PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang hakikat profesi kependidikan
2. Mengetahui pengertian profesi, profesional, profesionalisasi,
profesionalisme, dan profesi kependidikan
3. Mahasiswa diharapkan mampu memahami pentingnya profesi
kependidikan
4. Mahasiswa mengetahui syarat – syarat profesi kependidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
“Profesi” sudah cukup dikenal oleh semua pihak, dan senantiasa melekat
pada “guru” karena tugas guru sesungguhnya merupakan suatu jabatan
professional. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat, berikut ini akan
dikemukakan pengertian “profesi” dan kemudian akan dikemukakan pengertian
profesi guru. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau
jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau
jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para
pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang
disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetepi
memerlukan suatu persiapan melelui pendidikan dan pelatihan yang
dikembangkan khusus untuk itu. Ada beberapa istilah lain yang dikembangkan
yang bersumber dari istilah “profesi” yaitu istilah professional, profesionalisme,
profesionalitas, dan profesionaloisasi secara tepat, berikut ini akan diberikan
pengkelasan singkat mengeni pengertian istilah istilah tersebut.
3
Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin kuat
dan erat
Jelas sekali bahwa jabatan guru memenyuhi kriteria ini, karena mengajar
melibatkan upaya-upaya yang sangat didominasi kegiatan intektual. Bahwa
kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota professional ini adalah dasar bagi
persiapan semua kegiatan
professional lainnya oleh sebab itu, mengajar sering kali disebut
sebagi ibu dari segala profesi (Stinnett dan Huggett, 1963)
Persiapan professional yang yang cukup lama perlu untuk mendidik guru
yang berwenang. Konsep ini menjelaskan keharusan memnuhi kurikulum
perguruan tinggi, yang terdiri dari pendidikan umum, professional dan
khusus sekurang-kurangnya empat tahun bagi guru pemula.
4
D. Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan ‘ yang bersinambungan
Diluar negeri barang kali syarat jabatan guru sebagai karier permanen
merupakantitik yang paling lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah
jabatan professional. Banyak guru baru yang hanya bertahan selama satu
atau dua tahun saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah
kerja kebidang lain, yang lebih menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.
Untunglah di Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang
berpindah ke bidang lain, walaupun bukan berarti pula bahwa jabatab
guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya mungkin
karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit.
Dengan demikian criteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di
Indonesia.
Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk
jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh angota profesi sendiri,
terutama di Negara kita. Baku jabatan guru masih sangat banyak diatur
oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru
tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.
5
G. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi
6
memerlukan pendidikan profesi (UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen pasal 1.4).
3. organisasi profesi;
5. sistem imbalan;
6. pengakuan masyarakat.
7
7. Seorang profesional menggunakan waktu penuh untuk menjalankan
pekerjaannya
• Kode etik yang mengatur hubungan dari orang-orang profesional dengan klien
dan teman sejawat
8
mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi.
Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para
pengguna jasa suatu profesi. Sebagai contoh misalnya sebutan “guru professional”
adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan
yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatan ataupun latar belakang pendidikan
formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, ijazah, akta,
sertifikat, dsb baik yang menyangkut kualifikasi maupun kompetensi. Sebutan
“guru professional” juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap kompetensi
penampilan unjuk kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
guru. Dengan demikian, sebutan “profesional’’ didasarkan pada pengakuan formal
terhadap kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau
pekerjaan tertentu. Dalam RUU Guru (pasal 1 ayat 4) dinyatakan bahwa:
“professional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dangan keahlian
dan pengabdian diri kepada pihak lain”.
“Profesionalitas” adalah sutu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu
profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka
miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan
profesionalitas lebih menggambarkan suatu “keadaan” derajat keprofesian
seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini guru diharapkan memiliki profesionalitas
keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakantugasnya secara efektif.
9
“Profesionalisasi” adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan
peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Dengan profesionalisasi, para guru secara bertahap
diharapkan akan mencapai suatu derajat kriteria profesional sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan menurut Undang-undang nomer 14 tahun 2005 yaitu
berpendidikan akademik S-1 atau D-IV dan telah lulus Sertifikasi Pendidikan.
Pada dasarnya profesionalisasi merupakan sutu proses berkesinambungan melalui
berbagai program pendidikan dalam jabatan (in-service).
“Guru” adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang
yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif
secara terpola, formal, dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengrahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada
jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Guru professional akan
tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai
dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Keahlian yang dimiliki oleh
guru profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan
dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus untuk itu. Keahlian tersebut
mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi,
dan lisensi dari pihak yang berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi
profesi). Dengan keahliannya itu seorang guru mampu menunjukkan otonominya,
baik secara pribadi maupun sebagai pemangku profesinya.
10
kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif.
Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaaan berbagai perangkat
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya.
Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai
makhluk yang beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari
norma-norma agama dam moral.
Sementara itu, para guru diharapkan akan memiliki jiwa profesionalisme, yaitu
sikap mental yang senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan dirinya
sebagai petugas professional. Pada dasarnya profesionalisme itu, merupakan
motivasi intrinsic pada diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan
dirinya ke arah perwujudan profesional. Kualitas profesionalisme didukung oleh
kompetensi sebagai berikut :
11
Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu
meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perlaku
profesional. Citra profesi adalah suatu gambaran terhadap profesi guru
berdasarkan penilaian terhadap kinerjanya. Perwujudannya dilakukan melalui
berbagai cara misalnya penampilan, cara bicara, penggunaan bahasa, postur, sikap
hidup sehari-hari, hubungan antar pribadi, dsb.
Berdasarkan kriteria ini para guru diharapkan selalu berusaha mencari dan
memanfaatkan kesempatan yang dapat mengembangkan profesinya. Berbagi
kesempatan yang dapat dimanfaatkan antara lain:
12
Dalam UU Guru pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dan dosen
merupakan bidang pekerjaaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip
professional sebagai berikut :
Dikaitkan dengan proteksi hak azasi dan profesi guru, undang-undang guru sangat
diperlukan dengan tujuan : (1). Mengangkat harkat citra dan martabat guru, (2).
