Anda di halaman 1dari 16

ASPEK-ASPEK HUKUM

KETENAGAKERJAAN
SEBELUM HUBUNGAN
KERJA
(PRA EMPLOYMENT)

Kelompok 4:
Chichi Sirait (16331001009)
Mega Yuni Asri N (1633100100)
Theresia Agrifina (163310010079)
A. Aspek Hukum Ketenagakerjaan sebelum
Hubungan Kerja (Pra Employment)
1. Penempatan Tenaga Kerja di Dalam Negeri
a. Maksud Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri
Keputusan Presiden No. 4 tahun 1980 tentang wajib lapor
lowongan pekerjaan, diusahakan bahwa semaksimal mungkin
pengisian lowongan kerja yang tersedia diisi oleh tenaga kerja
setempat (lokal). Apabila tenaga setempat tidak bisa mengisi
lowongan tersebut maka diusahakan pengisiannya melalui
mekanisme Antar Kerja Antar Daerah (AKAD). AKAD adalah
mekanisme pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh
pekerjaan, baik untuk sementara waktu maupun tetap kepada
pemberi kerja untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Penempatan Tenaga Kerja di Dalam Negeri
Setiap penempatan tenaga kerja di dalam negeri harus dilaksanakan dengan
Surat Persetujuan Penempatan (SPP) yang bisa diperoleh dari pelaksana
penempatan dengan menunjukkan bukti adanya permintaan dari pengguna jasa
yang tata cara pemberiannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja.
Pelaksana penempatan tenaga kerja bertanggung jawab penuh atas
keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja sejak dari daerah asal sampai
dengan tiba di tempat tujuan dan diterima oleh pengguna jasa. Setiap calon
tenaga kerja harus memenuhi persyaratan umum dibawah ini :
 Berusia min 18 tahun
 Memiliki KTP
 Sehat mental maupun fisik
 Berpendidikan tertentu, memiliki keterampilan atau keterampilan
 Terdaftar pada Kantor Departemen Tenaga Kerja di wilayah tempat tinggalnya
2. Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri
a. Lahirnya UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri
Selama ini pengaturan mengenai TKI hanya berdasarkan
Ordonansi tentang Pengerahan Orang Indonesia untuk
Melakukan Pekerjaan di Luar Negeri (Staatsblad Tahun 1887
No. 8) dan Peraturan Menteri serta peraturan
pelaksanaannya. Sejalan dengan reformasi hukum di
bidang ketenagakerjaan melalui UU No. 13 Tahun 2003,
maka pemerintah menetapkan UU No. 39 Tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia ke Luar Negeri.
b. Maksud Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri
UUD 1945 Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Namun dalam realitasnya kesempatan kerja dalam negeri sangat
terbatas sehingga angka pengangguran semakin meningkat. Sementara
di luar negeri lowongan kerja terbuka lebar dengan upah yang tinggi
sehingga menjadi daya tarik bagi tenaga kerja Indonesia untuk mencari
pekerjaan ke luar negeri.
Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri merupakan suatu
upaya untuk mewujudkan hak dan kesempatan yang sama bagi tenaga
kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak dengan
memperhatikan harkat, martabat manusia serta sisi perlindungan
hukumnya.
c. Para Pihak dalam Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri
Pihak – pihak yang terkait dengan pelaksana penempatan tenaga
kerja ke luar negeri terdiri dari calon tenaga kerja, pelaksana
penempatan TKI swasta yang berbentuk Perusahaan Terbatas (PT) dan
memilih izin dari Menteri Tenaga Kerja, mitra usaha, dan pengguna jasa
TKI.
1. Membuat perjanjian kerja sama penempatan yang dibuat secara
tertulis dengan mitra usaha yang memuat hak dan kewajiban masing
– masing pihak (Hal ini penting sebagai jaminan kepastian
penempatan)
2. Setelah adanya perjanjian maka pelaksana penempatan TKI Swasta
(PPTKIS) membuat perjanjian penempatan. Sedangkan antara TKI
dengan Pengguna Jasa membuat Perjanjian Kerja yang memuat
syarat – syarat kerja, hak dan kewajiban masing – masing pihak.
d. Pelaksana dan Prosedur Penempatan Tenaga Kerja
ke Luar Negeri
Dalam UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri
mengenai Pelaksana Penempatan TKI dan Prosedur
penempatan ini diatur sebagai berikut:
1. Lembaga Penempatan Tenaga Kerja
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia adalah
kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI
sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan
pemberi kerja di luar negeri
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri
yakni:
a. Pemerintah : Penempatan TKI di luar negeri oleh
pemerintah, hanya dapat dilakukan atas dasar perjanjian
secara tertulis antara pemerintah dengan pemerintah
negara pengguna TKI atau pengguna berbadan hukum
di negara tujuan.
b. Pelaksana penempatan TKI swasta : Perusahaan yang
akan menjadi pelaksana penempatan TKI swasta wajib
mendapatkan izin tertulis berupa Surat Izin Pelaksana
Penempatan TKI (SIPPTKI) dari Menteri Tenaga Kerja
(Pasal 12).
2. Tata Cara Penempatan
Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat
dilakukan ke negara tujuan yang
pemerintahannya telah membuat perjanjian
tertulis dengan Pemerintah Republik Indonesia
atau ke negara tujuan yang mempunyai
peraturan perundang-undangan yang
melindungi tenaga kerja asing (Pasal 27).
Kegiatan penempatan TKI ke luar
negeri di sebutkan dalam Pasal 31
meliputi:
a. pengurusan Surat Izin Pengerahan

