Anda di halaman 1dari 5

A.

Komponen-komponen dari keterampilan mengajar


1. Komponen keteramilan memberikanpl penguatan
Dalam proses belajar-mengajar perlu komponen yang tepat dalam pemberian
penguatan. Hal ini harus disesuakan dengan jenjang pendidikan, usia, kemampuan per
individu, dan latar belakang peserta didik. Terdapat beberapa komponen dalam
pemberian penguatan yaitu:
a. Penguatan Verbal
Penguatan verbal merupakan penguatan yang diungkapkan atau diutarakan
dengan menggunakan kata-kata pujian. Kata-kata pujian yang disampaikan tenaga
pendidik kepada peserta didik dapat membangkitkan semangat peserta didik,
sedikit apapun kata yang disampaikan. Kata-kata pujian biasanya dapat berupa
benar, bagus, tepat, dan lain-lain. Tidak hanya berupa kata, pujian juga dapat
berupa kalimat, misalnya kamu mengerjakan dengan sangat aik.
b. Penguatan Non-verbal
Penguatan non-verbal berbeda dengan penguatan verbal, penguatan non-verbal
dapat berupa pendekatan, gerak isyarat, sentuhan dan sebagainya. Berikut macam-
macam penguatan non-verbal:
1) Penguatan gestural
Penguatan ini sangat erat kaitannya dengan pemberian penguatan verbal.
Ucapan yang diberikan guru terhadap respon perilaku siswa dapat dilakukan
dengan mimik wajah yang cerah, mengangguk, acungan, tepuk tangan,
acungan jempol, dan sebagainya. Semua gerakan ini merupakan bentuk
pemberian penguatan gestural. Tenaga pendidik dapat mengembangkan
sendiri, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku sehingga dapat menimbulkan
interaksi guru dan siswa yang baik, dan saling menguntungkan.
2) Penguatan mendekati
Mendekati merupakan bentuk respon tertarik terhadap suatu objek. Perhatian
guru kepada siswa, meunjukkan bahwa guru tertarik. Guru dapat menghampiri
siswa dengan berdiri samping, maupun berjalan dekat siswa. Peserta didik
yang didekati guru akan menimbulkan kesan diperhatikan. Penguatan ini
sangat menunjang untuk memperkuat penguatan verbal.

1
3) Penguatan sentuhan
Penguatan ini sangat erat kaitannya dengan penguatan mendekati. Penguatan
sentuhan dapat dilakukan bila guru secara fisik menyentuh siswa. Penguatan
ini dapat dilakukan dengan cara mengusap kepalanya, berjabat tangan,
menepuk bahu, dan sebagainya. Bentuk respon ini ditunjukkan untuk
penghargaan penampilan, atau kerja peserta didik. Namun perlu diperhatikan
umur, kenis kelamin, latar belangan dan budaya untuk pemberian penguatan
sentuhan.
4) Penguatan tanda
Simbol atau tanda merupakan bagian dari realitas yang berfungsi sebagai
bentuk komunikasi yang memiliki makna. Penguatan dalam bentuk simbol
atau tanda dapat ditujukan kepada siswa sebagai bentuk penghargaan, dapat
berupa komentar tertulis, sertifikat, mendali, stiker, gambar, prangko, dan
sebagainya.
5) Penguatan dengan kegiatan menyenangkan
Guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi
oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya seorang siswa yang menunjukkan
kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk sebagai pemimpin paduan suara di
sekolahnya.
6) Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru
hendaknya tidak langsung menyalahkan siswa. Dalam keadaan seperti ini guru
sebaiknya menggunakan atau memberikan penguatan tak penuh (partial).
Misalnya, bila seorang siswa hanya memberikan jawaban sebagian benar,
sebaiknya guru mengatakan “Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu
disempurnakan,” sehingga siswa tersebut mengetahui bahwa jawabannya
tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakan.

2. Komponen keterampilan mengadakan variasi


Dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan
meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan
media dan bahan pengajaran dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Dengan dikombinasikannya ketiga komponen atau aspek dalam penggunaannya atau
2
secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian peserta didik, membangkitkan
keinginan dan kemauan belajarnya. Dengan sebab itu, maka diharapkan tujuan
pendidikan tercapai. Aspek atau komponen yang dimaksud dalam pembahasan ini
dapat diperdalam dengan penjelasan berikut:
a. Variasi Gaya Mengajar
Variasi gaya mengajar pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi anggota
badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi
tersebut dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan
semuanya memiliki relevensi dengan hasil belajar. Perilaku guru seperti itu dalam
proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi
antara guru dan siswa, menarik perhatian siswa, menolong penerimaan bahan
pelajaran, dan memberi stimulasi. Variasi gaya mengajar ini adalah sebagai
berikut:
1) Variasi suara (Teachervoice)
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan.
Guru dapat mendramatisasi suatu perstiwa, menunjukkan hal-hal yang
dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang siswa, atau berbicara
secara tajam dengan siswa yang kurang perhatian, dan seterusnya.
2) Penekanan (focusing)
Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau
aspek kunci, guru dapat menggunakan ”penekanan secara verbal”; misalnya,
”Perhatikan baik-baik. Nah, ini yang penting. Ini adalah bagian yang sukar,
dengarkan baik-baik!” penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan
gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari atau memberi
tanda pada papan tulis.

Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah
siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni :
a) Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis
rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk.
Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata penting
pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.
3
b) Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit. Bagi
guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak terlalu rumit
dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana dikarenakan semata-
mata untuk menarik perhatian siswa.
c) Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-
hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut
ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar bisa saja
lingkungan, orang tua dan guru. Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau
membangkitkan minat belajar siswa baik dirumah maupun dikelas.
d) Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar bisa
mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa memiliki
minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa dengan
memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”, karena materinya
agak sulit dan sebagainya.

Analisis kelompok:

Dalam proses belajar mengajar masalah kegiatan siswa adalah yang menjadi focus
perhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah untuk suatu upaya bagaimana
lingkungan yang tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar
siswa. Itu berarti tidak ada seorang gurupun yang ingin agar siswa tidak senang dan tidak
bergairah dalam belajar, maka akan menggangu kelancaran kegiatan pengajaran. Apalagi jika
sebagian siswa tidak mau memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, atau tidak mau
mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk materi pelajaran tertentu. Agar kegiatan
pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan
lingkungan belajar yang kondusif.

4
DAFTAR PUSTAKA

Barnawi., & Mohammad, Arifin. 2012. Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Hasibuan, dan Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar.Bandung:Remaja Rosdakarya.
http://www.ahmadzainuddin.com/netbookislami/?id=sabenhttp://www.jejakpendidikan.com/
2017/05/keterampilan-mengadakan-variasi.html

Anda mungkin juga menyukai