Anda di halaman 1dari 31

Perencanaan Audit Internal

dan Pelaksanaan Audit

Kelompok 1 :
Riskha 17116005
Melinda Novianti 171116014
Putri Dwilin Agustin 17116016
Ivandi Maulana 17116018
Evi Sulastri 17116021
Muhammad Rafi Bimaziz 15102073

Universitas Trilogi
Jurusan Akuntansi
Jakarta, 2020
PERENCANAAN AUDIT

PENDAHULUAN
Penilaian risiko merupakan bagian penting pada perencanaan audit
sehingga pelaksanaan audit dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Proses
audit internal terdiri dari tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, dan tahapan
pelaporan beserta pemantauan tindak lanjut. Proses perencanaan audit meliputi
semua kegiatan yang berhubungan dengan penyeleksian auditee, persiapan
penugasan yang terdiri dari pengembangan rencana, penjadwalan audit internal,
penetapan lingkup, tujuan audit, waktu pelaksanaan, dan bentuk prosedur secara
mendetail, serta survei pendahuluan. Pada Bab 7 akan dibahas mengenai langkah-
langkah dalam penyusunan perencanaan audit internal.
Berdasarkan standar kinerja 2200 – tentang perencanaan penugasan bahwa
"auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan perencanaan
untuk setiap penugasan yang mencakup tujuan, ruang lingkup, waktu, dan alokasi
sumber daya". Untuk itu, tujuan utama proses perencanaan audit adalah
merancang pendekatan audit yang akan dilaksanakan agar memberikan jaminan
bahwa audit dilakukan secara efektif dan efisien. Tahapan perencanaan audit
internal terdiri dari pemilihan auditee, persiapan penugasan, dan survei
pendahuluan.
Dari tahapan tersebut, terdapat 3 (tiga) tahapan penting dalam perencanaan
audit internal. Tahapan-tahapan inilah yang nantinya akan dilalui auditor dalam
setiap penugasannya. Mengenai penjelasan untuk masing-masing tahapan akan
disajikan tentang perencanaan penugasan

PEMILIHAN AUDITEE
Pemilihan auditee merupakan salah satu bagian dari tahap perencanaan
untuk menyusun perencanaan penugasan audit untuk jangka pendek dan jangka
panjang yang dapat dilakukan dengan pemilihan secara sistematis, audit secara ad
hoc, dan permintaan audit yang berasal dari direksi, komite audit, dan auditee.
Dalam pemilihan auditee secara sistematis, saat ini SKAI lebih didorong
menggunakan metode audit internal berbasis risiko (risk-based internal audit).
Audit internal berbasis risiko merupakan metodologi yang menyediakan jaminan
bahwa risiko akan dikelola dalam kerangka preferensi risiko organisasi, sehingga
dalam pemilihan auditee ditentukan dengan tahapan yang terdiri dari identifikası
audit universe, menetapkan faktor risiko dan skala prioritas, pemberian skor dan
ranking, dan pemilihan auditee.
Identifikasi Audit Universe
Audit universe merupakan kumpulan dari semua auditable unit (unit yang
layak menjadi auditee tersendiri, misalnya kegiatan, bagian, divisi, instansi,
proyek). Contoh unit yang layak menjadi auditee adalah sebagai berikut:
1. Proyek, misalnya pembangunan fisik gedung, pengembangan sistem
informasi, pengembangan produk, dan pengembangan lainnya.
2. Struktur organisasi, misalnya kantor pusat, kantor cabang, divisi/bagian,
pabrik, dan bentuk lainnya.
3. Aset, misalnya aset tetap, kas, persediaan, sumber daya perusahaan, dan
aset lainnya.
4. Kegiatan, misalnya kepanitiaan, fungsi, proses, dan kegiatan lainnya.
Contoh penerapan audit universe pada usaha perbankan terdiri atas kantor
pusat, kantor cabang, dan divisi yang merupakan pendekatan struktur dengan
dikombinasikan proyek pengembangan produk baru misal e-money yang
merupakan pendekatan proyek dan kegiatan kredit yang merupakan pendekatan
kegiatan.
Menetapkan Faktor Risiko dan Skala Prioritas
Setelah audit universe dirumuskan, selanjutnya auditor harus menempuh
langkah dalam menetapkan faktor risiko. Faktor risiko adalah kriteria (kategori
atau faktor) yang digunakan untuk menggambarkan kondisi risiko yang ada dalam
suatu instansi. Untuk suatu faktor yang sama, auditee dapat memiliki tingkat
risiko yang berbeda-beda. Faktor risiko utama yang biasanya digunakan dalam
sistem scoring adalah sebagai berikut:
1. Kecukupan sistem pengendalian internal.
2. Sifat transaksi (misalnya jumlah dan nilai transaksi, serta kompleksitas
transaksi).
3. Jangka waktu penerapan sistem pengendalian internal.
4. Sifat lingkungan operasional (misalnya perubahan sistem, perubahan
metode pelaporan, sensivitas data, pengaruh dari proses bisnis yang
signifikan, perubahan rencana manajemen, serta perubahan kebijakan).
5. Keamanan sumber informasi secara fisik
6. Kecukupan pengendalian dan audit secara langsung oleh manajemen.
7. Hasil audit dan kebijakan-kebijakan manajemen terdahulu, serta
responsivitas manajemen terhadap isu-isu atau temuan-temuan yang harus
ditindaklanjuti.
8. Ketersediaan sumber daya manusia, meliputi pengalaman manajemen dan
staf, turnover, kompetensi teknis, serta tingkat pendelegasian tugas.
9. Pandangan dari manajemen.
Contoh dalam menerapkan tahapan ini adalah SKAI PT Ojo Lali
menggunakan faktor risiko yang terdiri dari kondisi pengendalian internal,
besarnya dana yang dikelola, kompetensi dan integritas pimpinan, dan respons
terhadap temuan audit sebelumnya. Untuk menyederhanakan, asumsikan audit
universe hanya memiliki lima unit yang layak menjadi auditee sendiri, yakni
bagian logistik, proyek gedung, kantor cabang 1, kantor cabang 2, dan bagian
penjualan.
Pemberian Skor dan Peringkat
Selanjutnya pada tahap pemberian skor, auditable unit diberikan skor
skala antara 1-5. Skala 1 menunjukkan risiko paling rendah dan skala 5 untuk
menunjukkan risiko paling tinggi. Berdasarkan pemilihan faktor- faktor tersebut,
langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian pada setiap faktor risiko yaitu
dengan menetapkan skala tertentu melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat skala angka tertentu, misalnya untuk menyajikan informasi
mengenai tingkat signifikansi risiko yang terjadi pada unit audit maka
dapat dibuat skala antara 1-5. Skala 1 menunjukkan risiko paling rendah
dan skala 5 untuk menunjukkan risiko paling tinggi.
2. Lakukan assessment atas masing-masing faktor pada setiap unit audit yaitu
menyusun auditee melalui perhitungan jumlah risiko yang paling tinggi ke
jumlah risiko yang paling rendah.
Assessment terhadap faktor risiko
Intern Dana
Kompeten Respons
al yang
Auditee si terhadap Jumlah
Contro Dikelol
Pimpinan Temuan
l a
Bagian Logistik 4 4 5 5 18
Proyek Gedung 4 4 3 2 13
Kantor Cabang 1 3 3 4 2 12
Kantor Cabang 2 3 3 5 3 14
Bagian
Penjualan 3 2 2 1 8
dst dst dst dst dst  

