Anda di halaman 1dari 78

PAJAK PENGHASILAN

BADAN
PAJAK PENGHASILAN (PPh)
Pasal 1

adalah

Pajak yang dikenakan terhadap


subjek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam
tahun pajak
SUBJEK PAJAK
Objek Pajak

Orang Pribadi

SUBJEK PAJAK Badan Seluruh Penghasilan


DALAM NEGERI
Pasal 4
Pasal 2(3) Warisan yang
SUBJEK belum terbagi • Penghasilan dari kegiatan
PAJAK operasi dan harta yang
dimiliki/dikuasai
Pasal 2(2) Orang
Pribadi • Penghasilan kantor pusat
SUBJEK PAJAK • Penghasilan lainnya yang
LUAR NEGERI diperoleh sehubungan dengan
BUT penghasilan kantor pusat
Pasal 2(4) Badan
Pasal 5(1)

Non BUT Penghasilan yang diperoleh dari


Indonesia
Pasal 5(1)
SUBJEK PAJAK
[Pasal 2 ayat (1)]

• Orang Pribadi
• Warisan yang belum terbagi
• Badan
• BUT
DEFINISI BADAN
[ Pasal 1 UU KUP ]
Sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
[ Pasal 2 ayat (3) ]

Orang Pribadi
• Bertempat tinggal/berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam 12 bulan; atau
• Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia
Badan
Yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
Warisan yang belum terbagi
SUBJEK PAJAK BADAN
DALAM NEGERI

• Badan yang didirikan atau bertempat


kedudukan di Indonesia
• Perseroan Terbatas, CV, BUMN / BUMD, Firma,
Kongsi, Koperasi, Persekutuan, Yayasan, Dana
Pensiun, Perkumpulan, Organisasi Massa,
Organisasi Sosial Politik, atau Organisasi
Lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk KIK dan BUT.
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
[ Pasal 2 ayat (4) ]

• Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di


Indonesia/berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam 12 bulan
• Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia

Yang menjalankan usaha Yang menerima atau memperoleh


atau kegiatan melalui BUT penghasilan dari Indonesia bukan
di Indonesia dari menjalankan usaha atau
kegiatan melalui BUT di Indonesia
SUBJEK PAJAK BADAN
LUAR NEGERI

• Badan yang tidak didirikan atau bertempat


kedudukan di Indonesia
• Dikenakan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari Indonesia, kecuali
subjek pajak tersebut mempunyai Bentuk
Usaha Tetap – BUT (Permanent
Establishment – PE) di Indonesia
SUBJEK PAJAK

Subjek Pajak
Orang Pribadi Badan
BUT Bentuk usaha tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh:
• orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan,  SPLN Orang Pribadi
atau
• badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia 
SPLN Badan, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia.

Kewajiban Pajak Subjektif:


• Dimulai pada saat orang pribadi atau badan menjalankan usaha atau
kegiatan melalui suatu Bentuk Usaha Tetap.
• Berakhir pada saat orang pribadi atau badan tidak lagi menjalankan usaha
atau kegiatan melalui suatu Bentuk Usaha Tetap
(Pasal 2A ayat (3) UU PPh)
10
SUBJEK PAJAK

Elemen-elemen dasar BUT:


1. Suatu tempat usaha (a place of business),
2. Yang bersifat permanen,
3. Yang digunakan oleh SPLN (orang pribadi atau badan),
4. Untuk menjalankan usaha (business) atau melakukan
kegiatan (activities).
(Pasal 2 ayat (5) UU PPh dan Penjelasannya)

Penting:
1. Tidak semua SPLN dapat menjadi BUT, namun hanya yang memperoleh
penghasilan dari menjalankan business atau activities.
2. Tidak ada isu BUT bila SPLN hanya memperoleh penghasilan dari pekerjaan
(spt: gaji, upah) atau penghasilan dari modal (bunga, dividen, sewa dan royalti).
3. SPLN dapat menjadi BUT bila memenuhi empat elemen di atas.
4. BUT merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan
dengan subjek pajak badan (material dan formal).
11
OBJEK PAJAK / PENGHASILAN
[ Pasal 4 (1) ]

Pengertian :
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak,
yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk
apapun.
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau


jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya,
kec. ditentukan lain dlm UU ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan

Laba Usaha
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :


1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sbg pengganti saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya krn
pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
atau pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kec.
yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat,
dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan
5.Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan
OBJEK PAJAK
[ Pasal 4 ayat (1) ]

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan pengembalian utang

Dividen, dengan nama dan dlm bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi
Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Keuntungan krn pembebasan utang

Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian kembali
aktiva, premi asuransi, iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha / pekerjaan bebas,
tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Penghasilan dari Usaha Berbasis Syariah

imbalan bunga

surplus Bank Indonesia


NON OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)

 Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat atau


sumbangan keagamaan;
 Harta hibahan;
 Warisan;
 harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura atau kenikmatan dari WP atau
Pemerintah;
 Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
October 19, 2020
NON OBJEK PAJAK
 dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai
WP DN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan
badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25%
(dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
 iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu, baik yang dibayar oleh
pemberi kerja maupun pegawai;

October 19, 2020


NON OBJEK PAJAK
 penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun,
dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
 bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
 penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau
yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia;
October 19, 2020
NON OBJEK PAJAK
 beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu;
 sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi
yang membidanginya, yang ditanamkan kembali
dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan ;
 bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu.

October 19, 2020


Pengurang Ph Bruto
PENGHASILAN (Ph)
Ph-OP Ph-OP
Ph-BOP
Non Final Final

terkait terkait terkait

Boleh
Tidak Boleh Dikurangkan
Dikurangkan (PP 94/2010)
(Ps.6(1) UU PPh)

PENGELUARAN/BIAYA

Tidak boleh dikurangkan


berdasarkan
Ps. 9(1) UU PPh
Pengeluaran yang
mempunyai masa
manfaat tidak lebih dari
Biaya tahun ybs.
1 tahun

Pengeluaran yang
Pembebanannya
mempunyai masa
melalui penyusutan/
manfaat lebih dari 1
amortisasi
tahun

Penjelasan Ps. 6 (1) UU PPh


BIAYA BOLEH DIKURANGKAN BAGI WP DN & BUT
(Ps. 6 Ayat (1) UU PPh

a. Terkait dg kegiatan usaha baik B b. Penyusutan dan amortisasi


secara langsung/tidak langsung I sdd Ps. 11 & 11A UU PPh
A
c. Iuran kepada Dana Pensiun yg Y d. Kerugian krn penjualan/
pendiriaannya disahkan MenKeu A pengalihan harta yg dimiliki dan
e. Kerugian selisih kurs mata digunakan/dimiliki untuk 3M Ph
3M
uang asing
f. Biaya litbang perusahaan yang
g. Biaya beasiswa, magang, dan Ph dilakukan di Ind
pelatihan
N h. Piutang yg nyata-nyata tidak
i. Sumbangan dlm rangka O dapat ditagih dengan syarat ttt
penanggulangan bencana N
nasional j. Sumbangan dlm rangka
k. Biaya pembangunan F penelitian dan pengembangan
infrastruktur sosial I yang dilakukan di Ind
N
m. Sumbangan dlm rangka A l. Sumbangan fasilitas
pembinaan olah raga L pendidikan
PENGURANG PENGHASILAN
BRUTO [ Pasal 6 UU PPh ]
a. BIAYA YANG SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANSUNG
BERKAITAN DENGAN DENGAN KEGIATAN USAHA, antara lain :
1. Biaya pembelian bahan ;
2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honororarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang.
3. bunga, sewa, dan royalty.
4. biaya perjalanan ;
5. biaya pengolahan limbah ;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
8. biaya administrasi
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan.
October 19, 2020
Dana Pensiun A yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari
Menteri Keuangan memperoleh penghasilan bruto yang terdiri dari:
a. penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
Rp100.000.000
sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) huruf h UU PPh
b. penghasilan bruto lainnya (tidak final) Rp300.000.000 (+)
Jumlah penghasilan bruto
Rp400.000.000

Apabila seluruh biaya adalah sebesar Rp 200.000.000, berapa biaya yang


boleh dikurangkan untuk 3M penghasilan ?

Biaya yang boleh dikurangkan untuk 3M penghasilan adalah sebesar


3/4 x Rp200.000.000 = Rp150.000.000.
 Bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli saham
tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang dividen yang
diterimanya tidak merupakan objek pajak sdd Pasal 4 ayat (3)
huruf f UU PPh.
Bunga pinjaman yang tidak boleh dibiayakan tsb. dapat
dikapitalisasi sebagai penambah harga perolehan saham.

 Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan dari


penghasilan bruto harus dilakukan dalam batas-batas yang
wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik.

Apabila pengeluaran yang melampaui batas kewajaran


dipengaruhi oleh hubungan istimewa, jumlah yang melampaui
batas kewajaran tsb. tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto.
 Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan antara
biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi dan biaya
yang pada hakikatnya merupakan sumbangan.

 Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangka


usahanya selain PPh, misalnya PBB, BM, Pajak Hotel, dan Pajak
Restoran, dapat dibebankan sebagai biaya.
BIAYA PROMOSI

Biaya Promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh
Wajib Pajak dalam rangka memperkenalkan dan/atau menganjurkan
pemakaian suatu produk baik langsung maupun tidak langsung untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan.

PMK No.
02/PMK.03/2010
BIAYA PROMOSI

Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari


penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah :
a.biaya periklanan di media elektronik, media cetak,
dan/atau media lainnya;
b.biaya pameran produk;
c. biaya pengenalan produk baru;dan/atau
d.biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi
produk.

PMK No.
02/PMK.03/2010
Tidak Termasuk Biaya Promosi

a. Pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama


dan dalam bentuk apapun, kepada pihak lain yang tidak berkaitan
langsung dengan penyelenggaraan kegiatan promosi.
b. Biaya Promosi untuk 3M penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak dan yang telah dikenai pajak bersifat final.

PMK No.
02/PMK.03/2010
BIAYA PROMOSI
 Dalam hal promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel produk,
besarnya biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
sebesar harga pokok sampel produk yang diberikan, sepanjang belum
dibebankan dalam perhitungan harga pokok penjualan.
 Biaya promosi yang dikeluarkan kepada pihak lain dan merupakan
objek pemotongan Pajak Penghasilan wajib dilakukan pemotongan
pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

PMK No.
02/PMK.03/2010
BIAYA PROMOSI
 Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran
Biaya Promosi yang dikeluarkan kepada pihak lain.
 Daftar nominatif paling sedikit harus memuat data penerima
berupa nama, NPWP, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya,
besarnya biaya, nomor bukti pemotongan dan besarnya PPh yang
dipotong.
 Daftar nominatif dibuat sesuai format sebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran PMK ini.
 Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib Pajak
menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan.
 Dalam hal persyaratan tsb. di atas tidak dipenuhi, Biaya Promosi
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

PMK No.
02/PMK.03/2010
DAFTAR NOMINATIF BIAYA PROMOSI

No. Urut
Data Penerima:
Nama
NPWP
Alamat
Tanggal
Bentuk dan Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Keterangan
Pemotongan PPh
Jumlah PPh
Nomor Bukti Potong
Tempat, Tanggal, Tanda Tangan dan Nama Wajib Pajak yang
menandatangani
Pengeluaran Berupa Pembayaran di Muka

 misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayar sekaligus,


 pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.
SE-02/PJ.31/1996, 5-Jun-96
JAMSOSTEK

JKK JKM JPK JHT

= =

PREMI ASURANSI IPEN-DP (MK)

Dibayar pemberi kerja Dibayar pemberi kerja

KARYAWAN PEMBERI KERJA KARYAWAN

Penghasilan Pengenaan
Objek Boleh Dikurangkan PPh-nya
PPh Pasal 21 ditangguhkan
36
Iuran Pensiun/JHT,
JPK, JKK, JKM
 Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan JHT yang
dibayarkan kepada PT Jamsostek oleh WP Orang Pribadi boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto WP Orang Pribadi tsb.

 JPK, JKK, JKM yang dibayarkan kepada PT Jamsostek/premi


asuransi kesehatan, premi asuransi kecelakaan, premi asuransi
jiwa, premi asuransi beasiswa dan premi asuransi dwiguna yang
dibayarkan oleh WP Orang Pribadi tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto WP Orang Pribasi tsb. kecuali dibayarkan oleh
pemberi kerja dan premi tsb. merupakan penghasilan bagi
karyawan/orang pribadi tsb.
Kerugian karena Penjualan/
Pengalihan Harta

 Boleh dikurangkan:
Kerugian karena penjualan/pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan/3M penghasilan.

