Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam bidang pekerjaan, terdapat satu aspek penting yang harus


dimiliki oleh tiap komponen atau pekerja dalam organisasi. Aspek tersebut
adalah manajemen. Pengendalian manajemen dan fungsi manajemen harus
diketahui seseorang yang ingin berkecimpung dalam dunia kerja, dan
pengendalian manajemen sendiri juga harus dimiliki oleh tiap individu
terutama pekerja. Pengendalian manajamen dibutuhkan untuk mengatur
atau mengontrol proses pekerjaan, fungsi manajemen sendiri juga untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan .

Pengendalian manajemen adalah semua usaha perusahaan yang

mencakup metode, prosedur dan strategi perusahaan yang mengacu pada

efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan, agar dipatuhinya

kebijakan manajemen serta tercapainya tujuan perusahaan Proses

memastikan bahwa aktifitas yang sebenarnya dari input, proses, dan output

berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.

1.2 Tujuan Penulisan

Memenuhi tugas perkuliahan Administrasi Kebijakan Kesehatan


dan mengetahui pengendalian manajemen dan fungsi manajemen dalam
kehidupan sehari-hari khususnya pada bidang kesehatan masyarakat.

1
1.3 Manfaat Penulisan

1. Meningkatan minat baca mahasiswa dalam bidang Administrasi


Kebijakan Kesehatan.

2. Menambah pemahaman mengenai pengendalian manajemen dan


fungsi manajemen

3. Melatih kerjasama kelompok dalam menyusun makalah.

4. Untuk melatih manajemen waktu dan menggunakan waktu sebaik


baiknya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Berbagai Pengertian Kepemimpinan

2
1. Secara etimologis

Kepemimpinan berasal dari Bahasa Inggris yaitu leadership.


Leadership berasal dari akar kata to lead yaitu berupa kata kerja yang
berarti memimpin. Dari pengertian secara etimologis tersebut maka
memimpin merupakan pekerjaan seseorang tentang bagaimana cara –
cara untuk mengarahkan orang lain.

2. Secara definitif
Banyak ahli yang menyatakan definisi kepemimpinan, antara lain :

a. George R. Terry

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain untuk


bekerja keras dengan penuh kemampuan untuk tujuan kelompok.
Kepemimpinan adalah hubungan satu orang yakni pemimpin
mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara sukarela
dalam mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai
hal yang diinginkan oleh pemimpin tersebut.

b. Dubin

Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan


membuat keputusan.

c. Ralph M.Stogdill

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan


sekelompok orang yang terorganisir dalam usaha mereka
menetapkan tujuan dan mencapai tujuan.

d. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel

3
Kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta
dalam mencapai tujuan umum. Kepemimpinan adalah seni
membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan- pekerjaan
mereka dengan semangat keyakinan.

e. R.D. Agarwala

Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang lain untuk


mengarahkan kemana mereka, kemampuan dan usaha untuk
mencapai tujuan pimpinan. Dalam hubungannya dengan
organisasi, kepemimpinan terletak pada mempengaruhi usaha
individu dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi secara
optimal.

f. Ordway Tead

Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang- orang agar


mau bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka
inginkan.

g. Franklin G. Moore

Kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang- orang


bertindak sesuai keinginan pemimpin.

h. John D. Pfiffner & Robert Presthus

Kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi


individu-individu serta kelompok – kelompok untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.

i. John Maxwell (1947)

4
Kepemimpinan merupakan proses pengaruh sosial yang
pemimpinnya berusaha berpartisipasi untuk mempengaruhi serta
bawahannya secara sukarela mengikuti apa yang telah ditugasi oleh
pemimpinnya, untuk mencapai tujuan organisasi.
j. John et al. (1987)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk membujuk orang lain
untuk mencari tujuan yang jelas secara antusias.
k. Don dan John (1992)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi,
memotivasi, dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
l. Leslie dan Lloyd (1995)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang
agar mau mengikuti arahan dan keputusan seseorang.
m. Sarros & Butchatsky (1996)
Kepemimpinan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu
untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok agar
tercapai tujuan bersama yang dirancang dengan memberikan
manfaat individu dan organisasi.
n. Mullins (2001)
Kepemimpinan adalah kemampuan moral dan intelektual untuk
memvisualisasikan dan bekerja untuk yang terbaik bagi perusahaan
dan karyawannya.

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa


kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi serta mengarahkan
orang lain yakni bawahan atau kelompok dengan melibatkan berbagai
proses untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

2.2 Relevansi Konsep Kepemimpinan dalam Bidang Kesehatan

5
2.2.1 Relevansi Kepemimpinan
Sering orang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan salah
satu inti dari organisasi. Kepemimpinan merupakan daya penggerak
semua sumber serta alat (resources) yang tersedia bagi suatu organisasi.
Resources itu digolongkan pada dua golongan besar (Gomes:2003), yaitu
:

a. Human resources (sumber daya manusia)


b. Non-human resources (sumber daya bukan manusia). Yang termasuk
di dalam kelompok sumber daya bukan manusia ini berupa modal,
mesin, teknologi, bahan-bahan ( material ), dan lain-lain.
Kepemimpinan dan manajemen adalah dua komponen yang saling
berkaitan serta saling melengkapi. Dalam sebuah kepemimpinan terdapat
tugas dan tanggung jawab tersendiri yang harus dilakukan oleh seorang
pemimpin. Setidaknya terdapat empat tugas dalam kepemimpinan, yaitu:

a. Menata Tujuan dan Menentukan Strategi


Dalam mengatur tujuan, kepemimpinan mampu dengan jelas
menggambarkan strategi untuk mencapai masa depan. Visi yang efektif
itu haruslah berasal dari, oleh dan untuk manusia. Dalam membangun
masa depan yang lebih baik, diperlukan visi yang kuat. Visi tersebut
melibatkan kepentingan jangka panjang manusia, kepentingan seperti
pembangunan profesional, serta perkembangan pribadi.

b. Membimbing Tindakan dan Pemahaman Tujuan (Strategi)


Sebuah visi tidak akan berjalan jika pemimpin dan bawahan tidak
bekerjasama dalam menjalankan metode yang telah dirancang.
Menciptakan kesejajaran dan komitmen adalah hal yang penting untuk
mencapai tujuan organisasi. Salah satu cara untuk membangun
komitmen adalah dengan membuat orang tertarik pada prestasi,
konstribusi, dan keinginan dasar manusia untuk menjadi bagian yang
lebih besar dari diri mereka sendiri saat ini.

