PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja?
2. Apa saja Hakikat Sosial Tenaga Kerja?
3. Apa saja Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja?
4. Siapa saja pihak-pihak dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja?
5. Kapan berakhirnya Jaminan Sosial Tenaga Kerja?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Hakikat Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang – Undang No. 3
Tahun 1992 adalah merupakan hak setiap tenaga kerja yang sekaligus merupakan
kewajiban dari pengusaha. Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja
dimaksudkan untuk memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan
penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang
hilang. Di samping itu, program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa
aspek antara lain :
1) Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal
bagi tenaga kerja beserta keluarganya.
2) Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan
tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.
Dengan demikian jaminan sosial tenaga kerja mendidik kemandirian pekerja
sehingga pekerja tidak harus meminta belas kasih orang lain jika dalam hubungan
kerja terjadi risiko-risiko akibat dari hubungan kerja.
4
Pembayaran iuran dilakukan oleh pengusaha kepada badan penyelenggara,
dilakukan setiap bulan dan disetor secara lunas paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran dikenakan denda. Tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan kerja berhak atas jaminan kecelakaan kerja berupa
penggantian biaya berupa :
a) Biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja ke rumah
sakit dan atau ke rumahnya, termasuk biaya pertolongan pertama pada
kecelakaan.
b) Biaya pemeriksaan dan atau perawatan selama di rumah sakit, termasuk rawat
jalan.
c) Biaya rehabilitasi berupa alat bantu (orthose) dan atau alat ganti (prothose)
bagi tenaga kerja yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat
kecelakaan kerja.
Selain penggantian biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kepada
tenaga kerja yang tertimpa kecelakan kerja diberikan juga santunan berupa uang
yang meliputi :
a) Santunan semantara tidak mampu bekerja.
b) Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya.
c) Santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental dan
atau santunan kematian.
Besarnya jaminan kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
a) Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) 4 bulan pertama 100% x
upah sebulan, 4 bulan kedua 75% x upah sebulan dan bulan seterusnya 50% x
upah sebulan.
b) Santunan cacat :
Cacat sebagian untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus
dengan besarnya % sesuai tabel x 60 bulan upah.
Santunan cacat total untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus
dan secara berkala dengan besarnya santunan adalah santunan sekaligus
besarnya 70% x 60 bulan upah, santunan berkala sebesar Rp 25.000,-
selama 24 bulan.
5
Santunan cacat kekurangan fungsi dibayarkan sekaligus dengan besarnya
santunan adalah % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 60 bulan
upah.
c) Santunan kematian dibayarkan sekaligus dan secara berkala dengan besarnya
santunan adalah :
Santunan sekaligus sebesar 60% x 60 bula upah, sekurang-kurangnya
sebesar jaminan kematian.
Santunan berkala sebesar Rp 25.000,- selama 24 bulan.
Biaya pemakaman sebesar Rp 200.000,- .
d) Biaya pengobatan dan perawatan yang dikeluarkan berupa penggantian biaya
dokter, obat, operasi, rontgen, laboratorium, perawatan puskesmas, rumah
sakit umum, gigi, jasa tabib, sinshe/tradisional yang telah mendapatkan izin
resmi dari yang berwenang. Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk suatu
peristiwa kecelakaan tersebut dibayarkan maksimum Rp 3.000.000,-
e) Biaya rehabilitasi berupa penggantian biaya pembelian alat bantu (orthose)
atau berupa alat pengganti (prothose) diberikan satu kali untuk setiap kasus
dengan patokan harga yang ditetapkan Pusat Rehabilitasi Prof. Dr. Suharso
dan ditambah 40% dari harga tersebut.
f) Ongkos pengangkutan tenaga kerja dari tempat kejadian kecelakaan ke rumah
sakit diberikan penggantian biaya sebagai berikut :
Bila hanya menggunakan jasa angkutan darat/sungai, maksimum sebesar
Rp 100.000,-
Bila hanya menggunakan jasa angkutan laut maksium sebesar Rp
200.000,-
Bila hanya menggunakan jasa angkutan udara maksimum sebesar Rp
250.000,-
2) Jaminan Kematian
Kematian yang mendapatkan santunan adalah kematian bagi tenaga kerja
pada saat menjadi peserta Jamsostek. Jaminan ini merupakan komplemen
terhadap jaminan hari tua yang keduanya merupakan jaminan masa depan tenaga
kerja. Jaminan ini dimaksudkan untuk turut menanggulangi, meringankan beban
6
keluarga yang ditinggalkan dengan cara pemberian santunan biaya pemakaman.
Besarnya jaminan kemarin ini adalah 0,30% dari upah pekerja selama sebulan
yang ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha.
Dalam Pasal 22 Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 disebutkan bahwa
jaminan kematian dibayar sekaligus kepada janda atau duda atau anak yang
meliputi :
a) Santunan kematian sebesar Rp 1.000.000,-
b) Biaya pemakaman sebesar Rp 200.000,-
Jika janda atau duda atau anak tidak ada maka jaminan kematian dibayarkan
sekaligus kepada keturunan sedarah yang ada dari tenaga kerja, menurut garis
lurus kebawah dan garis lurus ke atas dihitung dengan derajat kedua.
3) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Program
pemeliharaan kesehatan ini merupakan upaya penanggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Jaminan ini meliputi upaya
peningkatan kesehatan (promotif) dan pemulihan (rehabilitatif). Iuran jaminan
pemeliharaan kesehatan ini ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha yang besarnya
6% dari upah tenagakerja sebulan bagi tenaga kerja yang sudah berkeluarga dan
3% sebulan bagi tenaga kerja yang belum berkeluarga. Jaminan pemeliharaan
kesehatan diberikan kepada tenaga kerja atau suami istri yang sah dan anak
sebanyak-banyaknya 3 orang. Jaminan ini meliputi :
a) Perawatan rawat jalan tingkat pertama.
b) Rawat jalan tingkat lanjutan.
c) Rawat inap.
d) Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
e) Penunjang diagnostik.
f) Pelayanan khusus.
g) Pelayanan gawat darurat.
7
(Pasal 3 ayat [1] jo. Pasal 35 ayat [1] Perauran Pemerintah No. 14 Tahun
1993). Dalam penyelenggaraan paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar,
badan penyelenggaraan wajib :
a) Memberikan kartu pemeliharaan kesehatan kepada setiap peserta.
b) Memberikan keterangan yang perlu diketahui peserta mengenai paket
pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan.
Untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja, suami
atau istri, anak – anak, harus menunjukkan kartu pemeliharaan kesehatan.
Pelaksanaan pelayanan jaminan kesehatan dimulai dari pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang ditunjuk oleh badan penyelenggara. Jika diperlukan
pemeriksaan tingkat lanjutan, bagi tenaga kerja, suami atau istri atau anak – anak,
pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama harus memberikan surat rujukan
kepada pelaksanan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang ditunjuk.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama atau tingkat lanjutan memberikan surat
rujukan dalam hal tenaga kerja atau suami atau istri atau anak – anak memerlukan
pelayanan penunjang diagnostik atau rawat nginap. Jika tenaga kerja atau suami
atau istri atau anak – anak memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung
memperoleh pelayanan dari pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah sakit
terdekat dengan menunjukkan kartu pemeliharaan kesehatan.
Bagi tenaga kerja atau istri tenaga kerja yang memerlukan pemeriksaan
kehamilan dan/atau persalinan memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan
dari rumah bersalin yang ditunjuk. Jika terjadi persalinan yang sulit maka tenaga
kerja atau istri tenaga kerja dapat dirujuk ke rumah sakit.
Tenaga kerja atau suami atau istri atau anak – anak tenaga kerja
mendapatakan resep obat, harus mengambil obat tersebut pada apotek yang telah
ditunjuk dengan menunjukkan kartu pemeliharaan kesehatan. Apotek harus
memberikan obat yang diperlukan oleh tenga kerja atau suami atau istri atau anak
– anak tenaga kerja sesuai dengan standar obat yang berlaku. Jika obat yang
dibutuhkan di luar standar yang berlaku, maka selisih biaya obat tersebut
ditanggung sendiri oleh tenaga kerja yang bersangkutan.
