Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Guru adalah pendidik professional

dengan tugas utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia

dini jalur pendidikan formal. Pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Dengan demikian jelaslah bahwa sebagai tenaga professional guru diharuskan

untuk memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas

pendidik dan pengajarannya.

Guru adalah penuntun masa depan kita dalam proses belajar

mengajar. Karena guru lah yang berinteraksi langsung dengan siswa di dalam

kelas. Gurulah yang memegang peranan yang sangat penting dalam membuat

siswa mengerti dan paham mengenai mata pelajaran yang diajarkan. Sekolah

sebagai institusi pendidikan membutuhkan guru yang tidak hanya berfungsi

sebagai pengajar yang mengajarkan mata pelajaran tertentu kepada peserta

didiknya tetapi juga sebagai pendidik yang memberikan bekal pengetahuan

kepada siswanya mengenai etika, kemampuan untuk survive dalam hidup,

moral,empati,dan sebagainya. mengarahkan dan membimbing para murid

agar semakin meningkat pengetahuannya, semakin mahir keterampilannya

dan semakin terbina dan berkembang potensinya. Sedangkan tugas pokok

pendidik adalah mendidik dan mengajar. Mendidik ternyata tidak semudah

mengajar. Dalam proses pembelajaran pendidik harus mampu mengilhami

1
peserta didik melalui proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik

sehingga mampu memotivasi peserta didik mengemukakan gagasan-gagasan

yang besar dari peserta didik. Pada bagian lain, pendidik harus memiliki

krakteristik profesional, yakni; pertama, komitmen terhadap profesionalitas,

kedua, menguasai dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsi

ilmu dalam kehidupan, mampu menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya,

ketiga, mendidik dan menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan

berkreasi, mengatur dan memelihara hasil kreasinya supaya tidak

menimbulkan malapeta bagi diri, masyarakat dan lingkungannya, keempat,

mampu menjadikan dirinya sebagai model dan pusat anutan, teladan, dan

konsultan bagi peserta didiknya, kelima, mampu bertanggungjawab dalam

membangun peradaban di masa depan.

Ukuran ideal seorang guru sangat tergantung pada kemampuan dan

pengalaman intelektulitasnya. Guru harus memiliki skill labour yaitu

tenaga terdidik atau terlatih dengan kebiasaan-kebiasaan baik, sehingga

mampu menyesuaikan diri dengan subjek didik. Guru merupakan figur dalam

penyuksesan pendidikan bagi anak didik. Tidak cukup hanya saja, bahkan

guru dituntut harus memiliki akhlak yang baik seperti diajarkan oleh

Rasulullahsaw. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-

Ahzab :21.1

1 QS. Al-Ahzab [ 33 ] : 21.

2
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada(diri) Rasulallah itu
suri teladan yang Baik bagimu.2

Jika seorang pendidik mempunyai karakter seperti di atas, akan

disenangi oleh peserta didik, dengan sendirinya akan disenangi ilmu yang

diajarkannya. Banyak siswa yang membenci suatu ilmu atau materi

pelajaran karena watak guru yang keras, akhlak guru yang kasar dan cara

mengajar guru yang sulit. Di pihak lain, banyak pula siswa yang menyukai

dan tertarik untuk mempelajari suatu ilmu atau mata pelajaran, karena cara

perlakuan yang baik, kelembutan dan keteladanannya yang indah. Tugas

ini merupakan suatu pekerjaan yang berat dan sulit dicapai oleh seseorang,

apabila ia tidak mempunyai karakter pendidik. Seorang pendidik

mempunyai sifat-sifat terpuji dan mampu menyesuaikan diri baik dengan

peserta didik maupun dengan masyarakat.

Sikap seperti inilah barangkali yang diketengahkan al-Quran.Guru

dituntut memiliki kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subjek

didik. Kualitas seorang guru itu dapat diukur dari moralitas, bijaksana, sabar

dan menguasai bahan pelajaran ketika beradaptasi dengan subjek didik.

Sejumlah faktor itu membuat dirinya mampu menghadapi masalah-masalah

2 QS.

3
sulit, tidak mudah frustasi, depresi atau stress secara positif atau konstruktif,

dan tidak destruktif.

Karakter kependidikan yang berlandaskan pada pendekatan nilai-

nilai Al-Quran saat ini jauh sebagaimana diharapkan. Banyak dari pendidik

hanya menonjolkan aspek kemampuan intelektualitas belaka (cognitive) dan

meninggalkan nilai-nilai etika (affective domain). Hal ini tidak sesuai dengan

nilai-nilai pendidikan yang diajarkan Al-Quran, yang mengajarkan

keseimbangan dalam segala hal. Sistem pendidikan yang baik adalah sistem

pendidikan yang dapat memadukan tiga aspek tersebut dengan cara

mentransferkan pengetahuan serta mewariskan nilai-nilai bagi peserta didik

dan generasi selanjutnya. Maka keharusan melahirkan kalangan yang dapat

berperan sebagai medium (pendidik) dalam proses pentransferan ilmu, itu

kemudian menjadi suatu keniscayaan.

