Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam percakapan sehari-hari sering terdengar istilah profesi atau profesional.


Seseorang mengatakan bahwa profesinya sebagai seorang dokter; yang lain mengatakan
bahwa profesinya sebagai arsitek dan lain-lain. Para staf dan instansi militer dan
pemerintahan tidak henti-hentinya menyatakan akan meningkatkan keprofesionalannya.
Ini berarti bahwa jabatan mereka adalah suatu profesi juga.

Kalau dicermati dengan cermat bermacam-macam profesi yang disebutkan diatas,


belum dapat dilihat dengan jelas apa yang merupakan kritria bagi suatu pekerjaan
sehingga dapat disebut suatu profesi itu. Kelihatannya, kriteria dapat bergerak dari segi
pendidikan formal yang diperlikan bagi seseorang untuk mendapatkan suatu profesi,
sampai kepada kemampuan yang dituntut seseorang dalam melakukan tugasnya. Dokter
dan arsitek harus melalui pendidikan tinggi yang cukup lama, dan menjalankan pelatihan
berupa pemagangan yang juga memakan waktu yang tidak sedikit sebelum mereka
diizinkan memangku jabatannnya. Setelah memangku jabatannya, mereka juga dituntut
untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan tujuan
meningkatkan kualitas layanannya kepada khalayak.

Sementara itu untuk menjadi pedagang atau petinju mungkin tidak diperlukan
pendidikan tinggi, malah pendidikan khusus sebelum memangku jabatan itupun tidak
perlu, meskipun latihan, baik sebelum ataupun setelah menggauli jabatan itu, tentu saja
sangat diperlukan. Oleh sebab itu, makalah ini dibuat agar tidak menimbulkan kerancuan
tentang pengertian profesi itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari profesi?
2. Apasajakah istilah-istilah yang berhubungan dengan profesi?
3. Bagaimanakah pengakuan terhadap profesi guru?
4. Apa yang dimaksud dengan tenaga pendidik sebagai profesi?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi

Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills (1966) mengatakan bahwa profesi


adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh
melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau
keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh
upah atau gaji dalam jumlah tertentu. Selanjutnya dikatakan juga bahwa profesi berarti
juga suatu kompetensi khusus yang memerlukan kemampuan intelektual tinggi, yang
mencakup penguasaan atau didaari pengetahuan tertntu. Pengertian lain dikemukakan
oleh Moh. Uzer Usman (1991) dengan mengatakan bahwa guru merupakan suatu profesi
yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru.

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, berarti unsur terpenting dalam profesi


guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau keahlian khusus,
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mendidik dan megajar secara efektif dan
efisien.1

B. Istilah yang Berkenaan Dengan Profesi


1. Profesi

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua
pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para
pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang
disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetepi memerlukan
suatu persiapan melelui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk
itu.

Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh
masyarakat awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan,
namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki
1
Prof. Dr. Sudarwan Danim, Dr. H. Khairil, Mai 2012. Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta, cet:3, Hlm: 8-
9

2
mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan
kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang
harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa
pekerjaan dan profesi adalah sama.

2. Profesional
Untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu bersikap
profesional. Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain memiliki keahlian
juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya
tersebut. Seorang profesional tidak akan pernah berhenti menekuni bidang keahlian
yang dimiliki. Selain itu, seorang profesional juga harus selalu melakukan inovasi
serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki supaya mampu bersaing untuk tetap
menjadi yang terbaik di bidangnya.
3. Profesionalisme
Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. “Profesionalisme” adalah
sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para
anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas
profesionalnya.
Dalam bekerja, setiap manusia dituntut untuk bisa memiliki profesionalisme
karena di dalam profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian atau keahlian dalam
mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sember daya, serta sebuah
strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua bagian/elemen. Profesionalisme juga
bisa merupakan perpaduan antara kompetensi dan karakter yang menunjukkan adanya
tanggung jawab moral.
4. Profesionalitas
Profesionalitas merupakan sikap para anggota profesi benar-benar menguasai,
sungguh-sungguh kepada profesinya. “Profesionalitas” adalah sutu sebutan terhadap
kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya.
5. Profesionalisasi
“Profesionalisasi” adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan
peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang

3
telah ditetapkan. Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat
seseorang atau kelompok orang menjadi profesional.2
C. Tenaga Pendidik Sebagai Profesi
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar
bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar
bidang kependidikan.
Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip
mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai berikut:
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang
diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang
bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berfikir serta
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya
dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki peserta didik, agar peserta didik menjadi mudah dalam memahami
pelajaran yang diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip dalam proses pembelajaran , diharapkan guru dapat
menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik
menjadi jelas.
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan hubungan antara mata pelajaran dan
praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara
memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langung, mengamati atau
meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial,
baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar
dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.
2
http://www.maribelajarbk.web.id

