Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PEMBAHASAN

A. Hukum Minum Khamer




:






1108. Anas r.a. berkata: Nabi saw. telah melaksanakan hukum jalad (dera dengan
pelepah pohon kurma dari sandal), dan Abubakar telah mendera empat puluh
kali (yakni pada orang yang mabuk karena minum khamer). (Bukhari, Muslim).1
Mufrodat

khamer

Hukum jalad



Empat puluh

Penjelasan
Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud
hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah
dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)," (Al-
Maadiah: 90-91).
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa minum khamr semasa di dunia dan belum sempat bertaubat maka
diharamkan untuknya minum di akhirat kelak," (HR Bukhari [5575] dan Muslim
[2003]).
Dalam riwayat lain tercantum, "Setiap yang memabukkan itu khamr dan
setiap yang memabukkan itu haram. Barangsiapa minum khamr di dunia

1
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lulu Wal Marjan, Bina Ilmu, 1979. Bab Hukum
Minum Khamer, no. 1108

1
kemudian meninggal sementara ia pecandu khamr serta tidak bertaubat maka ia
tidak akan meminumnya nanti di akhirat," (HR Muslim [2003]).
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a, bahwasanya seorang lelaki
datang dari Jaisyan (negeri Yaman) lalu ia bertanya kepada Nabi saw. tentang
hukum minuman dari jagung yang sering mereka minum di negeri mereka.
Minuman tersebut bernama mirz. Lalu Nabi saw. bertanya, "Apakah minuman itu
memabukkan?" Lelaki itu menjawab, "Benar." Lalu Rasulullah saw. bersabda,
"Setiap yang memabukkan itu haram hukumnya dan sesungguhnya Allah SWT
telah berjanji bahwa orang yang minum minuman memabukkan akan diberi
minuman thinah al-khahal." Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang
dimaksud dengan thinah al-khahal?" Beliau menjawab, "Keringat penghuni
neraka atau air kotoran penghuni neraka," (HR Muslim [2002]).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, ia berkata, "Rasulullah saw.
bersabda, 'Barangsiapa minum khamr, maka Allah tidak akan menerima
shalatnya selama empat puluh hari. Namun jika ia bertaubat maka Allah akan
menerima taubatnya. Apabila mengulanginya kembali maka Allah tidak akan
menerima shalatnya selama empat puluh hari. Jika ia kembali bertaubat maka
Allah akan menerima taubatnya. Apabila mengulanginya kembali maka Allah
tidak akan menerima shalatnya selama empat puluh hari. Jika ia kembali
bertaubat maka Allah akan menerima taubatnya. Apabila untuk yang keempat
kalinya ia ulangi lagi maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama empat
puluh hari dan jika ia bertaubat Allah tidak akan menerima lagi taubatnya dan
akan memberinya minuman dari sungai al-khahal'." Ditanyakan, "Wahai Abu
Abdurrahman apa yang dimaksud dengan sungai al-khahal?" Ia menjawab,
"Sungai yang berasal dari nanah penghuni neraka," (Shahih, HR at-Tirmidzi
[1862]).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata, aku pernah mendengar
Rasulullah saw. bersabda, "Jibril mendatangiku dan berkata, 'Ya Muhammad,
sesungguhnya Allah SWT melaknat khamr, orang yang memerasnya, yang
meminta peras, peminumnya, pembawanya, orang yang menerimanya,

2
penjualnya, pembelinya, yang memberi minum dan yang diberi minum'," (Shahih
lighairihi, HR Ahmad [I/316] dan Ibnu Hibban [5356]).
Masih diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda, "Apabila pecandu khamr meninggal maka akan menemui Allah seperti
penyembelih berhala," (Shahih, lihat kitab ash-Shahihah [677]).
Masih diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda, "Khamr itu adalah induk dari segala kekejian dan dosa besar yang
terbesar. Barangsiapa yang meminumnya berarti ia telah berbuat zina terhadap
ibu dan bibinya," (Hasan, lihat dalam kitab ash-Shahihah [1853]).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr r.a, ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda, "Khamr itu induk segala kotoran, barangsiapa yang meminumnya
Allah tidak akan menerima shalatnya selama empat puluh hari dan apabila ia
meninggal sementara di dalam perutnya terdapat khamr berarti ia mati
jahiliyyah," (Hasan, lihat dalam kitab ash-Shahihah [1854]).
Diriwayatkan dari Abu Darda' r.a, ia berkata, "Kekasihku telah berwasiat
kepadaku, 'Jangan kamu minum khamr sebab khamr adalah kunci dari segala
keburukan," (Shahih, HR Ibnu Majah [3371]).
Hadits yang berkaitan dengan bab ini sangat banyak dan sampai pada
deraja mutawatir.

