Pengertian filsafat
filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia secara harfiah bermakna pencinta kebijaksanaan
adalah kajian masalah umum yang mendasar tentang persoalan seperti eksistensi pengetahuan,
nilai ,akal ,dan pikiran. Dan istilah filsafat juga berasal dari bahasa Arab yaitu falsafah yang artinya
kebijaksanaan jadi bisa dipahami bahwa filsafat itu berarti cinta kebijaksanaan dan seorang filsuf adalah
pencari kebijaksanaan cinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
1. Menurut Aristoteles.
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang berisi ilmu metafisika,
retorika ,logika ,etika ,ekonomi politik dan estetika ( filsafat keindahan)
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang merupakan dasar dari semua pengetahuan yang meliputi isu-isu
episode-episode morfologi atau filsafat pengetahuan yang menjawab pertanyaan tentang apa yang
dapat kita ketahui.
3. Menurut Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang sifat bagaimana sifat sesungguhnya dari kebenaran.
4.Menurut Plato
Filsafat adalah ilmu yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya.
5.Menurut Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang masalah final dan menentukan, yaitu masalah makna keadaan, Tuhan,
kebebasan dan keabadian.
Filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan bahwa Allah, manusia dan alam menjadi pokok
penyelidikan.
7.Menurut Notonogo
Filosofi yang meneliti hal-hal yang menjadi objek inti dari sudut mutlak (di), yang tetap dan tidak
berubah, yang juga disebut alami.
8.Bertrand Russel
Bertrand Russel berpendapat bahwa filsafat sebagai kritik terhadap pengetahuan. Filsafat memeriksa
secara kritis azas-azas yang dipakaidalam ilmu pengetahuan dan kehidupan sehari-hari, dan mencari
suatuketidakselarasan yang dapat terkandung di dalam azas-azas itu. Filsafata dalah suatu yang terletak
antara theologia dan ilmu pengetahuan terletak di antara dogma-dogma dan ilmu-ilmu eksakta.
hal pertama yang dihadapi seorang filsuf adalah bahwa yang ada berebeda-beda, terdapat ada yang
hanya mungkin ada.
Arti filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari
hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.
11.Menurut Al-Kindi
Filsafat adalah pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. Ia
memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam membagi filsafat itu dalam tiga lapangan:
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara tidak kritis.
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi.
Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan.
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian
(konsep).
Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan
jawabannya oleh para ahli filsafat.
Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama)
dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan
Pengertian filsafat menurut Muhammad Yamin adalah proses pemusatan pikiran, sehingga manusia
menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
Arti filsafat adalah sebagai pandangan menyeluruh dan sistematis. Disebut meyeluruh, karena
pandangan filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan, melainkan suatu pandangan yang dapat
menembus di balik pengetahuan itu sendiri.Dengan pandangan seperti ini akan terbuka kemungkinan
untuk menemukan hubungan pertalian antara semua unsur yang dipertinggi, dengan mengarahkan
perhatian dan kedalaman mengenai kebijakan. Dikatakan sistematis, karena filsafat menggunakan
berpikir secara sadar, teliti, teratur, sesuai dengan hukum hukum yang ada.
Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat
seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu
pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai
landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal
yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya
sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan.
Tokoh-tokoh filsafat
Tokoh- tokoh filsafat Yunani kuno ( klasik)/ filsafat barat.
1. Thales.(624-546SM).
Thales disebut juga sebagai "bapak filsafat",karena dia adalah filsuf yang pertama kali berfilsafat atau
memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta telah juga dianggap sebagai perintis filsafat alam
natural atau filosofi teras merupakan perintis matematika Yunani.thales menyatakan bahwa air adalah
prinsip dasar segala sesuatu beliau berpendapat bahwa air menjadi dasar dari segala-galanya yang ada
di alam sebab air mampu tampil dalam segala bentuk dan bersifat tidak dapat terbinasa kan.kemudian
dalam pandangan tentang jiwa teles berpendapat segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa tidak hanya
di dalam hidup tetapi pada benda mati.Dan pandangan dalam politik thales pernah menyarankan bahwa
orang-orang lonia agar membangun pusat pemerintahan dan administrasi di kota Laos yaitu yang berada
di posisi sentral di seluruh lonia. Thales dikenal dengan teoremanya dalam geometri:
Lingkaran dibagi oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut dengan diameter
Besarnya sudut sudut alas segitiga sama kaki adalah sama besar
sudut-sudut vertikal yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis lurus
menyilang sama besar
apabila sepasang sisinya sepasang sudut yang terletak pada sisi itu dan sepasang sudut yang
terletak di hadapan sisi itu sama besarnya maka kedua segitiga itu dikatakan sama atau
sebangun.
segitiga dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan untuk mengukur jarak kapal.
Anaximandrosmengatakan bahwa inti sari alam atau dasarnya pertama kali adalah udara.karena udara
lah yang meliputi seluruh alam serta udara pulalah yang menjadikan dasar hidup bagi manusia yang
diperlukan untuk bernafas. Ia mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada
dengan sendirinya (udara).udara merupakan segala sumber kehidupan kehidupan demikian alasannya.
Pemikirannya,substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan
pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan matematis bilangan merupakan intisari dasar
pokok dari sifat benda.dan ia mau filsafat kan manusia adalah sesuatu yang bukan jasmani dan tidak
dapat mati, yang masih terus ada.
1.Al kindi.
Nama lengkapnya adalah Abdul Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Ash-Shabah bin Imran bin Ismail bin
Muhammad bin al-Asy’ats bin Qeis al-Kindi. Ia dilahirkan di kota Kufah, ia memperoleh pendidikan masa
kecilnya di Bashrah. Tetapi tumbuh dewasa dan meninggal di Baghdad, ia terlibat dalam gerakan
penerjemahan dan penulis buku. Namun, itu tidak berarti bahwa Al-Kindi hanya ahli penerjemahan,
karena penulis buku tersebut Ibnu Juljul menerangkan lebih lanjut :”Ia (Al-Kindi) telah menerjemahkan
banyak buku filsafat, menjelaskan berbagai masalah, menyimpulkan berbagai problema yang sulit dan
sukar dipahami”. Lebih lanjut dia melanjutkan :” Al-Kindi menguasai ilmu kedokteran, filsafat, ilmu pasti,
semantik, pandai mengubah lagu, menguasai ilmu ukur (Geometri), aljabar, ilmu falak dan astronomi”.
Dari hasil menerjemah dan menulis buku, dia memiliki banyak harta untuk mengaji banyak orang guna
menerjemahkan naskah-naskah ilmu pengetahuan dan filsafat dalam rangka mengisi dan melengkapi
perpustakaan pribadinya, yaitu Al-Kindiyyah.
Al-Kindi telah mampu menjadikan filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan telah membangun
fondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang sebagian diantaranya
diteruskan dan dikembangkan oleh Al-Farabi.[5] Sumber filosofis Al-Kindi diperoleh dari sumber-sumber
Yunani Klasik, terutama Neoplatonik. Risalahnya, Risalah fi Al-Hudud Al-Asyya’,[6] secara keseluruhan
dapat dipandang sebagai basis atas pandangan-pandangannya sendiri. Ia diduga meringkas definisi-
definisi dari literatur Yunani dengan niat hendak memberikan ringkasan filsafat Yunani dalam bentuk
definisi. Kebanyakan definisi itu adalah definisi harfiah yang dipinjam dari Aristoteles, hal ini dikarenakan
bahwasanya Al-Kindi sangat mengagumi Aristoteles.
2. Al-Farabi
Nama lengkap Al-Farabi adalah Abu Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalagh. Al-
Farabi seorang filosof Islam berkebangsaan Turki, ia adalah seorang yang tertarik pada ilmu pasti dan
semantik. Di Baghdad ia berhubungan dengan Abu Basyr Matta bin Yunus seorang ahli semantik
terkemuka, dua puluh tahun Al-Farabi tinggal di Baghdad hingga ia mendapat julukan “Guru Kedua”
karena ia adalah orang pertama yang memasukkan ilmu semantik dalam kebudayaan Arab, sama halnya
dengan Aristoteles yang disenut “Guru Pertama” karena ia adalah orang yang menciptakan ilmu
semantik.
Al-Farabi dalam karyanya Tahshil As-Sa’adah menyebutkan “Untuk menjadi filosof yang betul-
betul sempurna, seseorang harus memiliki ilmu-ilmu teorotis dan daya untuk menggali ilmu-ilmu itu
demi kemanfaatan orang lain sesuai dengan kapasitas mereka”. Al-Farabi mengikuti Plato, berpendirian
bahwa setiap filosof sejatinya dibebani tugas untuk mengkomunikasikan filsafat mereka kepada orang
lain, dan bahwa tugas ini sangat penting untuk memenuhi cita ideal filsafat. Filsafat Al-Farabi lebih
condong kapad afilsafat Plato daripada filsafat Aristoteles. Al-Farabi sependapat dengan Plato bahwa
alam ini adalah “baru” dan terjadi dari tidak ada, pendapat senada juga diungkap oleh Al-Kindi.
3.Ibnu Sina
Filsafat Islam mencapai puncak kecemerlangannya pada zaman hidupnya Syaikh Ar-Rais Abu Ali
Al-Husein bin Abdullah Ibn Sina. Dialah filofof Islam yang paling banyak menulis buku-buku ilmiah
sampai soal-soal yang bersifat cabang dan ranting. Para filosof Islam sesudahnya tidak mencapai
kemajuan yang berarti, malah sebagian besar dari mereka itu hanya menguraikan buku-buku yang ditulis
oleh Ibnu Sina, seperti Ar-Razi dan Ath-Thusi misalnya. Pada zamannya, filsafat Islam mencerminkan
kepribadian Ibnu Sina sehingga ia menjadi sasaran serangan kalangan yang mengecam filsafatnya dan
menghendaki kehancurannya.
Ibnu Sina menulis filsafatnya mengikuti pendapat Aristoteles. Dikatakan dalam bukunya yang
berjudul Asy-Syifa :”Tujuan filsafat ialah mencari hakekat segala sesuatu sebatas kemungkinan yang
dapat dilakukan oleh manusia”. Ibnu Sina adalah filosof yang menempuh jalan semantik dalam
menetapkan kepastian adanya Tuhan, dalam hal ini Ibnu Sina mengatakan dalam Al-Isyarat :”Apabila
kemauan dan latihan rohani telah sampai batas yang memungkinkan orang mengetahui cahaya
kebenaran, ia akan merasakan kelezatan sedemikian rupa seolah-olah melihat pancaran kilat datang
kepadanya kemudian memudar kembali”.
