Kelompok 1 :
Riskha 17116005
Melinda Novianti 171116014
Putri Dwilin Agustin 17116016
Ivandi Maulana 17116018
Evi Sulastri 17116021
Muhammad Rafi Bimaziz 15102073
Universitas Trilogi
Jurusan Akuntansi
Jakarta, 2020
PERENCANAAN AUDIT
PENDAHULUAN
Penilaian risiko merupakan bagian penting pada perencanaan audit
sehingga pelaksanaan audit dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Proses
audit internal terdiri dari tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, dan tahapan
pelaporan beserta pemantauan tindak lanjut. Proses perencanaan audit meliputi
semua kegiatan yang berhubungan dengan penyeleksian auditee, persiapan
penugasan yang terdiri dari pengembangan rencana, penjadwalan audit internal,
penetapan lingkup, tujuan audit, waktu pelaksanaan, dan bentuk prosedur secara
mendetail, serta survei pendahuluan. Pada Bab 7 akan dibahas mengenai langkah-
langkah dalam penyusunan perencanaan audit internal.
Berdasarkan standar kinerja 2200 – tentang perencanaan penugasan bahwa
"auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan perencanaan
untuk setiap penugasan yang mencakup tujuan, ruang lingkup, waktu, dan alokasi
sumber daya". Untuk itu, tujuan utama proses perencanaan audit adalah
merancang pendekatan audit yang akan dilaksanakan agar memberikan jaminan
bahwa audit dilakukan secara efektif dan efisien. Tahapan perencanaan audit
internal terdiri dari pemilihan auditee, persiapan penugasan, dan survei
pendahuluan.
Dari tahapan tersebut, terdapat 3 (tiga) tahapan penting dalam perencanaan
audit internal. Tahapan-tahapan inilah yang nantinya akan dilalui auditor dalam
setiap penugasannya. Mengenai penjelasan untuk masing-masing tahapan akan
disajikan tentang perencanaan penugasan
PEMILIHAN AUDITEE
Pemilihan auditee merupakan salah satu bagian dari tahap perencanaan
untuk menyusun perencanaan penugasan audit untuk jangka pendek dan jangka
panjang yang dapat dilakukan dengan pemilihan secara sistematis, audit secara ad
hoc, dan permintaan audit yang berasal dari direksi, komite audit, dan auditee.
Dalam pemilihan auditee secara sistematis, saat ini SKAI lebih didorong
menggunakan metode audit internal berbasis risiko (risk-based internal audit).
Audit internal berbasis risiko merupakan metodologi yang menyediakan jaminan
bahwa risiko akan dikelola dalam kerangka preferensi risiko organisasi, sehingga
dalam pemilihan auditee ditentukan dengan tahapan yang terdiri dari identifikası
audit universe, menetapkan faktor risiko dan skala prioritas, pemberian skor dan
ranking, dan pemilihan auditee.
Identifikasi Audit Universe
Audit universe merupakan kumpulan dari semua auditable unit (unit yang
layak menjadi auditee tersendiri, misalnya kegiatan, bagian, divisi, instansi,
proyek). Contoh unit yang layak menjadi auditee adalah sebagai berikut:
1. Proyek, misalnya pembangunan fisik gedung, pengembangan sistem
informasi, pengembangan produk, dan pengembangan lainnya.
2. Struktur organisasi, misalnya kantor pusat, kantor cabang, divisi/bagian,
pabrik, dan bentuk lainnya.
3. Aset, misalnya aset tetap, kas, persediaan, sumber daya perusahaan, dan
aset lainnya.
4. Kegiatan, misalnya kepanitiaan, fungsi, proses, dan kegiatan lainnya.
Contoh penerapan audit universe pada usaha perbankan terdiri atas kantor
pusat, kantor cabang, dan divisi yang merupakan pendekatan struktur dengan
dikombinasikan proyek pengembangan produk baru misal e-money yang
merupakan pendekatan proyek dan kegiatan kredit yang merupakan pendekatan
kegiatan.
