PENDAHULUAN
memastikan bahwa aktifitas yang sebenarnya dari input, proses, dan output
1
1.3 Manfaat Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Secara etimologis
2. Secara definitif
Banyak ahli yang menyatakan definisi kepemimpinan, antara lain :
a. George R. Terry
b. Dubin
c. Ralph M.Stogdill
3
Kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta
dalam mencapai tujuan umum. Kepemimpinan adalah seni
membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan- pekerjaan
mereka dengan semangat keyakinan.
e. R.D. Agarwala
f. Ordway Tead
g. Franklin G. Moore
4
Kepemimpinan merupakan proses pengaruh sosial yang
pemimpinnya berusaha berpartisipasi untuk mempengaruhi serta
bawahannya secara sukarela mengikuti apa yang telah ditugasi oleh
pemimpinnya, untuk mencapai tujuan organisasi.
j. John et al. (1987)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk membujuk orang lain
untuk mencari tujuan yang jelas secara antusias.
k. Don dan John (1992)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi,
memotivasi, dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
l. Leslie dan Lloyd (1995)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang
agar mau mengikuti arahan dan keputusan seseorang.
m. Sarros & Butchatsky (1996)
Kepemimpinan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu
untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok agar
tercapai tujuan bersama yang dirancang dengan memberikan
manfaat individu dan organisasi.
n. Mullins (2001)
Kepemimpinan adalah kemampuan moral dan intelektual untuk
memvisualisasikan dan bekerja untuk yang terbaik bagi perusahaan
dan karyawannya.
5
2.2.1 Relevansi Kepemimpinan
Sering orang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan salah
satu inti dari organisasi. Kepemimpinan merupakan daya penggerak
semua sumber serta alat (resources) yang tersedia bagi suatu organisasi.
Resources itu digolongkan pada dua golongan besar (Gomes:2003), yaitu
:
6
Tanggung jawab dalam organisasi dapat menumbuhkan rasa
kepercayaan dan memiliki. Pemimpin yang baik harus dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab pengikutnya sehingga peluang untuk
mencapai tujuan organisasi semakin besar. Setiap organisasi memiliki
banyak elemen yang perannya dibutuhkan dalam kelangsungan
organisasi. Pemimpin bertugas dalam menjembatani kerja sama antar tiap
elemen organisasi itu, dengan membiarkan anggotanya berkreasi, dan
adanya reward dan punishment.
c. Membangun Budaya Adaptif terhadap Perubahan
Menciptakan budaya agar siap menghadapi perubahan adalah tugas
paling menantang dalam leadership. Meski motivasi dapat membantu
suatu organisasi dalam mengatasi perubahan, hal itu tidak cukup.
Perubahan hanya mungkin terjadi ketika orang mau menghadapi dan
memegang kepercayaan penuh, mempertanyakan pertanyaan yang sulit,
dan mau berkorban.
d. Menciptakan Lingkungan Inovatif dan Kreatif
Tugas inti dari seorang pemimpin yang terakhir adalah membantu
pengikutnya untuk menemukan makna hidup. Dalam sebuah organisasi,
terdapat banyak sekali anggota, dengan berbagai kemampuan dan
keahlian. Pemimpin harus mampu dan mengerti untuk menempatkan
orang yang tepat pada posisi yang sesuai dengan keahlian mereka.
Seseorang akan merasa dihargai jika keahlian mereka mendapat
apresisasi dari pemimpin. Pemimpin harus memberikan timbal balik atas
apa yang dilakukan oleh pengikutnya. Seorang pemimpin harus
membiarkan pengikutnya mengambil langkah inovatif. Pemimpin yang
baik akan membiarkan pengikutnya untuk mengekspresikan makna hidup
mereka. Serta selalu melakukan evaluasi terhadap semua program yang
telah dilaksanakan, untuk mencari kekurangan atau masalah yang tidak
diduga sebelumnya. Pemimpin akhirnya dapat membuat kebijakan
maupun keputusan baru yang dapat meningkatkan kualitas sistem yang
telah dibentuk menjadi lebih baik serta berkembang.
7
2.2.2 Relevansi Kepemimpinan dalam Kesehatan
Peran manajemen dan kepemimpinan dalam kesehatan masyarakat
digunakan untuk mencapai keputusan dan kebijakan yang akan
mempengaruhi kesehatan dalam masyarakat. Pengambilan keputusan di
dalam kepemimpinan kesehatan masyarakat biasanya mengutamakan
keseimbangan dalam masalah masyarakat, masalah organisasi, dan ilmu
kesehatan masyarakat. Muncul pertanyaan, “Bagaimana seorang
pemimpin belajar untuk membuat keputusan dalam organisasi kesehatan
masyarakat?” Cara yang paling tepat adalah berlatih membuat keputusan,
serta dengan mengamati pengambilan keputusan dari orang lain.
Keputusan dalam kesehatan masyarakat harus dapat memecahkan kasus
yang mewakili berbagai kompleksitas.
Pengambilan keputusan merupakan proses yang melibatkan logika
dan akal pikiran. Pendekatan dapat digunakan sebagai metode logika
dalam pengambilan keputusan. Terdapat dua pendekatan yang dapat
membantu pemimpin kesehatan masyarakat dalam pengambilan
keputusan.
Pendekatan pertama, dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi dan mengidentifikasi isu kesehatan. Mengidentifikasi masalah
adalah hal penting untuk memahami masalah dengan jelas. Mengetahui
isu dan mampu memprioritaskan mana yang penting untuk terlebih dahulu
dipecahkan adalah hal yang perlu diketahui dalam pengambilan
keputusan. Bagian dari proses identifikasi masalah adalah untuk
mengevaluasi informasi dan membedakan antara informasi faktual,
informasi dapat disimpulkan, spekulasi, dan asumsi.
Pendekatan kedua, seorang pemimpin dapat memahami konteks
keputusan atau kekuatan eksternal yang mempengaruhi seluruh aspek
kesehatan masyarakat. Aspek tersebut mencakup politik, hukum,
ekonomi, sosial dan budaya, teknologi, kompetitif, serta isu kesehatan.
Pemimpin dalam kesehatan masyarakat harus memahami aspek tersebut
secara menyeluruh dan menganalisis dengan obyektif kekuatan maupun
8
kelemahan internal organisasi. Selain itu pemahaman juga diperlukan
dalam memahami budaya dari organisasi, termasuk misi dan tujuan.
Kesehatan masyarakat merupakan upaya terorganisir untuk
membuat orang sehat dalam masyarakat yang sehat. Hal itu diupayakan
melalui organisasi dan kepemimpinan untuk membuat perubahan dalam
kesehatan masyarakat. Dengan demikian penting untuk mengidentifikasi
peran pengambilan keputusan (analisis kasus) dalam sebuah kasus. Di
dalam analisis kasus itu memilik sebuah seni, karena dalam melakukan
analisis kita membutuhkan beberapa proses yang harus di lihat dari segala
sisi dan segala bidang, agar dapat di implementasikan dengan baik, benar
serta tepat sasaran. Proses logis yang perlu dilibatkan dalam analisis kasus
adalah:
a. Pemahaman organisasi dan konteks keputusan.
b. Penjelasan definisi masalah dan peluang.
c. Penghasilan dari program alternatif tindakan.
d. Penyusunan analisis, evaluasi, dan rekomendasi program.
e. Perumusan kegiatan untuk melaksanakan rekomendasi.
Dalam manajemen kesehatan, seorang manajer harus menerapkan
ciri kepemimpinan, karena dalam kesehatan, fokus utama adalah
melakukan pembangunan kesehatan yang berkaitan dengan perilaku
hidup sehat. Dalam membangun perilaku hidup sehat, melibatkan perilaku
individu dan keseluruhan masyarakat. Panutan diperlukan untuk
mengubah perilaku hidup seseorang menuju perilaku hidup sehat
sehingga pembangunan kesehaan dapat terwujud. Panutan adalah
seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, sehingga dapat
mempengaruhi orang lain untuk menerapkan perilaku hidup sehat.
