Anda di halaman 1dari 23

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

KU2006

ESENSI dan URGENSI IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI


SALAH SATU DETERMINAN BANGSA dan KARAKTER

Kelompok 1 :

1. Andhika Raymond (11116034)


2. Ekky Riwandha K (12115044)
3. Farid Rahmadani (16117043)
4. Galuh Theresia Alqarina (24116044)
5. Muhammad Fajarinando (21117030)
6. Muhammad Sobari (24116111)
7. Ruth Kezi Febrianti (19117032)
8. Teuku Muhammad Zafran Kamal (25117077)
9. Tuti wulandari (16117019)

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah


SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan,
sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk
menyelesaikan penulisan makalah sebagai bentuk dari pemenuhan beberapa
tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Pada makalah ini akan
dibahas mengenai esensi dan urgensi identitas nasional sebagai determinan
bangsa dan karakter.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian
makalah ini hingga selesainya makalah ini. Kami juga berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan
pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai
penulisan makalah kami ini, untuk kemudian kami akan merevisi kembali
pembuatan makalah ini di waktu berikutnya.

Lampung Selatan, 28 Maret 2019

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1. Pengertian Identitas Nasional.........................................................................3
2.2. Hakikat Identitas Nasional..............................................................................4
2.3. Unsur-unsur Identitas Nasional.......................................................................5
2.4. Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional.................................6
2.5. Esensi dan Urgensi Identitas Nasional Indonesia...........................................8
2.6. Sumber Historis, Sosiologis dan Politis........................................................11
2.7. Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional................................................13
2.8. Solusi Dari Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional.............................15
BAB III........................................................................................................................17
PENUTUP...................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan...................................................................................................17
3.2 SARAN..............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia


lainnya dalam melakukan pekerjaan dan manusia mempunyai sifat yang tidak
bisa hidup sendiri. Selain itu manusia juga merupakan makhluk politik yang
memiliki keinginan untuk berkuasa, namun manusia memiliki sifat yang tidak
mudah puas, Karena keiinginan manusia yang tidak terbatas, manusia
membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Berawal
dari saling membutuhkan, muncul suatu hubungan kerja sama antar manusia
yang dari hubungan tersebut membentuk suatu masyarakat didalam suatu
Negara, dimana dalam Negara tersebut masyarakat mempertahan hubungan
untuk saling berkerjasama.

Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki suatu Negara untuk
membedakannya dengan negara lain. Untuk mempertahankan keunikan bangsa
Indonesia yang kita ketahui memiliki adat istiadat dan kebudayaan serta bahasa
yang berbeda hal tersebut merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang
dijadikan sebagai pembeda dengan negara lainnya. Dalam mempertahankan
keunikan tersebut maka masyarakat harus dapat menanamkan cinta akan tanah
air yang diwujudkan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan
yang telah ada serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
yang merupakan dasar hidup bangsa Indonesia. Dengan adanya keunikan inilah
bangsa Indonesia tidak dapat disamakan dengan bangsa lainnya.

Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok manusia yang mempunyai


persamaan sifat, karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama dan
mendiami suatu wilayah sebagai kesatuan nasional. Kesatuan nasional tersebut
merupakan tanggung jawab semua kelompok untuk menciptakan suatu bangsa

1
yang memiliki identitas nasional sehingga penulisan ini bertujuan untuk
mengetahui tentang identitas nasional yang dapat diterapkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian identitas nasional?