6
Tanggung jawab dalam organisasi dapat menumbuhkan rasa
kepercayaan dan memiliki. Pemimpin yang baik harus dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab pengikutnya sehingga peluang untuk
mencapai tujuan organisasi semakin besar. Setiap organisasi memiliki
banyak elemen yang perannya dibutuhkan dalam kelangsungan
organisasi. Pemimpin bertugas dalam menjembatani kerja sama antar tiap
elemen organisasi itu, dengan membiarkan anggotanya berkreasi, dan
adanya reward dan punishment.
c. Membangun Budaya Adaptif terhadap Perubahan
Menciptakan budaya agar siap menghadapi perubahan adalah tugas
paling menantang dalam leadership. Meski motivasi dapat membantu
suatu organisasi dalam mengatasi perubahan, hal itu tidak cukup.
Perubahan hanya mungkin terjadi ketika orang mau menghadapi dan
memegang kepercayaan penuh, mempertanyakan pertanyaan yang sulit,
dan mau berkorban.
d. Menciptakan Lingkungan Inovatif dan Kreatif
Tugas inti dari seorang pemimpin yang terakhir adalah membantu
pengikutnya untuk menemukan makna hidup. Dalam sebuah organisasi,
terdapat banyak sekali anggota, dengan berbagai kemampuan dan
keahlian. Pemimpin harus mampu dan mengerti untuk menempatkan
orang yang tepat pada posisi yang sesuai dengan keahlian mereka.
Seseorang akan merasa dihargai jika keahlian mereka mendapat
apresisasi dari pemimpin. Pemimpin harus memberikan timbal balik atas
apa yang dilakukan oleh pengikutnya. Seorang pemimpin harus
membiarkan pengikutnya mengambil langkah inovatif. Pemimpin yang
baik akan membiarkan pengikutnya untuk mengekspresikan makna hidup
mereka. Serta selalu melakukan evaluasi terhadap semua program yang
telah dilaksanakan, untuk mencari kekurangan atau masalah yang tidak
diduga sebelumnya. Pemimpin akhirnya dapat membuat kebijakan
maupun keputusan baru yang dapat meningkatkan kualitas sistem yang
telah dibentuk menjadi lebih baik serta berkembang.

7
2.2.2 Relevansi Kepemimpinan dalam Kesehatan
Peran manajemen dan kepemimpinan dalam kesehatan masyarakat
digunakan untuk mencapai keputusan dan kebijakan yang akan
mempengaruhi kesehatan dalam masyarakat. Pengambilan keputusan di
dalam kepemimpinan kesehatan masyarakat biasanya mengutamakan
keseimbangan dalam masalah masyarakat, masalah organisasi, dan ilmu
kesehatan masyarakat. Muncul pertanyaan, “Bagaimana seorang
pemimpin belajar untuk membuat keputusan dalam organisasi kesehatan
masyarakat?” Cara yang paling tepat adalah berlatih membuat keputusan,
serta dengan mengamati pengambilan keputusan dari orang lain.
Keputusan dalam kesehatan masyarakat harus dapat memecahkan kasus
yang mewakili berbagai kompleksitas.
Pengambilan keputusan merupakan proses yang melibatkan logika
dan akal pikiran. Pendekatan dapat digunakan sebagai metode logika
dalam pengambilan keputusan. Terdapat dua pendekatan yang dapat
membantu pemimpin kesehatan masyarakat dalam pengambilan
keputusan.
Pendekatan pertama, dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi dan mengidentifikasi isu kesehatan. Mengidentifikasi masalah
adalah hal penting untuk memahami masalah dengan jelas. Mengetahui
isu dan mampu memprioritaskan mana yang penting untuk terlebih dahulu
dipecahkan adalah hal yang perlu diketahui dalam pengambilan
keputusan. Bagian dari proses identifikasi masalah adalah untuk
mengevaluasi informasi dan membedakan antara informasi faktual,
informasi dapat disimpulkan, spekulasi, dan asumsi.
Pendekatan kedua, seorang pemimpin dapat memahami konteks
keputusan atau kekuatan eksternal yang mempengaruhi seluruh aspek
kesehatan masyarakat. Aspek tersebut mencakup politik, hukum,
ekonomi, sosial dan budaya, teknologi, kompetitif, serta isu kesehatan.
Pemimpin dalam kesehatan masyarakat harus memahami aspek tersebut
secara menyeluruh dan menganalisis dengan obyektif kekuatan maupun

8
kelemahan internal organisasi. Selain itu pemahaman juga diperlukan
dalam memahami budaya dari organisasi, termasuk misi dan tujuan.
Kesehatan masyarakat merupakan upaya terorganisir untuk
membuat orang sehat dalam masyarakat yang sehat. Hal itu diupayakan
melalui organisasi dan kepemimpinan untuk membuat perubahan dalam
kesehatan masyarakat. Dengan demikian penting untuk mengidentifikasi
peran pengambilan keputusan (analisis kasus) dalam sebuah kasus. Di
dalam analisis kasus itu memilik sebuah seni, karena dalam melakukan
analisis kita membutuhkan beberapa proses yang harus di lihat dari segala
sisi dan segala bidang, agar dapat di implementasikan dengan baik, benar
serta tepat sasaran. Proses logis yang perlu dilibatkan dalam analisis kasus
adalah:
a. Pemahaman organisasi dan konteks keputusan.
b. Penjelasan definisi masalah dan peluang.
c. Penghasilan dari program alternatif tindakan.
d. Penyusunan analisis, evaluasi, dan rekomendasi program.
e. Perumusan kegiatan untuk melaksanakan rekomendasi.
Dalam manajemen kesehatan, seorang manajer harus menerapkan
ciri kepemimpinan, karena dalam kesehatan, fokus utama adalah
melakukan pembangunan kesehatan yang berkaitan dengan perilaku
hidup sehat. Dalam membangun perilaku hidup sehat, melibatkan perilaku
individu dan keseluruhan masyarakat. Panutan diperlukan untuk
mengubah perilaku hidup seseorang menuju perilaku hidup sehat
sehingga pembangunan kesehaan dapat terwujud. Panutan adalah
seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, sehingga dapat
mempengaruhi orang lain untuk menerapkan perilaku hidup sehat.

Sesuai dengan istilah atau slogan dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing
Ngarsa sung Tuladha yang berarti di depan menjadi contoh atau panutan.
Sebagai seorang pemimpin di depan harus bisa menjadi panutan bagi
anggotanya dibelakangnya, sebelum menjalankan programnya pada orang

9
lain sebaiknya bisa menerapkan program yang disusunnya itu pada dirinya
sendiri, dengan begitu akan memberikan contoh nyata atau teladan bagi
pengikutnya (follower), dan pada akhirnya akan berkembang dalam
kehidupan masyarakat luas. Begitu pula yang harus dilakukan oleh
seorang pemimpin kesehatan masyarakat dalam menyikapi isu kesehatan.

Ada banyak isu kesehatan dalam kehidupan sehari-hari yang


menerapkan relevansi teori kepemimpinan di dalam bidang kesehatan.
Relevansi teori kepemimpinan tidak hanya dapat diterapkan di institusi
kesehatan saja, akan tetapi di sekitar kita juga. Misalnya di dinas
pendidikan, keagamaan, sosial, budaya, bahkan di lingkungan keluarga
pun, kepemimpinan diperlukan.