Sesuai dengan istilah atau slogan dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing
Ngarsa sung Tuladha yang berarti di depan menjadi contoh atau panutan.
Sebagai seorang pemimpin di depan harus bisa menjadi panutan bagi
anggotanya dibelakangnya, sebelum menjalankan programnya pada orang
9
lain sebaiknya bisa menerapkan program yang disusunnya itu pada dirinya
sendiri, dengan begitu akan memberikan contoh nyata atau teladan bagi
pengikutnya (follower), dan pada akhirnya akan berkembang dalam
kehidupan masyarakat luas. Begitu pula yang harus dilakukan oleh
seorang pemimpin kesehatan masyarakat dalam menyikapi isu kesehatan.
10
Contoh selanjutnya pada kasus penanggulangan DBD. Dalam
pencegahan penyebaran DBD, seorang ketua RT yang notabene sebagai
pemimpin di lingkungan tempat tinggalnya akan menerapkan program
3M+ di rumahnya terlebih dahulu. Seiring dengan waktu, masyarakat
sekitar akan mengikuti gaya hidup ketua RT karena dianggap sebagai
sebuah perilaku panutan yang baik dan kebiasaan tersebut dapat
diterapkan di rumahnya masing-masing.
11
diterapkan pada dirinya terlebih dahulu, kemudian akan menjadi contoh
perilaku yang menjadi panutan bagi orang sekitarnya. Konsep seperti ini
yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin dalam kesehatan masyarakat.
12
Manajer dan pemimpin adalah dua hal yang berbeda tetapi memiliki
keterkaitan yang cukup erat. Tanpa sifat mengelola yang dimiliki manajer,
seorang pemimpin tidak dapat mengawasi dan mengontrol pekerja untuk
melaksanakan tugasnya. Sedangkan manajer bila tidak memiliki sifat
kepemimpinan, manajer tersebut akan berfokus kepada hasil dan tidak
melihat proses yang telah dilakukan oleh pekerja.
13
manajer tidak saling bertolak belakang dan dapat mendukung satu sama
lain.
3. Trait Theory
Teori ini dijelaskan oleh Gordon Allport (1937) dan Hans Eynsenck
(1967). Di dalam Trait Theory disebutkan bahwa pemimpin terbuka
karena warisan karakteristik perilaku tertentu yang dimiliki sesorang.
Tetapi, teori ini tidak dapat menjelaskan banyak orang yang memiliki sifat
kepemimpinan tetapi tidak jadi pemimpin.
2. Contingency Theory
14
dipengaruhi oleh variabel-variabel lingkungan yang menentukan gaya
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dapat dilakukan sesuai dengan
kondisi yang terjadi, dan menurut teori ini tidak ada gaya kepemimpinan
yang terbaik untuk semua situasi. Keberhasilan pemimpin bergantung
pada sejumlah variabel diantaranya gaya kepemimpinan, kualitas para
pengikut dan aspek lingkungan.
3. Situational Theory
4. Behavioral Theory
5. Participative Theory
6. Transformational Theory
15
Transformational Theory dijelaskan oleh James Macgregor Burn
(1978) dan Bernard Bass (1981). Teori tranformasional, atau teori
relationship berfokus pada pola hubungan antara pemimpin dengan
pengkikutnya. Pemimpin memotivasi dan menginspirasi orang agar
melihat kepentingan tugas serta pemimpin memperhatikan potensi orang
yang memiliki standar etika dan moralitas kepemimpinan yang tinggi.
Teori ini dijelaskan oleh Bernard Bass (1981) dan Max Waber
(1997). Transactional (Management) Theory berisi tentang teori
transaksional, teori manajemen, berfokus pada pengawasan kinerja,
organisasi dan kelompok karyawan. Teori ini mendasarkan pada sistim
reward and punishmen karyawan dihargai apabila sukses dan ditegur dan
dihukum apabila melanggar aturan yang disepakati.