Berdasarkan Tabel 7.1, misalnya untuk faktor pengendalian internal dan


dana yang dikelola risiko tertinggi ada di bagian logistik dan proyek gedung,
sedangkan untuk faktor kompetensi dan respons terhadap temuan, risiko tertinggi
ada pada bagian logistik. Selanjutnya berdasarkan tabel tersebut, urut-urutan
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam auditable unit berisiko tinggi, sedang, dan
rendah. Peringkat auditable unit dari ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagian Logistik (skor 18)
2. Kantor Cabang 2 (skor 14)
3. Proyek Gedung (skor 13)
4. Kantor Cabang 1 (skor 12)
5. Bagian Penjualan (skor 8)
Dari perankingan auditee tersebut dapat digunakan sebagai program audit
tahunan dengan memprioritaskan auditee yang memiliki risiko tinggi.
Pemilihan Auditee
Penentuan rencana dan jadwal audit didasarkan pada penyesuaian
peringkat auditable unit dengan sumber daya audit yang tersedia. Jika anggaran
dan personel yang tersedia hanya cukup untuk mengaudit sebagian unit auditee
maka pemilihan unit sebaiknya mendahulukan unit yang memiliki risiko tertinggi.
Sebagai contoh. SKAI memiliki personel auditor dengan jumlah orang hari
yang tersedia sebanyak 80 hari, sedangkan waktu (dalam hari) yang diperlukan
untuk mengaudit kelima unit tersebut adalah: Bagian Logistik (40 hari), Kantor
Cabang I (15 hari), Kantor Cabang 2 (15 hari), Proyek Gedung (10 hari), dan
Bagian Penjualan (10 hari).
Agar dapat mengalokasikan sumber daya audit dengan baik, kita harus
memilih auditee berdasarkan peringkat risiko, yakni sebagai berikut:
1. Bagian Logistik 40 hari
2. Kantor Cabang 2 15 hari
3. Proyek Gedung 10 hari
4. Kantor Cabang 1 15 hari
5. Bagian Penjualan 10 hari
Dengan demikian, unit yang kita pilih adalah empat auditee yang memiliki
skor risiko yang paling tinggi, yaitu Bagian Logistik (40 hari) Kantor Cabang 1
(15 hari), Kantor Cabang 2 (15 hari), Proyek Gedung (10 hari), dengan total
waktu 80 hari audit/orang. Jika auditor ingin mengaudit seluruh unit, tetapi
dengan jumlah tenaga yang sama, maka alokasi waktunya disesuaikan dengan
proporsi masing-masing skor dengan total seluruh skor, Perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 7.2 Perhitungan alokasi sumber daya audit

Skor % Skor Hari Audit (% x 80


Auditee
Risiko Risiko hari)
Bagian Logistik 18 27%(18/65) 22
Kantor Cabang 2 14 21%(14/65) 18
Proyek Gedung 13 20%(13/65) 16
Kantor Cabang 1 12 18%(12/65) 14
Bagian
Penjualan 8 12%(8/65) 10
Jumlah 65   80

PERSIAPAN PENUGASAN AUDIT


Setiap penugasan audit harus disiapkan dengan baik dan direncanakan
secara matang karena hal tersebut merupakan salah satu langkah agar setiap
penugasan dapat dijalankan secara efektif dan efisien, Pada tahap ini dimulai
dengan penunjukan tim yang akan terlihat dalam suatu penugasan oleh SKAI
dengan tujuan agar tim yang akan melaksanakan tugas mempunyai payung hukum
yang kuat bahwa tim tersebut melaksanakan audit atas perintah dari atasan dan
bukan karena kepentingan pribadi. Dalam persiapan penugasan terdapat beberapa
langkah yang diperhatikan dan dilaksanakan, yakni sebagai berikut.
Penerbitan Surat Tugas
Fungsi pokok surat tugas ini adalah pemberitahuan kepada auditee bahwa akan
dilaksanakan penugasan audit di unit tersebut. Selain itu, dalam surat tugas ini
juga tercantum tim yang akan terlibat dalam suatu penugasan di unit tertentu.
Surat tugas ini sebaiknya diterima oleh auditee beberapa hari sebelum tanggal
dilaksanakannya first meeting atau pertemuan awal. Hal ini dilakukan agar
auditee telah mempersiapkan diri, baik dari segi personel maupun data yang
dibutuhkan untuk proses audit, sehingga dengan surat tugas ini waktu yang telah
direncanakan sebelumnya dapat berjalan dengan efektif Adapun isi dari surat
tugas tersebut meliputi:
1. Dasar audit
Pencantuman dasar sasar audit dalam surat penugasan bertujuan untuk
menjelaskan alasan pelaksanaan audit tersebut, yakni bersifat rutin atau karena
permintaan khusus. Dengan adanya dasar audit diharapkan auditee mengetahui
gambaran pekerjaan auditor mengenai dasar pelaksanaan audit di auditee.
2. Tujuan audit
Tujuan audit berisi penjelasan mengenai tujuan yang ingin dicapai dari
pelaksanaan audit tersebut, misalnya tujuan audit operasional bertujuan untuk
mengetahui efektivitas dan efisiensi operasional suatu kegiatan.
3. Ruang lingkup audit
Ruang lingkup audit mengurai tentang lingkup atau area yang akan
diperiksa oleh auditor.
4. Objek dan lokasi audit
Objek dan lokasi audit meliputi objek audit dan tempat unit kerja yang
akan diaudit.