Contoh pertama, sanitasi yang baik. Perilaku hidup sehat dapat


dimulai dari hal sederhana yang berhubungan dengan sanitasi diri maupun
lingkungan, seperti mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
sebelum dan setelah makan, setelah bepergian, setelah buang air kecil, dan
setelah menggunakan fasilitas umum. Seorang pemimpin harus dapat
memberi contoh untuk melakukan hal tersebut. Misalnya, di lingkungan
sekolah yang menjadi panutan adalah guru, maka harus bisa menerapkan
kebiasaan mencuci tangan tersebut, sehingga apabila dilihat oleh murid
ataupun warga sekolah yang lain, mereka dapat mencontoh kebiasaan
tersebut dan dapat diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari.

Meludah di sembarang tempat merupakan isu kesehatan yang


dianggap sepele selama ini. Padahal ludah merupakan sumber dari
berbagai penyakit, salah satunya penyakit TBC. Meludah di sembarang
tempat sering ditemui di lingkungan keluarga. Orang tua yang menjadi
panutan bagi anak, seharusnya dapat memberi contoh untuk tidak
membuang ludah di sembarang tempat. Sehingga hal tersebut akan diikuti
oleh anak untuk diterapkan dimanapun berada.

10
Contoh selanjutnya pada kasus penanggulangan DBD. Dalam
pencegahan penyebaran DBD, seorang ketua RT yang notabene sebagai
pemimpin di lingkungan tempat tinggalnya akan menerapkan program
3M+ di rumahnya terlebih dahulu. Seiring dengan waktu, masyarakat
sekitar akan mengikuti gaya hidup ketua RT karena dianggap sebagai
sebuah perilaku panutan yang baik dan kebiasaan tersebut dapat
diterapkan di rumahnya masing-masing.

Isu kesehatan yang masih menjadi beban masalah kesehatan


masyarakat di Indonesia adalah merokok. Masih banyak penduduk
Indonesia yang merokok, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua
maupun muda. Bahaya merokok bukan hanya mengintai perokok aktif,
akan tetapi juga memiliki dampak yang besar kepada perokok pasif.
Banyak peraturan yang dibuat untuk melindungi perokok pasif, tetapi
peraturan itu hanya seperti angin lalu karena masih banyak perokok aktif
yang melanggar peraturan tersebut.

Teori kepemimpinan sangat diperlukan untuk menyelesaikan


permasalahan ini, contohnya di kampus. Kampus merupakan tempat
umum dimana sering diberlakukan peraturan untuk tidak merokok di area
tertentu. Namun kenyataannya, masih banyak dosen yang notabene
dianggap sebagai panutan oleh mahasiswa tetap merokok. Seharusnya
dengan menerapkan teori kepemimpinan di masalah ini, dosen dapat
menerapkan terlebih dahulu aturan tersebut pada dirinya sendiri, hingga
akhirnya perilaku dosen dapat dijadikan panutan oleh mahasiswa dan
warga kampus.

Kunci konsep kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk


berpindah dari pemahaman pribadi dan kepemilikan sebuah isu sosial
kepada tindakan kolektif untuk menyelesaikan masalah itu. Dengan kata
lain, seseorang yang berjiwa kepemimpinan, akan menyikapi masalah
dengan membuat keputusan berupa tindakan. Tindakan tersebut akan

11
diterapkan pada dirinya terlebih dahulu, kemudian akan menjadi contoh
perilaku yang menjadi panutan bagi orang sekitarnya. Konsep seperti ini
yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin dalam kesehatan masyarakat.

Dari penjelasan di atas mengenai efektivitas kepemimpinan dalam


bidang kesehatan dapat disimpulkan bahwa konsep kepemimpinan yang
paling utama adalah dapat menjadi panutan atau role player bagi orang
sekelilingnya. Sebelum menjadi seorang panutan, seorang pemimpin
harus mengetahui isu (isu kesehatan) yang berkembang di masyarakat,
sehingga pemimpin dapat mengambil keputusan yang tepat untuk
menyelesaikan masalah. Keputusan tersebut dapat dipraktikan menjadi
panutan yang diprakarsai para pemimpin kesehatan masyarakat untuk
diterapkan dalam manajemen kesehatan.

Tidak hanya memberikan perhatian kepada anggota saja, tetapi


pemimpin organisasi kesehatan perlu mengembangkan hubungan
kemitraan yang positif dengan legislator karena perlu memberikan
informasi mengenai hasil penelitian di masyarakat terhadap isu-isu
kesehatan yang terjadi kepada politisi dan pejabat publik lainya.
Pemimpin menjelaskan mengenai strategi apa yang akan digunakan untuk
mengatasi isu kesehatan tersebut sehingga menghasilkan kebijakan
pemerintah yang sesuai dengan keadaan masyarakat agar masyarakat
dapat merubah perilaku dan lebih peka menyikapi isu dalam kesehatan
masyarakat.

Demikian pentingnya peranan kepemimpinan dalam usaha


mencapai tujuan suatu organisasi (organisasi kesehatan). Kesuksesan atau
kegagalan suatu organisasi, sebagian besar ditentukan oleh kualitas
kepemimpinan yang dimiliki oleh orang yang diserahi tugas memimpin
dalam organisasi. Tugas tersebut meliputi menggerakkan sumber dan alat
organisasi sehingga penggunannya berjalan dengan efektif dan efisien.

2.3 Perbedaan Manajer dan Pemimpin (Manajer VS Leader)

12
Manajer dan pemimpin adalah dua hal yang berbeda tetapi memiliki
keterkaitan yang cukup erat. Tanpa sifat mengelola yang dimiliki manajer,
seorang pemimpin tidak dapat mengawasi dan mengontrol pekerja untuk
melaksanakan tugasnya. Sedangkan manajer bila tidak memiliki sifat
kepemimpinan, manajer tersebut akan berfokus kepada hasil dan tidak
melihat proses yang telah dilakukan oleh pekerja.

Ada beberapa perbedaan yang menonjol dari manajer dan leader.


Salah satunya adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.
Pemimpin; mempunyai kharisma dan karakter khusus dalam dirinya untuk
membangkitkan semangat pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
Sedangkan manajer lebih menekankan pada aspek pengawasan dan
pengontrolan. Selain itu, pemimpin tidak berfokus pada tujuan akhir,
sedangkan manajer mempunyai tujuan akhir yang mengikat dalam
organisasi dan birokrasi. Pemimpin tidak takut untuk mengambil inovasi
baru, sedangkan manajer cenderung untuk mengikuti aturan yang telah
ditetapkan di awal.

Menurut Putera Lengkong (2012), seorang pemimpin tidak harus


berada dalam jabatan tertentu. Pemimpin memiliki kepribadian,
keterampilan, pengetahuan, yang akan membuat dia diikuti dan dijadikan
contoh oleh orang lain. Seorang manajer lebih kepada pengelolaan dan
pengawasan, serta terikat dengan suatu jabatan.