Menetapkan Faktor Risiko dan Skala Prioritas
Setelah audit universe dirumuskan, selanjutnya auditor harus menempuh
langkah dalam menetapkan faktor risiko. Faktor risiko adalah kriteria (kategori
atau faktor) yang digunakan untuk menggambarkan kondisi risiko yang ada dalam
suatu instansi. Untuk suatu faktor yang sama, auditee dapat memiliki tingkat
risiko yang berbeda-beda. Faktor risiko utama yang biasanya digunakan dalam
sistem scoring adalah sebagai berikut:
1. Kecukupan sistem pengendalian internal.
2. Sifat transaksi (misalnya jumlah dan nilai transaksi, serta kompleksitas
transaksi).
3. Jangka waktu penerapan sistem pengendalian internal.
4. Sifat lingkungan operasional (misalnya perubahan sistem, perubahan
metode pelaporan, sensivitas data, pengaruh dari proses bisnis yang
signifikan, perubahan rencana manajemen, serta perubahan kebijakan).
5. Keamanan sumber informasi secara fisik
6. Kecukupan pengendalian dan audit secara langsung oleh manajemen.
7. Hasil audit dan kebijakan-kebijakan manajemen terdahulu, serta
responsivitas manajemen terhadap isu-isu atau temuan-temuan yang harus
ditindaklanjuti.
8. Ketersediaan sumber daya manusia, meliputi pengalaman manajemen dan
staf, turnover, kompetensi teknis, serta tingkat pendelegasian tugas.
9. Pandangan dari manajemen.
Contoh dalam menerapkan tahapan ini adalah SKAI PT Ojo Lali
menggunakan faktor risiko yang terdiri dari kondisi pengendalian internal,
besarnya dana yang dikelola, kompetensi dan integritas pimpinan, dan respons
terhadap temuan audit sebelumnya. Untuk menyederhanakan, asumsikan audit
universe hanya memiliki lima unit yang layak menjadi auditee sendiri, yakni
bagian logistik, proyek gedung, kantor cabang 1, kantor cabang 2, dan bagian
penjualan.
Pemberian Skor dan Peringkat
Selanjutnya pada tahap pemberian skor, auditable unit diberikan skor
skala antara 1-5. Skala 1 menunjukkan risiko paling rendah dan skala 5 untuk
menunjukkan risiko paling tinggi. Berdasarkan pemilihan faktor- faktor tersebut,
langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian pada setiap faktor risiko yaitu
dengan menetapkan skala tertentu melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat skala angka tertentu, misalnya untuk menyajikan informasi
mengenai tingkat signifikansi risiko yang terjadi pada unit audit maka
dapat dibuat skala antara 1-5. Skala 1 menunjukkan risiko paling rendah
dan skala 5 untuk menunjukkan risiko paling tinggi.
2. Lakukan assessment atas masing-masing faktor pada setiap unit audit yaitu
menyusun auditee melalui perhitungan jumlah risiko yang paling tinggi ke
jumlah risiko yang paling rendah.
Assessment terhadap faktor risiko
Intern Dana
Kompeten Respons
al yang
Auditee si terhadap Jumlah
Contro Dikelol
Pimpinan Temuan
l a
Bagian Logistik 4 4 5 5 18
Proyek Gedung 4 4 3 2 13
Kantor Cabang 1 3 3 4 2 12
Kantor Cabang 2 3 3 5 3 14
Bagian
Penjualan 3 2 2 1 8
dst dst dst dst dst
5. Periode audit
Periode audit dimaksudkan untuk menginformasikan kepada auditee
mengenai jangka waktu/masa (tanggal, bulan, atau tahun) kegiatan yang diaudit.
6. Waktu pelaksanaan audit
Waktu pelaksanaan audit disajikan untuk menjelaskan periode yang
diperlukan tim auditor untuk menyelesaikan setiap penugasan audit.