2. Apa unsur-unsur identitas nasional?

3. Apa faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional?

4. Bagaimana esensi dan urgensi Identitas Nasional Indonesia?

5. Mengapa diperlukan identitas nasional?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian identitas nasional

2. Mengetahui unsur-unsur identitas nasional

3. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional

4. Mengetahui esensi dan urgensi Identitas Nasional Indonesia

5. Mengetahui alasan diperlukannya identitas nasional

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Identitas Nasional

Identitas Nasional secara etimologi identitas nasional berasal dari dua


kata “identitas” dan “nasional”.Kata identitas berasal dari bahasa Inggris
Identity yang memiliki pengertian ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain,
dan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) identitas berarti ciri-ciri
atau keadaan khusus seseorang atau jati diri. Dengan demikian identitas
menunjuk pada ciri atau penanda yang dimiliki oleh sesorang, pribadi dan
dapat pula kelompok. (PKN UNIKOM, 2019)

Kata nasional Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ialah “nasional”


berarti bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri;
meliputi suatu bangsa. Kata nasional merupakan identitas yang melekat pada
kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan,
baik fisik seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti
keinginan, cita-cita dan tujuan.

Jadi Identitas nasional adalah ciri, tanda atau jati diri yaitu karakteristik
perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa lainnya. Sedangkan Identitas nasional secara
terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Apabila
bangsa Indonesia memiliki Identitas nasional hal tersebut dapat menjadi
pembeda bangsa Indonesia dengan bangsa yang lainnya.

Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional, maka identitas nasional


suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih
populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa. kepribadian sebagai identitas

3
nasional suatu bangsa adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian
individu-individu sebagai unsur yang membentuk bangsa tersebut. Oleh karena
itu pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan
pengertian peoples character, national character, atau national identity.

2.2. Hakikat Identitas Nasional

Hakikat Identitas nasional bangsa Indonesia dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara adalah pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam
berbagai penataan kehidupan bangsa Indonesia yang dalam arti luas yaitu
dalam pembukaan UUD 1945 beserta batang tubuh UUD 1945, system
pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, mitos, ideologi,
dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik
dalam tataran nasional maupun internasional.

Aktualisasi ini untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945


sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 terutama alinea ke-4.
Krisis multidimensi yang kini sedang melanda masyarakat menyadarkan bahwa
pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan identitas Nasional,
telah ditegaskan sebagai komitmen konstitusional sebagaimana dirumuskan
oleh para pendiri Negara Indonesia dalam pembukaan UUD 1945, dan
khususnya dalam pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasannya yaitu:
“Pemerintah memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia”.

Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha


budaya rakyat Indonesia seluruhnya, dimana Kebudayaan lama dan asli daerah-
daerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha
kebudyaan harus menuju kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan
tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta
mempertinggi derajat kemanusian bangsa Indonesia.

4
Hal ini sesuai dengan UUD 1945 yang sudah diamandemen pada pasal 32
menjelaskan bahwa :

1) Negara memajukan kebudayaan Nasional Indonesia di tengah peradaban


dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budaya.

2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan


budaya nasional.

2.3. Unsur-unsur Identitas Nasional

Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang


majemuk, diantaranya:

1) Suku Bangsa, golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada
sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di
Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan
tidak kurang 300 dialek bahasa.

2) Agama, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis.


Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama
Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu
pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara namun sejak
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara
dihapuskan.

3) Kebudayaan, pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya


adalah perangkat-perangkat pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam
bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang
dihadapi.

5
4) Bahasa, unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami
sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi
ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut diatas dapat dirumuskan


pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut :

1). Identitas Fundamental; yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa,


Dasar Negara, dan Ideologi Negara.

2) Identitas Instrumental; yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya,


Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan
“Indonesia Raya”.

3) Identitas Alamiah; yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan


pluralisme dalam suku, bahasa, budaya dan agama serta kepercayaan (agama).

2.4. Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional

Faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia


meliputi:

1) faktor objektif, yaitu faktor geografis, ekologis, dan demografis.

2) faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia .

Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah


kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi
antar wilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan
kehidupan demografis,

ekonomis, sosial, dan kultural bangsa Indonesia. Selain itu faktor historis yang
dimiliki Indonesia ikut mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan

6
bangsa Indonesia beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang
ada di dalamnya.

Sedangkan Robert De Ventos mengemukakan bahwa teori munculnya


identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat
faktor penting, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor
reaktif.

Faktor pertama, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama, dan yang


sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia yang tersusun dari berbagai etnis, bahasa,
agama, wilayah, serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun
berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Hal inilah yang dikenal dengan
Bhineka Tunggal Ika.

Faktor kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi,


lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam
kehidupan Negara. Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu
pengetahuandan teknologi serta pembangunan negara dan bangsanya
merupakan suatu identitas nasional yang bersifat dinamis.

Faktor ketiga, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang


resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Bagi
bangsa Indonesia unsur bahasa telah merupakan bahasa persatuan dan kesatuan
nasional, sehingga bahasa Indonesia telah merupakan bahasa resmi negara dan
bangsa Indonesia.

Faktor keempat , meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian


identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat. Penderitaan dan
kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam memperjuangkan
kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam membentuk
memori kolektif rakyat.

Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses


pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari

7
masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari bangsa lain.
Pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat
dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk membangun bangsa dan negara
dengan konsep nama Indonesia. Bangsa dan negara Indonesia ini dibangun dari
unsur-unsur masyarakat lama dan dibangun menjadi satu kesatuan bangsa dan
negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu, pembentukan
identitas nasional Indonesia melekat erat dengan unsur-unsur lainnya seperti
sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama, serta geografis, yang saling berkaitan
dan terbentuk melalui suatu proses yang sangat panjang.

2.5. Esensi dan Urgensi Identitas Nasional Indonesia

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, bahwa sebuah negara dapat


diibaratkan seorang individu manusia. Identitas individu manusia dapat
dikenali dari aspek fisik dan aspek psikis. Aspek fisik dapat berupa jenis
kelamin, bentuk fisik, nama, asal etnis, asal daerah, dan sebagainya. Aspek
psikis dapat berupa watak baik seperti jujur, rajin, toleran, dermawan, dan
sebagainya; atau watak tidak baik, seperti pendendam, sadis, malas, suka
berbohong, dan sebagainya. Namun, secara naluriah atau umumnya manusia
memiliki kebutuhan yang sama, yakni kebutuhan yang bersifat fisik atau
jasmaniah, seperti kebutuhan makan dan minum untuk kelangsungan hidup dan
kebutuhan psikis (rohaniah), seperti kebutuhan akan penghargaan,
penghormatan, pengakuan, dan lain-lain. Apabila disimpulkan, individu
manusia perlu dikenali dan mengenali orang lain adalah untuk memenuhi dan
menjaga kebutuhan hidupnya agar kehidupannya dapat berlangsung hingga
akhirnya dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa atau meninggal dunia.
Demikianlah, pentingnya identitas diri sebagai individu manusia.

Identitas nasional itu penting bagi sebuah negara-bangsa karena:

8
Pertama, agar bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa lain. Apabila kita
sudah dikenal oleh bangsa lain maka kita dapat melanjutkan perjuangan untuk
mampu eksis sebagai bangsa sesuai dengan fitrahnya.

Kedua, identitas nasional bagi sebuah negara-bangsa sangat penting


bagi kelangsungan hidup negara- bangsa tersebut. Tidak mungkin negara dapat
hidup sendiri sehingga dapat eksis. Setiap negara seperti halnya individu
manusia tidak dapat hidup menyendiri. Setiap negara memiliki keterbatasan
sehingga perlu bantuan atau pertolongan negara atau bangsa lain. Demikian
pula bagi Indonesia, kita perlu memiliki identitas agar dikenal oleh bangsa lain
untuk saling memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, identitas nasional sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan nasional negara-bangsa
Indonesia. Negara Indonesia berhasil melepaskan diri dari kekuasaan asing,
lalu menyatakan kemerdekaannya.

Ketiga, identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan bangsa


Indonesia. Dengan saling mengenal identitas, maka akan tumbuh rasa saling
hormat, saling pengertian (mutual understanding), tidak ada stratifikasi dalam
kedudukan antarnegara-bangsa. Dalam berhubungan antarnegara tercipta
hubungan yang sederajat/sejajar, karena masing- masing mengakui bahwa
setiap negara berdaulat tidak boleh melampaui kedaulatan negara lain. Istilah
ini dalam hukum internasional dikenal dengan asas “Par imparem non habet
imperium”. Artinya negara berdaulat tidak dapat melaksanakan yurisdiksi
terhadap negara berdaulat lainnya.

Alasan diperlukannya identitas nasional yaitu agar seluruh rakyat


Indonesia berkpribadian pancasila memiliki pembeda bila dibandingkan
dengan bangsa lain. Pembeda yang dimaksud adalah kekhasan positif, yakni
ciri bangsa yang beradab, unggul, dan terpuji, bukanlah sebaliknya yakni
kekhasan yang negatif, bangsa yang tidak beradab, bangsa yang miskin,
terbelakang, dan tidak terpuji. Jadi, bangsa Indonesia harus memiliki
kepribadian dan sikap dalam berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila

9
yang mencerminkan nilai-nilai pancasila tersebut. Contoh sikap yang
mencerminkan nilai-nilai pancasila sebagai berikut :

1. Nilai Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.:

Selalu tertib dalam menjalankan ibadah, tidak berbohong kepada guru


maupun teman, bersyukur kepada Tuhan karena memiliki keluarga yang
menyayanginya, tidak meniru jawaban teman (menyontek) ketika ulangan
ataupun mengerjakan tugas di kelas, tidak mengganggu teman yang berlainan
agama dalam beribadah, dan lain sebagainya.

2. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Menolong teman yang sedang kesusahan, tidak membeda-bedakan dalam


memilih teman, berbagi makanan dengan teman lain jika sedang makan
didepan teman lain, mau mengajari teman yang belum paham dengan pelajaran
tertentu, memberikan tempat duduk kepada orang tua, ibu hamil, atau orang
yang lebih membutuhkan saat ada di kendaraan umum, hormat dan patuh
kepada orang tua, dan lain sebagainya.

3. Nilai Persatuan Indonesia

Mengikuti upacara bendera dengan tertib, bergotong royong membersihkan


lingkungan sekolah, tidak berkelahi sesama teman maupun dengan orang lain,
memakai produk-produk dalam negeri, menghormati setiap teman yang
berbeda ras dan budayanya, bangga menjadi warga negara Indonesia,
mengagumi keunggulan geografis dan kesuburan tanah wilayah Indonesia, dan
lain sebagainya.

4. Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat kebijasanaan /


Permusyawaratan.

Membiasakan diri bermusyawarah dengan teman-teman dalam


menyelesaikan masalah, memberikan suara dalam pemilihan ketua kelas
ataupun ketua OSIS, enerima kekalahan dengan ikhlas apabila kalah bersainga

10
dengan teman lain, berani mengemukakan pendapat di depan kelas, dan lain
sebagainya.

5. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluru Rakyat Indonesia

Berlaku adil kepada siapapun, berbagi makanan kepada teman lain dengan
sama rata, seorang guru memberikan pujian kepada siswa yang rajin dan
memberi nasihat kepada siswa yang malas, tidak pilih-pilih dalam berteman,
dan lain sebagainya.

2.6. Sumber Historis, Sosiologis dan Politis

A. Sumber Historis

1. Kebangkitan Nasional ( 1908)

a. Identitas nacional Indonesia ditandai ketika munculnya kesadaran rakyat Indonesia


sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh asing.
b. Rakyat Indonesia mulai sadar akan jati diri sebagai manusia yang tidak wajar
karena dalam kondisi terjajah.
c. Unsur pendidikan sangatlah penting bagi pembentukan kebudayaan dan kesadaran
akan kebangsaan sebagai identitas nasional.

2. Kongres Kebudayaan I Solo ( 1981 )


a.Kongres ini telah memberikan semangat bagi bangsa untuk sadar dan bangkit
sebagai bangsa untuk menemukan jati diri.
b. Terbatas pada pengembangan budaya Jawa, Namun dampaknyatelah meluas
sampai pada kebudayaan Sunda, Madura, dan Bali.

3. Kongres Bahasa Indonesia I, Solo ( 1984 )


a. Kongres ini telah memberikan semangat bagi bangsa untuk sadar dan bangkit
sebagai bangsa untuk menemukan jati diri.

11
b. Terbatas pada pengembangan budaya Jawa, Namun dampaknya telah meluas
sampai pada kebudayaan Sunda, Madura, dan Bali.
Secara historis, pengalaman kongres telah banyak memberikan inspirasi yang
mengkristal akan kesadaran berbangsa yang diwujudkan dengan semakin banyak
berdirinya organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik. Puncaknya para pemuda
yang berasal dari organisasi kedaerahan berkumpul dalam Kongres Pemuda ke-2
pada 28 Oktober 1928 di Jakarta dan mengumandangkan Sumpah Pemuda.
B. Sumber Sosiologis

Identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi, komunikasi, dan


persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan panjang menuju
Indonesia merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca kemerdekaan.
Upacara kenegaraan dan proses pendidikan dalam lembaga pendidikan formal atau
non formal sehingga terjadi interaksi antaretnis, antarbudaya, antarbahasa,
antargolongan secara terus menerus. “Menyatu berafiliasi dan memperkokoh NKRI .
( M. Iqbal, 2018)

C. Sumber Politis

Bentuk identitas nasional Indonesia yang dapat menjadi penciri atau


pembangun jati diri bangsa Indonesia meliputi: bendera negara Sang Merah Putih,
bahasa Indonesia sebagai Bahasa nasional atau bahasa negara, lambing negara
Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia, (Winarno 2013):
1) Bahasa nasional atau bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia;
2) Bendera negara adalah Sang Merah Putih;
3) Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya;
4) Lambang negara adalah Garuda Pancasila;
5) Semboyan negara adalah Bhinneka Tunggal Ika;
6) Dasar falsafah negara adalah Pancasila;
7) Konstitusi (Hukum Dasar) Negara adalah UUD NRI 1945;

12
8) Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;
9) KonsepsiWawasan Nusantara; dan
10) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

2.7. Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional

A. Dinamika
Banyak sejumlah kasus dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari mengenai
dinamika kehidupan dan tantangan terkait identitas nasional yang pernah kita lihat
sebagai berikut :

1. Pancasila belum menjadi sikap dan perilaku sehari-hari (membuang sampah


sembarangan, tidak disiplin).
2. Lunturnya nilai-nilai luhur dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara
(kesantunan, kepedulian).
3. Rasa nasionalisme dan patriotisme yang luntur dan memudar (menghargai dan
mencintai buaya asing ).
4. Lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada bahasa indonesia.
5. Lebih mengapresiasi lagu-lagu asing daripada mengapresiasi lagu nasional atau
lagu daerah sendiri.
6. Lunturnya semangat nasionalisme dalam menjunjung nama bangsa dan negara.

Azyumardi Azra (Tilaar, 2007), menyatakan bahwa saat ini Pancasila sulit dan
dimarginalkan di dalam semua kehidupan masyarakat Indonesia karena:
1) Pancasila dijadikan sebagai kendaraan politik;
2) Adanya liberalisme politik; dan
3) lahirnya desentralisasi atau otonomi daerah

Rendahnya pemahaman dan menurunnya kesadaran warga negara dalam


bersikap dan berperilaku menggunakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara khususnya pada era reformasi bangsa Indonesia bagaikan

13
berada dalam tahap disintegrasi karena tidak ada nilai-nilai yang menjadi pegangan
bersama.
Peraturan perundangan tentang desentralisasi dan otonomi daerah seperti
lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang diperbaharui menjadi Undang-
Undang No.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah berdampak positif dan
negatif, dampak negatifnya antara lain munculnya nilai-nilai primordialisme
kedaerahan sehingga tidak jarang munculnya rasa kedaerahan yang sempit.

B. Tantangan
Faktor luntur dan memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme, apabila
1) Orang Indonesia lebih menghargai dan mencintai bangsa asing;
2) Orang Indonesia lebih mengagungkan prestasi bangsa lain dan tidak bangga
dengan prestasi bangsa sendiri,
3) Orang Indonesia lebih bangga menggunakan produk asing dari pada produk
bangsa sendiri
Bangsa Indonesia perlu ada upaya yakni membuat strategi agar apa yang dicintai
tersebut beralih kepada bangsa sendiri dan Warga negara yang baik akan berupaya
belajar secara berkelanjutan agar menjadi warga negara bukan hanya baik tetapi
cerdas (to be smart and good citizen).
Tantangan terkait memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme perlu
mendapat perhatian. Bangsa indonesia perlu mengupayakan strategi untuk
mengalihkan kecintaan terhadap bangsa asing agar dapat berubah menjadi bangsa
sendiri. Hal tersebut perlu adanya upaya dari generasi baru untuk mendorong bangsa
indonesia untuk membuat prestasi yang tidak dapat dibuat oleh bangsa lain.
Mendorong masyarakat kita untuk bangga menggunakan produk bangsa sendiri.

Semua unsur formal identitas nasional, baik langsung maupun secara tidak
langsung diterapkan, perlu dipahami, diamalkan dan diperlakukan sesuai dengan
peraturan dan perundangan yang berlaku. Permasalahannya terletak pada sejauh mana
masyarakat kita memahami dan menyadari dirinya sebagai warga negara yang baik
yang beridentitas sebagai warga negara indonesia dengan pancasila sebagai

14
pedomannya. Oleh karena itu, warga negara yang baik akan berupaya belajar secara
berkelanjutan untuk menjadi warga negara yang baik dan cerdas.

2.8. Solusi Dari Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional

Dalam rangka pemberdayaan Identitas Nasional, perlu ditempuh melalui


revitalisasi Pancasila. Revitalisasi sebagai manifesatsi Identitas Nasional
mengandung makna bahwa Pancasila harus kita letakkan dalam keutuhannya dengan
Pembukaan, dieksplorasikan dimensi-dimensi yang melekat padanya, yang meliputi:

1. Realitas: dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya


dikonsentrasikan sebagai cerminan kondisi objektif yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat kampus utamanya, suatu rangkaian nilai-nilai yang bersifat sein
im sollen dan das sollen im sein.
2. Idealitas: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah
sekedar utopi tanpa makna, melainkan di objektivasikan sebagai “kata kerja”
untuk membangkitkan gairah dan optimisme para warga masyarakat guna melihat
hari depan secara prospektif, menuju hari esok yang lebih baik, melalui seminar
atau gerakan dengan tema “Revitalisasi Pancasila”.
3. Fleksibilitas: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai
dan “tertutup”menjadi sesuatu yang sakral, melainkan terbuka bagi tafsir-tafsir
baru untuk memenuhi kebutuhan jaman yang terus-menerus berkembang. Dengan
demikian tanpa kehilangan nilai hakikinya Pancasila menjadi tetap aktual, relevan
serta fungsional sebagai tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara
dengan jiwa dan semangat “Bhinneka Tunggal Ika”, sebagaimana dikembangkan
di Pusat Studi Pancasila (di UGM), Laboratorium Pancasila (di Universitas Negeri
Malang).
Melalui revitalisasi Pancasila sebagai wujud pemberdayaan Identitas Nasional inilah,
maka Identitas Nasional dalam alur rasional-akademik tidak saja segi tekstual
melainkan juga segi konstekstualnya dieksplorasikan sebagai referensi kritik social
terhadap berbagai penyimpangan yang melanda masyarakat kita dewasa ini. Untuk

15
membentuk jati diri maka nilai-nilai yang ada tersebut harus digali dulu misalnya
nilai-nilai agama yang datang dari Tuhan dan nilai-nilai yang lain misalnya gotong-
royong, persatuan kesatuan, saling menghargai menghormati, yang hal ini sangat
berarti dalam memperkuat rasa nasionalisme bangsa. Dengan saling mengerti antara
satu dengan yang lain maka secara langsung akan memperlihatkan jati diri bangsa
kita yang akhirnya mewujudkan identitas nasional kita.

Untuk mengembangkan jati diri bangsa dimulai dari nilai-nilai yang harus
dikembangkan yaitu nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, berani mengambil resiko,
harus bertanggung jawab terhadap apa yang boleh dilakukan, adanya kesepakatan dan
berbagai terhadap sesama. Untuk itu perlu perjuangan dan ketekunan untuk
menyatukan nilai, cipta, rasa dan karsa itu. (Soemarno, Soedarsono).

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara etimologis identitas nasional berasal dari dua kata yaitu “identitas” dan
“nasional”. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris Identity yang memiliki
pengertian harafiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang
atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Sedangkan kata nasional
merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang
diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, dan bahasa
maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Secara terminologis istilah
identitas nasional memiliki pengertian yang berbeda-beda menurut pendapat beberapa
ahli. Menurut Kaelan (2010: 43) menyatakan bahwa identitas nasional adalah suatu
ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain. unsur-unsur pembentuk identitas yaitu suku bangsa,
agama, kebudayaan dan bahasa.

Identitas nasional itu penting bagi sebuah negara agar bangsa kita dikenal oleh
bangsa lain. Apabila kita sudah dikenal oleh bangsa lain maka kita dapat melanjutkan
perjuangan untuk mampu eksis sebagai bangsa sesuai dengan fitrahnya. Identitas
nasional bagi sebuah negara-bangsa sangat penting bagi kelangsungan hidup negara-
bangsa tersebut. Identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan bangsa
Indonesia. Dengan adanya identitas maka akan tumbuh rasa hormat dan saling
menghargai antar negara-bangsa. Dalam berhubungan antarnegara tecipta

Disadari bahwa rendahnya pemahaman dan menurunnya kesadaran warga negara


dalam bersikap dan berperilaku menggunakan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara khususnya pada era reformasi bagaikan berada dalam tahap
disintegrasi karena tidak ada nilai-nilai yang menjadi pegangan bersama. Oleh karena

17
itu perlu adanya pendukung dalam meningkatkan kesadaran terhadap nilai-nilai luhur
yang dapat dijadikan pegangan dalam bermasyarakat. Memahami dan mengerti nilai-
nilai pancasila sejak dini dalam kehidupan sekolah sangat membantu dalam
meningkatkan kesadaran dalam mewujudkan nilai-nilai pancasila. Kita perlu
memahami secara penuh bahwa pancasila sebagai pedoman hidup bangsa sehingga
kita dapat merasa berkewajiban dalam melaksanakannya.

3.2 SARAN

Sebagai masyarakat Indonesia kita harus bisa ikut serta dalam menjaga dan
melestarikan apa yang menjadi identitas negara Indonesia. Hal itu dikarenakan
identitas negara merupakan aset yang berharga yang menjadi pembeda sekaligus
tanda pengenal dengan bangsa lain. Jangan biarkan bangsa lain mengklaim apa yang
menjadi identitas negara kita. Dan apabila hal itu terjadi maka sudah seharusnya
pemerintah menindak lanjutinya secara tegas demi kembalinya identitas negara.

18
DAFTAR PUSTAKA

Herdiawanto, H., & Hamdayama, J. (2010). Cerdas, Kritis, Dan Aktif


Berwarganegara. Jakarta: Erlangga.

Kaelan, & Zubaidi, A. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:


Paradigma

https://www.zonareferensi.com/pengertian-negara/

https://nurbaititrisetianiblog.wordpress.com/2018/05/20/esensi-dan-urgensi-
identitas-nasional-sebagai-salah-satu-determinan-pembanguan-bangsa-dan-
karakter/

Sumantri, A. (2014). Bab II Bagaimana Esensi dan Urgensi Identitas Nasional


Sebagai Salah Satu Determinan Pembangunan Bangsa dan Karakter. Dipetik
Desember 3, 2016, dari kuliahdaring.dikti.go.id

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/73897666bed07ff50b5
b2bf1ed73e60a.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai