Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

“TREND DALAM AKUNTANSI”

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

NITRI MIROESA,SE.,M.AAC,CFE.,P.HD

DISUSUN OLEH (KELOMPOK 5)

ARTAWAN B1C119007

MUHAMMAD FACHMI IDRIS B1C119030

FITRIA RAHMADANI B1C119017

HESTI LESTARI B1C119019

NIKEN NURJANAH B1C119034

NURUL QALBI B1C119041

RISKAWATI B1C119049

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Trend Dalam Akuntansi”,
ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
“teori Akuntansi”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Akuntansi Pemerintah Derah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nitri Miroesa,SE.,M.AAC,CFE.,P.HD
Selaku dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuanya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kendari, Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Trend Akuntansi......................................................................................................................5
B. Beberapa Topik Baru dalam Akuntansi................................................................................7
1. Triple Entry system.................................................................................................................7
2. Employee Reporting................................................................................................................8
3. Value Added Reporting.........................................................................................................10
4. Akuntansi Perilaku................................................................................................................13
5. Multidiscipline Paradigma....................................................................................................13
6. Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan......................................................................16
7. Kegagalan Efficient market Hypothesis...............................................................................18
BAB II................................................................................................................................................20
PENUTUP..........................................................................................................................................20
A. Kesimpulan............................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntansi sebagai ilmu terus beradaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi
dimana ia berada, sehingga perkembangan sosial ekonomi juga mempengaruhi
perkembangan ilmu ekonomi itu sendiri. Teori akuntansi merupakan guidance yang
mengarahkan perkembangan itu sendiri sehingga tetap berada dalam kerangka teoritis
yang sudah disepakati. Kejadian itupun dengan terjadinya revolusi ilmu pengetahuan
seperti yang digambarkan oleh Kuhn maupun popper bisa saja muncul perkembangan
yang sama sekali keluar dari kerangka teori yang sudah menjadi konvensi.
Dalam permasahalan ini kami membahas beberapa tren dalam akuntansi yang
merupakan arah yang kemungkinan akan dituju oleh ilmu akuntansi atau bisa tidak
sampai mencapainya. Namanya tren hanya menunjukkan kecenderungan yang dilihat saat
ini. Kenyataannya akan terbukti kemudian. Tugas menganalisis dan ikut mengembangkan
tren itu sehingga menjadi konvensi dan menambah manfaat ilmu itu membantu
masyarakat secara luas. akademis dan profesional adalah untuk
bermimpi,melihat,menganalisis da ikut mengembangkan tren itu sehingga menjadi
konvensi dan menambah manfaat ilmu itu membantu masyarakat secara luas.
Riset akuntansi adalah upaya yang dilakukan untuk mencari kebenaran dibidang
akuntansi. Hasil riset ini merupakan penyambung antara fenomena sosial dibidang
akuntansi dengan sturuktur teori akuntansi. Fenomena sosial itu dituangkan dalam
berbagari bentuk "statment ilmiah" sehingga menjadi teori. Teori ini bisa manjelaskan
tentang kebenaran yang sudah ada (deskriptif), mendukung teori yang ada (justifikasi),
mengingkari kebenaran yang sudah lama (refute), atau ingin memanggung teori baru.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam mencari kebenaran ini dimaksudkan untuk
mengembangkan disiplin akuntansi ini sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat.
Peningkatan ekonomi pada suatu organisasi dapat digunakan untuk menjadi dasar
dalam memilih informasi yang relevan terhadap pengambilan keputusan. Keterampilan
matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan yang
kompleks. Begitu juga dengan kemajuan dalam teknologi komputer akuntansi yang
memungkinkan informasi yang tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggih pun
prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah
tujuan akhir.
B. Rumusan Masalah
1. Trend Akuntansi
2. Beberapa Topik Baru dalam Akuntansi
3. Akuntansi Perilaku
4. Multidiscipline Paradigm Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan
5. Efficient Market Hypothesis
6. Krisis Akuntansi Masa Depan
BAB II

PEMBAHASAN
A. Trend Akuntansi
Adolf J.H. Enthoven (1995) dalam Accounting Research Monograph No. 5
dengan judul Mega Accountancy Trends, berdasarkan Mega Trend 2000-nya Naisbitt
dalam Harahap (2008), ia mereflesikan megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan
sebagai berikut :
1. Perlunya akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan produktivitas.
2. Perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin lainnya.
3. Perlunya mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi yang relevan
Kualitas relevan sudah menjadi ciri akuntansi, namun sampai saat ini kualitas ini
belum dapat dinilai tercapai.