5. Periode audit
Periode audit dimaksudkan untuk menginformasikan kepada auditee
mengenai jangka waktu/masa (tanggal, bulan, atau tahun) kegiatan yang diaudit.
6. Waktu pelaksanaan audit
Waktu pelaksanaan audit disajikan untuk menjelaskan periode yang
diperlukan tim auditor untuk menyelesaikan setiap penugasan audit.
7. Susunan tim audit
Susunan organisasi tim audit yang akan ditugaskan dalam auditee,
misalnya supervisor, ketua tim, dan anggota tim yang ditugaskan.

Koordinasi dengan Auditor


Lain Koordinasi atau kerja sama audit akan sangat bermanfaat bagi semua
pihak karena dapat menghindari penugasan audit yang tumpang tindih. Selain itu,
jika objek yang diaudit sama maka tim yang ditugaskan pada periode tersebut
dapat meminta penjelasan kepada lembaga audit sebelumnya agar mendapat
gambaran mengenai unit yang akan diaudit.
Pemberitahuan kepada Auditee
Komunikasi dengan auditee sebelum dilaksanakan penugasan lapangan
sangatlah perlu dilakukan. Hal ini agar memberikan auditee waktu untuk
mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan selama penugasan, baik dokumen yang
diperlukan maupun staf auditee yang akan ditugasi untuk selalu berhubungan
selama proses audit dilakukan. Dalam hal ini auditee dapat mengajukan keberatan
terkait dengan waktu atau jadwal pelaksanaan audit. Oleh karena itu, komunikasi
berperan penting agar proses audit dapat berjalan dengan efektif tanpa
mengganggu aktivitas reguler auditee dalam melaksanakan kegiatan operasional.
Pengumpulan Informasi Umum
Dalam melakukan persiapan audit, SKAI perlu melakukan koordinasi
rencana audit dan pengumpulan serta penelaahan informasi umum mengenai
objek yang akan diaudit.
Penyusunan Rencana Penugasan
Di dalam penyusunan perencanaan penugasan audit yang tepat terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni a) melakukan kordinasi tim, b)
menentukan jenis pekerjaan yang harus dilakukan, dan c) menyusun format, baik
bentuk maupun isi laporan yang diinginkan.

Penyiapan Program Audit


Dalam tahap ini, tim auditor perlu menyusun isi program audit yang
meliputi tujuan dan prosedur audit yang akan dilaksanakan. Program audit
berisikan seperangkat prosedur analitis atau langkah-langkah audit dalam rangka
pengumpulan dan pengujian bukti-bukti audit serta mengemukakan opini tentang
efisiensi, efektivitas, dan ekonomis aktivitas yang diaudit.
Standar kinerja 2240 mencontohkan program kerja dan menyatakan bahwa
"auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan program kerja
untuk mencapai tujuan penugasan."
2240.A1 – Program kerja harus mencakup prosedur untuk mengidentifikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi selama
penugasan. Program kerja harus disetujui sebelum pelaksanaannya dan setiap
penyesuaian harus segera disetujui.
2240.C1 – Program kerja untuk penugasan konsultan dapat bervariasi dalam
bentuk dan isi tergantung pada sifat penugasan.
Berdasarkan standar kinerja tersebut, penyusunan program audit
memberikan garis besar langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan
audit dalam lingkup yang telah ditentukan seperti yang sudah dicantumkan dalam
penugasan. Program audit merupakan rencana rinci yang digunakan untuk
pelaksanaan kerja selama audit. Untuk itu, program audit harus disusun dengan
baik sehingga memudahkan dalam mensupervisi pekerjaan audit dengan efisien.
Beberapa kriteria program audit telah disusun dengan baik, yaitu
setidaknya menyajikan:
1. Rencana yang sistematis untuk setiap fase pekerjaan yang dapat
dikomunikasikan kepada seluruh personel audit yang terlibat.
2. Alat pengendalian diri dan mengevaluasi kemajuan pekerjaan audit yang
telah dicapai untuk staf audit yang ditugasi.
3. Alat yang dapat digunakan supervisor dan manajer audit dapat meninjau
dan membandingkan kinerja dengan rencana yang disetujui.
4. Bantuan untuk pelatihan bagi anggota staf yang belum berpengalaman
dan memperkenalkan mereka dengan lingkup, tujuan, dan langkah
pekerjaan audit.
5. Bantuan untuk supervisor dan manajer audit yang memungkinkan
pengurangan jumlah usaha audit langsung yang diperlukan.
6. Bantuan untuk membiasakan diri bagi staf auditor selanjutnya mengenai
sifat pelaksanaan pekerjaan sebelumnya, misalnya jenis audit yang
dilaksanakan dan durasi waktu pelaksanaan penugasan.

SURVEI PENDAHULUAN
Berdasarkan standar implementasi 2220.A1, yang menyatakan bahwa
"lingkup penugasan harus mencakup pertimbangan mengenai sistem catatan,
personalia, dan properti fisik yang relevan, termasuk pengendalian oleh pihak
ketiga". Survei merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi, tanpa
melakukan verifikasi secara terperinci, tentang kegiatan yang akan diaudit (Hiro
Tugiman, 2003), sehingga survei pendahuluan dapat didefinisikan sebagai
aktivitas untuk memperoleh gambaran mengenai fungsi yang akan diaudit dengan
tujuan untuk mendapatkan pemahaman aktivitas dari auditee, risiko yang ada,
pengetahuan awal sebelum melakukan pekerjaan lapangan yang lebih rinci.
Survei pendahuluan merupakan bagian penting dari proses audit yang
dijalankan dan menjadi alat bagi auditor terbaik untuk mendapatkan pemahaman
mengenai wawasan, informasi, dan perspektif yang diperlukan untuk mendukung
tujuan audit. Tujuan survei pendahuluan yang efektif adalah untuk
mengidentifikasi area-area yang berisiko tertinggi dan memberikan penilaian awal
mengenai proses pengendalian internal. Hasil dari survei pendahuluan adalah
pengembangan program audit yang berfokus pada bidang risiko tertinggi
memberikan manfaat bagi auditee dan organisasi secara keseluruhan. Survei
pendahuluan biasanya terdiri dari langkah-langkah berikut:
1) Studi awal
Langkah pertama, "studi awal" melibatkan pemeriksaan semua informasi
yang tersedia bagi auditor tanpa menghubungi auditee. Dalam kebanyakan kasus,
hal tersebut hanya melibatkan organisasi grafik, kebijakan dan prosedur manual,
serta catatan keuangan. Informasi yang diperoleh harus digunakan untuk
mengembangkan daftar pertanyaan untuk pertemuan pendahuluan atau
wawancara.
2) Pertemuan pendahuluan
Personel kunci auditee harus dicek dan diperhatikan untuk memastikan
bahwa auditor berkonsultasi dengan personel yang tepat dan benar untuk
mendapatkan informasi selama audit. Selain itu, auditor harus menentukan
lingkup auditee yang perlu mendapatkan perhatian yang besar.
3) Pengumpulan informasi rinci
Setelah pertemuan pendahuluan, auditor akan mengumpulkan informasi
yang lebih rinci untuk mendapatkan tujuan tersebut maka diperlukan penyusunan
rencana audit. Tahap ini akan memerlukan pemeriksaan dokumen, mengamati
operasi, dan mewawancarai personel kunci. Tujuan dasar tahap ini adalah untuk
memperoleh pemahaman tentang operasi auditee, laporan keuangan, atau undang-
undang, peraturan, kebijakan dan prosedur, serta kontrak dan dokumen.

