POPULER
Diklat
Oleh:
TIM WI
0
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendampingan penyuluh tidak cukup hanya dilakukan
melalui ceramah, kunjungan, dan kegiatan pertemuan kelompok
tani lainnya. Penyampaian materi secara lisan menjadi sangat
mudah terlupakan bagi petani.Untuk itu penyuluh perlu didukung
dengan alat bantu yang berguna sebagai dokumentasi bagi
petani.
Beberapa dekade yang lalu penyampaian informasi
materi penyuluhan kehutanan dilakukan dengan berbagai
macam bentuk kemasan dan sajian media penyuluhan. Di era
tahun 1970-1990 media penyuluhan merupakan tanggungjawab
Balai informasi Pertanian (BIP) di setiap Provinsi. Saat itu BIP
sebagai lembaga keinformasiaan di bidang pertanian secara
umum.
Lambat laun dukungan media semakin berkurang
sampai saat ini. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya
penyuluh kehutanan dituntut mampu membuat media
penyuluhan kehutanan. Tugas ini dituangkan dalam Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi No: 27 Tahun 2013 tentang Jabatan
Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka Kreditnya.
Terdapat banyak unsur kegiatan yang harus dilakukan
oleh penyuluh kehutanan dalam menyampaikan informasi
kehutanan antara lain meliputi penyusunan materi yang dikemas
dalam bentuk media penyuluhan berupa leaflet/folder, poster
1
dan brosur. Semua ini menjadi tuntutan bagi penyuluh dalam
mengembangkan kemampuannya untuk menuangkan ide,
konsep, gagasan dan materi menjadi sebuah tulisan yang
rasional, logis, sistematis dan dapat dipahami oleh sasaran
suluh/masyarakat. Untuk itu sangat diperlukan kemampuan
menyusun karya tulis ilmiah popular.
Deskripsi Singkat
Mata diklat Membuat Tulisan Ilmiah Popular di bidang
penyuluhan kehutanan ini membahas tentang pengertian karya
tulis ilmiah dan karya tulis ilmiah popular, tujuan dan sasaran
tulisan ilmiah popular, dan teknik menyusun kata dan kalimat
dalam tulisan ilmiah populer.
2
3. Menjelaskan teknik menyusun kata dan kalimat dalam tulisan
ilmiah populer.
4. Menyusun karya tulis ilmiah popular yang akan dituangkan
ke dalam beberapa media penyuluhan.
3
PENGERTIAN KARYA TULIS ILMIAH DAN KARYA TULIS
ILMIAH POPULER
4
mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan
dalam tulisan ilmiah berupa gagasan-gagasan ilmiah, baik
berupa hasil kajian ilmiah maupun hasil-hasil penelitian yang
disajikan dalam karya tulis ilmiah. Gagasan-gagasan itu
merupakan gambaran perkembangan ilmu pengetahuan yang
terekam dalam tulisan ilmiah.
Didalam kegiatan menulis karya ilmiah diperlukan
motivasi dan wawasan serta kompetensi yang seringkali berasal
dari perilaku banyak membaca dan menulis. Membaca yang
dimaksud di sini bukan hanya tulisan tetapi membaca fenomena
yang ada sehingga mendapatkan informasi dan pengalaman
serta pemahaman terhadap sesuatu. Dengan menuangkannya
ke dalam tulisan seseorang akan mendapatkan pemahaman dan
pengalaman yang khusus terhadap masalah yang ditulis, karena
adanya proses pemikiran yang lebih mendalam dan lebih
cermat. Didalam melaksanakan kegiatan karya tulis sering kali
muncul pertanyaan tentang mau menulis apa, seolah-olah tidak
ada yang bisa ditulis.
Karya tulis ilmiah memiliki ciri khas yaitu: kebenaran
isinya, metode kajiannya dan tata atau cara penulisannya yang
bersifat keilmuan. Bentuk, format penu1lisan ilmiah sangat
beragam, mulai dari bentuk laporan ilmiah berupa buku, artikel,
tinjauan, ulasan dan gagasan yang ditulis melalui media massa.
Tidak semua karya tulis merupakan karya tulis ilmiah.
Suatu karya tulis, apakah itu berbentuk laporan, makalah, buku
maupun terjemahan, baru dapat disebut karya tulis ilmiah bila
sedikitnya memenuhi tiga syarat, dari beberapa syarat berikut:
5
1. Berdasarkan hasil penelitian/kajian;
2. Pembahasan masalahnya obyektif sesuai dengan fakta;
3. Karangan itu mengandung masalah yang perlu dicari
pemecahannya melalui penelitian;
4. Dalam penyajian maupun pemecahan masalah digunakan
metode tertentu;
5. Bahasanya teliti, teratur, terperinci dan cermat, benar, jelas,
ringkas dan tepat sehingga tidak menimbulkan salah tafsir
bagi pembaca.
Dengan demikian, karya tulis ilmiah tidak bersifat
subyektif, emosional, terkaan, prasangka, kebohongan,
khayalan atau pandangan-pandangan tanpa fakta dan irrasional.
6
menyadur tulisan orang lain daripada dengan jalan menulis
gagasan, pendapat, dan pernyataannya sendiri. Karya ilmiah
populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang
ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana
mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari.
Yang membedakan sebuah karya tulis ilmiah dan karya
tulis ilmiah populer adalah gaya penulisan dan bahasa
penyampaian yang digunakan. Jika sebuah tulisan karya ilmiah
menggunakan bahasa baku dan sangat terikat dengan kaidah
bahasa indonesia resmi, sebuah tulisan ilmiah populer disajikan
dengan bahasa yang luwes dan dapat dipahami oleh
masyarakat umum.
Demikian pula dengan bahasan yang disajikan, sebuah
karya tulis ilmiah murni menyajikan bahasan dalam bidang ilmiah
yang biasanya kurang dimengerti oleh masyarakat umum,
namun tidak begitu dengan sebuah tulisan ilmia populer. Tulisan
ilmiah popuper umumnya menyajikan suatu bahasan yang
membahas suatu permasalahan yang berkaitan dengan
masyarakat sehingga bahasan tulisan ilmiah populer mudah
dipahami oleh masyarakat awam.
7
TUJUAN DAN SASARAN TULISAN ILMIAH POPULER
8
cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak
pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan “ringan”
yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa
pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan
ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas
9
Media yang dipilih. Cara penyajian juga harus
disesuaikan dengan media penyampaian tulisan. Penyampaian
sebuah tulisan dalam bentuk buku tentunya berbeda dengan
menyampaikan tulisan di sebuah surat kabar atau majalah.
Dalam sebuah buku dapat dibuat tulisan secara detail berbeda
dengan penulisan di dalam surat kabar, leafleat atau folder
karena kolom tulisan kita terbatas
Gaya penuturan yang tepat. Penulis sekiranya mampu
memilih gaya bahasa dan penuturan yang tepat untuk
menyampaikan informasi yang ingin disampaikannya. Kerahkan
imajinasi, bagaimana cara menyampaikan informasi yang paling
tepat. Apakah dengan gaya reportase, menampilkan sosok yang
bercerita, atau tutorial.
Kira-kira berapa lama waktu yang tersedia bagi
pembaca. Pembaca koran bisanya lebih sedikit meluangkan
waktu membacanya daripada pembaca majalah, karena koran
yang sudah seminggu biasanya dinyatakan tidak aktual lagi.
Umumnya pembaca tidak mengorek-ngorek lagi koran yang
sudah bertumpuk selama setahun lamanya. Semakin sedikit
waktu yang tersedia, informasi yang anda sajikan semakin
pendek dan harus cepat menuju sasaran.