Kemudian untuk mengantisipasi tren tersebut di atas maka Ethoven menganjurkan


penyempurnaan insfrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan tren tersebut.

1. Penyempurnaan system pendidikan, pelatihan, dan riset dalam bidang akuntansi.


2. Struktur dan persyaratan sosio ekonomi dan budaya.
3. Persyaratan legal, status, dan persyaratan lainnya.
4. Praktek profesi dan kelembagaan akuntansi.

Trend yang dibuat Ethoven ini beranjak dari megatrend-nya naisbitt yaitu :

1. Dunia akan bergerak dari ekonomi nasional ke ekonomi global.


2. Dasar pemikiran orang akan beralih dari skup jangka pendek ke skup jangka panjang.
3. Ciri masyarakat kita akan beralih dari masyarakat industry ke masyarakat informasi.
4. Struktur organisasi akn berubah dari yang bersifat hierarki dengan inti kekuasaan ke
struktur organisasi yang bersifat jaringan atau net-working, kekuasaan sudah tidak
dikedepankan lagi.
5. Pilihan semakin banyak sehingga masyarakat beralih dari dua pilihan ke pilihan
banyak.
6. Pertumbuhan ekonomi akan beralih dari dunia bagian utara ke bagian selatan.
7. Keterlibatan politik masyarakat akan beralih dari demokrasi perwakilan ke democrasi
partiisipasi.
8. Dari bantuan institusi ke mandiri
9. Kemajuan teknologi akan beralih dari teknologi keras ke teknologi lunak.
10. Kekuasaan akan beralih dari sebtralisasi ke desentralisasi

Kesepuluh shift inilah yang dijadikan dasar oleh Enthoven untuk memprediksi
pengaruh tren itu ke dalam profesi dan bidang ilmu akuntansi.

Megatrends 2010

Megatrends 2010 yang ditulis oleh Patrice Aburdene (2005). Beliau


mengemukakan paling tidak ada tujuh kecenderungan bisnis yang tentu nantinya akan
mempengaruhi profesi akuntansi. Dari teori akuntansi ketujuh Megatrends tersebut
adalah:

1. Kekuatan spiritualitas (The Power of Spiritualy).


2. Munculnya kapitalisme yang sadar(The Down on Conscious Capitalism).
3. Pemimpin lahir dari level tengah (Leading From the Middle).
4. Bisnis spiritualisme (Spirituality in Business).
5. Konsumen berbasis nilai (The Value-Driven Consumer).
6. Gelombang solusi kesadaran (The Wave of Conscious Salutions).
7. Boomnya investasi pada perusahaan yang memiliki tanggungjawab (The Socially
Rensponsible Investment Boom).

Dari ketujuh megatrends ini baru trends no. 7 yang mulai ditanggapi oleh profesi
akuntansi. Dalam teori dan standar akuntansi belum memberikan pedoman yang tetap.
Megatrend lainnya sama sekali belum terlihat arah dan petunjuk untuk memenuhinya.
Misalnya bagaimana peran kauntansi mengukur, mencatat atau melaporkan aspek nilai-
nilai, spiritualisme, dan sebagainya.

B. Beberapa Topik Baru dalam Akuntansi


Perkembangan terakhir yang masih terus menjadi bahan riset dan pengembangan
bidang akuntansi yang menjadi tren di antaranya adalah:

1. Akuntansi internasional atau akuntansi global;


2. Akuntansi Islam;
3. Akuntansi Sumber Daya Manusia;
4. Triple entry accounting system;
5. Employee Reporting;
6. Value Added Reporting;
7. Akuntansi Perilaku;
8. Multi Diciplines Paradigm;
9. Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan;
10. Efficient Market Hypothesis (EMH);
11. Krisis Akuntansi.

Topic tiga pertama sudah disinggung di beberapa bab sebelumnya dan dalam bab
ini kita akan membahas poin 4 dan seterusnya.

