Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Tentang Mata Pelajaran Akidah Akhlak

1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Mata pelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti

pelajaran yang harus diajarkan (dipelajari) untuk sekolah dasar atau sekolah

lanjutan.13 Menurut George A. Beaucham, mata pelajaran adalah salah satu

dokumen tertulis yang diajakan kepada peserta didik melalui berbagai mata

pelajaran pilihan disiplin ilmu, dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-

hari.14 Mata pelajaran merupakan bagian dari susunan kurikulum yang harus

ditempuh untuk menyelesaikan suatu program pendidikan.15 Salah satu mata

pelajaran yang merupakan bagian dari susunan kurikulum pendidikan adalah

mata pelajaran Akidah Akhlak. Mata pelajaran Akidah Akhlak terdiri dari 2

fan ilmu yaitu ilmu aqidah dan ilmu akhlak.

Mata pelajaran Akidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ada di Madrasah dibawah naungan

Kementerian Agama. Salah satunya yaitu Madrasah Aliyah. Mata pelajaran

Akidah Akhlak diharapkan dapat membentuk sikap hidup atau kepribadian

hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan

13
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Pengertian Mata Pelajaran” http://www.kbbi.kata.web.id/,
(diakses pada 08 Januari 2020 pukul 15.15).
14
Dosen Pendidikan, “Pengertian Mata Pelajaran” http://www.dosenpendidikan.co.id/, (diakses
pada 30 Agustus 2020 pukul 17.12).
15
Muhammad Ridho Aidilsyah, “Kumpulan Definisi Kurikulum Secara Etimologi dan
Epistemologi”, http://ridhoaidilsy.blogs.uny.ac.id/, ( diakses pada 08 Januari 2020 pukul 15.20).
13
14

manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia

dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan

kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik,

ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek,

olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah dan akhlak yang

kokoh.

Mata pelajaran Akidah Akhlak juga memuat materi bagaimana seseorang

bisa memiliki sifat disiplin dalam hidupnya. Bila seseorang memiliki akidah

dan akhlak yang kuat, maka orang tersebut akan memiliki disiplin yang kuat.

Karena, disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

dipercaya merupakan tanggung jawabnya.16 Seperti halnya seseorang dalam

menyikapi ibadah, umpanya shalat, bilamana orang tersebut memiliki akidah

dan akhlak yang kuat, maka orang tersebut akan disiplin dalam shalat.

Karena, shalat merupakan perintah dari Allah swt yang diwajibkan sesuai

dengan waktunya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT :

١٠٣ : ‫ني كِتَاباً َّموقُوتاً ﴿ النساء‬ِِ َّ ‫﴾إِ َّن‬


ْ َ ‫ت َعلَى ٱلْ ُم ْؤمن‬
ْ َ‫ٱلصالََة َكان‬

Artinya : “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan

waktu-waktu pelaksanaannya bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. An-

Nisa/4:103).17

16
Wikipedia, “Pengertian disiplin”, https://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin (diakses pada 17
Februari 2020, pukul 13:29).
17
Ibid, h. 154.
15

2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah

meliputi beberapa aspek, yaitu:

a. Aspek akidah, yang meliputi:

1) Prinsip-prinsip akidah & metode peningkatannya.

2) Al-asma’ al-husna.

3) Konsep Tauhid dalam Islam, syirik dan implikasinya dalam

kehidupan.

4) Pengertian dan fungsi ilmu kalam serta hubungannya dengan ilmu-

ilmu lainnya, dan aliran-aliran dalam ilmu kalam (klasik dan

modern). 18

b. Aspek akhlak terpuji yang meliputi:

1) Masalah akhlak yang meliputi pengertian akhlak, induk-induk

akhlak terpuji.

2) Metode peningkatan kualitas akhlak.

3) Macam-macam akhlak terpuji seperti husnuzh-zhan, taubat, akhlak

dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu.

4) Adil.

5) Rida.

6) Amal.

7) Salih.

8) Persatuan dan kerukunan.


18
Kementrian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas X Pendekatan
Saintifik Kurtilas, (Jakarta: Kemenag RI, 2014), h. xiii.
16

9) Akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.


19
10) Pengenalan tentang tasawuf.

c. Aspek akhlak tercela yang meliputi:

1) Riya.

2) Aniaya dan diskriminasi.

3) Perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina,

mencuri, mengkonsumsi narkoba).

4) Israaf.

5) Tabdzir.

6) Fitnah.

d. Aspek adab yang meliputi:

1) Adab kepada orang tua dan guru.

2) Adab membesuk orang sakit.

3) Adab berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu,

melakukan takziyah.

4) Adab bergaul dengan orang yang sebaya, yang lebih tua yang lebih

muda dan lawan jenis.

5) Adab membaca Al-Qur’an dan berdoa.

e. Aspek Kisah yang meliputi:

1) Kisah kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS.

2) Ulul Azmi.

3) Kisah Shahabat:
19
Kementrian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas XI Pendekatan
Saintifik Kurtilas, (Jakarta: Kemenag RI, 2014), h. xiv.
17

a) Fatimatuzzahrah.

b) Abdurrahman bin Auf.

c) Abu Dzar al-Ghifari.

d) Uwes al-Qarni.

e) Al-Ghazali.

f) Ibn Sina.

g) Ibn Rusyd dan Iqbal.20

3. Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Al Amin adalah salah

satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan

dari mata pelajaran Akidah Akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di

Madrasah Tsanawiyah. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara

mempelajari dan memperdalam mata pelajaran Akidah Akhlak sebagai

persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup

bermasyarakat dan/atau memasuki lapangan kerja.

Pada aspek akidah ditekankan pada pemahaman dan pengamalan prinsip-

prinsip akidah Islam, metode peningkatan kualitas akidah, wawasan tentang

aliran-aliran dalam akidah Islam sebagai landasan dalam pengamalan iman

yang inklusif dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang , konsep

Tauhid dalam Islam serta perbuatan syirik dan implikasinya dalam

kehidupan. Aspek akhlak, di samping berupa pembiasaan dalam menjalankan

akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela sesuai dengan tingkat

Kementrian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas XII
20

Pendekatan Saintifik Kurtilas, (Jakarta: Kemenag RI, 2014), h. vi.


18

perkembangan peserta didik, juga mulai diperkenalkan tasawuf dan metode

peningkatan kualitas akhlak.

Secara substansial mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah

memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk

mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk

melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan

sehari-hari. Al-Akhlakul karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan

dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan

berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era

globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara

Indonesia.

4. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Setiap pengembangan dan penyempurnaan sebuah kurikulum pada

dasarnya berpedoman pada sasaran, tujuan, dan program pendidikan yang

objektif. Sasaran kurikulum 2013 dituangkan dalam Standar Kompetensi

Lulusan (SKL).