Meningkatakan tanggung jawab profesi guru sebagai profesi pengajar, pendidik,
pelatih, pembimbing, dan manajer pembelajaran, (3). Memberdayakan dan
mendayagunakan profesi guru secara optimal, (4). Memberikan jaminan
kesejahteraan dan perlindungan terhadap profesi guru, (5). Meningkatakan mutu
pelayanan dan hasil pendidikan, (6). Mendorong peran serta masyarakat dan
kepedulian terhadap guru. Setelah melalui perjuangan panjang selama lima tahun
sejak 1999, dengan melampaui empat presiden dan empat menteri pendidikan,
13
saat ini UU Guru telah disahkan menjadi, Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kelahiran Undang-undang Guru
ini merupakan payung dan landasan hukum bagi terwujudnya guru professional,
sejahtera, dan terlindungi. Pada gilirannya akan terwujud kinerja guru
professional dan sejahtera demi terwujudnya pendidikan nasional yang bermutu
dalam rangka pengembangan sumber daya manusia Indonesia.
(2). Hak guru : yang berupa penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum berupa
gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait tugasnya
sebagai guru. (Pasal 15 Ayat )
(3). Kewajiban guru ; untuk mengisi keadaan darurat adanya wajib kerja sebagai
guru bagi PNS yang memenuhi persyaratan.
(4). Pengembangan profesi guru; melalui pendidikan guru yang lebih berorientasi
pada pengembangan kepribadian dan profesi dalam satu lembaga yang terpadu.
14
(6). Organisasi profesi; sebagai wadah independen untuk meningkatkan kompetisi
karir, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteran dan atau
pengabdian, menetapkan kode etik guru, memperjuangkan aspirasi dan hak-hak
guru.
Berkenaan dengan kualifikasi akademik guru, dalam pasal tiga RPP guru
dinyatakan sebagai berikut: “kualifikasi akademik guru sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ditunjukan dengan ijazah yang merefleksikan kemampuan yang
dipersyaratan bagi guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidi pada jenjang,
jenis, dan satuan pendidikan atau mata pelajaran yang dia punya sesuai standar
Nasional pendidikan”. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
15
diperoleh melalui program pendidikan formal sarjana (S1) atau program
p[endidikan diploma empat (D-IV) pada perguruan tinggi yang memilkimprogram
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi atau perguruan tinggi
nonkependidikan yang terakreditasi.
16
keilmuannya. Uraian tersebut, memberikan penguatan bahwa profesi guru perlu
adanya kekuatan pengakuan formal melalui tiga tahap; yakni; sertifikasi;
regristrasi dan lisensi.
Sertifikasi adalah pemberian sertifikat yang menunjukkan kewenangan
seseorang anggota seperti ijasah tertentu.
Regritasi mengacu kepada suatu pengaturan di mana anngota diharuskan terdaptar
namanya pada suatu badan atau lembaga.
Adapun lisensi adalah suatu pengaturan yang menetapkan seseorang memperoleh
izin dari yang berwajib untuk menjalankan pekerjaanya.
Lingkungan profesi, harus membentuk perilaku kooperatif dan saling mendukung
dan menghindari kompetisi yang a-moral. Hubungan bersifat kolegial dan
konsultaif. Selain itu kebudayaan profesi terdiri atas nilai-nilai, norma-norma,
simbol-simbol dan konsep karier, nilai sosial dari sekelompok profesional adalah
jasanya adalah kebajikan sosial atau kesehateraan masyarakat.
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada
yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semiprofesional, namun sebenarnya
lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh
pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya
organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK
Menpan No. 26/1989).
Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawar-tawar lagi karena
uniknya profesi guru. Profesi guru harus memiliki berbagai kompetensi seperti
kompetensi profesional, personal dan sosial.
17
Untuk mensukseskan perlu ditata suatu system pendidikan yang relevan. Sistem
pendidikan ini dirancang dan dilaksanakan oleh orang ahli dalam bidangnya.
Tanpa keahlian yang memadai yang ditandai oleh kompetensi yang menjadi
persyaratan, maka pendidikan sulit berhasil.
Pendidik dan tenaga kependidikan adalah dua “profesi” yang sangat berkaitan erat
dengan dunia pendidikan, sekalipun lingkup keduanya berbeda. Hal ini dapat
dilihat dari pengertian keduanya yang tercantum dalam Pasal 1 Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Dalam undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Sementara Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Dari definisi di atas jelas bahwa tenaga
kependidikan memiliki lingkup “profesi” yang lebih luas, yang juga mencakup di
dalamnya tenaga pendidik. Pustakawan, staf administrasi, staf pusat sumber
belajar.
Kepala sekolah adalah diantara kelompok “profesi” yang masuk dalam kategori
sebagai tenaga kependidikan. Sementara mereka yang disebut pendidik adalah
orang-orang yang dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dan
berinteraksi langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang
sistematis, terencana, dan bertujuan. Penggunaan istilah dalam kelompok pendidik
tentu disesuaikan dengan lingkup lingkungan tempat tugasnya masing-masing.
Guru dan dosen, misalnya, adalah sebutan tenaga pendidik yang bekerja di
sekolah dan perguruan tinggi
Pendidik (guru) yang akan berhadapan langsung dengan para peserta didik,
namun ia tetap memerlukan dukungan dari para tenaga kependidikan lainnya,
sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Karena pendidik akan
mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya apabila berada dalam konteks
yang hampa, tidak ada aturan yang jelas, tidak didukung sarana prasarana yang
memadai, tidak dilengkapi dengan pelayanan dan sarana perpustakaan serta
18
sumber belajar lain yang mendukung. Karena itulah pendidik dan tenaga
kependidikan memiliki peran dan posisi yang sama penting dalam konteks
penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran).
Hal ini telah dipertegas dalam Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
yang menyatakan bahwa (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan, dan (2) Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Mencermati tugas yang digariskan oleh Undang-undang di atas khususnya untuk
pendidik dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan sekolah, jelas bahwa
ujung dari pelaksaan tugas adalah terjadinya suatu proses pembelajaran yang
berhasil.
Segala aktifitas yang dilakukan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan harus
mengarah pada keberhasilan pembelajaran yang dialami oleh para peserta
didiknya. Berbagai bentuk pelayanan administrasi yang dilakukan oleh para
administratur dilaksanakan dalam rangka menunjang kelancaran proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru; proses pengelolaan dan
pengembangan serta pelayanan-pelayanan teknis lainnya yang dilakukan oleh para
manajer sekolah juga harus mendorong terjadinya proses pembelajaran yang
berkualitas dan efektif. Lebih lagi para pendidik (guru), mereka harus mampu
merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan melibatkan berbagai
komponen yang akan terlibat dalamnya.