1. Triple Entry system


Kalau dahulu kita mengenal single entry, double entry maka sekarang kita mengenal
triple entry. Dalam system ini transaksi dicatat dalam tiga dimensi. Model ini bukan saja
transaksi yang memengaruhi pos-pos pada sisi aktiva dan pasiva yang dilaporkan, tetapi juga
force atau power yang menyebabkan sehingga laporan neraca misalnya menyajikan Wealth =
Capital = Force. Triple entry memiliki force account yang mencatat beberapa factor antara
lain perubahan harga, perubahan jumlah, atau perubahan volume terhadap arus hasil dan
biaya. Misalnya jika harga suatu barang naik maka akan dibuat perkiraan force. Demikian
juga kalau terjadi perubahan volume dan jumlah. Informasi yang dilaporkan melalui model
ini disebut force statement. Nanti akan ada tiga jenis laporan wealth statement, capital
statement, dan force statement. Wealth statement melaporkan kekayaan perusahaan (A-L)
sedangkan capital statement melaporkan komposisi dan perubahan modal di mana informasi
laba rugi dimasukkan di dalamnya. Sementara itu, force statement memuat informasi
perubahan kekayaan juga, tetapi yang dipengaruhi oleh kenaikan atau penurunan laba saja.
Force statement ini akan didampingi oleh laporan variance analysis yang merinci komponen
fixed dan varibel.

Model ini sebenarnya merupakan upaya untuk menambah informasi kepada pembaca
khususnya pihak manajemen dan para pengambil keputusan yang berkepentingan dengan
laporan keuangan perusahaan. Triple entry sistem ini juga menjelaskan margin-variance,
volume variance, dan efficiency variance. Ketiga metode ini akan menghasilkan angka yang
sama. Bisa juga mencatat aspek nilai daya beli yang dicatat sehingga pembaca mendapatkan
informasi tentang daya beli atau dampak inflasi terhadap perusahaan.

Dalam Studies in Accounting Research yang ditulis Yuji ljiri yang disponsori AAA
menyatakan bahwa kalau double entry itu berdimensi dua maka triple entry ini berdimensi
tiga jadi sebenarnya merupakan penyempurnaan dari system double entry. Bagi yang
berminat mendalami ini dapat dibaca Studies in Accounting Research No.18. yang ditulis
Yuji ljiri (1982).

2. Employee Reporting
Semakin besarnya kekuatan menawarkan serikat pekerja di Barat, khususnya di Eropa
menimbulkan fenomena baru dalam tuntutan akan laporan keuangan yang dapat
menggambarkan informasi yang dibutuhkan oleh kaum pekerja. Pegawai selaku salah satu
dari stakeholders juga berhak akn informasi keuangan. Informasi keuangan seperti inilah
yang disebut Employee reporting. Employee reporting merupakan bentuk laporan keuangan
yang memuat informasi yang relevan bagi karyawan atau serikat pekerja. Employee reporting
sangat berkembang d USA dan Eropa pada khususnya. Bahkan telah diterapkan di beberapa
Negara seperti anggota Organization of Economic Cooperation and Development (OECD)
seperti USA, Canada, Jerman, Perancis, Denmark, Norwegia, Swedia, dan United Kingdom
(Belkaoui, 1995).

Beberapa hal yang mendesak dan mendorong perlunya employee reporting ini adalah
(Purdy dalam belkaoui, 1985):

1. Tekanan semakin besar akan perlunya full disclosure;


2. Praktik dan masalah yang berkaitan dengan hubungan perburuhan;
3. Munculnya perdebatan tentang demokratisasi perusahaan;
4. Perkembangan di Negara lain akan perlunya informasi dimaksud.

Di samping tentunya semakin kuatnya organisasi pekerja di planet ini. Keharusan


perusahaan memasukkan informasi yang dibutuhkan karyawan dan serikat pekerja telah
diatur oleh berbagai Negara, seperti di Jerman, 1972, Prancis, 1979, Swedia, USA, dan
Kanada.

Beberapa informasi pennting yang diminta dilaporkan dalam employee reporting ini
adalah:

 Jumlah pegawai;
 Lokasi tempat bekerja;
 Umur karyawan; Jam kerja;
 Biaya tebaga kerja;
 Program pension;
 Program jaminan social, kecelakaan kerja, kesehatan, hari tua;
 Pelatihan dan pendidikan atau adanya career path;
 Pengakuan terhadap serikat pekerja;
 Daftar karyawan berdasarkan agama, suku, bangsa, kelamin;
 Dan sebagainya.

