pula bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan
intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut
keahlian tertentu.3
berorientasi pada pelayanan yang ahli”. Pengertian profesi ini tersirat makna
bahwa didalam suatu pekerjaan profesional diperlukan teknik serta prosedur
yang bertumpu pada landasan intelektual yang mengacu pada pelayanan yang
ahli.5
kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai
beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian
dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti
orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya.
Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan
bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat memperoleh
pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru
menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain
yang mana keahlian itu diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan
pencaharian. Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki
pengajaran. Dengan kata lain, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru
dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah Negara dan telah
jabatan tertentu, sedangkan profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan
adalah profesionalisme guru dalam bidang studi fiqih, yaitu seorang guru yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang studi fiqih serta telah
menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang
kompetensi profesional.
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam UU RI Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen Pasal 10 ayat 1 meliputi: “kompetensi
1. Kompetensi Pedagogik
mencakup kemampuan:
kurikulum.
dalam pembelajaran.
pengajaran.
kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan
secara efektif dan efisien, maka guru mempunyai tugas dan peranan yang
penting dalam mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang
diharapkan.
siswa.
belajar siswa.
2. Kompetensi Kepribadian
mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik
perilaku pribadi guru itu sendiri yang memiliki nilai-nilai luhur dan
berikut :
dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
(iman, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang dapat
diteladani.
f. Kompetensi evaluasi dan pengembangan diri
yang mantap dan stabil, dewasa, arif dan bijaksana, jujur, berwibawa, dan
berakhlak mulia, mampu menjadi teladan bagi peserta didik, secara objektif
3. Kompetensi Profesional
4. Kompetensi Sosial
tulisan, bersikap simpatik, pandai bergaul dan suka bekerja sama, serta
dan bergaul secara efektif, santun dengan peserta didik, sesama pendidik,
kepala sekolah, sesama guru, orang tua siswa dan masyarakat, guru
kemajuan pendidikan.
dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar
mengajar yaitu:
1. Mengusai bahan.
2. Mengelola program belajar mengajar.
3. Mengelola kelas.
4. Menggunakan media atau sumber belajar.
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
6. Mengelola interaksi belajar mengajar.
7. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran.
8. Mengenal fungsi program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil guna
keperluan pengajaran.21
1. Menguasai Bahan
interaksi belajar mengajar, guru harus sudah mengusai bahan apa yang akan
materi dengan mudah dan mudah diterima anak didiknya. Sehingga anak
pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang
pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar
biasanya tidak terlepas dari disiplin keilmuan guru, tetapi dapat digunakan
dahulu baik bahan pelajaran pokok maupun bahan pelajaran penunjang yang
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar.
3. Mengelola Kelas
baik, akan menciptakan dan mendukung suasana belajar yang kondusif dan
ruang kelas yang memadai untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar
merupakan usaha yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dalam mengatur
kelasnya agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien guna
4. Menggunakan Media
penerima pesan”.25
banyak diantaranya :
belajar dalam proses belajar mengajar maka seorang guru dituntut agar
efisien.
pembelajaran, yakni:
a. Menjelaskan
guru, dimana guru berusaha sebaik mungkin agar para siswa benar-benar
b. Memberi Variasi
c. Keterampilan Bertanya
guru.
membuat program".32
mempunyai dampak yang luas, data penilaian yang akurat sangat membantu
pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk
bimbingan yaitu:
pendidikan, karena itu seorang guru harus mengenal fungsi serta program
dalam hidup, membantu siswa berani menghadapi masalah hidup, dan lain-
lain.
pendidikan
administrasi sekolah.
Menurut Abin Syamsudin dan Nanang Budiman, berpendapat
pendidikan”.37
administrasi sekolah secara luas. Jadi tidak hanya terbatas pada pengajaran
semua daya yang ada dapat ditata sebaik mungkin, sehingga tujuan
sekolah. Salah satu administrasi sekolah adalah tata usaha. Secara sederhana
keperluan pengajaran
Prinsif-prinsif pendidikan perlu dipahami oleh guru, karena dengan
untuk mulai belajar dan sampai kapan. Allah hanya menyuruh manusia
ِّ ِ اُطْلُبُ وا الْعِْل َم َولَ ْو ب: قال رسول اهلل ص لّى اهلل عليه وس لّم: عن انس رضي اهلل عنه قال
َ الص نْي
39 )
(رواه ابن ادي و البيهقي
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu “prestasi” dan
sebagainya)”.40
sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
lingkungannya”.41
inderanya.44
suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.45
sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan.
a. Penilaian Formatif
b. Penilaian Sumatif
2. Jenis-jenis Prestasi Belajar
belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang
berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh
ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar
siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah
maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa
untuk lebih spesifiknya, dapat dijabarkan ketiga ranah kognitif, afektif dan
(kategori 2-6).
1) Pengetahuan (knowledge)
dan sebagainya.48
makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari. 50 Pemahaman juga
3) Aplikasi (Application)
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau
4) Analisis (Analysis)
5) Sintesis (Synthesis)
pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu
6) Evaluasi (Evaluation)
yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas
atau manfaatnya.59
sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari
aspek :
1) Penerimaan (Receiving/Attending)
2) Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.
tanggapan.62
3) Penghargaan (Valuing)
sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten
4) Pengorganisasian (Organization)
nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai
mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak
begitu penting.65
value complex)
berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes tanpa
harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal
latihan.69
Demikianlah tiga ranah yang harus dimiliki oleh siswa sebagai ciri
kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang dirangkum dalam nilai raport siswa
belajar siswa pada mata pelajaran fiqih dalam penelitian ini, dapat dilihat
karena itu, apabila siswa belum berhasil, maka guru perlu mengadakan
remedial.
keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek, yakni :
a. Aspek fisiologis
Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta
membekas.
b. Aspek psikologis
lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam
2) Sikap siswa
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang, dan
Dalam hal ini, sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah
3) Bakat siswa
4) Minat siswa
bidang tertentu.72
a. Faktor-faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor
3. Faktor-faktor instrumental
faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya : seorang siswa
mendapat dorongan positif dari orang tua atau gurunya (faktor eksternal)
siswa yang berprestasi tinggi, rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini,
1
Jhon M. Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta:
PT. Gramedia, 1996), hlm. 449.
2
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), hlm. 105.
3
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 45.
16
Mungin Eddy Wibowo, Ibid.
17
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar
Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2007), hlm. 46.
18
Jufrisyahruddin, Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki Guru, /http://
jufrisyahruddin. wordpress.com/ 2007/07/18/ empat–kompetensi–yang-harus-
dimiliki-guru/
19
Tim Instruktur, Op. Cit, hlm 19.
20
Saliman, Standar Kompetensi Guru - Presentation Transcript
http://www.slideshare.net/guestc6f390/standar-kompetensi-guru/
21
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Op. Cit, hlm. 45-46.
22
Tim Instruktur, Op. Cit, hlm. 22
23
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Op. Cit, hlm. 103.
24
Mansur, dkk, Materi Pokok Pembinaan Kompetensi Guru Agama
Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan
Universitas Terbuka, 1996), hlm. 91.
25
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Op. Cit, hlm. 65.
26
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Ibid, hlm. 67.
27
Tim Instruktur, Op. Cit, hlm. 23.
28
Tim Instruktur, Ibid, hlm. 21.
29
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hlm. 119-120.
30
Interaksi Belajar,
http://beni64.wordpress.com/2008/12/30/keterampilan-mengadakan-variasi-gaya-
mengajar/. << on: mey 25, 2011, 10:35:34 am >>
31
Interaksi Belajar,
http://www.jambiekspres.co.id/index.php/guruku/2506-pentingnya-guru-
menguasai-keterampilan-mengajar.html. << on: mey 25, 2011, 11:05:32 am >>
32
Tim Instruktur, Op. Cit, hal. 24.
33
Pelayanan Binbingan dan Konseling Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=16234. « on: January 29, 2012,
08:52:34 am »
34
Moh. Uzer Usman, Op.cit, hal. 23.
35
Departemen Agama RI, Al Qur’an & Terjemahannya, diterjemahkan
oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, (Semarang, CV Asy Syifa,
1998), hlm. 79.
36
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai
Latar Kehidupan, Bandung, PT Refika Aditama, 2006), hal 8-9.
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996),
69
Cet. Ke-2, hlm. 99-100.
70
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Op.cit,
hlm. 135.
71
Alisuf Sabri, Op. cit, hlm. 84.
72
Muhibbinsyah, Op. cit, hlm. 136.
73
Alisuf Sabri, Op. cit, hlm. 59-60.