Ruang lingkup tugas yang luas menuntut para pendidik dan tenaga kependidikan
untuk mampu melaksanakan aktifitasnya secara sistematis dan sistemik. Karena
itu tidak heran kalau ada tuntutan akan kompetensi yang jelas dan tegas yang
dipersyaratkan bagi para pendidik, semata-mata agar mereka mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Guru sebagai Profesi
19
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada pekerjaan
atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu
profesi tidak bisa di lakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau
dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan
(vocational), yang kemudian berkembang makin matang serta ditunjang oleh tiga
hal: keahlian, komitmen, dan keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga
sama sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme.
Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa guru adalah : tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi (pasal 39 ayat 1).
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi kependidikan
dan/atau keguruan dapat disebut sebagai profesi yang sedang tumbuh (emerging
profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada apa yang telah
dicapai oleh profesi-profesi tua (old profession) seperti: kedokteran, hukum,
notaris, farmakologi, dan arsitektur. Selama ini, di Indonesia, seorang sarjana
pendidikan atau sarjana lainnya yang bertugas di institusi pendidikan dapat
mengajar mata pelajaran apa saja, sesuai kebutuhan/kekosongan/kekurangan guru
mata pelajaran di sekolah itu, cukup dengan “surat tugas” dari kepala sekolah.
Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab lemahnya profesi guru di
Indonesia. Adapun kelemahan-kelemahan lainnya yang terdapat dalam profesi
keguruan di Indonesia, antara lain berupa:
(1) Masih rendahnya kualifikasi pendidikan guru dan tenaga kependidikan;
(2) Sistem pendidikan dan tenaga kependidikan yang belum terpadu;
(3) Organisasi profesi yang rapuh; serta
(4) Sistem imbalan dan penghargaan yang kurang memadai.
20
5.Kompetensi Kepribadian dan Profesionalisme Guru
Kompetensi adalah kemampuan secara umum yang harus dikuasai
lulusan (Mukminan, 2003 : 3). Menurut Hall dan Jones (Mukmina, 2003, 3)
menyatakan kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan
suatu kemampuan secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan
dari kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Salah satu ciri sebagai
profesi, guru harus memiliki kompetensi sebagaimana dituntut oleh disiplin
ilmu pendidikan (pedagogi) yang harus dikuasainya. Dalam hal kompetensi
ini, Direktorat Tenaga Kependidikan telah memberi definisi kompetensi
sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak.
Berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, pada BAB IV kualifikasi dan kompetensi, pasal 7 ayat 2 berbunyi :
Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogic,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Tetapi pada pembahasan ini, hanya dibatasi pada kompetensi kepribadian dan
kompetensi profesional. Usman (2004) membedakan kompetensi guru
menjadi dua, yaitu kompetensi pribadi dan kompetensi profesional.
Kemampuan pribadi meliputi; (1) kemampuan mengembangkan kepribadian,
(2) kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, (3) kemampuan
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan. Sedangkan kompetensi profesional
meliputi: (1) Penguasaan terhadap landasan kependidikan, dalam kompetensi
ini termasuk (a) memahami tujuan pendidikan, (b) mengetahui fungsi sekilah
di masyarakat, (c) mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan; (2)
Menguasai bahan pengajaran, artinya guru harus memahami dengan baik
materi pelajaran yang diajarkan. Penguasaan terhadap materi pokok yang ada
pada kurikulum maupun bahan pengayaan; (3) Kemampuan menyusun
program pengajaran, kemampuan ini mencakup kemampuan menetapkan
kompetensi belajar, mengembangkan bahan pelajaran dan mengembangkan
21
strategi pembelajaran; dan (4) Kemampuan menyusun perangkat penilaian
hasil belajar dan proses pembelajaran.
Kompetensi kepribadian, yaitu bahwa guru hendaknya memiliki
kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak
mulia. Didalamnya juga diharapkan tumbuhnya kemandirian guru dalam
menjalankan tugas serta senantiasa terbiasa membangun etos kerja. Hingga
semua sifat ini memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan guru dalam
kesehariannya. Jika kita mengacu kepada standar nasional pendidikan,
kompetensi kepribadian-kepribadian guru meliputi:
(1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya
bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial. Bangga sebagai
pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
(2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja.
(3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang
bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
(4) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
(5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan
tindakan yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur,
ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta
didik. (Ahmad, 2007 : 3)
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kepribadian yang
mantap dan stabil memiliki indikator esensial; bertindak sesuai dengan norma
hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. Kepribadian yang dewasa
memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Kepribadian yang arif memiliki
22
indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam
berpikir dan bertindak. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial:
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki
perilaku yang disegani. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki
indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur,
ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
Selain kompetensi kepribadian, ada satu kompetensi yang penting dan
wajib dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi profesional. Kompetensi
profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Menguasai substansi keilmuan
yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode
keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan
konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki
indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi. Banyak ahli pendidikan
yang memberikan koreksi seharusnya lebih cocok digunakan istilah kompetensi
akademik. Kompetensi profesional adalah untuk keempat kompetensi guru
tersebut diatas.
Kompetensi yang paling utama adalah kemampuan mengajar dan mendidik,
yang juga disebut sebagai kompetensi profesional. Guru sebagai profesi atau
bidang pekerjaan yang dijalani, tak dapat hanya menyorot sisi kompensasi
material semata. Ada hal-hal yang sepantasnya dipenuhi oleh profesi guru.
Diantaranya menguasai bidang studi yang diajarkan, memahami materi, struktur,
dan konsep, serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru
dapat dinilai profesional ketika dia melakukan pengembangan wawasan dan ilmu,
23
mampu menelaah secara kritis, serta kreatif dan inovatif dalam menyampaikan
materi.
Guru yang profesional adalah guru yang melakukan proses belajar sebagai
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu. Prinsip-prinsip profesional yang harus
dimiliki seorang guru adalah sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
b. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugasnya.
c. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.
d. Mematuhi kode etik profesi.
e. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara
berkelanjutan.
h. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
profesionalnya.
i. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.