7. Susunan tim audit
Susunan organisasi tim audit yang akan ditugaskan dalam auditee,
misalnya supervisor, ketua tim, dan anggota tim yang ditugaskan.
SURVEI PENDAHULUAN
Berdasarkan standar implementasi 2220.A1, yang menyatakan bahwa
"lingkup penugasan harus mencakup pertimbangan mengenai sistem catatan,
personalia, dan properti fisik yang relevan, termasuk pengendalian oleh pihak
ketiga". Survei merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi, tanpa
melakukan verifikasi secara terperinci, tentang kegiatan yang akan diaudit (Hiro
Tugiman, 2003), sehingga survei pendahuluan dapat didefinisikan sebagai
aktivitas untuk memperoleh gambaran mengenai fungsi yang akan diaudit dengan
tujuan untuk mendapatkan pemahaman aktivitas dari auditee, risiko yang ada,
pengetahuan awal sebelum melakukan pekerjaan lapangan yang lebih rinci.
Survei pendahuluan merupakan bagian penting dari proses audit yang
dijalankan dan menjadi alat bagi auditor terbaik untuk mendapatkan pemahaman
mengenai wawasan, informasi, dan perspektif yang diperlukan untuk mendukung
tujuan audit. Tujuan survei pendahuluan yang efektif adalah untuk
mengidentifikasi area-area yang berisiko tertinggi dan memberikan penilaian awal
mengenai proses pengendalian internal. Hasil dari survei pendahuluan adalah
pengembangan program audit yang berfokus pada bidang risiko tertinggi
memberikan manfaat bagi auditee dan organisasi secara keseluruhan. Survei
pendahuluan biasanya terdiri dari langkah-langkah berikut:
1) Studi awal
Langkah pertama, "studi awal" melibatkan pemeriksaan semua informasi
yang tersedia bagi auditor tanpa menghubungi auditee. Dalam kebanyakan kasus,
hal tersebut hanya melibatkan organisasi grafik, kebijakan dan prosedur manual,
serta catatan keuangan. Informasi yang diperoleh harus digunakan untuk
mengembangkan daftar pertanyaan untuk pertemuan pendahuluan atau
wawancara.
2) Pertemuan pendahuluan
Personel kunci auditee harus dicek dan diperhatikan untuk memastikan
bahwa auditor berkonsultasi dengan personel yang tepat dan benar untuk
mendapatkan informasi selama audit. Selain itu, auditor harus menentukan
lingkup auditee yang perlu mendapatkan perhatian yang besar.
3) Pengumpulan informasi rinci
Setelah pertemuan pendahuluan, auditor akan mengumpulkan informasi
yang lebih rinci untuk mendapatkan tujuan tersebut maka diperlukan penyusunan
rencana audit. Tahap ini akan memerlukan pemeriksaan dokumen, mengamati
operasi, dan mewawancarai personel kunci. Tujuan dasar tahap ini adalah untuk
memperoleh pemahaman tentang operasi auditee, laporan keuangan, atau undang-
undang, peraturan, kebijakan dan prosedur, serta kontrak dan dokumen.
4) Penilaian risiko
Langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko
dapat dilakukan dengan menyusun nilai prioritas dari masing-masing komponen.
Komponen yang memiliki nilai tertinggi akan menjadi prioritas pertama dan
diberi alokasi waktu yang lebih banyak dibanding dengan yang memiliki nilai
risiko rendah.
Agar tujuan dari survei pendahuluan dapat dicapai maka diperlukan
pendekatan teknik yang tepat dalam melakukan survei pendahuluan.
Pendekatan teknik audit pada tahap survei pendahuluan terbagi menjadi dua, yaitu
a) on desk audit, yaitu langkah-langkah survei pendahuluan yang dilakukan di
SKAI dan b) on site audit, yaitu dilakukan di tempat auditee/di lapangan.