Maka dari itu peneliti ingin membahas tentang kompetensi guru yang

harus dmiliki oleh setiap guru.Dalam skripsi ini akan membahas dan

mengulas tentang criteria sebagai seoarng guru yang berkompetensi dan

menjadi suri teladan bagi peserta didiknya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :


1) Apa yang di maksud dengan kompetensi guru ?
2) Bagaimana konsep kompetensi guru yang terdapat dalam Al-Quran

surat Al-Qalam ayat 4 ?


3) Bagaimana pentingnya kompetensi kepribadian yang terdapat pada surat

al-qalam ayat 4 terhadap guru ?

4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kompetensi kepribadian

guru pada Surat Al-Qalam ayat 4.


2. Untuk mengetahui bagaimana konsep kompetensi kepribadian guru yang

terdapat dalam surat Al-Qlam ayat 4.


3. Untuk mengetahui pentingnya kompetensi kepribadian bagi guru dalam

surat Al-Qalam ayat 4.


D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Secara teoritis
a. Dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi masyarakat,khusus bagi guru ,

dan para pelajar terhadap guru yang ideal.


b. Dapat berguna bagi para ilmuan dalam rangka mengembangkan konsep-

konsep dalam mengembangkan kegiatan yang terkait dengan kompetensi

guru serta profesionalisme dalam mengajar.


c. Menjadi khazanah ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan referensi atau

rujukan bagi penelitian lain.


2. Secara praktis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi seluruh guru yang

mengajar di sekolah maupun non sekolah dengan kata lain,peneliti ini di

anggap penting uutuk memberikan gambaran tentang kompetensi guru

dan profesionalisme guru dalam mendidik siswa.


a. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi ksalahan dalam memahami dan menafsirkan judul, maka

penulis memandang perlu mengemukakan batasan istilah, yaitu sebagai

berikut:

5
1. Konsep adalah rencana yang di tuangkan dalam kertas,rancanagan,

dan sebagainya.dalam pengertian yang lain konsep adalah ide atau

pokok yang di abstrakkan dari peristiwa konkret.3


2. Kompetensi di definisikan sebagai sekumpulan pengetahuan,

keterampilan sikap, dan nilai kinerja yang berpengaruh terhadap

peran, perbuatan, prestasi, serta pekerjaan seseorang.Menurut istilah

yang lain kompetensi merupakan karakteristik mendasar seseorang

yang berhubungan timbal balik dengan suatu kriteria efektif dan atau

kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjaan atau keadaan.4


Guru yang dikatakan berkompeten adalah guru yang menguasai

kecakapan dan keahlian selaras dengan tuntunan bidang kerja yang

bersangkutan.
3. Al-Quran adalah kitab suci umat islam yang berisi firman Allah

S.W.T yang di turunkan kepada nabi Muhammad S.A.W dengan

perantara malaikat Jibril untuk dibaca, di pahami, dan di amalkan

sebagai pedoman atau petunjuk hidup bagi umat islam.

E. Telaah Pustaka
1) Skripsi : Rakhman Khakim pada Tahun 2008 yang berjudul

Kompetennsi kepribadian guru dalam pendidikan islam. 5 Dalam

skripsi ini, ia mengupas bagaimana akhlak seorang guru dan siswa

3 Samsuri Hamzan, ( Surabaya, Timmy Gedion, 2006 ), hlm.372.

4 Ella Yulaelawati, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Pakar Raya, 2007 ), hlm.16.

5 Rakhman Khakim, Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Pendidikan Islam,


(Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008) hlm.10.

6
dalam pendidikan islam, sedangkan penulis memfokuskan pada

kompetensi guru pada Surat Al-Qlam ayat 4 yaitu Dan

sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.


2) Skripsi : Listiawati pada tahun 2002 yang berjudul Idealisasi

kepribadian Guru PAI.6 Skripsi ini memaparkan tentang profil

guru dan kpribadian guru PAI dalam Konteks historis, budaya,

profesional dan hakekat serta urgensi kepribadian guru PAI serta

pembentukan guru PAI yang ideal. Tampak jelas bahwa dalam

penelitian yang penulis lakukan lebih fokus pada pengkajian

konsep Al-Quran dalam Surat Al-Qalam yang membahas tentang

kepribadian guru.
3) Skripsi : Pahrurrozi pada tahun 2009 yang berjudul Peranan

Kompetensi Kepribadian Guru dalam membina Akhlak MI Nurul

Hidayah Juring Praya Lombok Tengah. Skripsi ini memaparkan

tentang membina akhlak dan nilai-nilai dan prilaku guru maupun

siswa di sekolah dan lingkungan masyarakat. Namun peneliti disini

menjelaskan tentang kompetensi guru yang di fokuskan pada tabiat

Rasulallah yang nantinya akan menjadi figur bagi guru-guru yang

lain.7
F. Kerangka Teori

6 Listiawati, Idealisasi Kepribadian Guru PAI, ( Skripsi, Fakuitas Tarbiyah UIN


SunanKalijaga, Yogyakarta, 2002), hlm. 9.

7 Rakhman Khakim, Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Pendidikan Islam, (Skripsi,


UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009) hlm.60.