Tujuan kurikulum 2013 dituangkan dalam Standar Isi yang merupakan

turunan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang terdiri dari

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).21

21
Among Guru, “Keterkaitan SKL, KI, KD, dan Silabus dalam Kurikulum 2013”,
https://www.amongguru.com/keterkaitan-skl-ki-kd-dan-silabus-dalam-kurikulum-2013/ . (diakses
pada 11 Juni 2020 pukul 13.47).
19

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.22

Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam

menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

Secara spesifik, fungsi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk

masing-masing satuan pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan

meletakkan dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut.

b. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum

bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut.

c. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan

untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut.

Ruang Lingkup Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai berikut.

a) Standar kompestensi lulusan (SKL) satuan pendidikan.

b) Standar kompetensi lulusan (SKL) kelompok mata pelajaran.

22
Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
20

c) Standar kompetensi lulusan (SKL) mata pelajaran.23

5. Kompetensi Inti Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Kompetensi Inti (KI) adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar

Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki peserta didik pada setiap tingkat

kelas atau program yang menjadi landasan Pengembangan Kompetensi

Dasar.24

Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam

bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang dinyatakan telah

menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.25

Kompetensi Inti mencakup empat dimensi yang mencerminkan :

a. sikap spiritual;

b. sikap sosial;

c. pengetahuan;

d. keterampilan.

Keempat dimensi tersebut dirancang sebagai pengintegrasi muatan

pembelajaran, mata pelajaran, atau program dalam mencapai Standar

Kompetensi Lulusan.26

Kompetensi yang berkaitan dengan sikap keagamaan dan sosial

dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada saat

23
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 23.
24
Ibid., h. 45.
25
E. Mulyasa, loc. cit.
26
E. Mulyasa, loc. cit.
21

peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan

penerapan pengetahuan atau keterampilan (kompetensi Inti kelompok 4).27

Adapun Kompetensi Inti Akidah Akhlak adalah sebagai berikut.

a. Sikap Spritual

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.28

b. Sikap Sosial

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-

aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.29

c. Pengetahuan

Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

tehnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.30

d. Keterampilan

27
Ibid., h. 46
28
Kementrian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas X Pendekatan
Saintifik Kurtilas, (Jakarta: Kemenag RI, 2014), h. 2.
29
Kementrian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas XI Pendekatan
Saintifik Kurtilas, (Jakarta: Kemenag RI, 2014), h. 21.
30
Kementrian Agama Republik Indonesia, loc. cit.
22

Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.31

6. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi

Inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran.32

Kompetensi dasar berisi sejumlah kemampuan yang harus dikuasai

peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai rujukan penyusunan

indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.33

Di dalam setiap rumusan Kompetensi Dasar, terdapat unsur kemampuan

berpikir yang dinyatakan dalam kata kerja dan materi.

Adapun kompetensi dasar pada mata pelajaran Akidah Akhlak terdapat

dalam lampiran.

7. Indikator Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, proses yang

menggambarkan ketercapaian suatu Kompetensi Dasar.34

Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang

dapat diukur, misalnya : mengidentifikasi, menghitung, membedakan,

31
Kementrian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas XII Pendekatan
Saintifik Kurtilas, (Jakarta: Kemenag RI, 2014), h. 19.
32
E. Mulyasa, op. cit., h. 48.
33
E. Mulyasa, loc. cit.
34
Ibid, h. 51.
23

menceritakan, menyimpulkan, mempraktekkan, mendeskripsikan, dan

mendemonstrasikan.

Indikator merupakan penanda pencapaian Kompetensi Dasar yang

ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.35 Secara khusus, indikator berfungsi sebagai

berikut.

a. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran.

b. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran.

c. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar.

d. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian atau evaluasi

hasil belajar.

Adapun contoh indikator mata pelajaran Akidah Akhlak disajikan dalam

lampiran.

8. Silabus Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Silabus merupakan pedoman dalam penyusunan rencana kegiatan

pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Komponen penyusun silabus

meliputi Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, dan Kegiatan

Pembelajaran.36

Silabus mata pelajaran juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

menyusun buku siswa yang memuat materi pelajaran, aktivitas peserta didik,

dan evaluasi.37

35
Ibid, h. 52.
36
Ibid, h. 64.
37
E. Mulyasa, loc. cit.
24

Penyusunan silabus harus dibuat dengan format yang sederhana sehingga

mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru.

9. Keterkaitan SKL, KI, KD, dan Silabus Mata Pelajaran Akidah Akhlak

dalam Kurikulum 2013

Standar Kompetensi Lulusan merupakan muara utama pencapaian yang

dituju dari semua mata pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu. Salah

satunya adalah mata pelajaran Akidah Akhlak.

Sedangkan Kompetensi Inti adalah pijakan pertama pencapaian yang

dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu.

Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran termasuk mata

pelajaran Akidah Akhlak tersaji dalam rumusan Kompetensi Dasar.

Pencapaian Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, dan

Kompetensi Dasar melalui proses pembelajaran dan penilaian diilustrasikan

dalam skema gambar berikut.


25

Gambar 2.1

Skema Proses Pembelajaran Dan Penilaian

Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Dari gambar skema diatas dapat diambil beberapa kesimpulan :

a. Kompetensi Inti (KI – 3 dan KI – 4) memberikan arah tingkat

kompetensi pengetahuan dan keterampilan mata pelajaran Akidah

Akhlak minimal yang harus dicapai peserta didik.

b. Kompetensi Dasar dari KI – 3 adalah dasar pengembangan materi

pembelajaran Akidah Akhlak, sedangkan Kompetensi Dasar dari KI – 4

Akidah Akhlak mengarahkan keterampilan dan pengalaman belajar yang

perlu dilakukan peserta didik.

c. Dari proses belajar dan pengalaman belajar, peserta didik akan

memperoleh pembelajaran tidak langsung berupa pengembangan sikap

sosial dan spiritual yang relevan dengan berpedoman pada kompetensi

dasar dari KI – 2 dan KI – 1 Mata Pelajaran Akidah Akhlak.


26

d. Rangkaian dari KI – KD Mata Pelajaran Akidah Akhlak sampai dengan

penilaian tertuang dalam silabus, kecuali untuk tujuan pembelajaran,

tidak diwajibkan dicantumkan baik dalam RPP maupun dalam Silabus.38

B. Teori Tentang Akidah Akhlak

1. Pengertian Akidah

‫ َي ْع ِق ُد – َع ِقْي َد ًة‬- ‫َع َق َد‬


Akidah secara etimologi berasal dari katahhhhhhhhhhhhhhhhhhhfff

yang berarti simpul, ikatan, perjanjian, dan kokoh. Secara terminologi akidah

adalah paham tentang sesuatu yang diyakini atau diimani oleh hati manusia

yang benar sebagai pandangan yang benar.39

Dalam pengertian Akidah, terdapat beberapa pengertian akidah menurut

para ahli, yaitu sebagai berikut.