KESIMPULAN
Tujuan utama proses perencanaan audit adalah merancang pendekatan
audit yang akan dilaksanakan agar memberikan jaminan bahwa audit dilakukan
secara efektif dan efisien. Tahapan perencanaan audit internal terdiri dari
pemilihan auditee, persiapan penugasan, dan survei pendahuluan.
Pemilihan auditee merupakan salah satu bagian dari tahap perencanaan
untuk menyusu perencanaan penugasan audit untuk jangka pendek dan jangka
panjang yang dapat dilakukan dengan pemilihan secara sistematis, audit secara ad
hoc, dan permintaan audit yang berasal dari direksi, komite audit, dan auditee.
Survei pendahuluan merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diaudit.
PELAKSANAAN AUDIT: EVALUASI DAN BUKTI AUDIT
1. TAHAPAN PEKERJAAN LAPANGAN
Tahap pekerjaan lapangan lebih memfokuskan pada pengujian transaksi dan
komunikasi dengan audit. Dari pekerjaan lapangan akan dihasilkan daftar temuan
yang signifikan yang disajikan dalam draf laporan audit.
Tahapan- tahapan pekerjaan lapangan :
1. Pertemuan Awal
Dalam penemuan ini. Auditor diharapkan memperoleh gambaran mengenal
audit atau sistem yang akan diaudit, sumber daya yang tersedia, dan informasi
lain yang relevan.
Topik yang akan dibahas yaitu :
1. Pengenalan tim auditor Internal dan personel auditee.
2. Mengkomunikasikan pembahasan mengenai titik-titik yang luar biasa,
diskusi tentang temuan, dan lain sebagainya.
3. Waktu yang ditargetkan dalam pelaksanaan penugasan audit
4. Menjelaskan lingkup penugasan, serta menjelaskan tahapan audit yang
akan dilakukan
2. Pengujian Transaksi
Dalam tahap ini transaksi akan diuji menggunakan berbagai teknik, termasuk
sampling . Tujuan dari pengujian adalah agar auditor dapat menilai
pengendalian Internal berjalan dengan efektif melalui pengujian pengendalian
dan pengujian subtantif.
3. Komunikasi Audit
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh auditor,
auditor akan membahas temuan yang signifikan dengan audit. Pada saat yang
sama, audit akan memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan auditor.
Auditor juga akan menginformasikan tentang kemajuan audit selama proses
berlangsung. Biasanya komunikasi dapat dilakukan secara lisan, melalui surat
elektronik, tertulis atau memo untuk masalah yang lebih kompleks agar
memiliki pemahaman yang sama mengenal proses bisnis yang diaudit.
4. Pertemuan Akhir
Setelah menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor akan bertemu dengan audit
untuk membahas temuan awal dan rekomendasi yang diusulkan.
2. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap yang paling penting dalam setiap penugasan audit
karena memberikan kesempatan bagi auditor untuk menerapkan kreatifitas
profesional secara maksimal. Pengujian audit rutin dilakukan untuk
mengkonfirmasi evaluasi asli dalam hal penerapan pengendalian dan efek dari
kelemahan kontrol yakni merujuk pada penerapan Standar IIA 2120.A4.
Teknik evaluasi terdiri atas :
a. Bagan Alir (Howchart)
Flowchart bermanfaat untuk menggambarkan secara visual, proses yang
didesain atau dimaksudkan untuk tujuan pengendalian. Flowchart membantu
auditor untuk memperoleh pemahaman yang baik mengenai proses yang
dievaluasi.
