DOSEN PENGAMPU:
TILMASANI, S.PdI., MA
DAFTAR ISI
02 PEMIKIRAN AL-GHAZALI
03 KARYA-KARYA AL-GHAZALI
01 SEJARAH HIDUP AL-GHAZALI
Al-Ghazali memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Thusi al
Ghazali. Beliau lahir pada tahun 1058 M/450 H di kota Ghazalah, sebuah kota kecil dekat
Thus di Khurasan, yang pada saat itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di
dunia Islam. dan beliau meninggal di kota Thus pada tahun 1111 M/14 Jumadil Akhir 505 H
pada umur 52-53 tahun, setelah mengadakan perjalanan untuk mencari ilmu dan
ketenangan batin. Beliau adalah seorang pemikir Islam sepanjang sejarah Islam, filosof dan
teolog dan sufi termasyhur. Nama al-Ghazali dan at-Thusi dinisbahkan pada tempat
kelahirannya
Ayah Al-Ghazali adalah seoarang wara’ yang hanya makan dari usaha tangannya
sendiri. Pada waktu senggangnya, ia selalu mendatangi tokoh-tokoh agama dan
para ahli Fiqh di berbagai majlis dan khalawat mereka untuk mendengarkan
nasihat-nasihatnya. Tampaknya tentang pribadi dan sifat-sifat ayah Al-Ghazali ini
tidak banyak ditulis orang, kecuali pengabdiannya pada para tokoh agama dan
ilmu pengetahuan.
Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota Thus, Ia belajar ilmu fiqh pada
salah satu ulama bernama Ahmad bin Muhammad Ar-Razakani. kemudian
meneruskan di kota Jurjan, Al-Ghazali mulai menuliskan ilmu-ilmu yang
diajarkan oleh gurunya. Ia sendiri menulis suatu komentar tentang ilmu fiqh.
Akan tetapi, di tempat ini mengalami musibah.
Semua barang yang dibawa Al-Ghazali yang berisi buku-buku catatan dan
tulisannya dirampas oleh para perampok, meskipun pada akhirnya barang-
barang tersebut dikembalikan setelah Al-Ghazali berusaha keras untuk
memintanya kembali.
02 PEMIKIRAN AL-GHAZALI
Filsafat al-Ghazali dapat tergambarkan dari masa hidup al-Ghazali yang pada saat itu berbagai
macam aliran agama dan filsafat tumbuh subur. Sebagaimana ia katakan bahwa: “…sumber
kekufuran manusia pada saat itu adalah terpukau dengan nama-nama filsuf besar seperti
Socrates, Epucurus, Plato, Aristoteles dan lain-lain, mereka mendengar prilaku pengikut filsuf
dan kesesatannya dalam menjelaskan intelektualitas dan kebaikan-kebaikan prinsipnya,
ketelitian ilmu para filsuf dibidang geometri, logika, ilmu alam dan teologi, mereka juga
mendengar bahwa para filsuf itu mengingkari semua syariat dan agama, tidak percaya pada
dimensi-dimensi agama.
Menurut al-Ghazali, secara teoretis, akal dan syara’ tidak bertentangan secara hakiki, karena
semuanya adalah petunjuk dari Allah SWT. Demikian juga, ditinjau dari segi praktis, tidak
ada hakikat agama yang bertentangan dengan hakikat ilmiah. al-Ghazali melihat bahwa satu
sama lainnya saling mendukung dan membenarkan. Dalam kitabnya, Ihya’ Ulum ad-Din,ia
menjelaskan hubungan akal dan syara’ lebih rinci lagi.
Dari uraian diatas, tampak bahwa ilmu logika (akal), menurut al-Ghazali, merupakan
instrument untuk memahami dalil-dalil syariat. Akan tetapi, akal atau berfilsafat yang tahu
akan batasnya dan tidak menghalangi dirinya untuk mendapat nur yang lebih besar, yaitu nur
wahyu ilahi, meminjam istilah Yusuf Qardhawi.
03 KARYA-KARYA AL-GHAZALI
Al-Ghazali adalah salah seorang ulama dan pemikir dalam dunia Islam yang sangat
produktif dalam menulis. Dalam masa hidupnya, baik ketika menjadi pembesar
negara di Mu’askar maupun ketika menjadi profesor di Baghdad, baik sewaktu
skeptis di Naisaburi maupun setelah berada dalam perjalanan mencari kebenaran
dari apa yang dimilikinya, dan sampai akhir hayatnya, Al-Ghazali terus berusaha
menulis dan mengarang