Pengertian Profesi
Secara harfiah profesi berasal dari kata profession (ingris) yang berasal dari bahasa latin
profesus yang berarti “mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan”. Dalam webster‟s new
world dictionary di temukan bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut
pendidikan tinggi. Kata profesi dapat di ketahui dari tiga sumber makna yaitu makna Secara
etimologi profesi berasal dari bahasa ingris profession atau bahasa latin profecus yang artinya
mengakui,pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melakukan pekerjaan tertentu.
Secara terminologi profesi dapat di artikan sebagai suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pekerjaan tinggi bagi pelakunya yang di tekankan pada pekerjaan mental.
Sementara secara sosiologi profesi merupakan jenis model pekerjaan yang ideal, karena dalam
realitanya bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkannya dan hanya bisa dilakukan oleh orang-
orang yang sudah profesional dalam bidangnya.
Secara lebih lanjut pengertian profesi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Menurut Buchari Alma yang mengutip villmer dan mill yang dikutip peter jervis
profesi merupakan suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan
pelatihan yang khusus.
b. Ilsa nelwan mengartikan profesi dengan memandang tiga aspek yang mengikuti
makna profesi berikut,
1) kalogial yaitu bahwa pengetahuan dan kompetensi seseorang telah di validasi
atau di uji oleh lingkungan kerjaanya.
2) kognitif berhubungan dengan pengetahuan serta kompetensi tersebut berdasarkan
ilmu pengetahuan yang rasional.
3) moral penilaian profesional serta saran yang di berikan serta berorientasi pada
suatu nilai subtantif.
Merujuk kepada uraian di atas profesi dapat di artikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut ke ahlian yang didapat dari pendidikan dan latihan tertentu yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Pekerjaan itu mempunyai fungsi dan signifikasi sosial karena diperlukan untuk pengabdian
masyarakat sehingga suatu profesi mutlak memerlukan pengakuan masyarakat.
b. Menuntut ketrampilan tertentu yaang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama dan
intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat di pertanggung
jawabkan.
c. Didukung oleh suatu disiplin ilmu bukan sekedar commom sense.
d. Ada kode etik yang menjadi pedoman prilaku anggota beserta sansi yang jelas dan tegas
terhadap pelanggar kode etik.
e. Sebagai konsekuensi layanan yang diberikan kepada masyarakat maka anggota profesi
memperoleh imbalan finansialatau materil
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan
mengembangkan dan menyebar luaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Saat ini pemerintah berusaha untuk
memperbaiki kondisi pendidikan di indonesia salah satu langkah yang dilakukanya adalah dalam
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Dikemukakan bahwa sertifikasi proses pemberian sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Dosen merupakan
salah satu komponen penting yang menentukan kualitias pendidikan tinggi, karena peranan dosen
dalam pembelajaran adalah sangat sentral sebagai fasilitator sekaligus motivator untuk
pengembangan daya pikir mahasiswa, sebagai calon-calon pemimpin masyarakat.
Pada hakekatnya jabatan dosen merupakan profesi tenaga pendidikan pada lembaga
pendidikan di tingkat yang paling tinggi. Dosen merupakan salah satu sumberdaya yang sangat
penting dalam pengelolaan organisasi pendidikan. Pencapai hasil pendidikan sebagaimana yang
diharapkan, diperlukan kegiatan pengembangan manajemen sumberdaya dosen. Masih ada
anggapan bahwa jabatan tenaga kependidikan belum sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai
profesi yang utuh, dan bahkan banyak orang berpendapat bahwa guru atau termasuk juga dosen
merupakan sebuah jabatan semiprofesional atau profesi yang baru muncul emerging profession
karena belum semua ciri profesi dapat dipenuhi Amitai Etzioni (1969). Namun apa yang
dinyatakan oleh Amitai Etzioni berbeda dengan jabatan guru atau dosen di negara lain, termasuk
profesi dosen di Indonesia. Bahkan di zaman penjajahan pun status guru sudah mendapat tempat
terhormat di masyarakat. Untuk memperkuat jabatan guru sebagai sebuah profesi, secara dejure
profesi ini sudah diakui sebagaimana termuat dalam UndangUndang Nomor 14 tahun 2004
tentang Guru dan Dosen. Hal ini bermakna bahwa jabatan ini menuntut pendidikan yang khusus,
dalam jangka waktu yang lama, dan memiliki kualifikasi dan keahlian khusus.
Setiap profesi atau jabatan tentu saja menuntut tingkat kemahiran, maka Tilaar (2000:
137-139) memberi penjelasan tentang tingkat dari setiap pekerjaan (okupasi) menjadi mata
pencaharian dengan membedakannya ke dalam tiga tingakt kemahiran yakni: (1) delitan, (2)
amaturan, dan (3) profesional. Khusus untuk jabatan profesi kependidikan, Conny Semiawan
(1991) membagi hierarki profesi tersebut dalam tiga kelompok, yaitu: (1) tenaga profesional, (2)
tenaga semiprofesional, dan (3) tenaga paraprofesional. Lebih lanjut Semiawan (1991)
menjelaskan bahwa, tenaga profesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
pendidikan sekurang-kurangnya sarjana atau setara dengan S1, dan memiliki wewenang penuh
dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pengendalian pendidikan/ pengajaran. Tenaga
kependidikan yang termasuk dalam kategori ini juga berwenang membina tenaga kependidikan
yang lebih rendah jenjang profesionalnya, misalnya dosen senior membina dosen yang lebih
junior. Namun dengan berjalannya waktu yang menuntut adanya standarisasi tenaga
kependidikan, maka tenaga kependidikan jenjang pendidikan S1 harus diasuh oleh dosen yang
sudah berpendidikan S2, tenaga kependidikan S2 harus diasuh oleh dosen yang berpendapat S3,
dan tenaga kependidikan S3 harus diasuh oleh dosen yang berpendidikan S3 dan memiliki
jenjang akademik guru besar (profesor). Sedangkan tenaga kependidikan pada tingkat sekolah
dasar sampai tingkat sekolah menengah atas harus berpendidikan minimal setingkat sarjana (PP
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Tenaga semiprofesional
merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan diploma
tiga (D III) atau setara yang berwenang mengajar secara mandiri, tetapi masih harus melakukan
konsultasi dengan tenaga kependidikan yang lebih tinggi tingkat profesionalnya, baik dalam hal
merencanakan, melaksanakan, menilai maupun mengendalikan pengajaran.
Tenaga paraprofesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan
diploma II (DII) ke bawah, yang memerlukan pembinaan dalam perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, dan pengendalian pendidikan/ pengajaran. Dengan demikian, tenaga kependidikan
yang masih berpendidikan belum mencapai S1 termasuk dalam kategori sebagai dosen atau guru
yang belum profesional. Oleh sebab itu, bagi setiap dosen dituntut memiliki sifat profesionalisme
yang tinggi, sebagaimana telah diatur dalam undang-undang bahwa pekerjaan di bidang
kependidikan merupakan profesi yang menuntut profesionalisme penuh dalam bidang tugas yang
menjadi tanggung jawabnya. Sanusi Uwes (2003 : 149) mengemukakan tiga bidang yang harus
dikuasai oleh seorang dosen yang profesional dalam menjalani profesinya, yaitu : (1) ahli dalam
bidang pengajaran, (2) terampil dalam bidang penelitian, dan (3) memiliki kompetensi dalam
pengabdian kepada masyarakat. Selain dari tiga bidang tersebut, seorang dosen juga harus
memiliki kemampuan memberi bimbingan kepada mahasiswa, dan melaksanakan tugas
administrasi lainnya. Timbulnya maksud tersebut antara lain terungkap dari harapan masyarakat
agar semua tenaga kependidikan meningkatkan kemampuannya dalam pemberian pelayanan
tugas pengajaran dan tugas-tugs lainnya secara lebih profesional.
Tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menjadi tanggung jawab dosen, sebagaimana
tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan
Pendayagunaan Aparatur Negara. Nomor 38/KEP/MK. WASPAN/8/1999 adalah melaksanakan
pendidikan dan pengajaran. pada perguruan tinggi, penelitian serta pengabdian kepada
masyarakat. Tugas pendidikan dan pengajaran pelaksanaannya berbentuk kegiatan pemberian
kuliah, bimbingan kuliah kerja, seminar mahasiswa dan bimbingan tugas akhir (skripsi).50
Tugas-tugas pokok dosen sesuai dengan jabatanya berdasarkan surat keputusan MENPAN
sebagai berikut:
a. Tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab asisten ahli (IIIa dan III/b) adalah membantu
tenaga pengajar dalam rangka pendidikan dan pengajaran mahasiswa pada pendidikan
Diploma dan pendidikan sarjana (S1) atau dalam keadaan tertentu dapat ditugaskan atas
tanggung jawab tenaga pengajar yang telah senior.
b. Tugas pokok Lektor adalah melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran mahasiswa
secara mandiri. melaksanakan kegiatan penelitian dalam rangka pendidikan dan pengajaran
mahasiswa dalam kegiatan pengembangan ilmu secara mandiri. melaksanakan kegiatan
pengabdian pada kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan
pengembangan secara mandiri.
c. Tugas pokok Guru Besar Muda, Guru Besar Madya dan Guru Besar meliputi pelaksanaan
kegiatan pendidikan dan pengajaran, kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat pada
jenjang S1, S2 dan S3 serta membina tenaga pengajar yang lebih muda, dimana
bertanggung jawab secara mandiri.
Dari rincian tugas di atas jelas bahwa dosen mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Sehubungan dengan tugas-
tugas dosen tersebut, dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa tugas yang harus dilaksanakan dosen
sebagian besar diarahkan pada kegiatan pendidikan dan pengajaran terutama dalam rangka membantu
mengembangkan proses belajar mahasiswa.
Selanjutnya Soetjipto dan Raflis Kosasi (2000: 2) berpendapat bahwa: Profesi keguruan
mempunyai dimensi yang sangat luas dan dalam, mulai dari pemahaman secara mendalam tentang
wawasan yang mendasari pergaulan pendidikan antara murid, penguasaan materi ajar sampai kepada
pemahaman tentang latar keadaan (setting) dimana dalam lingkungan apa tindakan pendidikan harus
dilakukan. Guru harus berbuat tepat dalam melaksanakan tugas pengajarannya, karena situasi
pendidikan itu bersifat einmalig, tidak dapat terulang lagi secara persis, jadi hanya berlangsung satu
kali. Pengembangan profesionalisme dosen perlu mendapat dukungan dari pemerintah, seperti
dikatakan oleh Geoff Whitty (2006: 2) pemerintah harus memiliki antusias terhadap pengembangan
profesionalisme tersebut, dikatakannya bahwa pemerintah harus… ”control has been retained most
notably through prescription of the curriculum, school inspection and the introduction of targets and
performance indicators. Thus we have the apparent paradox of the ‘free market and the strong state
or socalled quasi markets”.
1) Visi
Menjadikan Asosiasi Dosen Indonesia sebagai organisasi yang modern dan systematic untuk
meningkatkan kompetensi dosen dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan
meningkatkan daya saing bangsa. serta berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kesejahteraan para dosen di Indonesia.
2) Misi
Alma buchari, guru profesional, edisi revisi (bandung:alfabeta,2012),115. 2 Suprihatiningrum jamil, guru
profesional, cetakan II (jogjakarta: ARUZZ media, 2014), 45-46.
Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter dan Pengaruhnya
Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1),
65-78.
Anis, M. Z. A., Putro, H. P. N., Susanto, H., & Hastuti, K. P. (2020). Historical Thinking Model in Achieving
Cognitive Dimension of Indonesian History Learning. PalArch's Journal of Archaeology of
Egypt/Egyptology, 17(7), 7894-7906.
Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Mardiani, F. (2021, February). Analysis of the Effectiveness of MPBH: The
Mains of Mandai as a Saving Food in Banjarmasin Community. In The 2nd International Conference on
Social Sciences Education (ICSSE 2020) (pp. 89-94).
Atlantis Press. Afrina, A., Abbas, E. W., & Susanto, H. (2021). The Role of Historical Science in Social
Studies Learning Materials for Increasing Values of Student's Nationalism. The Innovation of Social
Studies Journal, 3(1), 1-8.
Efendi, I., Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). Implementasi Penilaian Pembelajaran Pada Kurikulum
2013 Mata Pelajaran Sejarah. Prabayaksa: Journal of History Education, 1(1), 21-25.
Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). RETROGRESI PENGGUNAAN MEDIA DARING DALAM
PEMBELAJARAN SEJARAH MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal Education and Development, 9(4), 173-177.
Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Fathurrahman, F. (2021). Studi Evaluatif Pembelajaran Sejarah Daring Pada
Masa Pandemi Covid-19. Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan, 5(1), 60-69. Wahidah, M. N.,
Putro, H. P., Syaharuddin, S., Prawitasari, M., Anis, M. Z. A., & Susanto, H. (2021).
Dinamika Pendidikan Dasar Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin (1986-2019). PAKIS (Publikasi Berkala
Pendidikan Ilmu Sosial), 1(1)