Untuk dapat memahami bagan alir, berikut adalah beberapa contoh flowchart
dan penjelasannya.
b. Pengujian Transaksi
Pengujian transaksi umumnya digunakan untuk memastikan semua kebijakan
dan prosedur pengendalian yang diterapkan telah diikuti dalam memproses
transaksi.
c. Internal Control Questionnaires (ICQ)
ICQ terdiri dari serangkaian pertanyaan yang diaplikasikan pada operasi
tertentu dan dirancang agar jawaban ‘tidak’ megidentifikasikan potensi
kelemahan pengendalian. Berikut ini disajikan contoh pertanyaan kuesioner.
Sebagai contoh , “apakah ada deskrifsi pekerjaan secara tertulis yang dimiliki
oleh setiap karyawan?” Jawaban “tidak” dapat bermakna bahwa deskrifsi
pekerjaan tidak didokumentasikan dengan benar.
3. BUKTI AUDIT
Bukti yang didapatkan selama pelaksanaan audit harus memberikan dasar yang
memadai untuk pemberian pendapat auditor, temuan, dan rekomendasi auditor
yang dinyatakan dalam laporan audit.
Sesuai standars kinerja IIA 2310 tentang mengidentifikasi infomasi disebutkan
bahwa auditor Internal harus mengidentifikasikan informasi yang memadai, dapat
diandalkan, relevan dan berguna untuk mencapai tujuan penugasan yang telah
diinterprestasikan sebagai berikut: informasi yang memadai adalah factual,
cukup, dan meyakinkan.
5. Kriteria Bukti
Bukti audit digunakan untuk mendukung kesimpulan yang dibuat auditor di
dalam laporannya. Untuk itu, bukti audit harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a) Cukup, artinya jumlah bukti audit yang menggambarkan keseluruhan
kondisi yang dipermasalahkan dengan mempertimbangkan sampling
statistik, materialitas, tingkat risiko, dan tingkat pengetahuan auditor
terhadap operasional aktivitas yang diaudit .
b) Relevan, artinya bukti berhubungan langsung dengan tujuan dan ruang
lingkup audit yang dijalankan. Bukti yang terkait dengan kondisi untuk
mendukung argumentasi, simpulan, dan rekomendasi dari auditor.
c) Andal, artinya bukti yang diperoleh harus akurat, dapat dipercaya, tidak
bias, dan jika memungkinan, bukti tersebut diperoleh dari pihak ketiga
atau diperoleh längsung oleh auditor, misalnya tagihan, hasil konfirmasi
auditor, dan lainnya.
2. Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh auditor melalui aktivitas
pengamatan secara langsung, inspeksi ke lapangan, dan inventarisasi fisik
yang selanjutnya didokumentasikan dengan membuat berita acara.
3. Bukti Dokumen
Bukti dokumen adalah bukti dokumen yang disajikan dengan terbuat dari
kertas dengan berisi mengandung informasi, angka, huruf, dan symbol.
Berdasarkan sumbernya, bukti dokumen dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut:
a. Bukti dokumen yang dibuat olch pihak luar yang dikirim langsung ke
auditor
b. Bukti dokumen yang dibuat pihak luar yang bebas disimpan dalam arsip
perusahaan.
c. Bukti dokumen yang dibuat dan disimpan oleh perusahaan.
4. Bukti Keterangan
Bukti keterangan adalah bukti yang diperoleh dari pihak audit dan pihak
ketiga melalui pertanyaan yang diajukan oleh auditor.
5. Bukti Analitis
Bukti analitis adalah bukti yang diperoleh dari analisis terkait data audit
dan data yang lain, di antaranya menggunakan rumus rasio, tren, dan
pembandingan antara data tahun ini dengan tahun sebelumnya.
8. Teknik Pengujian
Teknik ini merupakan teknik yang digunakan auditor untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti audit yang relevan, andal, dan cukup. Berikut adalah
beberapa teknik yang biasa dilakukan oleh auditor dalam menguji audit.
1. Wawancara
Metode ini sering digunakan untuk pengumpulan bukti.
2. Pengujian audit
Pengujian berarti pemeriksaan tindakan/langkah-langkah yang dipilih.
