Anda di halaman 1dari 26

PSAK 30

ISAK 8
STUDI KASUS: PENERAPAN
PSAK 30 & ISAK 8 YANG BARU
PADA PT PLN (Persero)

Kelompok : 6
FERBY MUTIA EDWY
OETARI ANDARI PRAKOSO
REFINIA WIDIASTUTY
Leasing dalam bahasa indonesia diterjemahkan menjadi sewa guna usaha,
mulai dikenal untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1974 dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan,
dan Menteri Perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974, No. 32/M/2/1974 dan
No. 30/Kpb/174 tanggal 7 Februari 1974 tentang “Perizinan Usaha Leasing”.
PSAK 30
Paragraf 4

Sewa sebagai suatu perjanjian dimana lessor


memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan
suatu aset selama periode waktu yang disepakati.
Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran
atau serangkaian pembayaran kepada lessor.
leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan
pembayaran-pembayaran berkala disertai dengan hak pilih bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
 Lessor/Yang Menyewakan yaitu pihak yang menjadi
pemilik aset yg mengizinkan pihak lain menggunakan
barang tersebut dengan pembayaran pada jangka waktu
tertentu.
 Lessee/Penyewa yaitu pihak yang mendapatkan hak untuk
menggunakan aset dengan pembayaran dalam jangka
waktu tertentu.
Dalam menentukan apakah suatu perjanjian
mengandung suatu sewa atau tidak, kita harus
menggunakan panduan ISAK 8 : “Penentuan
Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa”
yang mengadopsi IFRC 4 “Determining Whether an
Arrangement Containts a Leases”. Suatu entitas
dapat melakukan suatu perjanjian, yang terdiri dari
satu atau serangkaian transaksi terkait, dimana
bentuk legal perjanjian tersebut bukan sewa tetapi
perjanjian itu memberikan hak kepada pihak lain
untuk menggunakan suatu aset, dengan imbalan
suatu atau serangkaian pembayaran.
Dalam menentukan apakah suatu
perjanjian merupakan perjanjian sewa
atau perjanjian yang mengandung
sewa, perlu diperhatikan substansi
perjanjian dan dilakukan evaluasi
apakah:
 Pemenuhan perjanjian tergantung pada
penggunaan suatu aset atau aset-aset tertentu
 Perjanjian tersebut memberikan suatu hak
untuk menggunakan aset tertentu
.
PSAK 30

Sewa Pembiayaan Sewa Operasi


(financial lease) (operating lease).

Sewa yang mengalihkan secara Sewa yang tidak mengalihkan


substansial seluruh risiko dan secara substansial seluruh risiko
manfaat yang terkait dengan dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan suatu aset. Hak milik kepemilikan suatu asset.
pada akhirnya dapat dialihkan atau
dapat juga tidak dialihkan.
• Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa
pembiayaan sebagai aset dan liabilitas dalam laporan
posisi keuangan sebesar nilai wajar aset sewaan atau
Sewa sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika
Pembiayaan nilai kini tersebut lebih rendah daripada nilai wajar

• Pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai


Sewa beban dengan dasar garis lurus selama masa sewa.
Operasi
Sewa Pembiayaan
hal-hal berikut ini harus diungkapkan oleh Lessee (Par. 27):
 Jumlah neto nilai tercatat untuk setiap kelompok aset pada tanggal neraca
 Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa depan pada tanggal
neraca, dengan nilai kininya untuk setiap periode berikut:
o Sampai dengan satu tahun
o Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
o Lebih dari lima tahun
 Rental kontijen yang diakui sebagai beban periode tersebut
 Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa lanjut di masa depan dari
kontrak sewa lanjut tidak dapat dibatalkan pada tanggal neraca.
 Penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material:
o Dasar penentuan utang rental kontinjen
o Opsi perpajangan atau pembelian
o Pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa, misalnya yang
terkait dengan dividen, tambahan utang, dan sewa lanj
Sewa Operasi
hal-hal berikut ini harus diungkapkan oleh Lessee (Par. 35):
 Total pembayaran sewa minimum di masa depan dalam sewa operasi yang tidak dapat
dibatalkan untuk setiap periode berikut:
o Sampai dengan satu tahun
o Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
o Lebih dari lima tahun
 Total pembayaran sewa lanjut minimum masa depan, yang dihitung pada tanggal
neraca.
 Pembayaran sewa dan sewa lanjut yang diakui sebagai beban periode berjalan,
dengan pengungkapan terpisah untuk masing-masing jumlah pembayaran minimum
sewa, sewa kontinjen dan pembayaran sewa lanjut
 Deskripsi umum perjanjian sewa lessee yang signifikan:
o Dasar penentuan utang rental kontinjen
o Persyaratan untuk memperbarui kembali perjanjian sewa atau adanya opsi
pembelian
o Pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa, misalnya yang
terkait dengan dividen, tambahan utang, dan sewa lanjut.
• Dalam sewa pembiayaan dimana seluruh risiko dan manfaat
yang terkait dengan kepemilikan aset dialihkan dari lessor ke
lessee, penerimaan piutang sewa diakui oleh lessor sebagai
Sewa pembayaran pokok dan pendapatan keuangan sebagai
penggantian dan imbalan atas investasi dan jasanya.
Pembiayaan

• Lessor menyajikan aset untuk sewa operasi dalam laporan posisi


keuangan sesuai sifat aset tersebut. Biaya langsung awal yang
dikeluarkan oleh lessor dalam proses negosiasi dan pengaturan
sewa operasi ditambahkan dalam jumlah tercatat aset sewaan
Sewa dan diakui sebagai beban selama masa sewa dengan dasar yang
Operasi sama dengan pendapatan sewa.
Sewa Pembiayaan
hal-hal berikut ini harus diungkapkan oleh Lessor (Par. 47)
 Rekonsiliasi antara investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran
sewa minimum pada tanggal neraca
 Klasifikasi investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa
minimum:
▪ Kurang dari 1 tahun
▪ 1 – 5 tahun
▪ Lebih dari 5 tahun
 Pendapatan keuangan yang belum diterima
 Nilai residu yang tidak dijamin yang diakui sebagai laba lessor
 Akumulasi penyisihan piurang tidak tertagih atas pembayaran sewa
minimum
 Rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan
 Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor yang material.
o .
Sewa Operasi
hal-hal berikut ini harus diungkapkan oleh Lessor (Par. 56)
 Jumlah agregat pembayaran sewa minimum di masa depan dalam
sewa operasi yang tidak dapat dibatalkan untuk setiap periode
berikut:
 Sampai dengan satu tahun
 Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
 Lebih dari lima tahun
 Total rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan dalam
periode berjalan
 Penjelasan umum isi pengaturan sewa lessor

o .
STUDI KASUS:
PENERAPAN PSAK
30 & ISAK 8 YANG
BARU PADA PT
PLN (Persero)
Pembahasan

Gambaran Umum PT. PLN

Isu Permasalahan yang di bahas


terkait PPA dan ESC yang dilakukan
PT. PLN dengan IPP

Penerapan ISAK 8 dan PSAK 30


Oleh PT. PLN

Dampak Penerapan Akuntansi terkait


sewa sesuai ISAK 8 dan PSAK 30
pada PT. PLN
PLN merupakan salah satu BUMN yang berdasarkan
anggaran dasar dan ketentuan perundang-undangan
Menyediakan barang publik berupa tenaga listrik
bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang
memadai
Perusahaan merupakan BUMN yang sedang
melaksanakan penugasan khusus berupa penyediaan
tenaga listrik bersubsidi kepada masyarakat.
PT PLN maupun anak perusahaannya berupaya
untuk melakukan produksi sendiri maupun
melakukan perjanjian jual beli tenaga listrik (PPA –
Power Purchase Agreement dan ESC – Energy Sales
Contract) dengan penyedia dan pengembang tenaga
listrik swasta (IPP – Independent Power Producers)
IPP tersebut merupakan pemegang Izin Usaha
Ketenagalistrikan untuk kepentingan umum, yang
dapat diserahkan kepada entitas usaha lain
Isu Permasalahan yang di bahas terkait PPA
dan ESC yang dilakukan PT. PLN dengan IPP

