Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSTITUSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Bpk. Randy Fadillah Gustaman., M.Pd

Oleh :
1. Lisna Nur’aeni
2. Umu Nahlatusifah
3. Syifa Aulia Rahmat

KELAS D
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kita panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan ridho Allah swt.
Karena tanpa rahmat dan ridhaNya. Kami tidak dapat menyelsaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bpk. Randy Fadillah
Gustaman., M.Pd selaku dosen pengampu kewarganegaraan yang membimbing kai
dalam pengerjaan tugas makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang
Konstitusi.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum


kami ketahui. Maka dari itu kami mohon sanran & kritik dari teman-teman maupun
Dosen. Demi tercapainy makalah yang sempurna,.

Tasikmalaya,06 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
A…Latar Belakang Masalah……………………………………………………1
B…Rumusan Masalah………………………………………………………….1
C…Tujuan Pembahasan………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN
A…Hakikat Konstitusi………………………………………………………..2
B…. Nilai, Tujuan dan Fungsi Konstitusi…………………………………….2

BAB III PENUTUP


A…Kesimpulan………………………………………………………………..3

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Konstitusi adalah sebuah norma yang mengaur kehidupan berbangsa dan
bernegara. Jika tidak ada konstitusi maka kehidupan bernegara akan tidak
stabil dan cenderung buruk.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Konstitusi?
2. Jenis Konstitsi?
3. Konstitusi menurut para ahli
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Konstitusi
2. Mendeskripsikan Jenis-Jenis Konstitusi
3. Memaparkan pandangan para ahli

BAB II PEMBAHASAN
A. HAKIKAT KONSTITUSI

Istilah konstitusi telah dikenal sejak jaman Yunani kuno. Konstitusi pada jaman
itu tidak dibukukan dalam naskah tertulis, belum terkodifikasi seperti jaman
sekarang. Konstitusi masa itu memiliki pengertian sangat luas. Konstitusi
mencakup segala hal mengenai kekuasaan dan penyelenggaraan negara. Filsuf
terkemuka pada masa (Aristoteles) menyebut konstitusi sebagai politeia. Politeia
diartikan sebagai kekuasaan dalam negara. Politeia juga dikenal istilah nomoi atau
undang undang. Politeia memiliki kedudukan lebih tinggi dari nomoi atau undang
undang biasa. Kedudukan politeia lebih tinggi, karena politeia memiliki kekuasaan
membentuk. Sedangkan nomoi merupakan produk atau peraturan yang dibentuk.

Pemaknaan konstitusi berkembang seiring berkembangan pemerintahan negara.


Dalam bahasa Inggris konstitusi adalah constitution secara harfiah (berdasarkan
asal katanya) konstitusi sering diterjemahkan sebagai undang undang dasar. Dalam
sehari hari orang Belanda dan Jerman biasa menggunakan istilah grondwet yang
berarti undang undang besar. Kebiasaan menggunakan istilah konstitusi membuat
sebagian besar orang berfikir, konstitusi naskah tertulis. Padahal menurut para ahli,
konstitusi memiliki makna lebih luas.

1. Konstitusi dalam arti luas

Konstitusi memiliki cakup lebih luas dari undang undang dasar. Pengertian
undang undang dasar terpaku pada konstitusi yang tertulis. Undang-undang belum
mencakup konstitusi yang tidak terlulis.
2. Konstitusi dalam arti sempit

Konstitusi sama dengan undang undang dasar, itu konstitusi dalam arti sempit,
anggapan ini muncul karena pengaruh paham kodifikasi. Paham kodifikasi
memiliki pengaruh besar dalam pembentukan peraturan perundang undangan.
Kodifikasi mengendaki agar semua peraturan Hukum ditulis demi mencapai
kesatuan hukum, kesederhanaan hukum, dan kepastian hukum.
Dari situlah anggapan konstitusi sama dengan undang-undang muncul. Kebiasaan
menerjemahkan muncul dari kebiasaan orang Belanda dan Jerman. Grondwet dan
grundgesetz, mereka gunakan untuk bahasa sehari hari (keduanya naskah tertulis).
Di Indonesia menyebut konstitusi dalam praktik ketatanegaraan merujuk pada
undang-undang dasar. Buktinya, Indonesia menyebut undang undang dasar
Republik Indonesia serikat dengan sebutan konstitusi RIS.
3. KONSTITUSI DALAM ARTI MATERIAL

a. Bentuk Negara
b. Susunan negara
c. Kekuasaan pemerintah
d. Hak hak yang di perintah atau rakyat
e. Hubungan pemerintah dengan rakyat
f. Cara membentuk badan badan pemerintah
4. KONSTITUSI DALAM ARTI FORMIL

Konstitusi dalam arti formil merupakan hukum dasar yang difokuskan pada
prosedur pembentukannya. Sebuah konstitusi pembentukannya harus istimewa
dibanding pembentukan peraturan per undang-undangan lainnya. Pembentukannya
harus dilakukan oleh lembaga pemerintahan yang sah dengan tata cara tertentu.
Begitu juga dengan perubahannya, harus ada tata cara untuk mengubah konstitusi
yang bersangkutan. Contoh dalam Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945
prosedur perubahan diatur pada pasal 37 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan
ayat (5).

5. KONSTITUSI DALAM PANDANGAN AHLI

Pengertian konstitusi juga dirumuskan oleh banyak ahli. Berikut pengertian


konstitusi menurut para ahli hukum tata negara.
a. Lasalle (filsuf dari Jerman)
Konstitusi merupakan hubungan antara kekuasaan dalam masyarakat. Wujud
kekuasaan dalam masyarakat adalah golongan yang mempunyai kedudukan nyata
dalam masyarakat seperti kepala negara dan partai politik.
b. Sri Soemantri (ahli hukum dari Indonesia)
Konstitusi berarti suatu naskah yang me muat suatu bangunan negara dan sendi-
sendi sistem pemerintahan negara.
c. Herman Heller (ahli hukum dari Jerman) Herman Heller membagi konstitusi
dalam tiga pengertian. Pertama, konstitusi mencermin kan kehidupan politik dalam
masyarakat sebagai suatu kenyataan dan ia belum merupakan kons titusi dalam arti
hukum. Kedua, konstitusi dalam arti hukum, yaitu setelah orang mencari unsur
unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat kemudian dijadikan
sebagai suatu kesatuan kaidah, barulah konstitusi itu disebut rechtverfassung
(konstitusi dalam arti hukum). Ketiga, konstitusi sebagai peraturan hukum tertulis,
yaitu setelah orang mulai menulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang
tertinggi yang berlaku dalam suatu negara. Dengan demikian, konstitusi disebut
sebagai peraturan hukum tertulis. d. K. C. Wheare.
Wheare mengartikan konstitusi sebagai ke seluruhan sistem ketatanegaraaan
suatu negara. Di dalamnya berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur
atau memerintah dalam pemerintahan suatu negara.

e. Carl Schmitt (ahli filsafat dari Jerman)


Dalam bukunya yang berjudul Verfassungs lehre Carl Schmitt membagi konstitusi
dalam empat pengertian. Pertama, konstitusi dalam arti absolut. Konstitusi dalam
arti absolut dijabarkan dalam empat penjelasan.

1) Konstitusi dianggap sebagai kesatuan orga nisasi nyata yang mencakup semua
bangunan hukum dan semua organisasi yang ada di dalam negara.
2) Konstitusi sebagai bentuk negara dan yang dimaksud dengan bentuk negara
adalah negara dalam arti keseluruhan. Bentuk ne gara itu bisa demokrasi atau
monarki.
3) Konstitusi merupakan faktor integrasi. Faktor integrasi ini sifatnya bisa abstrak
dan fungsional.

4) Konstitusi merupakan sistem tertutup dari norma-norma hukum yang tertinggi


di dalam negara. Jadi, konstitusi merupakan norma dasar yang merupakan sumber
bagi norma norma lainnya yang berlaku di dalam negara.
Kedua, konstitusi dalam arti relatif. Konstitusi dalam arti relatif adalah konstitusi
yang dihu bungkan dengan kepentingan golongan tertentu dalam masyarakat.
Golongan yang dimaksud adalah golongan borjuis liberal. Mereka meng hendaki
adanya jaminan dari pihak penguasa
agar hak-haknya tidak dilanggar. Konstitusi dalam arti relatif dibagi dalam dua sub
pengertian.
1) Konstitusi sebagai tuntutan dari golongan borjuis liberal agar hak-haknya
dijamin tidak dilanggar oleh penguasa.
2) Konstitusi dalam arti formal atau konstitusi tertulis.
Ketiga, konstitusi dalam arti positif. Kons titusi dalam arti positif merupakan
keputusan politik tertinggi. Keputusan tersebut berhubungan dengan sifat dan
bentuk suatu kesatuan politik yang disepakati suatu negara. Konstitusi dalam arti
positif oleh Carl Schmitt dihubungkan dengan ajaran mengenai keputusan
(Dezisionismus). Menurut Carl Schmitt, konstitusi dalam arti positif mengandung
pengertian keputusan politik yang tertinggi berhubungan dengan pembuatan
undang-undang dasar di Weimar, Jerman pada tahun 1919. Konstitusi tersebut
mampu mengubah tatanan kehidupan kenegaraan. Pembuatan undang-undang
dasar tersebut menentukan nasib rakyat seluruh Jerman. Oleh karena terjadi peru
bahan struktur pemerintahan yang lama dari stelsel monarchie (kekuasaan di
tangan kerajaan, raja memegang peranan kuat) menjadi suatu pemerintahan dengan
sistem parlementer. Keempat, konstitusi dalam arti ideal. Disebut ideal karena
konstitusi tersebut merupakan idaman atau cita-cita dari kaum borjuis liberal.
Cita-cita tersebut lahir sesudah Revolusi Prancis. Konstitusi tersebut sebagai
jaminan bagi rakyat agar hak-hak asasinya dilindungi. Cita-cita ter sebut menjadi
tuntutan dari golongan atau kaum borjuis liberal agar pihak penguasa tidak berbuat
sewenang-wenang terhadap rakyat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konstitusi memiliki makna sangat
luas. Meskipun beberapa negara mengidentikkan konstitusi de ngan undang-
undang dasar. Umumnya negara negara di dunia memiliki sebuah konstitusi.
Biarpun bukan syarat mutlak berdirinya negara, konstitusi memegang peranan
penting dalam mewujudkan keteraturan dalam penyelenggaraan negara.
Bayangkan jika tidak ada konstitusi, apa yang akan terjadi? Tentunya pelanggaran
hak dan kewajiban, kerusuhan, dan kriminalitas. Tidak semua konstitusi tertulis
dan dikodifikasikan. Contoh negara Inggris. Negara ini tidak memiliki konstitusi
dalam arti tertulis.
Inggris merupakan negara yang tidak memiliki konstitusi secara tertulis.
Konstitusi negara Inggris berupa konvensi atau aturan yang tidak tertulis.
Konstitusi Inggris adalah hasil perkembangan konvensi yang berlangsung lambat
dan bukan produk penemuan yang disengaja. Konstitusi Inggris dihasilkan dari
sebuah teori seperti konstitusi lainnya walaupun perkembangannya bukan hasil
sebuah teori. Konstitusi Inggris telah menjadi titik tolak
pemikiran politik yang meliputi tugas penguasa untuk bertindak atas saran
menterinya.
Ada juga konstitusi tertua di dunia yang saat ini masih dipakai oleh
pendukungnya. Negara manakah pemilik konstitusi tertua di dunia dan masih
berlaku? San Marino. Kota kecil nan indah. San Marino adalah salah satu negara
terkecil di Eropa, dengan luas wilayah 61 kilometer persegi. Republik San Marino
merupakan negara terkecil ke lima di dunia dan dikelilingi oleh Italia tepatnya di
sebelah utara berbatasan dengan provinsi Rimini, daerah Emilia-Romagna dan di
sebelah selatan provinsi Pesaro dan Urbino, daerah Marche. San Marino adalah
negara republik kons titusional tertua di dunia. Konstitusi San Marino diberlakukan
pada 1600 dan merupakan konstitusi tertua di dunia yang masih berlaku.
B. Nilai, Tujuan, dan Fungsi Konstitusi
1. Nilai-Nilai dalam Konstitusi
Konstitusi memiliki sebuah nilai. Nilai sendiri diartikan sebagai harga atau
taksiran. Nilai konstitusi meliputi nilai normatif, nilai nominal, dan nilai semantik.
a. Nilai Normatif Suatu konstitusi memiliki nilai normatifnya jika resmi diterima
oleh suatu bangsa. Konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal),
tetapi juga nyata berlaku efektif dalam masya rakat. Artinya, konstitusi tersebut
dilaksanakan oleh masyarakat pendukungnya secara murni dan konsekuen.
b. Nilai Nominal
Konstitusi memuat nilai nominal jika menu rut hukum berlaku, tetapi tidak
sempurna. Menga pa tidak sempurna? Alasannya pasal-pasal tertentu tidak berlaku
atau tidak seluruh pasal pasal yang terdapat dalam undang-undang dasar itu
berlaku bagi seluruh wilayah negara.
c. Nilai Semantik
Konstitusi dikatakan bernilai semantik jika hanya untuk kepentingan penguasa
saja. Kons titusi digunakan untuk memobilisasi kekuasaan. Konstitusi dijadikan
alat melaksanakan kekua saan politik.
2. Tujuan Konstitusi
Bayangkan sebuah situasi, sebuah negara de ngan miliaran penduduk. Seluruhnya
ingin menjadi presiden dan memimpin negara. Atau sebaliknya, dalam negara
tersebut tidak ada yang ingin menjadi kepala negara. Dalam situasi yang berbeda,
pemim pin negara telah terpilih, tetapi pemimpin tersebut tidak tahu
kewenangannya sehingga tidak peduli dengan rakyat dan bekerja seenak perutnya.
Kira kira dapatkah kehidupan bernegara berjalan lancar? Oleh karena itulah,
konstitusi dibentuk. Secara garis besar konstitusi dibentuk untuk hal-hal berikut.
a. Konstitusi membatasi kekuasaan penguasa. Dengan demikian, tidak akan terjadi
kese wenang-wenangan. Pembatasan kekuasaan mampu menghambat tumbuhnya
rezim otoriter. Dalam Undang-Undang Negara Republik Indo nesia Tahun 1945
pembatasan kekuasaan terdapat pada pasal 7. Contohnya, presiden dan wakil
presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Sebelum
ada pem batasan masa jabatan presiden, sirkulasi pe merintahan tidak terjadi.
Pergantian kekua saan tidak terjadi sehingga iklim pemerintahan kurang sehat
bahkan dihinggapi penyakit kronis pemerintahan, yaitu korupsi, kolusi, dan nepo
tisme. Pemerintah juga bertindak sewenang wenang dengan membuat kebijakan
yang menguntungkan golongan tertentu.
b. Konstitusi melindungi hak asasi manusia. Konstitusi menjamin terlaksananya
kewajiban dan menjamin terpenuhinya hak. Setiap pelak sanaan kewajiban dan
jaminan pelindungan hak dilindungi oleh hukum. Dalam Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dicontohkan dalam pasal 29 ayat (2)
tentang jaminan beragama. Negara men jamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
meme luk agamanya masing-masing dan untuk beri badat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
c. Konstitusi digunakan sebagai pedoman penye lenggaraan negara. Tanpa
berpegang pada ketentuan dalam konstitusi penyelenggaraan negara tidak akan
berjalan sebagaimana mes tinya. Pelanggaran hak dan pengingkaran ke wajiban
terjadi sehingga merapuhkan sendi sendi negara.

3. Fungsi Konstitusi
Tujuan dibuatnya konstitusi melahirkan fungsi fungsi konstitusi. Konstitusi
memiliki fungsi dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Secara ga ris besar
konstitusi memiliki dua fungsi utama. Pertama, konstitusi berfungsi menentukan
dan membatasi kekuasaan penguasa negara. Mekanis menya dilakukan melalui
pembagian kekuasaan. Kedua, menjamin hak-hak asasi manusia melalui aturan
tentang hak asasi. Konstitusi memuat keten tuan agar penguasa negara melindungi
hak-hak asasi manusia warga negara. Jimly Asshiddiqie, pakar hukum tata negara
mengemukakan delapan fungsi konstitusi sebagai berikut. a. Penentu atau
pembatas kekuasaan.
b. Pengatur hubungan kekuasaan antar organisasi negara.
c. Pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara dengan warga negara.
d. Pemberi atau sumber legitimasi terhadap ke kuasaan negara ataupun kegiatan
penyeleng garaan kekuasaan negara.
e. Penyalur atau pengalih kewenangan dari sum ber kekuasaan yang sah kepada
organ negara.
f. Simbolis, yaitu sebagai sarana pemersatu symbol of unity, rujukan identitas
(identity of nation), dan keagungan kebangsaan (center of ceremony).
g. Sarana pengendalian masyarakat (social con trol), baik dalam arti sempit (bidang
politik) maupun dalam arti luas (mencakup bidang sosial ekonomi).

h. Sarana perekayasa dan pembaruan masya rakat (social engineering atau social
reform). Undang-undang dasar memiliki fungsi yang khas bagi negara yang
menganut asas demokrasi konstitusional. Undang-undang dasar berfungsi
membatasi dan membagi kekuasaan. Secara ver tikal (teritorial) undang-undang
dasar membagi kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta
kekuasaan antara pemerintahan fede ral dan negara bagian. Secara horizontal (fung
sional) undang-undang dasar membagi kekuasaan menjadi kekuasaan eksekutif,
legislatif, dan yudikatif.
Undang-undang dasar juga berfungsi memba tasi kekuasaan. Dengan demikian,
penyelenggara an kekuasaan tidak mengarah pada kesewenang wenangan. Melalui
fungsi tersebut, hak-hak warga negara terlindungi. Pembatasan-pembatasan ini da
pat diamati dan dicermati dalam undang-undang dasar suatu negara. Secara garis
besar setiap undang-undang dasar memuat ketentuan mengenal hal-hal berikut.
a. Organisasi Negara
Konstitusi memuat ketentuan tentang pem bagian kekuasaan antara badan
legislatif, ekse kutif, dan yudikatif. Dalam negara federal kons titusi memuat
pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian
serta memuat penyelesaian masalah yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah.
Undang-undang dasar mengatur cara bagaimana pemegang kekuasaan bekerja
sama satu sama lain dan menyesuaikan diri dalam hubungan kekuasan suatu
negara.
b. Hak-hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia yang diatur dalam kons titusi, misalnya hak hidup, hak
beragama, hak memperoleh pendidikan, hak jaminan penghidu pan yang layak, dan
hak memperoleh jaminan perlindungan hukum.
c. Proses Mengubah Undang-Undang Dasar
Konstitusi memuat cara mengubah undang undang dasar, misalnya proses
perubahan undang-undang dengan cara referendum atau mengacu pada ketentuan
dalam konstitusi itu sendiri. Oleh karena tingkatannya lebih tinggi dari peraturan
lainnya, cara perubahan konstitusi tidak mudah. Tujuannya untuk meminimalisasi
peruba han yang tidak diperlukan. Kalaupun harus dilakukan perubahan,
perubahan tersebut harus lah dianggap perlu untuk kesejahteraan rakyat banyak.
d. Larangan Mengubah Sifat Tertentu dari Undang-Undang Dasar
Larangan mengubah sifat tertentu memiliki tujuan, yaitu menghindari perpecahan
dalam negara, misalnya larangan mengubah susunan negara kesatuan atau serikat.
Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satu
yang tidak dapat diubah adalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Re
publik Indonesia Tahun 1945.
e. Memuat Cita-Cita Rakyat dan Asas Ideologi Negara
Cita-cita rakyat mencakup kehidupan yang diharapkan seperti kehidupan yang
makmur, aman, dan sentosa. Dalam Undang-Undang Da sar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, cita cita dan ideology negara Indonesia termuat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Re publik Indonesia Tahun 1945 alinea
tiga dan empat.
C. Kedudukan Konstitusi
Agar lebih mudah memahami kedudukan kons titusi, pengertian konstitusi dibatasi
pada konstitusi sebagai undang-undang dasar. Kedudukan dimaknai sebagai
sebuah tempat atau posisi. Adapun konstitusi merujuk pada kedudukan konstitusi
berarti posisi atau tempat suatu undang-undang dasar negara jika di sandingkan
dengan peraturan lainnya. Undang-undang dasar menjadi dasar pembentukan
peraturan perundang-undangan lain. Undang-undang dasar membu tuhkan
peraturan perundang-undangan lain untuk menjabarkan ketentuan pokok yang
bersifat umum. Peraturan lain tidak boleh bertentangan dengan undang-undang
dasar tersebut. Jika bertentangan dengan undang-undang dasar peraturan yang
bersangkutan batal demi hukum atau tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Dengan demikian, konstitusi menduduki posisi paling tinggi dibandingkan dengan
peraturan per undang-undangan lainnya. Undang-undang dasar me rupakan
perwujudan hukum tertinggi yang harus ditaati, baik oleh rakyat maupun
pemerintah. Hans Kelsen, seorang ahli hukum terkemuka dari Austria, ber
pendapat bahwa konstitusi memberi kekuasaan mem bentuk hukum kepada pihak
yang ditentukan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan mengenai kedudukan
konstitusi bagi se buah negara.
1. Konstitusi merupakan hukum dasar yang berisi aturan-aturan dan ketentuan
tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara. Con tohnya,
pembatasan kekuasaan pemerintah dan jaminan akan hak dasar rakyat.
2. Konstitusi merupakan hukum tertinggi dalam hierarki peraturan perundang-
undangan nasional sebuah negara. Peraturan perundang-undangan sebuah negara
dapat dirinci dan diurutkan ber dasarkan tingkatannya mulai dari yang terendah
hingga yang tertinggi menyerupai piramida. Dalam sistem konstitusional,
konstitusi mempunyai validitas yang lebih tinggi dibanding perundangan biasa.

D. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai


Konstitusi Republik Indonesia
Konstitusi atau bukan tergantung pada sudut pandang. Jika dipandang
menggunakan patokan kons titusi dalam arti sempit, UUD NRI Tahun 1945
termasuk konstitusi. Adapun jika dipandang menggunakan konstitusi dalam arti
luas, UUD NRI Tahun 1945 merupakan bagian dari konstitusi karena konstitusi
memiliki cakupan lebih luas. Tidak sebatas peraturan tertulis. Peraturan tidak
tertulispun merupakan bagian dari konstitusi.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo nesia Tahun 1945 merupakan
hukum dasar negara Indonesia. Di dalamnya berisi kaidah-kaidah mendasar
tentang struktur ketatanegaraan Indonesia. Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
telah mengalami amandemen dengan empat kali rangkaian, Rangkaian pertama
pada 1999, rangkaian kedua pada 2000, rangkaian ketiga pada 2001, dan rangkaian
keempat pada 2002. Akan adakah rangkaian kelima?
Sebelum amandemen, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 terdiri atas pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan. Akan tetapi, setelah
dilakukan perubahan (amandemen), Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 terdiri atas pembukaan dan pasal-pasal sebagaimana
dijelaskan dalam pasal II Aturan Tam bahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas empat alinea, sedangkan jumlah pasal
sebanyak 37 pasal ditambah 3 pasal aturan peralihan, 2 pasal aturan tambahan.
Tiap-tiap alinea dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 memiliki nilai dan makna besar bagi bangsa dan negara
Indonesia. Pada dasarnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat dibedakan men jadi
dua kelompok besar, yaitu nilai-nilai yang men cerminkan pokok-pokok kaidah
negara yang funda mental dan nilai-nilai yang mencerminkan tertib hukum.
Nilai pokok kaidah negara yang fundamental ter dapat pada pembukaan, dalam
Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
memuat nilai-nilai pokok kaidah negara yang funda mental seperti berikut.
1) Peraturan ditentukan dan dibuat oleh pembentuk negara. Berdasarkan sejarah
terjadinya, Pem bukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 ditetapkan oleh pembentuk negara, yaitu PPKI sebagai badan yang mewakili
bangsa Indonesia telah berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945.
2) Adanya pernyataan lahir (diijab-dikabulkan), se bagai penjelmaan kehendak
pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai dasar dari negara
yang dibentuknya.
Dalam hal materi, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 memuat dasar-dasar negara yang dibentuk seperti berikut. 1. Tujuan
Negara (Tujuan Umum dan Tujuan Khusus) Tujuan umum terlihat dari kalimat
yang terdapat dalam alinea keempat yaitu "...ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial..." Tujuan
umum dihubungkan dengan status negara Indonesia sebagai masyarakat dunia.
Makna yang terkandung dalam tujuan negara merupakan penerapan politik luar
negeri Indonesia, yaitu politik bebas aktif. Politik luar negeri adalah strategi yang
digunakan oleh suatu negara untuk menjalin hubungan dengan negara-negara lain.
Selain pengertian di atas, politik luar negeri dapat diartikan sebagai pola perilaku
yang digunakan oleh suatu negara dalam menjalin hubungan dengan negara-negara
lain. Pengertian kata bebas dalam politik luar negeri, yaitu negara Indonesia tidak
memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepriba
dian bangsa (Pancasila). Aktif mempunyai penger tian bahwa untuk menjalankan
kebijakan luar negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif atas kejadian-
kejadian internasional, tetapi negara ber sifat aktif.
Adapun tujuan khusus negara Indonesia terlihat dari kalimat yang terdapat dalam
alinea keempat yaitu "...melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdas kan
kehidupan bangsa, serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia...". Tujuan ini bersifat khusus karena dihubungkan dengan status
Indonesia sebagai negara yang ingin memakmurkan dan menyejahterakan
rakyatnya.

2. Asas Kerohanian Negara


Asas kerohanian negara merupakan suatu dasar dari keseluruhan peraturan
hukum yang merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini terpenuhi oleh
adanya dasar filsafat negara Pancasila sebagaimana tercantum dalam alinea IV
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Re publik Indonesia Tahun 1945. Asas
kerohanian yang terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permus yawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi se
luruh rakyat Indonesia.

3. Asas Politik Negara


Asas politik negara merupakan dasar penye lenggaraan negara. Asas politik negara Indonesia
ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 alinea keempat yang berbunyi "...maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
ber kedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada...". Berdasarkan bunyi alinea
keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, terdapat tiga asas politik negara Indonesia.
a. Dasar hukum atau undang-undang dasar, yaitu peraturan yang sangat penting
keberadaannya dalam praktik penyelenggaraan pemerintah Indonesia. Hal ini
dikarenakan muatan dalam undang-undang dasar merupakan ketentuan ketentuan
dalam menjalankan ketatanegaraan suatu negara.
b. Bentuk pemerintahan republik, yaitu bentuk pemerintahan dengan kepala negara
dan pe merintahannya bisa dijabat oleh masyarakat sipil yang sudah mempunyai
hak dan kewajiban yang ditentukan oleh hukum. Hal ini berbeda dengan bentuk
pemerintahan monarki. Peme rintahan monarki tidak memberikan kesem patan
kepada masyarakat sipil untuk menjadi kepala negara karena kepala negara dijabat
berdasarkan garis keturunan. Kepala negara dalam sistem monarki biasanya
disebut raja atau ratu, sedangkan dalam pemerintahan republik kepala negara
disebut presiden.

c. Negara yang berkedaulatan rakyat, berarti bahwa negara Indonesia bukan negara
yang dipimpin oleh seorang monarch atau juga kelompok kepentingan. Akan
tetapi, negara dipimpin oleh rakyat yang mempunyai otoritas tertinggi. Walaupun
rakyat yang mempunyai otoritas tertinggi, pelaksanaan penyelenggaraannya
diserahkan kepada organ-organ negara, seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Sebagai pokok kaidah negara fundamental, Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Repu blik Indonesia Tahun 1945 memuat ketentuan tentang ditetapkannya
sebuah undang-undang da sar negara Indonesia sebagai hukum dasar (konstitusi)
bagi penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam
alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Ne gara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang ber bunyi,...Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu
pemerintah negara Indonesia..., maka di Susunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indo nesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia..."
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konstitusi dalam arti sempit , konstitusi sama dengan undang undang dasar itulah
konstitusi dalam arti sempit

KONSTITUSI DALAM ARTI MATERIEL


Bentuk negara
Susunan negara
kekiasaan pemerintahan
hak hak yang di perintah atau rakyat
Hubungan antar pemerintah dan rakyat
cara membentuk badan badan pemerintah

DAFTAR PUSTAKA
Buku Teori-Teori dasar Pendidikan kewarganegaraan (Nana Setialaksana & Randy Fadillah
Gustaman)

Anda mungkin juga menyukai