Pengujian audit terdiri dari dua jenis yaitu pengujian kepatuhan dan
pemeriksaan rinci.
3. Seleksi
Proses, bagian dari populasi yang dipilih untuk menentukan karakteristik
dan parameter dari populasi. Metode ini secara signifikan mengurangi
biaya dan membuat audit internal berfungsi lebih efektif.
5. Inspeksi
Inspeksi adalah mengamati secara rinci ke tempat kejadian yang dilakukan
terhadap dokumen dan fisik.
6. Diagram
Deskripsi grafis dari analisis proses atau sistem yang memungkinkan dari
operasi atau sistem yang kompleks. Dengan metode ini, dapat
teridentifikasi sebuah proses yang berlebihan atau tindakan tidak berguna.
7. Pemodelan
Metode yang memfasilitasi pengambilan keputusan melalui simulasi
proses aktual yaitu model matematika dan statistik. Model ini dapat berupa
deskriptif atau kognitif.
8. Observasi
Observasi, mirip dengan inspeksi. Pengamatan terhadap suatu aktivitas
terkait dengan pengendalian intern yang diterapkan audit.
9. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan permintaan tertulis ke objek audit atau pihak ketiga
untuk menyediakan konfirmasi tertulis atau informasi lain. Konfirmasi
terdiri atas konfirması positif dan negatıf.
10. Analisis
Analisis merupakan studi tentang informasi yang diperoleh dan
penggunaannya untuk kesimpulan, untuk membandingkan dengan
indikator hasil kegiatan objek audit, prestasi masa lalu atau hasil operasi
serupa di perusahaan lain, atau untuk mencari tahu sesuai dengan
kebijakan lembaga dan undang-undang yang efektif.
11. Vouching
Vouching adalah menelusuri suatu catatan ke dokumen dasar. Vouching
mengecek adanya bukti apakah telah sesuai dengan catatannya. .
12. Tracing
Tracing adalah menelusuri bukti transaksi ke dasar ke catatan (jurnal, buku
besar).
13. Scanning
Scanning adalah penelaahan secara umum terhadap dokumen, catatan, dan
daftar pendukung yang dikerjakan dengan cepat guna mendeteksi adanya
elemen-elemen yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Rendah 2-7%
Moderal 6-12%
Tinggi 11-20%
4. Pemilihan sampel
Auditor dapat memilih sampel yang menggunakan metode acak. auditor perlu
mengisi (1) Rata-rata kesalahan ditoleransi maksimum, (2) tingkat kepercayaan,
(3) perkiraan tingkat kesalahan populasi, dan (4) Perkiraan ukuran sampel.
Pemilihan sampel ini ini biasanya menggunakan table dalam menentukan jumlah
sampel dan juga dapat menggunakan software audit.
2. TEKNIK SAMPLING
Beberapa metode yang digunakan untuk pengambilan unit sampel adalah sebagai
berikut.
1. Metode random sampling
Teknik ini digunakan untuk memilih sampel dengan setiap unit di dalam populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Pada umumnya,
untuk pemilihan sampel secara acak dapat menggunakan teknik audit berbantuan
komputer(TABK).
2. Metode sampling Strata
Teknik ini digunakan untuk pengambilan unit sampel oleh auditor dengan
membagi populasi menjadi beberapa segmen sehingga menjadi lebih homogen
untuk tiap subpopulasi. Sebagai contoh, auditor akan menguji 50 transaksi
pembayaran berdasarkan strata 100-300 juta kemudian mengambil sampel 100
pembayaran lainnya berdasarkan tiga strata nilai sebagai berikut:
0-100 juta
100-300 juta
300-500 juta
500 juta-1
miliar
Atribut
2. otorisasi tepat
3. verifikasi kesesuaian
4. pengesahan
7. ketelitian angka
Zamzami, Faiz, dkk, 2018, Audit Internal; Konsep dan Praktik, Gadjah Mada
University Press