Walaupun manajer dan pemimpin memiliki perbedaaan, namun


pada penerapannya manajer dan pemimpin dapat dikombinasikan.
Menurut Wayne Turk (2007), manajer harus memimpin untuk memastikan
para pekerja, proyek atau pembangunan, serta organisasinya sendiri.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah mempunyai target dan selalu
antusias untuk mencapai target tersebut. Selain itu, manajer dan pemimpin
harus selalu kratif, inovatif, dan fleksibel dalam menyikapi pemasalahan
dan memberikan solusi yang efektif sehingga kinerja antara pemimpin dan

13
manajer tidak saling bertolak belakang dan dapat mendukung satu sama
lain.

2.4 Teori Kepemimpinan

Terdapat beberapa teori kepemimpinan (Leadership Theory) yang


berkembang di dunia. Adapun teori-teori tersebut adalah :

1. The ‘Great Man’ Theory


Teori ini berkembang pada abad 19. Keberhasilan Mahatma Gandhi,
Napoleon Bonaparte, Julius Caesar mendukung adanya teori The Great
Man Theory. Di dalam teori ini dijelaskan bahwa pemimpin tidak
dibentuk, melainkan sudah ada sejak ia lahir. Di dalam beberapa contoh,
teori ini menjelaskan bahwa pemimpin terlihat dapat mempengaruhi
lingkungannya tanpa harus dibentuk terlebih dahulu.
Menurut teori The Great Man, kepemimpinan adalah kemampuan
yang melekat, dan pemimpin besar adalah dilahirkan bukan dibentuk
Pemimpin besar akan muncul sebagai heroik, dianggap sebagai mitos dan
ditakdirkan karena diperlukan. Pemimpin akan disebut ‘Great Man’
karena pada saat itu pemimpin dianggap kualitas laki-laki. Teori ini
mengasumsikan pemimpin berbeda dari orang rata-rata pada ciri-ciri
kepribadian seperti kecerdasan, ketekunan, dan ambisi.

3. Trait Theory

Teori ini dijelaskan oleh Gordon Allport (1937) dan Hans Eynsenck
(1967). Di dalam Trait Theory disebutkan bahwa pemimpin terbuka
karena warisan karakteristik perilaku tertentu yang dimiliki sesorang.
Tetapi, teori ini tidak dapat menjelaskan banyak orang yang memiliki sifat
kepemimpinan tetapi tidak jadi pemimpin.

2. Contingency Theory

Teori ini dijelaskan oleh Joan woodward (1958) dan Fiedler, FE


(1958). Di dalam Contingency Theory dijelaskan bahwa kepemimpinan

14
dipengaruhi oleh variabel-variabel lingkungan yang menentukan gaya
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dapat dilakukan sesuai dengan
kondisi yang terjadi, dan menurut teori ini tidak ada gaya kepemimpinan
yang terbaik untuk semua situasi. Keberhasilan pemimpin bergantung
pada sejumlah variabel diantaranya gaya kepemimpinan, kualitas para
pengikut dan aspek lingkungan.

3. Situational Theory

Menurut Hersey dan Blanchard (1997), Pemimpin harus memiliki


tindakan yang terbaik berdasarkan situasi yang sedang dihadapi. Hampir
sama dengan Contingency Theory, gaya kepemimpinan berbeda-beda
tergantung situasi yang berlainan. Sebagai contoh, di tengah cendikiawan,
gaya kepemimpinan demokratis mungkin paling tepat diterapkan.

4. Behavioral Theory

Teori ini dijelaskan oleh Skiner(1967) dan Bandura (1982). Dalam


Behavioral Theory, sesuai prinsip ‘behaviorism’ seorang pemimpin besar
dapat dibentuk, tidak selalu dilahirkan atau dimitoskan. Kepemimpinan
tergantung pada tindakan, bukan pada kualitas mental atau kondisi
internal, serta bukan dari genetik. Setiap orang dapat memiliki jiwa
kepemimpinan melalui cara pembelajaran, observasi dan pengalaman.

5. Participative Theory

Teori ini dijelaskan oleh Robert House (1996). Participative Theory


menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang ideal adalah mendorong
partisipasi dan kontribusi anggota kelompok. Anggota kelompok merasa
lebih memiliki dan berkomitmen pada proses pengambilan keputusan dan
pencapaian tujuan organisasi. Untuk memotivasi partisipasi, pemimpin
harus terbuka pada masukan anggota kelompok.

6. Transformational Theory

15
Transformational Theory dijelaskan oleh James Macgregor Burn
(1978) dan Bernard Bass (1981). Teori tranformasional, atau teori
relationship berfokus pada pola hubungan antara pemimpin dengan
pengkikutnya. Pemimpin memotivasi dan menginspirasi orang agar
melihat kepentingan tugas serta pemimpin memperhatikan potensi orang
yang memiliki standar etika dan moralitas kepemimpinan yang tinggi.

7. Transactional (Management) Theory

Teori ini dijelaskan oleh Bernard Bass (1981) dan Max Waber
(1997). Transactional (Management) Theory berisi tentang teori
transaksional, teori manajemen, berfokus pada pengawasan kinerja,
organisasi dan kelompok karyawan. Teori ini mendasarkan pada sistim
reward and punishmen karyawan dihargai apabila sukses dan ditegur dan
dihukum apabila melanggar aturan yang disepakati.

2.5 Sifat, Gaya, dan Tipe Kepemimpinan

2.5.1 Sifat Kepemimpinan


1. Menurut Ordway Tead
a. Energi jasmani dan rohani
b. Semangat untuk mencapai tujuan
c. Entusiasme
d. Ramah tamah dan penuh perasaan
e. Integritas
f. Kecakapan teknis
g. Mudah menetukan keputusan
h. Cerdas
i. Kecapakan mengajar
j. Keyakinan
2. Menurut George R. Terry
a. Kekuatan
b. Keseimbangan / pemantapan

16
c. Pengetahuan tentang hubungan kemanusiaan
d. Dorongan pribadi / personal motivation
e. Kecakapan berkomunikasi
f. Kecakapan bergaul
g. Kecakapan teknis
3. Menurut Drs. Soekarno
A. Sifat kepemimpinan umum
a. Adil
b. Suka melindungi
c. Penuh kepercayaan pada diri sendiri
d. Penuh inisiatif
e. Mempunyai daya tarik
B. Sifat kepemimpinan khusus
a. Gotong royong
b. Revolusioner
4. Menurut Kouzez dan Posner 1997
1. Honest (kejujuran)
Kejujuran lebih sering dipilih dibandingkan yang lain. Ketika
hendak megikuti seseorang, para pekerja akan meyakinkan diri
untuk mulai mempercayai pemimpinnya. Pemimpin yang dinginkan
oleh para pekerja adalah pemimpin yang tulus, etis, dan berprinsip.
Kejujuran juga berhubungan dengan nilai dan etika.
2. Forward Looking (Memiliki pandangan jauh ke depan).
Pemimpin diharapkan mempunyai rasa terhadap arah dan perhatian
terhadap masa depan organisasi. Pemimpin harus tahu arah
organisasi jika ingin melibatkan orang untuk bekerja sama dalam
menjalankan organisasi. Kemampuan memandan ke depan adalah
kemampuan seseorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih
tujuan.
3. Inspiring (Inspirasi)