4) Penilaian risiko
Langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko
dapat dilakukan dengan menyusun nilai prioritas dari masing-masing komponen.
Komponen yang memiliki nilai tertinggi akan menjadi prioritas pertama dan
diberi alokasi waktu yang lebih banyak dibanding dengan yang memiliki nilai
risiko rendah.
Agar tujuan dari survei pendahuluan dapat dicapai maka diperlukan
pendekatan teknik yang tepat dalam melakukan survei pendahuluan.
Pendekatan teknik audit pada tahap survei pendahuluan terbagi menjadi dua, yaitu
a) on desk audit, yaitu langkah-langkah survei pendahuluan yang dilakukan di
SKAI dan b) on site audit, yaitu dilakukan di tempat auditee/di lapangan.

KESIMPULAN
Tujuan utama proses perencanaan audit adalah merancang pendekatan
audit yang akan dilaksanakan agar memberikan jaminan bahwa audit dilakukan
secara efektif dan efisien. Tahapan perencanaan audit internal terdiri dari
pemilihan auditee, persiapan penugasan, dan survei pendahuluan.
Pemilihan auditee merupakan salah satu bagian dari tahap perencanaan
untuk menyusu perencanaan penugasan audit untuk jangka pendek dan jangka
panjang yang dapat dilakukan dengan pemilihan secara sistematis, audit secara ad
hoc, dan permintaan audit yang berasal dari direksi, komite audit, dan auditee.
Survei pendahuluan merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diaudit.
PELAKSANAAN AUDIT: EVALUASI DAN BUKTI AUDIT
1. TAHAPAN PEKERJAAN LAPANGAN
Tahap pekerjaan lapangan lebih memfokuskan pada pengujian transaksi dan
komunikasi dengan audit. Dari pekerjaan lapangan akan dihasilkan daftar temuan
yang signifikan yang disajikan dalam draf laporan audit.
Tahapan- tahapan pekerjaan lapangan :
1. Pertemuan Awal
Dalam penemuan ini. Auditor diharapkan memperoleh gambaran mengenal
audit atau sistem yang akan diaudit, sumber daya yang tersedia, dan informasi
lain yang relevan.
Topik yang akan dibahas yaitu :
1. Pengenalan tim auditor Internal dan personel auditee.
2. Mengkomunikasikan pembahasan mengenai titik-titik yang luar biasa,
diskusi tentang temuan, dan lain sebagainya.
3. Waktu yang ditargetkan dalam pelaksanaan penugasan audit
4. Menjelaskan lingkup penugasan, serta menjelaskan tahapan audit yang
akan dilakukan

2. Pengujian Transaksi
Dalam tahap ini transaksi akan diuji menggunakan berbagai teknik, termasuk
sampling . Tujuan dari pengujian adalah agar auditor dapat menilai
pengendalian Internal berjalan dengan efektif melalui pengujian pengendalian
dan pengujian subtantif.
3. Komunikasi Audit
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh auditor,
auditor akan membahas temuan yang signifikan dengan audit. Pada saat yang
sama, audit akan memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan auditor.
Auditor juga akan menginformasikan tentang kemajuan audit selama proses
berlangsung. Biasanya komunikasi dapat dilakukan secara lisan, melalui surat
elektronik, tertulis atau memo untuk masalah yang lebih kompleks agar
memiliki pemahaman yang sama mengenal proses bisnis yang diaudit.
4. Pertemuan Akhir
Setelah menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor akan bertemu dengan audit
untuk membahas temuan awal dan rekomendasi yang diusulkan.
2. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap yang paling penting dalam setiap penugasan audit
karena memberikan kesempatan bagi auditor untuk menerapkan kreatifitas
profesional secara maksimal. Pengujian audit rutin dilakukan untuk
mengkonfirmasi evaluasi asli dalam hal penerapan pengendalian dan efek dari
kelemahan kontrol yakni merujuk pada penerapan Standar IIA 2120.A4.
Teknik evaluasi terdiri atas :
a. Bagan Alir (Howchart)
Flowchart bermanfaat untuk menggambarkan secara visual, proses yang
didesain atau dimaksudkan untuk tujuan pengendalian. Flowchart membantu
auditor untuk memperoleh pemahaman yang baik mengenai proses yang
dievaluasi.
Untuk dapat memahami bagan alir, berikut adalah beberapa contoh flowchart
dan penjelasannya.
b. Pengujian Transaksi
Pengujian transaksi umumnya digunakan untuk memastikan semua kebijakan
dan prosedur pengendalian yang diterapkan telah diikuti dalam memproses
transaksi.
c. Internal Control Questionnaires (ICQ)
ICQ terdiri dari serangkaian pertanyaan yang diaplikasikan pada operasi
tertentu dan dirancang agar jawaban ‘tidak’ megidentifikasikan potensi
kelemahan pengendalian. Berikut ini disajikan contoh pertanyaan kuesioner.
Sebagai contoh , “apakah ada deskrifsi pekerjaan secara tertulis yang dimiliki
oleh setiap karyawan?” Jawaban “tidak” dapat bermakna bahwa deskrifsi
pekerjaan tidak didokumentasikan dengan benar.

d. Internal Control Evaluation System (ICES)


ICES sama dengan ICQ tapi lebih ditekankan pada aspek system informasi
yang diterapkan audit.

3. BUKTI AUDIT
Bukti yang didapatkan selama pelaksanaan audit harus memberikan dasar yang
memadai untuk pemberian pendapat auditor, temuan, dan rekomendasi auditor
yang dinyatakan dalam laporan audit.
Sesuai standars kinerja IIA 2310 tentang mengidentifikasi infomasi disebutkan
bahwa auditor Internal harus mengidentifikasikan informasi yang memadai, dapat
diandalkan, relevan dan berguna untuk mencapai tujuan penugasan yang telah
diinterprestasikan sebagai berikut: informasi yang memadai adalah factual,
cukup, dan meyakinkan.
5. Kriteria Bukti
Bukti audit digunakan untuk mendukung kesimpulan yang dibuat auditor di
dalam laporannya. Untuk itu, bukti audit harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a) Cukup, artinya jumlah bukti audit yang menggambarkan keseluruhan
kondisi yang dipermasalahkan dengan mempertimbangkan sampling
statistik, materialitas, tingkat risiko, dan tingkat pengetahuan auditor
terhadap operasional aktivitas yang diaudit .
b) Relevan, artinya bukti berhubungan langsung dengan tujuan dan ruang
lingkup audit yang dijalankan. Bukti yang terkait dengan kondisi untuk
mendukung argumentasi, simpulan, dan rekomendasi dari auditor.
c) Andal, artinya bukti yang diperoleh harus akurat, dapat dipercaya, tidak
bias, dan jika memungkinan, bukti tersebut diperoleh dari pihak ketiga
atau diperoleh längsung oleh auditor, misalnya tagihan, hasil konfirmasi
auditor, dan lainnya.

6. Klasifikasi Bukti Audit berdasarkan Sumber


Berdasarkan sumber dalam memperoleh bukti audit, bukti dikelompokkan
sebagai berikut:
 Bukti internal
Bukti internal adalah bukti yang diperoleh dan dibuat oleh auditee.
Misalnya, memo, daftar gaji, dan notulen rapat.
 Bukti internal-eksternal
Bukti internal-eksternal adalah bukti yang berasal dari lingkungan
internal tetapi juga melibatkan proses yang dilakukan oleh pihak eksternal,
misalnya bukti pengiriman barang yang ditandatangani oleh pihak yang
menerima barang
 Bukti eksternal-internal
Bukti eksternal-internal adalah bukti yang berasal dari pihak eksternal
tetapi selanjutnya diproses lebih lanjut oleh pihak internal, misalnya,
faktur penjualan dari rekanan yang diterima dari pembelian barang. Bukti
eksternal yang berupa faktur dan surat tagihan dari pemasok memiliki
derajat kepercayaan yang tinggi tetapi tingkat kekuatan pembuktiannya
tidak setinggi bukti eksternal.
 Bukti eksternal
Bukti eksternal adalah bukti yang berasal dari pihak eksternal dan dibuat
oleh pihak eksternal. Misalnya, hasil konfirmasi dilakukan oleh auditor
yaitu konfirmasi bank terkait saldo kas dan konfirmasi dari para pelanggan
terkait piutang.
7. Tipe Bukti Audit
Bukti audit dapat dibedakan dalam berbagai jenis sebagai berikut:
1. Struktur Pengendalian Intern (SPI)
SPI yang diterapkan dengan memadai dapat menjadi bukti yang kuat
mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan
keuangan.

2. Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh auditor melalui aktivitas
pengamatan secara langsung, inspeksi ke lapangan, dan inventarisasi fisik
yang selanjutnya didokumentasikan dengan membuat berita acara.

3. Bukti Dokumen
Bukti dokumen adalah bukti dokumen yang disajikan dengan terbuat dari
kertas dengan berisi mengandung informasi, angka, huruf, dan symbol.
Berdasarkan sumbernya, bukti dokumen dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut:
a. Bukti dokumen yang dibuat olch pihak luar yang dikirim langsung ke
auditor
b. Bukti dokumen yang dibuat pihak luar yang bebas disimpan dalam arsip
perusahaan.
c. Bukti dokumen yang dibuat dan disimpan oleh perusahaan.

4. Bukti Keterangan
Bukti keterangan adalah bukti yang diperoleh dari pihak audit dan pihak
ketiga melalui pertanyaan yang diajukan oleh auditor.

5. Bukti Analitis
Bukti analitis adalah bukti yang diperoleh dari analisis terkait data audit
dan data yang lain, di antaranya menggunakan rumus rasio, tren, dan
pembandingan antara data tahun ini dengan tahun sebelumnya.

8. Teknik Pengujian
Teknik ini merupakan teknik yang digunakan auditor untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti audit yang relevan, andal, dan cukup. Berikut adalah
beberapa teknik yang biasa dilakukan oleh auditor dalam menguji audit.
1. Wawancara
Metode ini sering digunakan untuk pengumpulan bukti.

2. Pengujian audit
Pengujian berarti pemeriksaan tindakan/langkah-langkah yang dipilih.
Pengujian audit terdiri dari dua jenis yaitu pengujian kepatuhan dan
pemeriksaan rinci.

3. Seleksi
Proses, bagian dari populasi yang dipilih untuk menentukan karakteristik
dan parameter dari populasi. Metode ini secara signifikan mengurangi
biaya dan membuat audit internal berfungsi lebih efektif.

Ada dua tipe dasar seleksi:


a. Seleksi dengan menggunakan statistik, yang bergantung pada ilmu
statistik;
b. Seleksi melalui judgement auditor, atau "non-statistik", yakni auditor
memilih atas dasar judgement auditor dan menentukan lingkup yang
dipilih.

4. Pertanyaan Pendekatan struktural untuk pengumpulan informasi dari


populasi yang besar.

5. Inspeksi
Inspeksi adalah mengamati secara rinci ke tempat kejadian yang dilakukan
terhadap dokumen dan fisik.
6. Diagram
Deskripsi grafis dari analisis proses atau sistem yang memungkinkan dari
operasi atau sistem yang kompleks. Dengan metode ini, dapat
teridentifikasi sebuah proses yang berlebihan atau tindakan tidak berguna.

7. Pemodelan
Metode yang memfasilitasi pengambilan keputusan melalui simulasi
proses aktual yaitu model matematika dan statistik. Model ini dapat berupa
deskriptif atau kognitif.

8. Observasi
Observasi, mirip dengan inspeksi. Pengamatan terhadap suatu aktivitas
terkait dengan pengendalian intern yang diterapkan audit.

9. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan permintaan tertulis ke objek audit atau pihak ketiga
untuk menyediakan konfirmasi tertulis atau informasi lain. Konfirmasi
terdiri atas konfirması positif dan negatıf.
10. Analisis
Analisis merupakan studi tentang informasi yang diperoleh dan
penggunaannya untuk kesimpulan, untuk membandingkan dengan
indikator hasil kegiatan objek audit, prestasi masa lalu atau hasil operasi
serupa di perusahaan lain, atau untuk mencari tahu sesuai dengan
kebijakan lembaga dan undang-undang yang efektif.

11. Vouching
Vouching adalah menelusuri suatu catatan ke dokumen dasar. Vouching
mengecek adanya bukti apakah telah sesuai dengan catatannya. .

12. Tracing
Tracing adalah menelusuri bukti transaksi ke dasar ke catatan (jurnal, buku
besar).

13. Scanning
Scanning adalah penelaahan secara umum terhadap dokumen, catatan, dan
daftar pendukung yang dikerjakan dengan cepat guna mendeteksi adanya
elemen-elemen yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

SAMPLING STATISTIK AUDIT


1. DEFINISI & METODE SAMPLING AUDIT
Sampling audit adalah proses pemeriksaan pada saldo akun atau kelompok
transaksi yang kurang dari 100% untuk tujuan menggambarkan beberapa bentuk
kesimpulan untuk seluruh populasi berdasarkan hasil audit.
Dalam menetapkan jumlah sampling, audit memiliki dua pendekatan yaitu
statistik dan nonstatistik. Sampling statistik adalah metode yang berbasis
matematika atau memilih perwakilan sampel yang mencerminkan karakteristik
dari seluruh populasi. Sedangkan sampling non-statistik (judgemental sampling)
adalah metode tidak menggunakan dasar matematika dan tidak mengizinkan
auditor internal mengatakan opininya dengan tepat secara statistik.
Beberapa auditor tidak menggunakan sampling statistik karena beberapa alasan
yaitu:
1. Pengetahuan yang lemah, auditor menganggap bahwa sampling statistik
rumit dan menyita waktu yang cukup lama.
2. Penerapan metode sampling statistik tidak efektif jika populasi berjumlah
sedikit.
Beberapa alasan yang mendorong auditor menggunakan sampling statistik adalah:
1. Memperkirakan hasil dengan aman.
2. Memiliki objektivitas yang tinggi.
3. Hasilnya tidak bias.
4. Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK)

Konsep sampling statistik merupakan pendekatan pemilihan sampel secara acak


dan dalam pemilihan sampel, setiap unit dalam populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Unsur-unsur yang mempengaruhi
populasi :
1. Tingkat kesalahan maksimum yang dapat ditoleransi
Unsur ini merupakan tingkat kesalahan atau kekeliruan maksimal dalam populasi
yang masih ditoleransi oleh dengan batasan maksimal adalah 20%, misalnya
dalam menentukan rencana risiko sampling dan tingkat kesalahan yang dapat
ditoleransi sebagai berikut:

Rencana Sampling Risk Tingkat Tolerable Error

Rendah 2-7%

Moderal 6-12%

Tinggi 11-20%

2. Tingkat keyakinan yang diinginkan


Tingkat kepercayaan yang diinginkan adalah ukuran kepercayaan auditor pada
sampel. artinya, auditor umumnya menginginkan memiliki 95% atau 98% tingkat
kepastian bahwa hasil sampel adalah benar-benar mewakili populasi yang
sebenarnya besar kecilnya tingkat keyakinan dipengaruhi oleh tingkat keyakinan
auditor terhadap pengendalian internal pada audit yang diaudit.

3. Perkiraan expected error rate


Auditor mengestimasi tingkat kesalahan yang terjadi dalam populasi dan
kemudian mengambil sampel statistik untuk mengkonfirmasi tersebut. Penentuan
expected error rate ini biasanya mengandalkan sikap profesional auditor misalnya
Berdasarkan pengalaman pada sila audit yang telah dilakukan pada periode
sebelumnya.

4. Pemilihan sampel
Auditor dapat memilih sampel yang menggunakan metode acak. auditor perlu
mengisi (1) Rata-rata kesalahan ditoleransi maksimum, (2)  tingkat kepercayaan,
(3)  perkiraan tingkat kesalahan populasi, dan (4) Perkiraan ukuran sampel.
Pemilihan sampel ini ini biasanya menggunakan table dalam menentukan jumlah
sampel dan juga dapat menggunakan software audit.

2. TEKNIK SAMPLING
Beberapa metode yang digunakan untuk pengambilan unit sampel adalah sebagai
berikut.
1. Metode random sampling
Teknik ini digunakan untuk memilih sampel dengan setiap unit di dalam populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Pada umumnya,
untuk pemilihan sampel secara acak dapat menggunakan teknik audit berbantuan
komputer(TABK).
2. Metode sampling  Strata
Teknik ini digunakan untuk pengambilan unit sampel oleh auditor dengan
membagi populasi menjadi beberapa segmen sehingga menjadi lebih homogen
untuk tiap subpopulasi. Sebagai contoh, auditor akan menguji 50 transaksi
pembayaran berdasarkan strata 100-300 juta kemudian mengambil sampel 100
pembayaran lainnya berdasarkan tiga strata  nilai sebagai berikut:
 

Strata Kelas Jumlah Sampel

0-100 juta

100-300 juta
300-500 juta

500 juta-1
miliar

Untuk mempermudah dalam menentukan sampel dapat menggunakan teknik audit


berbantuan komputer(TABK).
3. Monetary unit sampling
 Teknik ini digunakan apabila populasi yang diuji menggunakan satuan moneter
sebagai karakteristik. auditor berasumsi bahwa populasi terdiri dari serangkaian
nilai dan dalam mengaudit item yang nilainya lebih besar dipilih secara alamiah
telah interval sampling diperkirakan sehingga auditor dapat memutuskan apakah
akun/rekening dapat diterima atau tidak di dalam pendapat audit.
4. Atribut sampling 
Teknik ini digunakan dalam pengambilan sampel untuk memperkirakan proporsi
dari beberapa karakteristik atau atribut dalam suatu populasi. Berikut ini adalah
contoh atribut.

Atribut

1.Keberadaan dokumen pendukung

2. otorisasi tepat

3. verifikasi kesesuaian

4. pengesahan

5. kesesuaian barang inventaris

6. kesesuaian catatan dengan dokumen/bukti

7. ketelitian angka

8. kesesuaian jurnal yang dibuat 


5. Variable sampling 
Teknik ini digunakan untuk menguji data yang bersifat angka metode ini bisa
digunakan apabila auditor akan menguji keakuratan data sehingga lebih cocok
digunakan untuk menguji substantif.
6. Judgement  sampling
Teknik ini digunakan untuk pengambilan unit sampel dengan menggunakan
judgement  auditor yang dilakukan dalam profesional. Pengujian ini ini
difokuskan pada ada yang diduga terjadi kelemahan pengendalian intern sehingga
tanpa menggunakan rumus atau formula tertentu.
7. Discovery sampling
 teknik sampling yang bertujuan untuk menemukan suatu kejadian yang serius,
misalnya penyimpangan Pengendalian internal atau penyimpangan yang perlu
mendapat perhatian dalam populasi yang diperiksa. Discovery sampling biasanya
diterapkan untuk menguji kepatuhan terhadap peraturan dan pengujian
Pengendalian internal.