Dari suatu survey laporan keuangan kepada karyawan sejak tahun 1919 sampai 1979
diketahui beberapa alasan pelaporan sebagai berikut (Lewis, et. Al 1984 :

a) Menyampaikan perubahan.
b) Menyajikan propaganda manajemen.
c) Mempromosikan kepentingan memahami masalah dan prestasi perusahaan.
d) Menyampaikan keputusan manajemen.
e) Menyampaikan hubungan antara karyawan, manajemen, dan pemegang saham.
f) Menjelaskan tujuan perusahaan.
g) Mendorong partisipasi karyawan yang lebih besar.
h) Merespons tekanan legislative atau serikat pekerja.
i) Membangun imej perusahaan.
j) Memenuhi ketentuan UU tentang pengungkappan informasi yang dibutuhkan
karyawan.
k) Merespon kekhawatiran manajemen terhadap berbagai tuntutan pegawai, maupun
persaingan.
l) Menunjukkan perhatian besar terhadap karyawan.

3. Value Added Reporting


Value Added Reporting (VAR) atau Laporan Pertambahan Nilai berkaitan juga dengan
Human Rresources Accounting dan Employee Reporting terutama dalam hal informasi yang
disajikannya. Value Added Reporting ini masih belum diwajibkan sebagai laporan utama di
berbagai Negara, jadi masih dalam tahap wacana akademik. Value Added Reporting ini
sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan utama,
Neraca, Laba Rugi, dan Arus kas. Karena semua laporan ini gagal memberikan informasi:

a. Total produktivitas dari perusahaan;


b. Share dari setiap stakeholder atau anggota tim yang ikiy dalam proses manajemen
yaitu, pemegang saham, kreditor, pegawai, dan pemerintah (Belkaoui, 1995).
Kalau laporan keuangan konvensional menekkankan informasinya pada laba maka VAR
menekankan pada upaya meng-generate kekayaan atau nilai tambah. Karena laba biasanya
hanya menggambarkan hak atau kepentingan pemegang saham saja bukan seluruh tim yang
ikut terlibat dalam kegiatan perusahaan. Value Added adalah kenaikan nilai kekayaan yang
digenerate atau dihasilkan dengan penggunaan asset produktif dari seluruh sumber-sumber
kekayan perusahaan oleh seluruh tim yang ada termasuk pemilik modal, karyawan, kreditor,
dan pemerintah. Sebenarnya konsep dasar dari VAR ini sudah dikenal dalam ilmu ekonomi
terutama dalam perhitungan Pendapatan Nasional. Namun, perlu diingat bahwa value added
tidak sama dengan laba. Laba menunjukkan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan
pertambahan nilai mengukur kenaikan kekayaan bagi seluruh stakeholders. Laporan
Pertambahan Nilai jangan pula disamakan dengan Pajak Pertambahan Nilai.

Isi Laporan Pertambahan Nilai

Sebenarnya Laporan Pertambahan Nilai ini adalah modifikasi dari Laporan Laba Rugi
sehingga pada dasarnya dapat disusun dengan menggunakan laporan laba rugi ini. Langkah
yang di ikuti dalam menyusun laporan pertambahan nilai dari laporan laba rugi adalah
(Belkaoui, 1995):

Langkah 1:

Disini dihitung Laba Ditahan yang didapat dari Hasil Penjualan dikurangi Biaya, Pajak,
Dividen, atau:

 Penerimaan Penjualan Rp ....


 Dikurangi:

Pembelian Barang dan Jasa Rp......

Penyusutan Rp ......

Biaya karyawan Rp......

Biaya Bunga Rp .......

Dividen Rp .....

Pajak Rp ......

 Total Pengurangan Rp...


 Laba Ditahan Rp ........
Langkah 2:

Laporan Pertambahan Nilai ini dapat dosusun dari data di atas dengan format sebagai
berikut:

 Penerimaan Penjualan Rp.....


 Dikurangi: Pembelian Barang dan jasa Rp......
 Pertambahan Nilai Kotor Rp .......

Pertambahan Nilai ini dirinci sbb:

Penyusutan Rp......

Biaya karyawan Rp......

Biaya bunga Rp......


Dividen Rp ........
Pajak Rp......
 Total Pertambahan nilai Rp ........