17
Pemimpin yang diharapkan adalah pemimpn yang antusias, penuh
semangat, dan berpandangan positif tentang masa depan, mampu
untuk memberikan inspirasi.
4. Competent (cakap)
Kecakapan pemimpin tidak harus megacu pada kemampuan
pemimpin dalam teknologi dan inti operasi. Jenis kecakapan yang
dituntut rasanya bervariasi sesuai dengan kedudukan pemimpin dan
keadaan organisasi. Akan tetapi, pemimpin tidak perlu mempunyai
kecakapan yang sama dengan bawahan. Pemimpin harus
mempunyai waktu untuk belajar dan bekerja sebelum membuat
perubahan dan keputusan yang berpengaruh pada setiap orang dalam
organisasi.
5. Menurut Bernard M. Bass

a. Fisik, meliputi kegiatan, energi, usia, penampilan, kerapian, tinggi,


dan berat.

b. Latar Belakang Sosial, meliputi pendidikan, status sosial, dan


mobilitas.

c. Kecerdasan dan Kemampuan, meliputi kecerdasan, pertimbangan,


pengambilan keputusan, pengetahuan, dan kepandaian berbicara.

d. Kepribadian, meliputi kemampuan menyesuaikan diri, mengatur diri


secara normal, keagresifan, penerimaan, kewaspadaan, pengaruh,
ketegasan, keseimbangan emosi, pengendalian diri, semangat,
terbuka, mandiri, tanpa kompromi, objektif, keaslian (bukan
kepalsuan), kreativitas, integritas, melakasanakan ektika, memenuhi
sumber daya, percaya diri, berpendirian kuat, dan toleransi terhadap
stres.

e. Berorientasi Tugas, meliputi pencapaian hasil, bertanggung jawab,


berusaha, berinisiatif, dan tahan terhadap hambatan.

18
f. Sosial, meliputi kemampuan bekerja sama, kemampuan
administratif, atraktif, kooperatif, memelihara, terkenal, senang
bermasyarakat, memiliki keterampilan interpersonal, berpartisipasi
aktif di masyarakat, bijaksana, dan diplomatis.

6. Menurut Hoy dan Miskel (2005)

a. Kepribadian, terdiri atas percaya diri, toleransi stres, kematangan


emosional, dan integritas.

b. Motivasi, terdiri atas tugas dan kebutuhan interpersonal, orientasi


keberhasilan, kebutuhan berkuasa, dan harapan

c. Keterampilan, meliputi teknikal, interpersonal, konseptual.

Dalam beberapa hal sifat-sifat kepemimpinan berbeda satu sama


lain, walaupun telah ditemukan sifat-sifat pemimpin yang efektif namun
tidak satupun yang berlaku secara mutlak. Sifat-sifat pemimpin tidak
selruuhnya dilahirkan, tetapi ada yang dibentuk melalui pendidikan dan
pelatihan.

2.5.2 Gaya Kepemimpinan

Menurut Evans dan House yang dijelaskan dalam buku Dasar-dasar


Kepemimpinan Administrasi oleh Drs. Sutarto (1991:127), terdapat gaya
kepemimpinan atau yang disebut model kepemimpinan “Path-Goal”.
Berdasarkan model pengharapan menyatakan bahwa motivasi individu
berdasarkan pada pengharapannya atas imbalan yang menarik. Pendekatan
ini menitikberatkan pada pemimpin sebagai sumber imbalan. Pendapatan
ini mencoba untuk meramalkan bagaimana perbedaan tipe imbalan dan
perbedaan gaya kepemimpinan mempengaruhi motivasi, prestasi, dan
kepuasan bawahan.

19
Oleh Stoner, pendekatan ”path-goal” digambarkan sebagai
pemimpin menjelaskan jalan untuk mencapi tujuan (imbalan). Menurut
Evans, “managers determine the availability of goal (reward), and make
clear the path to be taken to reach them (manajer menentukan tersedianya
tujuan atau imbalan dan menjelaskan jalan untuk mencapainya).

Menurut Hadari (1993), Kepemimpinan yang efektif memiliki


beberapa gaya kepemimpinan, yaitu :

1. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan


tugas secara efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan
secara maksimal. Pemimpin menaruh perhatian yang besar dan
memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan tugas-
tugasnya, tanpa campur tangan orang lain. Sehubungan dengan
itu pemimpin menuntut agar setiap anggota seperti dirinya,
menaruh perhatian yang besar dan keinginan yang kuat dalam
melaksanakan tugasnya, dengan tidak perlu menghiraukan dan
mencampuri tugas-tugas orang lain. Pemimpin berasumsi bahwa
bila setiap anggota melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif
dan efisien, pasti akan dicapai hasil yang diharapkan sebagai
penggabung hasil yang dicapai masing-masing anggota.
Keserasian hasil setiap anggota dengan tujuan bersama tidak
dipersoalkan, karena yang penting bagi pemimpin setiap anggota
sibuk melaksanakan tugasnya.
2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan
hubungan kerja sama. Pemimpin menaruh peratian yang besar
dan keinginan yang kuat agar setiap orang mampu menjalin kerja
sama dalam melaksanakan tugas-tugasnya masing-masing dan
tidak dapat dilepaskan dari kebersamaan di dalam suatu unit atau
organisasi sebagai satu kesatuan. Setiap orang harus mampu
menjalin kerja sama dengan para pimpinan, baik yang menjadi
atasan langsung maupun pimpinan unit lain. Demikian juga kerja

20
sama dengan sesama anggota kelompok/unit kerja yang sama
atau lebih rendah jenjang/posisinya. Kerja sama pun harus
diwujudkan dan dibina dengan pihak luar yang langsung atau
tidak langsung berpengaruh pada usaha mencapai tujuan
bersama. Pemimpin berkeyakinan bahwa dengan kerja sama yang
intensif, efektif, dan efisien, semua tugas dapat diselesaikan
secara maksimal dan kelompok/organisasi akan berkembang
dinamis. Perhatian pemimpin yang diarahkan pada usaha
menciptakan kerja sama yang akrab, cenderung mengakibatkan
perhatiannya pada pelaksanaan tugas dan hasilnya menjadi
melemah dan berkurang.
3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang
dapat dicapaidalam rangka mewujudkan tujuan
kelompok/organisasi. Pemimpin menaruh perhatian yang besar
dan memiliki keinginan yang kuat, agar setiap anggota berprestasi
sebesar-besarnya. Pemimpin memandang produk (hasil) yang
dicapai merupakan ukuran prestasi pemimpinnya. Cara mencapai
hasil yang kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan keinginan
pimpinan tidak dipersoalkan. Siapa yang melaksanakan dan
bagaimana tugas dilaksanakan berada diluar perhatian pemimpin,
karena yang penting adalah hasil dan bukan prosesnya. Dalam
keadaan hasil tidak sepreti yang diharapkan pemimpin, tidak ada
pilihan selain mengganti pelaksanaanya tanpa menghiraukan
siapa orangnya. Dalam hubungan itu jika dari dalam organisasi
tidak ada anggota yang mampu, harus dicari dari luar meskipun
harus menyewa atau membayar lebih tinggi, asal hasil yang
diinginkan tercapai.
Likert (1961 dan 1967) merancang empat sistem kepemimpinan
dalam manajemen sebagai berikut :
a. Exploitative Authoritative atau Otoriter yang Memeras

21
Pemimpin membuat keputusan dan memerintah bawahannya
untuk melaksanakannya sekaligus menentukan standart hasil
kerja dan cara pelaksanaanya. Pemimpin menaruh kepercayaan
kecil sekali terhadap bawahan dan sebaliknya bawahan merasa
jauh dan takut sekali pada atasannya.
b. Benevolent Authoratitive atau Otoriter yang Baik
Pemimpin masih menentukan perintah tetapi bawahannya
mempunyai kebebasan untuk memberi tanggapan terhadap
perintahnya. Bawahan diberi kesempatan untuk melaksanakan
tugasnya dengan batas-batas yang telah ditentukan secara rinci
sesuai dengan prosedur.
c. Consultative (Konsultatif)
Pemimpin menetapkan sasaran tugas dan memberikan
perintahnya setelah mendiskusikan hal tersebut dengan
bawahannya. Bawahan dapat membuat keputusan sendiri
mengenai pelaksanaan tugasnya, tetapi keputusan penting dibuat
oleh pimpinan tingkat atas. Penghargaan dan ancaman atau
hukuman digunakna sebagai motivasi terhadap bawahannya.
d. Participative (Partisipatif)
Sasaran tugas dan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan
dibuat oleh kelompok. Jika pemimpin mengambil keputusan
maka keputusan itu diambil setelah memperhatikan pendapat
kelompok. Hubungan antara pemimpin dan bawahan terbuka,
bersahabat dan saling percaya.

22
Reddin menggambarkan keefektifan kepemimpinan terdiri atas 3
kotak. Oleh sebab itu pendekatan nya disebut model 3 dimensi. Kotak yang
di tengah merupakan gaya dasar pemimpin sama seperti penemuan Ohyo.
Dari kotak yang ditengah di tarik keatas dan ke bawah yang melukiskan
sebagai gaya yang efektif dan tidak efektif. Gaya yang efektif berada di

23
kotak atas terdiri atas 4 gaya yaitu: eksekutif, pencinta pengembangan
(developer), otokratis yang baik (benevolen autokrat) dan birokrat.

1. Eksekutif

Gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas


pekerjaan dan hubungan kerja. Pemimpin yang memakai gaya ini
disebut motivator yang baik, mau dan mampu menetapkan
standart kerja yang tinggi, mau mengenal perbedaan individu,
mau menggunakan kerja tim dalam manajemen.

2. Pecinta pengembangan ( Developer )

Gaya ini memberikan perhatian maksimal pada hubungan kerja


dan minimal terhadap tugas. Pemimpin yang menggunakan gaya
ini mempunyai kepercayaan implisit terhadap orang-orang yang
bekerja dalam organisasinya dan sangat memerhatikan
pengembangan individu.

3. Otokratis yang baik hati

Gaya ini memberikan perhatian yang maksimal pada tugas dan


minimal pada hubungan kerja. Pimpinan yang menggunakan
gaya ini mengetahui secara tepat yang di inginkannya dan cara
mencapainya tanpa menyebabkan keengganan pihak
bawahannya.

4. Birokrat

Gaya ini memberikan perhatian yang minimal pada tugas dan


hubungan kerja pimpinan yang menggunakan gaya ini sangat
tertarik pada aturan- aturan dan mengontrol pelaksanaannya
secara teliti.

Gaya yang tidak efektif berada di kotak bawah terdiri atas 4 gaya,
yaitu : pecinta kompromi, missionari, otokrat, dan lari dari tugas

24
1. Pecinta kompromi

Gaya ini memberikan perhatian yang besar kepada tugas- tugas


pekerjaan dan hubungan kerja berdasarkan kompromi. Pemimpin
yang memakai gaya ini merupakan pembuat keputusan yang jelek
karena banyak tekanan bawahan yang mempengaruhinya.

2. Missionari

Gaya ini memberikan perhatian maksimal pada hubungan kerja


dan minimal terhadap tugas. Pemimpin yang menggunakan gaya
ini hanya menilai keharmonisan sebagai tujuan dirinya sendiri.

3. Otokrat

Gaya ini memberikan perhatian yang maksimal pada tugas dan


minimal pada hubungan kerja. Pimpinan yang menggunakan
gaya ini tidak percaya pada orang lain, tidak menyenangkan, dan
hanya tertarik pada pekerjaan yang cepat selesai.

4. Lari dari Tugas

Gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian pada tugas dan
hubungan kerja. Pimpinan yang menggunakan gaya ini tidak
peduli pada tugas orang lain.

25
Menurut Mary E. Tramel dan Helen Reynolds membandingkan gaya
otoriter, gaya demokratis, dan gaya liberal sebagai berikut :

Uraian kegiatan Gaya Gaya Demokratis Gaya Liberal


Otoriter
Pembuat Pemimpin Pemimpin & Perseorangan atau
perencanaan kelompok kelompok
Yang memecahkan Pemimpin Pemimpin & Perseorangan atau
masalah kelompok kelompok
Pembuat keputusan Pemimpin Pemimpin & Perseorangan atau
kelompok kelompok
Arah komunikasi Kebawah Ke bawah, ke atas, Menyilang
dan menyilang
Yang merasa Pemimpin Pemimpin & Tidak dirasakan
tanggung kelompok
jawab/berprestasi
Siapakah yang Pemimpin Pemimpin Pemimpin
sebenarnya
memikul tanggung
jawab pada
akhirnya

26
Kepercayaan Tidak ada Tinggi Tiggi
pemimpin pada
bawahan
Hubungan Rendah Tinggi Diragukan
pemimpin pada
bawahan
Banyaknya Tidak ada Banyak Banyak
pelimpahan
wewnang oleh
pemimpin
Manajemen krisis Baik Buruk Kacau
Manajemen Buruk baik Tidak efektif
perubahan

2.5.3 Tipe Kepemimpinan

1. Kepemimpinan Otoriter

Tipe kepemimpinan ini merupakan tipe tertua yang dikenal manusia.


Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang atau
sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang
paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-
orang yang dipimpin yang jumlahnya lebih banyak merupakan pihak
yang dikuasai dan disebut dengan bawahan atau anak buah. Kedudukan
dan tugas anak buah semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah,
dan bahkan kehendak pemimpin.

Pemimpin memandang dirinya lebih dalam segala hal dibandingan


dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah,
sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintah.
Perintah pemimpin sebagai atasan tidak boleh dibantah, karena
dipandang sebagai satu-satunya yang paling benar. Pemimpin sebagai

27
penentu, bukan hanya dalam melaksanakan kegiatan, tetapi juga penentu
nasib bawahannya.

2. Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire)


Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe otoriter.
Dilihat dari segi perilaku, tipe kepemimpinan ini cenderung didominasi
oleh perilaku kepemimpinan kompromi (compromiser) dan perilaku
pembelot (deserter). Dalam proses sebenarnya, rangkaian kegiatan
menggerakkan dan memotivasi anggota kelompok/organisasinya dengan
cara apapun juga. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol.
Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh
pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan
kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara
perseorangan maupun secara kelompok-kelompok kecil.
Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang
dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau
bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya. Kesempatan itu
diberikan, baik sebelum maupun sesudah anggota yang bersangkutan
menetapkan keputusan atau melaksanakan suatu kegiatan.
3. Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan ini menetapkan manusia sebagai faktor utama
dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Tipe ini diwujudkan
dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat serta
perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan
organisasi/kelompok. Hal tersebut diwujudkan melalui perilaku
kepemimpinan sebagai pelaksana (eksekutif).
Dengan didominasi oleh ketiga perilaku kepemimpinan tersebut,
berarti tipe ini diwarnai dengan usaha mengembangkan hubungan
manusiawi (human relationship) yang efektif , berdasarkan prinsip saling
menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lain. Pemimpin
memandang dan menetapkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai

28
subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya. Kemauan,
kehendak, kemampuan, pemikiran, pendapat, minat/perhatian,
kreativitas, inisiatif dan hal lainnya yang berbeda antara individu dihargai
dan disalurkan sewajarnya.
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif,
dinamis dan terarah. Kegiatan pengendalian dilaksanakan serta tertib dan
bertanggung jawab. Pembagian tugas yang disertai pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap
anggota berpartisipasi secara aktif. Dengan kata lain setiap anggota
mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat diberikan untuk
mencapai tujuan kelompok/organisasinya. Disamping itu mengetahui
bagaimana melaksanakannya secara efektif dan efisien.
Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat
mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di
dalam unit masing-masing. Dengan demikian pelaksanaan setiap
keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru
sebaliknya semua merasa terdorong mensukseskannya sebagai tanggung
jawab bersama.

2.6 Efektivitas Kepemimpinan

Awal mula efektivitas kepemimpinan dapat ditelaah melalui teori


kepemimpinan modern melalui pendekatan sifat-sifat (Traits Approach
Theory). Usman (2009:289) dalam bukunya Manajemen; Teori, Praktik,
dan Riset Pendidikan menyebutkan penelitian tentang pemimpin efektif
dan tidak efektif mengemukakan bahwa pemimpin yang efektif tidak
berdasarkan pada sifat manusia tertentu, tetapi terletak pada seberapa jauh
sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya. Sifat
yang dimiliki oleh pemimpin yang efektif adalah antara lain K11, yaitu
ketakwaan, kejujuran, kecerdasan, keikhlasan, kesederhanaan, keluasan
aodangan, komitmen, keahlian, keterbuaan, keluasan, hubungan sosial,
kedewasaan, dan keadilan. Wexley dan Yukl (Moh. As’ad,1996)

29
menyatakan bahwa terdapat beberapa persyaratan untuk menjadi
pemimpin yang efektif, yaitu kemampuan yang lebih dari rata-rata, antara
lain; memiliki kecerdasan yang cukup, memiliki kemampuan berbicara,
memiliki kepercayaan diri, memiliki inisiatif, memiliki motivasi
berprestasi, dan memiliki ambisi.

Menurut Newstrom dan Davis (1997), sifat yang harus dimiliki


seorang pemimpin yang efektif adalah :

Kepemimpinan efektif menurut Bush (2008) adalah visioner,


penampilan berwibawa, tegas, pandai bicara, agresif, kerja keras,
konsisten, berani, ramah, dan cerdas. Kriteria umum kepemimpinan efektif
adalah menghasilkan dampak positif bagi pembentukan watak siswa,
menghasilkan manfaat bagi pembelajaran siswa, meningatkan motivasi
dan kinerja guru, mendukung pemerataan pendidikan, membangkutkan
partisipasi dan demokrasi.

Menurut Usman (2008,292), ada empat gaya kepemimpinan yang


efektif dan kurang efektif.

Empat gaya kepemimpinan efektif :

Bureaucrat Developer Bene Volent Executive

30
Mampu
Patuh pada Menciptakan Berorientasi ke
emotivasi orang
peraturan kerjasama masa depan
lain
Membangkitkan
Menggunakan Belajar dari
Loyal partisipasi
orang lain pengalaman
bawahan
Efektif untuk
Percaya pada Berpandangan
Memelihara memperoleh
orang lain jangka panjang
lingkungan hasil
dengan Memotivasi
Mengembangkan Paham aturan
peraturan dengan baik
bakat orang lain dan metode kerja
Bekerja efektif

Empat gaya kepemimpinan yang kurang efektif :

Desester Missionary Autocrat Compromiser


Tidak ada rasa
Santai Kaki Angin-anginan
keterlibatan
Semangat
Penolong Diktator Diktator
rendah
Sukar Berpandangan
Lemah Keras kepala
diramalkan pendek

Hasil penelitian Gheselli terhadap 300 manajer dari 90 lembaga


berbeda di Amerika Serikat menemukan lima traits kepemimpinan efektif,
yaitu :

1. Kebutuhan mencapai hasil : bertanggung jawab , kerja keras untuk


sukses.

31
2. Intelegensi : menggunakan pertimbangan yang matang, mempunyai
alasan yang jelas dan kemampuan berpikir.

3. Mampu mengambil keputusan : dapat mengambil keputusan yang sulit


tanpa ragu-ragu.

4. Inisiatif : dimulai dari diri sendiri, melakukan pekerjaan dengan baik,


dengan pengawasan yang minimal.

5. Kemampuan supervisi : dapat bekerja sama bersama orang lain.

Jadi, teori kepemimpinan akan efektif digunakan oleh para


pemimpin apabila pemimpin dapat menyelaraskan hubungan antar
anggota dalam organisasi, mampu menentukan arah dan tujuan organisasi,
mampu mengembangkan ide dan mengambil keputusan yang tepat dan
bijak, mampu menggerakkan bawahannya untuk mengerjakan tugasnya
dengan baik, dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Efektivitas
kepemimpinan akan berjalan dengan baik bila ada hubungan timbal baik
antara pemimpin dengan yang dipimpin, karena kedua komponen tersebut
berkaitan satu sama lain. Pemimpin yang mempunyai pengetahuan yang
luas serta memberikan energi positif kepada pekerjanya akan
meningkatkan kemauan pekerjanya untuk lebih giat dalam bekerja dan
menyelesaikan tugasnya.

2.7 How to be a Leader

1. Percaya diri

Ketika pemimpin penuh dengan percaya diri, pekerja akan


senantiasa mengikuti dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan tanpa harus
disuruh. Pemimpin yang percaya diri akan mendapatkan kepercayaan,
bertanggung jawab, dan disegani oleh orang lain.

2. Tegas, namun baik dan toleran.

32
Seorang pemimpin adalah penentu dari tiap aturan dan penentu
batasan dalam organisasi. Pemimpin akan menentukan sistem, ritme, dan
alasan dalam tiap situasi. Untuk melakukan hal tersebut, pemimpin harus
tegas untuk menentukan arah dan menjaga kestabilan dari organisasi.
Walaupun pemimpin harus rasional, pemimpun juga harus bisa toleransi
ketika menetapkan ketetapan yang telah ditentukan.