Pada prinsipnya profesionalisme guru adalah guru yang dapat menjalankan
tugasnya secara profesional, yang memiliki ciri-ciri antara lain: Ahli di Bidang
Teori dan Praktek Keguruan. Guru profesional adalah guru yang menguasai ilmu
pengetahuan yang diajarkan dan ahli mengajarnya (menyampaikannya). Dengan
kata lain guru profesional adalah guru yang mampu membelajarkan peserta
didiknya tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik.
Senang memasuki organisasi Profesi Keguruan. Suatu pekerjaan dikatakan
sebagai jabatan profesi salah satu syaratnya adalah pekerjaan itu memiliki
organisasi profesi dan anggota-anggotanya senang memasuki organisasi profesi
tersebut. Guru sebagai jabatan profesional seharusnya guru memiliki organisasi
ini. Fungsi organisasi profesi selain untuk melindungi kepentingan anggotanya
juga sebagai dinamisator dan motivator anggota untuk mencapai karir yang lebih
baik (Kartadinata dalam Meter, 1999). Konsekuensinya organisasi profesi turut
24
mengontrol kinerja anggota, bagaimana para anggota dalam memberikan
pelayanan pada masyarakat. PGRI sebagai salah satu organisasi guru di Indonesia
memiliki fungsi: (a) menyatukan seluruh kekuatan dalam satu wadah, (b)
mengusahakan adanya satu kesatuan langkah dan tindakan, (c) melindungi
kepentingan anggotanya, (d) menyiapkan program-program peningkatan
kemampuan para anggotanya, (e) menyiapkan fasilitas penerbitan dan bacaan
dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, dan (f) mengambil tindakan
terhadap anggota yang melakukan pelanggaran baik administratif maupun
psychologis.
Memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian
guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh
pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh warga
masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan.
Ada beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara
lain: (a) sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan
melatih, (b) pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh
kemampuan kemanusiaan yang dimiliki, (c) sebagai petugas kemashalakatkatan
dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara
yang baik. Peran guru ini seperti menuntut pribadi harus memiliki kemampuan
managerial dan teknis serta prosedur kerja sebagai ahli serta keikhlasan bekerja
yang dilandaskan pada panggilan hati untuk melayani orang lain.
Melaksanakan Kode Etik Guru, sebagai jabatan profesional guru dituntut
untuk memiliki kode etik, seperti yang dinyatakan dalam Konvensi Nasional
Pendidikan I Tahun 1988, bahwa profesi adalah pekerjaan yang mempunyai kode
etik yaitu norma-norma tertentu sebagai pegangan atau pedoman yang diakui serta
dihargai oleh masyarakat. Kode etik bagi suatu organisasi sangat penting dan
mendasar, sebab kode etik ini merupakan landasan moral dan pedoman tingkah
laku yang dijunjung tinggi oleh setia anggotanya. Kode etik berfungsi untuk
mendidamisit setiap anggotanya guna meningkatkan diri, dan meningkatkan
layanan profesionalismenya demi kemaslakatan orang lain.
25
Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. Otonomi dalam artian
mengatur diri sendiri, berarti guru harus memiliki sikap mandiri dalam mengambil
keputusan sendiri dan dapat mempertanggungjawabkan keputusan yang
dipilihnya.
Memiliki rasa pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan memiliki peran
sentral dalam membangun masyarakat untuk mencapai kemajuan. Guru sebagai
tenaga pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan
masyarakat tersebut. Untuk itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi
kepada masyarakat khususnya dalam membelajarkan anak didik.
Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian
pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani.
Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat
mencerdaskan anak didik. (Agung, 2005 : 2)
Untuk melihat apakah seorang guru dikatakan profesional atau tidak, dapat
dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari
latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua,
penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran,
mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain. Dilihat dari
perspektif latar belakang pendidikan, kemampuan profesional guru SLTP dan
SLTA di Indonesia masih sangat beragam, mulai dari yang tidak berkompeten
sampai yang berkompeten. Semiawan (1991) mengemukakan hierarkhi profesi
tenaga kependidikan, yaitu: (1) tenaga profesional, (2) tenaga semiprofessional,
dan (3) tenaga para-profesional.
1. Tenaga Profesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
pendidikan sekurang-kurangnya S1 (atau yang setara), dan memiliki
wewenang penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan
pengendalian pendidikan/pengajaran. Tenaga kependidikan yang termasuk
dalam kategori ini juga berwenang untuk membina tenaga kependidikan
yang lebih rendah jenjang profesionalnya, misalnya guru senior membina
guru yang lebih yunior.
26
2. Tenaga Semiprofessional merupakan tenaga kependidikan yang
berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan D3 (atau yang setara) yang
telah berwenang mengajar secara mandiri, tetapi masih harus melakukan
konsultasi dengan tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang
profesionalnya, baik dalam hal perencana, pelaksanaan, penilaian maupun
pengendalian pengajaran.
3. Tenaga Paraprofessional merupakan tenaga kependidikan yang
berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan D2 ke bawah, yang
memerlukan pembinaan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan
pengendalian pendidikan atau pengajaran.
Menghadapi tantangan demikian, maka diperlukan guru yang benar-
benar profesional. H.A.R. Tilaar memberikan empat ciri utama agar seorang
guru terkelompok ke dalam guru yang profesional. Masing-masing adalah:
1. memiliki kepribadian yang matang dan berkembang (mature and
developing personalitiy);
2. mempunyai keterampilan membangkitkan minat peserta didik;
3. memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat; dan
4. sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan.
Menurut Wardiman Djojonegoro (1996), guru yang bermutu memiliki
paling tidak empat kriteria utama, yaitu kemampuan profesional, upaya
profesional, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional dan kesesuaian
antara keahlian dan pekerjaannya. Kemampuan profesional meliputi kemampuan
intelegensia, sikap dan prestasi kerjanya. Upaya profesional (profesional efforts)
adalah upaya seorang guru untuk mentransformasikan kemampuan profesional
yang dimilikinya ke dalam tindakan mendidik dan mengajar secara nyata. Waktu
yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher’s time) menunjukkan
intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentrasikan untuk tugas-tugas
profesinya. Dan yang terakhir, guru yang bermutu ialah mereka yang dapat
membelajarkan siswa secara tuntas, benar dan berhasil. Untuk itu guru harus
menguasai keahliannya, baik dalam disiplin ilmu pengetahuan maupun
metodologi mengajarnya.
27
Selanjutnya, Muchlas Samani (1996) dari Universitas Negeri Surabaya
mengemukakan empat prasyarat agar seorang guru dapat profesional. Masing-
masing adalah kemampuan guru mengolah atau menyiasati kurikulum,
kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan lingkungan, kemampuan
guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri, dan kemampuan guru untuk
mengintegrasikan berbagai bidang studi atau mata pelajaran menjadi kesatuan
konsep yang utuh. (Suyanto, 2001 : 145 – 146)
28
1. Perlunya revitalisasi pelatihan guru yang secara khusus dititikberatkan
untuk memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
dan bukan untuk meningkatkan sertifikasi mengajar semata-mata;
2. Perlunya mekanisme kontrol penyelenggaraan pelatihan guru untuk
memaksimalkan pelaksanaannya;
3. Perlunya sistem penilaian yang sistemik dan periodik untuk mengetahui
efektivitas dan dampak pelatihan guru terhadap mutu pendidikan;
4. Perlunya desentralisasi pelatihan guru pada tingkat kabupaten/kota sesuai
dengan perubahan mekanisme kelembagaan otonomi daerah yang dituntut
dalam UU No. 22/1999;
5. Perlunya upaya-upaya alternatif yang mampu meningkatkan kesempatan
dan kemampuan para guru dalam penguasaan materi pelajaran;
6. Perlunya tolok ukur (benchmark) kemampuan profesional sebagai acuan
pelaksanaan pembinaan dan peningkatan mutu guru;
7. Perlunya peta kemampuan profesional guru secara nasional yang tersedia
di Depdiknas dan Kanwil-kanwil untuk tujuan-tujuan pembinaan dan
peningkatan mutu guru;
8. Perlunya untuk mengkaji ulang aturan atau kebijakan yang ada melalui
perumusan kembali aturan atau kebijakan yang lebih fleksibel dan mampu
mendorong guru untuk mengembangkan kreativitasnya;
9. Perlunya reorganisasi dan rekonseptualisasi kegiatan Pengawasan
Pengelolaan Sekolah, sehingga kegiatan ini dapat menjadi sarana alternatif
peningkatan mutu guru;
10. Perlunya upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penelitian,
agar lebih bisa memahami dan menghayati permasalahan-permasalahan
yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
11. Perlu mendorong para guru untuk bersikap kritis dan selalu berusaha
meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan;
12. Memperketat persyaratan untuk menjadi calon guru pada Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK);
29
13. Menumbuhkan apresiasi karier guru dengan memberikan kesempatan yang
lebih luas untuk meningkatkan karier;
14. Perlunya ketentuan sistem credit point yang lebih fleksibel untuk
mendukung jenjang karier guru, yang lebih menekankan pada aktivitas dan
kreativitas guru dalam melaksanakan proses pengajaran.
Untuk lebih mendorong tumbuhnya profesionalisme guru selain apa yang
telah diutarakan oleh Balitbang Diknas, tentunya “penghargaan yang profesional”
terhadap profesi guru masih sangat penting. Seperti yang diundangkan bahwa
guru berhak mendapat tunjangan profesi. Realisasi pasal ini tentunya akan sangat
penting dalam mendorong tumbuhnya semangat profesionalisme pada diri guru.
Dengan adanya pengembangan profesionalisme guru, maka peranan guru
harus lebih ditingkatkan. Guru tidak hanya disanjung, dihormati, disegani,
dikagumi, diagungkan, tetapi guru harus lebih mengoptimalkan rasa
tanggungjawabnya. Peranan guru sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa. Ada pepatah Sunda mengatakan, guru adalah “digugu dan ditiru” (diikuti
dan diteladani), berarti guru harus memiliki:
i. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Seorang guru harus
mempersiapkan diri sedini mungkin, jangan sampai ia kerepotan ketika
berhadapan dengan siswa. Penguasaan materi sangat penting, jangan
sampai pengetahuan seorang guru jauh lebih rendah dibandingkan siswa,
dan seorang guru harus terampil tatkala proses kegiatan belajar berjalan.
ii. Kemampuan profesional yang baik. Seorang guru harus menjadikan,
tanggungjawabnya merupakan pekerjaan yang digandrungi. Tidak bisa
seorang guru hanya mengandalkan, mengajar merupakan sebagai pelarian
dan adem ayem ketika menerima gaji di habis bulan.
Penuh rasa tanggung jawab sangat dibutuhkan, kemampuan untuk
mengajar sesuai disiplin ilmu yang dimilikinya. Ironisnya kenyataan kini
masih ada seorang guru mengajar tidak sesuai bidangnya. Misalnya,
jurusan Matematika mengajar Bahasa Indonesia, jurusan Dakwah
mengajar PPKn, jurusan Bahasa Indonesia mengajar Penjas, dan lain
sebagainya.
30
iii. Idealisme dan pengabdian yang tinggi. Hakikat seorang guru adalah
pengabdian, dedikasi seorang guru harus tinggi, serta harus mampu
menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dengan tujuan mendidik,
membina, mengayomi anak didiknya.
iv. Memiliki keteladanan untuk diikuti dan dijadikan teladan. Keteladanan
seorang guru merupakan perwujudan dari realisasi kegiatan belajar
mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. Seorang
guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat berpengaruh terhadap
sikap siswa. Sebaliknya seorang guru yang berpenampilan premanisme,
akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa.
Upaya meningkatkan profesionalisme guru menurut Gerstner dkk.,
peranan guru tidak hanya sebagai teacher (pengajar), tapi guru harus berperan
sebagai:
1. Pelatih (coach), guru yang profesional yang berperan ibarat pelatih olah
raga. Ia lebih banyak membantu siswanya dalam permainan, bedanya
permainan itu adalah belajar (game of learning) sebagai pelatih, guru
mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa
untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
2. Konselor, guru akan menjadi sahabat siswa, teladan dalam pribadi yang
mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa, menciptakan suasana
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil di bawah bimbingan guru.
3. Manajer belajar, guru akan bertindak ibarat manajer perusahaan, ia
membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, mengeluarkan ide
terbaik yang dimilikinya. Di sisi lain, ia bertindak sebagai bagian dari
siswa, ikut belajar bersama mereka sebagai pelajar, guru juga harus belajar
dari teman seprofesi. Sosok guru itu diibaratkan segala bisa.
Wujud nyata pemerintah dalam peningkatan kualitas guru salah satunya
dengan sertifikasi guru. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat
pendidik pada guru. Sertifikat guru adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani
oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti bahwa bukti formal
pengakuan formalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga
31
profesional. Sertifikat ini diberikan kepada guru yang telah memenuhi standard
profesional. Guru profesional merupakan syarat mutlak ut menciptakan sistem dan
praktek yang berkualitas. Tujuan utama dalam mengikuti sertifikasi bukan untuk
mendapatkan tunjangan profesi melainkan untuk menunjukkan bahwa yang
bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam
kompetensi guru. Dengan menyadari hal ini, maka guru tidak akan mencari cara
lain guna memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan
belajar yang benar untuk menghadapi sertifikasi. Berdasarkan hal tersebut, maka
sertifikasi akan membawa dampak positif yaitu meningkatkan kualitas guru.
Adapun tujuan dari sertifikasi adalah:
a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
c. Meningkatkan martabat guru.
d. Meningkatkan profesionalitas guru.
Adapun manfaat sertifikasi guru, dapat dirinci sebagai berikut:
a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompetensi yang
dapat merusak citra guru.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan tidak profesional.
c. Meningkatkan kesejahteraan guru.
Setelah melalui sertifikasi guru akan menjadi tenaga yang profesional.
Dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga profesional, guru berkewajiban:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil penilaian.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompeten
serta berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
c. Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik atau latar belakang keluarga
dan status sosial ekonomi peserta didik dalam belajar.
32
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik guru
serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupuk kesatuan dan persatuan bangsa.
33
profesionelime, yaitu sikap mental yang senantiasa mendorong dirinya untuk
mewujudkan diri sebagai petugas profesional.
Pada dasarnya profesionalisme itu merupakan motivasi intrinsik pada diri
guru sebagai pendorong untuk mengembangkan diri kearah perwujudan
profesinalitas. Kualitas profesionalisme didukung oleh lima kompetensi yang
terdiri atas:
Pertama, keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar
ideal. Guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha
mewujudkan dirinya sesuai dengan standar yang ideal. Maksudnya ada suatu
perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna untuk dijadikan sebagai
rujukan.
Kedua, meningkatkan citra dan memelihara citra profesi. Profesionalisme
yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan
memelihar citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional.
Ketiga, keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan
profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan
keterampilan. Berdasarkan kriteria ini para guru diharapkan selalu berusaha
mencari dan memanfaatkan kesempatan yang dapat mengembangkan profesinya.
Keempat, mengejar kualitas dan cita-cita profesi. Secara kritis guru akan
selalu aktif memperbaiki diri untuk memperoleh hal-hal yang lebih baik dalam
melaksanakan tugasnya
Kelima, memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Rasa bangga ini
ditunjukkan dengan penghargaan dan pengalaman di masa lalu, dedikasi tinggi
terhadap tugas-tugasnya sekarang dan keyakinan akan potensi diri bagi
perkembangan di masa depan.
Pada dasarnya untuk dapat mewujudkan profesionalisme guru akan sangat
bergantung pada kualitas pribadi sesuai dengan keunikan dan kelebihan maupun
kekurangan masing-masing. Ada baiknya dicerna ungkapan populer tentang guru,
yaitu “a bad teacher tells, a good teacher shows, a great teacher inspires”.
34
Latar Belakang Profesi Kependidikan
Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru.
Kebutuhan ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan
calon guru untuk menghasilkan guru yang profesional. Pada masa sekarang ini
LPTK menjadi satu-satunya lembaga yang menghasilkan guru. Walaupun jabatan
profesi guru belum dikatakan penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan
peningkatan penghasilan guru, pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang
semakin baik, dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru sehingga
ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar. Organisasi profesi berfungsi untuk
menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk meningkatkan
profesionalitas para anggotanya. Setelah PGRI yang menjadi satu-satunya
organisasi profesi guru di Indonesia, kemudian berkembang pula organisasi guru
sejenis
35
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
36
didasari oleh aspqk normatif yang dimiliki oleh ilmu pendidikan itu sendiri. 4.
Peranan sosial, yang menyediakan kemungkinan bagi guru untuk memberikan
pengabdiannya kepada masyarakat dalam bidang ilmu pendidikan. Dalam hal ini,
pengabdian dimaksudkan sebagai usaha untuk turut memperbaiki kualitas
kehidupan masyarakat. Keempat peranan tersebut pada hakikatnya berjalan
bersama-sama sekaligus, saling berkaitan satu sama lain. Penguasaan spesialisasi
ilmu pendidikan sekaligus memberikan petunjuk tentang kemampuan profesional
yang dipersyaratkan dalam rangka penyampaiannya kepada calon guru. Sistem
penyampaian akan menjadi efektif jika guru tersebut telah meresapi ilmu
pendidikan, bila ilmu pmdidikan telah menjadi darah dagingnya sendiri, bahkan
sebagai nilai utama yang membentuk kepribadiannya. Di lain pihak, ilmu yang
dimilikinya seharusnya memberikan nilai dan manfaat tertentu bagi perbaikani
masyarakat dalam arti yang luas. Dengan demikian, penerapan salah satu peranan
dapat ditafsirkan sebagai suatu kepincangan dan akan mengurangi makna ilmu
pendidikan secara keseluruhan. Selain itu ada pula 4 fungsi dasar pendidikan ,
yaitu; 1. Pengembangan individu 2. Pengembangan cara berfikir & teknik
menyelidiki 3. Pemindahan warisan budaya 4. Pemenuhan kebutuhan sosial yang
vital
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memegang peranan penting dalam pendidikan, sebab tujuan
akan memberikan arah bagi segala kegiatan pendidikan. Dalam penyusunan suatu
kurikulum, perumusan tuJuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan
komponen yang lainnya. Tujuan pendidikan suatu negara tidak bisa dipisahkan
dan merupakan penjabaran dari tujuan negara atau filsafat negara. Hal ini
disebabkan karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan negara,
yakni membentuk manusia seutuhnya berdasarkan ketentuan UUD '45, yang
bersumber dari Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia. Nana Sudjana
(1979) menjelaskan bahwa, berdasarkan kajian, tujuan pendidikan
dapat,dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu: 1. tujuanjangka parijang
(longterm objectives aims), 2. tujuan antara (intermediate objectives), 3. tujuan
37
segera (immediate objectives, specific objectives). Tujuan pendidikan menurut
tingkatannya dibedakan menjadi beberapa tujuan, dari tujuan yang bersifat umum
sampai kepada tujuan yang bersifat khusus. Tujuan-tujuan yang bersifat khusus
Tujuan Institusional dan Tujuan Kurikuler merupakan tujuan antara dalam rangka
mencapai tujuan yang lebih umum. Sedangkan Tujuan Instruksional baik TIU
maupun TIK, adalah tujuan yang segera dicapai dari suatu pertemuan.
2.1. Tujuan Pendidikan Nasional Bersumber dari Pancasila dan UUD '45,
dirumuskan oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan
pendidikan yang lebih khusus. 3.2.2. Tujuan Lembaga Pendidikan (Institusional)
Ialah tujuan-tujuan yang harus diemban dan dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Artinya kualifikasi atau kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki
siswa setelah mereka menyelesaikan studinya pada lembaga pendidikan tersebut.
Biasanya tujuan institusional dibedakan menjadi tujuan umurn dan tujuan khusus.
Tujuan instruksional adalah tujuan yang paling rendah tingkatannya, sebab yang
langsung berhubungan dengan anak didik. Tujuan instruksional berkenaan dengan
tujuan setiap perternuan. Artinya, kemarnpuan-kemampuan yang diharapkan
dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman belajar suatu pertemuan.
Tujuan instruksional dibedakan ke dalam dua jenis, yakni tujuan instruksional
umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan TIU dan TIK
terletak dalam hal perumusannya. TIU dirumuskan dengan kata-kata dan tingkah
laku yang bersifat umum, sedangkan TIK menggunakan kata-kata dan tingkah
laku yang bersifat khusus, artinya dapat diukur setelah pelajaran itu selesai.
38
atau pembidangan), yakni: a. Ranah (matra) kognitif yang terdiri atas
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah
(matra) afektif yang terdiri atas penerimaan, respons, organisasi, evaluasi, dan
memberi sifat (karakter)., c. Ranah (matra) psikomotor melalui pentahapan
imitasi, spekuIasi, prasisi, artikulasi, dan naturalisasi. Ketiga matra di atas dalam
prakteknya tidak bisa dipisahkan satu sama lain, tetapi dapat dibedakan untuk
memudahkan pembahasan teoritisnya. Logjkanya ialah bahwa tingkah laku
manusia diawali dulu dengan pengetahuan, kemudian -sikap, lalu berbuat.
39
f. Berjiwa nasional.
Disamping syarat-syarat tersebut, tentunya masih ada syarat-syarat lain
yang harus dimiliki guru jika kita menghendaki agar tugas atau pekerjaan guru
mendatangkan hasil yang lebih baik. Salah satu syarat diatas adalah guru harus
berkelakuan baik, maka didalamnya terkandung segala sikap, watak dan sifat-sifat
yang baik. Beberapa sikap dan sifat yang sangat penting bagi guru adalah sebagai
berikut:
1.Adil
Seorang guru harus adil dalam memperlakukan anak-anak didik harus
dengan cara yang sama, misalnya dalam hal memberi nilai dan menghukum anak.
2.Percaya dan suka terhadap murid-muridnya
Seorang guru harus percaya terhadap anak didiknya. Ini berarti bahwa
guru harus mengakui bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai
kemauan, mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk menyesali perbuatannya
yang buruk dan menimbulkan kemauan untuk mencegah hal yang buruk.
3.Sabar dan rela berkorban
Kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan apalagi pekerjaan
guru sebagai pendidik. Sifat sabar perlu dimiliki guru baik dalam melakukan tugas
mendidik maupun dalam menanti jerih payahnya.
4.Memiliki Perbawa (gezag) terhadap anak-anak
Gezag adalah kewibawaan. Tanpa adanya gezag pada pendidik tidak
mungkin pendidikan itu masuk ke dalam sanubari anak-anak. Tanpa kewibawaan,
murid-murid hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut
atau paksaan; jadi bukan karena keinsyafan atau karena kesadaran dalam dirinya.
5.Penggembira
Seorang guru hendaklah memiliki sifat tertawa dan suka memberi
kesempatan tertawa bagi murid-muridnya. Sifat ini banyak gunanya bagi seorang
guru, antara lain akan tetap memikat perhatian anak-anak pada waktu mengajar,
anak-anak tidak lekas bosan atau lelah. Sifat humor yang pada tempatnya
40
merupakan pertolongan untuk memberi gambaran yang betul dari beberapa
pelajaran. Yang penting lagi adalah humor dapat mendekatkan guru dengan
muridnya, seolah-olah tidak ada perbedaan umur, kekuasaan dan perseorangan.
Dilihat dari sudut psikologi, setiap orang atau manusia mempunyai 2 naluri
(insting) : (1) naluri untuk berkelompok, (2) naluri suka bermain-main bersama.
Kedua naluri itu dapat kita gunakan secara bijaksana dalam tiap-tiap mata
pelajaran, hasilnya akan baik dan berlipat ganda.
41
9.Suka pada mata pelajaran yang diberikannya
Mengajarkan mata pelajaran yang disukainya hasilkan akan lebih baik dan
mendatangkan kegembiraan baginya daripada sebaliknya. Di sekolah menengah
hal ini penting bagi guru untuk memilih mata pelajaran apa yang disukainya yang
akan diajarkannya.
10.Berpengetahuan luas
Selain mempunyai pengetahuan yang dalam tentang mata pelajaran yang
sudah menjadi tugasnya akan lebih baik lagi jika guru itu mengetahui pula tentang
segala tugas yang penting-penting, yang ada hubungannya dengan tugasnya di
dalam masyarakat. Guru merupakan tempat bertanya tentang segala sesuatu bagi
masyarakat. Guru itu mempunyai dua fungsi isitimewa yang membedakannya dari
pegawai-pegawai dan pekerja-pekerja lainnya di dalam masyarakat. Fungsi yang
pertama adalah mengadakan jembatan antara sekolah dan dunia ini. Fungsi yang
kedua yaitu mengadakan hubungan antara masa muda dan masa dewasa.
Syarat-syarat Profesi
Ada beberapa hal yang termasuk dalam syarat-syarat Profesi seperti;
a. Standar unjuk kerja.
b. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut
dengan standar kualitas.
c. Akademik yang bertanggung jawab.
d. Organisasi profesi.
e. Etika dan kode etik profesi.
f. Sistem imbalan.
g. Pengakuan masyarakat.
42
Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba menyusun
kriterianya. Misalnya National Education Asosiasion (NEA) (1948) menyarankan
kriteria berikut:
a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (bandingkan
dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).
d. Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan’ yang bersinambungan.
e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
f. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
g. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
43
suatu sains. (science), sementara kelompok kedua mengatakan bahwa mengajar
adalah suatu kiat (art) (Stinnett dan Huggett, 1963). Namun dalam karangan-
karangan yang ditulis dalam Encyclopedia of Educational Research, misalnya
terdapat bukti-bukti bahwa pekerjaan mengajar telah secara intensif
mengembangkan batang tubuh ilmu khususnya (Terbitan edisi ketiga tahun 1960,
misalnya memuai lebfh dari 1500 halaman hasil riset, sebagai bukti bahwa profesi
keguruan telah mengembangkan batang tubuh ilmu khususnya. Tiap tahun dapat
kita baca ribuan halaman laporan riset baru yang diterbitkan di mana-mana, baik
sebagai disertasi ataupun hasil riset para pelaksana pendidikan) . Sebaliknya
masih ada juga yang berpendapat kihwa ilmu pendidikan sedang dalam krisis
identitas, batang tubuhnya lidak jelas, batas-batasnya kabur, strukturnya sebagai a
body of knowledge samar-samar (Sanusi et al., 1991). Sementera itu, ilmu
pi’iigetahuan tingkah laku (behavioral sciences), ilmu pengetahuan alam, dan
bidang kesehatan dapat dibimbing langsung dengan peraturan dan prosedur yang
ekstensif dan menggunakan metodologi yang jelas. Ilmu pendidikan kurang
terdefinisi dengan baik. Di samping itu, ilmu yang terpakai dalam dunia nyata
pengajaran masih banyak yang belum teruji validasinya dan yang disetujui
sebagian besar ahlinya (Gideonse, 1982, dan Woodring, 1983).
Sebagai hasilnya, banyak orang khususnya orang awam, seperti juga dengan
para ahlinya, selalu berdebat dan berselisih, malahan kadang-kadang
menimbulkan pembicaraan yang negatif. Hasil lain dari bidang ilmu yang belum
terdefinisi dengan baik ini adalah isi dari kurikulum pendidikan guru berbeda
antara satu tempat dengan tempat lainnya, walaupun telah mulai disamakan
dengan menentukan topik-topik inti yang wajib ada dalam kurikulum.
Banyak guru di sekolah menengah diperkirakan mengajar di luar dan bidang
ilmu yang cocok dengan ijazahnya; misalnya banyak guru matematika yang tidak
mendapatkan mayor dalam matematika sewaktu dia belajar pada lembaga
pendidikan guru, ataupun mereka tidak disiapkan untuk mengajar matematika.
Masalah ini sangat menonjol dalam bidang matematika dar. ilmu pengetahuan
alam, walaupun sudah agak berkurang dengan adanya persediaan guru yang cukup
sekarang ini.
44
Apakah guru bidang ilmu pengetahuan tertentu juga ditentukan oleh baku
pendidikan dan pelatihannya? Sampai saat pendidikan guru banyak yang
ditentukan dari atas, ada yang waktu pendidikannya cukup dua tahun saja, ada
yang perlu tiga tahun atau harus empat tahun.
Untuk melangkah kepada jabatan profesional, guru harus mempunyai
pengaruh yang cukup besar dalam membuat keputusan tentang jabatannya sendiri.
Organisasi guru harus mempunyai kekuasaan dan kepemimpinan yang potensial
untuk bekerja sama, dan bukan didikte dengan kelompok yang berkepentingan,
misalnya oleh lembaga pendidikan guru atau kantor wilayah pendidikan dan
kebudayaan beserta jajarannya.
45
sehingga tentu saja kualitasnya masih sangat jauh untuk dapat memenuhi
persyaratan yang kita harapkan.
46
Dalam setiap jabatan profesi setiap anggota kelompok dianggap sanggup
untuk membuat keputusan profesional berhubungan dengan iklim kcrjanya. Para
profesional biasanya membuat peraturan sendiri dalam daerah kompetensinya,
kebiasaan dan tradisi yang berhubungan ili-dengan pengawasan yang efektif
tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan dan hal-hal yang
berhubungan dengan langganan (klien)nya. Sebetulnya pengawasan luar adalah
musuh alam dari profesi, karena membatasi kekuasaan profesi dan membuka pintu
terhadap pengaruh luar (Ornstein dan Levine, 1984).
Bagaimana dengan guru? Guru, sebagaimana sudah diutarakan juga di atas,
sebaliknya membolehkan orang tua, kepala sekolah, pejabat kantor wilayah, atau
anggota masyarakat lainnya mengatakan apa yang harus dilakukan mereka.
Otonomi profesional tidak berarti bahwa tidak ada sama sekali kontrol terhadap
profesional. Sebaliknya, ini berarti bahwa kontrol yang memerlukan kompetensi
teknis hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan
profesional dalam hal itu. Kelihatannya untuk masa sekarang sesuai dengan
kondisi yang ada di negara kita, kriteria ini belum dapat secara keseluruhan
dipenuhi oleh jabatan guru.
47
h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin
erat.
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi professional yang kuat
untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Di Indonesia
telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah
seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan
atas, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi
seluruh sarjana pendidikan.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan dapat disimpulkan :
1. Guru merupakan komponen penting dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan nasional.
2. Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, guru mempunyai empat
kompetensi disar, yaitu: kompetensi pedagogik, social, kepribadian
dan profesional.
3. Kompetensi kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus
dimiliki guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif,
bijak, dan dapat menjadi teladan yang baik.
4. Kompetensi professional adalah kemampuan yang harus
dimilikioleh guru dalam penguasaan materi ajar yang baik.
5. Sertifikasi guru adalah salah satu wujud usaha peningkatan kualitas
mengajar guru yang professional.
III.2 Saran
48
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah :
1. Agar guru dan mahasiswa calon guru senantiasa meningkatkan
kompetensi – kompetensinya.
2. Agar pemerintah senantiasa mengupayakan peningkatan kompetensi
yang dimiliki oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.blogger.com/feeds/540802135256812975/posts/default/58798670043
69265039. Diambil pada tanggal 12 Maret 2008.
49
Ngalim Purwanto. (2004). Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Soetjipto & Kesasi, Raflis. 1994. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyanto. (2001). Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta :
Adicipta.
50