10
agar dapat menark minat pembaca perlu dipertimbangkan
cara-cara berikut:
1. Mengaitkan dengan kondisi aktual
2. Mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari
3. Menyajikan added value/relative advantage
4. Memperkenalkan ilmu atau temuan baru yang tepat guna
5. Mudah dan murah uuntuk diterapkan
Pada prinsipnya untuk menyusun KTI diperlukan dua
modal, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan/informasi dan
penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kedua
modal tersebut dapat diperoleh melalui berbagai upaya belajar
seperti: banyak membaca berbagai informasi dan ilmu
pengetahuan melalui berbagai media, bertukar pikiran dengan
orang lain, mengamati keadaan sekitar, dan berlatih.
11
TEKNIK MENYUSUN KATA DAN KALIMAT DALAM TULISAN
ILMIAH POPULER
12
3. Tahap Revisi
Merevisi berarti memperbaiki, dapat berupa menambah
yang kurang atau mengurangi yang lebih, menambah informasi
yang mendukung, mempertajam perumusan penulisan,
mengubah urutan penulisan pokok-pokok pikiran,
menghilangkan informasi yang kurang relevan, dan lain
sebagainya. penulis berusaha untuk menyempurnakan draftt
yang telah selesai agar tulisan tetap fokus pada tujuan.
4. Tahap Penyuntingan
Pada tahap penyuntingan penulis mengulang kembali
kegiatan membaca draft. Tulisan pada draft kasar masih
memerlukan beberapa perubahan. Kegiatan selama tahap
penyuntingan adalah meneliti kembali kesalahan dan kelemahan
pada draft kasar dengan melihat kembali ketepatannya dengan
gagasan utama, tujuan penulisan, calon pembaca, dan kriteria
penerbitan.
5. Tahap Publikasi
Tahap publikasi merupakan tahap paling akhir dalam proses
menulis. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah memublikasikan
tulisan melalui berbagai kemungkinan misalnya mengirimkan
kepada penerbit, redaksi majalah, dan sebagainya. Dapat pula
dengan berbagi tulisan dengan berbagai pembaca.
13
Sebuah kerangka tulisan tidak bisa menjelaskan secara
gamblang keseluruhan tulisan, namun dapat digunakan sebagai
pemandu bagi untuk selalu menuliskan semua hal yang masih
tercakup di dalam kerangka tersebut. Kerangka karangan akan
mempermudah seseorang untuk mengawali tulisan. Disamping
itu, ia juga berfungsi sebagai pagar pembatas, agar penulisan
selalu dalam rambu-rambu yang telah digariskan (along the
track). Kerangka atau outline berfungsi sebagai pengingat, apa
yang ingin dituangkan dalam karya ilmiah dan apa yang harus
dipersiapkan agar tidak ada yang terlewatkan. Dengan demikian,
penulis akan dapat selalu mengontrol tulisan dan alur cerita
sesuai dengan ide semula.
Membuat kerangka tulisan tidak sulit, meskipun juga bukan
sebuah hal mudah. Pada intinya, kerangka tulisan ilmiah popular
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Pengantar/ pendahuluan
2. Isi tulisan
3. Pembahasan dan kesimpulan
Dari setiap kerangka tersebut dapat dibuat sub-sub
kerangka karangan sebagai pemandu untuk menuangkan
gagasan dan pemikiran.
Fungsi pengantar adalah memberikan penjelasan
tentang sebuah masalah (sesuai ide awal penulisan). Bagian ini
biasanya dianggap sebagai bagian tulisan yang paling sulit
ditulis, karena bagian inilah yang menentukan menarik tidaknya
tulisan yang kita tulis.
14
Bagian isi tulisan mengandung penjabaran lebih lanjut
dari hal-hal yang sudah dituliskan pada pengantar, disertai
dengan penjelasan dari penulis-penulis terdahulu (referensi
pustaka). Pada bagian ini, bisa dijelaskan pula sebuah metode
yang digunakan untuk “menguliti” hal-hal atau
pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan di bagian pengantar,
sekaligus juga beberapa hasil yang kita peroleh.
