Oleh :
Chichi Sirait (163310010069)
Theresia Agrifina Sinaga (163310010079)
Abighail Christine Ampow
(163310010064)
Mega Yuni Asri Nababan (163310010059)
Venny Kristia Sembiring (163310010053)
Josua
BAB 13
Pendahuluan
Pada tahun 1960-an mulailah muncul “top hits”
mengenai kenakalan remaja yaitu berupa
keberandalan dan tindak – tindak kriminal ringan ala
crossbyism dan crossgirlism dimana mereka
menirukan tingkah laku anak – anak muda luar
negeri lewat film porno dan buku – buku bacaan
sadistis.
Pada tahun 1970-an kenakalan remaja di kota –
kota besar di tanah air sudah menjurus pada
kejahatan yang lebih serius; antara lain, kekerasan,
penjambretan secara terang – terangan di siang hari,
penggarongan, perbuatan seksual dalam bentuk
perkosaan beramai – ramai sampai melakukan
Pada tahun 1980-an gejala kenakalan remaja
semakin meluas, baik dalam frekuensi maupun
dalam keseriusan kualitas kejahatannya. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya pengedaran ganja
yang sudah memasuki kampus dan ruang
sekolah, peristiwa banyaknya anak “teler”,
penjambretan dan keberandalan, tindakan –
tindakan kekerasan, penganiayaan berat,
pemerkosaan, sampai pada pembunuhan
berencana, pemerasan atau pengkompasan di
sekolah terhadap murid – murid yang lemah dan
banyak terjadi pelanggaran – pelanggaran norma
BAB 14
Hakikat Kenakalan Remaja dan Arti Perkelahian
Antarkelompok
Anak – anak remaja yang ikut – ikutan mengambil
bagian dalam aksi – aksi perkelahian beramai – ramai
antar gang dan antar sekolah, yang acapkali secara tidak
sadar melakukan tindak kriminal dan antisosial itu pada
umumnya adalah anak – anak normal yang berasal dari
keluarga baik – baik. Namun karena satu bentuk
pengabaian psikis mereka kemudian melakukan
mekanisme kompensatoris untuk menuntut perhatian
lebih, mendapat pengakuan lebih terhadap egonya yang
merasa tersisih atau terlupakan dan tidak mendapatkan
perhatian yang pantas dari orang tua sendiri maupun dari
masyarakat luas.
Sehingga ketika mereka berkumpul dalam gang
tersebut, mereka akan mencari segala sesuatu yang tidak
mungkin mereka peroleh dari keluarga maupun dari
masyarakat sekitar. Pada umumnya gang kriminal
merupakan kelompok bermain yang dinamis, yang bersifat
Dengan semakin meningkatnya
kegiatan bersama dalam bentuk
keberandalan dan kejahatan mereka
kemudian menentukan padang
perburuan atau teritorium
operasionalnya sendiri dengan
menggunakan tata kerja yang lebih sistematis.
perkelahian kelompok tersebut jelas akan
memperkuat kesadaran-kekamian, yaitu kesadaran
menjadi anggota dari satu ingroup atau satu rumpun
“keluarga baru” dan memperteguh esprit de corps
(semangat kelompok). Kelompok ini sekalipun tidak
permanen sifatnya, akan tetapi jelas menampilkan
pola – pola tingkah-laku khas , sebagai pencerminan
dari satu dunia sosial anak remaja masa kini yang
BAB 15
Faktor Penyebab Terjadinya Perkelahian Antarsekolah dan
Antarkelompok
1. Faktor Internal
a. Reaksi Frustasi Negatif
Beberapa reaksi frustasi negatif yang bisa
menyebabkan anak remaja salah – ulah ialah :
a. Inkontinensi emosional
b. Labilitas emosional
c. Ketidakpekaan dan
menumpulnya perasaan
b. Perlindungan berlebih