BAB II
LANDASAN TEORETIK
A. Deskripsi Teori
1. Kompetensi Guru
layak”.4
adalah:
1
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, Cet.
Ke-15, h. 14
2
Ibid.
3
Ibid, h. 6
4
Ibid, h. 14
10
2) Berpikir alternatif.
3) Kemantapan dan integritas pribadi.
4) Adil, jujur dan objekktif.
5) Ulet dan tekun bekerja.
6) Berusaha mendapatkan hasil kerja terbaik.
7) Simpetik, menarik, luwes, bijaksana dan sederhana.
8) Bersifat terbuka, kreatif dan berwibawa.
b) Kompetensi Profesional, yaitu guru mampu:
1) Menguasai bahan-bahan studi.
2) Mengelola program balajar mengajar.
3) Mengelola kelas.
4) Mengelola dan memanfaatkan media pendidikan.
5) Menilai prestasi belajar mengajar.
6) Memahami prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di
sekolah.
7) Terampil memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa.
8) Menguasai metode berfikir.
9) Meningkatkan profesionalnya.
10) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
11) Memahami karakteristik siswa.
12) Menyelenggarakan administrasi sekolah.
13) Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan.
14) Berani mengambil keputusan.
15) Memahami kurikulum dan perkembangannya.
16) Bekerja berencana dan terprogram.
17) Menggunakan waktu secara tepat.
c) Kompetensi Sosial
1) Terampil brkomunikasi dengan siswa.
2) Bersifat simpatik.
3) Dapat bekerja sama dengan BP3.
4) Pandai bergaul dengan kawan dan mitra pendidikan.7
Guru yang terampil mengajar harus pula memiliki pribadi yang baik dan
tersebut terpadu dalam tingkah laku. Dalam menjalankan tugas dan kewajiban
7
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991, h-h. 13-15
12
Pada dasarnya ketiga kompetensi di atas harus dimiliki oleh seseorang guru.
Maka dari itu, dari kompetensi di atas dalam penulisan penelitian penulis
tekankan pada 6 hal yang merupakan bagian dari kompetensi professional guru.
3) Mengelola kelas.
Yang dimaksud dengan menguasai bahan bidang studi adalah “ Seorang guru
Zakiah Daradjat menguasai bidang studi yaitu guru harus mengetahui arti dan isi
bidang studi yang akan diajarkan.9 Bidang studi berisi kumpulan dari pokok
8
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Op. Cit, h. 85
9
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, h. 63
13
studi adalah guru menguasai dan mampu untuk menyampaikan dari isi bahasan
merupakan yang paling langsung dihadapkan kepada anak didik dalam proses
yang akan dicapai siswa/santri setelah mereka mempelajari materi yang disajikan.
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas
bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan
dengan satu tujuan, tetatpi guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya
10
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Op. Cit, h. 53
11
Ibid, h. 85
14
dalam membuka pelajaran, kegiatan inti dalam menyajikan bahan pelajaran dan
dikuasai.
3) Mengelola Kelas
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efesien, ketika kelas terganggu, guru
dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat
12
Moh. Uzer Usman, Op. Cit, h. 97
13
Ibid.
14
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, h. 11
15
Fungsi media dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebagai alat yang
peserta didik. Media tidak hanya terbatas pada perangkat keras (TV, radio, tape
recorder, computer dan lain-lain), akan tetapi media dapat juga berbentuk
harus dimiliki oleh guru dalam kaitannya dengan keteranpilan memilih media. Di
yang cukup dominan. Kegiatan interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka
transfer ilmu ini akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara
komponen yang satu dengan yang lainnya. Ada beberapa komponen dalam
pendidik, murid sebagai yang dididik, alat-alat yang dipakai, situasi dalam dan
komponen tersebut di atas harus saling mendukung dan bekerja sama. Sehingga
dalam hal ini yag menjadi tugas pokok guru adalah bagaimana mendesain dari
belajar mengajar yang lebih dinamis untuk mencapai tujuan yang duharapkan.
penilaian itu berarti suatu tindakan untuk menetukan segala sesuatu dalam
ini pada stiap unit pelajaran. Beberapa aktivitas yang perlu dilakukan oleh guru
atau ustadz/ustadzah dalam menilai pencapaian siswa atau santri selama proses
15
Ibid, h. 63
17
Kemampuan dapat diartikan juga sebagai kompetensi, yaitu ”suatu hal yang
angka maupun dalam huruf untuk menuju suatu kemajuan dalam berbagai hal.
Santri adalah orang yang mendalami agama Islam; orang yang beribadat
dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh.19 Santri juga diartikan sebagai murid
atau siswa. Jadi pengertian santri di atas dapat disimpulkan bahwa santri adalah
orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadat dengan sunggu-
16
Syaifuddin Nurdin dan M. Basyruddin Usman, Guru Profesional dan implementasi
Kurikulum, Ciputas Pers, Jakarta, 2002, h-h. 113-114
17
Moh. Uzer Usman, Op. Cit, h. 4
18
Imanuddin Ismail, Pengembangan Kemampuan Belajar Pada Anak-Anak, Bulan Bintang,
Jakarta, 1980, h. 10
19
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Amelia, Surabaya, 2005, h. 315
18
melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga
kegiatan yang tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi menerjemah simbol tulis ke
dalam bunyi atau kata-kata lisan dan sebagai suatu peoses berpikir, membaca
dalam melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga
melibatkan aktifitas visual atau proses menerjemah simbol tulis de dalam bunyi,
Al-Qur’an asal kata dari Qur’an, yaitu ”bentuk masdhar dari kata kerja
Alloh SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang memiliki
20
Farida Rahim, Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar, Bumi Aksara, 2005, h. 2
21
Ibid, h. 3
22
Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat
Press, Jakarta, 2002, h. 4
19
yang ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat An-Nas”.23
Alloh SWT yang berbahasa arab dan maknanya yang benar yang diturunkan
Muhammad SAW, tidak hanya dinamai Al-Qur’an, tetapi juga dinamai dengan:
”1). Al Kitab. Lafadh ”Al Kitab” lebih banyak dipakai dalam Al Mushhaf. Dia
23
Ibid, h. 5
24
Abuddin Nata, Al-Qur’an Dan Hadits, Diterbitkan Dalam Rangka Kerjasama Dengan
Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan (LSIK), Jakarta, 1993, hal-hal. 55-56
25
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an Tafsir, Bulan Bintang,
Jakarta, 1980, h. 20
20
2) Dinamai dengan Al Furqan adalah karena dia menceraikan yang benar dari
yang salah atau membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
kebengkokan di dalamnya”.28
4) Dan dinamai “Adz Dzikr”, adalah karena dia suatu peringatan daripada Alloh.
merupakan wahyu Alloh menjadi bacaan secara lisan. Sehingga untuk dapat
mampu dalam membaca Al-Qur’an maka Toyib Hamdani mengutip dari pendapat
Asifika Djarman ”ada tiga hal pokok yang harus diajarkan dalam belajar bacatulis
Al-Qur’an yatiu (1) makhraj huruf (2) kalimat dan tanda-tanda baca (3) tajwid.”30
Dasar perintah untuk membaca Al-Qur’an tertera dalam Al-Qur’an Surat Al-
28
Ibid, h. 443
29
Ibid, h. 391
30
Toyib Hamdani, Hubungan Antara Peran Guru Dengan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an
Anak Didik TPA Miftahul Huda, tp, 2002, h. 19
22
“atau lebih dari saperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan”.31
dapat mendegarkan dengan baik dan tidak menyimpang dari ilmu tawid. Karena
jika menyimpang dari ilmu tersebut, maka akan menyimpang pula dari
melaksanakan belajar dan mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain dan yang
mengajarkannya
1) Makhraj Huruf
adalah tata cara membaca Al-Qur’an yang telah ditentukan tata caranya dalam
a) Huruf م- ب-( وWawu-Ba’-Mim) keluar dari kedua bibir kalau wawu
bibirnya terbuka sedang Ba’ dan Mim bibirnya rapat.
b) Huruf ( فFa’) keluar dari bibir sebelah dalam bawah dan ujung lidah
depan.
c) Huruf ( كKaf) keluar dari pangkal lidah, tetapi di bawah makhraj Qaf.
d) Huruf ( قQaf) keluar dari pangkal lidah.
e) Huruf ( صShad) keluar dari samping lidah dan geraham kanan dan kiri.
f) Huruf ج- ش- ( يJim-Syin-Ya’) keluar dari tengah lidah dan tengahnya
langit-langit sebelah atas.
31
Departeman Agama Republik Idonesia, Op. Cit, h. 988
32
Ahmad Soenarto, Pelajaran Tajwid Praktis Dan Lengkap, Bintang Terang, Jakarta, 1988, h.
76
23
g) Huruf ط- ذ-( تTha’-Dal-Ta’) keluar dari ujung lidah dan pangkal gigi
depan sebelah kanan.
h) Huruf ظ- ذ- (ثZha’-Dzal-Tsa’) keluar dari ujung lidah dan ujung gigi
depan sebelah atas serta terbuka.
i) Huruf ض- ز- ( سDlad-Za’-Sin) keluar dari ujung lidah di atas gigi
depan atas dan bawah.
j) Huruf خ- ( غKha’-Ghin) keluar dari uung tenggorokan.
k) Huruf ح- ( عHa’-‘Ain) keluar dari tengah tenggorokan.
l) Huruf ء- ( هاHamzah-Ha’) keluar dari pangkal tenggorokan.
m) Huruf ( لLam) keluar dari antara lidah samping kanan atau kiri dan gusi
sebelah depan.
n) Hurf ( نNun) keluar dari ujung lidah di bawah makhraj lam
o) Huruf ( رRa’) keluar dari ujung lidah agak ke depan dan agak masuk ke
punggung lidah.33
2) Tanda baca
yaitu:
3) Tajwid
33
Ibid, h-h. 77-78
34
Abdul Mujib Ismail dkk, Pedoman Ilmu Tajwid, Karya Aditama, Surabaya, 1995, h. 33
24
segala pegertian tentang huruf, baik ha-hak huruf ( haqqul harf) maupun
dipenuhi, yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum madd, dan lain
sebagainya”.35
bacaannya”.36
b) Qalqalah yang hurufnya ada lima yaitu ”qaf ( ), tha’ ( ), ba’ ( ), jim (
), dan dal ( )”.38 Sebagai contoh qalqalah yaitu qalqalah Shughra, yaitu
”terjadi pada dua kondisi apabila huruf qalqalah: 1.bersukun ashli
2.bersukun di tengah kalimat. Cara pengucapan qalqalah ialah dengan
menekan kuat makhraj huruf dari huruf qalqalah yang bersukun
tersebut sehingga suaranya memantul dengan pantulan yang kuat dan
jelas. Untuk huruf qaf dan tha’ pantulannya mendekati suara ”o”
karena kedua huruf ini tersifati oleh Isti’la, sedangkan untuk huruf
lainnya akan terdengar mendekati suara ”e”, bahkan suara inipun
cenderung berubah-ubah tergantung pada harakat dari huruf sebelum
dan sesudahnya. Adapun contoh-contoh Qalqalah Shughra adalah
sebagai berikut:
Jadi dalam penelitian ini peserta didik atau siswa diukur melalui tes
37
As’ad Humam, Cara Cepat Belajar Tajwid Praktis, Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus
“AMM”, Yagyakarta, 2002, h. 7
38
Ibid, h. 129
39
Ibid, h.-h. 130-131
26
kemampuan maka digunakan tes sebagai alat untuk mengukur seberapa jauh
termasuk cara membacanya telah dapat pengakuan dari Rasulullah SAW yang
dan para ulama serta generasi-generasi penerus di zaman yang akan datang.
Di Indonesia sendiri saat ini berdiri puluhan ribu tempat pengjaran Al-Qur’an.
kemudian berbalik justru kini muncul di daerah perkotaan. Oleh karena itu
41
http://ahmadiftahsidik.blogspot.com/2009/03/sejarah-pengajaran-al-quran-ii.html
42
Ibid.
28
adalah di mesjid atau yang kini dikenal dengan sebutan TPA( Taman
ilmu agama khususnya kemampuan dalam membaca serta memahami isi Al-
Qur’an, shalat, menghafal surat-surat pendek serta doa sehari-hari dan lain
sebagainya.
dini, serta pendidikan dasar, TPA, atau Taman Pendidikan Al-Qur’an, yang
43
http://hmnurfauzanahmad.blogspot.com/2009/04/gerakan-taman-pendidikan-al-qur’an-dan-
permasalahannya
44
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan#Pendidikan_nonformal
29
sebagai berikut:
Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah,
pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh
kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.47 Guru yang kompeten
akan lebih mampu mengelola sehingga belajar para siswa atau santri berada pada
tingkat yang optimal. Seorang guru yang profesif harus mengetahui dengan pasti
kompetensi apa yang ditentukan oleh masyarakat dewasa ini bagi dirinya.
seorang guru dalam mengajar akan dilihat dari kehidupan beragama Islam. Ini berarti
45
Pimpinan Wilayah Lembaga Pendidikan Ma’arif Jawa Timur, Op. Cit, h. 4
46
Ibid.
47
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Bumi Aksara,
Jakarta, Cet. Ke-3, 2004, h. 36
30
guru harus mampu mengajarkan materi dan memberi contoh karena kompetensi guru
Hasil kemampuan santri mambaca akan dicapai dengan baik jika faktor-faktor
kemampuan santri membaca adalah guru. Oleh karena itu, guru atau ustadz/ustadzah
pengaruh yang erat antara Studi Kompetensi Guru terhadap Kemampuan Santri
sehingga kemampuan santri membaca yang dicapai juga akan menjadi baik.
1. Kerangka Pikir
48
Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian, Ramayana Pers dan STAIN Metro, Jakarta Timur-
Metro, 2008, h. 57
31
Guru baik, maka Kemampuan Santri Membaca akan baik, begitu juga sebaliknya
kurang.
2. Paradigma
Paradigma adalah “suatu cara pandang atau sudut pandang yang digunakan
oleh sekelompok orang untuk mengetahui atau mengamati suatu gejala sehingga
bersangkutan”.49
Baik Baik H
I
P
Kompetensi Sedang Kemampuan Cukup O
Guru Santri T
Membaca E
S
Rendah Kurang I
S
C. Rumusan Hipotesis
sementara dari masalah yang ada dalam penelitian di mana peneliti masih harus
Berangkat dari pengertian hipotesis di atas dan melihat hasil prasurvey maka
2009/2010.
Jadi setelah penulis menuliskan hipotesis Ha dan Ho, maka yang dijadikan
hipotesis sebagai penelitian penulis adalah Ha yaitu Ada Pengaruh Kompetensi Guru
Raman Endra Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur Tahun Ajaran
2009/2010.
51
Edi Kusnadi, Op. Cit, h. 59