Anda di halaman 1dari 7

Profesi guru dan keterkaitannya dengan filsafat pendidikan

A. Profesi Guru
Guru adalah sebuah profesi dimana seseorang mendidik, mengajar, melatih dan
mengevaluasi peserta didiknya. Profesi yang bergelar pahlawan tanpa tanda jasa, yang akan di
kenang, yang akan mencetak generasi penerus bangsa dan benteng runtuhnya moral, profesi yang
agung.

Dalam Undang–Undang No.14/2005 dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip–prinsip yaitu:
a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlaq mulia
c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas
d) Memiliki kompotensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
e) Memilki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
f) Memperoleh penghasilan yang sesuai ditentukan sesuai dengan profesi kerja
g) Memilki kesempatan untuk mengembangkan keprofesioanal secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat
h) Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam menjalankan tugas keprofesionalan
i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal – hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan pendidik guru.

Adapun syarat-syarat atau kriteria jabatan guru menurut NEA ( National Education Association )
1948, menyarankan kriteria berikut[4] :
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
Disebut jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual karena mengajar melibatkan upaya-upaya
yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati, bahwa
kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi persiapan professional
lainnya. Oleh sebab itu, mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnet dan
Hugget, 1963).

2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus


Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari orang
awam, dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatannya. Anggota –
anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan melindungi
masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin
mencari keuntungan (misalnya orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membuka
praktek dokter). Namun, belum ada kesepakatan tentang bidang ilmu khusus yang melatari
pendidikan (education)atau keguruan (teaching) (ornstein and Livine, 1984).
Sementara itu, ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral sciences),ilmu pengetahuan alam, dan
bidang kesehatan dapat dibimbing langsung dengan peraturan dan prosedur yang ekstensif dan
menggunakan metodologi yang jelas Ilmu pendidikan kurang terdefinisi dengan baik. Di
samping itu, ilmu yang terpakai dalam dunia nyata pengajaran masih banyak yang belum teruji
avalidasinya dan yang disetujui sebagian besar ahlinya (Gideonse, 1982, dan woodring, 1983).
Sebagai hasilnya, banyak orang khususnya orang awam, seperti juga dengan para ahlinya, selalu
berdebat dan berselisih, malahan kadang-kadang menimbulkan pembicaraan yang negatif. Hasil
lain dari bidang ilmu yang belum terdefinisi dengan baik ini adalah isi dari kurikulum pendidikan
guru berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya, walaupun telah mulai disamakan dengan
menentukan topik-topik inti yang wajib ada dalam kurikulum.
Banyak guru di sekolah diperkirakan mengajar di luar dan bidang ilmu yang cocok dengan
ijazahnya; misalnya banyak guru matematika yang tidak mendapatkan mayor dalam matematika
sewaktu dia belajar pada lembaga pendidikan guru, ataupun mereka tidak disiapkan untuk
mengajar matematika. Masalah ini sangat menonjol dalam bidang matematika dan ilmu
pengetahuan alam, walaupun sudah agak berkurang dengan adanya persediaan guru yang cukup
sekarang ini.
Apakah guru bidang ilmu pengetahuan tertentu juga ditentukan oleh baku pendidikan dan
pelatihannya? Sampai saat pendidikan guru banyak yang ditentukan dari atas, ada juga waktu
pendidikannya cukup dua tahun saja, ada yang perlu tiga tahun atau harus empat tahun. Untuk
melangkah kepada jabatan profesional, guru harus mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
membuat keputusan tentang jabatannya sendiri. Organisasi guru harus mempunyai kekuasaan
dan kepemimpinan yang potensial untuk bekerja sama, dan bukan didikte dengan kelompok yang
berkepentingan, misalnya oleh lembaga pendidikan guru atau kantor wilayah pendidikan guru
atau kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan beserta jajarannya.

3. Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama


Lagi-lagi terdapat perselisihan pendapat mengenai hal ini. Yang membedakan jabatan
profesional dengan non-profesional antara lain adalah dalam penyelesaianpendidikan melalui
kurikulum, yaitu ada yang diatur universitas/institut atau melalui pengalaman praktek dan
perpemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah. Yang pertama, yakni pendidikan melalui
perguruan tinggi disediakan untuk jabatan profesional, sedangkan yang kedua, yakni pendidikan
melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah
diperuntukan bagi jabatan non-profesional (omstein dan levine, 1984). Tetapi jenis kedua ini
tidak ada lagi di indonesia.
Anggota kelompok guru dan yang berwenang di departemen pendidikan dan kebudayaan
berpendapat bahwa persiapan profesional yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang
berwenang. Konsep ini menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum perguruan tinggi, yang
terdiri dari pendikan umum, profesional, dan khusus, sekurang-kurangnya empat tahun lagi bagi
guru pemula (S1 di LPTK), atau pendidikan persiapan profesional di LPTK paling kurang
selama setahun setelah mendapat gelar akademik S1 di perguruan tinggi non LPTK. Namun,
sampai sekarang di indonesia , ternyata masih banyak guru yang lama pendidikan mereka sangat
singkat, malahan masih ada yang hanya seminggu, sehingga tentu saja kualitasnya masih sangat
jauh untuk dapat memenuhi parsyaratan yang kita harapkan.