3. PENGUJIAN AUDIT & METODE SAMPLING STATISTIK


Pembahasan sampling ini  lebih difokuskan pada sampling statistik dengan
pertimbangan pendapatan lebih akurat dan aman. Terdapat dua jenis pengujian
audit, yakni pengujian kepatuhan/ pengendalian dan pengujian substantif.
Pengujian kepatuhan/pengendalian adalah pengujian yang digunakan untuk
menguji sejauh mana penerapan pengendalian internal dijalankan. Pengujian ini
lebih menekankan pada atribut pengendalian, saya menggabung bukti kas keluar
apakah sudah diotorisasi oleh pihak yang berwenang, apakah sudah diverifikasi,
apakah tidak ada nomor urut/tanggal, dan dan lain sebagainya. Pengujian
substantif adalah pengujian yang dilakukan untuk  menindak lanjuti hasil
pengujian pengendalian, yaitu sejauh mana pengujian substantif ini diperluas. 
1. Pengujian Pengendalian
Salah satu pendekatan sampling yang umumnya digunakan oleh auditor dalam
pengujian pengendalian adalah atribut sampling. Atribut sampling adalah proses
mengambil sampel untuk memperkirakan proporsi dari beberapa karakteristik atau
atribut dalam suatu populasi. Auditor akan melakukan pengujian untuk jumlah
item yang memiliki beberapa jenis kesalahan yang  signifikan yang difokuskan
bukan total nilai moneter dari semua kesalahan tetapi terkait dengan kepatuhan
atributnya.
Atribut sampling berguna ketika auditor menghadapi seberapa besar barang yang
akan diperiksa dan ingin diuji, apakah pengendalian tertentu dapat dijalankan atau
tidak dapat dijalankan. Kunci parameter atribut sampling adalah tingkat kesalahan
maksimum yang dapat ditoleransi, penetapan tingkat keyakinan yang diinginkan,
perkiraan Expected  Error Rate(EER) (populasi tingkat kesalahan), Memilih
sampel untuk melakukan prosedur audit, dan mengevaluasi hasil tes atribut
sampel.
1. Tingkat kesalahan maksimum yang dapat ditoleransi
Tingkat kesalahan atau kekeliruan sampel yang  diuji oleh auditor tetapi masih
diterima Pengendalian internal secara keseluruhan sehingga pengendalian
berjalan efektif.
2. Tingkat keyakinan yang diinginkan
Tingkat kepercayaan yang diinginkan adalah ukuran kepercayaan auditor pada
hasil sampel. auditor umumnya menginginkan memiliki  95% atau 98
%kepastian bahwa hasil sampel adalah wakil dari populasi yang sebenarnya. 
3. Perkiraan Expected Error Rate (EER)
Auditor mengestimasi tingkat kesalahan yang terjadi dalam populasi dan
kemudian mengambil sampel statistik untuk  mengkonfirmasi asumsi tersebut.
Penentuan EER biasanya mengandalkan sikap profesional auditor, misalnya
berdasarkan pengalaman pada periode sebelumnya. 
4. Pemilihan sampel
Auditor dapat memilih sampel dengan Menggunakan metode acak. auditor
perlu   mengisikan (1)Rata-rata kesalahan toleransi maksimum, (2)Tingkat
kepercayaan, (3)Perkiraan tingkat kesalahan populasi, dan (4)Perkiraan
ukuran sampel. auditor dapat menggunakan perangkat lunak, misalnya dengan
Audit Command Language(ACL),  kemudian  menyediakan ukuran sampel
yang diperlukan untuk pengujian.
5. Evaluasi hasil uji atribut sampling
Auditor harus melakukan evaluasi dari hasil pengujian atribut  sampling, yaitu
apabila hasil pengujian atribut sampling ditemukan kesalahan lebih kecil atau
sama dengan kesalahan yang dapat diterima maka hasil pengujian atribut
sampling tersebut mendukung kesimpulan tentang tingkat keandalan serta
tingkat kesalahan maksimum yang dapat ditoleransi.
Pada pembahasan ini akan dibahas dua pendekatan yaitu menggunakan tabel
dan menggunakan software audit berupa ACL.
1. Pendekatan tabel
a) Tahap perencanaan
Jika pada saat perencanaan audit, tim audit telah menetapkan bahwa
risiko adalah 5%, tingkat tolerable error adalah 5%,Dengan perkiraan
penyimpangan dalam populasi adalah sebesar 2% maka jumlah sampel
ditentukan dengan merujuk pada tabel 9.3.

b) Tahap unit sampel


Berdasarkan tabel 9.3, temukan kolom dengan tingkat tolerabl e error
adalah sebesar 4%, Dengar perkiraan penyimpangan dalam populasi
adalah sebesar 2% , kesemua jumlah sampel yang harus diperiksa adalah
sebanyak 181.
c) Tahap pemilihan sampel
Pada tahap ini auditor dapat menggunakan pendekatan secara acak,
misalnya didasarkan pada interval.
d) Tahap evaluasi
Pada tahap ini, auditor melakukan pemeriksaaan 198 transaksi yaitu
memeriksa atribut pengendalian, misalnya otorisası, keabsahan,
kelengkapan bukti, verifikasi, dan lain sebagainya. Misalnya, pada contoh
ditemukan ada dua transaksi yang tidak lengkap otorisasi dan kelengkapan
dokumen maka auditor dapat melakukan evaluasi dengan menggunakan
Tabel 9.4.
Dari sampling yang ditentukan, ditemukan dua transaksi yang tidak ada
otorisasi dan kelengkapan lainnya maka cari angka 2 pada baris jumlah
penyimpangan dan cari angka 200 (angka 181 lebih dekat pada angka 200)
sehingga diketahui hasil evaluasi dari tabel tersebut adalah 3,2.

2. Pendekatan software audit


Simulasi dilakukan dengan menggunakan software audit yaitu Audit
Command Language (ACL).
a) Setelah membuka ACL lalu lakukan lakukan fungsi statistik. Langkah
selanjutnya memilih menu sampling.
b) Kemudian pilih sample record. Contoh nilai populasi transaksi adalah
772 transaksi piutang, kemudian klik size, kemudian masukkan tingkat
reliabilitas, misalnya tingkat kepercayaan ditetapkan 95%, batas atas
kesalahan 4%, dan tingkat kesalahan yang diharapkan sebesar 2%
dihasilkan dan ditentukan berdasarkan hasil survei pendahuluan. .
Selanjutnya klik hitung sehingga menghasilkan jumlah sampel yang harus
diujikan yaitu pengamatan untuk melihat 297 atribut kontrol dengan
interval 2,59.
c) Klik OK sehingga akan menampilkan sampel yang harus diuji
atributnya. Setelah melakukan pengujian pengendalian, jika dalam
evaluasi ditemukan dua bukti transaksi dengan atribut pengendalian yang
tidak lengkap, auditor dapat menggunakan menu evaluate dengan tampilan
sebagai berikut.
Sehingga, menghasilkan informasi berikut. Dari catatan di atas, dari hasil
evaluasi ada dua transaksi yang tidak lengkap atributnya maka dari hasil
perhitungan perkiraan penyimpangan 2,12% dan masih kurang dari 4%
yaitu tingkat penyimpangan yang ditoleransi sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengendalian internal masih andal atau bagus.
2. Pengujian Substantif
Pengujian substantif yaitu pengujian yang dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan kewajaran saldo akun dalam laporan keuangan. Auditor dalam
menggunakan sampling audit pada saat pengujian substantif menggunakan
pendekatan variabel sampling dan Monetary Unit Sampling (MUS), sebagaimana
yang telah dibahas pada pendekatan sampling di atas. Pembahasan pada buku ini
ditekankan pada MUS yaitu metode sampling statistik yang digunakan auditor
dalam pengujian substantif dan hasilnya disajikan dalam nilai moneter, misalnya
dolar atau rupiah. MUS juga dapat diterapkan untuk tujuan audit ganda yaitu
pengujian substantif sekaligus pengujian pengendalian.
Langkah-langkah MUS adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan pengujian yaitu pengujian substantif atau pengujian
tujuan berganda.
2. Mendefinisikan populasi dan unit sampling yaitu menentukan jumlah
populasi dan unit samping dari total populasi tersebut.
3. Menyusun perkiraan tingkat kesalahan maksimal yang dapat ditoleransi.
4. Menentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Risiko yang dapat diterima.
b) Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi.
c) Perkiraan mengenai tingkat penyimpangan dalam populasi.
5. Memilih sampel secara acak, secara sistematis, atau dengan bantuan
komputer.
6. Melakukan prosedur audit misal tracing, vouching, konfirmasi,
perhitungan ulang, atau prosedur yang lain.
7. Mengevaluasi hasil sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a) Apakah ada kesalahan yang ditemukan.
b) Apakah kesalahan yaug dijumpai 100%.
c) Apakah kesalahan yang dijumpai kurang dari 100%.
d) Aspek-aspck kualitatif dari penyimpangan terscbut.
e) Aspek-aspek kuantitatif dari penyimpangan tersebut.
8. Buat kesimpulan secara menyeluruh mengenai pengujian yang dilakukan.

Pada pembahasan ini, terdapat dua pendekatan yaitu:


1. Pendekatan dengan menggunakan tabel Misal diketahui nilai saldo padu akun
piutang schagai berikut: :
Nilai buku : Rp10.000.000,00
Tingkat salah saji : Rp500.000,00
AS : Rp100.000,00
RKM : 5%
FK :3
FE : 1,6
Menentukan unit sampel
Unit Sampel :n = (NB x FK)/(TS (PS x FE)
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka
n= (10.000.000 x 3)/(500.000 - (100.000 x 1,6)
n = (30.000.000)/(500.000 – 160.000)
n = 30.000.000/340.000
n- 88,235
n - 88
Interval Sampling :
IS =NB/n
IS = 10.000.000/88
IS = 113.636,36
IS ~ 114.000

Nilai Nilai Salah Presentas Interval PS


Buku Audit Saji e Selisih Sampling Individua
l
1 2 3=1- 4 = 3/1 IS 6 = 4 x IS
2 =NB/n
100.00 60.000 40.000 40% 114.000 45.000
0
200.00 50.000 150.00 75% 114.000 85.500
0 0
Proyek 131.100
Salah Saji
Presisi (PD) x IS = 3 x 114.000 342.000
Dasar = FK

Maka perhitungan Batas Atas Salah Saji:


BAS = PD
= FK x IS
= 342.000
Simpulan Hasil Audit
Diperoleh dengan membandingkan TS dengan BAS:
1. Jika TS > BAS: Populasi bebas dari salah saji material.
2. Jika TS < BAS: Populasi mengandung salah saji material.
Dari hasil perhitungan, TS (= Rp500.000,00) > BAS (= Rp393.300,00),
berarti pengendalian intern pengeluaran kas baik, karena salah saji kas
sebesar Rp393.300,00 belum melebihi Rp500.000,00.
2. Pendekatan dengan menggunakan software audit herupa ACI. Berikut
adalah contoh simulasi sampling dengan menggunakan MUS dengan
berbantuan menggunakun ACL. Untuk menjalankannya, ikuti langkah
sebagai berikut:
a. Setelah melakukan statistik, pilih menu sampling seperti pada tampilan
berikut ini.
b. Klik sample record, kemudian pilih sample adalah jumlah, kemudian
pilih type sample adalah monetary dan parameter sumple adalah
interval, sehingga akan tersajikan sebagaimana gambar berikut.
c. Selanjutnya klik size, kemudian isikan tingkat keandalan, misalnya
ditetapkan tingkat keyakinan 95%, tingkat materialitas yang ditetapkan
untuk piutang, misalnya Rp50.000,00, dan expected total error
Rp10.000,00 yang dihasilkan dan ditetapkan berdasarkan hasil
surveipendahuluan. Sclanjutnya, klik calculate schingga menghasilkan
jumlah sample yang diuji sebanyak 54 dengan interval 10.833.33.
d. Selanjutnya klik OK, berikut adalah sample untuk dilakukan pengujian
substantif, misalnya dilakukan prosedur tracing dan konfirmasi
piutang. Untuk mengevaluasi dari hasil pengujian substantif ini,
langkah- langkah yang dilakukan auditor sama dengan langkah
menggunakan menu evaluate dan memilih MUS dan mengisikan
jumlah yang error.
Daftar Pustaka

Zamzami, Faiz, dkk, 2018, Audit Internal; Konsep dan Praktik, Gadjah Mada
University Press

Anda mungkin juga menyukai