3. Berwawasan luas dan bisa dalam segala hal.

Ketika pemimpin tidak tahu jawaban dari suatu pertanyaan,


pemimpin boleh tidak mengetahui jawabannya. Tetapi ketika ditanyakan
pertanyaan yang sama kedua kalinya, pemimpin harus bisa menjawab
pertanyaan tersebut. Untuk bisa mengetahui segala hal, maka pemimpin
harus banyak belajar terkait setiap hal dalam organisasi dan mencari tahu
jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

4. Tegas dalam menentukan keputusan.

Pemimpin yang baik akan melihat situasi secara menyeluruh,


menentukan arah dan jalan keluar, dan butuh perubahan. Pemimpin harus
bisa memposisikan waktu ketika harus menentukan keputusan dalam suatu
permasalahan dan memberikan kesempatan para pekerja dan orang lain
untuk menentukan keputusannya. Pemimpin harus menghargai orang lain.

5. Peduli terhadap bawahannya.

Peduli terhadap setiap kepentingan bawahannya bukan berarti selalu


menuruti keinginan para bawahan.. Pemimpin yang baik diharapkan akan
memberikan performa terbaik kepada bawahannya dan tidak memkasakan
kehendak diri sendiri. Coba untuk mendengarkan keluh kesahnya, dan
memberi masukan serta alasan mengapa mengambil kebijakan tersebut.

6. Percaya bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin.

33
Setiap orang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Walaupun secara
kedudukan orang tersebut bukan pemimpin, tetapi tiap orang memilki
potensi untuk memimpin terutama untuk diri sendiri. tiap orang pasti
mengerti kepemmpinan, dan yang memilkiki kepemimpinan bukan hanya
pemimpin. Pemimpin yang baik akan mengakui kemampuan orang lain
dan tidak merendahkan potensi orang lain.

7. Menepati janji.

Pemimpin yang baik akan menepati tiap janji yang telah dibuat.
Ketika seseorang telah dipercaya dan memiliki ilmu pengetahuan, tetapi
orang tersebut melanggar janjinya, maka orang tersebut tidak akan
dipercaya oleh orang lain.

8. Mendesain arah.

Pemimpin harus bisa menentukan arah dan mendesain suasana kerja


agar lebih mudah dalam proses pengawasan dan pengontrolan.

9. Memperlakukan tim dengan baik.

Pemimpin boleh memperhatikan timnya dengan baik, tetapi


pemimpin harus bisa menentukan tindakan yang diambil dan tidak terbawa
arus untuk mengikuti kemauan tim.

10. Menunjukkan komitmen pada tim.

Ketika tujuan dalam organisasi telah tercapai, pemimpin yang baik


akan melibatan segala komponen dalam organisasi untuk “merayakan”
keberhasilan dari organisasi. Dengan begitu, pemimpin secara tidak
langsung menunjukkan komitmen dalam merncapai tujuan organisasi dan
tidak menang sendiri.

34
11. Memimpin pada waktunya.

Pemimpin tidak harus ada setiap waktu dan mengambil tiap peran
dalam organisasi, tetapi selalu menyediakan diri dan bisa diandalkan oleh
tiap anggotanya. Pemimpin harus bisa melihat kebutuhan dan mengerti
situasinya.

12. Proaktif.

Ketika pemimpin dapat melihat kondisi dalam suatu organisasi,


pemimpin tersebut dapat menentukan permasalahan yang akan dihadapi
dan melakukan pencegahan dan menciptakan situasi sebelum
permasalahan tersebut muncul.

35
BAB III

PENUTUP

3.1 Conclusion

1. Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi serta mengarahkan


orang lain yakni bawahan atau kelompok dengan melibatkan berbagai
proses untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

(Leadership is actknowledge to involve and direct people or worker


include every progress to achieve the goal of organization or group).

2. Leadership Theory (Teori Kepemimpinan) terdiri dari The ‘Great Man’


Theory, Trait Theory, Contingency Theory, Situational Theory,
Behavioral Theory, Participate Theory, Transformational Theory, dan
Transactional Theory.

(Leadership Theory consist of The ‘Great Man’ Theory, Trait Theory,


Contingency Theory, Situational Theory, Behavioral Theory, Participate
Theory, Transformational Theory, and Transactional Theory).

3. Teori kepemimpinan akan efektif digunakan oleh para pemimpin apabila


pemimpin dapat menyelaraskan hubungan antar anggota dalam
organisasi, mampu menentukan arah dan tujuan organisasi, mampu
mengembangkan ide dan mengambil keputusan yang tepat dan bijak,

36
mampu menggerakkan bawahannya untuk mengerjakan tugasnya dengan
baik, dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya.

4. Perbedaan manajer dan pemimpin terletak pada tujuan, menentukan arah,


melakukan hal yang benar atau melakukan sesuatu degan benar,
memotivasi atau mengontrol, dan lain-lain.

(The difference between manager and leader is on the goal of manager


and leader, determine the path, do the thing right or the right thing,
motivated or controlled, and so on).

5. Peran pemimpin dalam bidang kesehatan adalah pemimpin dapat


mengupayakan kebijakan kesehatan dan memberikan contoh dalam
aspek kesehatan. Pemimpin diharapkan dapat mengontrol jalannya
kebijakan yang diambil dengan baik untuk mengupayakan kemajuan
dalam kesehatan.

(The role of a leader in health region is the leader can seek a public
policy and give an example in health. Pemimpin can be expected to
control every policy to seek a progress in health).

6. Sifat kepemimpinan sebagian besar adalah memiliki kecakapan dalam


komunikasi dan mudah menentukan keputusan, jujur, memiliki
pandangan jauh ke depan, menginspirasi dan terampil.

(Characteristic of leadership consist of having a good skill at


communication and easy to take a decision, honest, having a vision, and
inspiring).

5. Gaya kepemimpinan menurut Likert terdiri atas otoriter, konsultatif, dan


partisipatif.

(Style of leadership according to Likert are authority, consultative, and


participative).

37
6. Tipe kepemimpinan terdiri dari otoriter, bebas (Laissez Faire), dan
demokratis.

(Type of leadership consist of authority, free (Laissez Faire), and


democraty.

7. Efektivitas kepemimpinan akan berjalan dengan baik apabila ada


hubungan timbal balik dengan bawahan dan pemimpin menjadi contoh
yang baik untuk bawahannya.

(The Leadership Effectiveness will be going well if there are a good


connectivity between leader and worker, also the leader will give a good
action and example for the worker).

8. Pemimpin yang baik memiliki watak yang tegas, percaya diri, memiliki
wawasan yang luas, proaktif, menunjukkan komitmen pada tim, dan
lain-lain.

(A good leader have a firm characteristic, confiden, have


actknowledgement, proactive, show a commiment to group, at cetera).

38

Anda mungkin juga menyukai