PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, interaksi antara guru (pendidik) dengan peserta
didik pada dasarnya untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ada. Untuk
memajukan suatu pandidikan yang diharapkan oleh masyarakat, pendidik,
peserta didik, dan tujuan pendidikan merupakan suatu komponen yang sangat
erat hubungannya, karena ketiga komponen ini secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Pendidik merupakan tenaga yang profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik di perguruan tinggi. Keterampilan dan pengimplementasian dalam
profesi sangat didukung oleh teori yang telah dipelajari khususnya dalam
pengembangan kurikulum yang telah ditetapkan disekolah masing-masing.
Jadi yang dikatakan seorang yang profesional dituntut banyak belajar
dalam mengimplementasikan pengalaman materi yang digelutinya untuk
pengembangan kurikulum yang ada disekolahnya masing-masing. Hal ini
bertujuan untuk mengembangkan Imu kepada siswa dan merupakan suatu usaha
untuk pencapaian tujuan pembelajaran, secara kualitatif maupun kuantitatif.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profesionalisasi
Kata Profesionalisasi mengacu pada kata proses, yaitu proses untuk
menjadi seorang professional, dalam hal ini guru yang profesional
Menurut Martinis Yamin (2006: 4) keterampilan dalam pekerjaan profesi
sangat didukung oleh teori yang dipelajarinya. Jadi, seorang guru yang
profesional dituntut banyak belajar, membaca dan mendalami teori tenteang
profesi yang digelutinya, suatu profesi bukanlah suatu permanen, ia akan
mengalami perubahan dan mengikuti perkembangan kebutuhan manusia, oleh
sebab itu penelitian terhadap suatu tugas profesi dianjurkan, didalam kegunaan
dikenal dengan penelitian action research.
Seorang yang ingin menjadi guru, tidak serta merta setelah ada niat dalam
dirinya untuk menjadi guru langsung menjadi guru. Seorang yang memiliki niat
menjadi guru itu harus mengikuti dan mengalami sejumlah perjalananyang
terancang dalm sedemikian rupa, dan dari setiap perjalanan tersebut ia akan
mengalami perubahan-perubahan tertentu yang pada akhirnya dirinya terbentuk
menjadi sosok guru yang professional. Untuk menjadi guru, seorang harus
memiliki tekat dan komitmen mengikuti seluruh perjalanan pembentukan
kepribadian guru yang professional yang di awali dari adanya keinginan atau
niat yang tulus dari hati yang paling dalm untuk menjadi guru, dari titik inilah
tadi seseorang mencari, mencari dan terus mencari hingga menemukan berbagai
strategi, metode, model, pendekatan, teknik dan kiat membekali dirinya
sejumlah sikap, pengetahuan, keterampilan yang di persyaratkan bagi seorang
guru yang professional melalui pendidikan formal, non formal, dan informal
sehingga dengan senang hati dan komitmen afektif yang tinggi memasuki
lembaga pendidikan yang mampu membantu dirinya menjadi guru yang
professional.
Proses yang harus dialami atau di jalani seseorang yang memiliki niat
menjadi guru sejak memiliki niat menjadi guru, lalu memasuki lembaga
pendidikan (baik formal, non formal, dan informal) untuk mengalami proses
pendidikan dan latihan dalam kurun waktu tertentu, kemudian memperoleh
penngakuan sebagai guru yang professional (dapat ijazah, sertifikat sebagai
guru), kemudian terus belajar, belajar, dan belajar sampai menemukan sosok
guru yang benar-benar professional, dan akhirnya kembali menyadari bahwa
dirinya sudah tidak mampu menjadi guru lagi (karena sudah pension, sudah
tamat rwayat hidupnya) itulah yang di maksud dengan profesionalisasi guru.
2
B. Profesionalisasi jabatan guru
3
g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan
kemandirian.
h. Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan menjadi
seorang anggota yang permanen.
4
Pembina Utama Muda IV/c Guru Utama Muda
Pembina Utama Madia IV/d Guru Utama Madya
Pembina Utama IV/e Guru Utama
Jabatan guru guru terdiri empat bentuk keinginan atau aktifitas, yakni :
a. Pedidikan
b. Proses belajar mengajar atau bimbingan penyuluhan.
c. Pengembangan profesi, dan
d. Penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan.
Keempat bentuk aktifitas itu terdiri atas beberapa aktifitas sebagai berikut:
Aktifitas pendidikan yang mesti dilakukan oleh guru meliputi dan memperolah
ijazah formal, melingikuti dan memperoleh surat tamat pendidikan dan latihan
(STTPL) kedinasan. Aktifas PBM atau BP meliputi aktifitas melaksanakan
PBM atau praktek atau melaksanan proses Bp, melaksanakan tugas didaerah
tepencil, melaksanakan tugas tertentu di sekolah.
Tiga unsur utama yang terjadi tolak unsur tiap jabatan fungsional adalah :
a. Pelaksanan tugas sehari – hari,
b. Mengembangkan ilmu dan keterampilan dan,
c. Pengabdian pada masyarakat.
Unsur – unsur yang dimulai dalam perolehan angka kredit terdiri dari dari
unsur utama (meliputi aktifitas pendidikan, PBM atau BP dan mengembangkan
profesi) minimal 70% dan unsur penunjang (aktifitas penunjang PBM atau BP)
maksimum 30%. Angka kredit adalah angka yang diberikan oleh ketentuan
aturan (aturan tridarma pada perguruan tinggi )
Uraian di atas memberikan makna bahwa semua guru mesti mengumpulkan
nilai minimal angka kredit untuk kenaikan pangkat berikutnya. Cepat tidaknya
kenaikan pangkat seorang guru sangat tergantung kepada kegiatan dan aktifitas
individunya.
5
3. Tantangan Profesionalisasi Jabatan Guru
Ada enam tahap dalam profesionalisasi, enam tahap itu adalah sebagai
berikut:
Dari enam tahap itu apabila disimpulkan, maka ada dua aspek yang harus
hadir secara baku – tunjang sehingga sesuai bidang layanan, termasuk
keguruan – kependidikan, memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai
profesi, yaitu:
A. Keterandalan layanan
6
B. Layanan yang khas itu, diakui dan dihargai oleh masyarakat dan
pemerintah
· kompetensi paedagogik
· kompetensi kepribadian
· kompetensi profesional
· kompentensi sosial
a. kompetensi paedagogik
7
Adalah mengenai bagaimana kemampuan guru dalam mengajar,
dalam Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dijelaskan kemampuan ini meliputi .kemampuan
mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi paedagogik ini
berkaitan pada saat guru mengadakan proses belajar mengajar di
kelas. Mulai dari membuat skenario pembelajaran memilih metode,
media, juga alat evaluasi bagi anak didiknya. Karena bagaimanapun
dalam proses belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta
didik ditentukan oleh peranan guru. Guru yang cerdas dan kreatif akan
mampu menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien sehingga
pembelajaran tidak berjalan sia-sia. Suryo Subroto mengatakan bahwa
yang dimaksud kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah
.kesangupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana
komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang
mencakup segi kognitif, efektif, dan psikomotorik sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap
evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.
Jadi kompetensi paedagogik ini berkatan dengan kemampuan guru
dalam proses belajar mengajar yakni pesiapan mengajar yang
mencakup merancang dan melaksanakan skenario pembelajaran,
memilih metode, media, serta alat evaluasi bagi anak didik agar
tervapai tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif, maupun
psikomotorik siswa.
b. Kompetensi kepribadian
Berperan sebagai guru memerlukan kepribadian yang unik.
Kepribadian guru ini meliputi kemampuan kepribadian yang mantap,
8
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. Seorang guru harus mempunyai peran
ganda. Peran tersebut diwujudkan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi.
9
dijelaskan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005
sebagai berikut:
10
denagn kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai
makhluk sosial yang meliputi:
· Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi denagn teman
sejawat untuk meningkat kemampuan professional.
· Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap
lembaga kemasyarakatan.
· Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual
maupun secara kelompok
a. Faktor kemampuan
Secara psikologi, kemampuan guru terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan keampuan reality (knowledge + skill). Artinya seorang
guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan
11
sesuai dengan bidangnya serta terampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja
yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditetapkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Dengan penempatan
guru yang sesuai dengan bidangnya aka dapat membantu dalam
efetivitas suatu pembelajaran.
b. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang guru dalam menghadapi
situsi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan
seseorang yang terarah untuk mencapai tujuan pendidikan.
12
· Memanfaatkan rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuannya.
· Meanfaatkan umpan balik yang kongkret dalam seluruh kegiatan kerja
yang dilakukannya.
· Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
· Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan penting dalam keberhasilan
pelaksanaan tugas-tugas. Semakin rumit dan makmur tugas-tugas
yang diemban makin tinggi kecerdasan yang diperlukan. Seseorang
yang cerdas jika diberikan tugas yang sederhana dan monoton
mungkin akan terasa jenuh dan akan berakibat pada penurunan
kinerjanya
13
Keterampilan dan kecakapan orang berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan dari berbagai pengalaman dan
latihan.
· Bakat
Penyesuaian antara bakat dan pilihan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang bekarja dengan pilihan dan keahliannya.
· Kemampuan dan minat
Syarat untuk mendapatkan ketenangan kerja bagi seseorang adalah
tugas dan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya.
Kemampuan yang disertai dengan minat yang tinggi dapat
menunjang pekerjaan yang telah ditekuni
· Motif
Motif yang dimiliki dapat mendorong meningkatkannya kerja
seseorang
· Kesehatan
Kesehatan dapat membantu proses bekerja seseorang sampai
selesai. Jika kesehatan terganggu maka pekerjaan terganggu pula.
· Kepribadian
Seseorang yang mempunyai kepribadian kuat dan integral tinggi
kemungkinan tidak akan banyak mengalami kesulitan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan interaksi dengan
rekan kerja ang akan meningkatkan kerjanya.
· Cita-cita dan tujuan dalam bekerja
Jika pekerjaan yang diemban seseorang sesuai dengan cita-cita
maka tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksanakan karena ia
bekerja secara sungguh-sungguh, rajin, dan bekerja dengan
sepenuh hati.
14
b. Faktor dari luar diri sendiri (ekstern)
· Lingkungan keluarga
Keadaan lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kinerja
seseorang. Ketegangan dalam kehidupan keluarga dapat
menurunkan gairah kerja.
· Lingkungan kerja
Situasi kerja yang menyenangkan dapat mendorong seseorang
bekerja secara optimal. Tidak jarang kekecewaan dan kegagalan
dialami seseorang di tempat ia bekerja. Lingkungan kerja yang
dimaksud di sini adalah situasi kerja, rasa aman, gaji yang
memadai, kesempatan untuk mengembangan karir, dan rekan kerja
yang kologial.
15
belajar siswa, jika manajemen sekolahnya tidak memberi peluang
tumbuh dan berkembangnya kreatifitas guru. Demikian juga
penambahan sumber belajar berupa perpustakaan dan laboratorium
tidak akan bermakna jika manajemen sekolahnya tidak
memberikan perhatian serius dalam mengoptimalkan pemanfaatan
sumber belajar tersebut dalam proses belajar mengajar. Menurut
Dede Rosyada dalam bukunya Paradigma Pendidikan Demokratis
bahwa kegiatan guru di dalam kelas meliputi:
o Guru harus menyusun perencanaan pembelajaran yang bijak
o Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan
siswasiswanya
o Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang
membelajarkan
o Guru harus menguasai kelas
o Guru harus melakukan evaluasi secara benar.
16
buruknya guru dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya adalah supervisor dalam melaksanakan
pengawasan atau supervisi terhadap kemampuan (kinerja guru).
17
b. Kemempuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar kemampuan ini
meliputi:
· Tahap pra intruksional
· Tahap intruksional
· Tahap evaluasi dan tidak lanjut
c. Kemampuan mengevaluasi, Kemampan ini meliputi:
· Evaluasi normatif
· Evaluasi formatif
· Laporan hasil evaluasi
d. Pelakanaan program perbaikan dan pengayaan.
Jadi menurut penulis, kinerja guru yang terdapat di atas merupakan
indikator positif dari kinerja guru. Sedangkan kinerja guru yang
bersifat negatif meliputi, guru belum menguasai penyusunan program
semester, guru belum melaksanakan pra intruksional, dan guru tidak
memperhatikan evaluasi yang bersifat normatif.
3. Evaluasi kinerja
18
b. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para karyawan melalui
audit keterampilan dan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan
kemampuan dirinya.
c. Menetuka asaran dari kinerja yang akan dating dan memberikan
tanggung jawab perorangan sehingga untuk periode selanjutnya jelas
apa yang harus diperbuat oleh karyawan, mutu dan baku yang harus
dicapai.
20
Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik minimal S1/D4 dibuktikan dengan
ijazah dan persyaratan relevansi mengacu pada jenjang pendidikan yang
dimiliki dan mata pelajaran yang dibina. Misalnya, guru SD dipersyaratkan
lulusan S1/D4 jurusan/program studi PGSD/Psikologi/ Pendidikan lainnya,
sedangkan guru Matematika SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK dipersyaratkan
lulusan S1/D4 jurusan/program studi geografi atau Pendidikan geografi.
Pemenuhan persyaratan penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran
yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial dibuktikan dengan sertifikasi pendidik.
Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk
peningkatan kesejahteraan guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji
pokok bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik. Tunjangan tersebut berlaku,
baik bagi guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun bagi guru
yang berstatus non-Pegawai Negeri Sipil (Swasta). Di beberapa negara,
sertifikasi guru telah diberlakukan secara ketat, misalnya di Amerika Serikat,
Inggris dan Australia (Wang, dkk.,2003). Sementara di Denmark baru mulai
dirintis dengan sungguh-sungguh sejak 2003 (www.lld.dk/laerercertificering).
Di samping itu, ada beberapa negara yang tidak melakukan sertifikasi guru,
tetapi melakukan kendali mutu dengan mengontrol secara ketat terhadap proses
pendidikan dan kelulusan di lembaga penghasil guru, misalnya di Korea Selatan
dan Singapura. Namun semua itu mengarah pada tujuan yang sama, yaitu
berupaya agar dihasilkan guru yang bermutu.
Sertifikasi guru bertujuan untuk (1) menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, (2) peningkatan proses dan mutu hasil pendidikan, dan (3)
peningkatan profesionalisme guru. Adapun manfaat sertifikasi guru dapat
dirinci sebagai berikut.
21
a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten,
yang dapat merusak citra profesi guru.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan tidak profesional.
c. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan
(LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengembangan kurikulum profesional guru, dan
pengimplementasian kurikulum sangat diperlukan, hal ini dikarena seorang guru
22
merupakan seorang figur yang mulia dan dimuliakan banyak orang, upaya guru
mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih anak didik dan bentuk upaya
memajukan dan mencerdaskan peserta didik untuk pencapaian. Tujuan yang
berdasarkan kualitatif maupun kuantitatif. Pengembangan kurikulum dapat
dikonsepsi sebagai suatu siklus lingkasan yang dimulai dengan analisis
mengenai maksud dicirikan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M., 1996. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan Kesembilan. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
23
Kartikawati, E. dan Willem Lusikooy, 1993. Profesi Keguruan. Depdikbud Ditjen
Dikdasmen, Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III, Jakarta.
Sucipto dan raffi kosasih.1999. Profesi keguruan. Jakarta : Rhineka cipta
Udin syafruddin, saud.2009.Pengembangan Profesi Guru. Bandung : alfabeta
24