 Tidak boleh dikurangkan:


Kerugian karena penjualan/pengalihan harta yang dimiliki tetapi
tidak digunakan dalam perusahaan/3M penghasilan.
Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing

Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui


berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan
dilakukan secara taat asas
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku di Indonesia.
Biaya Penelitian dan Pengembangan
yang Dilakukan di Indonesia

 Yang dimaksud dengan biaya penelitian dan pengembangan


adalah biaya yang nyata-nyata dikeluarkan untuk
pengembangan produksi (product development), serta biaya
untuk meningkatkan efisiensi perusahaan termasuk
teknologi untuk pengembangan proses (process technology).

KMK No. 769/KMK.04/1990


Biaya Penelitian dan Pengembangan
yang Dilakukan di Indonesia

Pembebanan biaya penelitian dan pengembangan dibedakan


dalam 3 (tiga) kategori :
1. Biaya yang dikeluarkan dlm rangka penelitian dan
pengembangan yang menurut ket. peraturan per-UU-an
perpajakan harus disusutkan/diamortisasi.
2. Biaya yang dikeluarkan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang menurut ketentuan peraturan per-UU-an
perpajakan merupakan biaya usaha sehari-hari, dibebankan
sebagai biaya dalam tahun pajak ybs.
3. Biaya di luar biaya sdd butir 1 dan butir 2 antara lain biaya
konsultan, perlakuan perpajakannya disesuaikan dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku.

KMK No. 769/KMK.04/1990


Biaya Beasiswa, Magang,
dan Pelatihan

Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa,


magang, dan pelatihan dlm rangka peningkatan
kualitas SDM dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan
dengan memperhatikan kewajaran,
termasuk beasiswa yang dapat dibebankan sebagai
biaya adalah beasiswa yang diberikan kepada pelajar,
mahasiswa, dan pihak lain.
Piutang yang Nyata-nyata Tidak
Dapat Ditagih
Syarat:
1. telah dibebankan sbg biaya dlm laporan laba rugi
komersial;
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak
dapat ditagih kepada DJP; dan
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada
 Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang
menangani piutang negara; atau
 adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan
debitur yang bersangkutan; atau
Piutang yang Nyata-nyata
Tidak Dapat Ditagih
 telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus; atau
 adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya
telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak
berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih
debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (1) huruf k UU PPh;
 yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan PMK (PMK No.
105/PMK.03/2009 stdd PMK No.
57/PMK.03/2010)
Piutang yang Nyata-nyata Tidak
Dapat Ditagih

 Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih adalah


piutang yang timbul dari transaksi bisnis yang wajar
sesuai dengan bidang usahanya
 Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tidak
termasuk piutang yang berasal dari transaksi bisnis
dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa dengan Wajib Pajak.
 Persyaratan tidak berlaku untuk piutang yang nyata-
nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil atau
debitur kecil lainnya.
Piutang yang Nyata-nyata
Tidak Dapat Ditagih

Yang dimaksud dengan penerbitan tidak hanya berarti penerbitan berskala


nasional, melainkan juga penerbitan internal asosiasi dan sejenisnya.
PMK No.105/PMK.03/2009 stdd
PMK No.57/PMK.03/2010
 Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah
piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00,
yang merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang
diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri
sebagai akibat adanya pemberian:
a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra);
b. Kredit Usaha Tani (KUT);
c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS;
d. Kredit Usaha Kecil (KUK);
e. Kredit Usaha Rakyat (KUR; dan/atau
f. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia
dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.
 Piutang yang nyata-nyata tidak ditagih kepada debitur kecil lainnya
adalah piutang debitur kecil lainnya yang jumlahnya tidak melebihi
Rp5.000.000,00.
PMK No.105/PMK.03/2009 stdd
PMK No.57/PMK.03/2010
 Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang diserahkan
kepada Direktorat Jenderal Pajak harus mencantumkan identitas debitur
berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat dan jumlah piutang yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih.
 Bukti/dokumen yang harus dilampirkan:
a. fotokopi bukti penyerahan perkara penagihannya ke Pengadilan Negeri
atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau
b. fotokopi perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan
utang usaha yang telah dilegalisir oleh notaris;atau
c. fotokopi bukti publikasi dalam penerbitan umum atau penerbitan khusus;
atau
d. surat yang berisi pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan yang disetujui oleh kreditur tentang penghapusan piutang
untuk jumlah utang tertentu,yang disetujui oleh kreditur.
 Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dan bukti/dokumen
yang harus dilampirkan harus disampaikan bersamaan dengan
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
PMK No.105/PMK.03/2009 stdd
PMK No.57/PMK.03/2010