Kandungan Bab:
1. Pengharaman keras terhadap khamr. Yang demikian itu berdasarkan al-
Qur'an, Sunnah, ijma' dan termasuk hal-hal yang diketahui dalam agama
Islam secara pasti.
2. Sebagian orang yang sekarang yang tidak memiliki ilmu berusaha untuk
memutar balikkan ayat al-Qur'an yang mengharamkan khamr, sementara
pengharaman yang ada dalam al-Qur'an dapat ditinjau dari beberapa sisi:
a. Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Baari (X/31) menukil,
Abu al-Laits as-Samarqandi berkata, "Ketika ayat tentang khamr turun
menyatakan, bahwa khamr itu najis termasuk perbuatan syaitan dan
diperintahkan untuk menjauhinya, memiliki makna yang sama dengan

3
firman Allah, 'Maka jauhilah olehmu berhala-berhala najis itu'," (Al-
Hajj: 30]).
Abu Ja'far an-Nuhaisi menyebutkan bahwasanya sebagian mereka
mengharamkan khamr berdalil dengan firman Allah SWT,
"Katakanlah, 'Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji,
baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa,
melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar'," (Al-A'raf: 33).
Dan Allah juga berfirman tentang khamr dan judi, "Di dalamnya
terdapat dosa besar dan manfaat bagi manusia," (Al-Baqarah: 219]).
Ketika Allah mengabarkan bahwa di dalam khamr itu terdapat dosa
besar lalu dijelaskan lagi dengan pengharaman dosa tersebut maka
jelaslah bahwa hukum khamr itu haram.
Ia berkata, "Adapun orang yang berpendapat bahwa penamaan khamr
dengan kata dosa tidak kami dapati asalnya dari hadits, bahasa Arab
dan tidak juga dari perkataan sya'ir, 'Ku minum khamr hingga akalku
hilang, demikian juga dosa dapat membuat akal hilang'."
Sesungguhnya dia menggunakan kata "itsm" sebagai ganti kata khamr
secara kiasan yang artinya bahwa khamr itu bisa menimbulkan
perbuatan dosa.
b. Syaikh Muhammad Rasyid Ridha telah membahas masalah ini dengan
pembahasan yang bagus dalam kitab Tafsiir al-Manaar (VII/63). Ia
berkata, "Kami akan jelaskan penguat-penguat yang lebih jelas
daripada apa yang telah mereka jelaskan. Kami katakan:
Pertama: Bahwasanya Allah mengatakan khamr dan judi itu adalah
najis. Dalam kata najis sendiri menunjukkan sesuatu yang paling buruk
dan kotor. Oleh karena itu, kata ini disebutkan juga untuk berhala yang
merupakan makna dari kata kotor.
Sebagaimana yang diketahui dari beberapa ayat, bahwa Allah telah
menghalalkan benda-benda yang baik dan mengharamkan yang kotor.
Dan Nabi saw. sendiri telah bersabda, 'Khamr itu induk dari segala
kotoran.'

