Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yang menjadi latar belakang penulis dalam menyusun dan menulis makalah ini adalah untuk
mengetahui apa itu profesi kependidikan/ atau profesi keguruan serta mengetahui ruang lingkup
dari profesi kependidikan atau profesi keguruan.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Pengertian Profesi Keguruan
2. Profesi Pendidikan
3. Ruang lingkup profesi keguruan

BAB II
PEMBAHASAN
PROFESI KEGURUAAN / KEPENDIDIKAN
A. Pengertian Profesi Keguruan
Profesi pada hakekatnya adalah sikap yang bijaksana (informent resvonsiveness) yaitu
pelayanan dan pengabdiaan yang dilandasi oleh keahlian, kemampuan, tehnik, dan prosedur
mantap yang diiringi sikap kepribadiaan tertentu.

Pengertiaan profesi menurut beberapa para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Vomer and Mills 1966
Profesi adalah sebagai suatu spesialisasi dari jabatan intelektual yang diperoleh melalui studi dan
training, bertujuan mensuplay keterampilan melalui pelayanan dan bimbingan pada orang lain
untuk mendapatkan bayaran (fee) atau gaji.
2. Mc Cully 1969
Mengungkapkan bahwa profesi itu merupakan suatu pekerjaan profesional menuntut
dipergunakannya tehnik atau prosedur yang berlandaskan intelektualitas yang secara sengaja
harus dpelajari kemudian secara langsungdapat di abadikan pada orang lain.
3. Diana W. Kommers
Profesi merupakan seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh lewat pendidikan
atau training dengan waktu yang panjang yang di asumsi beroriatasi pelayanan dan memiliki
otonomi.[1]

Jadi profesi keguruan menurut UU Guru dan Dosen No.14 tahun 2005 profesi keguruan adalah
pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, meilai dan
mengevaluasi pesrtadidik pada susia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Dan dalam UU tersebut juga dijelaskan bahwasanya profesi guru adalah
pendidik profesional dimana guru profesioanal adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan maksimal.[2]

B. Profesi Pendidikan
Jabatan urusan pendidikan pada pemerintahan seperti departemen pendidikan nasional pada
pemerintahan pusat, dan dinas pendidikan pada pemerintahan propinsi dan kabupaten /kota
adalah jabatan struktural birokrasi bukan jabatan profesional kependidikan.
Guru, konselor, supervisor, dan tenaga kependidikan yang lainnya adalah profesi
kependidikan. Guru sebagai suatu profesi melaksanakan tugasnya dilandasi atas panggilan hati
nurani, ilmu pengetahuan, teknologi serta seni yang bertumpu pada pengabdian dan sikap
kepribadian yang mulia. Pada hakekatnya tugas guru tidak saja diperlukan sebagai suatu tugas
profesional, tetapi juga sabagai tugas profesi utama menyiapkan tenaga pembangunan nasional.
[3]
Dalam UUSPN tahun 2003 dalam pasal 39 ayat 1 yang menyatakan tugas tenaga
kependidikan adalah melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Ayat 2
menyatakan pendidik merupakan tenaga propesioal yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Dalam PP RI No 38 tahun 1992 Bab II pasal 3 ayat 1 menyatakan, tenaga kependidikan
terdiri atas pendidik, pengelolah satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan
pengembang dibidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, dan penguji.
Pada ayat ke 2 menyatakan tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih.
Sesuatu tersebut disebut sebagi profesi jika memiliki cakupan rana kawasan pekerjaan atau
pelayanan khas, definitif dan sangat penting serta dibutukan oleh masyarakat.[4]
C. Ruang lingkup profesi keguruan
Dalam profesi kependidikan ada beberapa hal yang dibahas diantaranya :
1. Profesionalisme keguruan
Pengajaran merupakan bagian profesi yang memiliki ilmu maupun teoritikal, keterampilan dan
mengharapkan idiologi profesional tersendiri.oleh sebab itu, seseorang yang bekerka di institusi
pendidikan dengan tugas mengajar jika diukur dari teori dan praktek tentang suatu pengetahuan
yang mendasarinya, maka guru juga merupakan profesi sebagaimana profesi lainnya.

2. Otoritas profesional guru


Disiplin guru memiliki hubungandengan anak didik, para guru melaksanakan tugasnya dengan
penuh gairah, keriangan, kecekatan(exhilration) dan metode yang bervariasi dalam mendidik
anak-anak. Penekanan tugas profesi kependidikan adalah memberi bantuan sampai tuntas
(advocation) kepada anak didik, jadi guru yang profesional tidak hanya terkosentrasi pada materi
pengajaran, tetapi juga memperhatikan situasi-situai tertentu.

3. Kebebasan akademik (academic freedom)


Kebebasan akademik adalah suatu kebebesan yang memberikan kebebasan bereaksi dalam suatu
forum dalam lingkup kebenaran dan dalam kasus ini secara positis memiliki tanggung jawab
keilmuan
Guru bekerja bukan atas tekanan kebutuhan muridnya, tetapi atas tuntunan profesional, dan ini
adalah batas kebebebasan yang dimaksud.

4. Tanggung jawab moral (responsible) dan pertanggung jawaban jabatan (accountability)


Responsible maksudnya memiliki otoritas untuk mampu membuat suatu tanpa supervisi,
sedangkan accaountability adalah tanggung jawab atau bisa dipertanggungjawabkan atas suatu
tindakannya. Jadi penekananya adalah cara guru mempertanggungjawabkan keputusannya
tentang apa yang diajarkan, kapan diajarkannya, dan bagaimana mengajarkannya berdasarkan
otoritas profesionalnya sendiri sebagai perpaduan kompetensi disiplin, metode, dan pengajaran
keilmuan.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa status profesi kependidikan dan guru pada dasarnya
baru memperoleh pengakuan sebagai jenis profesi yang sedang tumbuh, dilihat dari persyaratan
pendidikan guru termasuk profesi, tetapi dilihat dari otoritasnya memberikan pelayanan belajar
memang masihperlu mendudukan secara benar sehingga memenuhi persyaratan otoritas profesi.
[5]
Selain 4 persoalan yang menjadi ruang lingkup profesi keguruan diatas, ruang lingkup profesi
keguruan terbagi pula dua gugus,yaitu :
1. Gugus pengetahuan dan penguasaan tehnik dasar profesional
2. Gugus kemampuan profesional
Kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang profesional adalah sebagai berikut :
a. Menguasai bahan
b. Mengelolah program belajar menajar
c. Mengelolah kelas
d. Menggunakan media/sumber
e. Menguasai landasan pendidikan
f. Mengelolah interaksi belajar mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan pengajaran
h. Melaksanakan program bimbingan dan konseling
i. Menyelenggarakan adminitrasi sekolah
j. Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan[6]

Beberapa ruang lingkup guru dalam melaksanakan profesinya adalah sebagai berikut :
a. Layanan adminitrasi
b. Layanan instruksional
c. Layanan bantuan
Ketiga berupaya untuk meningkatkan perkembangan siswa secara optimal.[7]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwasannya profesi kegurukeguruan
menurut UU Guru dan Dosen No.14 tahun 2005 profesi keguruan adalah pendidikan profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, meilai dan mengevaluasi pesrtadidik pada
susia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dan dalam UU
tersebut juga dijelaskan bahwasanya profesi guru adalah pendidik profesional dimana guru
profesioanal adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal.
Dan ruang lingkup profesi keguruan terbagi dua gugus adalah sebagai berikut :

1. Gugus pengetahuan dan penguasaan tehnik dasar profesional


2. Gugus kemampuan profesional
Dalam profesi kependidikan ada beberapa hal yang dibahas adalah :
1. Profesionalisme keguruan
2. Otoritas profesional guru
3. Kebebasan akademik (academic freedom)
4. Tanggung jawab moral (responsible) dan pertanggung jawaban jabatan (accountability)

b. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pada pembaca agar dapat menjadikan makalah
ini sebagai rujukan serta sumber dalam proses belajar mengajar dan dapat menambah
pengetahuan pembaca mengenai meteri yang dibahas dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Syaiful sagala, admitsrasi pendidikan konterporer,Bandung ; Alpabet, 2006


Susi Herawati, etika dan profesi keguruan, STAIN Batusangkar,2009
http://ruangguru.blogspot.com/2009/05/profesi-keguruan-dalam-mengembangkan.

http://massova.wordpress.com/2008/01/24/provesi-keguruan

[1] Syaiful sagala, admitsrasi pendidikan konterporer,(Bandung ; Alpabet, 2006)hal; 198


[2] Susi Herawati, etika dan profesi keguruan (STAIN BATUSANGKAR,2009) hal : 9
[3] Op.cit, hal :200
[4] Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, ( Bandung : Alfabeta, 2006 ),
hal,194-195
[5] Syaiful sagala, op.cit, hal 202-204
[6] http://ruangguru.blogspot.com/2009/05/profesi-keguruan-dalam-mengembangkan.
[7] http://massova.wordpress.com/2008/01/24/provesi-keguruan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi menurut seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh lewat
pendidikan atau training dengan waktu yang panjang yang di asumsi beroriatasi pelayanan dan
memiliki otonom. Jadi profesi keguruan menurut UU Guru dan Dosen No.14 tahun 2005
profesi keguruan adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Berdasarkan kajian akademik dan pendekatan legalistic, maka ruang lingkup profesi
kependidikan dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu profesi pengajaran (teaching
profession) yang dalam konteks Indonesia disebut tenaga pendidik, yaitu tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan; dan bukan pendidik (nonteaching profession), yaitu
tenaga kependidikan terdiri atas sejumlah profesi yang sebagian besar diantaranya
memperoleh status profesi sebagai jabatan fungsional dan pemerintah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana ruang lingkup profesi guru?
2. Bagaimana ruang lingkup profesi dosen?
3. Bagaimana ruang lingkup profesi pengelola satuan pendidikan?
4. Bagaimana ruang lingkup profesi penilik sekolah?
5. Bagaimana ruang lingkup profesi pamong belajar?
6. Bagaimana ruang lingkup profesi pengawas?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami dan membedakan ragam profesi Guru dengan profesi kependidikan
lainnya.
2. Untuk memahami dan membedakan ragam profesi Dosen dengan profesi kependidikan
lainnya.
3. Untuk memahami dan membedakan ragam profesi pengelola satuan pendidikan dengan
profesi kependidikan lainnya.
4. Untuk memahami dan membedakan ragam profesi penilik sekolah dengan profesi
kependidikan lainnya.
5. Untuk memahami dan membedakan ragam profesi pamong belajar dengan profesi
kependidikan lainnya.
6. Untuk memahami dan membedakan ragam profesi pengawas dengan profesi
kependidikan lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Guru
Undang-undang (UU) No. 20/2003 tentang Sisdiknas; UU No. 14/2005 tentang Guru dan
Dosen; PP No. 74/2008 tentang Guru, mendeskripsikan guru sebagai pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesi guru dikukuhkan sebagai jabatan
fungsional berdasarkan Keputusan Presiden No. 87/1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi No. 16/2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Pengertian jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup,
tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh PNS.
Guru sebagai suatu profesi melaksanakan tugasnya dilandasi atas panggilan hati nurani,
ilmu pengetahuan, teknologi serta seni yang tertumpu pada pengabdian dan sikap kepribadian
yang mulia. Pada hakekatnya tugas guru tidak saja diperlukan sebagai suatu tugas profesional,
tetapi juga sebagai tugas profesi utama menyiapkan tenaga pembangunan nasional. Guru yang
baik adalah guru yang memiliki kompetensi di dalam proses belajar mengajar, agar
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2.2 Dosen
Undang-undang (UU) No. 20/ 2003 tentang Sisdiknas; UU No. 14/2005 tentang Guru dan
Dosen; PP No.37/2009 tentang Dosen, mendefinisikan dosen sebagai pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Profesi dosen dikukuhkan sebagai jabatan fungsional berdasarkan Keputusan
Presiden No. 87/1999, tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan
keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan
Pendayagunaan Aparatur Negara (MENKO WASBANGPAN) No.
38/KEP/MK.WASPAN/8/1999 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya, yang
kemudian disempurnakan melalui Peraturan Men-PAN No. PER/60/M.PAN/6/2005. Dosen
berkedudukan sebagai pejabat fungsional dengan tugas utama mengajar pada perguruan tinggi.
2.3 Pengelola Satuan Pendidikan
Sesuai dengan UU No. 20/2003 tantang Sisdiknas; PP No. 17/2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan; PP No. 66/2010 tentang Perubahan terhadap PP
No.17/2010, yang dimaksud dengan pengelola satuan pendidikan adalah pemegang pengaturan
kewenangan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, yaitu pemerintah, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/ kota, penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat,
dan satuan pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Dalam bahasa teknis, pengelola satuan pendidikan adalah para manajer
dan birokrat pendidikan, baik dalam lingkungan pemerintah maupun swasta. Atau pengelola
satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rector, dan pimpinan satuan
pendidikan luar sekolah.
2.4 Penilik
Profesi penilik dikukuhkan sebagai jabatan fungsional berdasarkan Keputusan Presiden
No. 87/1999, tentang Rumpun Jabatan Fungsional PNS; dan berdasarkan Peraturan
MenteriNegara Pnedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 14 tahun 2010
tentang Jabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya. Penilik adalah tenaga kependidikan
dengan tugas utama melakukan kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi dampak program
pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kesetaraan dan keaksaraan, serta kursus pada
jalur Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI). Jabatan fungsional penilik adalah jabatan
fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melakukan kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi dampak PAUD, pendidikan kesetaraan
dan keaksaraan, serta kursus pada jalur PNFI sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang diduduki oleh PNS. Tugas-tugas penilik juga meliputi tanggung jawab, wewenang, dan
hak untuk melakukan pemantauan, penilaian dan bimbingan terhadap penyelenggaraan
pendidikan luar sekolah. Menurut PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dalam Pasal 40 dinyatakan bahwa kriteria minimal untuk menjadi penilik adalah:
a. Berstatus sebagai pamong belajar/ pamong atau jabatan sejenis di lingkungan
pendidikan luar sekolah dan pemuda sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, atau pernah
menjadi pengawas satuan pendidikan formal;
b. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
c. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai penilik;
d. Lulus seleksi sebagai penilik.
2.5 Pamong Belajar
Profesi pamong belajar dikukuhkan sebagai jabatan fungsional berdasarkan Keputusan
Presiden No. 87/ 1999, tentang Rumpun Jabatan Fungsional PNS, dan berdasarkan Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun
2010 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. Pamong belajar
adalah pendidik dengan tugas utama melakukan kegiatan belajar mengajar, pengkajian
program, dan pengembangan model PNFI pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Pelaksana
Teknisi Daerah (UPTD) dan satuan PNFI. Jabatan Fungsional Pamong Belajar adalah jabatan
yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan
kegiatan belajar mengajar, pengkajian program, dan pengembangan model PNFI pada
UPT/UPTD dan satuan PNFI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki
oleh PNS. Pamong belajar pun diharap``kan bisa melaksanakan kegiatan pengembangan
profesi. Pamong belajar selalu melaksanakan atau menyelenggarakan berbagai program PNF
yang wajib diagendakan sesuai jatah dari APBD (selain program titipan pusat).
2.6 Pengawas
Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi
untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang
sudah ditentukan sebelumnya. Pengawasan dan pengendalian penndidikan dimaksudkan untuk
menjaga agar penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan sesuai yang direncanakan dan semua
komponen pendidikan digerakan secara sinergis dalam proses yang mengarah kepada
pencapaian tujuan pendidikan. Profesi pengawas satuan pendidikan dikukuhkan sebagai
jabatan fungsional berdasarkan Keputusan Presiden No. 87/ 1999, tentang Rumpun Jabatan
Fungsional PNS; Keputusan MENPAN No. 118/ 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya; Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN No.
0322/0/1996 dan No. 38 Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya; Keputusan Mendikbud No. 020/U/1998 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Funngsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya;
dan Permen Diknas No.19 Tahun 2005 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kreditnya. Pengawas satuan pendidikan adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan
pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis
pendidikan dan administrasi. Menurut PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dalam Pasal 39 dinyatakan bahwa kriteria minimal untuk menjadi Pengawas
Satuan Pendidikan meliputi:
1. Berstatus sebagai Guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau Kepala Sekolah
sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan
satuan pendidikan yang diawasi;
2. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pegawas satuan pendidikan;
3. Lulus seleksi sebagai Pengawas Satuan Pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Guru sebagai suatu profesi melaksanakan tugasnya dilandasi atas panggilan hati nurani,
ilmu pengetahuan, teknologi serta seni yang tertumpu pada pengabdian dan sikap kepribadian
yang mulia. Pada hakekatnya tugas guru tidak saja diperlukan sebagai suatu tugas profesional,
tetapi juga sebagai tugas profesi utama menyiapkan tenaga pembangunan nasional. UU No.
14/2005 tentang Guru dan Dosen; PP No.37/2009 tentang Dosen, mendefinisikan dosen
sebagai pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Dalam bahasa teknis, pengelola satuan pendidikan adalah para manajer dan birokrat
pendidikan, baik dalam lingkungan pemerintah maupun swasta. Atau pengelola satuan
pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rector, dan pimpinan satuan pendidikan
luar sekolah. Penilik adalah tenaga kependidikan dengan tugas utama melakukan kegiatan
pengendalian mutu dan evaluasi dampak program pendidikan anak usia dini (PAUD),
pendidikan kesetaraan dan keaksaraan, serta kursus pada jalur Pendidikan Nonformal dan
Informal (PNFI).
Pamong belajar adalah pendidik dengan tugas utama melakukan kegiatan belajar mengajar,
pengkajian program, dan pengembangan model PNFI pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit
Pelaksana Teknisi Daerah (UPTD) dan satuan PNFI. Pengawas satuan pendidikan adalah PNS
yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi.