Ada dua tipe filsafat, teoritis dan praktis. Yang pertama mengetahui tentang kebenaran dan
yang kedua mengetahui tentang kebaikan. Tujuan filsafat teoritis adalah menyempurnakan jiwa melalui
pengetahuan semata-mata. Tujuan filsafat praktis adalah menyempurnakan jiwa melalui pengetahuan
tentang apa yang seharusnya dilakukan sehingga jiwa bertindak sesuai dengan pengetahuan ini. Filsafat
teoritis adalah pengetahuan tentang hal-hal yang ada bukan karena pilihan dan tindakan kita, sedangkan
filsafat praktis adalah pengetahuan tentang hal-hal yang ada berdasarkan pilihan dan tindakan kita.
1. M. Nasroen
Istilah filsafat Indonesia berasal dari judul sebuah buku yang ditulis oleh M. Nasroen, seorang Guru
Besar di bidang Filsafat Universitas Indonesia (UI), yang di dalamnya ia menelusuri unsur-unsur filosofis
dalam kebudayaan Indonesia.
Para pengkaji filsafat Indonesia mendefinisikan kata ‘Filsafat Indonesia’ secara berbeda, dan itu
menyebabkan perbedaan dalam lingkup kajian filsafat Indonesia. M. Nasroen tidak pernah menjelaskan
definisi kata itu. Ia hanya menyatakan bahwa ‘Filsafat Indonesia’ adalah bukan Barat dan bukan Timur,
sebagaimana terlihat dalam konsep-konsep dan praktik-praktik asli dari mupakat, pantun-pantun,
Pancasila, hukum adat, gotong-royong, dan kekeluargaan (Nasroen 1967:14, 24, 25, 33, dan 38).
2. Soenoto
Lahir pada tahun 1929, Soenoto merupakan pengkaji filsafat Indonesia generasi kedua di era 1980-
an. Pendidikan kefilsafatan pertama kalinya diperoleh dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta
(Sarjana dan Magister Ilmu Sosial dan Politik), lalu Vrije Universiteit Amsterdam (Doktor Ilmu Sosial dan
Politik). Jabatan yang pernah dipegang ialah Dekan Fakultas Filsafat UGM (1967-1979), Peneliti Filsafat
Pancasila di Dephankam (Departemen Pertahanan dan Keamanan). Karya-karyanya yang langsung
berhubungan dengan kajian filsafat Indonesia ialah: Selayang Pandang tentang Filsafat Indonesia
(Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM, 1981), Pemikiran tentang Kefilsafatan Indonesia (Yogyakarta:
Yayasan Lembaga Studi Filsafat Pancasila & Andi Offset, 1983), dan Menuju Filsafat Indonesia: Negara-
Negara di Jawa sebelum Proklamasi Kemerdekaan (Yogyakarta: Hanindita Offset, 1987).
3. R. Parmono
Lahir pada tahun 1952, R. Parmono adalah salah seorang pelopor filsafat Indonesia. R. Parmono
menempuh jenjang pendidikan kefilsafatan di Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada Yogyakarta
(Sarjana Filsafat), lalu setelah lulus pada 1976, ia meneruskan pendidikan di Program Pasca-Sarjana
Jurusan Filsafat Indonesia di UGM pula. Setelah memperoleh gelar Magister, ia diterima sebagai Dosen
Filsafat di UGM, bahkan pernah menjadi Sekretaris Jurusan (Sekjur) pada Jurusan Filsafat Indonesia yang
dirintisnya bersama-sama dengan Sunoto. Selain mengajar di UGM, ia juga salah seorang anggota
Peneliti Filsafat Pancasila (1975-1979) di Dephankam. Karya-karyanya yang membahas Filsafat Indonesia
ialah: Menggali Unsur-Unsur Filsafat Indonesia (Yogyakarta: Andi Offset, 1985), Penelitian Pustaka:
Beberapa Cabang Filsafat di dalam Serat Wedhatama (1982/1983), dan Penelitian Pustaka: Gambaran
Manusia Seutuhnya di dalam Serat Wedhatama (1983/1984).
4. Mohammad Hatta
Wakil Presiden Indonesia pertama yang akrab dipanggil Bung Hatta merupakan penulis yang
produktif. Beberapa buku yang dihasilkannya antara lain Demokrasi Kita, Krisis Ekonomi dan kapitalisme,
Sekitar Proklamasi, dan Alam Pikiran Yunani. Sebagai akademisi, Bung Hatta mampu dalam merangkum
pemikiran-pemikiran (tokoh) lain dengan motif yang sangat mulia. Semasa Bung Hatta diasingkan oleh
pemerintah kolonial Belanda ke Boven Digul (Papua) tahun 1934, ia sempat membuat kursus filsafat
untuk para tahanan. Dalam rangka tersebut, disusunlah buku Alam Pikiran Yunani. Pada bagian
pengantar buku tersebut, Bung Hatta mengakui bahwa "Dalam pergaulan hidup, yang begitu menindas
akan rohani, sebagai di tanah pembuangan Digul, keamanan perasaan itu perlu ada, siapa yang hidup
dalam dunia pikiran, dapat melepaskan dirinya daripada, gangguan hidup sehari-hari. Dengan timbangan
seperti itu, kami menyusun pelajaran filosofi ini".
Ki Hajar Dewantara adalah salah satu pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman
penjajahan Belanda .Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara masuk ke dalam filsafat Aliran Idealisme.
Aliran ini menyatakan nilai itu bersifat mutlak, benar salah dan baik buruk secara fundamental yang
tidak berubah dari generasi ke generasi. Konsep pendidikan budi pekerti yang dikembangkan oleh Ki
Hajar Dewantara pada dasarnya mengacu kepada nilai benar dan salah serta baik dan buruk yang
bersifat mutlak dan universal.
Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara juga masuk ke dalam filsafat Aliran Rekonstruksionisme.
Aliran ini menyatakan tujuan pendidikan adalah membuat aturan sosial yang ideal dan merekonstruksi
budaya pada masyarakat majemuk. Konsep Trikon yang dikembangkan Ki Hadjar Dewantara, terdiri dari
kontinuitas, konvergensitas, dan konsentrisitas yang pada dasarnya memberi tempat budaya
masyarakat lain yang majemuk ke dalam budaya masyarakat setempat sepanjang perpaduan
antarbudaya tersebut bersifat akulturatif dan saling mengisi.dan masih banyak lagi tokoh" filsafat
Nusantara lainnya.
Filsafat pendidikan.
Pengertian filsafat pendidikan
Filsafat dan pendidikan sebenarnya adalah dua istilah yang mempunyai makna sendiri.Akan tetapi ketika
digabungkan akan menjadi sebuah tema yang baru dan khusus.Filsafat pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum. Filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan sebagai
objek yang dikaji, baik secara Ontologis, Epistemologis, maupun Aksiologis.Ada banyak definisi mengenai
filsafat pendidikan tetapi akhirnya semua mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir
filsafat dalam rangka menyelesaikan permasalahan pendidikan.Upaya ini kemudian menghasilan teori
dan metode pendidikan untuk menentukan gerak semua aktivitas pendidikan.
Tujuan filsafat pendidikan.
Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua wilayah yaitu humanisme dan akademik.Sisi humanisme
mengembangkan manusia dari segi keterampilan dan praktik hidup. Sementara aspek akademik
menekankan nilai kognitif dan ilmu murni.Keduanya merupakan aspek penting yang sebenarnya tidak
dapat dipisahkan. Filsafat pendidikan berperan untuk terus menganalisis dan mengkritisi aspek
akademik dan humanis demi sebuah pendidikan yang utuh dan seimbang.Filsafat pendidikan akan terus
melakukan peninjauan terhadap proses pendidikan demi perkembangan pendidikan yang mencetak
manusia handal.
realitas pendidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain:
Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan.
Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan memengaruhi tatanan
hidup suatu masyarakat.
Tujuan pendidikan sebagai arah pengembangan model pendidikan.
Relasi antara pendidik dan peserta didik sebagai subjek dan subjek.
Pemahaman dan pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan.
Metode dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan tatanan masyarakat dan organisasi serta situasi
sosial sekitar.[2]
Nilai dan pengetahuan sebagai aspek penting dalam pengajaran.
Kaitan antara pendidikan dengan kelas sosial dan kenaikan taraf hidup masyarakat.
Aliran-aliran filsafat yang dapat memberikan solusi atas masalah pendidikan.
1. Aliran profgesivisme
Aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini belum tentu benar pada masa
mendatang. Tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah pendidikan harus memberikan keterampilan
dan alat-alat uang bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda dalan proses
perubahan.
2. Aliran esensialisme
Aliran yang didasarkan oleh nilai kebudayaan, yanf telas ada sejak awal peradaban umag manusia.
Tujuan aliran ini adalah membentuk kepribadian bahagia didunia dan hakikat isi pendidikannya
mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang menggerakkan kehendak manusia itu
sendiri.
3. Aliran perenialisme
Aliran yang mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang teguh pada nilai dan norma yang bersifat
kekal abadi. Perenialisme berpendapat mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan
tujuan yang utama dari filsafat
4. Aliran rekonstruksionisme
Suatu aliran yang berusaha merombak atas susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran ini
berkeyakinan bahwa tugas menyelamatkan dunia adalah tugas semua manusia. Karenanya pembinaan
kembali daya intelektual dan spiritual sehat melalui pendidikan yang tepat.
5. Aliran eksistensialisme
Pada hakikatnya aliran inu merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat
manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi, yang dimiliki serta dihadapinya.
6. Aliran idealisme
Aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Aliran
idealisme merupakan suatu aliran yang menganggungkan jiwa.
Pendidikan dan filsafat tak terpisahkan sebab tujuan pendidikan adalah juga tujuan filsafat-
kebijaksanaan; dan jalan yang ditempuh filsafat adalah juga jalan yang dilalui pendidikan-bertanya dan
menyelidiki yang dapat membimbing ke arah kebijaksanaan. Berfilsafat dan mendidik adalah dua phase
dalam satu usaha, berfilsafat ialah memikirkan dan mempertimbangkan nila-nilai dan cita-cita yang lebih
baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu dalam kehidupan, dalam
kepribadian manusiaMendidikialah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan filsafat, dimulai
dengan generasi muda, untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka,
dan dengan cara ini demi menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan melembagakannya didalam
kehidupan mereka.
