BAB II
LANDASAN TEORITIS PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA BIDANG STUDI PAI
A. Profesionalisme Guru
untuk menjalankannya”.1
(expertise) dari para anggotanya Artinya, pekerjaan itu tidak bisa dilakukan
oleh sembarangaorang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), h. 702.
2
Departemen Agama, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan, (Bandung: Rosda Karya,
1992), h. 3.
24
tertentu.3
3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 107.
4
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rusda Karya,
1990), h. 14-15.
5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 230-231.
6
Jusuf Djajadisastra &Sutarja, Pedogik Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung: Pusat
Pengembangan Penataran Guru Tertulis BPG, 1982), h. 116.
25
7
D. Soemarno (eds), Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 2006), h. 35-36.
8
Moh. Uzer Usman, Op.Cit.,, h. 17-19.
26
landasan-landasan kependidikan.
penguasaan kelas.9
kurikulum yang berlaku. Penguasaan bahan ajar ini menjadi bekal bagi
guru untuk mengajar dan mendidik dengan tepat, mantap dan percaya
diri, guru yang tidak menguasai substansi dengan baik sukar diharapkan
9
Ibid., h. 17-19.
27
secara efektif dan efisien penguasaan substansi saja belum cukup, bagi
guru untuk dapat mengajar secara efektif dan efisien. Hal inipun mudah
lain.
Penguasaan teknik evaluasi dengan baik ini juga mutlak diperlukan guru.
10
Ibid., h. 15.
28
Data dan informasi yang akurat dapat menjadi dasar yang akurat dalam
guru tidak menguasai teknik evaluasi dengan baik, tidak mungkin dapat
dalam masyarakat.
d. Penguasaan kelas
cemoohan pula.
1) Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi: penguasaan materi dan kompetensi
berkaitan dengan mata pelajaran yang dibinanya, sesuai dengan
kurikulum yang berlaku, menguasai metodologi mengajar, menguasai
teknik evaluasi dengan baik dan memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilai-nilai moral dan kode etik profesi sebagai guru.
2) Kompetensi kepribadian
Salah satu faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan guru dalam
mengajar, sebagai pembimbing, pembina dan pengarah bagi anak
didiknya yaitu “kepribadian, seorang guru harus mempunyai kepribadian
yang baik sehingga guru sebagai petugas yang terlibat langsung dalam
tugas-tugas pendidikan, di dalamnya terdapat satu arahan untuk
mewujudkan suatu kepribadian yang baik bagi anak didiknya. Sehingga
tidak mengalami kesulitan dalam usaha pembentukan kepribadian
tersebut.
Sebenarnya dalam proses pembentukan kepribadian ada tiga tahap yang
semuannya merupakan tanggung jawab gurudi samping orang tua, ketiga
tahapan itu adalah pembiasaan, pembentukan pengertian, sikap dan
minat, juga pembentukan kerohanian yang luhur.
Tahapan-tahapan pembentukan kepribadian itu dapat diwujudkan
manakala guru sebagai penanggung jawab memiliki kebiasaan
pengertian, sikap dan minat juga kerohanian yang luhur, sehiangga pada
saat itu kepribadian guru sangat menentukan apakah ia menjadi pendidik
dan pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah bagi hari depan anak
didiknya.
3) Kompetensi sosial
Guru dalam pengertian yang terakhirrbukanlah sekedarrorang yang
berdiriidi depan kelassmenyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan
tetapi juga seorang anggotaamasyarakat yang harussikut aktif dan
30
jenis profesi ini mesti dilakukan oleh orang yang kompeten dibidang
sebagai Guru bukan pekerjaan yang dapat dilakukan dengan asal-asalan. Menjadi
guru yang baik harus didukung oleh motivasi yang kuat dari dalam diri seorang
guru dan didukung oleh lingkungan yang menghargai dan menghomati jabatan
memiliki kemampuan dan keahlian khusus, terdidik dan terlatih dengan baik
kaya di bidangnya.
terhadap dunia pendidikan untuk bisa mencetak generasi masa depan yang
12
DPR RI, Undang-Undang guru Dan Dosen No 14 tahun 2005, hal. 5
32
Dari segi etimologi kata motif berasal dari Bahasa Inggris “motive”
c. Menurut Wahjosumidjo
13
Wojowasito, WJS. Poerwadarminto, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Bandung:
Hasta, 1983), h. 119.
14
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Karya, 1996), h. 60.
15
A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV.
Remaja Rosda Karya, 1989), h.99.
16
Wahjusumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, (Jakarta: PT. Galia Indonesia, 1987), h.
174.
33
d. Menurut S. Nasution
adanyaatujuan.18
bahwa motivasi adalah suatu upaya yang terdapat di dalam diri manusia yang
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih
17
S. Nasution, Didaktik Azaz-azaz Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1982), h. 76.
18
Sardiman AM., Interaksi Belajar Mengajar sebagai Motivasi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 73-74.
19
Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1989), h. 78.
34
baik jika si subyek itu mengalami atau melakukan sendiri, jadi tidak
bersifat verbalistik.20
adalah suatu aktifitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
dalam aktivitas belajar. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
20
Sardiman AM., Interaksi Belajar Mengajar sebagai Motivasi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 20.
35
21
Tabrani Rusyan, Penuntun Belajar Yang Sukses, (Jakarta, Nike Karya Jaya 1993), hal
28
36
kegigihan dan kerja keras dalam belajar akan memberikan andil bagi
dipelajari.
22
Tulus Tu’u, Peran Disipilin pada Perilaku Siswa, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), h. 15.
37
dorongan yang kuat pada diri siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh
karena tanpa adanya motivasi dalam belajar tidak akan memperoleh hasil
yang maksimal.23
hasil belajarnya tanpa adanya motivasi. Ini berarti kemampuan intelektual ang
tinggi hanya akan terbuang sia-sia apabila individu yang memilikinya tidak
Di sini jelas bahwa motivasi memiliki fungsi yang sangat besar dalam belajar,
hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Jadi motivasi
merupakan suatu hal yang sangat penting guna tercapainya tujuan pendidikan.
seseorang, sebagimana firman Allah Swt. dalam al- Qur’an surat Ar-Ra’d
ِر ٱهَّلل ۗ ِ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَلQQQۡونَهۥُ ِم ۡن َأمQQQُ ِه َو ِم ۡن َخ ۡلفِ ِهۦ يَ ۡحفَظQQQت ِّم ۢن بَ ۡي ِن يَ َد ۡيٞ َلَهۥُ ُم َعقِّ ٰب
ٓوءٗ ا فَاَلQقَو ٖم ُس ۡ ِ ِهمۡۗ َوِإ َذٓا َأ َرا َد ٱهَّلل ُ بQُوا مَا بَِأنفُ ِس
ْ قَو ٍم َحتَّ ٰى يُ َغيِّر ۡ ِيُ َغيِّ ُر مَا ب
]١١, [سورة الرّعد١١ ال ٍ َم َر َّد لَ ۚۥهُ َو َما لَهُم ِّمن ُدونِ ِهۦ ِمن َو
“Bagi manusiaaada malaikat-malaikat yanggselalummengikutinya
bergiliran, di mukaadan di belakangnya,mmereka menjaganyaaatas
perintahhAllah. Sesungguhnyaa Allah tidakmmerubah keadaannsesuatu
kaummsehingga merekammerubah keadaanyyang ada padaddiri mereka
sendiri. Dan apabila Allahmmenghendaki keburukantterhadap sesuatu
kaum,mmaka tak ada yang dapatmmenolaknya; dan sekali-kali takkada
pelindungbbagi merekaaselain Dia.” (QS. Ar-Ra’d: 11)26
Dengan motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang
baik pula27. Dengan kata lain apabila seserang sudah termotivasi dalam
diinginkan
26
Al-Qur’an in Word
27
Sardiman AM., Op.cit., h.84.
39
jelas.
motivasi itu sendiri. Prestasi yang baik akan sulit dicapai tanpa adanya usaha
yang besar dan didukung oleh dorongan yang kuat. Semakin kuat motivasi
cenderung untuk berlangsung lebih lama dan lebih intensif dari pada
tugas
terselesaikan dan berjalan dengan lancar. Sama halnya dengan peserta didik
28
Sardiman AM., Op.cit., h. 23.
29
Nasution, Op.cit., h. 79.
30
Zakiah Daradjat dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), h. 141.
42
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan
pendidikan.32
31
Sardiman AM., Op.cit., h. 85.
32
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2001), h. 85.
43
dan perkembangannya.33
yanggbersangkutanddenganmmemperhatikan tuntutannuntuk
bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha
sadar, sistematis dan pragmatis berupa bimbingan, latihan dan asuhan yang
agama Islam adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu di mana
belajar yang kondusif bagi siswa sehingga siswa bergairah dan aktif belajar
37
Muhalaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 75.
38
Ibid., h. 76.
45
.
2. Fungsi PAI di SMK Budi Bakti Ciwidey
ini:
keluarga
menghambattperkembangannyammenuju manusiasseutuhnyaa
sebagai dasar acuan untuk memberikan pelajaran bagi setiap umat manusia.
1. Al-Qur’an
dalam al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu berhubungan
menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik berupa
pendidikan itu, dalam ayat al-Qur’an di bawah ini kita sebagai orang
ۡقَة ِّم ۡنهُمٖ ِّل فِ ۡرQفَر ِمن ُك َ َلَواَل ن ۡ َُوا َكٓافَّ ٗۚة ف َ Qُكَان ۡٱل ُم ۡؤ ِمن
ْ ون لِيَنفِرQ َ َومَا
ۡو ْا ِإلَ ۡي ِهمۡ لَ َعلَّهُمQ
ٓ Qقَو َمهُمۡ ِإ َذا َر َج ُع ْ ِذرQ ِّين َولِيُن
ۡ ُوا ِ دQ ُوا فِي ٱلْ ة لِّيَتَفَقَّهٞ َطَٓاِئف
]١٢٢, [سورة التوبة١٢٢ ُون َ يَ ۡح َذر
39
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT. Rosdakarya, 2005), cet. ke-2, h. 135.
47
Agama Islam.
2. As-Sunnah
Sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah. Sunnah berisi petunjuk untuk
yang seutuhnya. Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama.
3. Ijtihad
landasan kerja untuk memberi arah lagi programnya. Maka dari itu
karena Islam adalah Agama yang memiliki dasar hukum yang kuat dan
bersifat fleksibel.
Sunnah yang diolah akal yang sehat dari para ahli pendidikan agama
hidup.43
41
Dr. Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 19-20.
42
Dra. Zuhalairi, dkk., Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 153.
43
Dr. Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 21.
49
jenjanggpendidikannyang lebihhtinggi.
pokok, yaitu: Al-Quran Hadits, keimanan, akhlak, fiqh dan bimbingan ibadah
serta tarikh yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu
44
Muhalaimin MA., dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: CV. Citra Media, 1996),
cet. ke-1, h. 2.
50