah mendapat penjelasan tentang

pemberian ASI yang benar dan coba menerapkanyya, akan tetapi

karena lingkungannya belum ada yang menerapkan, maka ibu

tersebut menjadi asing di masyarakat dan bukan tidak mungkin ia

akan kembali menjadi kembali denganpemberian ASI yang salah.

Dari beberapa faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan

kolostrum kepada bayi baru lahir di atas, yang akan dibahas oleh peneliti

sendiri adalah pengetahuan, pendidikan, dan sumber informasi yaitu untuk


24

melihat distribusi dan persentasi masing-masing faktor pada ibu yang tidak

memberikan kolostrum.

B. Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa Nifas (puerpurium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil, berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2009 P:

237).

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu yang kurang lebih 6

minggu (Saleha, 2009).

Masa nifas disebut juga masa postpartum atau puerperium yaitu

masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari

rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali

organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

perubahan seperti perlukaan dan sebagainya berkaitan saat melahirkan

(Suhemi, dkk, 2009).

2. Pembagian masa Post Partum (Nifas)

Menurut referensi dari Prawirohardjo (2009 P: 238), pembagian

nifas di bagi 3 bagian, yaitu :

a. Puerperium Dini

Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan.

Dalam agama islam, di anggap telah bersih dan tidak boleh bekerja
25

setelah 40 hari.

b. Puerperium Intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8

minggu.

c. Remote puerperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau

tahunan.

3. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Selama Post Partum (Nifas)

a. Uterus

Involusi uterus melibatkan peng-reorganisasian dan

pengguguran decidua atau endometrium serta pengelupasan situs

plasenta sebagaimana diperlihatkan (varney, 2004 P:252).

Segera setelah kelahiran bayi, plesenta dan membran, beratnya

adalah kira-kira 1100 gram denganpanjang kira-kira 15 cm, lebar 12

cm, serta 8 sampai 10 cm tebalnya. Ukuran itu adalah kira-kira dua

atau tiga kali ukuran uterus non hamil, multipara.

Uterus berkurang beratnya sampai menjadi kira-kira 500 gram

pada akhir minggu kedua, 100 gram pada akhir minggu kedelapan post

partum.

Segera setelah kelahiran, bagian puncak dari fundus akan

berada kira-kira dua pertiga sampai tiga perempat tingginya diantara

shympisis pubis dan umbilicus.


26

Fundus ini kemudian akan naik ketingkat umbilikus dalam

tempo beberapa jam. Ia akan tetap berada pada kira-kira setinggi (atau

satu jari lebarnya di bawah) umbilicus selama satu, dua hari dan

kemudian secara berangsur-angsur turun ke pinggul, kemudian

menjadi tidak dapat dipalpasi lagi bila di atas sympisis pubis setelah

hari ke sepuluh (Varney, 2004 P:252)

b. Involusi tempat plasenta

Ekstrusi lengkap tempat plasenta perlu waktu sampai 6 minggu.

Proses ini mempunyai kepentingan klinik yang sangat besar, karena

kalau proses ini terganggu, mungkin terjadi pendarahan nifas yang

lama. Segera setelah kelahiran, tempat plasenta kira-kira berukuran

sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya akan mengecil

pada akhir minggu kedua, diameternya 3 sampai 4 cm.

Segera setelah berakhirnya persalinan, tempat plsenta

normalnya terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami

trombosis yang selanjutnya mengalami organisasi trombus secara

khusus.

c. Pembuluh Darah Uterus

Didalam uterus sebagian besar pembuluh darah mengalami

obliterasi dengan perubahan hialain, dan pembuluh yang lebih kecil

tumbuh ditempat mereka.

Reabsorbsi residu yang mengalami hialinisasi diselesaikan

dengan proses yang serupa dengan yang di temukan di ovarium setelah

ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Tetapi sisa-sisa kecil tetap


27

ada selama bertahun-tahun, yang dibawah mikroskop memberikan cara

untuk membedakan antara uterus wanita multipara dan nullipara.

d. Lochea

Lochea adalah nama yang diberikan pada pengeluaran dari

uterus yang terlepas melalui vagina selama masa nifas (Varney, 2004

P:253).

Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari

tempat implantasi plasenta yang keluar pada masa puerperium

(Suherni, dkk, 2009).

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina selama masa nifas (Saleha, 2009)

Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya

sebagai berikut :

1) Lochea Rubra

1 sampai 3 hari berwarna merah dan hitam terdiri dari sel decidua,

verniks kaseosa, rambut/ lanugo, sisa mekonium, sisa darah.

2) Lochea Sanguinolenta

3 sampai 7 hari berwarna putih bercampur merah.

Cairan berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar

di hari ke 3 sampai hari ke 7 paska persalinan.(Saleha, 2009).

3) Lochea Serosa

Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari locea rubra, lochea ini

berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi


28

kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7 sampai hari ke 14

paska persalinan (Saleha, 2009).

4) Lochea Alba

Dimulai setelah hari ke 14,ciran berwarna putih (Suherni, dkk,

2009).

e. Vagina dan Perineum

Segera setelah persalinan, vagina dalam keadaan menegang

dengan disertai adanya edema dan memar, dengan keadaan masih

terbuka.

Dalam satu atau dua hari edema vagina akan berkurang.

Dinding vagina akan kembali halus, dengan ukuran yang lebih luas

dari biasanya.

Ukurannya akan mengecil dengan terbentuknya kembali rugae,

pada 3 minggu setelah persalinan. Vagina tersebut akan berukuran

sedikit lebih besar dari ukuran vagina sebelum melahirkan pertama

kali. Meskipun demikian latihan untuk mengencangkan otot perineum

akan memulihkan tonusnya (Varney, 2004 P:254).

f. Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan

payudara selama wanita hamil, (esterogen, progesteron,human

chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol, dan insulin) menurun

dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon-

hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan

oleh apakah ibu menyusui atau tidak.


29

g. Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah biasanya stabil dan normal, temperatur biasanya

kembali stabil dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. Denyut nadi

biasanya normal kecuali bila ada keluhan persalinan yang lama dan

sulit atau kehilangan banyak darah (Varney, 2004 P:254)

h. Perubahan Sistem Ginjal

Pelvis ginjal dan ureter yang berdilatasi selama kehamilan,

kembali normal pada akhir minggu setelah melahirkan.

Segera setelah melahirkan kandung kemih tampak bengkak,

sedikt terbendung, dapat hipotonik, dimana hal ini dapat

mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tak sempurna dan

adanya sisa urin yang berlebihan kecuali bila diambil langkah-langkah

yang mempengaruhi ibu untuk melakukan buang air kecil secara

teratur meskipun pada saat wanita itu tidak mempunyai keinginan

untuk berkemih. Efek dari trauma selama persalinan pada kandung

kemih dan ureter akan menghilang selama 24 jam pertama setelah

melahirkan (Varney, 2004 P:255).

i. Kehilangan Berat Badan

Seorang wanita akan kehilangan berat badannya sekitar 5 kg

pada saat melahirkan. Kehilangan ini berhubungan dengan berat bayi,

plasenta, dan cairan ketuban.pada minggu pertama post partum

seorang wanita akan kehilangan berat badannya sebesar 2 kg akibat

kehilangan cairan (Varney, 2004 P:255).


30

j. Dinding Abdomen

Strie abdominal tidak bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi

mereka bisa berubah menjadi garis-garis halus berwarna putih perak

(Varney, 2004 P:255).

Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah

kelahiran dan beberapa hari sesudahna, peritonium yang membungkus

sebagian besar uterus dibentuk menjadi lapisan-lapisan dan kerutn-

kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendor daripada

kondisi tidk hamil, dan mereka memerlukan waktu cukup lama untuk

kembali dari peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya

selama kehamilan tersebut.

k. Perubahan Hematologis

Leukositosis yang meningkatkan jumlah sel-sel darah putih

sampai sebanyak 15.000 selama persalinan, akan tetap tinggi selama

beberapa hari pertama dari masa post partum. Jumlah sel-sel darah

putih tersebut masih bisa naik lagi mencapai 25.000 atau 30.000 tanpa

adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami partus lama.

Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan sangat bervariasi

pada awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume

plasma, dan tingkat vulume sel darah yang berubah-ubah (Varney,

2004 P:256).
31

l. Sistem Endokrin

1) Hormon Plasenta

Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon

yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan

signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut.

Penurunan hormonHuman Palccental Lactogen (HPL), esterogen,

dan kortisol, serta palcental enzyme insulinase membalik efek

diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun

secara yang bermakna pada masa puerperium.

2) Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium

Waktu dimulainya ovarium dan menstruasi pada wanita

menyusui berbeda. Kadar prlaktin serum yang tinggi pada wanita

menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena

kadar Follicle-Stimulating Hormone (FSH) terbukti sama pada

wanita menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium tidak

berespons terhadap stimulasi FSH kadar prolaktin meningkat.

m. Sistem Urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang

tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan

penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian

menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum.

Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita

melahirkan. Diperkirakan 2 sampai 8 minggu mengalami hipotonia

pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke


32

keadaan semula sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi

traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.

n. Sistem Cerna

1) Nafsu Makan

Ibu biasanya setelah melahirkan diperbolehkan untuk

mengonsumsi makana ringan dan setelah benar-benar pulih dari

efek analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa

sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari

jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi cemilan yang

sering-sering temukan.

2) Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus

cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.

Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat

pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

3) Defekasi

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua

sampai tiga hari stetlah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa

disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses

persalinan dan pada awal masa pascapartum, ibu biasanya

merasakan nyeri diperineum akibat episiotomi, laserasi, atau

hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur perlu dicapai

kembali setelah tonus usus kembali normal.


33

o. Sistem Kardiovaskuler

1) Volume Darah

Perunahan volume darah tergantung pada beberapa faktor,

misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta

pengeluaran cairan ekstravaskular (edema fisiologis)

2) Curah Jantung

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung

meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita

melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi

selama 30 sampai 60 menit karen darah yang biasanya melintas

sirkuit etoroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.

p. Varices

Varices di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering

dijumpai pada wanita hamil. Varises, bahkan varises vulva yang jarang

dijumpai, akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Operasi

varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau

mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan (Varney, 2004

P:156).

q. Ligamen-ligamen

Ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang untuk

menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor

(Mochtar, 2008 P:115).


34

4. Perubahan Psikologis Post Partum

Perubahan emosi selama masa post partum memiliki berbagai

bentuk dan variasi. Kondisi ini akan berangsur-angsur normal sampai pada

minggu ke 12 setelah melahirkan.

a. Pada 0 – 3 hari setelah melahirkan, ibu post partum berada pada

puncak kegelisahan setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat

melahirkan sangat terasa yang berakibat ibu sulit beristirahat. Sehingga

ibu mengalami kekurangan istirahat pada siang hari dan susah tidur

pada malam hari.

b. Pada 3 – 10 hari setelah melahirkan, post natal blues biasanya muncul,

biasanya disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataannya

berdasarkan riset yang dilakukan paling banyak muncul pada hari

kelima. Post natal blues adalah suatu kondisi dimana ibu memiliki

perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya dan kondisi

bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada

kondisi dirinya atau bayinya.

c. Pada 1 – 12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik

dan menuju pada tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat

dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya perhatian dari

anggota keluarga terdekat. Semakin baik perhatian yang diberikan

maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaa normal.