8
Program jaminan sosial tenaga kerja yang ruang lingkupnya seperti
disebutkan diatas wajib dilaksanakan oleh setiap perusahaan yang
memperkerjakan pekerja dalam suatu hubungan kerja minimal 10 orang dan atau
membayar upah minimal Rp 1.000.000,- sebulan. Ketentuan ini bersifat alternatif,
bisa jadi suatu perusahaan memperkerjakan pekerja kurang dari sepuluh orang
tapi total gaji yang dibayarkan lebih dari Rp 1.000.000,- sebulan, maka
perusahaan tersebut wajib menjadi peserta program Jamsostek. Sebaliknya bisa
terjadi total upah yang dibayarkan kurang dari Rp 1.000.000,- sebulan tapi jumlah
pekerjanya lebih dari 10 orang, perusahaan tersebut juga wajib menjadi peserta
Jamsostek. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dikenakan kurungan selama-
lamanya 6 bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,- (Pasal 29 ayat
1 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992).
Selanjutnya dalam Pasal 30 Undang – Undang ini menyebutkan bahwa
dengan tanpa mengurangi ketentuan pidana sebagaiman dimaksud dalam Pasal 29
terhadap pengusaha, tenaga kerja dan penyelenggara yang tidak memenuhi
ketentuan undang – undang ini beserta peraturan pelaksanaannya dikenakan
sanksi administratif, ganti rugi dan denda yang akan diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah. Dari sanksi yang ada, undang – undang Jamsostek
tergolong maju dibandingkan dengan undang – undang sebelumnya, karena selain
sanksinya cukup tinggi juga terdapat sanksi administratif yang belum dikenal
dalam undang – undang di bidang perburuhan/ketenagakerjaan yang ada.
Sesuai dengan amanah Undang – Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), pemerintah berkewajiban menyediakan jaminan
sosial secara menyeluruh dan mengembangkan penyelenggaraan sistem jaminan
sosial bagi seluruh masyarakat. Jaminan sosial tersebut meliputi : 1) jaminan
kesehatan ; 2) jaminan kecelakaan kerja; 3) jaminan hari tua; 4) jaminan pensiun ;
5) jaminan kematian. Dalam penyelenggaraan SJSN, diperlukan keberadaan
Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS). Berdasarkan Undang – Undang N0.
24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS terdiri dari
BPJS kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS kesehatan dikelola oleh PT.
(Persero) Askes yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan termasuk
9
jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja yang dulunya ditangani oleh PT.
(Persero) Jamsostek. Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan yang dikelola oleh PT.
(Persero) Jamsostek menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.
4) Tabungan Hari Tua
a) Pengertian
Hari tua adalah umur pada saat produktivitas tenaga kerja menurun,
sehingga perlu diganti dengan tenaga kerja yang lebih muda. Termasuk dalam
penggantian ini adalah jika tenaga kerja tersebut cacat tetap dan total.
Pembayaran iuran jaminan hari tua menjadi tanggung jawab bersama antara
pekerja dan pengusaha yakni 3,70% ditanggung pengusaha dan 2%
ditanggung oleh pekerja (Pasal 9 ayat 2 Peratuaran Pemerintah No.14 Tahun
1993). Adanya peran serta tenaga kerja dalam pembayaran iuran jaminan hari
tua ini dimaksudkan semata-mata untuk mendidik tenaga kerja agar perlunya
perlindungan di hari tua. Untuk itu perlu menyisihkan sebagian
penghasilannya untuk menghadapi hari tua tersebut.
b) Pembayaran Jaminan Hari Tua
Jaminan hari tua dibayarkan pada saat pekerja berusia 55 tahun atau cacat
total untuk selama-lamanya dapat dilakukan dengan :
1) Secara sekaligus apabila jumlah seluruh jaminan hari tua yang harus
dibayarkan kurang dari Rp 3.000.000,-
2) Secara berkala apabila seluruh jaminan hari tua yang harus dibayar
mencapai Rp 3.000.000 atau lebih dilakukan paling lama 5 tahun (Pasal 24
ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993)
Pembayaran jaminan hari tua secara berkala sebagaimana dimaksudkan
diatas harus berdasarkan atas pilihan tenaga kerja yang bersangkutan. Tenaga
kerja yang telah mencapai usia 55 tahun tetapi masih bekerja, dapat memilih
untuk menerima pembayaran jaminan hari tuanya atau pada saat tenaga kerja
yang bersangkutan berhenti bekerja. Demikian pula halnya dengan tenaga
kerja yang telah mencapai usia 55 tahun dan tidak bekerja lagi dapat
mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara. Bagi
10
tenaga kerja yang mengalami musibah cacat total tetap sebelum usia 55 tahun
berhak mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada badan
penyelenggara.
Salah satu bentuk perlindungan yang diberikan oleh program jaminan
sosial tenaga kerja adalah jaminan hari tua. Jaminan hari tua dapat
mengakibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mampu bekerja. Akibat
terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan
mempengaruhi ketenangan kerja sewaktu mereka masih bekerja, terutama
bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Jaminan hari tua ini memberikan
kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan sekaligus dan atau
berkala saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau memenuhi persyaratan
pensiun. Besarnya jaminan hari tua adalah keseluruhan iuran yang telah
disetorkan beserta hasil pengembangannya.
Jaminan hari tua dibayarkan tenaga kerja yang telah mencapai usia 55
tahun atau cacat total untuk selama-lamanya dan dapat dilakukan :
1) Secara sekaligus apabila jumlah jaminan hari tua yang harus dibayar
kurang dari Rp 300.000,-
2) Secara berkala apabila seluruh jumlah jaminan hari tua mencapai Rp
3.000.000 atau lebih dan dilakukan paling lama 5 tahun.
Pembayaran jaminan hari tua secara berkala sebagaimana dimaksudkan
diatas dilakukan atau pilihan tenaga kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja
yang akan menerima jaminan hari tua dapat mengajukan kepada badan
penyelenggara dan apabila tenaga kerja akan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya maka jaminan hari tua dibayarkan sekaligus. Dimana
pembayaran jaminan hari tua dilakukan kepada janda atau duda dalam hal :
1) Tenaga kerja yang menerima pembayaran jaminan hari tua secar berkala
meninggal dunia, sebesar sisa jaminan hari tua yang belum dibayarkan.
2) Tenaga kerja meninggal dunia.
11
D. Pihak-Pihak Dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja
1) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja
PT. Jamsostek (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sesuai pasal 25 Undang-undang nomor 3 tahun 1993 merupakan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Struktur Organisasi PT
Jamsostek (Persero) tertuang dalam salinan Keputusan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan
Perseroan (Persero), PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja Nomor: KEP-
213/MBU/2011 tanggal 13 Oktober 2011 tentang Perubahan Nomenklatur
Jabatan dan Pengalihan Tugas Anggota-anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Dasar hukum pendirian
PT. Jamsostek (Persero) adalah :
1) Undang-undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara
2) Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
3) Undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja
4) Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5) Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1990 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah nomor 30 tahun 1983 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja.
12
d) Akta Notaris nomor 76 tanggal 22 Januari 1966, Notaris Harun Kamil,
SH dengan perubahan akhir anggaran dasar perseroan Akta Notaris
nomor 45 tanggal 28 Mei 2002, Notaris Imah Fatimah, SH.
Dalam Undang-undang nomor 24 tahun 2011 mengatur tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang akan menggantikan PT.
Jamsostek .
2. Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja
13
BAB III
PENUTUP
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan
yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan
yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari
tua dan meninggal dunia. Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang –
Undang No. 3 Tahun 1992 adalah merupakan hak setiap tenaga kerja yang
sekaligus merupakan kewajiban dari pengusaha. Program jaminan sosial tenaga
kerja mempunyai beberapa aspek antara lain :
1) Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal
bagi tenaga kerja beserta keluarganya.
2) Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan
tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.
Dengan demikian jaminan sosial tenaga kerja mendidik kemandirian pekerja
sehingga pekerja tidak harus meminta belas kasih orang lain jika dalam hubungan
kerja terjadi risiko-risiko akibat dari hubungan kerja. Adapun ruang lingkup
jaminan sosial tenaga kerja meliputi :
1) Jaminan Kecelakaan Kerja
2) Jaminan Kematian
3) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
4) Tabungan Hari Tua
14