Beberapa kegunaan dari Value Added Reporting ini dapat disebut sebagai berikut:

a. Konsep ini dinilai objektif sehingga dianggap sebagai informasi yang abash sebagai
dasar perhitungan reward.
b. Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk
memgetahui angka reinvestasi (laba ditahan dan penyusutan).
c. Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi dan ekonomi
dengan jumlah kekayaan dalam pengukuran pendapan nasional.
d. Pertambahan nilai bersih bisa menjadi dasar distribusi kekayaan bukan pertambahan
nilai kotor :
 Pertambahan nilai bersih sangat cocok menjadi dasar perhitungan bonus
produktivitas tenaga kerja dengan memberikan penyisihan pada perubahan
modal.
 Dengan mengurangi biaya penyusutan akan menghindari double counting yang
bisa terjadi jika ada pertukaran aktiva antara dua perusahaan.
 Pertambahan nilai bersih sangat menguntungkan bagi konsep laba untuk semua.
 Mestinya remunerasi karywan tidah hanya berasal dari gaji, tetapi juga kenaikan
kekayaan, ini konsep baru dalam dunia bisnis modern.
 Dapat menjadi media peramalan yang baik bagi peristiwa ekonomi yang dapat
mempengaruhi kesehatan perusahaan.
 Sangat cocok untuk ekonom dalam perhitungan pendapatan nasianal.
 Dapat menilai proporsi masing-masing terhadap niali tambah sehingga dapat
mendorong keadlian.

Namun, di samping keunggulannya ada juga beberapa keterbatasan Laporan


Pertambahan Nilai ini, yaitu sebagai berikut:

 Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu
merasa senang bekerja sama dengan yang lain.
 Ada kemungkinan dengan adnya laporan pertambahan niali ini manajemen salah
tanggep seolah ingin memaksimasi pertmabhan niali.
 Kesalahan penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan
pendapat seperti :
 Kenaikan pertambahan nilai dianggap kenaikan laba;
 Kenaikan pertambahan niali per unit dianggap otomatis bermanfaat bagi
pemegang saham;
 Seolah dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan
pertambahan niali;
 Pertambahan nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit dianggap
meruapakan prestasi ekonomi yang baik;
 Share tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak
mendapatkan gaji yang tinggi.

4. Akuntansi Perilaku

Aspek budaya dalam akuntansi disebut juga behavioral accounting. Di sini


diperhatikan berbagai budaya yang dapat memengaruhi peran atau hasil dari interaksi
antara informasi akuntansi dengan perilaku konsumennya atau penyajiannya. Dengan
perkataan lain, berkaitan dengan hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi
baik dalam bidang akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen. Bahkan ini
dianggap sebagai bidang (cabang) akuntansi yang khusus (Siegel, Ramanauskas-Marconi,
1989). Bidang akuntansi ini dimulai dikembangkan pada awal tahun 1950-an. Pada tahun
1951 the Controllership Foundation of America mensponsori penelitian untuk mengetahui
pengaruh budget terhadap manusia. Riset ini dilakukan oleh Cornell University dengan
dipimpim oleh Chris Argyris. Penelitian ini telah memberikan beberapa rekomendasi
tentang beberapa perilaku yang muncul dalam penerapan budget. Hasil riset ini muncul di
Harvard business Review yang ditulis oleh Argyris dengan judul Human Problems with
budget. Sejak itu maka banyak ahli menjadi pemerhati dan menjadi peneliti akuntansi
perilaku ini seperti Mayo, Maslow, Mc Gregor, Likert.
Dalam akuntansi perilaku ini yang menjadi sorotan adalah dampak dari informasi
akuntansi terhadap perilaku orang yang membaca atau menyiapkannya. Juga melihat
bagaimana reaksi manusia terhadap informasi yang akuntansi yang diberikan, Dampak
perilaku dari system budget terhadap prilaku, dampak system responsibility accounting
terhadap oerilaku, dampak system desentralisasi ataupun sentralisasi pengambilan
keputusan terhadap perilaku, dimensi perilaku dalam system pengawasan internal,
beberapa pola perilaku auditor, aspek perilaku dalam proses pengambulan keputusan,
factor perilaku dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam akuntansi sumber
daya manusia, dan sebagainya. Lebih simple Siegel, Ramanauskas, dan Marconi (1989)
membaginya atas tiga bagian besar berikut ini.
a. Pengaruh perilaku manusia terhadap desain, kontruksi, dan penggunaan system
akuntansi.
b. Pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia.
c. Metode untuk meramalkan dan strategi untuk mengubah perilaku manusia.