35

C. Pengetahuan
1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang memilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2010).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “what”. Sedangkan ilmu (science) bukan

sekedar menjawab pertanyaan “why” dan “how”. Pengetahuan hanya

dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. (S. Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan manusia itu adalah hasil berkontaknya dua macam

besaran, yaitu benda atau yang diperiksa, diselidiki, dan akhirnya

diketahui (objek), dan manusia yang melakukan berbagai pemeriksaan,

penyelidikan, dan akhirnya mengetahui (mengenal) benda (Jalal, 2010).

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi prilaku baru/ berprilaku baru di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap objek sudah mulai timbul.


36

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

4) Trial, dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adaption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

(Notoatmodjo 2003, P :121).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam kognitif mempunyai 6 tingkatan

(Notoatmodjo, 2010) yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu tahu

ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya. Misalnya ibu tahu tentang kolostrum.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus

dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut. Maksudnya disini orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,


37

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari. Misalnya, ibu dapat menjelaskan pentingnya pemberian ASI

eksklusif.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi atau kondisi sebenarnya. Misalnya ibu

dapat mengaplikasikan pemberian kolostrum.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan seseorang untuk menjabarkan danmemisahkan.

Kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat daripenggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya. Misalnya ibu dpat membedakan

mana yang ASI dengan air susu pertama atau kolostrum.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan-rumusan yang telah ada. Misalnya ibu dapat

merencanakan pemberian ASI kepada bayinya.


38

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan

anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya penyakit

diare disuatu tempat dan dapat mengukur pengetahuan ibu tentang

ASI eksklusif dengan wawancara atau angket yang diberikan.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Notoatmodjo (2007) adalah :

1) Sosial Ekonomi

Lingkungan social akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan. Jika

ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat

pengetahuan juga akan tinggi.

2) Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang, karena informasi yang baru dan diambil yang sesuai

dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.


39

3) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah

menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang

baru tersebut. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun

perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak

berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung

dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang

akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.

Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan

menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

4) Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, semakin

tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengalamannya dan

semakin tua seseorang maka akan semakin banyak pengalamannya.

Ibu yang memiliki pengetahuan kurang cendrung memiliki perilaku

yang kurang baik dalam perilakunya.


40

b. Wawan dan Dewi, 2010 adalah :

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nusalam (2003).

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dialakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenagan, tetapi lebuh banyak

merupakan mencari nafkah yang membosankan, berulang dan

banyak tantangan.

c) Umur

Menurut Elisabet BH yang dikutip Nursalam (2003),

usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998)

semakin cukup umur, tingkat keamatangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam beraktifitas dalam bekerja.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip oleh Nursalam

(2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada


41

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan prilaku orang atau kelompok.

b) Sosial Budaya

Sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap menerima informasi.

c) Sumber informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang

rendah tetapi jika ia mendapat kan informasi yang baik dari

berbagai media misalnya TV (Televisi), radio atau surat kabar

maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

4. Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

peneliti dan responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

dapat kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas

(Notoatmodjo, 2007).

a. Tinggi

Diartikan apabila seseorang sudah mampu mengetahui,

memahami, mengaplikasikan, menganalisa dan menghubungkan antara

suatu materi dengan materi lain serta kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek (evaluasi), pengetahuan tinggi diartikan

apabila nilai 77-100%.


42

b. Sedang

Pengetahuan sedang diartikan apabila individu kurang mampu

untuk mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis serta

menghubungkan antara satu materi dengan materi lain serta kurangnya

melakukan penilaian antara satu objek (evaluasi). Pengetahuan sedang

diartikan apabila nilai 60-75%.

c. Rendah

Pengetahuan rendah apabila individu tidak mampu untuk

mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis

dan mengevaluasi suatu materi atau objek lain. Pengetahuan rendah

diartika apabila nilai < 60%.

5. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat

dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a. Cara tradisional atau non ilmiah, yakni tanpa melalui penelitian ilmiah.

Cara ini telah dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematik dan logis adalah cara non ilmiah, tanpa

melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini

antara lain meliputi :

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu


43

seseorang apabila menghadapi persoalaan atau masalah, upaya

pemecahannya dilakukakn dengan coba-coba saja.

2) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

3) Cara kekuasaan atau otoritas

Yaitu pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada

pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas, pemerintahan, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuan.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.

5) Cara akal sehat

Sebelum ilmu pengetahuan ini berkembang, para orang tua

zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanyaq

atau agar anaknya disiplin menggunakan cara hukuman fisik.

6) Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus

diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau

tidak.
44

7) Kebenaran secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran

atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar

dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang

rasional dan yang sisitematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang

hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

8) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik

melalui induksi maupun deduksi.

9) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai

dari pernyataan-pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat

umum. Proses berpikir induksi berasal dari hasil pengamatan indra

atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi

beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.

10) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum yang ke khusus. Aristoteles (384-322SM)

mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang


45

disebut “silogisme”. Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi

berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secaraumumpada kelas

tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang

terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

b. Cara modern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian

(Notoatmodjo, 2010)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode

penelitian ilmiah‟, atau lebih popular disebut metodologi penelitian

(research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh

Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh

kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan

membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan

dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok

yakni :

1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan

2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan

3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.


46

D. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007, p.

142).LaPierre (1934) dalam Azwar (2010, p. 5), mendefinisikan sikap

sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara

sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan. Sedangkan Secord & Backman (1964) mendefinisikan

sikap sebagai keteraturan dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi)

dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di

lingkungan sekitarnya.

Menurut Azwar (1995), di kalangan para ahli Psikologi Sosial

dewasa ini terdapat dua pendekatan dalam mengklasifikasikan sikap.

a. Yang pertama adalah yang memandang sikap sebagai kombinasi reaksi

antara afektif, prilaku, dan kognitif terhadap suatu objek. Pendekatan

pertama ini saran dengan pendekatan skema triadik, kemudian disebut

juga dengan pendekatan tricomponent.

b. Yang Kedua adalah yang meragukan adanya konsistensi antara ketiga

komponen sikap di dalam membentuk sikap. Oleh karena itu

pendekatan ini hanya memandang perlu membatasi konsep dengan

komponen afektif saja.


47

2. Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian ini Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara barsama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo,

2007, P: 144).

Mann (dalam Azwar, 1995) menjelaskan bahwa komponen

kognitif berisikan persepsi, kepercayaan, dan stereotype yangdimiliki

individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen ini dapat disamakan

dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau

problem yang kontroversial. Komponen afektif merupakan perasaan

individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek

emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.

Sementara itu komponen perilaku berisi kecendrungan untuk bertindak

atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

1) Interaksi Antar Komponen Sikap

Menurut para ahli psikologi sosial, interaksi antar komponen sikap

adalah selaras dan konsisten. Hal ini disebabkan karena ketika

dihadapkan dengan suatu objek sikap yang sama, maka ketiga


48

komponen tersebut seharusnya akan membentuk pola arah sikap yang

seragam. Apabila salah satu dari komponen sikap tidak konsisten satu

sama lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan

terjadinya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga

konsistensi akan tercapai kembali (Azwar, 1995)

2) Hubungan Antara Sikap dan Prilaku

Sikap selalu dikaitkan dengan prilaku yang berada di dalam batas

kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap

suatu stimulus (Azwar, 1995), meski sikap pada hakikatnya hanyalah

merupakan predisposisi atau tendensi untuk bertingkah laku, sehingga

belum dapat dikatakan merupakan tindakan atau aktifitas (Mar’at,

1984).