7
8
Squire, huitt & Segars ( 1983 ) mengemukakan bahwa guru yang

efektif yaitu guru yang mampu menciptakan wahana bagi siswa untuk

mendemostrasikan secara konsisten prestasi level tinggi ( High Level of

achievement ) dituntut memiliki tiga area kehlian, yaitu :


1. Perencanaan, yaitu penciptaan kondisi kesiapan bagi aktivitas kelas.

Perencanaan di maksud mencakup satuan acara pembelajaran, media dan

sumber pembelajaran,dan pengorganisasian lingkungan belajar.


2. Manajemen, yaitu berupa kwmampuan guru dalam mwngwndalikan

prilaku siswa. Semakin besar jumlah golongan belajar,semakin banyak

sumber daya yang di gunakan. Semakin berat materi atau bahan

ajar,semakin di tuntut kemampuan manajemen kelas dari kalangan guru.


3. Pengajaran, yaitu kemampuan guru dalam menciptakan kondisi dan

membimbing siswa dalam belajar. Prakarsa ini amat terasa pada proses

pembelajaran yang diindividdulisasikan dan beragamnya latar belakang

sosiologikal siswa.
Selain guru dituntut untuk memilki keahlian dalam mengajar, guru juga di

haruskan mempunyai adab ketika mengajar muridnya,adapun adab dalam

mengajar adalah sebagai berikut :


a) Sorang guru hendaknya berniat mencari ridho allah S.A.W. dalam

mengajar.
b) Hendaklah ia menunjukkan akhlak-akhlak baik yang dijelaskan di dalam

syariat dan membiasakan perilaku-perilaku yang terpuji serta

memperlihatkan sifat-sifat mulia yang di perintahkan oleh Allah S.W.T.


c) Hendaklah ia menjauhkan diri dari hal-hal yang makruh dan mubah yang

tidak perlu di depan murid-murid.

8 Sudarman Danim, Inovasi Pendidikan, ( Bandung: Pustaka Setia, 2002 ), hlm.185

8
d) Seorang guru hendaknya bersikap lemah lembut kepada orang yang

menimba ilmu kepadanya.


e) Hendaklah ia mengasihi orang yang menimba ilmu kepadanya dan

kemaslahatan anaknya dan kemaslahatan dirinya.


f) Hendaklah ia berusaha keras untuk bisa mengajar murid-muridnya dengan

mengalahkan kepentingan pribadinya yang tidak primer.hendaklah ia

memberikan ilmu kepada tiap-tiap muridnya secara profesional.


Alternatif upaya meningkatkatkan kemampuan pribadi guru

sepatutnya di dasarkan atas kesadaran para guru itu sendiriuntuk

meningkatkan kemampuan pribadi.Tumbuhnya kesadaran pribadi ini lebih

berarti di bandingkan berbagai upaya yang tidak di dasarkan atas

kesadaran.Adanya kesadaran diri dapat menimbulkan dorongan kuat untuk

peningkatan kemampuan sedangkan dorongan yang muncul dari dalam diri

memberi dampak kepada keberhasilan upaya yang dilakukan.9


Oleh sebab itu, di dalam pasal 28 UU 14 tahun 2005 ada beberapa

kompetensi atau kemampuan yang harus di miliki oleh guru, yaitu :


1. Kompetensi Profesional

Kompetensi ini merujuk pada kemampuan guru untuk menguasai

materi pembelajaran.Guru harus memiliki pengetahuan yang baik

mengenai subyek yang di ajarkan. Dalam buku Pendidikan Guru

Oemar Hamalik ( 2008 : 28 ) mengemukakan tugas

seorang guru professional antara lain yaitu

a. Bertindak sebagai model bagi para anggota lainnya.

b. Merangsang pemikiran dan tindakan

9 Sumiati, Metode Pembelajaran, ( Bandung: CV.Wacana Prima, 2007 ), hlm.241.

9
c. Memimpin perencanaan dalam mata pelajaran atau

daerah pelajaran tertentu.

d. Memberikan nasihat kepada executive teacher sesuai

dengan kebutuhan tim.

e. Membina/memelihara literature professional dalam daerah

pelajarannya.

f. Bertindak atau memberikan pelayanan sebagai manusia

sumber dalam daerah pelajaran tertentu dengan referensi

pada in-service, training dan pengembangan kurikulum.

g. Mengembangkan file sumber kurikulum dalam daerah

pelajaran tertentu dan mengajar kelas-kelas yang paling

besar.

h. Memelihara hubungan dengan orang tua murid dan

memberikan komentar atau laporan.

i. Bertindak sebagai pengajar dalam timnya.

Di dalam Al-Quran Allah S.W.T berfirman QS.Al-Imron Ayat 79 :

Artinya : Tidak wajar bagi seseorang manusia yang


Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu

10
dia Berkata kepada manusia: " Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan
tetapi (Diaberkata): " Hendaklah kamu menjadi orang-orang
rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan
disebabkan kamu tetap mempelajarinya.10

Guru hendaknya bersifat Rabbani artinya sebagai guru hendaknya

mempunyai ilmu yang banyak dan taqwa kepada Allah S.W.T. Karena guru

merupakan suri teladan bagi peserta didik.