5. Multidiscipline Paradigma

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin


munculnya paradigm baru yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan dan
keterkaitan yang semakin erat antara satu disiplion ilmu dengan disiplin ilmu lainnya.
Fenomena ini juga melanda akuntansi.
Mulanya ilmu yang dikrnal manusia adalah ilmu falsafah, menurut Al-Farabi ilmu filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat
yang sebenarnya (Anshari, 1991). H.Endang Saifuddin Anshari (1991) mengubgkapkan
ilmu itu kemudian berkembang menjadi tiga bidang:
1. Ilmu Pengetahuan Alam (Natural science):
a) Biology
b) Antropologi fisik
c) Kedokteran
d) Farmasi
e) Pertanian.
f) Ilmu Pasti
g) Ilmu Alam
h) Teknik
i) Geologi, dan lain-lain.
2. Ilmu Sosial (Social Science):
a) Ilmu Hukum
b) Ekonomi
c) Jiwa Sosial
d) Bumi Sosial
e) Sociology
f) Antropologi Sosial Budaya
g) Sejarah
h) Politik
i) Pendidikan
j) Publisistik dan Jurnalistik
k) Dan lain-lain.
3. Humaniora (Humanities Science):
a) Ilmu Agama
b) Ilmu Filsafat
c) Ilmu Bahasa
d) Ilmu Seni
e) Ilmu Psikologi (Jiwa)

Ilmu ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu social berkembang menjadi
berbagai disiplin ilmu seperti :
 Ekonomi Mikro dan Makro
 Ilmu Manajemen
 Pembangunan
 Pemasaran (marketing)
 produksi (production)
 Keuangan (finance)

Ilmu manajemen berkembang lagi menjadi berbagai disiplin ilmu seperti; Akuntansi,
Business Policy, budgeting, Planning, Operating Research, Information System, dan lain-lain.

Akuntansi kemudian berkembang lagi seperti: Akuntansi Keuangan, Akuntansi


Manajemen, Teori Akuntansi, Sejarah Akuntansi, Akuntansi Internasional, Controllership,
Sistem Pengawasan Manajemen, Auditing, dan sebagainya.

Perkembangan ilmu di masing-masing bidang ini selalu berkaitan erat dan saling
mengisi dengan disiplin ilmu lain. Contoh yang paling menarik adalah munculnya ilmu
decision science. Ilmu ini tampaknya mengkristal sebagai gabungan dari berbagai disiplin
ilmu seperti akuntansi, computer, information system, expert system, decision science,
mathematic, dan management science.

Akuntansi sebagai suatu system informasi membutuhkan computer, information


science, dan decision science. Akhirnya munculah ilmu baru seperti decision science yang
sumberformula dan elemen-elemennya berasal dri ilmu tadi. Decision science ini merupakan
disiplin ilmu baru di Amerika dan bahkan sudah menjadi salah satu jurusan yang popular di
College of Business, fenomena inilah yang disebut Multidicipline paradigm.

Fenomena ini menarik karena Nampak sekali bahwa lengah sedikit saja dalam
pengembangan ilmu itu kita akan ketinggalan ditelan kemajuan disiplin lain. Oleh karena itu,
pengembangan disiplin dan profesi akuntansi di tanah air jangan sampai lengah dan terlambat
mengantisipasi perubahan ilmu dan teknologi yang demikian cepat.

Dalam megatrend akuntansi Enthoven diharapkan akuntansi lebih memikirkan


perndekatan terpadu dengan disiplin ilmu lainnya.

6. Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan


Dilaksanakannya "Earth Summit" mangingatkan kita pada isu yang sama di ajukan oleh
Club of Rome tahun 1975 yang lalu yaitu Konsep Limit to Growth atau sering juga disebut
Zero Growth. Club para ahli nomor wahid ini menganggap bahwa kerusakan bumi timbul
dari kombinasi dari berbagai factor yang harus direm perkembangannya seperti
perkemabangan penduduk, investasi, kkonsumsi sumber alam, industry, ketidakadilan
distribusi pendapatan, pertanian, kehutanan. Club ini ingin menyelamaykan masa depan umat
manusia dengan mengingatkan kita perlunya keharmonisan pengelolaan ekosistem yang
bersfat global dan dependen. Subbab ini ingin mencoba menjelaskan perlunya alat ukur untuk
memudahkan para pengambil keputusan dalam memanaje masalah pembangunan,
lingkunagn, dan aspek social ekonominya.

Akuntansi sebagai Alat Ukur


Sebenarnya akuntansi diam-diam mempunyai perangkat penting dalam
mengamankan pembangunan bumi yang aman. Namun, para teknokrat barangkali belum
tahu dan mungkin tidak terpikir untuk memanfaatkannya. Bekas presiden Bank Dunia A.
W. Clausen pernah mengeluh bahwa karena ketiadaan aat yang dapat mencatat,
mengukur, dan melaporkan posisi kejadian, dampak industry (pembangunan) kepada
masyarakat, menimbulkan kesukaran kita mengawasi dampak itu. la menyebutkan:
Saya mengakui salah satu alasan dari respons kita yang tidak lengkap terhadap
permasalahan social adalah isu kualitas hidup yang membingungkan dan penyebab utama
kkebingungan itu adalah kekurangan atau karena "kasarnya" bentuk dan kualitas
pengukuran (May 1971).

Keluhan beliau ini sebenarnya dapat diatasi oleh disiplin akuntansi sebagai satu
instrument measurement of quality. Para ahli akuntansi sejak awal athun 1930-an
sebenarnya sudah melakukan pengkajian yang intensif tentang bagaiman mencatat,
mengukur national income, social accounting, dan dampak social yang diakibatkan oleh
industry, perusahaan, atau kegiatan pembangunan. Ini tidak berbeda dengan apa yang
dibicarakan dalam KTT Bumi tersebut. Dalam pengertian lingkungan termasuk di
dalamnya manusia, flora, fauna, air, lahan, dan segala isinya.

Untuk mengelola setiap suatu masalah perlu keputusan-keputusan. Keputusan


yang baik hanya dapat lahir dari analisis terhadap keadaan yang valid, factual, dan
relevan. Keadaan yang factual, valid, dan relevan dapat disupply oleh akuntansi. Dalam
akuntansi disiplin yang mensupply ini disebut environment accounting. Disiplin ini
secara, teori-teorinya belum sepenuhnya disepakati oleh sebagian besar para ahli
akuntansi dan organisasi profesi. Bidang ini sampai saat ini masih terus menjadi ladang
penelitian para ahli dan secara parsial, ada yang sudah diwajibkan dan ada yang masih
dalam taraf dianjurkan penyajiannya dalam laporan keuangan.
Perlunya Akuntansi Lingkungan
Keperluan akan akuntansi lingkungan ini sebenarnya sudah jelas. Konsep yang
menganggap bahwa perusahaan sebagai wadah hukum yang melakukan eksploitasi dalam
suatu wilayah dan Negara dan mendapatkan keuntungan dari kekayaan alam wilayah itu,
mestinya juga menjadi penduduk yang baik, yang melindungi alamnya dan juga makhluk
pengisinya. Filosofi ini jelas dan rasional. Sebuah industry sebenarnya hidup dari
lingkungan. Ya factor alam, tenaga kerja, makhluk lainnya yang mendiami bumi. Adalah
etis seandainya perusahaan itu juga yang tergantung dengan makhluk lain sebagai
penduduk bumi ikut bertanggung jawab melindungi bumi dari setiap kerusakan
lingkungan yang kalau tidak dijaga akhirnya akan merusak dia sendiri sehingga tidak
dapat dilakukan pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan.

Kesulitan Pengukuran
Kesulitan utama dari akuntansi bidang ini adalah ketidaksepakatan para ahli dalam
menentukan criteria pengukuran. Mengukur nilai kerusakan lingkungan, nilai social cost
maupun social benefit-nya tidak semudah yang dibayangkan. Contohnya kasus Cernobyl,
kasus Union Carbides, dan lain sebagainya menunjukkan betapa sukarnya melakukan
penetapan nilai kerusakan dan perbaikan lingkungan yang sama-sama diterima dan sesuai
pula dengan prinsip akuntansi yang sudah baku.

