KONSTITUSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Bpk. Randy Fadillah Gustaman., M.Pd
Oleh :
1. Lisna Nur’aeni
2. Umu Nahlatusifah
3. Syifa Aulia Rahmat
KELAS D
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kita panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan ridho Allah swt.
Karena tanpa rahmat dan ridhaNya. Kami tidak dapat menyelsaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bpk. Randy Fadillah
Gustaman., M.Pd selaku dosen pengampu kewarganegaraan yang membimbing kai
dalam pengerjaan tugas makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang
Konstitusi.
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
A…Latar Belakang Masalah……………………………………………………1
B…Rumusan Masalah………………………………………………………….1
C…Tujuan Pembahasan………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
A…Hakikat Konstitusi………………………………………………………..2
B…. Nilai, Tujuan dan Fungsi Konstitusi…………………………………….2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. HAKIKAT KONSTITUSI
Istilah konstitusi telah dikenal sejak jaman Yunani kuno. Konstitusi pada jaman
itu tidak dibukukan dalam naskah tertulis, belum terkodifikasi seperti jaman
sekarang. Konstitusi masa itu memiliki pengertian sangat luas. Konstitusi
mencakup segala hal mengenai kekuasaan dan penyelenggaraan negara. Filsuf
terkemuka pada masa (Aristoteles) menyebut konstitusi sebagai politeia. Politeia
diartikan sebagai kekuasaan dalam negara. Politeia juga dikenal istilah nomoi atau
undang undang. Politeia memiliki kedudukan lebih tinggi dari nomoi atau undang
undang biasa. Kedudukan politeia lebih tinggi, karena politeia memiliki kekuasaan
membentuk. Sedangkan nomoi merupakan produk atau peraturan yang dibentuk.
Konstitusi memiliki cakup lebih luas dari undang undang dasar. Pengertian
undang undang dasar terpaku pada konstitusi yang tertulis. Undang-undang belum
mencakup konstitusi yang tidak terlulis.
2. Konstitusi dalam arti sempit
Konstitusi sama dengan undang undang dasar, itu konstitusi dalam arti sempit,
anggapan ini muncul karena pengaruh paham kodifikasi. Paham kodifikasi
memiliki pengaruh besar dalam pembentukan peraturan perundang undangan.
Kodifikasi mengendaki agar semua peraturan Hukum ditulis demi mencapai
kesatuan hukum, kesederhanaan hukum, dan kepastian hukum.
Dari situlah anggapan konstitusi sama dengan undang-undang muncul. Kebiasaan
menerjemahkan muncul dari kebiasaan orang Belanda dan Jerman. Grondwet dan
grundgesetz, mereka gunakan untuk bahasa sehari hari (keduanya naskah tertulis).
Di Indonesia menyebut konstitusi dalam praktik ketatanegaraan merujuk pada
undang-undang dasar. Buktinya, Indonesia menyebut undang undang dasar
Republik Indonesia serikat dengan sebutan konstitusi RIS.
3. KONSTITUSI DALAM ARTI MATERIAL
a. Bentuk Negara
b. Susunan negara
c. Kekuasaan pemerintah
d. Hak hak yang di perintah atau rakyat
e. Hubungan pemerintah dengan rakyat
f. Cara membentuk badan badan pemerintah
4. KONSTITUSI DALAM ARTI FORMIL
Konstitusi dalam arti formil merupakan hukum dasar yang difokuskan pada
prosedur pembentukannya. Sebuah konstitusi pembentukannya harus istimewa
dibanding pembentukan peraturan per undang-undangan lainnya. Pembentukannya
harus dilakukan oleh lembaga pemerintahan yang sah dengan tata cara tertentu.
Begitu juga dengan perubahannya, harus ada tata cara untuk mengubah konstitusi
yang bersangkutan. Contoh dalam Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945
prosedur perubahan diatur pada pasal 37 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan
ayat (5).
1) Konstitusi dianggap sebagai kesatuan orga nisasi nyata yang mencakup semua
bangunan hukum dan semua organisasi yang ada di dalam negara.
2) Konstitusi sebagai bentuk negara dan yang dimaksud dengan bentuk negara
adalah negara dalam arti keseluruhan. Bentuk ne gara itu bisa demokrasi atau
monarki.
3) Konstitusi merupakan faktor integrasi. Faktor integrasi ini sifatnya bisa abstrak
dan fungsional.
3. Fungsi Konstitusi
Tujuan dibuatnya konstitusi melahirkan fungsi fungsi konstitusi. Konstitusi
memiliki fungsi dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Secara ga ris besar
konstitusi memiliki dua fungsi utama. Pertama, konstitusi berfungsi menentukan
dan membatasi kekuasaan penguasa negara. Mekanis menya dilakukan melalui
pembagian kekuasaan. Kedua, menjamin hak-hak asasi manusia melalui aturan
tentang hak asasi. Konstitusi memuat keten tuan agar penguasa negara melindungi
hak-hak asasi manusia warga negara. Jimly Asshiddiqie, pakar hukum tata negara
mengemukakan delapan fungsi konstitusi sebagai berikut. a. Penentu atau
pembatas kekuasaan.
b. Pengatur hubungan kekuasaan antar organisasi negara.
c. Pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara dengan warga negara.
d. Pemberi atau sumber legitimasi terhadap ke kuasaan negara ataupun kegiatan
penyeleng garaan kekuasaan negara.
e. Penyalur atau pengalih kewenangan dari sum ber kekuasaan yang sah kepada
organ negara.
f. Simbolis, yaitu sebagai sarana pemersatu symbol of unity, rujukan identitas
(identity of nation), dan keagungan kebangsaan (center of ceremony).
g. Sarana pengendalian masyarakat (social con trol), baik dalam arti sempit (bidang
politik) maupun dalam arti luas (mencakup bidang sosial ekonomi).
h. Sarana perekayasa dan pembaruan masya rakat (social engineering atau social
reform). Undang-undang dasar memiliki fungsi yang khas bagi negara yang
menganut asas demokrasi konstitusional. Undang-undang dasar berfungsi
membatasi dan membagi kekuasaan. Secara ver tikal (teritorial) undang-undang
dasar membagi kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta
kekuasaan antara pemerintahan fede ral dan negara bagian. Secara horizontal (fung
sional) undang-undang dasar membagi kekuasaan menjadi kekuasaan eksekutif,
legislatif, dan yudikatif.
Undang-undang dasar juga berfungsi memba tasi kekuasaan. Dengan demikian,
penyelenggara an kekuasaan tidak mengarah pada kesewenang wenangan. Melalui
fungsi tersebut, hak-hak warga negara terlindungi. Pembatasan-pembatasan ini da
pat diamati dan dicermati dalam undang-undang dasar suatu negara. Secara garis
besar setiap undang-undang dasar memuat ketentuan mengenal hal-hal berikut.
a. Organisasi Negara
Konstitusi memuat ketentuan tentang pem bagian kekuasaan antara badan
legislatif, ekse kutif, dan yudikatif. Dalam negara federal kons titusi memuat
pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian
serta memuat penyelesaian masalah yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah.
Undang-undang dasar mengatur cara bagaimana pemegang kekuasaan bekerja
sama satu sama lain dan menyesuaikan diri dalam hubungan kekuasan suatu
negara.
b. Hak-hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia yang diatur dalam kons titusi, misalnya hak hidup, hak
beragama, hak memperoleh pendidikan, hak jaminan penghidu pan yang layak, dan
hak memperoleh jaminan perlindungan hukum.
c. Proses Mengubah Undang-Undang Dasar
Konstitusi memuat cara mengubah undang undang dasar, misalnya proses
perubahan undang-undang dengan cara referendum atau mengacu pada ketentuan
dalam konstitusi itu sendiri. Oleh karena tingkatannya lebih tinggi dari peraturan
lainnya, cara perubahan konstitusi tidak mudah. Tujuannya untuk meminimalisasi
peruba han yang tidak diperlukan. Kalaupun harus dilakukan perubahan,
perubahan tersebut harus lah dianggap perlu untuk kesejahteraan rakyat banyak.
d. Larangan Mengubah Sifat Tertentu dari Undang-Undang Dasar
Larangan mengubah sifat tertentu memiliki tujuan, yaitu menghindari perpecahan
dalam negara, misalnya larangan mengubah susunan negara kesatuan atau serikat.
Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satu
yang tidak dapat diubah adalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Re
publik Indonesia Tahun 1945.
e. Memuat Cita-Cita Rakyat dan Asas Ideologi Negara
Cita-cita rakyat mencakup kehidupan yang diharapkan seperti kehidupan yang
makmur, aman, dan sentosa. Dalam Undang-Undang Da sar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, cita cita dan ideology negara Indonesia termuat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Re publik Indonesia Tahun 1945 alinea
tiga dan empat.
C. Kedudukan Konstitusi
Agar lebih mudah memahami kedudukan kons titusi, pengertian konstitusi dibatasi
pada konstitusi sebagai undang-undang dasar. Kedudukan dimaknai sebagai
sebuah tempat atau posisi. Adapun konstitusi merujuk pada kedudukan konstitusi
berarti posisi atau tempat suatu undang-undang dasar negara jika di sandingkan
dengan peraturan lainnya. Undang-undang dasar menjadi dasar pembentukan
peraturan perundang-undangan lain. Undang-undang dasar membu tuhkan
peraturan perundang-undangan lain untuk menjabarkan ketentuan pokok yang
bersifat umum. Peraturan lain tidak boleh bertentangan dengan undang-undang
dasar tersebut. Jika bertentangan dengan undang-undang dasar peraturan yang
bersangkutan batal demi hukum atau tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Dengan demikian, konstitusi menduduki posisi paling tinggi dibandingkan dengan
peraturan per undang-undangan lainnya. Undang-undang dasar me rupakan
perwujudan hukum tertinggi yang harus ditaati, baik oleh rakyat maupun
pemerintah. Hans Kelsen, seorang ahli hukum terkemuka dari Austria, ber
pendapat bahwa konstitusi memberi kekuasaan mem bentuk hukum kepada pihak
yang ditentukan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan mengenai kedudukan
konstitusi bagi se buah negara.
1. Konstitusi merupakan hukum dasar yang berisi aturan-aturan dan ketentuan
tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara. Con tohnya,
pembatasan kekuasaan pemerintah dan jaminan akan hak dasar rakyat.
2. Konstitusi merupakan hukum tertinggi dalam hierarki peraturan perundang-
undangan nasional sebuah negara. Peraturan perundang-undangan sebuah negara
dapat dirinci dan diurutkan ber dasarkan tingkatannya mulai dari yang terendah
hingga yang tertinggi menyerupai piramida. Dalam sistem konstitusional,
konstitusi mempunyai validitas yang lebih tinggi dibanding perundangan biasa.
c. Negara yang berkedaulatan rakyat, berarti bahwa negara Indonesia bukan negara
yang dipimpin oleh seorang monarch atau juga kelompok kepentingan. Akan
tetapi, negara dipimpin oleh rakyat yang mempunyai otoritas tertinggi. Walaupun
rakyat yang mempunyai otoritas tertinggi, pelaksanaan penyelenggaraannya
diserahkan kepada organ-organ negara, seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Sebagai pokok kaidah negara fundamental, Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Repu blik Indonesia Tahun 1945 memuat ketentuan tentang ditetapkannya
sebuah undang-undang da sar negara Indonesia sebagai hukum dasar (konstitusi)
bagi penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam
alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Ne gara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang ber bunyi,...Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu
pemerintah negara Indonesia..., maka di Susunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indo nesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia..."
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konstitusi dalam arti sempit , konstitusi sama dengan undang undang dasar itulah
konstitusi dalam arti sempit
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teori-Teori dasar Pendidikan kewarganegaraan (Nana Setialaksana & Randy Fadillah
Gustaman)