1. Dalam ISAK 8 Paragraf 06 dinyatakan bahwa: “Dalam


menentukan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian
sewa atau perjanjian yang mengandung sewa perlu
diperhatikan substansi perjanjian dan dilakukan evaluasi
apakah: (1) pemenuhan perjanjian bergantung pada
penggunaan suatu aset atau aset-aset tertentu; dan (2)
perjanjian tersebut memberikan suatu hak untuk
menggunakan aset tersebut.”
2. Berdasarkan klausul “take or pay” sebagaimana dimaksud
dalam poin 1 diatas, Kemudian atas case perjanjian PPA dan
ESC antara PLN dangan IPP dilakukan evaluasi apakah
merupakan perjanjian sewa atau perjanjian yang
mengandung sewa dengan menggunakan 2 kriteria klausul
diatas.
1. Dari hasil evaluasi yang dilakukan berdasarkan panduan ISAK
8 sebagaimana dilakukan diatas, perjanjian PPA dan ESC
hampir semua perjanjian mengandung sewa sehingga
berlaku PSAK 30 “Sewa”. Kesimpulan tersebut diambil atas
dasar pertimbangan bahwa perusahaan dan entitas anak
PLN dan IPP memiliki perjanjian take or pay, dimana
Perusahaan mengambil lebih dari jumlah yang tidak
signifikan dari seluruh listrik dan energi yang dihasilkan
oleh pembangkit listrik.
2. Sesuai PSAK 30 Paragraf 08, dinyatakan bahwa “suatu sewa
diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa
tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset”. Untuk
menguji klausul tersebut dilakukan assessment dengan
menggunakan 5 kriteria situasi (PSAK 30 Paragraf 10) dan
3 indikator situasi (PSAK 30 Paragraf 11) yang
mengarahkan suatu sewa diklasiikasikan sebagai suatu
3. Hampir semua perjanjian PPA dan ESC yang
dilakukan oleh PLN dengan IPP ternyata memenuhi
persyaratan untuk dikategorikan sebagai sewa
pembiayaan. Jenis perjanjian tersebut ditetapkan
sebagai sewa pembiayaan karena porsi signifikan
dari risiko dan manfaat atas sejumlah pembangkit
listrik telah dialihkan ke Perusahaan dan entitas
anak PLN dengan dasar bahwa masa sewa adalah
untuk sebagian besar umur ekonomik aset dan
terdapat opsi beli pada akhir masa sewa. Hal
tersebut tentu membawa implikasi yang sangat
signifikan dalam penyajian laporan keuangan PT PLN.
4. Keputusan PT PLN mulai menerapkan ISAK 8 dan
PSAK 30 di tahun 2012, dimana pada laporan
keuangan tahun 2012 telah disajikan penerapan
 Pengakuan perjanjian jual beli tenaga listrik PPA dan ESC
sebagai sewa pembiayaan mengakibatkan penyajian
restropektif yang berakibat perubahan pada aset dan
kewajiban serta laba usaha. PT. PLN mulai menerapkan
ISAK 8 dan PSAK 30 diawal tahun 2012.

 Berikut penyajian kembali laporan posisi keuangan


tahun 2010 dan 2011, sebelum dan sesudah
menerapkan ISAK 8 dan PSAK 30.
1. Penyajian kembali Laporan Posisi Keuangan per 31 Desember 2011.

Akun Sebelum Sesudah Kenaikan


Disajikan Disajikan (Penurunan)
Kembali Kembali
Aset Lancar 58,252,342 58,252,342 -
Aset Tidak Lancar 368,266,521 409,530,261 41,263,740
Liabilitas 271,169,696 321,769,767 50,600,071
Ekuitas 155,349,167 146,012,836 (9,336,331)
Kenaikan (Penurunan) di atas berasal dari akun-akun berikut :

Akun Sebelum Disajikan Sesudah Disajikan Kenaikan


Kembali Kembali (Penurunan)
Aset Tetap 261,226,207 302,489,947 41,263,740
Utang Sewa 23,922,731 77,690,486 53,767,755
Pembiayaan
Saldo Laba-tidak Ditentukan 55,285,174 45,948,843 (9,336,331)
Penggunaan
2. Penyajian kembali Laporan Posisi Keuangan per 31 Desember 2010.

Akun Sebelum Sesudah Kenaikan


Disajikan Disajikan (Penurunan)
Kembali Kembali
Aset Lancar 44,773,286 44,773,286 -
Aset Tidak Lancar 324,417,296 361,327,143 36,909,847
Liabilitas 219,507,987 263,986,654 44,478,667
Ekuitas 149,682,595 142,113,775 (7,568,820)
Kenaikan (Penurunan) di atas berasal dari akun-akun berikut :

Akun Sebelum Disajikan Sesudah Disajikan Kenaikan


Kembali Kembali (Penurunan)

Aset Tetap 210,651,868 247,561,715 36,909,847


Utang Sewa 14,166,649 61,406,202 47,239,553
Pembiayaan
Saldo Laba-tidak Ditentukan 58,107,990 50,539,170 (7,568,820)
Penggunaan
Akun Sebelum Disajikan Sesudah Disajikan Kenaikan
Kembali Kembali (Penurunan)
Pendapatan Usaha 208,017,823 208,017,823 -
Beban Usaha
Bahan Bakar dan Pelumas 120,553,008 131,157,604 10,604,596
Pembelian Tenaga Listrik 29,717,769 1,256,713 (28,461,056)
Sewa - 5,775,859 5,775,859
Pemeliharaan 11,607,490 13,592,563 1,985,073
Kepegawaian 13,197,075 13,197,075 -
Penyusutan 13,916,723 16,254,552 2,337,829
Lain-lain 4,405,234 4,405,234 -
Jumlah Beban Usaha 193,397,299 185,639,600 (7,757,699)
Laba Sebelum Pos Keuangan dll 14,620,524 22,378,223 7,757,699
Pos Keuangan dll Bersih
Penghasilan Bunga 503,983 503,983 -
Keuntungan (Kerugian) Kurs (1,325,217) (1,833,390) (508,173)
Beban Keuangan (7,754,126) (17,361,067) (9,606,941)
Lain-lain Bersih 1,827,246 1,827,246 -
Pos Keuangan dll Bersih (6,748,114) (16,863,228) (10,115,114)
Laba Sebelum Pajak 7,872,410 5,514,995 (2,357,415)
Beban Pajak (678,784) (88,880) 589,904
Laba Tahun Berjalan dan Jumlah 7,193,626 5,514,995 (1,767,511)
Laba Komprehensif
Dari Kasus PT. PLN diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Penentuan PPA dan ESC dipandang sebagai
perjanjian sewa atau mengandung sewa sesuai
panduan ISAK 8.
2. Asessment PPA dan ESC sebagai kategori sewa
pembiayaan sesuai PSAK 30.
3. Dampak atas penerapan praktek akuntansi PPA
dan ESC sebagai sewa pembiayaan terhadap
penyajian laporan keuangan, serta perubahan
saldo elemen laporan keuangan.
4. Sebelum menerapkan suatu praktek akuntansi
sesuai standar, perlu dilakukan evaluasi mengenai
dampaknnya terhadap laporan keuangan dan

Anda mungkin juga menyukai