3.2 Saran
Apapun profesi kependidikan yang akan ataupun sedang dilaksanakan, sebaiknya enerima
itu dengan hati nurani. Sehingga bekerjapun menjadi totalitas. Juga semua profesi
kependidikan memiliki peran pentingnya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
https://alfanfauzi13.wordpress.com/2013/11/12/pengertian-pendidikan-tenaga-kependidikan-
unsur-unsur-pendidikanestimologi-atau-pengertian-pendidikan-dan-guru/, 6 Maret 2016.
Supriadi, Oding Dr.2011. Profesi Kependidikan. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo
Ruang Lingkup Profesi Keguruan

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan yang berperan serta secara aktif dan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat
yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bhwa pada setiap diri guru itu
terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf
kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai ‘pengajar’ yang
melakukan transfer of knowledge tetapi juga sebagai ‘pendidik’ yang melakukan transfer of
values dan sekaligus sebagai ‘pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa
dalam belajar.
1. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian profesi keguruan?
b. Apa saja ruang lingkup, landasan, tujuan dan prinsip profesi keguruan?
2. Tujuan
a. Untuk mendeskripsikan pengertian profesi keguruan.
b. Untuk mendeskripsikan ruang lingkup, landasan, tujuan dan prinsip profesi keguruan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup Profesi Keguruan
Peranan profesi guru dalam keseluruhan program pendidikan disekolah diwujudkan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal. Untuk maksud
tersebut, maka peranan professional itu mencangkup tiga bidang layanan, yaitu layanan
intruksional, layanan administrasi, dann layanan bantuan akademik social pribadi.
Pertama, penyelenggaraan proses belajar mengajar, yang menempati porsi terbesar Dari profesi
keguruan.
Kedua, tugas yang berhubungan dengan membantu murid dalam mengatasi masalah belajar pada
khususnya dan masalah-masalah pribadi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan belarnya.
Ketiga, disamping kedua hal tersebut, guru harus memahami bagaimana sekolah itu dikelolah,
apa peranan guru didalamnya, bagaimana memanfaatkan prosedur serta mekanisme pengelolaan
tersebut untuk kelancaran tugas-tugasnya sebagai guru.
Secar kontekstual dan umum, ruang lingkup kerja guru itu mencangkup aspek-aspek :
a. Kemampuan profesional mencangkup :
1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan
konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya
2) Penguasaan dan penghayatan atas wawasan dan landasan kependidikan dan keguruan.
3) Penguasaan proses-proses pendidikan, keguruan, dan pembelajaran.
b. Kemampuan social mencangkup kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan kerja
dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup :
1) Penampilan sikap yang positif terhdap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan beserta unsure-unsurnya.
2) Pemahaman penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya di anut oleh seorang
guru.
Seorang menampilkan unjuk kerja yang professional apabila dia mampu menampilkan
keandalannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai guruV
Keandalan kerja itu dapat di lihat dari berbagai segi berikut ini:
a. Mengetahui, memahami dan menerapkan apa yang harus di kerjakan sebagai guru.
b. Memahami mengapa dia harus melakukan pekerjaan itu.
c. Memahami serta menghormati batas-batas kemampuan dan kewenangan profesinya dan
menghormati profesi lain.
d. Mewujudkan pemahaman dan penghayatannya itu dalam perbuatan mendidik, mengejar
dan melatih.
Ruang lingkup profesi guru dapat pula di bagi ke dalam dua gugus, yaitu:
a. Gugus kemampuan profesional (soedarjo, 1982)
b. Gugus pengetahuan dan penguasaan teknik dasar professional
Gugus pengetahuan dan penguasaan teknik dasar professional dan
Mencakup hal-hal berikut:
a. Pengetahuan tentang disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan studi (structure,
concept,and way of knowing).
b. Penguasaan bidang studi sebagai objek belajar.
c. Pengetahuan tentang karakteristik/perkembangan belajar.
d. Pengetahuan tentang berbagai model teori belajar(umum maupun khusus).
e. Pengetahuan dan penguasaan berbagai prosese belajar(umum dan khusus)
f. Pengetahuan tentang karakteristik dan kondisi social, ekonomi, budaya, politi sebagai latar
belakang dan konteks berlangsungnya proses belajar.
g. Pengetahuan tentang proses sosialisasi dan kulturalisasi.
h. Pengetahuan dan penghayatan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
i. Pengetahuan dan penguasaan berbagai media sumber belajar.
j. Pengetahuan tentang berbagai jenis informasi kependidikan dan manfaatnya.
k. Penguasaan teknik mengamati proses belajar mengajar.
l. Penguasaan berbagai metode belajar.
m. Peguasaan tekhnik meyusun instrument penilaian kemajuan belajar.
n. Penguasaan teknik perencanaan dan pengembangan program belajar mengajar.
o. Pengetahuan tentang dinamika hubungan interaksi antara manusia, terutama dalam proses
belajar mengajar.
p. Pengetahuan tentang system pendidikan sebagai bagian terpadu dari system social Negara
bangsa.
q. Penguasaan teknik memperoleh informasi yang diperlukan untu kepentingan proses
pengambilan keputusan.
Gugus kemampuan profesional, mencakup :
a. Merencanakan programbelajar mengajar
1) Merumuskan tujuan-tujuan instruksional
2) Menguraikan deskripsi satuan bahasan
3) Merancang kegiatan belajar mengajar
4) Memilih media dan sumber mengajar
5) Menyusun instrument informasi
b. Melaksanakan dan memimpin proses belajar mnengajar.
1) Memimpin dan membimbing proses belajar mengajar.
2) Mengatur dan mengubah suasana belajar mengajar.
3) Menetapkan dan mengubah urutan kegiatan belajar.
c. Menilai kemajuan belajar.
1) Memberikan skor atas hasil evaluasi
2) Menstransformasikan skor menjadi nilai.
3) Menetapkan rengking.
d. Menafsirkan dan memanfaatkan berbagai informasi hasil penilaian dan penelitian untuk
memcahkan masalah professional kependidikan.
Profil kemampuan dasar guru yang harus dimiliki sebagai seoranG professional yaitu sebagai
berikut.
1. Menguasai bahan
a. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.
b. Menguasai bahan pendalaman bidang studi.
2. Mengelola program belajar mengajar.
a. Merumuskan tujuan instruksonal
b. Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar.
c. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat.
d. Melaksanakan program belajar mengajar.
e. Mengenal kemampuan anak didik.
f. Merencanakan dan melaksanaakan pengajaran remedial.
3. Mengelola kelas
a. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran .
b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
c. Menciptakan disiplin kelas.
4. Menguanakan media atau sumber
a. Mengenal, memilih dan mengunakan media.
b. Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana.
c. Mengunakan dan mengelola laboraturium dalam rangka proses belajar mengajar
d. Mengembangkan laboratorium.
e. Menggunakan micro teeching unut dalam program pengalama lapangan.
f. Menguasai landasan-landasan kependidikan
g. Mengelola interaksi belajar mengajar
h. Menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran
i. Melaksanakan program pelayanan bimbingan dan konseling
j. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan konseling
k. Menyelenggarakan program pe layanan bimbingan dan konseling di sekolah
B. Landasan Filosofi Profesi Keguruan
a. Pancasila
Pasal 2 UU No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila
dan Undang Undang Dasar 1945. Rincian selnjutnya tentang hal itu tercantum dalam Penjelasan
UU-RI No. 2 Tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang
pendidikan, adalah pengamalan Pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan
antara lain : Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinngi
kualitasnya dan mampu mandiri (Undang-Undang, 1992: 24). Sedangkan Ketetapan MPR RI
No. II/MPR?1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara
Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan
masyarakat yang dianngap baik,sumber dari segala sumber nilai yang menjadi pangkal serta
muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan, dengan kata lain: Pancasila sebagai
sumber nilai dalam pendidikan.
P4 atau Ekaprasetya Pancakarsa sebagai petunjuk operasional pengamalan Pancasiladalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang pendidikan. Perlu ditegaskan bahwa pengalaman
Pancasila itu haruslah dalam arti keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam Pancasila itu,
sebagai yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dalam Buku I Bahan Penataran P4 dikemukakan bahwa Tap MPR No.
II/MPR/1978 tersebut di atas memberi petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima sila
Pancasila. Bagi bidang pendidikan, hal ini sangat penting karena akan terdapat kepastian nilai
yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan.

b. Undang-undang dasar Republik Indonesia nonor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional
Dalam Bab I pasal 1 mengenai Ketentuan Umum UU Republik Indonesia di tuliskan bahwa
yang di maksudkan di dalam UU tersebut adalah:
1. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
dan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
3. Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan
pendidikan nasional.
4. Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan
kekhususan tujuannya.
5. Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasandan kedalaman bahan
pengajaran.
Dalam Bab VII pasal 27 tentang Tenaga Kependidikan di tuliskan bahwa:
1. Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti,
mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
2. Tenaga kependidikan, meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik
pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran dan teknisi
sumber belajar.
3. Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama
mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada jenjang
pendidikan tinggi disebut dosen.

C. Tujuan dan Prinsip Profesi Keguruan


1. Tujuan Profesi Keguruan
Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang tercantum dalam UU RI no 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan nasional diarahkan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
demokratis serta bertangungjawab. Merupakan indikatorumum yang dapat dijadikan barometer
pencapaian mutu pendidikan secara nasional dari setiap satuan pendidikan tertentu.
Perengkat lain yang kemudian menjadi dasar peningkatan mutu pendidikn adalah UU RI No. 14
Tahun 2005 bahwa guru dituntut untuk memiliki kompetensi, maksudnya adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, danperilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dalam kompetensi pedagogik yaitu
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadianya itu kemampuan
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan
pesertadidik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secaraluas dan mendalam. Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.
Menurut surya (2005:48) bahw aprofesionalisme guru mempunyai peranan penting dalam
peningktan mutu pendidikan., karena:
1. Profesioanlisme guru memberikan jaminan perlindungan kepada masyarakat umum.
2. Professional guru merupakan suatu cara untk memperbaiki citra profesi pediddikan yang
selama ini dianggap oleh masyarakat rendah
3. Profesionalisme guru memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang
memberikan kemungkinan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan
memaksimalkan kompetensinya.
Dalam UU no 14 tahun 2005 Bab II Pasal 6 tentang kedudukan, fungsi dan tujuan, kedudukan
guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggungjawab.
2. Prinsip Profesi Keguruan
Dalam UU no 14 Tahun 2005 Pasal 7 Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat;
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyaikewenangan mengaturhal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROFESI
1) Pengertian profesi menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
a) Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang
dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen"
b) Profesi juga sebagai pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi,
kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik
desainer, tenaga pendidik.
c) Seseorang yang berkompeten di suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walau
demikian, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima
bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima
bayaran untuk pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri
umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi.
2) Pengertian profesi menurut para ahli
a) Peter Jarvis ( 1983: 21 ), profesi merupakan suatu pekerjaan yang didasarkan pada
studi intelektual dan latihaan yang khusus, tujuannya iyalah untuk menyediakan
pelayanan ketrampilan terhadap yang lain dengan bayaran maupun upah tertentu.
b) Cogan (1983: 21 ), profesi merupakan suatu ketrampilan yang terdapat dalam
prakteknya didasarkan atas suatu struktur teoritis tertentu dari beberapa bagian
pelajaran ataupun ilmu pengetahuan.
c) Dedi Supriyadi ( 1998: 95 ),profesi merupakan pekerjaan atau jabatan yang menuntut
suatu keahlian, tanggung jawab serta kesetiaan terhadap profesi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diartikan bahwa profesi merupakan suatu
pekerjaan,jabatan yang menuntut suatu keahlian , yang didapat melalui pendidikan serta
latiahan tertentu, menuntut persyaratan khusus , memiliki tanggung jawab.
B. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di
dalammya pasti terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering
dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada
hakekatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Untuk memperjelas pengertiannya, berikut ini dikutip beberapa defenisi atau istilah
pendidikan: Menurut Carter V.good dalam "Dictionary Of Education" dijelaskan sebagai
berikut:
a) Pedagogy (1) seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar (pengajaran) (2) ilmu yang
sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode
mengajar, pengawasan dan bimbingan, murid, dalam arti luas digantikan dengan istilah
pendidikan.
b) Juga menurut Carter, Education berarti: Proses perkembangan pribadi, Proses sosial,
Professional cources, Seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang
tersusun yang di warisi/dikembangkan masa lampau oleh tiap generasi bangsa.
c) Menurut buku "Higher Educatoin for American Democracy" menyatakan bahwa
Pendidikan ialah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab, tetapi tujuan
pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat
(bangsa) dan tujuan-tujuan pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai-nilai),
cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa).
d) Menurut prof. Richey, dalam buku "Planning for Teaching, an Intruction to
Education" dinyatakan Istilah "Pendidikan" berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga
masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung
jawabnya di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas
daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu
aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks, modern,
fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan lembaga dengan pendidikan
formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan in-formal di luar sekolah.
e) Menurut prof. Lodge dalam buku "Philosophy of Education" dinyatakan sebagai
berikut: Perkataan "Pendidikan" dipakai kadang-kadang dalam pengertian yang lebih
luas, kadang-kadang dalam arti yang lebih sempit. Dalam pengertian yang lebih luas,
semua pengalaman dapat dikatakan sebagai pendidikan. Seorang anak mendidik orang
tuanya, seperti pula halnya seorang murid mendidik gurunya, bahkan seekor anjing
mendidik tuannya. Segala sesuatu yang kita katakana, pikiran atau kerjakan mendidik
kita, baik dari benda-benda hidup maupun benda-benda mati. Dalam pengertian yang
lebih luas ini, hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup. Selanjutnya dalam
pengertian yang lebih sempit, "Pendidikan" dibatasi pada fungsi tertentu dalam
masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi) dengan latar belakang
sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu kepada warga masyarakat generasi
berikutnya dan demikian seterusnya. Dalam pengertian yang lebih sempit ini, pendidikan
berarti, bahwa prakteknya identik dengan "Sekolah" yaitu pengajaran formal dalam
kondisi yang di atur.
f) Menurut Brubacher dalam bukunya "Modern Philosophies of Education" dinyatakan
sebagai berikut: Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi
manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan alam semesta.
Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisi dan kelengkapan dari semua
potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani (pancaindera), oleh dan untuk
kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya.

Adapun kesimpulan dari beberapa uraian tentang pengertian pendidikan di atas dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya
dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta,
dan budi nurani) dan jasmani (pancaindera serta keterampilan-keterampilan).
2. Pendidikan berarti juga lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita
(tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi:
keluarga, sekolah, dan masyarakat (Negara).
3. Pendidikan merupakan pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan
manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan
dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu
kesatuan.
C. RUANG LINGKUP PROFESI PENDIDIKAN
Dalam profesi pendidikan ada beberapa hal yang dipelajari diantaranya:
1. Profesionalisme keguruan
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejujuran dan sebagainya) tertentu.
Profesional adalah bersangkutan dengan:
1) profesi,
2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan
3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang secara leksikal
berarti sifat profesional.
Jadi, yang dimaksud dengan profesionalisme adalah keahlian (kemahiran) yang
dipersyaratkan (dituntut) untuk dapat melalakukan suatu pekerjaan yang dilakukan
secara efisien dan efektif dengan tingkat kehalian yang tinggi dalam mencapai tujuan
pekerjaan tersebut. Untuk mencapai keahlian itu seseorang harus melalui pendidikan
spesialisasi tertentu (pada jenjang pendidikan tinggi).
Jadi, profesionalisme guru dapat diartikan sebagai keahlian dalam membidangi
bidangnya atas dasar pendidikan yang khusus.
a) Syarat-Syarat Profesionalisme Guru
Dari berbagai sumber, dapat diidentifikasikan beberapa indikator yang dapat dijadikan
ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional, yaitu:
1) Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik,
2) Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat,
3) Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan sekolah,
4) Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran.
Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal sebagai
berikut:
1) Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajar. Ini berarti bahwa komitmen
tertinggi guru adalah pada kepentingan siswanya.
2) Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkan serta cara
mengajarkannya kepada para siswa.
3) Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi,
mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
4) Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari
pengalamannya. Artinya harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi
dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman ia
harus tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruk dampaknya pada
proses belajar siswa.
5) Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesinya.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005,disebutkan bahwa
prinsip profesionalitas dari profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan:
a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,ketaqwaan,
dan aklak mulia.
c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakan pendidikan sesuai dengan bidang
tugas.
d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sessuai dengan prestasi kerja.
g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat.
h) Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-halyang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Syarat profesionalisme guru sebagai pendidik dalam Islam:
a) Sehat jasmani dan ruhani,
b) Bertakwa,
c) Berilmu pengetahuan yang luas,
d) Berlaku adil,
e) Berwibawa,
f) Ikhlas,
g) Mempunyai tujuan yang Rabbani,
h) Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan,
i) Menguasai bidang yang ditekuni.
b) Hambatan dalam Meningkatkan Keprofesionalan Guru

Rendahnya mutu pendidikan khususnya pembelajaran Indonesia merupakan cerminan


rendah atau kurangnya mutu profesionalitas guru dalam melaksanakan dan
mempertanggung jawabkan pembelajaran. Rendahnya mutu profesionalitas guru-guru di
Indonesia menurut disebabkan antara lain:
1) Kualifikasi dan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan bidang tugas.
Dilapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan
kualifikasi dan latar belakang pendidikan yang dimiliki.
2) Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Guru profesional
seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti,
dan sosial. Oleh karena itu, seorang guru selain terampil mengajar, juga memiliki
pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.
3) Penghasilan tidak ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. Sementara ini guru yang
berprestasi dan yang tidak berprestasi mendapatkan penghasilan yang sama. Memang
benar sekarang terdapat program sertifikasi. Namun, program tersebut tidak
memberikan peluang kepada seluruh guru. Sertifikasi hanya dapat diikuti oleh guru-guru
yang ditunjuk kepala sekolah yang notabene akan berpotensi subjektif.
4) Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesi secara berkelanjutan.
Banyak guru yang terjebak pada rutinitas. Pihak berwenang pun tidak mendorong guru
ke arah pengembangan kompetensi diri ataupun karier. Hal itu terindikasi dengan
minimnya kesempatan beasiswa yang diberikan kepada guru dan tidak adanya program
pencerdasan guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku referensi, dan pelatihan
berkala. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well. Artinya,
guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan
memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang
keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan integritas barulah,
sang guru menjadi teladan atau role model.
5) Masih cukup banyak guru Indonesia baik yang bertugas di SD/MI maupun di
SLTP/MTs dan SMU/SMA yang tidak berlatar belakang pendidikan sesuai dengan
ketentuan dan bidang studi yang dibinanya.
6) Masih sangat banyak guru Indonesia yang memiliki kompetensi rendah dan
memprihatinkan.
7) Masih banyak guru di Indonesia yang kurang terpacu dan termotivasi untuk
memberdayakan diri, mengembangkan profesionalitas diri atau memutakhirkan
pengetahuan mereka secara terus-menerus dan berkelanjutan, meskipun cukup banyak
guru Indonesia yang sangat rajin menaikkan pangkat mereka dan sangat rajin pula
mengikuti program-program pendidikan kilat atau jalan pintas yang dilakukan oleh
berbagai lembaga pendidikan.
8) Masih sangat banyak guru Indonesia yang kurang terpacu, terdorong, dan tergerak
secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai guru.
9) Persoalan rambu-rambu atau acuan pelaksanaan, arah kebijakan pendidikan,
paradigma sistem pendidikan, termasuk sistem dan kurikulum yang selalu mengalami
perubahan.
10) Semakin cepatnya perkembangan tehnologi sehingga menuntut guru lebih proaktif
terhadap perkembangan tersebut.
11) Kesempatan guru yang sangat terbatas dalam mengembangkan kemampuannya.
12) Sistem yang selama ini digunakan oleh guru masih monoton sehingga berpengaruh
terhadap pola pikir siswa.
c) Contoh Kasus tentang Krisis Profesioanalisme Guru
Banyaknya kasus-kasus yang terjadi akhir-akhir ini antara siswa dan guru sebagai cermin
dari krisis profesionalime seorang guru yang berakhir pada pemecatan. Di kutip dari
DetikNews 01/03/2013, seorang wakil kepala sekolah dituduh telah mencabuli siswanya.
Wakil kepala sekolah ini mengancam tidak akan meluluskan siswa tersebut jika tidak
memenuhi keinginan bejat sang wakil kepala sekolah tersebut. Ia membantah dan justru
mengatakan bahwa bukan dia yang melakukannya tetapi guru geografi berinial Y yang
melakukannya. Guru berinisial Y tersebut membantahnya. Dan pada akhirnya wakil
kepala sekolah tersebut di pecat dari jabatannya. Kasus ini mendapat perhatian dari
masyarakat secara serius karena terjadi dalam lingkungan yang seharusnya membangun
karakter penerus bangsa.
Selain kasus pencabulan, kasus kekerasan juga banyak terjadi dalam dunia pendidikan,
istilah kerennya bullying . Kasus kekerasan yang terjadi didominasi oleh guru terhadap
peserta didiknya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UNICEF (2006) di
beberapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 80% kekerasan yang terjadi
pada siswa dilakukan oleh guru. Kuriake mengatakan bahwa di Indonesia cukup banyak
guru yang menilai cara kekerasan masih efektif untuk mengendalikan siswa (Phillip,
2007).
d) Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru
Untuk meningkatkan mutu profesi guru dapat dilakukan dengan cara:
1) Sendiri-sendiri, yaitu dengan jalan:
a) Menekuni dan mempelajari sacara kontinu pengetahuan-pengetahuan yang
berhubungan dengan teknik atau cara atau proses belajar mengajar secara umum.
Misalnya, pengetahuan tentang PBM (Proses Belajar Mengajar) atau ilmu-ilmu lainnya
yang dapat meningkatkan tugas keprofesiannya.
b) Mencari spesialisasi bidang ilmu yang diajarkan.
c) Melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang relevan dengan tugas keprofesiannya.
d) Mengembangkan materi dan metodologi yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran.
2) Secara bersama-sama dapat dilakukan, misalnya dengan:
a) Mengikuti berbagai bentuk penataran dan lokakarya.
b) Mengikuti program pembinaan kekohesifan secara khusus, misalnya program akta,
sertifikasi, dan lain sebagainya.
Berbagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru yang ditempuh oleh
pemerintah, instansi pendidikan dan para guru tentunya, antara lain:
a) Menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi sesuai kualifikasi akademik.
Hal ini berdasarkan Undang-Undang Guru Dosen bahwa guru untuk mendapatkan
kompetensi profesional harus melalui pendidikan profesi dan guru juga dituntut untuk
memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 atau D4. Apalagi pada saat sekarang ini,
perkembangan dunia pendidikan dan sistem pendidikan semakin meningkat. Dengan
melanjutkan tingkat pendidikan diharapkan guru dapat menambah pengetahuannya dan
memperoleh informasi-informasi baru dalam pendidikan sehingga guru tersebut
mengetahui perkembangan ilmu pendidikan.
b) Melalui Program Sertifikasi Guru
Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui
sertifikasi dimana dalam sertifikasi tercermin adanya suatu uji kelayakan dan kepatutan
yang harus dijalani seseorang, terhadap kriteria-kriteria yang secara ideal telah
ditetapkan. Dengan adanya sertifikasi akan memacu semangat guru untuk memperbaiki
diri, meningkatkan kualitas ilmu, dan profesionalisme dalam dunia pendidikan.
c) Memberikan Diklat dan pelatihan bagi guru
Diklat dan pelatihan merupakan salah satu teknik pembinaan untuk menambah
wawasan / pengetahuan guru. Kegiatan diklat dan pelatihan perlu dilaksanakan oleh guru
dengan diikuti usaha tindak lanjut untuk menerapkan hasil – hasil diklat dan pelatihan.
d) Gerakan Guru Membaca ( G2M )
Guru hendaknya mempunyai kesadaran akan pentingnya membaca untuk
mengembangkan wawasan dan pengetahuannya. Tidak lucu bukan kalau guru menyuruh
murid-muridnya rajin membaca sedangkan gurunya enggan untuk membaca. Kita
sebagai guru harus lebih serba tahu dibandingkan peserta didik. Untuk itu perlu
digalakkan Gerakan Guru Membaca. Dalam hal ini guru bisa memanfatkan buku-buku
atau media masa yang tersedia diperpustakaan, sekolah ataupun toko buku, atau bisa juga
dengan mengakses internet tentang hal-hal yang berhubungan dengan spesialisasinya
ataupun pengetahuan umum yang dapat menambah wawasannya.
e) Melalui organisasi KKG (Kelompok Kerja Guru)
Salah satu wadah atau tempat yang dapat digunakan untuk membina dan
meningkatkan profesional guru sekolah dasar di antaranya melalui KKG. KKG adalah
wadah kerja sama guru – guru dan sebagai tempat mendiskusikan masalah yang
berkaitan dengan kemampuan profesional, yaitu dalam hal merencanakan, melaksanakan
dan menilai kemajuan murid.
f) Melalui organisasi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata
pelajaran yang berada di suatu sanggar/kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana
untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka
meningkatkan kinerja guru sebaga praktisi/perilaku perubahan reorientasi pembelajaran
di kelas.

g) Senantiasa produktif dalam menghasilkan karya-karya di bidang pendidikan.


Guru hendaknya memiliki kesadaran untuk lebih banyak menulis, terutama
mengenai masalah-masalah pendidikan dan pengajaran. Hal ini termasuk salah satu
metode untuk dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menuangkan konsep-konsep
dan gagasan dalam bentuk tulisan. Setiap guru harus sadar dan mau melatih diri jika ia
benar-benar ingin menumbuhkan kreativitas dirinya melalui karya tulis (Misaknya; PTK,
bahan ajar, artikel, dsb).
2. Otoritas professional guru
Guru dianggap sebagai suatu profesi bilamana ia memiliki pernyataan dasar,ketrampilan
teknik serta didukung oleh sikap kepribadian yang mantap.Dengan demikian guru ynag
profesional harus memiliki kompetensi berikut ini:
a) Kompetensi profesional yaitu ia memiliki pengetahuan yang luas serta dalam dari
bidang studi yang akan diajarkan dan penguasaan metode yaitu memiliki pengetahuan
konsep dan mamapu memilih metode yang tepat serta dan mampu menggunakan berbagai
metode dalam proses belajar mengajar.
b) Kompetensi personal yaitu memiliki sikap pribadi yang mantap,guru harus
memiliki kepribadian yang patut diteladani.
c) Kompetensi Sosial yaitu ia mampu menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial
baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dengan kepala sekolah
bahkan dan masyarakat luas.
d) Kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya yang berati
mengutamakan nilai kemanusiaan dari pada nilai benda material.
Dalam usaha membangun manusia indonesia seutuhnya maka kekuasaan para gurulah
yang merupakan perangkat pelaksana yang terdepan,yaitu guru bertugas membangun
manusia.Salah satu syarat yang dibutuhkan untuk menumbuhkan otoritas profesional
guru adalah bagaimana memahami untuk kemudian meninggalkan paradigma lama
dalam melakukan pola pembelajaran. Lebih dari 15 tahun para guru di seluruh dunia
terbuai dengan teori behaviorisme yang selalu berusaha mencoba mengubah tingkah laku.
Secara intrinsik, proses belajar-mengajar dalam behavior-isme terlalu terpaku pada
masalah-masalah yang kompleks dan tak terpecahkan, dengan asumsi stimulus-respons
terlalu menyederhanakan masalah pembelajaran yang semakin spesifik. Pendekatan
behavioristis juga sangat kurang menghargai kreativitas siswa karena model menghafal
dan menyalin masalah menjadi ciri lainnya dari model itu.
Dalam dunia pendidikan yang sudah berkembang sedemikian pesat sekarang ini, otoritas
guru yang didasarkan pada teori behaviorisme harus segera diubah ke functional
learning, sebuah pendekatan yang lebih menghargai kapasitas akademis guru dan siswa
secara bersamaan.
Teori fungsional (functionin theory) berkembang dalam 20 tahun terakhir. Model itu
mensyaratkan otoritas guru bergantung pada siapa yang mengajar. Dalam bahasa Jerome
Bruner, jnodel teori itu seperti fungsi seorang ibu yang berinteraksi dengan anaknya
melalui akuisisi bahasa (Bruner, Learning the Mother Tongue, Human Nature, September
1978).Artinya, teori ini melihat bahasa sebagai hasil interaksi seorang ibu atau guru ketika
menggunakan bahasa sesuai dengan rasa bahasa yang berkembang dalam diri seorang
anak.
Di dalam kelas, guru harus melihat penugasan dalam penulisan sebagai situasi penulisan
mempunyai satu peran fungsional terhadap daya nalar dan daya tangkap seorang
anak.Karena itu, dalam melakukan penilaian seorang guru harus mengandalkan otoritas
pikir dan rasa yang dimilikinya. Seorang guru dalam teori itu tak bisa sekehendak hati
dan membabi buta hanya mengikuti aturan penilaian sepihak,tanpa mendiagnosis respons
yang mencerminkan pengalaman siswa ketika mengerjakan suatu tugas.
Oleh karena itu, jika satu model fungsional dalam pola pembelajaran digunakan sebagai
suatu pendekatan yang digunakan para guru di dalam kelas, guru dapat menunjukkan
otoritasnya sebagai fasilitator sekaligus mediator pembelajaran yang baik dan bermutu.
Kode etik berati pola aturan, tata cara, tanda,pedoman etis dalam melakukan suatau
kegiataan atau pekerjaan.Jika kode etik itu dijadikan standar aktivitas anggota profesi
guru,kode etik sekaligus menjadi pedoman dalam berperilaku.Sesara umum fungsi kode
etik guru yaitu:
a) Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya.
b) Agar guru bertanggung jawab atas profesinya
c) Agar profesi guru trehindar dari perpecahan dan pertentangan internal
d) Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kwantitas pelayanan
e) Agar profesi ini membantu dalam memecahkan masalah dan mengembangkan diri
f) Agar profesi guru terhindar dari profesi campur tangan profesi lain atu pemerintah.
3. Kebebasan akademik
Kebebasan akademik adalah suatu kebebesan yang memberikan kebebasan
bereaksi dalam suatu forum dalam lingkup kebenaran dan dalam kasus ini secara positis
memiliki tanggung jawab keilmuan. Guru bekerja bukan atas tekanan kebutuhan
muridnya, tetapi atas tuntunan profesional, dan ini adalah batas kebebebasan yang
dimaksud.
4. Tugas dan tanggung jawab guru
Tugas dan tanggung jawab seorang guru diantaranya adalah menciptakan suasana atau
iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan
baik dan semangat. Tugas seorang guru itu mencakup beberapa hal, yaitu sebagai
berikut: guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk
pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang
kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
a) Peters dikutip Sudjana (2002:15), Menyebutkan tugas dan tanggung jawab guru,
yaitu:
1) Guru sebagai pengajar,
2) Guru sebagai pembimbing,
3) guru sebagai administrator.
Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok profesi guru. Dimana guru sebagai
pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan
pengajaran. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan
bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Sedangkan guru
sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara pengajaran dan
ketatalaksanaan pada umumnya.
b) Tanggung jawab guru menurut Hamalik (2004: 127), yaitu sebagai berikut:
1) Guru harus menuntut murid-murid belajar. Tanggung jawab guru yang terpenting
adalah merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegiatan belajar
guru mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
2) Turut serta membina kurikulum sekolah. Sesungguhnya guru merupakan seorang key
person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat
perkembangan murid.
3) Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan jasmaniah).
Memompakan pengetahuan kepada murid kiranya bukan pekerjaan yang sulit. Tetapi
membina siswa agar menjadi manusia berwatak (berkarakter) sudah pasti bukan
pekerjaan yang mudah. Mengembangkan watak dan kepribadiannya, sehingga mereka
memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggung jawab,
ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas dasar nilai-nilai moral yang tinggi,
semuanya menjadi tanggungjawab guru.
4) Memberikan bimbingan kepada murid. Bimbingan kepada murid agar mereka
mampu mengenal dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi
kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik, sangat diperlukan.
5) Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas
kemajuan belajar.
6) Menyelenggarakan penelitian. Sebagai seorang yang bergerak dalam bidang keilmuan
(scientist) bidang pendidikan maka ia harus senantiasa memperbaiki cara bekerjanya.
7) Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif. Guru tidak mungkin melaksanakan
pekerjaannya secara efektif, jikalau guru tidak mengenal masyarakat seutuhnya dan
secara lengkap.
8) Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila. Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa yang mendasari sendi-sendi hidup dan kehidupan nasional, baik
individu maupun masyarakat kecil sampai dengan kelompok sosial yang terbesar
termasuk sekolah.
9) Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian
dunia. Guru bertanggung jawab untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
baik. Pengertian yang baik adalah antara lain memiliki rasa persatuan dan kesatuan
sebagai bangsa.
10) Turut menyukseskan pembangunan.Pembangunan adalah cara yang paling
tepat guna membawa masyarakat ke arah kesejahteraan dan kemakmuran
bangsa.Pembangunan itu meliputi pembangunan dalam bidang mental spiritual dan
bidang materil.
Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional guru. Bertolak dari tanggung jawab
guru yang telah dikemukakan di atas maka dengan demikian guru sangat perlu
meningkatkan peranan dan kemampuan profesionalnya. Tanpa adanya kecakapan yang
maksimal yang dimiliki oleh guru maka kiranya sulit bagi guru tersebut mengemban dan
melaksanakan tanggung jawabnya dengan cara yang sebaik-baiknya.
c) Wijaya dkk (1994:9), menyebutkan beberapa tanggung jawab yang memerlukan
sejumlah kemampuan yang lebih khusus dari seorang guru, yaitu:
1) Tanggung jawab moral adalah setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati
perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah adalah setiap guru harus
menguasai cara belajar-mengajar yang efektif, mampu membuat satuan pelajaran,
mampu dan memahami kurikulum dengan baik, mampu mengajar dikelas, mampu
menjadi model bagi siswa, mampu memberikan nasihat, menguasai teknik-teknik
pemberian bimbingan dan layanan, mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan
lain-lain.
3) Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan adalah turut serta
menyukseskan pembangunan dalam bidang kemasyarakatan, untuk itu guru harus
mampu membimbing, mengabdi kepada dan melayani masyarakat.
4) Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yaitu guru selaku keilmuan
bertanggung jawab dan turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang telah menjadi
spesialisasinya dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.

Dengan demikian tugas dan tanggungjawab guru tidak dapat dibatasi oleh ruang
dan waktu. Dia tidak terikat oleh keterbatasan jam dan kelas untuk mendidik. Karena
proses belajar tidak hanya dilakukan di sekolah namun dibutuhkan di lingkungan untuk
membentuk karakter dan kepribadian siswa, atau sekurang-kurangnya dapat membentuk
landasan yang berarti untuk bekal siswa selanjutnya.
D. KEMAMPUAN DASAR YANG HARUS DIMILIKI SEORANG PROFESIONAL
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain:
1. Kompetensi Pedagogi.
Kompetensi pedagogik adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang berkaitan
dengan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa dalam kelas. Kompetensi
pedagogik meliputi, kemampuan guru dalam menjelaskan materi, melaksanakan metode
pembelajaran, memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengelola kelas, dan
melakukan evaluasi.
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan
metodologi keilmuannya
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru
bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya.

4. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.
E. MANFAAT MEMPELAJARI PROFESI PENDIDIKAN
Tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut
keahlian para pemangkunya.” Berawal dari pernyataan tersebut, jelas bahwa profesi
bukanlah suatu pekerjaan biasa, melainkan pekerjaan yang dilakukan secara profesional
dengan keahlian dan pendidikan yang memadai dan dilatari oleh pengakuan secara
formal maupun informal. Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut
profesional. Dalam RUU Guru (pasal 1 ayat 4) dinyatakan bahwa “profesional” adalah
kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dangan keahlian dan pengabdian diri kepada
pihak lain, sedangkan “Profesionalisme” adalah sikap mental dalam bentuk komitmen
dari seseorang yang memiliki profesi untuk mewujudkan dan meningkatkan kualitas
profesionalnya. Profesionalisme juga merupakan motivasi intrinsik sebagai pendorong
untuk mengembangkan diri menjadi seorang professional.
Sebagai mahasiswa yang mengambil kuliah kependidikan, mahasiswa akan diarahkan
menjadi seorang guru atau pendidik. “Guru” adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi,
dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui
interaksi edukatif secara terpola, formal, dan sistematis, sedangkan pendidikan pada
hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bermoral dan
berkualitas unggul. Mengacu pengertian tersebut, profesi guru bukanlah hal yang mudah.
Ada beberapa tahap untuk menjadi guru yang profesional, yaitu:tahu
teori,praktek,memahami pangsa pasar, dan menjadi seorang profesional.
Guru harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga
profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Seorang guru
juga harus memiliki tanggung jawab yang tinggi karena yang dihadapkan bukanlah
‘benda’, melainkan kumpulan manusia, dimana sukses atau tidaknya mereka terdapat
pengaruh peran guru didalamnya. Diperlukan pendidikan yang memadai agar mahasiswa
‘calon guru’ memiliki kemampuan kognitif, afektif, dan psikologis yang baik, sebagai
bekal mendidik generasi penerus bangsa dan tercapainya tujuan pendidikan.
Dalam mencapai tujuan pendidikan, guru tidak semata-mata sebagai ‘pengajar’ yang
melakukan transfer of knowledge tetapi juga sebagai ‘pendidik’ yang melakukan transfer
of values dan sekaligus sebagai ‘pembimbing yang memberikan pengarahan dan
menuntun siswa dalam belajar. Bekal kognitif yang dimiliki seorang guru merupakan
bekal agar peserta didik memiliki ilmu yang memadai dan menguasai materi pelajaran
tertentu, serta kompetensi yang telah ditentukan oleh lembaga pendidikan. Dalam hal ini,
diperlukan metode yang efektif dan efisien sehingga materi/stimulus yang guru berikan
dapat diterima dengan baik oleh para peserta didik. Bekal afektif yang diterapkan guru
dalam kesehariannya, merupakan bekal dalam melahirkan peserta didik yang bermoral,
beretika, sopan-santun, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk
melahirkan peserta didik yang bermoral, guru harus memiliki moralitas yang bisa
dijadikan panutan oleh peserta didik. Bekal psikologis merupakan kemampuan seorang
guru dalam memahami dan karakteristik peserta didik yang beraneka ragam sehingga
guru dapat membimbing dan melakukan penanganan yang tepat pada masing-masng
peserta didik. Mengacu pada seluruh bekal tersebut, guru mempersiapkan peserta didik
agar mandiri secara intelektual, spiritual, dan emosional. Seluruh bekal tersebut harus
dipersiapkan saat calon guru masih duduk di bangku kuliah.
Disamping itu, guru harus memiliki sikap yang baik dan benar, yang patut untuk ‘digugu
dan ditiru’, serta memiliki integritas sebagai pendidik. Berbicara mengenai integritas
pendidik, berpedoman pada ‘ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani’, yang artinya ‘di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di
belakang memberi dorongan’. Sangat berbeda dengan profesi lainnya, dalam profesi guru,
seseorang yang akan diangkat derajatnya adalah peserta didik, bukan diri guru itu
sendiri. Maka dari itu, wibawa sebagai seorang ‘pendidik’ harus terlebih dahulu
dibangun, menjadi kesatuan sikap dari diri guru itu sendiri. Pribadi guru juga harus
adaptasi aktif, yakni dapat melebur pada pribadi siswa dan mampu menghadapi peserta
didik dengan setia agar dihargai oleh peserta didik.
Dibalik kepribadiannya, seorang guru diharapkan menjadi manajer dan pemimpin.
Maksud manajer disini ialah guru dapat memantau ketaatan peraturan yang telah
dibuatnya dan dilaksanakan bersama-sama dengan peserta didik, sedangkan maksud
pemimpin disini ialah guru dapat berpikir, memberikan solusi, dan mengambil langkah-
lankah supaya produktivitas meningkat. Guru harus dapat memberikan layanan
manajemen pendidikan. Secara garis besar, artinya ialah mengatur di bidang pendidikan.
Manajemen berarti mengatur, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi.
Pendidikan berarti usaha sadar untuk mengubah peserta didik agar mereka mengalami
perubahan nilai-nilai ke arah yang lebih baik. Berbicara mengenai manajemen
pendidikan, erat sekali kaitannya dengan kurikulum yang dilaksanakan pada suatu
lembaga pendidikan. Kurikulum adalah seperangkat acuan/ komponen pembelajaran
yang akan dijadikan pedoman belajar. Dengan kata lain, kurikulum adalah kumpulan
pengalaman belajar yang terdokumentasikan. Kurikulum merupakan pedoman guru
dalam merancang manajemen pendidikan. Dalam hal ini, guru juga harus menjadikan
murid sosok yang ‘cerdas’, yakni tidak sekedar mengerti, tetapi juga dapat
mengimplementasikan stimulus yang diberikan oleh guru. Terdapat tiga tahap dalam
manajemen pendidikan, yaitu:tahap perencanaan,tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Guru diharapkan dapat melaksanakan TQM (total quality manajemen), yakni
menyertakan pelaksanaan evaluasi monitoring pada saat perencanaan dan pelaksanaan.
Dalam hal ini, guru berperan sebagai tim kaizen atau pemeriksa kelayakan.
Seluruh upaya dan kewajiban-kewajiban guru yang telah diutarakan diatas adalah upaya
untuk menjadikan mahasiswa kependidikan menjadi ‘seorang guru yang profesional’.
Upaya-upaya tersebut disediakan oleh mata kuliah profesi pendidikan. Dengan mengikuti
mata kuliah ini, diharapkan para ‘calon guru’ sadar akan tanggung jawab mereka
menjadi guru.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perubahan masyarakat yang mendorong adanya perubahan karakter bangsa Indonesia
merupakan kekhawatiran semua pihak. Profesi guru merupakan harapan satu-satunya
untuk memperbaiki perubahan negatif tersebut. Namun demikian, profesi guru harus
menjadi contoh dan teladan terlebih dahulu bagi masyarakat yang sedang mengalami
degradasi. Guru harus merupakan profesi terdepan dalam mempertahankan kelompok
idealisme daripada pragmatisme. Guru merupakan harapan semua pihak untuk mendidik
dan mengarahkan masyarakat Indonesia untuk kembali ke jatidiri bangsa Indonesia yang
memiliki karakter sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.
Dalam mengemban tugas sebagai agen pembaharu, guru harus menjadi teladan bagi
peserta didik maupun masyarakat. Guru dapat mengikuti atau menerapkan pendidikan
dan pelatihan berbasis karakter. Guru seharusnya dapat membangun karakter diri
sebagai pribadi yang diidamkan melalui proses pelatihan diri. Pendidikan berbasis
karakter dapat dilakukan dengan memantapkan kompetensi kepribadian guru.
Pendidikan ini dapat dilakukan secara otodidak atau dilakukan secara terprogram
sebagai bentuk penyegaran pada guru. Pendidikan karakter bagi guru merupakan upaya
yang dapat ditempuh dalam rangka memersiapkan agen pembaharu untuk memperbaiki
kepribadian bangsa yang sedang mengalami pergeseran dan perubahan. Profesi guru
diharapkan mampu menjadi pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk dalam
kehausan.
DAFTAR PUSTAKA
http://suherlicentre.blogspot.co.id/2011/02/guru-profesional-dalam-pengembangan.html
http://zainalzainalmasri.blogspot.co.id/2013/11/ruang-lingkup-profesi-kependidikan-
atau.html
Sutomo. dkk. 1998. Profesi Kependidikan. Ikip Semarang Press. Semarang.
Prof.dr. hamzah B. Uno, M. Pd.2009. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi aksara.
http://www.gurupendidikan.com/5-pengertian-dan-karakteristik-profesi-menurut-para-
ahli/

Anda mungkin juga menyukai