Pembahasan berisi argumen untuk menjelaskan hal-hal
yang sudah “dipermasalahkan” di pengantar dan dibahas oleh
penulis lain di isi tulisan. Dalam bagian ini, dapat diberikan
pandangan-pandangan atau ide-ide penulis berdasarkan pada
hasil-hasil yang sudah penulis peroleh, ditambah dengan
bahasan oleh penulis sebelumnya. Dalam hal ini, keluasan
wawasan keilmuan penulis diuji. Jika penulis banyak membaca,
sehingga memiki wawasan yang cukup mumpuni, biasanya
menuliskan pembahasan bukanlah hal yang cukup sulit.
Kesimpulan digunakan untuk menjelaskan secara
singkat rajutan pemikiran di pengantar (pertanyaan atau ide
awal), metodologi menjawab pertanyaan (di bagian isi), dan
bahasan-bahasan atas hasil yang diperoleh. Kesimpulan tidak
perlu panjang lebar, namun singkat, padat, dan jelas!
15
sesuatu yang kita rasakan, berupa rangkaian kata, khususnya
dan teristimewa kata-tertulis, yang tersusun dengan
sebaik-baiknya menjadi kalimat yang memiliki pengertian atau
makna yang lengkap.
Agar gagasan yang disampaikan dalam bentuk tulisan
dapat dipahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah oleh
orang lain, satu kalimat saja sering tidak cukup untuk
menyampaikan gagasan tersebut, sehingga kalimat pertama
perlu dirangkaikan dengan kalimat-kalimat lain yang mampu
memberikan penjelasan secara memadai. Rangkaian kalimat ini
disebut sebagai paragraf.
Paragraf adalah kesatuan yang lebih tinggi dari kalimat.
Dalam bahasa Inggris paragraf disebut sebagai thinking unit
(kesatuan pemikiran). Dengan kata lain, paragraf adalah
sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan yang
mengembangkan satu gagasan. Paragraf terdiri dari beberapa
kalimat yang memiliki satu pokok pikiran. Namun demikian, tidak
dapat disangkal bahwa ada paragraf yang hanya terdiri atas satu
kalimat. Paragraf satu kalimat sering dipakai sebagai peralihan
dari paragraf yang satu ke paragraf yang lain atau sebagai upaya
untuk memperbesar efek dramatis.
Memang, sebuah paragraf belum karangan seluruhnya,
hanya sebagian dari seluruh karangan. Meskipun begitu,
sebagai thinking unit sebuah paragraf sudah merupakan satu
sajian informasi yang bulat. Sebagai thinking unit, paragraf
dapat kita polakan sebagai berikut: Sebuah paragraf berisi satu
pikiran pokok (pikiran utama) dan beberapa pikiran
16
pengembang. Pikiran-pikiran pengembang itu dapat dibedakan
kedudukannya sebagai pikiran pendukung dan pikiran penjelas.
Sebuah pikiran utama akan dikembangkan dengan beberapa
pikiran pendukung, dan tiap pikiran pendukung akan
dikembangkan dengan beberapa pikiran penjelas.
Bila ditinjau dari kalimat-kalimatnya, sebuah paragraf
terdiri dari satu kalimat utama dan beberapa kalimat
pengembang. Kalimat utama menyampaikan pikiran utama;
kalimat pengembang menyampaikan pikiran pendukung dan
pikiran penjelas.
Salah satu cara untuk merangkai kalimat-kalimat yang
membangun paragraf ialah membingkis kalimat utama pada
awal paragraf (sebagai kalimat pertama) yang kemudian disusul
dengan kalimat-kalimat pengembangnya (pendukung dan
penjelas). Setelah diberikan pengembangan yang memadai,
paragraf dapat ditutup dengan kesimpulan.
Untuk membuat kalimat utama yang baik, sebaiknya kita
perhatikan ciri-ciri berikut:
a. Kalimat utama merupakan pernyataan umum, bukan
pernyataan khusus
b. Pernyataan sebagai kalimat utama harus meyakinkan
pembaca. Hindari pernyataan seperti: saya rasa,
barangkali, kalau tidak salah ingat.
c. Kalimat utama harus bulat dan utuh. Untuk menghindari
salah pemahaman, sebaiknya setia gagasan disampaikan
hanya dalam kalimat tunggal.Meskipun demikian,
penggunaan kalimat majemuk pun tetap diperkenankan.