Menurut Brauner dan Burns peranan filsafat pendidikan suatu komponen (sebagai) aktivitas
berfilsafat ialah untuk membantu tujuan-tujuan pedagogis yang dapat kita tetapkan meliputi empat
aspek yang saling berhubungan yaitu: fungsi analisa, evaluasi, spekulatif dan integrative (Mohammad
Noor Syam, 1984: 45).Bahkan sesungguhnya tak ada satu konsepsi dan ide pendidikan tanpa ide dan
latarbelakang filsafat. Apakah yang hendak diamati oleh pendidikan, bagaimana konsepsi pelaksanaan
pendidikan amat tergantung kepada latarbelakang nilai-nilai filsafat. Tetapi konsepsi pendidikan sebagai
suatu fungsi dan proses sosial tak akan mempunyai arti secara definitif tanpa lebih dahulu adanya suatu
gambaran jenis masyarakat ideal.
Implementasi filsafat dalam pendidikan.
Filsafat itu sangat penting didalam dunia pendidikan. Karena ,di dalam pengertian secara mendalam
tentang filsafat itu sendiri mempunyai arti yang sangat positif, murni, asli, dan tanpa rekayasa. Dimulai
dengan pengertian filsafat yaitu sebagai kecintaan, semangat, kebenaran, absolute, mutlak, dsb. Tidak
dapat dipungkiri filsafat itu adalah sebuah kunci jawaban atas segala sudut pandang yang muncul di
dunia.Filsafat sepatutnya dijadikan landasan berfikir oleh manusia-manusia modern sekarang ini yang
segala pola pikirnya sudah terkontaminasi oleh kepalsuan-kepalsuan dunia yang bersifat global dan
merusak.
Filsafat di dalam dunia pendidikan teramat sangat dibutuhkan sekali. Karena dengan segala
unsur-unsur makna yang terkandung dalam filsafat itu sendiri dapat mengarahkan pendidikan ke jalan
yang sebenar-benarnya tanpa dibelok-belokkan kearah yang tidak jelas kebenarannya.Filsafat harus di
masukkan secara mendalam dan menyeluruh di dalam ruang lingkup pendidikan. Karena output-output
dari pendidikan itu bila tidak didasari oleh filsafat maka paham-paham yang dimilikinya akan mudah
berbelok dan di belokkan oleh segala informasi atau ilmu-ilmu yang mereka pelajari nantinya.
Timbulnya problem dan pikiran pemecahannya itu adlah bidang pemikiran filsafat-dalam hal ini filsafat
pendidikan-.Ini berarti pendidikan adalah pelaksanaan daripada ide-ide filsafat dengan perkataan lain
ide filsafat yang memberi asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia, telah
melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas penyelenggara pendidikan. Jadi peranan
filsafat pendidika merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang lebih
terperinci kemudian, filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.
Filsafat pendidikan juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam
pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek
kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan
dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah
data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk
menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya
menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan
berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).
Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para
ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi
dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang
telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan
kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan
kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-
kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan
mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang
sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
Filsafat berasal dari kata philos yng berarti cinta dan Sophia atau wisdom yang berarti
kebijaksanaan . Adapun filsafat pendidikan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
belajar dan mengajarkan dengan penuh kecintaan, kecintaan yang dimaksud dalam filsafat adalah cinta
yang membuat kita merasa bahagia saat mencintai. Di sisni filsafat pendidikan akan mengajarkan kita
bagaimana cara belajar dengan penuh kecintaan terhadap pelajaran tersebut. filsafat pendidikan
meliputi aspek-aspek tertentu dalam kajiannya, aspek-aspek tersebut akan memudahkan seseorang
untuk lebih mengetahui hakikat belajar secara mendalam. Aspek-aspek tersebut adalah aspek
epistemologi pendidikan,ontologi pendidikan dan aksiologi pendidikan. ketiga aspek itu harus ada dalam
sebuah pendidikan
. Epistemologi pendidikan
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam
bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos
berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai pengetahuan
sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang
benar (teori of knowledges). Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal
muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.
Istilah epistimologi dipakai pertama kali oleh J. F. Feriere untuk membedakannya dengan cabang
filsafat lain yaitu ontologi (metafisika umum). Filsafat pengetahuan (Epistimologi) merupakan salah satu
cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Epistomogi merupakan bagian dari
filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan asal mula
pengetahuan, batas – batas, sifat sifat dan kesahihan pengetahuan. Objeck material epistimologi adalah
pengetahuan . Objek formal epistemologi adalah hakekat pengetahuan.
Logika Material adalah usaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran di tinjau dari
segi isinya. Lawannya adalah logika formal (menyelidiki bentuk pemikiran yang masuk akal).
Apabila logika formal bersangkutan dengan bentuk-bentuk pemikiran, maka logika material
bersangkutan dengan isi pemikiran. Dengan kata lain, apabila logika formal yang biasanya
disebut istilah’logika’berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan bentuk pemikiran yang
masuk akal, maka logika material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran
ditinjau dari segi isinya. Maka dapat disimpulkan bahwa logika formal bersangkutan dengan
masalah kebenaran formal sering disebut keabsahan (jalan) pemikiran. Sedangkan logika
material bersangkutan dengan kebenaran materiil yang sering juga disebut sebagai kebenaran
autentik atau otentisitas isi pemikiran.
Kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Ukuran yang dimaksud adalah
ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan tertentu. Dengan
demikian kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang berusaha untuk menetapkan benar
tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran tentang kebenaran.
Kritika Pengetahuan adalah pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam,
berusaha menentukan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan manusia.
Gnoseologia (gnosis = keilahian, logos = ilmu pengetahuan) adalah ilmu pengetahuan atau
cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan,
khususnya mengenahi pengetahuan yang bersifat keilahian.
Filsafat pengetahuan menjelaskan tentang ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus
akan memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. J.A.Niels Mulder menjelaskan
bahwa epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang watak, batas-batas dan
berlakunya dari ilmu pengetahuan. Abbas Hamami Mintarejo berpendapat bahwa epistemologi
adlah bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan
dan mengadakan penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu.
Epistimologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Jadi,
objek material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakikat
pengetahuan itu.
Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini
membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut.
kita menjadi guru,pastinya kita akan bertemu dengan murid yang watak dan sikapnya berbeda-beda.
Maka dari hal tersebut kita akan memperoleh metode untuk menyikapi murid-murid tersebut.
Ontologi pendidikan.
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ontos berarti yang berada (being) dan Logos berarti
pikiran (logic). Jadi, Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakiket sesuatu yang ada/berada atau
dengan kata lain artinya ilmu yang mempelajari tentang “yang ada” atau dapat dikatakan berwujud dan
berdasarkan pada logika. Sedangkan, menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah
ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Disis lain, ontologi filsafat adalah cabang filsafat yang
membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari sesuatu yang ada.
Objek kajian Ontologi disebut “ Ada” maksudnya berupa benda yang terdiri dari alam ,
manusia individu, umum, terbatas dan tidak terbatas (jiwa). Di dalam ontologi juga terdapat
aliran yaitu aliran monoisme yaitu segala sesuatu yang ada berasal dari satu sumber (1
hakekat).Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari sebuah pernyataan –
pernyataan dalam sebuah ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan Metafisika.
Metafisika merupakan cabang dari filsafat yang menyelidiki gerakan atau perubahan yang
berkaitan dengan yang ada (being).
Dalam hal ini, aspek Ontologi menguak beberapa hal, diantaranya:
Obyek apa yang telah ditelaah ilmu?
Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa,
dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :
Jadi, Ontologi pengetahuan filsafat adalah ilmu yang mempelajari suatu yang ada atau berwujud
berdasarkan logika sehigga dapat diterima oleh banyak orang yang bersifat rasional dapat difikirkan dan
sudah terbukti keabsahaanya.
Contoh dari ontologi pendidikan yaitu visi misi lembaga pendidikan atau sekolah. Didalam lembaga
pendidikan atau sekolah visi misi merupakan komponen yang harus ada. Karena visi misi merupakan
perjalanan yang harus di tempuh untuk mencapai suatu tujuan atau hasil.
Maka dalam ilmu filsafat pendidikan visi misi yang merupakan identitas dari suatu lembaga
pendidikan atau sekolah yang harus dapat membuktikan dan mengeksistensikannya. Jadi visi misi tidak
hanya terpampang dan hanya bacaan saja tetapi juga harus ada pembuktiannya. Ada eksistensi dan
menunjukkan bahwa lembaga pendidikan ini ada dan tujuan di ciptakannya suatu lembaga itu sendiri.
Aksiologi pendidikan.
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti nilai. Sedangkan logos
berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.suriasumantri mengartikan
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut
John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilali merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti
politik, sosial dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga yang diidamkan oleh
setiap insan.
Aksioloagi adalah ilmu yang membecirakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi,
aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan,
dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan
tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula karena akhir-akhir ini banyak
sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada
tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu
masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malah menimbulkan bencana
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral.
Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah satu
cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa sokrates dan para
kaum shopis.disitu dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagainya.
Etika sendiri dalam buku etika dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suzeno diartikan sebagai pemikiran
kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral ini sebagaimana
telah dijelaskan diatas adalah norma adat, wejangan dan adatistiadat manusia. Berbeda dengan norma
itu sendiri etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah
pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya
adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggungjawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri,
masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. Dalam perkembangan sejarah etika
ada 4 teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu hedonism, eudemonisme, utiliterisme dan
deontologi. Hedoisme adalah pandangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral
dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun
tujuan dari amnesia itu sendiri adalah kebahagiaan.
Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan
mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan
harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang
indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai
kepribadian.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kulaitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa
bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bangun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita
merasa sehat dan secara umum kita merasakn kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri
tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung
mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek
yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan.
Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat
dibantak lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu
seseorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang
dikutip oleh Jujun S. suriasumantri yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu
merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka
yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bissa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu,
karena itu sendiri ilmu merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagipula
ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik
dalam menggunakannya. Nilai kegunaan ilmu untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa
filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal yaitu:
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu
dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi atau sistem politik, maka
sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenarannya dan dilaksanakan
dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani
kehidupan.
Filsafat sebagi metodologi dalam memecahkan masalah
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu di depan pintu, setiap keluar dari pintu
itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah-
masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang
sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang diguna amat sederhana maka biasanya masalah
tidak terselessaikan secara tuntas. Penyelesaian secara detail itu biasanya dapat mengungkap semua
masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat
objektif. Salah satu faktor yang membedakan anatara pernyataan ilmiah dengan anggapan umum ialah
terletak pada objektivitasnya. Seorang ilmuwan harus melihat realitas empiris dengan
mengesampingkan kesadaran yang bersifat ideologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah
bebas dalam mennetukan topic penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika
seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya
berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terkait pada nilai
subjektif.
Dari tiga pengertian di atas dapa kita simpulkan bahwa antologi adalah ilmu yangmempertanyakan
bagaimana manusia menggunkana ilmu, sedangkan epistimologi adalah bagaimana cara kita
memperoleh pengetahuan filsafat, dan aksiologi adalah ilmumembicarakan tentang tujuan ilmu
penegtahuan itu sendiri.Jadi, dapat kita ambil kesimpulan bahwa hubungan antara ketiganya bahwa
(epistimologi)yaitu bagaimana kita memperoleh ilmu pengetahuan, kemudian (antologi) bagaimana
kitamenggunakan ilmu itu dengan baik, bermanfaat buat kita sendiri dan untuk masyarakat banyak, dan
(aksiologi) apa tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
3. PROFESI GURU DAN KETERKAITANNYA DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN.
Profesi Guru
Guru adalah sebuah profesi dimana seseorang mendidik, mengajar, melatih dan mengevaluasi peserta
didiknya. Profesi yang bergelar pahlawan tanpa tanda jasa, yang akan di kenang, yang akan mencetak
generasi penerus bangsa dan benteng runtuhnya moral, profesi yang agung.
Dalam Undang–Undang No.14/2005 dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip–prinsip yaitu:
Adapun syarat-syarat atau kriteria jabatan guru menurut NEA ( National Education Association ) 1948,
menyarankan kriteria berikut[4] :
Disebut jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual karena mengajar melibatkan upaya-upaya yang
sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati, bahwa kegiatan-kegiatan
yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi persiapan professional lainnya. Oleh sebab itu,
mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnet dan Hugget, 1963).
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus
Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari orang awam,
dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatannya. Anggota –anggota suatu
profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari
penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan
(misalnya orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membuka praktek dokter). Namun, belum
ada kesepakatan tentang bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan (education)atau keguruan
(teaching) (ornstein and Livine, 1984).
Sementara itu, ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral sciences),ilmu pengetahuan alam, dan bidang
kesehatan dapat dibimbing langsung dengan peraturan dan prosedur yang ekstensif dan menggunakan
metodologi yang jelas Ilmu pendidikan kurang terdefinisi dengan baik. Di samping itu, ilmu yang terpakai
dalam dunia nyata pengajaran masih banyak yang belum teruji avalidasinya dan yang disetujui sebagian
besar ahlinya (Gideonse, 1982, dan woodring, 1983).
Sebagai hasilnya, banyak orang khususnya orang awam, seperti juga dengan para ahlinya, selalu
berdebat dan berselisih, malahan kadang-kadang menimbulkan pembicaraan yang negatif. Hasil lain dari
bidang ilmu yang belum terdefinisi dengan baik ini adalah isi dari kurikulum pendidikan guru berbeda
antara satu tempat dengan tempat lainnya, walaupun telah mulai disamakan dengan menentukan topik-
topik inti yang wajib ada dalam kurikulum.
Banyak guru di sekolah diperkirakan mengajar di luar dan bidang ilmu yang cocok dengan ijazahnya;
misalnya banyak guru matematika yang tidak mendapatkan mayor dalam matematika sewaktu dia
belajar pada lembaga pendidikan guru, ataupun mereka tidak disiapkan untuk mengajar matematika.
Masalah ini sangat menonjol dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam, walaupun sudah
agak berkurang dengan adanya persediaan guru yang cukup sekarang ini.
Apakah guru bidang ilmu pengetahuan tertentu juga ditentukan oleh baku pendidikan dan
pelatihannya? Sampai saat pendidikan guru banyak yang ditentukan dari atas, ada juga waktu
pendidikannya cukup dua tahun saja, ada yang perlu tiga tahun atau harus empat tahun. Untuk
melangkah kepada jabatan profesional, guru harus mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
membuat keputusan tentang jabatannya sendiri. Organisasi guru harus mempunyai kekuasaan dan
kepemimpinan yang potensial untuk bekerja sama, dan bukan didikte dengan kelompok yang
berkepentingan, misalnya oleh lembaga pendidikan guru atau kantor wilayah pendidikan guru atau
kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan beserta jajarannya.
Lagi-lagi terdapat perselisihan pendapat mengenai hal ini. Yang membedakan jabatan profesional
dengan non-profesional antara lain adalah dalam penyelesaianpendidikan melalui kurikulum, yaitu ada
yang diatur universitas/institut atau melalui pengalaman praktek dan perpemagangan atau campuran
pemagangan dan kuliah. Yang pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi disediakan untuk
jabatan profesional, sedangkan yang kedua, yakni pendidikan melalui pengalaman praktek dan
pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah diperuntukan bagi jabatan non-profesional
(omstein dan levine, 1984). Tetapi jenis kedua ini tidak ada lagi di indonesia.
Anggota kelompok guru dan yang berwenang di departemen pendidikan dan kebudayaan berpendapat
bahwa persiapan profesional yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang berwenang.
Konsep ini menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum perguruan tinggi, yang terdiri dari pendikan
umum, profesional, dan khusus, sekurang-kurangnya empat tahun lagi bagi guru pemula (S1 di LPTK),
atau pendidikan persiapan profesional di LPTK paling kurang selama setahun setelah mendapat gelar
akademik S1 di perguruan tinggi non LPTK. Namun, sampai sekarang di indonesia , ternyata masih
banyak guru yang lama pendidikan mereka sangat singkat, malahan masih ada yang hanya seminggu,
sehingga tentu saja kualitasnya masih sangat jauh untuk dapat memenuhi parsyaratan yang kita
harapkan.
Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab hampir tiap
tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang mendapatkan penghargaan
kredit maupun tanpa kredit.
Malahan pada saat sekarang bermacam-macam pendidikan profesional tambahan diikuti guru-guru
dalam menyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. ( Ingat penyetaraan D-II untuk
guru-guru SD, dan penyetaraan D-III untuk guru-guru SLTP, baik melalui tatap muka di LPTK tertentu
maupun lewat pendidikan jarak jauh yang di koordinasikan Universitas Terbuka).
Di lihat dari kacamata ini, jelas kriteria ke empat ini dapat di penuhi bagi jabatan guru di negara kita.
Di luar negeri barangkali syarat jabatan guru sebagai karier permanen merupakan titik paling lemah
dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan profesional. Banyak guru baru yang hanya bertahan
selama satu atau dua tahun saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja ke bidang lain,
yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi. Untunglah Indonesia kelihatannya tidak begitu
banyak guru yang pindah k bidang lain, walaupun bukan berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia
mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya mungkin karena lapangan kerja dan sistem pindah
jabatan yang agak sulit. Dengan demikian kriteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia.
Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan atau persyaratan yang seragam untuk meyakinkan
kemampuan minimum yang diharuskan, tidak demikian halnya dengan jabatan guru. Dari pengalaman
beberapa tahun terakhir penerimaan calon mahasiswa LPTK didapat kesan yang sangat kuat bahwa skor
nilai calon mahasiswa yang masuk ke lembaga pendidikan guru jauh lebih rendah dibandingkan dengan
skor calon yang masuk ke bidang lainnya. Permasalahan ini mempunyai akibat juga dalam hasil
pendidikan guru nantinya, karena bagaimanapun juga mutu lulusan akan sangat dipengaruhi oleh mutu
masukan atau bahan bakunya, dalam hal ini mutu calon mahasiswa lembaga pendidikan guru.
Dalam setiap jabatan profesi setiap anggota kelompok dianggap sanggup untuk membuat keputusan
profesional berhubungan dengan iklim kerjanya. Para profesional biasanya membuat peraturan sendiri
dalam daerah kompetensinya, kebiasaan dan tradisi yang berhubungan dengan pengawasan yang efektif
tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan dengan langganan
(klien)nya. sebetulnya pengawasan luar adalah musuh alam dari profesi, karena membatasi kekuasaan
profesi dan membuka pintu terhadap pengaruh luar (Ornstein dan levine, 1984).
Jabatan mengajar adalah jabatanyang mempunyai nilai sosial yang tinggi, tidak perlu diragukan lagi.
Kebanyakan guru memilih jabatan ini berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni
mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah. Namun, ini tidak berarti
bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi juga jangan mengharapkan akan cepat kaya bila memilih
jabatan guru. Oleh karena itu, tidak perlu diragukan lagi bahwa persyaratan ketujuh ini dapat dipenuhi
dengan baik.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk dapat mewadahi tujuan
bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kriteria ini dan
dalam hal lain belum dapat dicapai. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan
atas, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjan pendidikan.
Di samping itu, juga telah ada kelompok guru mata pelajaran sejenis, baik pada tingkat daerah maupun
nasional, namun belum terkait secara baik dengan PGRI. Harus dicarikan usaha yang sungguh-sungguh
agar kelompok-kelompok guru mata pelajaran sejenis itu tidak dihilangkan, tetapi dirangkul ke dalam
pangkuan PGRI sehingga merupakan jalinan yang amat rapi suatu profesi yang baik.
Lebih khusus lagi, Sanusi et al. (1991) mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan (dan bukan dilakukan secara acak saja), yakni sebagai berikut:
subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan
perasaan, dan dapat dikembangkan segala potensinya; sementara itu pendidikan dilandasi oleh
nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.
Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka pendidikan
menjadi normatif yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal,
nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan para pendidik,peserta didik, dan pengelola
pendidikan.
Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan
pendidikan.
Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi
yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan
potensi unggul tersebut.
Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta
didik dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah yang dikehendaki oleh
pendidik dan selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.
Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yakni menjadikan manusia sebagai
manusia yanng baik (dimensi intrinsik), dengan misi intsrumental yakni yang merupakan alat
untuk perubahan atau mencapai sesuatu.
Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni
mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu, Suatu ilmu baru muncul setelah terjadi pengkajian dalam filsafat.
Filsafat merupakan tempat berpijak bagi kegiatan pembentukan ilmu itu. Karena itu filsafat dikatakan
sebagai induk dari semua bidang ilmu. Bagi filsafat pendidikan berkepentingan untuk membangun
Filsafat hidup agar bisa dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dan untuk
selanjutnya, kehidupan sehari-hari tersebut selalu dalam keteraturan. Jadi untuk pendidikan, Filsafat
memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh tentang asal-mula, eksistensi, dan tujuan
kehidupan manusia.
Manfaat dan peran filsafat pendidikan bagi guru
Bagi guru dan pendidik pada umumnya,filsafat pendidikan itu sangat perlu karena tindakan-
tindakannya mendidik dan mengajar akan selalu dipengaruhi oleh filsafat hidupnya dan oleh filsafat
pendidikan yang dianutnya.filsafat pendidikan akan memberi arah kepada peerbuatannya mendidik dan
mengajar.misal dalam menyusun kurikulum sekolah,guru harus jelas merumuskan tujuan kurikulum itu,
dan untuk itu ia harus merujuk kepada filsafat pendidikannya.perlakuannya terhadap siswa merupakan
releksi filsafatnya.Gaya mengajarnya juga akan dipengaruhi oleh filsafatnya yang dianutnya.seorang
guru seharusnya memiliki filsafat hidup dan filsafat pendidikan yang jelas yang merupakan bagian dari
kepribadiannya.oleh karena itu bagi seorang mahasiswa calon guru mempelajari ilmu filsafat dan ilmu
filsafat pendidikan adalah perlu.bukan saja memperluas wawasannya mengenai pendidikan serta
membantunya dalam memmahami siswa dan mengembangkannya gaya belajar yang tepat, tetapi juga
dapat menyadarkannya mengenai makna dari berbagai aspek kehidupan manusia.dan yang lebih
penting lagi bahwa sikap dan tindakanya yang mencerminkan filsfatnya akan berpengaruh kepada
siswanya.disinilah peran yang sangat esensial dari seorang guru.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau merupakan
kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru Sekolah Dasar baik
mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai
bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam
kehidupan yang baik.
Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran.
Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru Sekolah Dasar dapat
menemukan berbagai pemecahan permasalahan pendidikan
Akan berpengaruh besar pada bagaimana Guru Sekolah Dasar mengajar? Seperti apa Siswa
Sekolah Dasar yang guru yakini, itu didasari pada pengalaman kehidupan unik guru. Pandangan negatif
terhadap siswa menampilkan hubungan guru-siswa pada ketakutan dan penggunaan kekerasan tidak
didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan. Guru yang memiliki pemikiran filsafat pendidikan
mengetahui bahwa anak-anak Sekolah Dasar berbeda dalam kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.
Berkaitan dengan bagaimana Guru Sekolah Dasar melaksanakan pengajaran. Dengan filsafat
pendidikan, guru akan dapat memandang pengetahuan secara menyeluruh, tidak merupakan potongan-
potongan kecil subyek atau fakta yang terpisah.
Guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun masing-
masing guru berbeda dalam meyakini apa yang harus diajarkan.
Jenis-jenis idealisme:
Idealisme subyektif (immaterialisme)
Aliran idealisme subjektif adalahfilsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada gagasan
manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul
dan terjadi di alam atau masyarakat itu adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri,
dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/pikiran dari dirinya sendiri atau ide
manusia. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang dari inggris yang bernama George
Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita
itu bukanlah materi yang real dan ada secara objektif.
Idealisme objektif
Idealisme objektif adalah filsafat yang bertitik tolak pada ide di luar manusia. Idealisme objektif ini
dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat pada susunan alam .menurut idealisme
objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari penciptaan ide universal.
Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua bagian. Pertama,
dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia yang sesungguhnya,
melainkan bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam di atas alam benda, yakni alam
konsep, idea, universal atau esensi yang abadi.
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah
memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide,
manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk
mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham ini menyatakan bahwa isi
pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai miliknya sendiri melainkan ruang dan
waktu adalah forum intuisi kita. Dapat disimpulkan bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan
pada pemahaman tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah
pengalaman.
Secara sederhana pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam
mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses
intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang
dipikirkannya.
Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh
(sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau
zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani. Alasan aliran ini yang menyatakan bahwa
hakikat benda adalah ruhani, spirit atau sebangsanya adalah:
o Nilai ruh lebih tinggi daripada badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupoan manusia.
Ruh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya. Sehingga materi hanyalah badannya
bayangan atau penjelmaan.
o Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia di luar dirinya.
o Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu saja.
Epistemologi idealisme.
Pada dasarnya mengetahui itu melalui proses mengenal atau mengingat, memanggil dan memikirkan
kembali ide-ide yang tersembunyi atau tersimpan yang sebetulnya telah ada dalam pikiran. Apa yang
akan diketahui sudah ada dalam pikiran. Kebenaran itu berada pada dunia ide dan gagasan.
Aksiologi idealisme
Aksiologi idealisme berakar kuat pada cara metafisisnya. Menurut George Knight, jagat raya ini dapat
dipikirkan dan direnungkan dalam kerangka makrokosmos (jagat besar) dan mikrokosmos (jagat kecil).
Dari sudut pandang ini, makrokosmos dipandang sebagai dunia Akar Pikir Absolut, sementara bumi dan
pengalaman-pengalaman sensori dapat dipandang sebagai bayangan dari apa yang sejatinya ada.
Metafisika-idealisme
Absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya
kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih berperan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberikan sumbangan yang besar terhadap teori
perkembangan pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Filsafat idealisme diturunkan dari filsafat
metafisik yang menekankan pertumbuhan rohani. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian
dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh karena itu,
pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus
menekankan kesesuian batin antara anak dan alam semesta. Pendidikan merupakan pertumbuhan ke
arah tujuan pribadi manusia yang ideal. Pendidik yang idealisme mewujudkan sedapat mungkin watak
yang terbaik. Pendidik harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.
guru merupakan wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal
dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas pembelajaran.
Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya, seorang guru itu
harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada anak didik.
Seorang guru harus mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan
suatu model pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya.
Guru haruslah menjadi pribadi yang baik.
Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi sosial
yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak didik.
Implikasi Aliran Filsafat Idealisme
Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta
kebaikan sosial.
Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk
memperoleh pekerjaan.
Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang
lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.
Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama
dengan alam.
Aliran Filsafat Realisme
Berdasarkan bentuk kata (etimologi) Realisme berasal dari Bahasa Latin ”realis” yang berarti
”sungguh-sungguh atau nyata dan benar”. Realisme adalah filsafat yang menganggap bahwa terdapat
satu dunia eksternal nyata yang dapat dikenali. Karena itu, realisme berpandangan bahwa objek
persepsi indrawi dan pengertian sungguh-sungguh ada, terlepas dari indra dan budi yang menangkapnya
karena objek itu memang dapat diselidiki, dianalisis, dipelajari lewat ilmu, dan ditemukan hakikatnya
lewat ilmu filsafat . Pada hakikatnya kelahiran realisme sebagai suatu aliran dalam filsafat sebagai
sintesis antara filsafat idealisme Immanuel Kant di satu sisi dan empirisme John Locke di sisi lainnya.
Realisme ini kadang kala disebut juga neorasonalisme. John Locke memandang bahwa tidak ada
kebenaran yang bersifat metafisik dan universal. Ia berkeyakinan bahwa sesuatu dikatakan benar jika
didasarkan pada pengalaman-pengalaman indrawi, sifatnya induksi. John Locke menyangkal kebenaran
akal.
Gagasan filsafat realisme terlacak dimulai sebelum periode abad masehi dimulai, yaitu dalam pemikiran
murid Plato bernama Aristoteles (384-322 SM). Sebagai murid Plato, sedikit banyak Aristoteles tentu
saja memiliki pemikiran yang sangat dipengaruhi Plato dalam berfilsafat. Dalam keterpengaruhannya,
Aristoteles memiliki sesuatu perbedaan pemikiran yang membuatnya menjadi berbeda dengan Plato.
Aristoteles memandang dunia dalam terma material. Segala sesuatu yang ada dihadapan kita adalah
sesuatu yang riil dan terpisah dari alam pikiran, namun ia dapat memunculkan pikiran melalui upaya
selektif terhadap berbagai pengalaman dan melalui pendayagunaan fungsi akal. Jadi, realitas yang ada
adalah dalam wujud natural, sehingga dapat dikatakan bahwa segala sesuatu selalu digerakkan oleh
alam.
Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda-benda atau dia melihat
terpengeruh oleh keadaan sekelilingnnya. Namun, mereka paham ada benda yang dianggap mempunyai
wujud tersendiri, ada benda yang tetap kendati diamati .Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian
bahwa yang ada yang ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada.
Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh yang bersifat dualistis yaitu
hal fisik dan rohani, dalam pendidikan ada subjek yang mengetahui tentang manusia dan alam. Kajian
yang mendalam mengenai realisme ini lebih cenderung kepada politik, namun beberapa subjek
membahas mengenai pendidikan.
Berdasarkan aliran realisme, maka tujuan pendidikan akan dirumusakan sebagai upaya pengembangan
potensi-potensi yang ada dan dimiliki oleh peserta didik untuk menjadi seoptimal mungkin. Menurut
Realisme, yang dimaksud dengan hakikat kenyataan itu berada pada ”hal” atau ”benda”. Jadi, bukan
sesuatu yang terlepas atau dilepaskan dari pemiliknya. Oleh karena itu, wajar bila yang menjadi
perhatian pertama dalam pendidikan adalah apa yang ada pada peserta didik .
Tujuan Pendidikan
Tujuan-tujuan pendidikan dalam aliran realisme adalah dapat menyesuaikan diri secara tapat dalam
hidup dan dapat melaksanakan tang jawab sosial.
Prinsip-Prinsip Pendidikan Realisme
Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya.
Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak.
Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek mater yang telah ditentukan. Kurikulum
diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Secara luas lingkungan materiil dan sosial,
manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.
Isi Pendidikan atau Kurikulum
Kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna bagi penyesuaian diri dalam idup
dan tanggung jawab sosial.
Kurikulum
Pembiasaan merupakan sebuah metode pokok yang dipergunakan baik oleh kalangan penganut
realisme maupun behaviorisme.
Dalam hubungannya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah penguasaan pengetahuan adalah
yang dapat berubah-ubah.Dalam hubungannya dengan disiplin, tata cara yang baik sangat penting
dalam belajar. Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan.
Pragmatisme berasal dari dua kata yaitu pragma dan isme. Pragam berasal dari bahasa Yunani
yang berarti tindakan atau action. Sedangkan pengertian isme sama dengan pengertian isme – isme
yang lainnya yang merujuk pada cara berpikir atau suatu aliran berpikir. Dengan demikian filsafat
pragmatisme beranggapan bahwa fikiran itu mengikuti tindakan Pragmatisme menganggap bahwa
suatu teori dapat dikatakan benar apabila teori itu bekerja. Ini berararti pragmatisme dapat digolongkan
ke dalam pembahasan tentang makna kebenaran atau theory of thurth. Hal ini dapat kita lihat dalam
buku William James yang berjudul The Meaning of Thurth.
Menurut James kebenaran adalah sesuatu yang terjadi pada ide. Menurutnya kebenaran adalah
sesuatu yang tidak statis dan tidak mutlak. Dengan demikian kebenaran adalah sesuatu yang bersifat
relatif. Hal ini dapat dijelaskan melalui sebuah contoh. Misalnya ketika kita menemukan sebuah teori
maka kebenaran teori masih bersifat relatif sebelum kita membuktikan sendiri kebenaran dari teori itu.
Dalam The Meaning of The Truth (1909), James menjelaskan metode berpikir yang mendasari
pandangannya di atas. Dia mengartikan kebenaran itu harus mengandung tiga aspek. Pertama,
kebenaran itu merupakan suatu postulat, yakni semua hal yang di satu sisi dapat ditentukan dan
ditemukan berdasarkan pengalaman, sedang di sisi lain, siap diuji dengan perdebatan. Kedua, kebenaran
merupakan suatu pernyataan fakta, artinya ada sangkut pautnya dengan pengalaman. Ketiga, kebenaran
itu merupakan kesimpulan yang telah diperumum (digeneralisasikan) dari pernyataan fakta.
Meurut aliran ini hakikat dari realiatas adalah segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Ia
berpendapat bahwa inti dari realiatas adalah pengalam yang dialami manusia. Ini yang kemudian
menjadi penyebab bahwa pragmatisme lebih memperhatikan hal yang bersifat keaktualan sehingga
berimplikasi pada penentuan nilai dan kebenaran. Dengan demikian nilai dan kebenaran dapat
ditentukan dengan melihat realitas yang terjadi di lapangan dan tidak lagi melihat faktor – faktor lain
semisal dosa atau tidak.Hal ini senada dengan apa yang dikataka James, “Dunia nyata adalah dunia
pengalaman manusia.
Tambahan tujuan khusus pendidikan di atas yaitu untuk pemahaman tentang pentingnya
demokrasi. Menurut pragmatisme pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman
untuk menemukan/memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan peribadi dan kehidupan sosial.
Kurikulum
Menurut para filsuf paragmatisme, tradisis demokrasi adalah tradisi memperbaiki diri sendiri
(a self-correcting trdition). Pendidikan berfokus pada kehidupan yang aik pada masa sekarang
dan masa yang akan datang. Kurikilum pendidikan pragmatisme “berisi pengalaman-
pengalaman yang telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Adapun
kurikulum tersebut akan berubah”
Metode Pendidikan
Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah
(problem solving method) serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery
method). Dalam praktiknya (mengajar), metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat
pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias,
kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar
belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita-citakan
dapat tercapai.
Peranan Guru dan Siswa
Dalam pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan” pengetahuanya kepada siswa. Setiap
apa yang dipelajari oleh siswa haruslah sesuai dengan kebutuhan, minat dan masalah
pribadinya. Pragmatisme menghendaki agar siswa dalam menghadapi suatu pemasalahan,
hendaknya dapat merekonstruksi lingkungan untuk memecahkan kebutuhan yang dirasakannya.
Untuk membantu siswa guru harus berperan:
Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memuculkan motivasi. Field trips, film-film,
catatan-catatan, dan tamu ahli merupakan contoh-contoh aktivitas yang dirancang untuk
memunculkan minat siswa.
Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik
Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam kelas guna
memecahkan suatu masalah
Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah.
Bersama-sama kelas mengevaluasi apa yang telah dipelajari, bagaimana mereka
mempelajarinya, dan informasi baru yang ditemukan oleh setiap siswa.
Filsafat Humanisme berasal dari masa klasik barat dan klasik timur yang dasar. Pemikiran filsafat
ini ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina konfusius dan pemikiran klasik yunani. Perkembangan
aliran humanisme terjadi selama 3 tahap yaitu :
Pada masa tahun 1950-an dan 1960-an selama Renaissance di Eropa pada abad ke-16, gerakan
ini muncul karena reaksi terhadap dehumanis yang telah berabad-abad, sebagai akibat langsung
dari kekuasaan pemimpin agama yang merasa menjadi satu-satunya otoritas dalam memberikan
intepretasi terhadap dogma-dogma agama yang kemudian diterjemahkan dalam segenap
bidang kehidupan di Eropa. Sehingga pelopor humanis mengatakan bahwa manusia itu bebas
dan memiliki potensi sendiri untuk menjalankan kehidupannya secara mandiri untuk berhasil
didunia, dimana setiap individu mampu untuk mengontrol nasib mereka sendiri melalui aplikasi
kecerdasan dan pembelajaran mereka. Orang-orang “membentuk diri mereka sendiri”. Istilah
erat dimana kondisi-kondisi keberadaan manusia berhubungan dengan hakekat manusia dan
tindakan manusia bukannya pada takdir atau intervensi Tuhan.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada abad ke-18 pada masa pencerahan (aufklarung), dimana
tokohnya adalah J.J Rousseu yang mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah
manusia sebagai metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan.
Kemudian berkembang lagi pada abad ke-20 yang disebut humanisme kontemporer, merupakan
reaksi protes terhadap dominasi kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai
kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern.
Perkembangan selanjutnya adalah adanya peran dan kontribusi dari filsafat eksistensialisme yang
cukup memberi kontribusi dalam filsafat pendidikan humanistic yakni sebagai berikut :
Manusia memiliki keberadaan yang unik dalam dirinya berbeda antara manusia yang satu
dengan yang lainnya.
Memperhatikan makna dan tujuan hidup manusia.
Adanya kebebasan individu yang paling utama dan unik karena mereka mempunyai sikap hidup,
tujuan hidup dan cara hidup sendiri.
Hal di atas ditujukan melalui pengembangan konsep perkembangan psikologi peserta didik dan
metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan humanistic setiap individu, dimana aliran ini
memiliki pandangan tentang manusia yang memiliki keunikan tersendiri, memiliki potensi yang perlu
diaktualisasikan dan memiliki dorongan-dorongan yang murni berasal dari dirinya.
Istilah Humanisme berasal dari humanitas yang berarti pendidikan manusia, (dalam bahasa
Yunani di sebut paideia). Humanisme merupakan sebuah aliran kefilsafatan yang menempatkan
“kebebasan” manusia, baik berfikir, bertindak dan bekerja sebagai segala-galanya, berpengaruh secara
signifikan terhadap munculnya bangunan peradaban modern dan lainnya. Epistimologi Humanisme
bersandar diri pada kemampuan rasionalitas manusia dengan segala otoritasnya, terutama pada abad
modern ini.
Tujuan dari Humanisme ini adalah untuk mencoba memanusiakan manusia (humanisasi) sebagai
manusia, yang selama ini manusia tidak lebih dipahami sebagai seonggok ‘objek’ atau minimal benda
tanpa mempunyai kekuatan dan kemampuan apa-apa melalui realitas.
Zainal Abidin memberikan penjelasan bahwa Humanisme akan mudah dipahami bila kita meninjau
dari dua sisi, yakni sisi historis dan sisi aliran-aliran dalam filsafat. Dari sisi historis, Humanisme berarti
suatu gerakan intelektual dan kesusteraan yang awalnya muncul di Itali pada paruh kedua abad ke-14,
gerakan ini boleh dikatakan sebagai motor penggerak kebudayaan modern, khususnya Eropa.
Sedangkan dari sisi aliran filsafat adalah sebagai paham yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat
manusia sedemikian rupa sehingga manusia menempati posisi yang sangat tinggi, sentral dan penting,
baik dalam perenungan teoritis-filsafati maupun dalam praktis kehidupan sehari-hari. Kedua sisi ini
merupakan dasar otonomisasi manusia sebagai ukuran setiap penilaian dan referensi utama dari setiap
kejadian alam semesta, dimana manusia merupakan pusat dari realitas.
Sehingga secara historis, munculnya humanisme sebagai gerakan pemikiran bersumber pada
keinginan manusia untuk mengembalikan fitrah dasar kemanusiaan, sebagai makhluk yang otonom
dengan kemampuan rasionalitasnya dan kemerdekaan berfikirnya, gerakan ini bisa jadi juga lahir sebuah
semangat perlawanan setiap kekuatan yang “memasung” kemampuan dasar alami manusia. Yang pada
dasarnya lahir untuk memanusiakan manusia sebagai objek dengan kesadarannya bukan sebagai objek
tanpa kesadaran.
Humanisme Renaissance
Sebagai semangat belajar yang mulai berkembang pada akhir abad pertengahan, ditandai dengan
bangkitnya kembali karya-karya klasik dan keyakinan yang diperbaharui atas kemampuan manusia untuk
menentukan kebenaran dan kepalsuan bagi diri mereka sendiri.
Humanisme Literer
Humanisme Cultur
Adalah budaya rasional dan empiris, khususnya yang berasal dari Romawi dan Yunani Kuno dan Revolusi
sepanjang sejarah Eropa, sekarang ini menjadi bagian yang mendasar dari pendekatan Barat terhadap
ilmu pengetahuan, teori politik, etika dan hukum.
Humanisme Filsufi
Yaitu pengekspresian cara hidup yang dipusatkan pada kebutuhan dan minat manusia, yang meliputi
humanisme kristiani dan humanisme modern.
Humanisme Kristiani
Yaitu filsafat yang menekankan pemenuhan diri dalam rangka prinsip-prinsip kristiani.
Humanisme Modern
Yaitu sebuah pemikiran filsafat yang menolak hal-hal supranatural, ia bersandar pada kemampuan akal
dan ilmu pengetahuan, demokrasi dan kasih sayang manusia. Humanisme ini mempunyai sifat sekuler
dan religius.
Humanisme Sekuler
Adalah perkembangan lanjutan dari era pencerahan abad ke-18 dan abad ke-19.
Humanisme Religius
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York pada tanggal 1 April 1908. Istilah psikologi
humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja
dibawah kepemimpinan Maslow dalam mencari alternatif dari 2 teori yang sangat berpengaruh atas
pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisa dan behaviorisme.
Psikologi humanistik sesungguhnya bukan suatu organisasi tunggal dari teori atau sistem, melainkan
lebih tepat jika disebut sebagai gerakan. Maslow sendiri menyebut psikologi humanistik yang di
pimpinnya sebagai “kekuatan ketiga” (a third force). Meskipun gerakan ini memiliki pandangan yang
berbeda, akan tetapi mereka berpihak pada konsep fundamental yang sama mengenai manusia, yang
berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme.