4. Jabatan yang memerlukan “Latihan dalam jabatan” yang berkesinambungan


Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab hampir
tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang mendapatkan
penghargaan kredit maupun tanpa kredit.
Malahan pada saat sekarang bermacam-macam pendidikan profesional tambahan diikuti guru-
guru dalam menyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. ( Ingat penyetaraan
D-II untuk guru-guru SD, dan penyetaraan D-III untuk guru-guru SLTP, baik melalui tatap muka
di LPTK tertentu maupun lewat pendidikan jarak jauh yang di koordinasikan Universitas
Terbuka).
Di lihat dari kacamata ini, jelas kriteria ke empat ini dapat di penuhi bagi jabatan guru di negara
kita.
5. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen
Di luar negeri barangkali syarat jabatan guru sebagai karier permanen merupakan titik paling
lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan profesional. Banyak guru baru yang
hanya bertahan selama satu atau dua tahun saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah
kerja ke bidang lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi. Untunglah
Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang pindah k bidang lain, walaupun bukan
berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya
mungkin karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit. Dengan demikian
kriteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia.

6. Jabatan yang menentukan standarnya sendiri


Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan guru ini sering
tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri, terutama di negara kita. Baku jabatan guru masih
sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru
tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.
Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan atau persyaratan yang seragam untuk
meyakinkan kemampuan minimum yang diharuskan, tidak demikian halnya dengan jabatan guru.
Dari pengalaman beberapa tahun terakhir penerimaan calon mahasiswa LPTK didapat kesan
yang sangat kuat bahwa skor nilai calon mahasiswa yang masuk ke lembaga pendidikan guru
jauh lebih rendah dibandingkan dengan skor calon yang masuk ke bidang lainnya. Permasalahan
ini mempunyai akibat juga dalam hasil pendidikan guru nantinya, karena bagaimanapun juga
mutu lulusan akan sangat dipengaruhi oleh mutu masukan atau bahan bakunya, dalam hal ini
mutu calon mahasiswa lembaga pendidikan guru.
Dalam setiap jabatan profesi setiap anggota kelompok dianggap sanggup untuk membuat
keputusan profesional berhubungan dengan iklim kerjanya. Para profesional biasanya membuat
peraturan sendiri dalam daerah kompetensinya, kebiasaan dan tradisi yang berhubungan dengan
pengawasan yang efektif tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan dan hal-hal yang
berhubungan dengan langganan (klien)nya. sebetulnya pengawasan luar adalah musuh alam dari
profesi, karena membatasi kekuasaan profesi dan membuka pintu terhadap pengaruh luar
(Ornstein dan levine, 1984).

7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi


Jabatan mengajar adalah jabatanyang mempunyai nilai sosial yang tinggi, tidak perlu diragukan
lagi. Kebanyakan guru memilih jabatan ini berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka
yakni mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah. Namun, ini
tidak berarti bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi juga jangan mengharapkan akan cepat
kaya bila memilih jabatan guru. Oleh karena itu, tidak perlu diragukan lagi bahwa persyaratan
ketujuh ini dapat dipenuhi dengan baik.

8. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk dapat mewadahi
tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi
kriteria ini dan dalam hal lain belum dapat dicapai. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-
kanak sampai guru sekolah lanjutan atas, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia
(ISPI) yang mewadahi seluruh sarjan pendidikan. Di samping itu, juga telah ada kelompok guru
mata pelajaran sejenis, baik pada tingkat daerah maupun nasional, namun belum terkait secara
baik dengan PGRI. Harus dicarikan usaha yang sungguh-sungguh agar kelompok-kelompok guru
mata pelajaran sejenis itu tidak dihilangkan, tetapi dirangkul ke dalam pangkuan PGRI sehingga
merupakan jalinan yang amat rapi suatu profesi yang baik.
Lebih khusus lagi, Sanusi et al. (1991) mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan (dan bukan dilakukan secara acak saja), yakni sebagai berikut:
a) subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan
perasaan, dan dapat dikembangkan segala potensinya; sementara itu pendidikan dilandasi oleh
nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.
b) Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka
pendidikan menjadi normatif yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara
universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan para pendidik,peserta didik, dan
pengelola pendidikan.
c) Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan
pendidikan.
d) Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi
yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan
potensi unggul tersebut.
e) Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta
didik dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah yang dikehendaki oleh
pendidik dan selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.
f) Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yakni menjadikan manusia
sebagai manusia yanng baik (dimensi intrinsik), dengan misi intsrumental yakni yang merupakan
alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.

B. Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan


Tujuan filsafat pendidikan ialah memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan
dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Jadi peranan filsafat
pendidikan itu sendiri adalah memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara
bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang
kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori
pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau
ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi
pada diri peserta didik. Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu, Suatu ilmu baru muncul setelah
terjadi pengkajian dalam filsafat. Filsafat merupakan tempat berpijak bagi kegiatan pembentukan
ilmu itu. Karena itu filsafat dikatakan sebagai induk dari semua bidang ilmu. Bagi filsafat
pendidikan berkepentingan untuk membangun Filsafat hidup agar bisa dijadikan pedoman dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, dan untuk selanjutnya, kehidupan sehari-hari tersebut selalu
dalam keteraturan. Jadi untuk pendidikan, Filsafat memberikan sumbangan berupa kesadaran
menyeluruh tentang asal-mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia.

C. Manfaat dan peran filsafat pendidikan bagi guru


Bagi guru dan pendidik pada umumnya,filsafat pendidikan itu sangat perlu karena
tindakan-tindakannya mendidik dan mengajar akan selalu dipengaruhi oleh filsafat hidupnya dan
oleh filsafat pendidikan yang dianutnya.filsafat pendidikan akan memberi arah kepada
peerbuatannya mendidik dan mengajar.misal dalam menyusun kurikulum sekolah,guru harus
jelas merumuskan tujuan kurikulum itu, dan untuk itu ia harus merujuk kepada filsafat
pendidikannya.perlakuannya terhadap siswa merupakan releksi filsafatnya.Gaya mengajarnya
juga akan dipengaruhi oleh filsafatnya yang dianutnya.seorang guru seharusnya memiliki filsafat
hidup dan filsafat pendidikan yang jelas yang merupakan bagian dari kepribadiannya.oleh karena
itu bagi seorang mahasiswa calon guru mempelajari ilmu filsafat dan ilmu filsafat pendidikan
adalah perlu.bukan saja memperluas wawasannya mengenai pendidikan serta membantunya
dalam memmahami siswa dan mengembangkannya gaya belajar yang tepat, tetapi juga dapat
menyadarkannya mengenai makna dari berbagai aspek kehidupan manusia.dan yang lebih
penting lagi bahwa sikap dan tindakanya yang mencerminkan filsfatnya akan berpengaruh
kepada siswanya.disinilah peran yang sangat esensial dari seorang guru.
pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya
menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang
lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-
fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Seorang guru,
baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat
pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan,
karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan
individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan . Tujuan pendidikan perlu
dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup.

D. Keterkaitan Filsafat Pendidikan Dengan Guru


Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau
merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru Sekolah
Dasar baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat
keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia
pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik.
Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek
pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru Sekolah
Dasar dapat menemukan berbagai pemecahan permasalahan pendidikan

Terdapat hubungan yang kuat antara perilaku guru dengan keyakinannya:


1. Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran
Komponen penting filsafat pendidikan seorang Guru Sekolah Dasar adalah bagaimana
memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok Guru Sekolah
Dasar? Sebagian Guru Sekolah Dasar memandang pengajaran sebagai sains, suatu aktifitas
kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni, pertemuan yang sepontan, tidak
berulang dan kreatif antara guru dan siswa. Yang lainnya lagi memandang sebagai aktifitas sains
dan seni. Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman
dan kognisi siswa, yang lainnya menekankan perilaku siswa.
2. Keyakinan mengenai siswa
Akan berpengaruh besar pada bagaimana Guru Sekolah Dasar mengajar? Seperti apa
Siswa Sekolah Dasar yang guru yakini, itu didasari pada pengalaman kehidupan unik guru.
Pandangan negatif terhadap siswa menampilkan hubungan guru-siswa pada ketakutan dan
penggunaan kekerasan tidak didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan. Guru yang memiliki
pemikiran filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak Sekolah Dasar berbeda dalam
kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.
3. Keyakinan mengenai pengetahuan
Berkaitan dengan bagaimana Guru Sekolah Dasar melaksanakan pengajaran. Dengan
filsafat pendidikan, guru akan dapat memandang pengetahuan secara menyeluruh, tidak
merupakan potongan-potongan kecil subyek atau fakta yang terpisah.
4. Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui
Guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun
masing-masing guru berbeda dalam meyakini apa yang harus diajarkan.

Anda mungkin juga menyukai