a. Pengertian Akidah menurut Hasan Al-Banna

Akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh

hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak

bercampur sedikitpun dengan keragua-raguan.40

b. Pengertian Akidah menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy

38
Among Guru, “Keterkaitan SKL, KI, KD, dan Silabus dalam Kurikulum 2013”,
https://www.amongguru.com/keterkaitan-skl-ki-kd-dan-silabus-dalam-kurikulum-2013/ . (diakses
pada 11 Juni 2020 pukul 13.47).
39
Harjan Syuhada, dkk., Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas X, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara,2010), h. 3.
40
Harjan Syuhada, dkk., loc. cit.
27

Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum

oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan

manusia dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti

dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.41

c. Pengertian Akidah menurut Syekh Mahmud Syaltut

Akidah adalah pondasi yang diatasnya dibangun hukum syariat. Syariat

merupakan perwujudan dari akidah. Oleh karena itu hukum yang kuat adalah

hukum yang lahir dari akidah yang kuat. Tidak ada akidah tanpa syariat dan

tidak mungkin syariat itu lahir jika tidak ada akidah.42

d. Pengertian Ilmu Akidah menurut Syekh Muhammad Abduh

Ilmu akidah adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang

wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap ada pada-Nya, juga

membahas tentang rasul-rasul-Nya, meyakinkan mereka, meyakinkan apa

yang wajib ada pada mereka, apa yang boleh dihubungkan pada diri mereka

dan apa yang terlarang menghubungkan kepada diri mereka.43

e. Pengertian Ilmu Akidah menurut Ibnu Khaldun

Ilmu akidah adalah ilmu yang membahas kepercayaan-kepercayaan iman

dengan dalil-dalil akal dan menggunakan alasan-alasan untuk menolak

kepercayaan yang bertentangan dengan kepercayaan golongan salaf dan

ahlussunnah.44
41
Harjan Syuhada, dkk., loc. cit.
42
Kementerian Agama RI 2014, Buku Siswa Akidah Akhlak, (Jakarta: Kemenag RI, 2014), h. 4.
43
Kementerian Agama RI 2014, loc. cit.
44
Ibid, h. 5.
28

Berdasarkan definisi dari para ahli diatas, maka dapat disimpulkan

akidah adalah perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati,

mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur

sedikitpun dengan keragu-raguan dan dapat diterima secara umum oleh

manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan

manusia dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti

dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

2. Dalil Naqli Tentang Akidah

a. Al-Qur`an

Al-Qur`an adalah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril, menjadi mukjizat atas

kenabiannya, tertulis dalam bahasa arab yang sampai kepada kita dengan

jalan mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.45. Didalam Al-Qur`an

terdapat banyak ayat-ayat yang berisi tentang akidah. Diantaranya adalah

sebagai berikut :

‫) ٱلَّ ِذى‬۲۱( ‫ين ِمن َقْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َتَّت ُق و َن‬ ِ َّ ِ َّ


َ ‫ٱعبُ ُدواْ َربَّ ُك ُم ٱلذى َخلَ َق ُك ْم َوٱلذ‬ ْ ‫َّاس‬ُ ‫يَاأَيُّ َه ا ٱلن‬
ِ ‫آء م آء فَأَخرج بِ ِه ِمن ٱلثَّم ر‬
‫ات‬ ِ َّ ‫ٱلس ماء بِن آء وأَنز َل ِمن‬ ِ ‫جعل لَ ُكم ٱألَر‬
ََ َ َ َ ْ ً َ ‫ٱلس َم‬ َ َ َ ً َ َ َ َّ ‫ض فَراشاً َو‬ َ ْ ُ َ ََ
َ ‫ِر ْزقاً لَّ ُك ْم فَالَ جَتْ َعلُواْ لِلَّ ِه أ‬
)۲۲( ‫َنداداً َوأَْنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن‬
﴾ ۲۲ - ۲۱ : ‫﴿البقرة‬
Artinya :

45
Lilis Fauziyah R.A., dkk, Kebernaran Al-Qur`an dan Hadits 1, (Malang : PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2009), h. 3.
29

1. “Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu

dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”

2. “(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit

sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu

Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu.

Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi

Allah, padahal kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah/2:21-22)

‫اب‬ِ َ‫اب ٱلَّ ِذى نَ َّز َل َعلَ ٰى رس ولِِه وٱلْ ِكت‬


ِ َ‫يا أَيُّها ٱلَّ ِذين آمنُواْ ِآمنُواْ بِٱللَّ ِه ورس ولِِه وٱلْ ِكت‬
َ َُ َ ُ ََ َ َ َ َ
ِ ‫زل ِمن َقب ل ومن ي ْك ُف ر بِٱللَّ ِه ومآلئِ َكتِ ِه و ُكتُبِ ِه ورس لِ ِه وٱلْي وِم‬
‫ٱآلخ ِر َف َق ْد‬ َ َ‫ٱلَّ ِذ ۤي أَن‬
ْ َ َ ُ َُ َ ََ ْ َ ََ ُ ْ
﴾١٣٦ : ‫َض َّل َضالَالً بَعِْيداً ﴿النساء‬
Artinya :

1. “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya

serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir kepada

Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan

Hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-

jauhnya”. (Q.S. An-Nisa`/4:136).46

)۱( ‫َح ٌد‬


َ ‫قُ ْل ُه َو اهللُ أ‬
)۲( ‫الص َم ُد‬ َّ ُ‫اَهلل‬
)۳( ‫مَلْ يَلِ ْد َومَلْ يُ ْولَ ْد‬
﴾ ٤ - ۱ :۱۱۲/‫) ﴿اإلخالص‬٤( ‫َح ٌد‬
َ ‫َومَلْ يَ ُك ْن لَهُ ُك ُف ًوا أ‬
46
Akhmad Fauzi, Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas VII, (Jakarta : Kemenag RI, 2019), h. 10.
30

Artinya :

1. “Dia-lah Allah Yang Maha Esa.”

2. “Allah adalah Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepadanya.”

3. “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan.”

4. “Dan tidak ada suatu apapun yang setara dengan Dia.”

(Q.S. Al-Ikhlash/112:1-4).47

b. Al-Hadits

Sumber hukum Islam selain Al-Qur’an adalah hadits. Menurut ulama ahli

hadits seperti al-Hafidz dalam Syarah al-Bukhari, mengemukakan pengertian

hadits adalah sebagai berikut :

ِ
ُ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َوأَْف َعالُهُ َوأَْف َعالُه‬
َ ُ‫أَْق َوالُه‬
Artinya :

“Perkataan-perkataan Nabi Muhammad SAW, perbuatan-perbuatan, dan

keadaan beliau.”48

Didalam Hadits terdapat beberapa yang berisi tentang akidah.

Diantaranya adalah sebagai berikut :

ِ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم بَا ِر ًزا َي ْو ًم ا لِلن‬


‫َّاس‬ َ ُّ ‫ال َكا َن النَّيِب‬َ َ‫َع ْن أَيِب ُهَر ْيَرةَ َر ِض َي اهللُ َعْنهُ ق‬
‫اهلل َو َماَل ئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َوبِلِ َقائِ ِه‬
ِ ِ‫ال اإْلِ مْيَا ُن أَ ْن ُت ْؤ ِمن ب‬
َ َ ‫فَأَتَ اهُ ِجرْبِ يْ ُل َف َق‬
َ َ‫ال َم ا اإْلِ مْيَا ُن ق‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫ث‬ ِ ‫ورسلِ ِه و ُت ْؤ ِمن بِالْبع‬
َْ َ َ ُ َُ
Artinya :

47
Akhmad Fauzi, loc. cit.
48
Lilis Fauziyah R.A., dkk, loc. cit.
31

“Dari Abu Hurairah r.a. berkata : bahwa Nabi shallallahu ‘alayhi

wasallam suatu hari bersama dengan para sahabat, lalu datang malaikat

Jibril ‘alaihissalam yang kemudian bertanya : “Apakah Iman itu ?” Nabi

shallallahu ‘alayhi wasallam menjawab: “Iman adalah kamu beriman

kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-

Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada Hari berbangkit.” (H.R.

Bukhori).49

ِ ِ‫اهلل صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم ي ُقو ُل من مات ي ْش ِر ُك ب‬ ِ ‫ول‬ ِ


ً‫اهلل َشْيأ‬ ُ َ َ َْ ْ َ َ َ َ َْ ُ َ ُ ‫ال ابْ ُن مُنَرْيٍ مَس ْع‬
َ ‫ت َر ُس‬ َ َ‫ق‬
ِ ِ‫دخل النَّار و ُق ْلت أنَا ومن مات اَل ي ْش ِر ُك ب‬
)‫ (رواه مسلم‬.َ‫اهلل َشْيأً َد َخ َل اجْلَنَّة‬ ُ َ َ ْ ََ ُ َ َ َ َ َ
Artinya :

“Ibnu Numair berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :

‘Barangsiapa meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah dengan

sesuatu, maka ia masuk neraka.’ Dan aku berkata, ‘Saya dan orang yang

meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun (niscaya)

masuk surga.” (H.R. Muslim).50

3. Prinsip-prinsip Akidah

Akidah yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. tidak

membawa akidah-akidah yang baru. Justru untuk memurnikan kembali

akidah-akidah yang sudah pernah diajarkan para nabi dan rasul yang datang

sebelumnya. Akidah Islam datang untuk mengoreksi penyimpangan dan

penyelewengan umat terdahulu.

49
Akhmad Fauzi, op. cit., h. 48.
50
Akhmad Fauzi, loc. cit.
32

Prinsip-prinsip Akidah dapat dibagi menjadi beberapa point sebagai

berikut :

a. Akidah Islam sebagai sesuatu yang diwahyukan Allah

Akidah Islam bersumber dari wahyu Allah swt yang tertulis dalam kitab

suci Al-Qur’an yang sangat terjaga kemurniannya. Akidah Islam diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk diajarkan kepada umatnya. Jadi,

Akidah Islam bukanlah hasil rekayasa dan bukan pula hasil pemikiran atau

pendapat Nabi Muhammad SAW., melainkan ajaran langsung dari Allah swt.

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT :

)٣( ‫َو َما َيْن ِط ُق َع ِن اهْلَٰوى‬


٤ - ٣ : ٥٣/‫) ﴿النجم‬٤( ‫﴾ اِ ْن ُه َو اِاَّل َو ْح ٌي يُّ ْو ٰحى‬
Artinya :

3. “Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut

keinginannya”.

4. “Ucapannya itu tiada lain (Al-Qur’an) hanyalah wahyu yang

diwahyukan (kepadanya)”. (Q.S An-Najm/53:3-4).51

b. Akidah membimbing seseorang dalam bertingkah laku

Akidah membimbing seseorang dalam bertingkah laku. Orang yang

beriman akan senantiasa mendahulukan seruan Allah swt. Ia akan selalu

berusaha melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya. Islam

adalah agama yang membimbing dan mengajarkan pemeluknya agar

51
Ibid, h. 11.
33

memiliki akhlak yang luhur dan mulia, sehingga mendapatkan kebahagiaan

dalam hidup. Nabi Muhammad SAW bersabda:

ِ ‫ت َواَتْبِ ِع الْ َسيِّئَةَ احْلَ َسنَةَ مَتْ ُح َها َو َخالِ ِق الن‬


‫َّاس خِب ُلُ ٍق َح َس ٍن‬ ِ
َ ‫ات َِّق اهللَ َحْيثُ َما ُكْن‬
﴾‫﴿رواه الرتمذى‬
Artinya :

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah

perbuatan-perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik, niscaya perbuatan-

perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan yang buruk, dan bergaulah

terhadap manusia dengan akhlak yang baik. (H.R. Tirmidzi).52

Pengabdian seseorang kepada Allah swt selain sebagai perbuatan yang

bernilai ibadah, juga mencerminkan adanya akhlak yang luhur.

4. Metode-Metode Peningkatan Kualitas Akidah

Beberapa ciri perilaku yang memiliki akidah yang benar dan kokoh

dijelaskan oleh Prof. Dr. H.M. Amin Rais, yaitu sebagai berikut:

a. Memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Ia berusaha menjalankan pesan

dan perintah Allah swtsesuai kadar kemampuan yang ada.

b. Menolak pedoman hidup yang datang bukan dari Allah swt. Dalam

konteks masyarakat manusia penolakannya itu berarti emansipasi dan

restorasi kebebasan esensialnya dari seluruh belenggu buatan manusia,

supaya komitmennya kepada Allah swt menjadi utuh dan kokoh.

52
Harjan Syuhada, dkk., loc. cit.
34

c. Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas

kehidupan, adat istiadat, tradisi, dan paham hidupnya. Bila dalam

penilaiannya terdapat unsur-unsur syirik.

d. Memiliki tujuan hidup yang amat jelas. Indahnya, kerja kerasnya, hidup,

dan matinya hanya untuk Allah semata. Ia tidak pernah terjerat pada

nilai-nilai palsu atau hal-hal tanpa nilai.

e. Memiliki visi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya

bersama-sama manusia lain. Suatu kehidupan yang harmonis antara

manusia dengan Tuhannya, dengan lingkungan hidupnya, dengan sesama

manusia, dan dengan dirinya sendiri.53

5. Menerapkan Metode-Metode Peningkatan Kualitas Akidah

a. Akhlak dan perilaku yang baik sebagai akibat dari akidah yang benar

Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa akidah yang kuat itu

akan melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari

lemahnya iman. Orang yang berperangai yang tidak baik dikatakan oleh Nabi

Muhammad SAW sebagai orang yang kehilangan akidah (iman). Beliau

bersabda:

ِ ِ
َ ‫اَحْلَيَاءُ َواإْلِ مْيَا ُن ُقَرنَاءُ مَج ْي ًعا فَاذَا َرفَ َع أ‬
﴾‫َح ُدمُهَا َرفَ َع اآْل َخُر ﴿رواه احلامك‬
Artinya :

“Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya

maka hilang pula yang lain”. (H.R. Hakim).54

b. Akidah yang baik melahirkan akhlak yang baik


53
Ibid, h. 8.
54
Ibid, h. 12.
35

Salah satu yang dilahirkan oleh akidah Islam adalah sikap, perbuatan,

dan ucapan yang dikiprahkan dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi

kebiasaan. Kebiasaan baik inilah yang disebut akhlak yang baik. Karena

eratnya hubungan antara akidah dan Islam, yaitu keimanan dan akhlak, maka

dalam Al-Qur`an, amal perbuatan (amal saleh) selalu disertakan penyebutnya

dengan keimanan.55

6. Pengertian Akhlak

Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi
(‫) ُخلُ ٌق‬
pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Akhlak disamakan dengan

kesusilaan dan sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin

manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak

anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani pengertian khuluq

ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan,

perasaan batin, kecendrungan hati untuk melakukan perbuatan. Etichos

kemudian berubah menjadi etika.56

Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, ilmu yang berusaha mengenal

tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik atau

buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila.

Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para ahli berbeda pendapat,

namun intinya sama yaitu tentang perilaku hidup manusia. Pendapat-pendapat

ahli tersebut dihimpun sebagai berikut.

a. Definisi akhlak menurut Al-Ghozali yaitu:


55
Ibid, h. 14.
56
Fadlil Yani Ainusysyam, op. cit. h. 20.
36

ِ‫ال بِس ُه ْولٍَة ويُس ٍر ِم ْن َغرْي‬ ِ ِ ‫الن ْف‬


َّ ‫اَخْلُلُ ُق ِعبَ َارةٌ َع ْن َهْيئَ ٍة ىِف‬
ْ َ ُ َ ‫ص ُد ُر اأْل َ ْف َع‬
ْ َ‫س َراس َخةٌ َعْن َها ت‬
‫اج ٍة إىَل فِ ْك ٍر َو ُر ِويٍَّة‬
َ ‫ح‬.َ
Artinya :

“Akhlak adalah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan

perbuatan-perbuatan dengan mudah tidak memerlukan pertimbangan atau

pikiran (lebih dahulu)”.57

b. Definisi akhlak menurut Ibnu Maskawih yaitu:

‫اعيَّةٌ هَلَا إِىَل أَْف َعاهِلَا ِم ْن َغرْيِ فِ ْك ٍر َو ُر ِويٍَّة‬


ِ‫سد‬
َ ِ ‫الن ْف‬
َّ ‫ال‬
ُ ‫ح‬.
َ
Artinya:

“Sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-

perbuatan dengan mudah tanpa melalui pertimbangan (lebih dahulu).”58

c. Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas

nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan

baik dan buruknya.59

d. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk.

Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut

akhlaqul-karimah.60

e. Soegarda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak,

kesusilaan, dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa

yang benar terhadap khaliknya dan terhadap manusia.61

57
Harjan Syuhada, dkk., op. cit. h. 55.
58
Harjan Syuhada, dkk., loc. cit.
59
M. Yatimin Abdullah, op. cit., h. 3.
60
M. Yatimin Abdullah., loc. cit.
61
M. Yatimin Abdullah., loc. cit.
37

f. Hamzah Ya’kub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut.

1) Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,

antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia

lahir dan batin.

2) Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang

baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan

menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan

pekerjaan mereka.62

g. Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa manusia

yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa

memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.63

h. M. Abdullah Daraz, mendefinisikan akhlak sebagai suatu kekuatan dalam

kehendak yang mantap, kekuatan berkombinasi membawa

kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (akhlak baik) atau pihak

yang jahat (akhlak buruk).64

Berdasarkan pengertian akhlak dari para ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan,

dan kelakuan yang muncul dengan mudah tanpa melalui pertimbangan atau

pikiran terlebih dahulu.

7. Dalil Naqli

a. Al-Qur`an

62
M. Yatimin Abdullah., loc. cit.
63
Ibid, h. 4.
64
M. Yatimin Abdullah., loc. cit.
38

Dalil naqli al-Qur`an tentang akhlak adalah sebagai berikut :

ِ ‫لََق ْد َك ا َن لَ ُكم ىِف رس و ِل ٱللَّ ِه أُس وةٌ حس نَةٌ لِّمن َك ا َن يرج و ٱللَّه وٱلْي وم‬
‫ٱآلخ َر‬ َ ْ َ َ َ ُ َْ َْ ََ َْ َُْ ْ
﴾٢١ :٣٣/‫ ﴿األحزاب‬.)٢١( ً‫َوذَ َكَر ٱللَّهَ َكثِريا‬
Artinya :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Q.S. Al-

Ahzab/33:21).65

ُ ‫ٱنت ُهواْ َو َّٱت ُق واْ ٱللَّهَ إِ َّن ٱللَّهَ َش ِد‬


‫يد‬ َ َ‫ول فَ ُخ ُذوهُ َو َما َن َها ُك ْم َعْنهُ ف‬
ُ ‫ٱلر ُس‬
َّ ‫ َو َمآ آتَا ُك ُم‬....
﴾٧ :٥٩/‫ ﴿ احلشر‬.)٧( ‫اب‬ ِ ‫ٱلْعِ َق‬

Artinya :

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang

dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Q.S. al-Hasyr/59:7).

b. Al-Hadits

Dalil naqli hadits tentang akhlak adalah sebagai berikut :

‫ َم ا ِم ْن َش ْي ٍء‬: ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم قَ َال‬ َّ ‫ أ‬: ُ‫َو َع ْن أَىِب الد َّْر َد ِاء َر ِضي اهللُ َعْنه‬
َ َّ ‫َن النَّيِب‬ َ
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ‫أَْث َقل ىِف ِميز ِان‬
‫ش‬َ ‫ض الْ َف اح‬ ُ ‫ َوإِ َّن اهللَ يُْبغ‬,‫العْبد الْ ُم ْؤم ِن َي ْو َم الْقيَ َامة م ْن ُح ْس ِن اخْلُلُ ِق‬
َ َْ َ
)‫ (رواه الرتمذي‬.‫ي‬ َّ ‫الْبَ ِذ‬
Artinya :

65
M. Yatimin Abdullah., loc. cit.
39

“Dari Abu Darda` r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW.: Tiada sesuatu yang

lebih berat dalam timbangan seorang mu’min di hari kiamat daripada

husnul-khuluq (baik budi). Dan Allah membenci pada orang yang keji mulut

atau kelakuan.” (H.R. at-Turmudzi).66

ِ ‫ مَل ي ُكن رس و ُل‬:‫ال‬


‫اهلل‬ ِ ِ ‫اهلل اب ِن عم ٍرو اب ِن الْع‬ ِ ِ
ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ‫اص َرض َي اهللُ َعْن ُه َم ا ق‬ َ ْ ْ َ ْ ‫َو َع ْن َعْب د‬
ِ ِ َّ :‫ و َك ا َن ي ُق و ُل‬,‫اح ًشا واَل مَت َف ِّح ًش ا‬
ِ َ‫صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم ف‬
ْ ‫إن م ْن خيَ ا ِر ُك ْم أ‬
‫َح َس نَ ُك ْم‬ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َْ ُ َ
)‫(مَّت َف ٌق َعلَْي ِه‬
ُ ‫َخاَل قًا‬
ْ‫أ‬
Artinya :

“Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a. berkata: Rasulullah SAW bukan

seorang yang keji mulut dan kelakuan. Bahkan Nabi SAW bersabda: Sebaik-

baik kamu ialah yang terbaik budi pekertinya. (H.R. at-Turmudzi).67

C. Teori Tentang Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Disiplin adalah perasaan taat dan

patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya merupakan tanggung jawabnya.68

Secara terminologi, kedisiplinan memiliki pengertian yang berbeda-beda,

untuk mendapatkan gambaran dan pengertian yang jelas tentang kedisiplinan,

berikut dikemukakan pengertian disiplin menurut beberapa ahli yaitu:

a. Menurut Abdullah Sani Bin Yahya, disiplin adalah hubungan tata tertib,

tata susila, adab, akhlak, dan kesopanan.69 Pengertian beliau menurut


66
Imam Abu Zakaria Yahya, Tarjamah Riadhus Shalihin alih bahasa oleh H. Salim Bahreisy,
(Bandung: Alma’arif, 1987), cet. Ke-10, jilid 1, h. 476.
67
Ibid, h. 475.
68
Wikipedia, “Pengertian Disiplin”, https://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin (diakses pada 29 Juli
2020 Pukul 23.40).
69
Catharina Tri Ani, Psikologi Belajar, (Semarang: UPT, 2004), h. 15.
40

hemat peneliti lebih mengarah dalam konteks kedisiplinan dalam

hubungan sosial.

b. Menurut Siswanto, beliau memandang bahwa disiplin ialah suatu sikap

menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan

yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup

menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya

apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.70

c. Menurut Atmosudirjo, beliau mendefinisikan disiplin sebagai bentuk

ketaatan dan pengendalian diri erat hubungannya rasionalisme, sadar,

tidak emosional. Pendapat ini mengilustrasikan bahwa disiplin sebagai

suatu bentuk kepatuhan terhadap aturan melalui pengendalian diri yang

dilakukan melalui pertimbangan yang rasional.71

d. Menurut Depdiknas, disiplin atau tertib ialah suatu sikap konsisten dalam

melakukan sesuatu, menurut pandangan ini disiplin sebagai suatu sikap

konsisten dalam melakukan sesuatu. Menurut pandangan ini disiplin

sebagai sikap yang taat terhadap sesuatu aturan yang menjadi

kesepakatan atau telah menjadi ketentuan.72

e. Menurut KBBI bahwa disiplin adalah tata tertib ( di sekolah,

kemiliteran, dsb) atau ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib,

dsb).73

70
Catharina Tri Ani, loc. cit.
71
Ibid, h. 16.
72
Catharina Tri Ani, loc. cit.
73
Ibid, h. 4.
41

f. Menurut Flippo disiplin adalah setiap usaha mengkoordinasikan perilaku

seseorang pada masa yang akan datang dengan mempergunakan hukum

dan ganjaran.74

g. Menurut Hasibuan disiplin adalah suatu sikap menghormati dan

menghargai suatu peraturan yang berlaku, baik secara tertulis maupun

tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak menolak untuk

menerima sanksi-sanksi apabila dia melanggar tugas dan wewenang yang

diberikan kepadanya.75

h. Menurut Mizan Adiliah disiplin adalah latihan yang diberikan kepada

murid supaya mereka bertindak sesuai dengan peraturan di rumah,

sekolah, dan masyarakat.76

Dari beberapa definisi dari para tokoh tersebut diatas, dapat diambil

kesimpulan bahwa kedisiplinan bagi peserta didik merupakan suatu sikap

atau perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan dan kepatuhan terhadap

aturan-aturan, tata tertib, norma-norma bagi peserta didik yang mampu

menyesuaikan prosedur sekolah yang berlaku yang disebabkan atas dasar

kesadaran ataupun kerelaan diri maupun oleh suatu perintah ataupun juga

tuntutan yang lain baik tertulis maupun yang tidak tertulis, yang

tercermin dalam bentuk tingkah laku dan sikap. Dengan adanya peraturan

baik tertulis ataupun tidak tertulis diharapkan agar para peserta didik
74
Dosen Pendidikan, “Disiplin Adalah” http://www.dosenpendidikan.co.id/, (diakses pada 09
September 2020 pukul 14.45).

75
Dosen Pendidikan, “Disiplin Adalah” http://www.dosenpendidikan.co.id/, (diakses pada 09
September 2020 pukul 14.46).
76
Dosen Pendidikan, “Disiplin Adalah” http://www.dosenpendidikan.co.id/, (diakses pada 09
September 2020 pukul 14.47).
42

memiliki sikap dan perilaku disiplin yang tinggi dalam menjalankan kegiatan

belajar mengajar disekolah dan pada disiplin-disiplin lainnya.

2. Tujuan Disiplin

Gaustad (1992) mengemukakan bahwa kedisiplinan memiliki 2 (dua)

tujuan, yaitu memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Subari (1994)

berpendapat bahwa kedisiplinan mempunyai tujuan untuk penurutan terhadap

suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya peraturan itu.77

Menurut Durkeim (1995), kedisiplinan mempunyai tujuan ganda yaitu

mengembangkan suatu peraturan tertentu dalam tindak tanduk manusia dan

memberinya suatu sasaran tertentu dan sekaligus membatasi cakrawalanya.

Yahya (1992) berpendapat, tujuan kedisiplinan adalah perkembangan dari

pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau

kendali dari luar.78

Kedisiplinan adalah suatu latihan batin yang tercermin dalam tingkah

laku yang bertujuan agar orang selalu patuh pada peraturan. Dengan adanya

kedisiplinan diharapkan anak didik mendisiplinkan diri dalam mentaati

peraturan sekolah sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancar

dan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan.79

Oleh karena itu, anak didik perlu dibimbing atau ditunjukkan mana

perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana perbuatan yang menunjang

77
Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP, 2000), h. 26.
78
Max Darsono, loc. cit.
79
Ibid., h. 27.
43

terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik (Gordon, 1996). Dari

beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan

adalah memberi kenyamanan pada para siswa/anak didik dan staf (guru) serta

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar serta perkembangan

dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh

atau kendali dari luar.80

3. Dalil Naqli tentang Kedisiplinan

a. Al-Qur`an

Dalil naqli al-Qur`an tentang kedisiplinan adalah sebagai berikut:

/‫ ﴿النس اء‬.)٣.١( ً‫ني كِتَاب اً َّم ْوقُوت ا‬ِِ


َ ‫ت َعلَى ٱلْ ُم ْؤمن‬ َّ ‫ إِ َّن‬...
ْ َ‫ٱلص الََة َك ان‬
﴾٤:٣.١
Artinya :

103. “Sesungguhnya Shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan

waktunya atas orang-orang yang beriman. (Q.S. an-Nisa/4:103).81

﴾٨-٧ :٩٤/‫ ﴿اإلنشراح‬.)٨( ‫ب‬ َ ِّ‫) َوإِىَل ٰ َرب‬٧( ‫ب‬


ْ ‫ك فَ ْٱر َغ‬ ْ ‫ٱنص‬ َ ‫فَِإذَا َفَر ْغ‬
َ َ‫ت ف‬
Artinya :

7. “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain).”

8. “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (Q.S. al-

Insyiroh/94: 7-8).82

b. Al-Hadits

80
Max Darsono, loc. cit.
81
Kementerian Agama RI, op.cit., h. 138.
82
Ibid, h. 1073.
44

Dalil naqli hadits tentang kedisiplinan adalah sebagai berikut:

‫ت‬ ِ ‫ وقِيل أَىِب عمر َة س ْفيا َن اب ِن عب ِد‬:‫وعن أَىِب عم ٍرو‬


َ َ‫اهلل َر ِض َي اهللُ َعْن هُ ق‬
ُ ‫ ُق ْل‬:‫ال‬ َْ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ
ِ
,‫ قُ ْل‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬.‫َح ًدا َغْي َر َك‬ ْ ‫ قُ ْل ىِل ىِف اإْلِ ْس اَل ِم َق ْواًل الَ أ‬:‫يَ ا َر ُس ْو َل اهلل‬
َ ‫َس أ َُل َعْن هُ أ‬
)‫استَ ِق ْم (رواه مسلم‬ ِ
ْ َّ‫ت بِاهلل مُث‬ُ ‫َآمْن‬
Artinya :

“ Abu Amru (Sufyan) bin Abdullah Astsaqofy r.a berkata: Ya Rasulallah

ajarkan kepada saya kalimat yang menyimpulkan pengertian Islam, sehingga

saya tidak membutuhkan bertanya kepada seorang pun selain engkau. Jawab

Nabi SAW : Katakanlah, Aku percaya kepada Allah, kemudian tetap

konsekwen mendisiplinkan diri terhadap pengakuan. (H.R. Muslim).83

4. Macam-Macam Kedisiplinan

a. Disiplin waktu

Yaitu bisa menggunakan dan membagi waktu dengan baik. Karena

waktu amat berharga dan salah satu kunci kesuksesan adalah dengan bisa

menggunakan waktu dengan baik.84

b. Disiplin ibadah

Maksudnya ialah senantiasa beribadah dengan peraturan-peratuaran

yang terdapat didalam agama.85

c. Disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Kedisiplinan merupakan hal yang amat menentukan dalam proses

pencapaian tujuan pendidikan, sampai terjadi erosi disiplin maka

83
Imam Abu Zakaria Yahya, op. cit., h. 109.
84
Syaiful Djamarah Bahri, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 35.
85
Syaiful Djamarah Bahri, loc. cit.
45

pencapaian tujuan pendidikan akan terhambat, diantara faktor-faktor

yang mempengaruhinya adalah :

1) Faktor tuntutan materi lebih banyak sehingga bagaimana pun

jalannya, banyak ditempuh untuk menutupi tuntutan hidup

2) Munculnya selera beberapa manusia yang ingin terlepas dari ikatan

dan aturan serta ingin sebebas-bebasnya

3) Pola dan sistem pendidikan yang sering berubah

4) Motivasi belajar para peserta didik dan para pendidik menurun

5) Longgarnya peraturan yang ada.86

d. Disiplin Diri Pribadi

Apabila dianalisis maka disiplin mengandung beberapa unsur yaitu

adanya sesuatu yang harus ditaati atau ditinggalkan dan adanya proses

sikap seseorang terhadap hal tersebut. Disiplin diri merupakan kunci bagi

kedisiplinan pada lingkungan yang lebih luas lagi. Contoh disiplin diri

pribadi yaitu tidak pernah meninggalkan Ibadah kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa.87

e. Disiplin Sosial

Pada hakekatnya disiplin sosial adalah Disiplin dari dalam kaitannya

dengan masyarakat atau dalam hubunganya dengan. Contoh prilaku

disiplin sosial adalah melaksanakan siskamling kerja bakti. Senantiasa

menjaga nama baik masyarakat dan sebagaiannya.88

86
Ibid, h. 38
87
Ibid, h. 39.
88
Ibid, h. 41.
46

f. Disiplin Nasional

Berdasarkan hasil perumusan lembaga pertahanan nasional, yang

diuraikan dalam disiplin nasional untuk mendukung pembangunan

nasional. Disiplin nasional diartikan sebagai status mental bangsa yang

tercemin dalam perbuatan berupa keputusan dan ketaatan. Baik secara

sadar maupun melalui pembinaan terhadap norma-norma kehidupan yang

berlaku.89

5. Manfaat Kedisiplinan

Adapun manfaat disiplin yang diantaranya yaitu:

a. Menumbuhkan kepekaan.

b. Menumbuhkan kepedulian.

c. Mengajarkan keteraturan.

d. Menumbuhkan ketenangan.

e. Menumbuhkan percaya diri.

f. Menumbuhkan kemandirian.

g. Menumbuhkan keakraban.

h. Membantu perkembangan otak.

i. Membantu anak yang “sulit”.

j. Menumbuhkan kepatuhan.90

6. Tujuan Kedisiplinan

Setiap manusia memiliki tujuan tertentu dalam melaksanakan sikap dan

perbuatannya, sedangkan tujuan dari disiplin menurut Ellen G White ialah:


89
Syaiful Djamarah Bahri, loc. cit.
90
Syaiful Djamarah Bahri, loc. cit.
47

a. Pemerintah atas diri.

b. Menaklukan kuasa kemauan.

c. Perbaiki kebiasaan-kebiasaan.

d. Hancurkan benteng syetan.

e. Menghormati kedua orang tua dan ilahi.

f. Dan penurutan atas dasar prinsip, buka paksaan.91

7. Aspek Disiplin

a. Sikap mental, yang merupakan sikap taat dan tertib. Hal ini sebagai

hasil latihan dari pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

b. Pemahaman yang baik mengenai sistem atauran tingkah laku.

Pemahaman tersebut menumbuhkan kesadaran untuk memahami

disiplin sebagai suatu aturan yang membimbing tingkah laku.

c. Sikap dan tingkah laku yang secara wajar menunjukkan

kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat.92

8. Tahapan-Tahapan Disiplin

Dalam menanamkan sikap disiplin ada beberapa tahapan, yaitu:

a. Pertama, seseorang yang disiplin hanya menghindari hukuman saja.

Jika ada kesempatan untuk melanggar karena tidak ada yang

mengawasi maka dirinya melanggar

b. Kedua, disiplin diwujudkan hanya untuk mendapatkan imbalan.

Contoh: anak kecil bertindak disiplin agar ia mendapatkan pujian,

atau seoarang pegawai kantor supaya ia naik pangkat.


91
Max Darsono, op. cit., h. 56.
92
Ibid, h. 58.
48

c. Ketiga, disiplin dijalankan demi aturan itu sendiri. Aturan itu sendiri

tidak ada syarat atau tujuan lain kecuali untuk menjadikan insan

yang tahu aturan.

d. Keempat, disiplin diterapkan kesadaran bahwa hidup harus

bermasyarakat. Setiap orang perlu mengikuti peraturan tertentu.

Kesadaran ini dilandasi keinsyafan bahwa kepentingan perorangan

tidak sepenuhnya harus diutamakan. Disiplin pada tahap ini adalah

orientasi sosial antar manusia.

e. Kelima, tahap yang paling tinggi, disiplin diwujudkan oleh dorongan

kebutuhan dari dalam diri sendiri. Disiplin disini sudah mengalami

proses penjiwaan yang sempurna. Kekangan dan pembatasan yang

tadinya dipaksakan dari luar sudah berubah menjadi bagian yang

tidak bisa dipisahkan dari dirinya. Contohnya teladan dari orangtua,

guru atau pemimpin masyarakat.93

9. Macam-Macam Disiplin

a. Disiplin pribadi adalah pengarahan diri ke setiap tujuan yang

diinginkan melalui latihan dan peningkatan kemampuan. Disiplin

pribadi merupakan perintah kerelaan untuk melakukan disiplin.

b. Disiplin sosial adalah perwujudan dari adanya disiplin pribadi yang

berkembang melalui kewajiban pribadi dalam individu. Hidup

bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang

budaya manusia memiliki latar belakang yang berbeda.

93
Ibid, h. 61.
49

Oleh karena itu setiap menuasia memiliki watak dan tingkahlaku

yang berbeda. Maka dari itu, menusia agar dapat menghargai

manusia yang lainnya dengan cara disiplin mengikuti aturan

masyarakat. Disiplin sosial berawal dari tingkat kemampuan dan

kemauan mengendalikan diri dalam mengamalkan nilai, ketentuan,

peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah, masyarakat dan

negara.

c. Disiplin nasional adalah kemampuan dan kemauan mengendalikan

diri untuk mematuhi sekua ketentuan yang telah ditentukan oleh

negara. Negara adalah alat untuk memperjuangkan keinginan

bersama. Oleh karena itu adanya masyarakat yang disiplin akan bisa

mewujudkan keinginan negara.

d. Disiplin ilmu, mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan

sebagai ilmuwan. Jika seorang ilmuwan memiliki disiplin ilmu;

maka ilmuwan tersebut memiliki kode etik (aturan) dan perilaku

yang baik. Sebagai contoh: seorang ahli nuklir jika tidak memiliki

disiplin ilmu maka keahlian yang dimilikinya digunakan untuk

menghancurkan sebuah negara dan bukan untuk kepentingan umat

manusia bersama. Seorang ilmuwan sejati tidak akan melakukan

perbuatan yang bertolak belakang dari pengetahuannya.

e. Disiplin tugas mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan oleh

atasan atau kepala sekolah. Bentuk-bentuk ketaatan kepada atasan

adalah sebagai berikut:


50

1) Mendengarkan dan memahami perintah dengan sebaik-baiknya.

Memohon penjelasan sampai jelas kemudian melaksanakannya

dengan baik.

2) Melipatgandakan kesabaran saat melaksanakan perintah

tersebut, ikhlas dan tidak mengurangi atau menambah

sedikitpun.

3) Melaksanakan dengan segera perintah tersebut, walaupun tidak

sesuai dengan pendapat atau keinginannya. Saling memberi dan

menerima nasihat.

4) Meminta izin dalam setiap urusan dan memberikan masukan

sebelum pemimpin mengambil keputusan.94

10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

a. Pergaulan di Lingkungan.

b. Keluarga, dan

c. Diri sendiri.95

11. Solusi Permasalahan dari Kedisiplinan

Seorang peserta didik perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan

latihan yang memperkuat dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan

mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin yang timbul dari kesadarannya

sendiri akan dapat lebih memacu dan tahan lama, dibandingkan dengan sikap

disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari orang lain. Seorang

94
Ibid, h. 68.
95
Masykur Arif Rahman, Pentingnya Disiplin Belajar, (Jakarta : RinekaCipta, 2011), h. 57.
51

peserta didik yang bertindak disiplin karena ada pengawasan ia akan

bertindak semaunya dalam proses belajarnya apabila tidak ada pengawas.96

Karena itu perlu ditegakkan di bangku sekolah berupa koreksi dan sanksi.

Apabila melanggar dapat dilakukan dua macam tindakan yaitu koreksi untuk

memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi. Keduanya harus dilaksanakan

secara konsisten untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan pelanggaran

terhadap norma dan kaidah yang telah disepakati bersama. Hal ini dilakukan

mengingat orang cenderung berperilaku sesuka hati. Begitu pula di

lingkungan keluarga.

Disiplin perlu diajarkan kepada anak sejak kecil oleh orang tuanya. Anak

yang dididik disiplin, perlu mendapatkan perlakuan yang sesuai / sepatutnya

bagi orang yang belajar. Apabila anak telah mengetahui kegunaan dari

disiplin, maka peserta didik sebagai manifestasi dari tindakan disiplin akan

timbul dari kesadarannya sendiri, bukan merupakan suatu keterpaksaan atau

paksaan dari orang lain.

Sehingga peserta didik tersebut akan berlaku tertib dan teratur dalam

belajar baik di sekolah maupun di rumah. Dan akan menghasilkan suatu

sistem aturan tata laku. Dimana peserta didik selalu terikat kepada berbagai

peraturan yang mengatur hubungan dengan lingkungan sekolahnya dan

lingkungan keluarganya.

D. Bentuk Kedisiplinan Peserta Didik di Madrasah Aliyah Al Amin


96
Dosen Pendidikan, “Disiplin Adalah” https://www.dosenpendidikan.co.id/disiplin-adalah/,
(diakses pada tanggal 11 Juni 2020, pukul 14.05) h. 4.
52

Berikut ini adalah bentuk-bentuk kedisiplinan peserta didik Madrasah

Aliyah Al Amin yang peneliti rangkum sebagai berikut :

1. Peserta didik harus masuk kelas 5 menit sebelum bel masuk.

2. Peserta didik yang terlambat harus melapor ke guru piket.

3. Peserta didik tidak boleh meninggalkan kelas/sekolah selama pelajaran

berlangsung.

4. Peserta didik dilarang mengganggu jalannya pelajaran.

5. Peserta didik wanita wajib menggunakan rok dibawah lutut.

6. Peserta didik wajib menggunakan seragam yang ditentukan sekolah.

7. Peserta didik dilarang memakai perhiasan berlebihan dan berdandan

tidak sesuai kepribadian pelajar.

8. Peserta didik dilarang merokok dilingkungan sekolah maupun luar

sekolah.

9. Peserta didik dilarang berkelahi.

10. Peserta didik wajib mengikuti shalat berjamaah.97

97
Nenen Nurjanah, (Kepala Madrasah Madrasah Aliyah Al Amin), Hasil Wawancara : Sukabumi,
29 Juni 2020.

Anda mungkin juga menyukai