b. perekrutan dan seleksi

c. pendidikan dan pelatihan kerja

d. pemeriksaan kesehatan dan psikologi

e. pengurusan dokumen

f. uji kompetensi

g. pembekalan akhir pemberangkatan (PAP)

h. pemberangkatan.
e. Perlindungan Tenaga Kerja yang Bekerja di Luar Negeri
Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.
Kep/92/MEN/1998perlindungan tenaga kerja Indonesia diluar
negeri dilaksanakan melalui asuransi, dimana lembaga
pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia di luar
negeri bertanggung jawab atas keselamatan dan
kesejahteraan tenaga kerja, penyelesaian permasalahan
dan hak-hak tenaga kerja Indonesia di luar negeri
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan TKI di luar negeri, perlindungan terhadap TKI yang bekerja ke luar
negeri meliputi:
1. Perlindungan TKI pra penempatan
2. Perlindungan TKI selama penempatan
3. Perlindungan TKI purna penempatan

Permasalahan yang timbul dalam penempatan TKI ke luar negeri tidak dapat
dilepaskan dari isu hak asasi manusia. Karena itu sanksi yang dicantumkan
dalam Undang-undang No. 39 Tahun 2004 selain sanksi pidana juga
administratif. Tidak dipenuhinya salah satu dokumen perjalanan saja sudah
merupakan tindak pidana. Tidak adanya satu saja dokumen, sudah beresiko
tenaga kerja tersebut ilegal. Kondisi seperti ini membuat tenaga kerja yang
bersangkutan sangat rentan terhadap perlakuan yang tidak manusiawi di
negara tujuan penempatan.
3. Wajib Lowongan Pekerjaan
Setiap perusahaan atau pengurus perusahaan wajib segera
melaporkan secara tertulis setiap ada atau akan ada lowongan
pekerjaan kepada menteri/pejabat yang ditunjuk. Ketentuan
tentang wajib lowongan pekerjaan diatur dalam Keppres No. 4
Tahun 1981. Adapun laporannya memuat :
a. Jenis tenaga kerja yang dibutuhkan
b. Jenis pekerjaan dan syarat – syarat jabatan yang digolongkan
dalam jenis kelamin, usia, pendidikan, keterampilan/keahlian,
pengalaman serta syarat – syarat lain yang dipandang perlu
4. Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan
Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan diatur dalam UU No. 7
Tahun 1981. Maksud dan tujuan wajib lapor ketenagakerjaan di
perusahaan adalah sebagai bahan informasi resmi bagi pemerintah
dalam rangka menetapkan kebijaksanaan di bidang
ketenagakerjaan. Adapun laporan dimaskud memuat keterangan
mengenai :
a. Identitas perusahaan
b. Hubungan ketenagakerjaan
c. Perlindungan tenaga kerja
d. Kesempatan kerja
5. Pelatihan Kerja
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,
meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan (Pasal 9 UU
No. 13 Tahun 2003). Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan
kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja (Pasal 10 ayat 1). Dengan demikian, pelatihan kerja tidak
hanya dilakukan bagi tenaga kerja yang sudah bekerja, tetapi juga harus
dilakukan bagi tenaga kerja yang belum bekerja untuk meningkatkan
keterampilan/keahliannya sebagai bekal memasuki dunia kerja.
Setelah melakukan pelatihan kerja maka tenaga kerja berhak
memperoleh pengakuan kompetensi (Pasal 18 ayat 1) yang dapat
dijadikan sebagai pertimbangan dalam penempatan, promosi, dan
kebijakan pengusaha lainnya. Pelatihan kerja juga dapat dilaksanakn
melalui pemagangan (Pasal 21) yang dilaksanakan atas dasar perjanjian
peserta magang dengan pengusaha secara tertulis.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai