Anda di halaman 1dari 9

Tugas Makalah

KHAMAR

disusun untuk memenuhi tugas

mata kuliah Muqaranatul Mazahib Fil Jinayah

oleh:

NAWAL HIDAYATULLAH (200104033)


ASYKARUZ ZAKIY (200104077)
KAIFAL AL-MIZAR (200104087)

PRODI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022
Rumusan masalah

A. Definisi Khamar
B. Sejarah Pengharaman Minuman Khamar
C. Dasar Pengharaman Khamar
D. Macam-Macam Khamar
E. Hukuman Peminum Khamar
A. Definisi Khamar
Dalam islam khamar merupakan minuman yang memabukkan. Khamar (khamr)
berasal dari kata khamara –yakhmuru atau yakhmiru yang secara etimologi berarti tertutup,
terhalang, atau tersembunyi. Sedangkan secara terminologi terdapat perbedaan pendapat
dikalangan ulama fiqh. Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad, khamr
adalah minum minuman yang memabukkan baik minuman tersebut dinamakan khamr
maupun bukan khamr, baik berasal dari perasan anggur maupun berasal dari bahan-bahan
yang lain. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, khamr adalah minuman memabukkan
yang hanya terbuat dari anggur, sedangkan minuman memabukkan lainnya yang mana tidak
terbuat dari anggur bukanlah khamr menurutnya. Al Qur’an sendiri menjelaskan hukum
tentang minuman keras secara gradual, dimulai dengan surat An-Nahl ayat 67 yang
menjelaskan bahwasanya ada rezeki yang baik yang dihasilkan dari buah kurma dan anggur
dan dapat pula menghasilkan minuman yang memabukkan. Kemudian surat Al-Baqarah
ayat 219, yang hanya menjelaskan bahwa khamr itu ada manfaatnya. Kemudian surat An-
Nisa’ ayat 43, yang menjelaskan bahwa meminum minuman keras itu dilarang bagi orang
orang Islam ketika mendekati waktuwaktu shalat, agar saat mereka melaksanakan salat
tidak dalam keadaan mabuk, sehingga dapat merusak shalat dan mengacaukan al-Qur’an
yang dibacanya, yang terakhir surat Al-Maidah ayat 90-91, yang menjelaskan bahwa
meminum minuman keras (khamr) adalah termasuk perbuatan syaitan yang wajib dijauhi
agar tidak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kaum muslimin.

B. Sejarah Pengharaman Minuman Khamar


Minuman beralkohol atau minuman keras telah dikenal sejak manusia memulai untuk
memeras anggur sebagai minuman. Anggur yang terfermentasi menghasilkan kandungan
alkohol. Sementara lebih lanjut lagi manusia mulai mengenal bahan-bahan hasil pertanian
lain yang dapat dijadikan sebagai minuman keras, seperti menggunakan fermentasi gandum,
apel, dan lainnya.
Penjelasan mengenai sejarah minuman keras akan penyusun mulai langsung pada
sejarah pengharaman minuman keras yang diserukan melalui ayat-ayat dalam kitab-kitab
samawi. Mengingat agama samawilah yang pertama kali melarang mengkonsumsi minuman
keras hingga alasan pelarangan tersebut dapat dibuktikan oleh sains sehingga sains pun
menjadikan pelarangan konsumsi minuman keras yang dilakukan oleh agama menjadi
terdukung secara akal rasional hingga membuat orang-orang yang non agamis juga
meninggalkan konsumsi minuman keras.
Pelarangan minuman keras oleh agama samawi menunjukkan bahwa minuman keras
telah dikenal sejak lama hingga sebelum turunnya wahyu pengharaman terhadap minuman
keras. Kitab suci agama samawi yang paling dekat dengan periode turunnya dengan kitab
suci milik Islam adalah Injil. Meski kitab Injil telah dipercaya mengalami perubahan-
perubahan yang dilakukan oleh pengikutnya sendiri. Injil dalam perjanjian baru (new
Testement) tetap mempertahankan ayat yang mengharamkan umatnya minuman keras
kepada umatnya.
Di kala zaman fatrah, yakni zaman terputusnya rasul-rasul (setelahNabi Isa a.s. sudah
tiada lagi di muka bumi) maka zaman fatrah ini berlalu hampir 6 abad penuh. Oleh karena
itu pantaslah sekiranya manusia di waktu itu bergelimangan dalam lembah kebobrokan
moral secara total. Dari generasi ke generasi berikutnya kebejatan moral itu kian memuncak
sampai pada tingkat maksimalnya. Masyarakat amoral yang tak ada bandingnya ialah
bangsa Arab, khususnya mekah dan sekitarnya. Minuman keras sudah menjadi minuman
sehari-hari bagaikan minuman teh bagi kita (kebiasaan di Indonesia). Mereka sangat lihai
membuat minuman keras yang bahannya dari anggur, korma, gandum dan lain sebagainya.
Kemudian Islam muncul sebagai agama yang menyempurnakan kitab-kitab
sebelumnya masih tetap mempertahankan hukum haram dari mengkonsumsi minuman
keras. Islam tidak serta merta mengharamkan minuman keras. Allah dalam firman-Nya
yang pertama kali menyinggung tentang minuman keras, Allah belum secara tegas
mengharamkan minuman keras namun masih berupa sebuah isyarat pengharaman minuman
keras;