16
c. Pengetahuan tentang hubungan kemanusiaan
d. Dorongan pribadi / personal motivation
e. Kecakapan berkomunikasi
f. Kecakapan bergaul
g. Kecakapan teknis
3. Menurut Drs. Soekarno
A. Sifat kepemimpinan umum
a. Adil
b. Suka melindungi
c. Penuh kepercayaan pada diri sendiri
d. Penuh inisiatif
e. Mempunyai daya tarik
B. Sifat kepemimpinan khusus
a. Gotong royong
b. Revolusioner
4. Menurut Kouzez dan Posner 1997
1. Honest (kejujuran)
Kejujuran lebih sering dipilih dibandingkan yang lain. Ketika
hendak megikuti seseorang, para pekerja akan meyakinkan diri
untuk mulai mempercayai pemimpinnya. Pemimpin yang dinginkan
oleh para pekerja adalah pemimpin yang tulus, etis, dan berprinsip.
Kejujuran juga berhubungan dengan nilai dan etika.
2. Forward Looking (Memiliki pandangan jauh ke depan).
Pemimpin diharapkan mempunyai rasa terhadap arah dan perhatian
terhadap masa depan organisasi. Pemimpin harus tahu arah
organisasi jika ingin melibatkan orang untuk bekerja sama dalam
menjalankan organisasi. Kemampuan memandan ke depan adalah
kemampuan seseorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih
tujuan.
3. Inspiring (Inspirasi)
17
Pemimpin yang diharapkan adalah pemimpn yang antusias, penuh
semangat, dan berpandangan positif tentang masa depan, mampu
untuk memberikan inspirasi.
4. Competent (cakap)
Kecakapan pemimpin tidak harus megacu pada kemampuan
pemimpin dalam teknologi dan inti operasi. Jenis kecakapan yang
dituntut rasanya bervariasi sesuai dengan kedudukan pemimpin dan
keadaan organisasi. Akan tetapi, pemimpin tidak perlu mempunyai
kecakapan yang sama dengan bawahan. Pemimpin harus
mempunyai waktu untuk belajar dan bekerja sebelum membuat
perubahan dan keputusan yang berpengaruh pada setiap orang dalam
organisasi.
5. Menurut Bernard M. Bass
18
f. Sosial, meliputi kemampuan bekerja sama, kemampuan
administratif, atraktif, kooperatif, memelihara, terkenal, senang
bermasyarakat, memiliki keterampilan interpersonal, berpartisipasi
aktif di masyarakat, bijaksana, dan diplomatis.
19
Oleh Stoner, pendekatan ”path-goal” digambarkan sebagai
pemimpin menjelaskan jalan untuk mencapi tujuan (imbalan). Menurut
Evans, “managers determine the availability of goal (reward), and make
clear the path to be taken to reach them (manajer menentukan tersedianya
tujuan atau imbalan dan menjelaskan jalan untuk mencapainya).
20
sama dengan sesama anggota kelompok/unit kerja yang sama
atau lebih rendah jenjang/posisinya. Kerja sama pun harus
diwujudkan dan dibina dengan pihak luar yang langsung atau
tidak langsung berpengaruh pada usaha mencapai tujuan
bersama. Pemimpin berkeyakinan bahwa dengan kerja sama yang
intensif, efektif, dan efisien, semua tugas dapat diselesaikan
secara maksimal dan kelompok/organisasi akan berkembang
dinamis. Perhatian pemimpin yang diarahkan pada usaha
menciptakan kerja sama yang akrab, cenderung mengakibatkan
perhatiannya pada pelaksanaan tugas dan hasilnya menjadi
melemah dan berkurang.