Ajzen dan Fiesbein (dalam Azwar, 1995) berusaha

mengembangkan suatu pemahaman terhadap sikap dan prediksinya

terhadap prilaku. Mereka mengemukakan teori tindakan beralasan (thoery

of reasoned action). Teori ini mengatakan bahwa sikap mempengaruhi

prilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang diteliti dan

beralasan, serta dampaknya terbatas hanya pada tiga hal, yaitu :

a. Prilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum, tetapi oleh sikap

spesifik terhadap sesuatu;

b. Prilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-

norma subjektif;

c. Sikap terhadap suatu prilaku bersama-sama norma-norma subjektif

membentuk suatu intensi atau niat untuk berprilau tertentu.


49

Gambar 1
Di bawah ini mencoba untuk menjelaskan hubungan di antara ketiganya

Intensi untuk
berprilaku

Intensi untuk Perilaku


berprilaku

Norma-norma
Subjektif

Gambar .1. Teori Tindakan Beralasan Menurut Ajzen dan Fishbein


Sumber : Azwar (1995)

Pada gambar .1. tampak bahwa intensi merupakan fungsi dari dua

determinan besar, yaitu sikap terhadap perilaku (dalam arti personal) dan

persepsi individu terhadap tekana sosial untuk melakukan suatu perbuatan

atau untuk tidak melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang

perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia

melakukannya.

3. Tingkatan Sikap

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang

terhadap gizi dapat di lihat dari kesediaan dan perhatian orang itu

terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.


50

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah adalah orang menerima ide tersebut.

c) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat ketiga.

d) Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat

dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian

ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2007, p. 144).

Anda mungkin juga menyukai

  • Kuesioner
    Kuesioner
    Dokumen6 halaman
    Kuesioner
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar& DFTR Isi
    Kata Pengantar& DFTR Isi
    Dokumen5 halaman
    Kata Pengantar& DFTR Isi
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen10 halaman
    Bab III
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Pernyataan Persetujuan Dan Pengesahan Icha
    Pernyataan Persetujuan Dan Pengesahan Icha
    Dokumen2 halaman
    Pernyataan Persetujuan Dan Pengesahan Icha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • BAB II - Cha
    BAB II - Cha
    Dokumen21 halaman
    BAB II - Cha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii Icha
    Bab Vii Icha
    Dokumen3 halaman
    Bab Vii Icha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • BAB IV - Cha
    BAB IV - Cha
    Dokumen5 halaman
    BAB IV - Cha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Hrthyt
    Hrthyt
    Dokumen43 halaman
    Hrthyt
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • BAB II - Cha
    BAB II - Cha
    Dokumen21 halaman
    BAB II - Cha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Jgty
    Jgty
    Dokumen5 halaman
    Jgty
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii Icha
    Bab Vii Icha
    Dokumen3 halaman
    Bab Vii Icha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen10 halaman
    Bab III
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • BAB IV - Cha
    BAB IV - Cha
    Dokumen5 halaman
    BAB IV - Cha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Icha
    Daftar Isi Icha
    Dokumen6 halaman
    Daftar Isi Icha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Imunisasi BCG
    Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Imunisasi BCG
    Dokumen2 halaman
    Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Imunisasi BCG
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Fdsgre
    Fdsgre
    Dokumen31 halaman
    Fdsgre
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • FVSSSSSSSFV
    FVSSSSSSSFV
    Dokumen5 halaman
    FVSSSSSSSFV
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • MKLG
    MKLG
    Dokumen43 halaman
    MKLG
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen5 halaman
    Kuesioner Penelitian
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Kuisoner
    Kuisoner
    Dokumen11 halaman
    Kuisoner
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab I-Vi
    Bab I-Vi
    Dokumen47 halaman
    Bab I-Vi
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Dukungan TP PKK
    Dukungan TP PKK
    Dokumen23 halaman
    Dukungan TP PKK
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Kui Soner
    Kui Soner
    Dokumen11 halaman
    Kui Soner
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab I-Vi
    Bab I-Vi
    Dokumen40 halaman
    Bab I-Vi
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • MKLG
    MKLG
    Dokumen43 halaman
    MKLG
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab I-Vi
    Bab I-Vi
    Dokumen40 halaman
    Bab I-Vi
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat