DISUSUN OLEH:
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................2
3.1 Kesimpulan.................................................................................13
3.2 Saran............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Memahami isi UU No. 14 Tahun 2005
2. Memahami isi Permendiknas No. 16 Tahun 2007
3. Memahami mengapa PP No. 74 Tahun 2008 diubah dalam PP No. 19 Tahun 2017
4. Memahami isi Permendikbud No 10 Tahun 2017
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 diterbitkan dalam rangka pelaksanaan Pasal 28
ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi
akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/Taman Kanak-kanak/Raudatul Atfal
(PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah
menengah pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah
luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru
sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK).
3
Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program
studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
Kerangka dari Peraturan Pemerintah ini terdiri 9 Bab 68 Pasal. Berikut ini disajikan
beberapa hal-hal yang dianggap penting tenatang isi peraturan ini.
Bab I Ketentuan Umum. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Bab III Hak. Guru yang memenuhi persyaratan berhak mendapat satu tunjangan
profesi. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan tetap diberi
tunjangan profesi Guru apabila yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas sebagai
pendidik
4
Bab IV Beban Kerja. Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok: (a) merencanakan
pembelajaran; (b) melaksanakan pembelajaran; (c) menilai hasil pembelajaran; (d)
membimbing dan melatih peserta didik; dan (e) melaksanakan tugas tambahan yang
melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.
Bab V Wajib Kerja dan Pola Ikatan Dinas. Dalam keadaan darurat, Pemerintah dapat
memberlakukan ketentuan wajib kerja kepada Guru dan/atau warga negara Indonesia
lainnya yang memenuhi Kualifikasi Akademik dan kompetensi untuk melaksanakan
tugas sebagai Guru di Daerah Khusus di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat menetapkan pola ikatan
dinas bagi calon Guru untuk memenuhi kepentingan pembangunan pendidikan
nasional atau kepentingan pembangunan daerah.
Bab VII Sanksi. Guru yang tidak dapat memenuhi Kualifikasi Akademik, kompetensi,
dan Sertifikat Pendidik kehilangan hak untuk mendapat tunjangan fungsional atau
subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan. Guru yang tidak dapat
memenuhi kewajiban melaksanakan pembelajaran 24 (dua puluh empat) jam tatap
muka dan tidak mendapat pengecualian dari Menteri dihilangkan haknya untuk
mendapat tunjangan profesi, tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional,
dan maslahat tambahan.
Bab VIII Ketentuan Peralihan. Guru Dalam Jabatan yang belum memiliki Sertifikat
Pendidik memperoleh tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional dan
maslahat tambahan. Pengawas satuan pendidikan selain Guru yang diangkat
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini diberi kesempatan dalam waktu 5 (lima)
tahun untuk memperoleh Sertifikat Pendidik.
5
PP 19 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas PP 74 Tahun 2008 Tentang Guru
memiliki dasar hukum yaitu:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4586);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4941);
A. SERTIFIKASI GURU
1) Sertifikat Pendidik ditetapkan oleh pemimpin perguruan tinggi.
2) Sertifikat Pendidik diregistrasi oleh Menteri.
3) Sertifikat Pendidik sah berlaku bagi guru untuk melaksanakan tugas setelah
mendapat nomor registrasi Guru.
4) Calon Guru dapat memperoleh lebih dari satu Sertifikat Pendidik, tetapi hanya
diberi 1 nomor registrasi Guru.
B. PENGANGKATAN GURU
1) Setiap orang yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan oleh satuan
pendidikan, baik yang sudah atau belum memenuhi kualifikasi akademik
S-l/D-IV dan tidak memiliki Sertifikat Pendidik dapat diangkat menjadi
Guru.
2) Pengangkatan Guru yang memiliki keahlian khusus diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. diperuntukkan bagi Guru produktif pada SMK;
b. belum terdapat program studi di perguruan tinggi yang menghasilkan
lulusan di bidang keahlian khusus; dan
c. tidak diperuntukkan untuk mengisi formasi khusus pegawai negeri
sipil.
3) Pengangkatan menjadi guru dilakukan setelah lulus uji kesetaraan dan uji
kelayakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6
C. UJI KESETARAAN GURU
1) Uji kesetaraan merupakan penyetaraan pemenuhan kualifikasi akademik S1 /
D-IV.
2) Uji kelayakan merupakan pemenuhan Sertifikasi.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan uji kesetaraan dan uji kelayakan
diatur dengan Peraturan Menteri.
D. TUNJANGAN PROFESI
1) Tunjangan Profesi diberikan kepada:
a. Guru;
b. Guru yang diberi tugas sebagai kepala satuan pendidikan; atau
c. Guru yang mendapat tugas tambahan:
a. wakil kepala satuan pendidikan;
b. ketua program keahlian satuan pendidikan;
c. kepala perpustakaan satuan pendidikan;
d. kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan;
e. pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu;
f. Tugas tambahan selain dari huruf a sampai dengan huruf f yang terkait
dengan pendidikan di satuan pendidikan.
2) Dalam hal Guru diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan, akan diberikan
tunjangan profesi pengawas satuan pendidikan dan tidak diberikan Tunjangan
Profesi.
3) Tunjangan Profesi diberikan dengan syarat sebagai berikut:
a. memiliki 1 (satu) atau lebih Sertifikat Pendidik;
b. memiliki nomor registrasi Guru;
c. memenuhi beban kerja;
d. aktif mengajar sebagai Guru mata pelajaran dan/atau Guru kelas pada
satuan pendidikan yang sesuai dengan peruntukan Sertifikat Pendidik yang
dimiliki;
e. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun;
f. tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan pendidikan
tempa bertugas;
g. memiliki nilai hasil penilaian kinerja minimal baik; dan
h. mengajar di kelas sesuai rasio Guru dan siswa.
4) Guru yang memiliki lebih dari 1 (satu) Sertifikat Pendidik dan/atau mengajar
lebih dari 1 (satu) satuan pendidikan hanya berhak mendapat 1 (satu)
Tunjangan Profesi.
5) Pemenuhan beban kerja sebagai Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf c dapat diperoleh dari ekuivalensi beban kerja tugas tambahan Guru
sebagai berikut:
7
a. 12 jam tatap muka untuk tugas tambahan
b. 6 jam tatap muka untuk untuk tugas tambahan
c. paling banyak 6 jam tatap muka untuk untuk tugas tambahan
6) Tunjangan Profesi diberikan terhitung mulai bulan Januari awal tahun
anggaran berikutnya setelah yang bersangkutan memiliki nomor registrasi
Guru dari Menteri.
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai rasio Guru dan siswa dan ekuivalensi beban
kerja tugas tambahan diatur dengan Peraturan Menteri.
Tunjangan profesi bagi Guru yang diangkat oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang didirikan Masyarakat
dianggarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Tunjangan Profesi dan tunjangan khusus bagi Guru Tetap bukan pegawai negeri
sipil diberikan sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang
berlaku bagi Guru pegawai negeri sipil.
1. Kegiatan
Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok:
8
Beban kerja Guru paling sedikit memenuhi 24 jam tatap muka dan paling banyak
40 jam tatap muka dalam I minggu
3. Ketentuan beban kerja guru
Ketentuan lebih lanjut mengenai beban kerja Guru diatur dengan Peraturan
Menteri.
I. PENGANGKATAN GURU
1. Guru yang diangkat oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah wajib
menandatangani pemyataan kesanggupan untuk ditugaskan di Daerah Khusus paling
singkat selama 10 tahun.
2. Guru yang diangkat oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang telah
bertugas berhak pindah tugas setelah tersedia Guru pengganti.
3. Dalam hal terjadi kekosongan Guru, Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
wajib menyediakan Guru pengganti untuk menjamin keberlanj utan proses
pembelajaran pada satuan pendidikan yang bersangkutan.
1. Guru yang diangkat oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat
ditempatkan pada jabatan pimpinan tinggi, administrator, pengawas, atau jabatan
fungsional lainnya yang membidangi pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
9
a. Guru yang bersangkutan bertugas sebagai Guru paling singkat a (delapan) tahun;
dan
5. Hak sebagai Guru yang berupa Tunjangan Profesi diberikan sebesar Tunjangan
Profesi berdasarkan jenjang jabatan sebelum Guru yang bersangkutan ditempatkan
pada jabatan pimpinan tinggi, administrator, pengawas, atau jabatan fungsional
lainnya yang membidangi pendidikan.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan Guru pada jabatan pimpinan tinggi,
administrator, pengawas, atau jabatan fungsional lainnya yang membidangi
pendidikan dan pengembaliannya pada jabatan Guru diatur dengan Peraturan Menteri.
L. PEMINDAHAN GURU
1. Pemindahan Guru yang diangkat oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pemindahan Guru yang diangkat oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
dilakukan setelah Guru yang bersangkutan bertugas pada satuan pendidikan paling
singkat selama 4 tahun, kecuali Guru yang bertugas di Daerah Khusus.
1. Bagi Guru Dalam Jabatan yang diangkat sampai dengan akhir tahun 2015 dan
sudah memiliki kualilikasi akademik S-l/D-IV tetapi belum memperoleh Sertilikat
Pendidik dapat memperoleh Sertifrkat Pendidik melalui pendidikan profesi Guru.
10
2. Pendidikan Profesi Guru dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Masyarakat.
Jenis-jenis Perlindungan
Perlindungan merupakan upaya melindungi Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang
menghadapi permasalahan terkait pelaksanaan tugas. Perlindungan yang dimaksud
meliputi perlindungan hukum, profesi, keselamatan dan kesehatan kerja dan hak atas
kekayaan intelektual.
1. Perlindungan hukum kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan mencakup
perlindungan terhadap tindak kekerasan; ancaman; perlakuan diskriminatif;
intimidasi; dan perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta
didik, Masyarakat, birokrasi, dan/atau pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan
tugas sebagai Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
2. Perlindungan profesi kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan mencakup
perlindungan terhadap:
1) pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan;
2) pemberian imbalan yang tidak wajar;
3) pembatasan dalam menyampaikan pandangan;
4) pelecehan terhadap profesi; dan/atau
5) pembatasan atau pelarangan lain yang dapat menghambat pelaksanaan tugas.
11
industri. Perlindungan terhadap Pendidik dan Tenaga Kependidikan merupakan
kewajiban dari:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya;
c. Satuan Pendidikan;
d. Organisasi Profesi; dan/atau
e. Masyarakat.
Pelaksanaan Perlindungan
Perlindungan terhadap Pendidik dan Tenaga Kependidikan merupakan kewajiban
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Satuan Pendidikan, Organisasi Profesi, dan
Masyarakat.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan memungkinkan berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka menjalankan fungsi
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana disebutkan di atas. Peserta
didik sekarang merupakan manusia masa depan yang diharapkan mampu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, terampil, berwatak dan berkarakter kebangsaan,
serta menjadi insan agamais. Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain,
apalagi di dalam masyarakat yang multikultural dan multidimensional, dimana peran
teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru masih sangat minim. Kalau pun
teknologi pembelajaran tersedia mencukupi, peran guru yang sesungguhnya tidak
akan tergantikan. Sejarah pendidikan di Indonesia telah mencatatkan bahwa profesi
guru sebagai profesi yang disadari pentingnya dan diakui peran strategisnya bagi
pembangunan masa depan bangsa. Dengan lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, guru yang tadinya masuk ke dalam “rumpun pendidik”, kini telah
memiliki definisi tersendiri.
3.2Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://ainamulyana.blogspot.com/2018/06/undang-undang-uu-nomor-14-tahun-
2005.html
https://www.amongguru.com/permendiknas-nomor-16-tahun-2007-tentang-standar-
kompetensi-guru/
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/51474/pp-no-19-tahun-2017
https://www.seputarbandungraya.com/2017/06/poin-poin-perubahan-dalam-
peraturan.html
https://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/pp_74_08.pdf
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/01/16/peraturan-pemerintah-no-74-
tahun-2008-tentang-guru/
https://gurubagi.com/permendikbud-nomor-10-tahun-2017-tentang-perlindungan-
bagi-pendidik-dan-tenaga-kependidikan/
https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/KEBIJAKAN
%20PEMBINAAN%20DAN%20PENGEMBANGAN%20GURU.pdf
14