3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang
dapat dicapaidalam rangka mewujudkan tujuan
kelompok/organisasi. Pemimpin menaruh perhatian yang besar
dan memiliki keinginan yang kuat, agar setiap anggota berprestasi
sebesar-besarnya. Pemimpin memandang produk (hasil) yang
dicapai merupakan ukuran prestasi pemimpinnya. Cara mencapai
hasil yang kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan keinginan
pimpinan tidak dipersoalkan. Siapa yang melaksanakan dan
bagaimana tugas dilaksanakan berada diluar perhatian pemimpin,
karena yang penting adalah hasil dan bukan prosesnya. Dalam
keadaan hasil tidak sepreti yang diharapkan pemimpin, tidak ada
pilihan selain mengganti pelaksanaanya tanpa menghiraukan
siapa orangnya. Dalam hubungan itu jika dari dalam organisasi
tidak ada anggota yang mampu, harus dicari dari luar meskipun
harus menyewa atau membayar lebih tinggi, asal hasil yang
diinginkan tercapai.
Likert (1961 dan 1967) merancang empat sistem kepemimpinan
dalam manajemen sebagai berikut :
a. Exploitative Authoritative atau Otoriter yang Memeras
21
Pemimpin membuat keputusan dan memerintah bawahannya
untuk melaksanakannya sekaligus menentukan standart hasil
kerja dan cara pelaksanaanya. Pemimpin menaruh kepercayaan
kecil sekali terhadap bawahan dan sebaliknya bawahan merasa
jauh dan takut sekali pada atasannya.
b. Benevolent Authoratitive atau Otoriter yang Baik
Pemimpin masih menentukan perintah tetapi bawahannya
mempunyai kebebasan untuk memberi tanggapan terhadap
perintahnya. Bawahan diberi kesempatan untuk melaksanakan
tugasnya dengan batas-batas yang telah ditentukan secara rinci
sesuai dengan prosedur.
c. Consultative (Konsultatif)
Pemimpin menetapkan sasaran tugas dan memberikan
perintahnya setelah mendiskusikan hal tersebut dengan
bawahannya. Bawahan dapat membuat keputusan sendiri
mengenai pelaksanaan tugasnya, tetapi keputusan penting dibuat
oleh pimpinan tingkat atas. Penghargaan dan ancaman atau
hukuman digunakna sebagai motivasi terhadap bawahannya.
d. Participative (Partisipatif)
Sasaran tugas dan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan
dibuat oleh kelompok. Jika pemimpin mengambil keputusan
maka keputusan itu diambil setelah memperhatikan pendapat
kelompok. Hubungan antara pemimpin dan bawahan terbuka,
bersahabat dan saling percaya.
22
Reddin menggambarkan keefektifan kepemimpinan terdiri atas 3
kotak. Oleh sebab itu pendekatan nya disebut model 3 dimensi. Kotak yang
di tengah merupakan gaya dasar pemimpin sama seperti penemuan Ohyo.
Dari kotak yang ditengah di tarik keatas dan ke bawah yang melukiskan
sebagai gaya yang efektif dan tidak efektif. Gaya yang efektif berada di
23
kotak atas terdiri atas 4 gaya yaitu: eksekutif, pencinta pengembangan
(developer), otokratis yang baik (benevolen autokrat) dan birokrat.
1. Eksekutif
4. Birokrat
Gaya yang tidak efektif berada di kotak bawah terdiri atas 4 gaya,
yaitu : pecinta kompromi, missionari, otokrat, dan lari dari tugas
24
1. Pecinta kompromi
2. Missionari
3. Otokrat
Gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian pada tugas dan
hubungan kerja. Pimpinan yang menggunakan gaya ini tidak
peduli pada tugas orang lain.
25
Menurut Mary E. Tramel dan Helen Reynolds membandingkan gaya
otoriter, gaya demokratis, dan gaya liberal sebagai berikut :
26
Kepercayaan Tidak ada Tinggi Tiggi
pemimpin pada
bawahan
Hubungan Rendah Tinggi Diragukan
pemimpin pada
bawahan
Banyaknya Tidak ada Banyak Banyak
pelimpahan
wewnang oleh
pemimpin
Manajemen krisis Baik Buruk Kacau
Manajemen Buruk baik Tidak efektif
perubahan
1. Kepemimpinan Otoriter
27
penentu, bukan hanya dalam melaksanakan kegiatan, tetapi juga penentu
nasib bawahannya.
28
subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya. Kemauan,
kehendak, kemampuan, pemikiran, pendapat, minat/perhatian,
kreativitas, inisiatif dan hal lainnya yang berbeda antara individu dihargai
dan disalurkan sewajarnya.
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif,
dinamis dan terarah. Kegiatan pengendalian dilaksanakan serta tertib dan
bertanggung jawab. Pembagian tugas yang disertai pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap
anggota berpartisipasi secara aktif. Dengan kata lain setiap anggota
mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat diberikan untuk
mencapai tujuan kelompok/organisasinya. Disamping itu mengetahui
bagaimana melaksanakannya secara efektif dan efisien.
Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat
mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di
dalam unit masing-masing. Dengan demikian pelaksanaan setiap
keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru
sebaliknya semua merasa terdorong mensukseskannya sebagai tanggung
jawab bersama.
29
menyatakan bahwa terdapat beberapa persyaratan untuk menjadi
pemimpin yang efektif, yaitu kemampuan yang lebih dari rata-rata, antara
lain; memiliki kecerdasan yang cukup, memiliki kemampuan berbicara,
memiliki kepercayaan diri, memiliki inisiatif, memiliki motivasi
berprestasi, dan memiliki ambisi.
30
Mampu
Patuh pada Menciptakan Berorientasi ke
emotivasi orang
peraturan kerjasama masa depan
lain
Membangkitkan
Menggunakan Belajar dari
Loyal partisipasi
orang lain pengalaman
bawahan
Efektif untuk
Percaya pada Berpandangan
Memelihara memperoleh
orang lain jangka panjang
lingkungan hasil
dengan Memotivasi
Mengembangkan Paham aturan
peraturan dengan baik
bakat orang lain dan metode kerja
Bekerja efektif
31
2. Intelegensi : menggunakan pertimbangan yang matang, mempunyai
alasan yang jelas dan kemampuan berpikir.
1. Percaya diri
32
Seorang pemimpin adalah penentu dari tiap aturan dan penentu
batasan dalam organisasi. Pemimpin akan menentukan sistem, ritme, dan
alasan dalam tiap situasi. Untuk melakukan hal tersebut, pemimpin harus
tegas untuk menentukan arah dan menjaga kestabilan dari organisasi.
Walaupun pemimpin harus rasional, pemimpun juga harus bisa toleransi
ketika menetapkan ketetapan yang telah ditentukan.
33
Setiap orang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Walaupun secara
kedudukan orang tersebut bukan pemimpin, tetapi tiap orang memilki
potensi untuk memimpin terutama untuk diri sendiri. tiap orang pasti
mengerti kepemmpinan, dan yang memilkiki kepemimpinan bukan hanya
pemimpin. Pemimpin yang baik akan mengakui kemampuan orang lain
dan tidak merendahkan potensi orang lain.
7. Menepati janji.
Pemimpin yang baik akan menepati tiap janji yang telah dibuat.
Ketika seseorang telah dipercaya dan memiliki ilmu pengetahuan, tetapi
orang tersebut melanggar janjinya, maka orang tersebut tidak akan
dipercaya oleh orang lain.
8. Mendesain arah.
34
11. Memimpin pada waktunya.
Pemimpin tidak harus ada setiap waktu dan mengambil tiap peran
dalam organisasi, tetapi selalu menyediakan diri dan bisa diandalkan oleh
tiap anggotanya. Pemimpin harus bisa melihat kebutuhan dan mengerti
situasinya.
12. Proaktif.
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Conclusion
36
mampu menggerakkan bawahannya untuk mengerjakan tugasnya dengan
baik, dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya.
(The role of a leader in health region is the leader can seek a public
policy and give an example in health. Pemimpin can be expected to
control every policy to seek a progress in health).
37
6. Tipe kepemimpinan terdiri dari otoriter, bebas (Laissez Faire), dan
demokratis.
8. Pemimpin yang baik memiliki watak yang tegas, percaya diri, memiliki
wawasan yang luas, proaktif, menunjukkan komitmen pada tim, dan
lain-lain.
38