4
Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk
mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat melakukan perbaikan dan
pengembangan.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah demikian pesat, guru
tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak
sebagai fasilitaor, motivator dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi. Dengan demikian,
keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan
prinsip mengajar seperti telah diuraikan.3
Sebagai sebuah profesi, seharusnya guru tidak berbeda dengan profesi lainnya.
Tapi kenyataan yang berkembang di masyarakat luas tidaklah demikian. Masyarakat
menuntut guru bukan hanya “pemilik kelas” disebuah sekolah. Guru buka sekadar
profesi, dan memang tidak pernah bisa dijadikan profesi sekadar. Profesi sekadar adalah
profesi yang dilakukan ala kadarnya. Tanpa target apa-apa. Kalaupun ada target yang
ingin dicapai, target itu biasanya hanya bersifat material. Bukan target yang besar dan
mulia.4
Profesi kependidikan sesungguhnya memiliki dua ranah besar, yaitu pendidik dan
tenaga kependidikan. Penyandang profesi atau pemangku pekerjaan pendidik mencakup
guru, dosen, konselor, pamong belajar, pamong, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator
dan tenaga atau sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyenggarakan pendidikan, yang berfungsi sebagai agen pembelajaran peserta
didik.5
D. Pengakuan Terhadap Profesi
Secara sosiologis kehadiran suatu profesi dimasyarakat bukan diakui dan diyakini
oleh pengemban profesi itu semata, justru diakui dan dirasakan manfaat dan
kepentingannya oleh masyarakat yang bersangkutan. 
Untuk berkembangya peran dan fungsi suatu profesi guru membutuhkan
pengakuan dari bidang-bidang profesi lain yang telah berada di masyarakat. Pengakuan
dan penghormatan antar bidang profesi akan tercipta dan terjamin, jika masing-masing
pengemban berbagai bidang profesi mematuhi kode etiknya. Prinsip dasar saling
3
Prof. Dr. H. Hamzah B.Uno, M.Pd. Juni 2012. Profesi Kependidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet ke-9, Hlm
15-17
4
Dr. Hamka Abdul Aziz, Msi, Maret 2012. Karakter Guru Profesional, Jakarta: Al-Mawardi Prima, Cet ke-1,
hlm: 34-35
5
Prof. Dr. Sudarwan Danim, Dr. H. Khairil, Mai 2012. Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta, cet:3, Hlm: 2

5
menghormati antar bidang profesi itu akan menjadi landasan bagi terwujudnya kerjasama
secara kesejawatan dalam menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan di
masyarakat yang membutuhkan pendekatan secara permasalahan kependidikan,
kesehatan, kesejahteraan, dan sebagainya (Blocher,1987). 
Untuk terjaminnya kehadiran, perkembangan dan kemantapan peran dan fungsi
suatu profesi dibutuhkan adanya pengakuan dan perlindungan hukum resmi dari
pemerintah (jurisdiction).6
Jabatan guru juga memiliki kriteria tertentu, misalnya kriteria yang disusun oleh
National Education Association (NEA) (1948) yang menyarankan kriteria sebagai
berikut:
a. Jabatan yang Melibatkan Kegiatan Intelektual
Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar
melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Lebih
lanjut dapat diamati, bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah
dasar bagi persiapan dari semua kegiatan profesional lainnya. Oleh sebab itu, mengajar
sering kali disebut sebagai ibu dari segala profesi.
b. Jabatan yang Menggeluti Batang Tubuh Ilmu yang Khusus
Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota
mereka dari orang awam, dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang
jabatannya. Anggota-anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun
keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak
terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan. Namun belum ada
kesepakatan tentang bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan atau keguruan
(Ornstein and Levine, 1984).
Mereka yang bergerak di bidang pendidikan menyatakan bahwa mengajar telah
mengembangkan secara jelas bidang khusus yang sangat penting dalam mempersiapkan
guru yang bewenang. Sebaliknya, ada yang bependapat bahwa mengajar belum
mempunyai batang tubuh ilmu khusus yang dijabarkan secara ilmiah. Namun, dalam satu
riset ilmiah dituliskan bahwa terdapat bukti-bukti pekerjaan mengajar telah secara intensif
mengembangkan batang tubuh ilmu khususnya. Sebaliknya masih ada juga yang
berpendapat bahwa ilmu pendidikan sedang dalam krisis identitas, batang tubuhnya tidak
jelas, batas-batasnya kabur, strukturnya sebagai a body of knowledge samar-samar
(Sanusi et al., 1991). Ilmu pendidikan kurang terdefinisi dengan baik. Di samping itu,
6
http://matematikasmun1dk.blogspot.co.id

6
ilmu yang terpakai dalam dunia nyata pengajaran masih banyak belum teruji vakidasinya
dan yang disetujui sebagian besar ahlinya (Gideonse, 1982, dan Woodring, 1983).
Sebagai hasilnya, banyak orang khususnya orang awam, seperti juga dengan para
ahlinya, selalu berdebat dan berselisih, malahan kadang-kadang menimbulkan
pembicaraan yang negatif. Hasil lain dari bidang ilmu yang belum terdefinisi dengan baik
ini adalah isi dari kurikulum pendidikan guru berbeda antara satu tempat dengan tempat
lainnya, walaupun telah mulai disamakan dengan menentukan topik-topik inti yang wajib
ada dalam kurikulum.
Banyak guru di sekolah menengah diperkirakan mengajar di luar dan di bidang
ilmu yang cocok dengan ijazahnya. Masalah ini sangat menonjol dalam bidang
matematika dan ilmu pengetahuan alam, walaupun sudah agak berkurang dengan adanya
persediaan guru yang cukup sekarang ini.
c. Jabatan yang Memerlukan Persiapan Latihan yang Lama
Anggota kelompok guru dan yang berwenang di departemen pendidikan dan
kebudayaan berpendapat bahwa persiapan profesional yang cukup lama amat perlu untuk
mendidik guru yeng berwenang.
d. Jabatan yang Memerlukan Latihan dalam Jabatan yang Sinambung
Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional,
sebab hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional.
e. Jabatan yang Menjanjikan Karir Hidup dan Keanggotaan yang Permanen
Banyak guru baru yang hanya bertahan hanya selama satu atau dua tahun saja pada
profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja ke bidang yang lain, yang lebih banyak
mejanjikan bayaran yang lebih tinggi. Namun di Indonesia kelihatannya tidak begitu
banyak guru yang pindah ke bidang lain, walaupun bukan berarti pula bahwa jabatan
guru di Indonesia mempunyai jabatan yang tinggi. Alasannya mungkin karena lapangan
kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit.
f. Jabatan yang Menentukan Peraturan Sendiri
Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, karena peraturan untuk
jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri. Peraturan jabatan
guru masih sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang
menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.
g. Jabatan yang Mementingkan Layanan di Atas Keuntungan Pribadi
Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang
anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membantu orang lain, bukan disebaban oleh

7
keuntungan ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru memilih jabatan ini berdasarkan
apa yang dianggap baik oleh mereka yakni mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang
kepuasan ekonomi atau lahiriyah.
h. Jabatan yang Mempunyai Organisasi Profesional yang Kuat dan Terjalin Rapat
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk
dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan
guru telah memenuhi kriteria ini dan dalam hal lain belum dapat di capai.
Berdasarkan analisis ini tampaknya jabatan guru belum sepenuhnya dapat
dikategorikan sebagai suatu profesi yang utuh, dan bahkan banyak orang sependapat
bahwa guru hanya jabatan semiprofesional atau profesi yang baru muncul karena belum
semua ciri-ciri di atas yang dapat dipenuhi.7

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

7
Prof. Soetjipto, Drs. Raflis Kosasi, M.Sc. September 2004. Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet ke-2,
Hlm: 18-25

8
1. Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan
dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak
semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut
keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan
atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang,
akan tetepi memerlukan suatu persiapan melelui pendidikan dan pelatihan yang
dikembangkan khusus untuk itu.
2. Profesi kependidikan sesungguhnya memiliki dua ranah besar, yaitu pendidik
dan tenaga kependidikan. Penyandang profesi atau pemangku pekerjaan
pendidik mencakup guru, dosen, konselor, pamong belajar, pamong,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan tenaga atau sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyenggarakan
pendidikan, yang berfungsi sebagai agen pembelajaran peserta didik.
B. Pesan dan Saran
Sayan mohon bantuan dari dosen pembimbing berserta teman-teman apabila ada
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini agar dapat memberi saran dan
kritikannya.

DAFTAR PUSTAKA

9
Prof. Dr. Sudarwan Danim, Dr. H. Khairil, Mai 2012. Profesi Kependidikan, Bandung:
Alfabeta, Cet ke-3
http://www.maribelajarbk.web.id
Prof. Dr. H. Hamzah B.Uno, M.Pd. Juni 2012. Profesi Kependidikan, Jakarta: PT Bumi
Aksara, Cet ke-9
Dr. Hamka Abdul Aziz, Msi, Maret 2012. Karakter Guru Profesional, Jakarta: Al-
Mawardi Prima, Cet ke-1
http://matematikasmun1dk.blogspot.co.id
Prof. Soetjipto, Drs. Raflis Kosasi, M.Sc. September 2004. Profesi Keguruan, Jakarta:
Rineka Cipta, Cet ke-2

10

Anda mungkin juga menyukai