Eksistensialisme adalah filsafat yang mempermasalahkan manusia sebagai individu dan sebagai
problema yang unik dengan keberadaannya. Manusia menurut aliran ini adalah hal yang mengada
dalam dunia (being in the word) dan menyadari penuh keberadaan. Eksistensialisme menolak paham
yang menempatkan manusia sebagai hasil bawaan atau lingkungan. Sebaliknya filosof aliran ini percaya
bahwa setiap individu memiliki keterbatasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau
wujud dari keberadaannya, serta bertanggungjawab atas pilihan dan keberadaannya.
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Part, Illinois pada tanggal 8 Januari 1902. Tahun 1927 Rogers bekerja
di Institute For Child Guidance dan menggunakan psikoanalisa Freud dalam terapinya, meskipun ia
sendiri tidak menyetujui teori tersebut. Selain itu, Rogers yang banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan
John Dewey yang memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya justru
membuatnya menemukan benang merah yang kemudian diapaki untuk mengembangkan teorinya kelak.
Rogers menyebut teorinya bersifat humanistik dan menolak pesimisme suram dan putus asa dalam
psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia seperti robot. Teori
humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai
potensi-potensi yang sehat untuk maju.
Konsep pemikiran filsafat Humanisme yang di kemukakan oleh filsuf humanis meliputi beberapa hal
berikut, yaitu :
Hakekat manusia yaitu manusia memiliki hakekat kebaikan dalam dirinya, dalam hal ini apabila
manusia berada dalam lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensialitas dan diberi semacam
kebebasan untuk berkembang maka mereka akan mampu untuk mengaktualisasikan atau
merealisasikan sikap dan perilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat.
Penganut ini memberi pandangan bahwa setiap manusia memiliki kebebasan dan otonomi
memberikan konsekuensi langsung pada pandangan terhadap individualitas manusia dan potensialitas
manusia. Individualitas manusia yang unik dalam diri setiap pribadi harus dihormati. Berdasarkan
pandangan ini, salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan dalam proses
pendidikan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pemberian kesempatan kepada
perkembangannya aspek-aspek yang ada didalam diri individu. Sehingga akhir dari perkembangan
pribadi manusia adalah mengaktualisasikan dirinya, mampu mengembangkan potensinya secara utuh,
bermakna dan berfungsi bagi kehidupan dirinya dan lingkungannya.
Diri merupakan pusat kepribadian yang perkembangannya melalui proses aktualisasi potensi-potensi
yang mereka miliki, yang didalam diri seseorang dengan orang lain. Dimana didalam diri seseorang itu
terdapat perasaan, sikap, kecerdasan spiritual dan karakteristik fisik.
Sedangkan menurut Kendler, konsep diri merupakan keseluruhan presepsi dan penilaian subjektif
yang memiliki fungsi menentukan tingkah laku dan memiliki pengaruh yang cukup besar untuk tumbuh
dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan ini merupakan potensialitas individu untuk
aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan kemampuan manusia menghadirkan diri secara nyata, yang
terwujud dalam kegiatan manusia untuk memperoleh pemenuhan diri sesuai dengan potensi-potensi
yang dimilikinya, sehingga manusia mampu mengembangkan keunikan kemanusiaannya guna
meningkatkan kualitas kehidupan serta dapat mengubah situasi ke arah yang lebih baik (menurut
Maslow).
Belajar menurut pandangan humanisme merupakan fungsi keseluruhan pribadi manusia yang
melibatkan faktor intelektual dan emosional, motivasi belajar harus datang dari dalam diri anak itu
sendiri. Proses belajar-mengajar menekankan pentingnya hubungan interperdonal, menerima siswa
sebagai partisipan dalam proses belajar bersama.
Pandangan utama aliran filsafat humanisme ini adalah proses pendidikan berpusat pada murid.
Roger berpendapat belajar akan optimal apabila siswa terlibat secara penuh dan berpastisipasi serta
bertanggung jawab dalam proses belajar. Dalam hal ini peran guru dalam proses pendidikan sebagai
fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dan pembelajaran dalam konteks proses
penemuan yang bersifat mandiri. Maka untuk itu sendiri seorang pendidik/guru tidak perlu memaksa
para siswa untuk belajar, malahan mereka harus menciptakan suatu iklim kepercayaan dan rasa hormat
yang memungkinkan siswa belajar, mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar
mandiri, memutuskan apa dan bagaimana mereka belajar. Proses belajar hendaknya merupakan
kegiatan untuk mengeksploitasi diri yang memungkinkan pengembangan keterlibatan secara aktif subjek
didik untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar. Sehingga para guru humanistik ini
mampu untuk mendorong para siswanya untuk belajar dan tumbuh.
Menurut Hanurawan (2006) salah satu sistem belajar yang cocok untuk pendidikan humanis ini
adalah Enquiry Discovery yakni belajar penyelidikan dan penemuan. Dimana guru tidak akan menyajikan
bahan pelajaran dalam bentuk final, dengan kata lain guru hanya menyajikan sebagian, selebihnya siswa
yang mencari atau menemukan sendiri. Adapun tahap dalam proses Enquiry Discovery adalah sebagai
berikut :
Yakni memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasikan sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian dipilih salah satunya dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis.
Yakni memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
Yakni mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa melalui wawancara, observasi dan
sebagainya lalu ditafsirkan.
Verification (pentahkikan)
Yakni melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi dihubungkan dengan data prosesing.
Generalization (generalisasi)
Yakni menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan sebagai prinsip umum.
Melalui pembelajaran ini, maka siswa akan dapat membawa pengalaman pada diri dalam
pembelajaran identifikasi masalah, memahami masalah-masalah yang dihadapi sehingga menemukan
suatu pengetahuan yang bermakna pada dirinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran menurut pandangan humanisme adalah
sebagai berikut :
Teori humanistik sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada
dimensi yang lebih luas, segingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu
diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuanya. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi
tujuan untuk telah dirumuskan dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat
kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen
pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta
pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan. Kegiatan pembelajaran
dirancang secara sistematis , tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pemelajaran
yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan,
serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi
tidak berarti agi siswa ( Rogers dalam Snelbecker, 1974 ). Hal ini tidak sejalan dengan teori humanistik.
Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari
siswa sendiri. Maka siswa akan mengalami belajar eksperensial.
Dalam prakteknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif,
mementingkan pengalaman ,serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar .
Oleh karena itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang
dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan ( 2001 ) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Filsafat ini muncul pada abad pertengahan pada zaman keemasan agama Katolik-Kristen. Pada
zaman itu tokoh-tokoh agam menguasai hamper semua bidang kemasyarakatan. Sehingga sangat logis
kalau sekolah-sekolah yang berintikan ajaran agama muncul di sana-sini. Ajaran agam itulah merupakan
suatu kebenaran yang patut dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh filsafat ini
ialah Agustinus dan Thomas Aquino.
Ajaran Plato tentang dunia ide dalam filsafat Idealis, yang muncul lebih dahulu dari perenialis,
mirip dengan paham Agustinus. Sebab menurut Plato kebenaran hanya ada di dunia ide, diluar itu
adalah semu saja. Sebab iti Plato sering dimasukkan sebagai penganut perenialis.
Pengaruh filsafat ini menyebar ke seluruh dunia. Bukan saja di kalangan Katolik dan Protestan,
tetapi juga pada agama-agama lain. Demikianlah kita lihat di Indonesia banyak sekolah diwarnai
keagaam seperti Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama di samping sekolah-sekolah Katolik dan Kristen
(Pidarta, 2007:91-92).
Pada hakekatnya manusia adalah sama dimanapun dan kapanpun ia berada, yang walau lingkungannya
berbeda. Tujuan pendidikan adalah
sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan, untuk memperbaiki manusia
sebagai manusia atau dengan kata lain pemuliaan manusia. Oleh karena itu maka pendidikan harus
sama bagi semua orang kapanpun dan dimanapun.
Bagi manusia, pikiran adalah kemampuan yag paling tinggi. Karena itu manusia harus menggunakan
pikirannya untuk mengembangkan bawaannya sesuai dengan tujuannya.manusia memiliki kebebasan
namun harus belajar untuk mempertajam pikiran dan dapat mengintrol hawa nafsunya. Kegagalan yang
dialami peserta didik jangan dengan cepat menyalahkan lingkungan yang kurang menguntungkan atau
nuansa psikologis yang kurang menyenangkan, namun guru hendaknya dapat mengatasinya dengan
pendekatan intelektual yang sama bagi semua peserta didik.
Fungsi utama pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi.
Pengetahuan yang penting diberikan kepada peserta didik adalah mata pelajaran pendidikan umum atau
general education, bukan mata pelajaran yang hanya penting sesaat atau menarik minat pada saat
tertentu saja atau seketika. Mata pelajaran yang esensi adalah pelajaran bahasa, sejarah, matematika,
IPA, filsafat dan seni, dan 3 R’s; membaca, menulis, dan menghitung.
Peserta didik harus mempelajari karya-karya besar dalam literature yang menyangkut sejarah, filsafat,
seni, kehidupan sosial terutama politik dan ekonomi (Edward dan Yusnadi, 2015:30).
Pendidikan
Perenialisme memandang education as cultural regresion: pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap
sebagai kebudayaan yang ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai
kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang
dipandang kebudayaan ideal tersebut. Sejalan dengan hal diatas, perenialist percaya bahwa prinsip-
prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi. Robert M. Hutchins mengemukakan ”Pendidikan
mengimplikasikan pengajaran, pengajaran mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan adalah
kebenaran. Kebenaran dimana pun dan kapan pun adalah sama”. Selain itu, pendidikan dipandang
sebagai suatu persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri.
Tujuan pendidikan
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah yang harus menjadi
tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik
menyingkapkan dan menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan dan
kebaikan dalam hidup.
Sekolah
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite intelektual yang mengetahui kebenaran dan suatu
waktu akan meneruskannya kepada generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan
mempersiapkan peserta didik atau orang muda untuk terjun kedalam kehidupan. Sekolah bagi
perenialist merupakan peraturan-peraturan yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil
yang paling baik dari warisan sosial budaya.
Kurikulum
Kurikulum pendidikan bersifat subject centered berpusat pada materi pelajaran. Materi pelajaran harus
bersifat uniform, universal dan abadi, selain itu materi pelajaran terutama harus terarah kepada
pembentukan rasionalitas manusia, sebab demikianlah hakikat manusia. Mata pelajaran yang
mempunyai status tertinggi adalah mata pelajaran yang mempunyai “rational content” yang lebih besar.
Metode
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh perenialist adalah membaca dan
diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan karya-karya besar yang tertuang dalam the great books dalam
rangka mendisiplinkan pikiran.
Peran guru bukan hanya sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai
“murid” yang mengalami proses belajar serta mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-
discovery, dan ia melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-muridnya karena ia seorang
profesional yang qualifiet dan superior dibandingkan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang
lebih, dan perfect knowladge.
Contoh aliran perenialisme pada pendidikan di Indonesia yaitu berdirinya sekolah-sekolah yang berbasis
agama seperti Muhammdiyah, Nahdatul Ulama, sekolah-sekolah Kristen, dan Pondok Pesantren.
Sekolah-sekolah seperti ini biasanya memiliki kurikulum yang sedikit berbeda dan lebih mengedepankan
ilmu agama karena agama dianggap sebagai sesuatu yang memiliki nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum
yang telah menjadi pandangan hidup.
Esensialisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu bangunan
filsafat tersendiri, melainkan sutu gerakan dalam pendidikan yang memprotes pendidikan
progresivisme. Penganut faham ini berpendapat bahwa betul-betul ada yang esensial dari pengalaman
peserta didik yang memiliki nilai esensial dan perlu dipertahankan. Esensi (essence) ialah hakikat barang
sesuatu yang khusus sebagai sifat terdalam dari sesuatu sebagai satuan yang konseptual dan akali.
Esensi adalah apa yang membuat sesuatu menjadi apa adanya. Esensi mengacu pada aspek-aspek yang
lebih permanen dan mantap dari sesuatu yang berlawanan dengan yang berubah-ubah, parsial, atau
fenomenal (Edward dan Yusnadi, 2015: 30-31).
Filsafat pendidikan esensial bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya.
Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja.
Kebenaran yang esensial itu ialah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi yang
menggunakan buku-buku klasik yang ditulis dengan bahasa Latin yang dikenal dengan nama Great Book.
Buku ini sudah berabad-abad lamanya mampu membentuk manusia-manusia berkaliber internasional.
Inilah bukti bahwa kebudayaan ini merupakan suatu kebenaran yang esensial. Tokohnya antara lain
Brameld. Tekanan pendidikanya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan mempelajari
kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa Latin yang sulit itu, diyakini otak peserta didik
akan terasah dengan baik dan logikanya akan berkembang. Disiplin sangat diperhatikan. Pelajaran
dibuat sangat berstruktur, dengan materi pelajaran berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga mempercepat kebiasaan berpikir efektif. Pengajaran terpusat pada guru
(Pidarta, 2007: 90-91).
Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai tinjauan yang berbeda
dengan progressivisme mengenai pendidikan dan kebudayaan. Jika progressivisme menganggap
pendidikan yang penuh fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan, tidak ada keterkaitan dengan
doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat berubah dan berkembang, maka aliran Esensialisme ini
memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk
dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah dan kurang terarah dan
tidak menentu serta kurang stabil. Karenanya pendidikan haruslah diatas pijakan nilai yang dapat
mendatangkan kestabilan dan telah teruji oleh waktu, tahan lama dan nilai-nilai yang memiliki kejelasan
dan terseleksi. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang
korelatif, Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke sembilan belas (Imam
Barnadib, 1987:29).
Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang
memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.
Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam masa balita
yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.
Oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka
menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan
sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.
Pendidikan
Bagi penganut Esensialisme pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan, “Edukation as
Cultural Conservation”. Mereka percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Sebab kebudayaan tersebut telah
teruji dalam segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan adalah esensial yang mempu mengemban
hari kini dan masa depan umat manusia.
Tujuan pendidikan
Sekolah
Fungsi utama sekolah adalah memelihara nilai-nilai yang telah turun-temurun, dan menjadi penuntun
penyesuaian orang (individu) kepada masyarakat. Sekolah yang baik adalah sekolah yang berpusat pada
masyarakat, “society centered school”, yaitu sekolah yang mengutamakan kebutuhan dan minat
masyarakat.
Kurikulum
Kurikulum (isi pendidikan) direncanakan dan diorganisasi oleh seorang dewasa atau guru sebagai wakil
masyarakat, society centered. Hal ini sesuai dengan dasar filsafat idealisme dan realisme yang
menyatakan bahwa masyarakat dan alam (relisme) atau masyarakat dan yang absolut (idealisme)
mempunyai peranan menentukan bagaimana seharusnya individu (peserta didik) hidup.
Metode
Guru atau pendidik berperan sebagai mediator atau “jembatan” antara dunia masyarakat atau orang
dewasa dengan dunia anak. Guru harus disiapkan sedemikian rupa agar secara teknis mampu
melaksanakan perannya sebagai pengarah proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang
terdidik yang dapat dipercaya. Dengan denikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan
pada peserta didik.
Peran peserta didik adalah belajar, bukuan untuk mengatur pelajaran. Menurut idealisme belajar, yaitu
menyesuaikan diri pada kebaikan dan kebenaran seperti yang telah ditetapkan oleh yang absolut.
Sedangkan menurut realisme belajar berarti penyesuaian diri terhadap masyarakat dan alam. Belajar
berarti menerima dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang
timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan berikutnya (Dinn Wahyudin,
2010:4.20-4.22).
8. ALIRAN FILSAFAT PROGRESIVISME DAN REKONSTRUKSIONISME DALAM PENDIDIKAN.
Filsafat progresivisme.
1) Semangat radikalisme dan reformasi yang di mulai di sekolah yang di pimpin oleh Francis W. Parker.
2) Masuknya aliran froebelianisme, yang menekankan pada perwujudan diri melalui belajar kegiatan
sendiri, dan penggunaan metode Montessori yang menekankan pada pendidikan diri sendiri.
Dasar filosofi
a. Realisme spritualistik
Gerakan pendidikan progresif bersumber dari prinsip-prinsip spritualitik dan kreatiff dari Frobel dan
Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak.
b. Humanisme Baru
Paham ini menekankan pada penghargaan terhadap martabat dan harkat manusia sebagai individu.
Dengan demikian orientasinya individualistic.
. Teori pendidikan
1) Tujuan pendidikan
Iya menyatakan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja,
bekerja secara sistematis, mencintai kerja, bekerja otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut
pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
a. Kurikulum
Kurikulum pendidikan progresif adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan
belajar yang diminati oleh setiap siswa. Contoh kurikulum pendidkan progresivisme dari Lewster Dix
adalah berisi tentang:
1) Studi tentang dirinya sendiri
b. Metode pendidikan
Metode pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan
minatnya.
Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan tertentu apabila diperlukan
yang sifatnya memperlancar proses berlangsungnya kegiatan belajar tersebut.
Pendidkan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan
konsep, sedangkan metode pemecahan masalah lebih tertuju pada pemecahan masalah kritis.
4) Pemerintahan belajar
Memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam
kehidupan sekolah, sehingga pelajar diberikan kesempatan untuk turut serta dalam penyelenggaraaan
kehidupan di sekolah.
Mengupayakan adanya adanya kerja sama antara sekolah dengan keluarga untuk bisa menciptakan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak.
Menganjurkan pula peranan baru sekolah. Sekolah tidak hanya tempat anak belajar, tetapi berperanan
pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan baruyang dilaksanakan oleh J. Dewey.
c. Pelajar
Pendidikan progresivisme menganut prinsip pendidkan berpusat pada anak. Anak merupakan pusat dari
keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan.
Pendidkan ini sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidkan. Anak bukanlah orang
dewasa dalam bentuk mini. Anak mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri,
mempunyai harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa.
d. Pengajar
1) Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidkan berpusat pada anak mempunyai peranan
sebagai:
a) Fasilitator
b) Motivator
c) Konselor
2. Guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa, dan teknik-teknik
memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar dapat melaksanakan peranan
dengan baik.
Anak didik diberi kebebasan baik secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangkan bakat dan
kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang
lain.
1)Memberikan kesempatan pendidkan yang sama kepada setiap anak, tanpa membedakan ras,
kepercayaan atau latarbelakang ekonomi.
2. Memberikan “pendidkan tinggi
3) Memuat sekolah-sekolah menjadi peranan sangat penting sebagai satu bagian dari kehidupan
nasional kita yang akan menarik karena para gurunya adalah laki-laku dan perempuan dari zaman kita
yang sangat bersemangat
4)Menyusun sebuah program pemuda untuk anak-anak muda berusia 17 sampai dengan 23 tahun untuk
membawa mereka dan sekolah aktif menuju pada berpartisifasi dalam masyarakat orang dewasa.
5)Mengusahakan penggunaan penuh dari perlengkapan sekolah dalam waktu di luar sekolah untuk
pertemuan-pertemuan pemuda, kegiatan-kegiatan masayrakat, pendidikan orang dewasa.
6)Bekerja sama penuh dengan semua lembaga masyakat dan lembaga sosial menuju sebuah masyarakat
demokratis yang sesungguhnya.
8) Mengajak pemimpin masyarakat untuk menjadikan pendidkan sebagai bagian dari masyarakat dan
masyarakat menjadi bagian dari sekolah.
Rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamat dunia merupakan tugas semua umat
manusia atau bangsa. Oleh karena itu pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan
membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar demi
generasi sekarang dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan
umat manusia.
Dasar filosofi
a. Pragmatisme
Pragmatisme menganggap kenyataan sebagai dunia sebagai pengalaman, yang di peroleh melalui
pendirian, yang kebenarannya terkandung pada kegunaannya dalam masyarakat.
b. Neoposistifisme
Yang menjadi dasar pemikiran kaum Neopositivisme adalah humanisme ilmiah, yang menghargai harkat
dan martabat manusia, dan mempunyai keyakinan teguh bahwa ilmu dapat dipergunakan untuk
membangun masyarakat masa depan.
Teori pendidkan
a.Tujuan pendidikan
1). Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan
sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
3). Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang
masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan
kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
b.Metode pendidik
c. Kurikulum
d. Pelajar
Siswa hendaknya di pandang sebagai bunga yang sedang mekar. Artinya bahwa siswa adalah generasi
muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat masa depan.
e. Pengajar
1) Direktur proyek
Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang dihadapi umat manusia.
Membantu mereka merasa mengenali masalah-masalah tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk
memecahkannya.
2) Pemimpin penelitian
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik dalam menghadapi kontroversi dan perubahan.
a. Penyearan gagasan
b. Sekolah masyarakat