Apabila Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih


dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian oleh debitur,
jumlah piutang yang dibayar seluruhnya atau dibayar
sebagian tersebut merupakan penghasilan bagi kreditur
pada tahun pajak diterimanya pembayaran.
Sumbangan
Ps. 6(1) huruf i,j,k,l,m UU PPh jo PP 93/2010

• Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional


• Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia
• Biaya pembangunan infrastruktur sosial
• Sumbangan fasilitas pendidikan
• Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
Sumbangan dan/atau Biaya Yang Dapat
Dikurangkan Sampai Jumlah Tertentu

a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,


 yang mrpk sumbangan untuk korban bencana nasional
 yang disampaikan scr langsung melalui badan penanggulangan bencana
atau disampaikan scr tidak langsung melalui lembaga atau pihak yang
telah mendapat izin dari instansi/lembaga yang berwenang untuk
pengumpulan dana penanggulangan bencana;
b. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan,
 yang merupakan sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di wilayah RI
 yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan pengembangan;

Ps. 1 PP 93/2010
Sumbangan dan/atau Biaya Yang Dapat
Dikurangkan Sampai Jumlah Tertentu
c.Sumbangan fasilitas pendidikan,
 yang merupakan sumbangan berupa fasilitas pendidikan
 yang disampaikan melalui lembaga pendidikan;
d. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga,
 yang merupakan sumbangan untuk membina,
mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau
gabungan organisasi cabang/jenis olahraga prestasi
 yang disampaikan melalui lembaga pembinaan olah raga;
dan
e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial
 merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum
dan bersifat nirlaba.

Ps. 1 PP 93/2010
Syarat Sumbangan dan/atau Biaya
Agar Dapat Dikurangkan
a. WP mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan SPT
Tahunan PPh Tahun Pajak sebelumnya;
b. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan
rugi pada Tahun Pajak sumbangan
diberikan;
c. didukung oleh bukti yang sah; dan
d. lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya
memiliki NPWP, kecuali badan yang dikecualikan sebagai
subjek pajak sdd UU PPh.

Contoh:
PT Gunung Raya pada tahun 2009 mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar
Rp1.000.000.000,00. Pada tahun 2010 Wajib Pajak memberikan sumbangan dalam
rangka pembinaan olahraga melalui lembaga pembinaan olahraga sebesar
Rp.40.000.000,00. Pada tahun 2010 Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal
sebesar Rp30.000.000,00. Wajib Pajak tidak diperkenankan mengurangkan sumbangan
tersebut dari penghasilan bruto tahun 2010 karena akan menyebabkan rugi sebesar
Rp10.000.000,00.

Ps. 2 PP 93/2010
Batas Sumbangan dan/atau Biaya
yang Dapat Dikurangkan
 Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan
infrastruktur sosial yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto sdd Pasal 1 untuk 1 (satu) tahun
 dibatasi tidak melebihi 5% dari penghasilan neto fiskal Tahun
Pajak sebelumnya.

Contoh:
Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak adalah Rp60.000.000.000,00
maka jumlah sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto yaitu maksimal 5% atau sebesar Rp3.000.000.000,00.

Apabila Wajib Pajak memberikan sumbangan sebesar


Rp5.000.000.000,00 maka yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto hanya sebesar Rp3.000.000.000,00 .

Ps. 3 PP 93/2010
Kondisi Sumbangan dan/atau Biaya
Tidak Dapat Dikurangkan

 Sumbangan dan/atau biaya sdd Pasal 1 tidak dapat


dikurangkan dari penghasilan bruto bagi pihak pemberi
 apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sdd UU PPh.

Yang dimaksud dengan "hubungan istimewa" adalah sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 18 UU PPh.

Ps. 4 PP 93/2010
Bentuk Sumbangan dan/atau Biaya
yang Dapat Dikurangkan

(1) Sumbangan sdd Pasal 1 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf


d dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang.
(2) Biaya pembangunan infrastruktur sosial sdd Pasal 1 huruf e
diberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau prasarana.

Yang dimaksud "barang" dapat berupa barang yang diproduksi atau


diperoleh oleh Wajib Pajak pemberi sumbangan.

Yang dimaksud dengan "sarana dan/atau prasarana" antara lain


rumah ibadah, sanggar seni budaya, dan poliklinik.

Ps. 5 PP 93/2010
Penentuan Nilai Sumbangan dan/atau Biaya
yang Dapat Dikurangkan

(1) Nilai sumbangan dalam bentuk barang sdd Pasal 5 ayat (1)
ditentukan berdasarkan:
a. nilai perolehan, apabila barang yang disumbangkan belum
disusutkan;
b. nilai buku fiskal, apabila barang yang disumbangkan sudah
disusutkan; atau
c. harga pokok penjualan, apabila barang yang disumbangkan
mrpk barang produksi sendiri.
(2) Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial sdd Pasal 5 ayat
(2) ditentukan berdasarkan jumlah yang sesungguhnya
dikeluarkan untuk membangun sarana dan/atau prasarana.

Ps. 6 PP 93/2010
NON DEDUCTIBLE EXPENSES
 Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota
 Pembentukan dana cadangan, kecuali :
 cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
 Cadangan untuk usaha asuransitermasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
 Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
 Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
 Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
 cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri,

October 19, 2020


NON DEDUCTIBLE EXPENSES

• premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,


asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan
bagi Wajib Pajak yang bersangkutan

October 19, 2020


NON DEDUCTIBLE EXPENSES

 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan


atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan
 Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan

October 19, 2020


Pemberian Natura Dan Kenikmatan Yang Dapat Dikurangkan
Bagi Pemberi Kerja Dan Bukan Penghasilan Bagi Pegawai
(PMK No. 83/PMK.03/2009)

a. Pengeluaran untuk penyediaan makanan dan/atau minuman


bagi Pegawai yang meliputi:
 pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh
pemberi kerja di tempat kerja, atau
 pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai
yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan
pemberian sebagaimana dimaksud pada huruf a, meliputi
Pegawai bagian pemasaran, bagian transportasi, dan dinas luar
lainnya.
Pemberian Natura Dan Kenikmatan Yang Dapat Dikurangkan
Bagi Pemberi Kerja Dan Bukan Penghasilan Bagi Pegawai
(PMK No. 83/PMK.03/2009)

b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang


diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam
rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di
daerah tersebut:
 sarana dan fasilitas di lokasi kerja untuk :
a. tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan keluarganya;
b. pelayanan kesehatan;
c. pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;
d. peribadatan;
e. pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;
f. olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power boating,
pacuan kuda, dan terbang layang,
sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja
harus menyediakannya sendiri.
 Pengeluaran untuk pembangunan sarana dan fasilitas tsb di atas yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun disusutkan.
Pemberian Natura Dan Kenikmatan Yang Dapat Dikurangkan
Bagi Pemberi Kerja Dan Bukan Penghasilan Bagi Pegawai
(PMK No. 83/PMK.03/2009)

c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan


dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja
atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya:
 meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian
seragam petugas keamanan (satpam), sarana antar jemput
Pegawai, serta penginapan untuk awak kapal, dan yang
sejenisnya.
NON DEDUCTIBLE EXPENSES

 harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan,


kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m
serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