17
Asas-asas Paragraf yang Baik
Untuk menyusun paragraf secara baik perlu diperhatikan
tatanan kalimat yang digunakan dalam menyampaikan gagasan.
Terdapat tiga asas terkait dengan tatatan dalam menyampaikan
gagasan, yaitu:
a. Kesatupaduan
b. Pertautan (Koherensi)
c. Harkat (Kelengkapan, Pengembangan yang memadai)
Kesatupaduan berarti bahwa segala sesuatu yang
disajikan dalam karangan harus berkisar pada satu gagasan
pokok atau pikiran utama karangan. Segala pikiran yang
disajikan harus bergayutan dan relevan dengan gagasan pokok
atau pikiran utama yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Pertautan atau koherensi adalah asas yang
menghendaki agar ada saling kait antara kalimat yang satu dan
kalimat yang lain dalam tiap pragraf (dan juga antara paragraf
yang satu dan paragraf yang lain). Pertautan mengendaki agar
jangan ada kata atau frase yang tidak jelas rujukannya,
Harkat adalah asas yang menghendaki agar karangan
benar-benar berbobot, berisi. Bila kita mengemukakan pikiran
yang harus diterangkan (D = yang Diterangkan), kita harus
menerangkan secara memadai sehingga menjadi jelas (M =
yang Menerangkan). Kita harus menerapkan hukum DM dengan
sebaik-baiknya dalam membangun pragraf; satu D dan jumlah M
yang memadai, yang lengkap. Oleh karena itu, asa harkat juga
disebut sebagai asas pengembangan yang memadai (adequate
development).
18
Materi Penyuluhan Kehutanan
Materi yang disampaikan dalam penyuluhan adalah yang
bersifat inovatif, produktif dan ramah lingkungan. Materi
penyuluhan diharapkan mampu memberikan atau mendorong
terjadinya perubahan ke arah yang lebih menguntungkan.
Pembaharuan dalam segala aspek kehidupan masyarakat
sasaran, demi terwujudnya perbaikan mutu hidup setiap individu
dan seluruh warga masyarakat sasaran yang bersangkutan.
Oleh karena itu syarat suatu materi penyuluhan harus memenuhi
aspek kemudahan antara lain : berasal dari sumber yang
benar/resmi yang secara teknik mudah diterapkan, hasilnya
menguntungkan, secara sosial tidak bertentangan dengan
norma dan tidak merusak lingkungan kehidupan.
Untuk kegiatan penyuluhan kehutanan,maka ragam
materi yang perlu disiapkan adalah:
1. Kebijakan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembangunan kehutanan ( baik dari tingkat
pusat maupun ditingkat lokal/tapak ) seperti pola kebijakan
umum pembangunan kehutanan,kebijakan harga dasar
komoditi kehutanan, teknologi produksi, penyaluran kredit
usaha kehutanan,distribusi sarana produksi dll,
2. Hasil-hasil penelitian/pengujian yang telah
direkomendasikan,
3. Imformasi pasar seperti: harga barang,penawaran dan
permintaan produk,
4. Petunjuk tehnis tentang penggunaan alat dan sarana
produksi,
19
5. Pengalaman petani yang telah berhasil dan teruji
kebenarannya,
6. Informasi tentang kelembagaan dan kemudahan-
kemudahan yang berkaitan dengan pembangunan
kehutanan,
7. Dorongan dan rangsangan untuk terciptanya swakarsa dan
swadaya masyarakat.
20
3. Pengalaman petani,baik dari pengalaman usahataninya
sendiri atau hasil dari "petak pengalaman " yang dilakukan
secara khusus dengan atau tanpa bimbingan penyuluhnya,
4. Sumber lain yang dapat dipercaya,misalnya informasi pasar
dari para pedagang, lembaga asosiasi dan lain-lain.
21
DAFTAR RUJUKAN
22