4
Beliau juga bersabda, 'Khamr itu adalah induk dari segala kekejian
dan dosa besar yang terbesar. Barangsiapa yang meminumnya berarti
ia telah menzinahi ibu dan bibinya.'
Kedua: Kata "Innama" di awal kalimat yang berarti "hanyalah",
menunjukkan celaan yang keras terhadap khamr. Seakan-akan beliau
bersabda, 'Tidaklah khamr dan judi itu melainkan najis yang tidak
mengandung kebaikan sedikitpun'.
Ketiga: Penyebutan khamr dan judi disertakan dengan kata anshab
(berkurban untuk berhala) dan azlam (mengundi nasib dengan anak
panah) yang merupakan perbuatan penyembah berhala dan kesyirikan,
khurafat. Oleh karena itu, dalam menafsirkan ayat ini para ahli tafsir
mencantumkan hadits, 'Apabila pecandu khamr meninggal maka ia
akan menemui Allah seperti penyembah berhala.'
Keempat: Allah menetapkan perbuatan minum khamr dan judi
termasu salah satu perbuatan syaitan, sebab dapat menimbulkan
berbagai kejahatan dan perbuatan yang melampui batas. Bukankah
perbuatan syaitan merupakan penyebab kemarahan Dzat Yang
Mahapengasih?
Kelima: Allah menyebutkan perintah untuk meninggalkan khamr dan
judi dengan kata al-ijtinaab (jauhi) yang merupakan kata perintah
terkeras. Sebab kata ini mengandung makna meninggalkan sekaligus
menjauhkan diri dari benda tersebut. Dengan demikian orang-orang
yang meninggalkannya berada di satu sisi yang letaknya jauh dari
benda yang ditinggalkan. Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa al-
Qur'an tidak menggunakan kata ijtinaab kecuali untuk perkara syirik,
segala sesuatu yang disembah selain Allah dan ridha dengan
penyembahan itu yang mencakup perbuatan syirik, penyembahan
berhala dan seluruh perbuatan melanggar batas, meninggalkan semua
dosa-dosa besar dan perkataan dusta yang merupakan dosa-dosa besar.
Allah SWT berfirman, "Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang
najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta," (Al-Hajj: 30).

5
"Dan jauhkanlah thaghut itu," (An-Nahl: 36).
Demikian juga seperti firman Allah, "Dan orang-orang yang menjauhi
thaghut yaitu tidak menyembahnya," (Az-Zumar: 17).
Dan Allah juga berfirman, "Yaitu orang yang menjauhi dosa-dosa
besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan kecil," (An-Njam:
3]).
Keenam: Allah menetapkan bahwa dengan menjauhi khamr dan judi
akan membawanya kepada keselamatan dan kesuksesan. Berarti bagi
yang melaksanakannya dapat menyebabkan kerugian dan kegagalan di
dunia dan akhirat.
Ketujuh dan Kedelapan: Allah menjadikan khamr dan judi sebagai
sumber permusuhan dan kebencian yang merupakan pokok kerusakan
dunia terjelek yang menjurus ke berbagai pelanggaran hukum yang
berkaitan dengan harta, kehormatan dan jiwa. Oleh karena itula khamr
dinamakan dengan penghalang shalat.
Kesebelas: Perintah untuk menghentikan keduanya dalam bentuk
pertanyaan dan disertai huruf fa' sababiyyah. Dan apakah benar
pemisahan antara sebab dan musabab? Pada ayat berikutnya terdapat
tiga penegas lainnya yang akan kita cantumkan satu persatu dengan
penegas sebelumnya.
Kedua belas: Firman Allah, "Dan taatilah Allah dan taatilah Rasul..."
(Al-Maadiah: 92).
Artinya taatilah Allah Ta'ala yang telah memerinahkan kamu untuk
menjauhi khamr, judi dan lain-lain sebagaimana kamu menjauhi
anshab dan azlam atau lebih menjauhinya dari segala sesuatu. Dan
taatilah Rasul yang telah menjelaskan kepadamu apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu. Diantaranya sabda belialu, "Setiap yagn
memabukkan itu khamr dan setiap yang memabukkan itu haram."
Ketiga belas, "Firman Allah, "Dan berhati-hatilah..." (Al-Maaidah:
92).

6
Yakni berhati-hatilah jangan sampai mendurhakai Allah dan Rasul-
Nya. Atau berhati-hati terhadap fitnah dunia dan siksa akhirat yang
akan menimpa kalian jika kalian menyelisihi perintah Allah dan Rasul-
Nya. Karena sesungguhnya tidak diharamkan bagi kalian kecuali apa
yang akan membahayakan kalian baik di dunia dan akhirat kalian.
Firman Allah, "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang
pedih," (An-Nuur: 63).
Keempat belas: Peringatan dan ancaman. Allah berfirman, "Jika kamu
berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul
Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang," (Al-
Maaidah: 92).
Yakni jika kalian berpaling dan enggan untuk taat maka ketahuilah
bahwasanya kewajiban Rasul Kami hanyalah menjelaskan agama dan
syari'at Kami kepada kalian. Dan ia telah menyampaikan dan
menjelaskannya kepada kalian dan menjelaskan hikmah hukum-
hukumnya. Adapun tugas Kami menghisab amalan dan memberi
siksaan yang nantinya akan kalian saksikan sendiri, sebagiamana Allah
berfirman juga, "Tugasmu hanya menyampaikan dan Kami bertugas
untuk menghukum," (Ar-Ra'd: 40).
Dan sesungguhnya perhitungan amal itu bertujuan untuk pemberian
balasan.
Tidak ada sesuatu pun yang diharamkan dalam al-Qur'an yang
ditegaskan dengan berbagai penegas seperti ini atau yang mirip seperti
ini. Hikmahnya adalah karena minum khamr dan judi dapat
menimbulkan fitnah yang sangat besar di tengah masyarakat, dan
untuk menghindari takwil yang mereka lakukan terhadap hukum-
hukum agama yang menyelisihi hawa nafsu mereka kepada makna-
makna lain. Dan juga sebagaimana yang dilakukan kaum muslimin
yang fasik yang menghalalkan beberapa jenis khamr dan memakannya
dengan nama lain. Mereka katakan, ini minuman dari kurma, atau

7
minuman ini tidak memabukkan kecuali diminum banyak, si fulan dan
si fulan mengatakan halal jika ukurannya tidak memabukkan. Mereka
katakan ucapan ini terhadap minuman khamr. Padahal apabila mereka
minum, pasti minuman itu akan membuat mereka mabuk.
Bahkan ada orang yang melampui batas kefasikannya nekat
mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut tidak menunjukkan keharaman
khamr sebab Allah berfirman, "Jauhilah!" Allah tidak mengatakan Aku
telah mengharamkannya maka tinggalkanlah. Allah berfirman,
"Apakah kalian berhenti?" Allah tidak mengatakan berhentilah
meminumnya. Sebagian ada yang mengatakan, "Allah menanyakan,
apakah kalian mau berhenti?" Kami menjawab, "Tidak." Kemudian
ALlah diam maka kami pun ikut diam."
Benarlah apa yang disebutkan ayat tentang mereka, "Mereka membuat
agamamu jadi buah ejekan dan permainan..." (Al-Maaidah: 57).
Mungkin juga dapat dikatakan, "Sesungguhnya bermain-main seperti
ini tidak akan dilakukan oleh orang yang memiliki keimanan yang
shahih. Wal'iyaa-dzubillah Ta'ala.
3. Khamr merupakan induk segala kekejian dan kotoran yang dapat
menimbulkan berbagai kemaksiatan, kehancuran dan dosa besar yang
membinasakan. Seperti pembunuhan, perampokan dan melanggar
kehormatan yang semuanya itu merupakan kunci segala kejahatan. 'Iyadz
billah.
4. Pengharaman segala bentuk muamalah yang berkaitan dengan khamr, baik
yang meminum, membawa, menjual, menghadiahkan, atau menjadikannya
obat, mereka semua mendapat laknat melalui lisan Muhammad saw.
5. Hadits-hadits yang menjelaskan bahwa peminum khamr seperti
penyembah Laata, Uzza dan pecandunya seperti penyembah berhala,
ditujukan kepada orang-orang yang menghalalkannya, dan berkeyakinan
khamr itu halal.
Ibnu Hibban berkata dalam kitab Shahihnya (XII/167), "Sepertinya makna
hadits tersebut ialah, barangsiapa menemui Allah sementara ia pecandu

8
khamr dan menghalalkannya berarti ia menemui-Nya sebagaimana
penyembah berhala karena posisinya sama-sama kafir."
Saya katakan, "Dan ini berlaku dalam ushul ahli sunnah dan hadits dari
kalangan salafus shalih bahwa mereka tidak mengkafirkan pelaku maksiat
kecuali jika ia menghalalkan perbuatan tersebut. Kepada makna inilah
dibawa hadits Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,
'Tidaklah seorang pezina itu dikatakan mukmin ketika ia sedang berzina,
tidak seorang peminum khamr dikatakan mukmin ketika ia sedang minum
khamr dan tidaklah pencui itu dikatakan mukmin ketika ia sedang
mencuri," (HR Bukhari [2475]).
Masalah ini telah saya bahas secara terperinci pada mukaddimah kitab
Tahdzir Ahlil Iman 'Anil Bighairi Maa Anzalar Rahmaan halaman 22-52
bagi yang berminat silahkan lihat.2

B. Kadar Banyak Pukulan Tazir


:


:







1110. Abu Burdah r.a. hcikaia: Adanya Nabi saw. bersabda: Tidak boleh
dipukul lebih dari sepuluh kau kecuali dalam had yang telah ditentukan hukum
had oleh Allah ta'ala. (Bukhari, Muslim).3
Mufrodat


Tidak boleh
dipukul
Had

Lebih

Hukum had

Sepuluh

Penjelasan

2
Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-
Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-
Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 3/172-182.
3
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lulu Wal Marjan, Bina Ilmu, 1979. Bab Kadar
Banyak Pukulan Tazir, no. 1110

9
a. Untuk selain dosa-dosa yang sudah ditentukan pukulan 40, 80 dan 100, tidak
boleh dihukum pukul lebih dari 10 dera (tazir).
b. Ini berarti hukuman yang tidak lebih dari 10 dera itu di serahkan kepada
pertimbangan hakim.
c. Orang yang dikenakan hukum oleh hakim muslim sebanyak 10 kali cambuk
berdasarkan hadis di atas dapat dimasukkan dalam hukuman ringan yang
disebut dengan hukum tazir. Hukuman tazir ini dapat dilakukan menurut
keputusan hakim muslim misalnya karena mengejek orang lain, menghina
orang, menipu dan sebagainya. Dengan demikian hukuman tazir ini
keadaannya lebih ringan dari 40 kali dera yang memang sudah ada dasarnya
dari Nabi terhadap mereka yang minum minuman keras. Berarti dibawah 40
kali cambuk itu dinyatakan sebagai hukuman tazir (yaitu dipukul yang keras).
Jadi orang yang melakukan peerbuatan-perbuatan yang melanggar hukum
syariat yang telah jelas hukumannya misalnya gadis yang berzina dengan
lelaki (yaitu dicambuk 100 kali), peminum minuman keras (sebanyak 40 kali)
dan lainnya adalah termasuk melakukan pelanggaran syariat yang disebut
dengan hudud (Hukum Allah). Adapun yang lebih ringan disebut tazir yang
dilakukan menurut pertimbangan hakim muslim.4
d. Yang dimaksud had disini adalah had atas perbuatan maksiat, bukan hukum
yang telah ditetapkan dalam syariah. Akan tetapi, yang dimaksud disini adalah
semua bentuk perbuatan yang diharamkan. Semua hudud Allah adalah haram,
maka pelakunya harus ditazir sesuai dengan kadar pertimbangan maslahat
dan kemaksiatan yang dilakukannya.5
C. Menjalani Hukum Had itu Sebagai Penebus Dosa orang yang Berbuat





:

:








4
Hussein Khallid Bahreisj, Himpunan Hadits Shahih Muslim, Surabaya : Al-Ikhlas, 1987,
Hal. 241-242
5
Saleh al-fauzan, Terjemah Al-mulakhkhasul fiqh. Terj. Ahmad Ikhwani,dkk, Jakarta :
Gema Insani, 2005, Hal. 847

10














1111. Ubadah bin Asshamn r.a. telah mengikuti perang Badr, juga seorang
pimpinan sahabat Anshar pada malam aqabah, ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda kepada sahabat yang mengelilinginya: Berbai atlah kalian kepadaku
uniuk tidak mempersekutukan Allah dengan suatu apa pun, dan tidak mencuri,
tidak berzina, tidak membunuh anak, tidak mengadakan tuduhan dusta yang di
depan tangan aiau di bawah kaki, dan jangan berbuat ma siat (melanggar)
perintah kebaikan, maka siapa yang menepati semua itu pahalanya dijamin oleh
Allah, dan siapa yang melanggar salah saiu lalu disiksa (dihukum) di dunia maka
itu menjadi penebus dosanya, dan siapa yang melanggar sesuatu dan itu lalu
ditutupi oleh Allah, maka itu terserah kepada Allah untuk mengampuni atau
menyiksanya. Maka kami berbai'at atas semua itu. (Bukhari, Muslim)6

Penjelasan
Dari sekian banyak orang yang berbuat dosa, ada juga orang yang
kemudian menyadari kesalahannya, lalu ingin membenahi diri. Mungkin ada yang
merasa dosanya sedikit, tetapi mungkin juga ada yang sepertinya sampai berputus
asa karena merasa dosanya sangatlah besar, termasuk yang merasa telah masuk ke
ranah syirik. Apalagi jika juga ada yang mempertakutinya dengan menyebutkan
bahwa syirik adalah perbuatan dosa yang tak berampun. 7
Katakanlah: hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat allah; sesungguhnya allah itu
mengampuni semua dosa-dosa. Sesungguhnya dialah yang maha pengampun lagi
maha penyayang. (Surah az-Zumar [39] ayat 53)

6
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lulu Wal Marjan, Bina Ilmu, 1979. Bab Menjalani
hokum had itu sebagai penebus dosa orang yang berbuat, no. 1111
7
http://tauhid.wordpress.com/2012/03/24/memilih-hukuman-di-dunia-sebagai-penebus-
dosa/

11
Mereka itu memang tidak sedikit yang perlu dituntun bagaimana cara
membersihkan diri dari dosa itu, bagaimana cara bertaubat. Kalau dosanya hanya
terkait dengan Allah, itu mudah saja. Betapapun besarnya dosa yang telah
diperbuat seseorang, asalkan belum terlambat maka begitu dia memohon ampun
pasti akan dimaafkan; walaupun dosanya setinggi langit.
Lain halnya jika dosanya itu terkait dengan hak orang, maka permaafan
Allah Yang Maha Adil hanya akan diberikan setelah terselesaikan urusan orang itu
dengan orang yang disalahinya. Oleh karena itulah orang yang tidak mau
membayar hutangnya walau sepeser, tidaklah dia dapat langsung masuk surga
seandainya dia mati berjihad. Sampai-sampai seseorang tidak diizinkan untuk
berangkat perang ke medan jihad kalaulah dia masih punya hutang; Rasulullah
pun tidak mau menshalati jenazah orang yang masih punya hutang. Mencuri
ataupun korupsi dosanya tidaklah akan diampuni Allah SwT selama urusannya di
dunia ini belum terselesaikan, mengembalikan curiannya. Urusan ini tak boleh
ditunda-tunda, nanti keburu mati atau kena azab malapetaka, hilang kesempatan.
Dan kembalilah kamu kepada tuhanmu, dan berserah dirilah kepadanya sebelum
datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (Surah az-
Zumar [39] ayat 54)
Dan Ikutilah Sebaik-Baik Apa Yang Telah Diturunkan Kepadamu Dari Tuhanmu
Sebelum Datang Azab Kepadamu Dengan Tiba-Tiba, Sedang Kamu Tidak
Menyadarinya. (Surah az-Zumar [39] ayat 55)
Orang seharusnyalah juga menyadari bahwa seberat-berat hukuman di
dunia, itu masih jauh lebih ringan daripada hukuman yang teringan di akhirat
nanti. Apalagi jika diingat bahwa mungkin orang merasa yakin akan selamat
dari hukuman di dunia karena kelemahan para penegak hukum, ataupun juga
karena kepandaiannya memilih saksi, namun dia tak akan dapat luput hukuman
dalam pengadilan Allah; dia tak akan selamat dari kepedihan siksa yang beratnya
sepadan dengan dosanya, sebagai hukuman Allah. Mengakui kesalahannya lalu
menjalani hukumannya itu benar-benar dapat menebus dosa. Wanita yang
mengakui dosanya berzina, yang akhirnya dirajam, diampuni dosanya; Rasulullah
pun mau menshalati jenazahnya. Begitu pulalah untuk pencuri yang dipotong

12
tangannya lalu bertaubat, disebutkan bahwa dia nanti akan ditarik ke sorga oleh
potongan tangannya itu.
Rasulullah SAW menegaskan hal ini antara lain dalam sabdanya:
<Siapa saja dari hamba Allah yang melakukan sesuatu yang Allah melarangnya,
kemudian atas kesalahannya itu dia menjalani hukumannya, maka hukumannya
itu menghapus dosanya itu.> (HSR al-Hakim dari Huzaimah binti Tsabit).

13
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lulu Wal Marjan, Bina Ilmu, 1979.

Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-
Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-
Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006)

Hussein Khallid Bahreisj, Himpunan Hadits Shahih Muslim, Surabaya : Al-Ikhlas,


1987

Saleh al-fauzan, Terjemah Al-mulakhkhasul fiqh. Terj. Ahmad Ikhwani,dkk,


Jakarta : Gema Insani, 2005

http://tauhid.wordpress.com/2012/03/24/memilih-hukuman-di-dunia-sebagai-
penebus-dosa/

14

Anda mungkin juga menyukai