October 19, 2020


NON DEDUCTIBLE EXPENSES

 Pajak penghasilan;
 biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi
tanggungannya;
 Gaji yang dibayarkan kepada anggota
persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham
 Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
October 19, 2020
PP Nomor 94 Tahun 2010
Pasal 13
Pengeluaran dan biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, termasuk:
a. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang:
1) bukan merupakan objek pajak;
2) pengenaan pajaknya bersifat final; dan/atau
3) dikenakan pajak berdasarkan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto sdd Pasal 14 UU PPh dan Norma
Penghitungan Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
UU PPh.
b. Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh pemberi
penghasilan.
PP Nomor 94 Tahun 2010
Pasal 10
(1) Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan sdd Pasal 9 ayat
(8) UU PPN dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sepanjang
dapat dibuktikan Pajak Masukan tersebut:
a. benar-benar telah dibayar; dan
b. berkenaan dengan pengeluaran yang berhubungan dengan
kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
(2)Pajak Masukan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
sdp ayat (1) sehubungan dengan pengeluaran untuk memperoleh
harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud serta biaya lainnya
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sdd Pasal
11 dan Pasal 11A UU PPh, harus dikapitalisasi dengan pengeluaran
atau biaya tersebut dan dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi.
Perlakuan Biaya Bunga Pinjaman Apabila Terdapat
Penghasilan Bunga Deposito

(1) Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya dengan atau


lebih kecil dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai
deposito berjangka atu tabungan lainnya,maka bunga yang
dibayar ataut erutang atas pinjaman tersebut seluruhnya tidak
dapat dibebankan sebagai biaya.
(2) Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-
rata dana yang ditempatkan dalam bentuk deposito atau
tabungan lainnya,maka bunga atas pinjaman yang boleh
dibebankan sebagai biaya adalah bunga yang dibayar atau
terutang atas rata-rata pinjaman yang melebihi jumlah rata-rata
dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau
tabungan lainnya.

SE-46/PJ.4/1995
Perlakuan PPh atas Pengeluaran BPHTB
dan PBB

a. BPHTB adalah pajak yg dibayar dalam rangka dan merupakan bagian dari
biaya pengeluaran untuk memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan;
b. PBB adalah pajak yang dibayar sehubungan dengan pemilikan hak atau
perolehan manfaat atas tanah dan atau pemilikan, penguasaan, atau
perolehan manfaat atas bangunan, yang merupakan biaya/pengeluaran rutin
setiap tahun;
c. BPHTB atas hak atas tanah yg dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan,
atau dimiliki untuk 3m penghasilan, dapat dikurangkan sebagai biaya dalam
penghitungan PhKP melalui amortisasi hak atas tanah sepanjang hak atas
tanah tsb dapat diamortisasi sesuai ketentuan Pasal 11A UU PPh;

SE- 01/PJ.42/2002
Perlakuan PPh atas Pengeluaran BPHTB
dan PBB

d. BPHTB atas hak atas bangunan yg dimiliki dan dipergunakan dalam


perusahaan, atau dimiliki untuk 3m penghasilan dapat dikurangkan sebagai
biaya dalam penghitungan PhKP melalui penyusutan bangunan tsb sesuai
ketentuan Pasal 11 UU PPh;
e. PBB atas tanah dan bangunan yang dimiliki dan dipergunakan dalam
perusahaan, atau dimiliki untuk 3m penghasilan, dapat dikurangkan
sekaligus sebagai biaya dalam penghitungan PhKP;
f. Penegasan dimaksud pada huruf-huruf c, d, dan e di atas, berlaku atas
penghasilan yg tidak berkaitan dengan penerimaan/perolehan penghasilan
yang dikenakan PPh yg bersifat final dan atau dikenakan berdasarkan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto/Norma Penghitungan Khusus.

SE- 01/PJ.42/2002
Perlakuan Pph Atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler Dan
Kendaraan Perusahaan
a. Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan
di pergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya,dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%
dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui penyusutan aktiva
tetap kelompok I.
b. Atas biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan
telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya,dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya berlangganan
atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan dalam tahun pajak yang
bersangkutan
c. Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan atau perbaikan
besar kendaraan bus,minibus,atau yang sejenis yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai ,dapat
dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui penyusutan
aktiva tetap kelompok II .
KEP-220/PJ/2002 SE-09/PJ.42/2002
Perlakuan Pph Atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler Dan
Kendaraan Perusahaan

d. Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan bus,minibus,atau


yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput
para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan dalam
tahun pajak yang bersangkutan
e. Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan atau perbaikan besar
kendaraan sedan ,atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya,dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya
perolehan atau pembelian atau perbaikan besar melalui penyusutan aktiva
tetap kelompok II.

KEP-220/PJ/2002 SE-09/PJ.42/2002
Perlakuan Pph Atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler
Dan Kendaraan Perusahaan

f. Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan ,atau yang
sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya,dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 50% dari jumlah iaya pemeliharaan atau perbikan rutin dalam tahun
pajak yang bersangkutan
g. Apabila atas penghasilan Wajib Pajak yang dapat dibebani biaya-biaya
dikenakan PPh yang bersifat Final atau berdasekan Norma Perhitungan
Khusus,maka pembebanan biaya biaya tersebut telah termasuk dalam
penghitungan PPh Final atau berdasarkan Norma Peghitungan khusus
h. Atas biaya biaya yang dapat dibebankan tersebut tidak merupakan
penghasilan bagi para pegawai perusahaan yang bersangkutan

KEP-220/PJ/2002 SE-09/PJ.42/2002
Perlakuan Pph Atas Biaya Perolehan Perangkat Lunak
(Software) Komputer

a. Perangkat lunak komputer merupakan harta tak berwujud yang


mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan termasuk
dalam kelompok I ,Pasal 11 A ayat (2) Undang undang PPh.
b. Perangkat lunak komputer berupa program aplikasi umum
diperlakukan sebagai pengeluaran atau biaya operasional rutin.
c. Atas pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak
komputer berupa program aplikasi umum yang dimiliki dan
digunakan untuk mendapatkan ,menagih dan memelihara
penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan umum
UU Pajak Penghasilan,pembebanannya dilakukan sekaligus dalam
bulan pengeluaran .

KEP- 316/PJ./ 2002


Perlakuan Pph Atas Biaya Perolehan Perangkat Lunak
(Software) Komputer

d. Dalam hal program aplikasi umum tersebut diperoleh sebagai


bagian dari harga pembelian perangkat keras komputer,maka
pembebanannya sudah termasuk dalam penyusutan perangkat
keras komputer tersebut ( kelompok I).
e. Atas pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak
komputer berupa program aplikasi khusus yang dimiliki dan
digunakan untuk mendapatkan ,menagih dan memelihara
penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan umum
UU Pajak Penghasilan,pembebanannya dilakukan melalui
amortisasi harta tak berwujud ( kelompok I)

KEP- 316/PJ./ 2002


Perlakuan Pph Atas Biaya Perolehan Perangkat Lunak
(Software) Komputer

f. Dalam hal pengeluaran/biaya upgrade program aplikasi khusus ,


pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak komputer
pengeluaran tersebut terlebih dahulu ditambahkan pada nilai sisa buku
fiskal yang masih ada dan amortisasinya dilakukan dengan masa
manfaat baru/penuh terhitung mulai bulan dilakukan upgrade.
g. Atas pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak
komputer berupa program aplikasi khusus yang diperoleh sebelum
berlakunya Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini,sepanjang belum
dibebankan atau baru dibebankan sebagian melalui amortisasi,dapat
diamortisasi mulai tahun pajak 2002 berdasarkan sisa masa manfaat
untuk kelompok I.

KEP- 316/PJ./ 2002


Ps.11(1),(2) UU PPh Pengeluaran Dilakukan secara taat asas
untuk
pembelian,
pendirian,
Penyusutan penambahan, mm 1 Tahun
perbaikan, atau
perubahan harta
berwujud

Kecuali tanah yg berstatus HM, HGB, HGU dan hak pakai yg


pertama kali (nilai tdk berkurang)
Metode garis lurus (bagian-bagian yg sama besar) atau straight-
line method
Metode saldo menurun (bagian-bagian yg menurun) atau
declining balance method (sekaligus pada akhir masa manfaat)
Small tools yg sejenis dapat disusutkan dlm 1 golongan
Bangunan disusutkan dengan straight-line method
PENYUSUTAN DAN AMORTISASI

Harga perolehan (harga perolehan ditambah biaya-biaya


yang dikeluarkan, misalnya bea cukai, biaya
transportasi, biaya instalasi)
Harga yang wajar (jumlah yang seharusnya dikeluarkan
atau diterima) apabila terdapat hubungan istimewa
Harga pasar (dalam hal terjadi tukar menukar harta)
Nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan
(apabila pengalihan harta tersebut bukan merupakan
objek pajak, misalnya sumbangan)

Anda mungkin juga menyukai