 ‫اس َواِ ْث ُمهُ َمٓا اَ ْكبَ ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم ۗا‬


ِ ۖ َّ‫ك ع َِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ۗ ِر قُلْ فِ ْي ِه َمٓا اِ ْث ٌم َكبِ ْي ٌر َّو َمنَافِ ُع لِلن‬
َ َ‫يَ ْسـَٔلُوْ ن‬

“Mereka menanyakan kepadamu tentang minuman keras dan berjudi. Katakanlah, “pada
keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosa keduanya
lebih besar dari pada manfaatnya kedua nya (Q.S al-Baqarah: 219)
Dalam tafsir Ibnu Katsir, diceritakan bahwa sebab turunnya ayat ini adalah karena doa
‘Umar bin al-Khaththab; Imam Ahmad meriwayatkan dari “Umar bin Khaththab, ia
menceritakan bahwa ketika turun ayat pengharaman khamr, ia berdoa: “Ya Allah
terangkanlah kepada kami masalah khamr sejelas- jelasnya.” Maka turunlah ayat di atas.
Kemudian ‘Umar dipanggil dan dibacakan ayat itu kepadanya. Maka ia pun berdoa lagi:
“Ya Allah, Terangkanlah kepada kami mengenai masalah khamr ini sejelas-jelasnya.”
Maka turunlah ayat yang terdapat dalam surat An-Nisaa’:
ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ْق َربُوا الص َّٰلوةَ َواَ ْنتُ ْم ُس َك‬
‫ارى‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan
mabuk.” (QS. An-Nisaa’: 43).
Kemudian ‘Umar dipanggil dan dibacakan ayat tersebut, maka ia pun berdoa pula:
“Ya Allah, terangkanlah kepada kamu mengenai Khamr ini sejelas-jelasnya.” Maka
turunlah ayat yang terdapat dalam surat Al-Maaidah:

َ‫ص َّد ُك ْم ع َْن ِذ ْك ِر هّٰللا ِ َو َع ِن الص َّٰلو ِة فَهَلْ اَ ْنتُ ْم ُّم ْنتَهُوْ ن‬
ُ َ‫ض ۤا َء فِى ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر َوي‬ َ ‫اِنَّ َما ي ُِر ْي ُد ال َّشي ْٰطنُ اَ ْن يُّوْ قِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعد‬
َ ‫َاوةَ َو ْالبَ ْغ‬

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di


antara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi, serta menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan shalat. Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu).”
(QS. Al-Maa-idah: 91)
Lalu ‘Umar dipanggil dan dibacakan ayat tersebut, dan ketika dibacaan itu sampai
pada kalimat: “maka berhentilah kamu (dari melakukan perbuatan itu).” ‘Umar berkata:
“Kami berhenti, kami berhenti.”.

C. Dasar pengharaman Khamar


Islam melarang khamr, karena dianggap sebagai induk keburukan (Ummul
Khaba‟its), merusak akal, jiwa, kesehatan dan harta. Atas dasar ini Hukum Islam berusaha
menjelaskan kepada manusia bahwa meskipun didalam khamr terdapat kebaikan
didalamnya namun tidak sebanding dengan bahaya yang ditimbulkan. Meminum
minuman khamr adalah perbuatan yang dilarang.
Khamr hukumnya haram berdasarkan al-Quran, Sunnah, dan Ijma‟.100 Oleh
sebab itu, sanksi hukumanya juga sangat keras sebab meminum minuman khamr
dinilai sebagai perilaku maksiat karena melanggar apa yang telah Allah SWT larang.
Dalil hukum yang mengatur tentang sanksi hukum peminum khamr diungkapkan oleh Allah
dalam Al-Quran secara bertahap tentang status hukum.
Allah SWT menurunkan tentang ayat penegasan dari keharaman khamr.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 90.103:

َ‫صابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.
Pengharaman khamar juga di sebutkan dalam hadist yang artinya: “Dari Ibnu
„Umar, bahwa Nabi SAW pernah bersabda, “Setiap minuman yang memabukkan itu
khamr, dan setiap minuman yang memabukkan itu haram” (HR. Muslim).

D. Macam-macam Khamar
Meminum khamr dihukum haram karena tergolong dosa besar dan terkeji dalam
pandangan Islam, disebabkan dapat membahayakan bagi perilaku, fisik dan sosial.
Menurut Muhammad bin Al-Hassan, baik banyak maupun sedikit hukumnya haram.
Segala hal yang menutupi atau menghilangkan akal disebut dengan Khamr, baik yang
berasal dari anggur yang dimasak sampai mendidih maupun yang bersal dari korma,
madu, ataupun gandum, bahkan yang berasal dari susu sekalian, atau bahan makanan
apa saja yang memabukkan. Sebagaimana yang telah makanan apa saja yang
memabukkan. Sebagaimana yang telah memabukkan, meskipun sedikit hukumny tetap
haram, sesuatu yang banyaknya memabukkan maka sedikitnya adalah haram.
Ada beberapa macam minumam memabukkan yang berasal dari anggur:
a. Al-Khamr (arak) adalah perasan anggur yang direbus hingga mendidih, sehingga
beraroma keras dan memabukkan.
b. Al-Badziq adalah anggur yang direbus hingga tersisa dua per tiganya lebih
sedikit dan memabukkan.
c. Al-Munashshaf adalah anggur yang direbus hingga tersisa separohnya,
sehingga beraroma keras dan memabukkan,
d. Al-Mutsallast adalah anggur yang direbus hingga tersisa sepertiganya,
sehingga beraroma keras, jika banyak ia memabukkan dan jika sedikit tidak
memabukkan.
Sementara minuman memabukkan yang berasal dari korma ada beberapa:

a. As-Sakar adalah korma basah direndam dalam air sampai rasa manis buahnya
benar-benar hilang lalu beraroma keras dan memabukkan, tanpa direbus
b. Al-Fadhikh adalah korma kering direndam dalam air sampai rasa manis buahnya
benar-benar hilang lalu beraroma keras dan memabukkan.
c. Nabidz adalah korma yang direbus sebentar hingga beraroma keras,
memabukkan jika banyak tetapi tidak memabukkan jika sedikit.
Semua jenis minuman tersebut diharamkan, baik banyak maupun sedikit,
termasuk anggur yang direbus hingga mendidih lalu beraroma keras dan
memabukkan. Campuran korma dan anggur yang disebut Al-Khasysyaf jika
beraroma keras dan memabukkan dan begitu juga dengan nabidz madu, nabidz buah
tin, dan nabidz gandum.

E.Hukuman Bagi Peninum Khamar Menurut 4 Mazhab

1. IMAM SYAFI'I

Menurut Imam Asy-Syafi‟i, beliau berpendapat bahwa hukuman had bagi orang
meminum khamr dihukum dengan hukuman cambuk sebanyak 40 kali dan ini hanya batas
minimal saja dan maksimalnya adalah 80 kali cambukan,jadi lebih dari 40 ialah ta'zir
bagi imam syafi’i.

2. IMAM MALIKI, HANAFI DAN HAMBALI

Adapun hukuman bagi peminum khamr menurut para Madzhab diatas adalah dicambuk
sebanyak 80 kali. Kemudian di dalam mengeluarkan hukum terkait hukuman bagi peminum
khamr didasarkan pada qoul sahabat, dalam hal ini adalah pendapat Umar bin Khattab dan
Ali bin Abi Thalib yang pada saat itu di masa kekhalifahan Umar bin Khattab juga menjadi
sebuah ijma’ dari para sahabat, dimana ketetapan hukuman had peminum khamr sebanyak 80
kali jilid berdasarkan kesepakatan ulama’ dimasa Umar ibn Khatab.

Al-qur’an tidak menegaskan hukuman pasti bagi peminum khamr, oleh karena itu
hukuman jilid bagi peminum minuman keras sangatlah subjektif. Semua ulama fiqih
sepakat bahwa meminum minuman keras merupakan jarimah yang hukumannya adalah
had. Rasulullah melaksanakan hukuman jilid berdasarkan banyak dan sedikitnya
seseorang mabuk atau meminum minuman keras, adapaun batasannya beliau tidak
pernah melebihi dari 40 kali cambukan. Sampai datanglah masa Abu Bakar
mencambuk peminum minuman keras sebanyak 40 kali cambukan, setelah sebelumnya
menanyakan kepada sahabat Rasul, berapa kali Rasul melaksanakan hukuman cambuk
bagi peminum minuman keras.
Ketika datang masa Umar bin Khatab, masyarakat waktu itu sangat gemar meminum
minuman keras. Maka umar bermusyawarah dengan para sahabat, akhirnya menerima usulan
dari Abdurhman bin Auf yaitu 80 kali cambukan dengan alasan bahwa ukuran paling
sedikit dari had adalah 80 kali cambukan, dan kemudian Umar menyebarkannya kepada
Khalid ibnu Walid dan Abu Ubadah di Syam. Imam Taqiyudin dalam kitab Kifayatul Ahyar
terkait alasan bahwa hukuman had bagi peminum minuman keras wajib dilaksanakan
karena meminum minuan keras merupakan dosa besar yaitu penyebab hilangnya akal,maka
ketentuan tersebut telah menjadi suatu kemadaratan yang berlaku diseluruh kepercayaan.
Khamr yang merupakan induk dari segala macam dosa, memiliki mudharat yang
luar biasa bagi kehidupan manusia. Bersumber dari khamr muncul berbagai macam dosa
yang dapat membahayakan jiwa, tubuh, akal, dan harta benda. Prespektif Ushul Fiqh
menjaga akal dan jiwa termasuk didalam wilayah Dharuriyyatul Khams yang harus
dipelihara karena menjadi inti tujuan disyariatkannya pengharaman khamr. Dalam Islam
terdapat teori yang bernama maqasid al-syari‟ah yang berarti tujuan disyariatkannya hukum
Islam, secara umum terdapat lima poin maqasid al-syariah maksud dan tujuan syari‟at :
a. Hifz al-din (menjaga dan memelihara agama)
b. Hifz al-nafs (menjaga dan memelihara jiwa)
c. Hifz al-aql ( menjaga dan memelihara akal)
d. Hifz al-nasl (menjaga dan memelihara keturunan)
e. Hifz al-mal (menjaga dan memelihara harta)
Islam mengambil sikap tegas terhadap segala bentuk tindakan yang dapat mengurangi
prinsip pemuliaan dan merusak atau melemahkan kemuliaan manusia. Mensyariatkan
hukum adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghindari
mafsadat, baik di dunia maupun di akhirat.
DAFTAR PUSAKA

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2005.
Abdul Qodir Audah, at-Tasyri al-Jina‟a al-Islamy, terj. Tim Tsaliyah, Bogor: PT. Kharisma
Ilmu.
H.A Djazuli, Fiqh Jinayah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Muhammad fuad abdul baqi, Al-lu‟lu wal marjan, jakarta:pustaka as-sunnah, 2008.
Taqiyudin Abi Bakar bin Muhammad al Husaini, Kifayatul ahyar fi Hali Goyatul Ihtishor,
jilid 2, Damaskus: Darul Khoir, 1994.
http://pm.unida.gontor.ac.id/makna-khamar-dalam-fiqih-islam/

Anda mungkin juga menyukai