Penyajian
Dari berbagai konsep yang diajukan lembaga dan para ahli ada yang
menganjurkan metode penyajian: penjelasan dalam laporan keuangan (footnote
disclosure, narrative disclosure), membuat pos tersendiri, laporan khusus tentang
kerusakan lingkungan, Social Responsibility Report, Environment Exchange Report,
Social Income Statement Report, Compherensive Social Benefit Cost Model, dan
Multidimensional Income Statement. SEC biasanya mengharuskan perusahaan yang
listed di bursa New York Stock Exchange untuk melaporkan hal-hal yang bertalian
dengan masalah lingkungan, dan social cost dan benefit lainnya.

7. Kegagalan Efficient market Hypothesis

Sebenarnya topic ini bukan baru apalagi tren, karena isu ini sudah lama kenal
dalam akuntansi. Dalam akuntansi dikenal teori atau hipotesis EMH (Efficient Market
Hypothesis). Teori EMH ini menyatakan bahwa "Pasar akan menyesuaikan diri dengan
setiap informasi baru yang dikeluarkan mengenai saham." Dalam bahasa penelitian
bidang penelitian yang menyangkut soal ini adalah positive accounting teory. Dalam teori
ini yang dibahas bukan bagaimana mencatat transaksi, tetapi menyangkut:
 Melihat hubungan antara pengumuman informasi akuntansi kepada public dan
reaksi pasar terhadap informasi itu yang dilihat dari indicator harga saham di
bursa;
 Melihat pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap harga pasar.

Fama (1969) menyatakan bahwa beberapa syarat untuk menciptakan pasar yang
efisien adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada biaya transaksi dalam perdagangan saham.
b. Semua informasi tersedia secara Cuma-Cuma bagi semua peserta pasar.
c. Semua sepakat terhadap implikasi informasi saat ini terhadap harga sekarang dan
distribusi harga masa yang akan dating dari tiap saham.

Menurut Fama informasi ada tiga set informasi:


a. Gerakan harga saham masa lalu;
b. Informasi yang tersedia bagi public;
c. Seluruh informasi baik uang tersedia bagi public maupun milik perusahaan.

Ketiga set informasi di atas dapat memengaruhi harga saham sebagai berikut.
a. Bentuk lemah (weak form) dari sham efisien. Di sini harga pasar saham pada
periode tertentu secara penuh merupakan refleksi dari informasi yang berasal dari
harga harga saham masa lalu. Di sini tidak ada strategi dagang berdasarkan siklus
harga, pola harga atau peraturan lainnya.
b. Bentuk semi kuat (semistrong) di mana harga saham secara penuh merupakan
gambaran dari seluruh informasi yang tersedia kepada public termasuk harga
saham masa lalu. Di sini juga tidak ada strategi dagang yang dipakai dalam
perdagangan saham.
c. Bentuk kuat (strong form) di mana harga saham merupakan gambaran dari seluruh
yang ada baik informasi harga saham yang lalu, informasi yang tersedia untuk
public dan informasi lainnya seperti informasi dari dalam dan informasi pribadi
nlainnya.
Dari ketiga bentuk ini maka bentuk semistrong-lah yang paling relevan dengan
akuntansi karena dasar informasinya adalah informasi yang tersedia bagi public.
Dalam EMH sering digunakan Capital Assets Princing Model (CAPM). Yang
dimaksud dengn model CAMP ini adalah suatu model yang menaksir laba yang abnormal
atau laba yang tidak diperkirakkab dari saham biasa suatu perusahaan pada saat
diumumkannya laba perusahaan. Bentuk semistrong juga dipakai dalam model ini.
BAB II

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwasannya trend akuntansi itu berdasarkan Mega Trend 2000-nya Naisbitt
dalam Harahap (2008), ia mereflesikan megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan-
persoalan seperti Perlunya akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan
produktivitas,perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin
lainnya,perlunya mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi yang relevan.
Kemudian untuk mengantisipasi tren tersebut di atas maka Ethoven menganjurkan
penyempurnaan insfrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan tren tersebut yaitu
dengan cara penyempurnaan system pendidikan, pelatihan, dan riset dalam bidang
akuntansi, struktur dan persyaratan sosio ekonomi dan budaya, persyaratan legal, status,
dan persyaratan lainnya, praktek profesi dan kelembagaan Dalam hal ini kami juga
membahas tentang akuntansi keperilakuan yang mana dalam makalah kami kami
menekankan pada beberapa prinsip etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yaitu
tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan
kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, standar teknis

Anda mungkin juga menyukai