Adapun ruang lingkup kompetensi profesional sebagai berikut :

a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik

filosofi,psikologis,sosiologis dan sebagainya.


b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajarsesuai taraf

perkembangan pserta didik.mampu menangani dan mengebangkan

bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.


c) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang

bervariasi.
d) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat mediadan

sumber belajar yang relevan.


e) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
f) Mampu melaksananakan
2. Kompetensi Pedagogik.

Sedangkan kompetensi ini merujuk pada kemampuan guru untuk

mengelola Proses belajar mengajar, termasuk didalamnya perencanaan dan

pelaksanaan, evaluasi hasil belajar mengajar dan pengembangan siswa

sebagai individu-individu. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan

10 QS. Al-Imron [3] : 79.

11
Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurangkurangnya

meliputi:

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;

b. Pemahaman terhadap peserta didik;

c. Pengembangan kurikulum atau silabus;

d. Perancangan pembelajaran;

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran;

g. Evaluasi hasil belajar; dan

h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

3. Kompetensi Keperibadian.

Kompetensi ini mengkaji dedikasi dan loyalitas guru.Mereka harus tegar,

dewasa, bijak, dapat menjadi contoh bagi para siswa dan memiliki

keperibadian mulia.Dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,

sosial, dan kebudayaan nasional indonesia. Kompetensi kepribadian

sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

a. beriman dan bertakwa;

b. berakhlak mulia;

c. arif dan bijaksana;

d. demokratis;

e. mantap;

12
f. berwibawa;

g. stabil;

h. dewasa;

i. jujur;

j. sportif;

k. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;


Sesuai dengan firman Allah SWT. Pada Surat Al-
11
Qalam Ayat 4 yang berbunyi :


Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-
benar berbudi pekerti yang agung.

Bahwasanya Nabi Muhammad SAW adalah sesosok

suri teladan bagi umatnya yang sangat dan patut di

contoh oleh para guru. Karena beliau memiliki budi pekerti

yang agung. Ketika seorang guru mengajar maka harus

memilki kepribadian yang baik sebagai contoh kepada

para peserta didiknya.


Selain itu juga terdapat ayat yang berkaitan masalah

kompetensi kepribadian pada surat Luqman ayat 13 yang

berbunyi :

Artinya : Pendidik haruslah seorang yang beriman


sehingga guru dapat menanamkan keimanan kepada pendidik
dan tidak syirik

11 QS. Al-Qalam [ 68 ] : 4

13
Kesimpulan akhlak Beliau adalah seperti yang dikatakan oleh

Aisyah radhiyallahu 'anha, Kaana khuluquhul Quraan, (artinya:

Akhlak Beliau adalah Al Quran). Beliau melakukan apa yang disebutkan

dalam Al Quran seperti pada Surat Al Araaf: 199. 12

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang


mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari or ang-orang
yang bodoh.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu


berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya. 13

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari


kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.14

Dan ayat-ayat lainnya yang menyebutkan sifat-sifat Beliau yang

mulia serta ayat-ayat lainnya yang mendorong untuk berakhlak mulia.

Oleh karena itu, Beliau memiliki akhlak yang paling sempurna dan paling

agung, dimana tidak ada satu pun akhlak mulia kecuali Beliau shallallahu

12 QS. Al-Araf [7]: 99.

13 QS.Al-Imron [3]: 159.

14 QS. At-Taubah [9]: 128.

14
'alaihi wa sallam menduduki peringkat tertinggi. Oleh karena itu, Beliau

shallallahu 'alaihi wa sallam orangnya mudah, dekat dengan manusia,

memenuhi undangan orang yang mengundangnya, memenuhi kebutuhan

orang yang butuh, memberi orang yang meminta-minta dan tidak

mengecewakannya. Apabila para sahabatnya menginginkan suatu perkara

dari Beliau, maka Beliau menyetujui mereka serta mengikuti mereka jika

tidak ada larangannya, dan jika ingin melakukan suatu langkah, maka

Beliau mengajak para sahabatnya bermusyawarah terhadapnya. Beliau

menerima orang yang berbuat ihsan dan memaafkan orang yang bersalah

dan tidaklah ada orang yang duduk dengan Beliau kecuali Beliau bersikap

dengan sikap yang sebaik-baiknya untuk Beliau. Oleh karena itu, Beliau

tidak bermuka masam, tidak keras ucapannya, tidak menyembunyikan

kegembiraannya, menjaga lisannya dari ucapan yang tidak berguna, tidak

membalas orang yang bertindak kasar terhadap diri Beliau, Beliau tidak

marah jika diri Beliau disakiti, tetapi marah jika syariat Allah Subhaanahu

wa Ta'aala dilanggar.

l. Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan


m.Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Allah telah menjadikan engkau (Muhammad SAW)

mempunyai rasa malu, mulia hati, pemberani, pemaaf,

penyabar, dan segala akhlak yang mulia. Di dalam ayat itu

terdapat isyarat bahwa akhlak yang mulia tidak akan

bersama kegilaan.
4. Kompetensi Sosial.

15
Kompetensi ini merujuk pada kemampuan guru untuk menjadi

bagian dari masyarakat, berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif

dengan para siswa, para guru lain, staf pendidikan lainnya,orang tua dan

wali siswa serta masyarakat.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan Guru

sebagai bagian dari Masyarakat yang sekurang-

kurangnya meliputi kompetensi untuk:

a. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara

santun;

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi

secara fungsional;

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan

pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar

dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang

berlaku; dan

e. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat

kebersamaan.

Tapi disini peneliti lebih mengkhususkan pada

kompetensi kepribadian guru yang sesuai dengan judul

yang peneliti buat.

16
Kepribadian guru ini sangat penting mengingat

dalam masyarakat indonesia menganut budaya yang

menempatkan guru sebagai tokoh sentrldalam kehidupan

masyarakat sebagai tokoh yang di tirukarena guru

merupkan figur yang dijadikan contoh oleh anak didiknya

maka ia di tuntut untuk bisa menjadi contoh yang baik

muridnya bukan malah mengekang atau merusak sikap

dan mental anak didiknya.

G. Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian
Dalam pendekatan ini, peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada Quality atau hal yang

terpenting dari sifat suatu benda/jasa, hal yang terpenting dari suatu barang

atau jasa berupa kejadian atau fenomena ataupun gejala sosial adalah

makna di balik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga

bagi suatu pengembangan konsep teori.penelitian kualitatif dapat di desain

unutuk memberikan sumbangannya terhadap teori,praktis, kebijakan,

masalah-masalah sosial dan tindakan.Selain itu penelitian kualitatif juga di

definisakan sebagai suatu pendekatan penelitian yang yang mengungkap

situasi sosial tertentu dengan mndeskripsikan kenyataan secara benar di

bentuk oleh kata-kata berdasarkan tekhnik pengumpulan dan analisis data

yang relevan yang di peroleh dari situasi yang alamiah.15

15 Djaman Satori, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: CV.ALFABETA, 2014),


hlm. 25

17
Dalam pendekatan ini peneliti juga berusaha mendeskripskan

fenomena tentang kempetensi seorang guru pada surat al-qalam ayat 4,

secara holistik tanpa perlakuan manipulatif, keaslian dan kepastian

merupakan faktor yang sangat ditekankan dalam penelitian ini.

2) Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti bukan ditujukan untuk mempengaruhi subyek

penelitian, tetapi untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat.

Kehadiran peneliti sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah berperan

untuk mendapatkan data, oleh karena itu peneliti berusaha secara lansung

untuk dapat melibatkan diri dalam kehidupan objek penelitian, tetapi lebih

pada usaha untuk mengetahui secara langsung tentang konsep Al-Quran

tentang kompetensi guru pada Surat Al-Qalam Ayat 4


3) Sumber Data dan Jenis Data
Adapun sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian

kualitatif ini adalah penelitian berupa data-data tertulis, baik data primer

atau data skunder. Data primer adalah berupa ayat-ayat Al-Qur.an dan

Tafsir-Tafsir para mufassirin tentang kompetensi kepribadian yang

tersusun dan terkumpul secara teratur dalam kitab-kitab Tafsir, kemudian

untuk data skundernya dalam penelitian ini adalah buku-buku dan lain

sebagainya yang berkaitan dengan penenlitian ini,sehingga akan di

temukan pemahaman yang utuh dan konfrehensif tentang kompetensi

kepribadian guru pada surat Al-Qalam Ayat 4.


4) Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam suatu

penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti.

18
Untuk memperoleh data yang di perlukan dalam peneliti maka peneliti

menggunakan tekhnik dokumentasi.


Sementara metode dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan

data yang di gunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri

data historis.Penyusunan format data dokumentasi perlu dilakukan agar

data dari suatu sumber/dokumen bisa dikumpulkan secara selektif sesuai

dengan keperluan peneliti.16


5) Teknik Analisa Data

Langkah penting selanjutnya setelah mengumpulkan data

dilaksakan adalah analisa data terhadap data yang ditemukan. Metode

analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

induktif.Metode induktif yaitu untuk mendapatkan

kesimpulan yang berlaku umum, metode analisa induktif ini

digunakan untuk menganalisa data-data yang bersifat

khusus yang diperoleh dari hasil penelitaian untuk

memberikan kesimpulan yang berlaku umum yang

berkaitan dengan kompetensi guru.

Mengingat obyek peneliti ini adalah Al-Quran, maka

pendekatan yang dipilih adalah Metodologi Ilmu Tafsir

dengan menggunakan metode Maudhu, dengan penjelasan

sebagai berikut:

a. Pengertian Tafsir

16 Elviaro Ardianto, Metodologi Penelitian Untuk Public Relations, ( Bandung:


Simbiosa Rekatama Media, 2011). Hlm. 167.

19
Ada banayak pengertian dalam memahami makna tafsir. Akan

tetapi peneliti hanya menyajikan beberapa makna dari pengertian tersebut,

salah satunya yaitu karya dari Hj. Yayat Rakhtikawati bahwa di dalam

bukunya menjelaskan pengertian tentang tafsir yaitu secara etimologis,

kata tafsir berasal dari kata kerja fassara, yang berarti Kasyf al-mughatta,

al-idhah (keterangan), dan At-tabyin (penjelasan), atau juga Al-Bayan

(Jelas), dan Al-kasyf (terang sekali).17 Di dalam Al-Quran juga di

jelaskan pengertian tafsir secara etimologi yang berarti keterangan dan

penjelasan.Allah S.W.T Berfirman yang berbunyi :

Artinya : Tidaklah Orang-Orang kafir itu datang


kepadamu(membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami
datangkan kepadamusuatu yang benar dan yang paling baik
penjelasannya.(QS. Al-Furqon : 33)18

Dengan demikian, secara umum maksud kata tafsir adalah usaha

untuk memperjelas, memahami, serta menafsirkan teks dan makna Al-

Quran, termasuk usaha untuk mengadaptasikan teks al-Quran ke dalam

situasi konteporer pada masa dan tempat seorang mufasir hidup. Pada

hakekatnya Tafsir merupakan usaha untuk memperjelas teks guna

menangkap pesan Al-Quran.Sekaligus


b. Pengertian Maudhui

17 Yayan Rakhtikawati, Metodologi Tafsir Al-Quran, ( Bandung: Pustaka Setia, 2013),


hlm.26.

18 QS. Al-Furqon [ 65 ] : 33.

20
secara bahasa kata maudhui berasal dari kata yang

merupakan isim maful dari kata yang artinya masalah atau pokok

pembicaraan, meletkkan,menjadikan, yang berkaitan dengan aspek-aspek

kehidupan manusia yang dibentangkan ayat-ayat al-Quran.

Selanjutnya pengertian dari metode tafsir maudhui secara

terminologinya adalah menjelaskan ayat-ayat yang terhimpun dalam satu

tema dengan memperhatikan urutan tertib turunnya ayat tersebut, sebab

turunnya, korelasi antara satu ayat dengan ayat yang lain dan hal-hal lain

yang dapat membantu memahami ayat lalu menganalisnaya secara cermat

dan menyeluruh.19

6) Kesahihan Data

Kesahihan data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang

diamati oleh peneliti sudah sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada

dalam kenyataan atau tidak, dengan memadukan landasan teori yang

menjadi landasan penelitian. Pemeriksaan kembali data tersebut sangat

dibutuhkan. Untuk memperoleh keabsahan data yang valid diperlukan

pemeriksaan supaya diperoleh temuan-temuan dan informasi yang dapat

digunakan melalui kecukupan referensi yang ada dan data-data yang

menyangkut dengan judul yang ada.

19 ibid hlm.28.

21
BAB II
PAPARAN DATA
1. Surat Al-Qalam ayat 4 dan terjemahannya.




Dan sesungguhnya kamu bener-bener berbudi pekerti yang agung
2. Asbabun Nuzul Surat Al-Qalam ayat 4.
Mengetahui Asbabun Nuzul sangat besar pengarunya dalam memhami

makna ayat yang mulia. Oleh sebab itu para ulama sangat berhati-hati

dalam memahaminya. Banyak diantara mereka yang menulis tentang

pembahasan tersebut, antara lain : Ali Al-Madaniyyi, Imam Alwahidi, Ibnu

Hajar dan Imam Suyuti.


Dengan mengetahui Asbabun Nuzul, maka faedah-faedah yang akan di

peroleh sebagai berikut :


1) Dapat mengetahui hikmah disyariatkannya hukum.
2) Kekhususan hukum di sebabkan oleh sebab tertentu.
3) Menghindri anggapan ( bahwa hukum itu ) menyempitkan dalam

memandang hukum yang nampak lahirnya menyempitkan.


4) Mengetahui nama orang, di mana ayat diturunkan berkaitannya dan

pemahaman ayat menjadi jelas.20

20 Ali Ash-Shabun, Muhammad, Ikhtisar Ulumul Quran Praktis,


( Jakarta : Pustaka Amani, 2001) hlm. 21-24.

22
Firman Allah SWT., Dan sesungguhnya kamu benar-benar

berbudi pekerti yang agung. Maar meriwayatkan dari Qatadah, dia

pernah menanyakan kepada aisyah tentang akhlak Rasulallah maka dia

menjawab,Akhlak beliau adala Al-Quran. Yaitu sebagaimna yang

terdapat dalam al-Quran.

Selain itu juga di kemukakan oleh Imam Abu Naim di dalam kitab

Ad-Dalail-nya dan Imam Wahidi, keduanya telah mengetengahkan sebuah

hadist dengan sanad dan di riwayatkan olelh Siti Aisyah r.a. bahwasanya ia

berkata: tiada seorangpun yang baik akhlaknya daripada Rasulallah SAW.

Tiada seorangpun di antara sahabat-sahabat dan keluarganya yang

memanggilnya, melainkan beliau menjawab LABBIKA ( aku penuhi

panggilanmu ), oleh karenanya, maka Allah menurunkan ayat 4 tersebut. 21

3. Isi Kandungan Surat Al-Qalam ayat 4.


Dari pernyataan Aisyah Bahwa Akhlak Rasulallah SAW., adalah

Al-Quran ialah bahwa Rasulallah telah menjadikan perintah dan larangan

Al-Qur;an sebagai tabiat, akhlak, dan wataknya. Setiap kali Al-Qur;an

memerintahkan sesuatu maka beliau akan mengaalkannya. Di samping

semua yang telah Allah watakkan kepadanya berupa Akhlak-akhlak yang

agung, seperti rasa malu yang amat tinggi, murah hati, pemberani, suka

memaafkan, lemah lembut, dan semua akhlak-akhlak cantik lainnya.

Sebagaimana telah di tegaskan dalam hadist Bukhari dan Muslim dari

Anas Bin Malik, Aku telah menjadi pembantu Rasulallah SAW., selama

21 Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-suyuthi, ( Bandung :


Sinar Baru Algensindo, 2008). Hlm.2523.

23
sepuluh tahun, namun beliau tidak pernah mengatakan,Cis, walaupun

satu kali dan tidak pernah mengomentari perbuatanku dengan mengatakan,

mengapa kamu lakukan itu ? dan tidak pernah mengomentari apa yang

belum aku kerjakan, mengapa kamu belum mengerjakannya juga ? beliau

adalah yang paling baik akhlaknya. Beliau tidak pernah memakai pakaian

dari sutra. Tidak ada sesuatu pun yang lebih lembut daripada telapak

tangan Rasulallah SAW., Dan aku tidak pernah mencium wangi-wangian

yang lebih wangi daripada keringat Rasulallah.


4. Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Surat Al-Qalam Ayat 4

A. Definisi Kompetensi Kepribadian dan Guru

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
BAB III

ANALISA PEMBAHASAN

45
46
47
fvdfgd22

sgsgd23

sfgseges24

esrgesge25

ertgeger26

esrgege27

ergerr28

erger29

rrr30

22

23

24

25

26

27

28

29

30

48
fsdfdsf31

wewwe32

dffdf33

sdfsf34

fsdfsdfs35

ddsff36

ss37

fsf38

31

32

33

34

35

36

37

38

49
dfsdf39

sfs40

sfsfs41

sdfszdfsd42

sdfsf

Jawab besar. Hal yang harus diperhatikan seoarang pendidik mengenai

kompetensi kepribadian, sebab kepribadian seorang guru mempunyai

kaitan dengan seorang yang murid hingga berlaku ungkapan pendidik

dicontoh, dan murid mencontoh.

2. Analisa Surat Al-Qalam ayat 4.




39

40

41

42

50


Kata ( ) jika tidak di barengi dengan adjektifnya, maka ia selalu

berarti budi pekerti yang luhur, tingkah laku dan watak terpuji.
Kata ( ) mengandung makna kemantapan. Di sisi lain ia juga

mengesankan bahwa Nabi Muhammad SAW. Yang menjadi mitra bicara

ayat-ayat di atas berada tingkat budi pekerti yang luhur, bukan sekedar

budi pekerti luhur. Memang Allah menegur beliau jika bersikap dengan

sikap yang hanya baik dan telah biasa di lakukan orang-orang yang di

nilai sebagai berakhlak mulia.


Keluhuran budi pekerti Nabi yang mencapai puncaknya bukan saja

di lukiskan dengan kata ( ) sesungguhnya engkau tetapi juga dengan

Tanwin ( bunyi dengung ) pada kata ( ) dan huruf Lam yang

digunakan untuk mengukuhkan kandungan pesan yang ada pada kata (

) di samping kata Ala itu sendiri, sehingga berbunyi ( ) , dan

terakhir pada ayat ini adalah penyipatan Khuluq itu oleh Tuhan Yang

Maha Agung dengan kata ( ) , Agung. Yang kecil bila menyipati

sesuatu dengan agung, maka belum tentu agung menurut orang

dewasa. Tetapi jika Allah yang menyipati sesuatu dengan kata agung,

maka tidak terbayangkan keagungannya.43


Sementara ulama memahami kata ( ) dalam arti agama

berdasar Firman Allah SWT yang artinya :

43 Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, ( Jakarta: Lentera Hati, 2008 ),


hlm. 380-381.

51
maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah di

wahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang

lurus.44
Dalam kaitannya dengan studi islam, garis besar di kenal dua

macam bentuk penelaahaan Al-Quran. Pertama, telaah atas sumber ajaran

islam, yaitu Al-Quran dan Hadist, telaah atas hasil penelitian para ulama

dan pakar. Sehingga di tarik pada masalah pendidikan, model telaah

tersebut merupakan konsep pedagogik.


Model pertama yaitu penalaahan terhadap teks-teks kitab suci dan hadist

nabi, yang di gunakan sebagai kosenkuensi logis terhadap dijadikannya

Al-Quran dan Hadist Nabi sebagai dasar pendidikan islam. Karena Al-

Quran dan Hadist memiliki representasi dan kapabilitas yang sangat

memadai untuk di jadikan sebagai rujukan pokok dari segala persoalan

pendidikan.
Masalah kompetensi guru seperti yang telah dijelaskan pada bab iii

merupakan ketentuan yang ahrus di miliki oleh seorang guru, baik yang

berhubungan dengan pribadi maupun saat melakukan interaksi dengan

siswa, guru lain, atau masyrakat. Agar guru dapat melaksanakan tugas dan

fungsinya secara prifesional. Sehingga pendidikan menjadi media

transformasi keilmuan, pengalaman, emosional dan spritual.


Selanjutnya tentang kompetensi guru ketika mengacu pada

pemaparan penulis terhadap teks-teks Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4

maka ada hal-hal yang ingin penulis sampaikan bahwa, kalau di tinjau

dari asbabun nuzul surat Al-Qalam ayat 4, maka tujuan ayat-ayat ini di

44 QS. Az-Zukhruf [43]: 43.

52
turunkan adalah untuk untuk menghibur Nabi Muhammad SAW., beliau

melewati masa yang penuh dengan penderitaan dan kepahitan di

mekkah, tetapi beliau menjalaninya dengan sabar dan tidak mengeluh.

Walaupun beliau diperlakukan dengan tidak baik, dengan sabar beliau

mejalankan perburuan yang di lakukan kaum Quraisy samapai beliau di

paksa meninggalkan kota kediamannya. Tingkah lakunya di mekkah

sungguh merupakan suri teladan. Beliau terus menjalani dan

melanjutkan pekerjaannya dengan sabar dan tabah, dan menerima

dengan lapang dada semua perlakuan buruk orang kafir, serta tidak

pernah patah semangat dan marah. Untuk membangkitkan semangatnya

dalam masa-masa sulit ini dan memberinya hiburan, quran memberikan

contoh teladan para Nabi sebelumnya.45

Maka bersabalah sperti semua Nabi yang teguh


sebelumnya, dan janganlah tidak sabar menghadapi orang
yang tidak beriman.
inilah penghargaan Allah pada Nabi Muhammad SAW., atas kesbaran,

ketabahan, dan daya tahannya, dan ini sepenuhnya di benarkan oleh

sejarah.

Sedangkan di lihat dari isi kandungan Surat Al-qalam ayat 4 ini

bahwa Akhlak Rasulallah SAW. Adalah Al-quran sebagaimana yang di

katakan oleh Aisyah r.a karena beliau mempunyai mempunyai sifat teguh

hati, tabah, pemaaf, dermawan, pemberani dan ksatria serta akhlak yang

45 Rahman Afzalur, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin


Militer, ( Jakarta: Amzah, 2002), hlm. 68.

53
lain. Seluruh sifat-sifat tersebut merupakan bagian dari adab (akhlak)

yang di anugerahkan kepada Nabi.46

Allah berfirman: jadilah engkau pemaaf dan suruhlah


orang mengerjakan yang maruf serta berpalinglah dari
orang-orang yang bodoh.47

Kemudian tentang khlak dan kepribadian, Nabi Muhammad SAW.,

mempunyai kepribadian yang sangat menarik sehingga semua sahabat

mencintainya lebih dari apapun yang ada di dunia ini. Semua orang

Quraisy menamakannya dengan Siddik dan Al-Amin, daan beliau sangat

dihargai dan di hormati oleh semua orang termasuk para pemimpin

Mekkah.48

Sedemikian dengan seluruh sifat-sifat Nabi di atas, tidak ada

seseorangpun yang menyamai Nabi apalagi menginggulinya. Demikian

ini sebagaimana dinyatakan oleh seluruh orang yang mengenalinya. Ibn

Abbas berkata, Nabi Muhammad SAW. Adalah orang yang paling

pemurah dalam bersedekah, dan orang yang paling banyak beramal

sepanjang bulan Ramadhan. Setelah ia bertemu dengan Jibril, beliau

46 Ibn Musa Al-Yahsubi Qadi Iyad, Keagungan Kekasih ALLAH


MUHAMMAD SAW.,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 88.

47 QS. Al-Araff [7]: 199.

48 Rahman Afzalur, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin


Militer, ( Jakarta: Amzah, 2002), hlm. 68.

54
semakin banyak bermurah hati, bahkan jika di bandingkan dengan

kemurahan hembusan angin sekalipun.49

3. Pentingnya Kompetensi Kepribadian Guru.


Pada Tahun 80-an terdapat sebuah lagu dimana syair dalam lagu tersebut

menggambarkan tentang tentang kepribadian seorang guru. Syair-syair

dalam lagu tersebut menandakan betapa para peserta didik

mendambakan kepribadian guru, sampai-sampai mereka memperhatikan

ke arah papan tulis karena terpesona oleh penampilan gurunya. Oleh

karena itu, guru harus berani tampil beda, harus berbeda dari

penampilan-penampilan orang lain yang bukan guru. Sebab penampilan

guru bisa membuat murid senang belajar, membuat murid betah di kelas,

tetapi bisa juga membuat murid malas belajar bahkan malas masuk kelas

senadainya panampilan gurunya acak-acakan. Disinilah guru harus

tampil beda agar bisa di tiru dan di teladani oleh peserta didiknya.50
Guru adalah pendidik profesional yang bertugas

untuk mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang

lebih populer dengan sebutan karakter siswa. Penguasaan

kompetensi kepribadian guru mmiliki makna penting, baik

bagi guru yang bersangkutan, lembaga tempat sekolah

tempat guru mengajar, maupun bagi siswa yang di ajar.

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan berinteraksi


49 Ibn Musa Al-Yahsubi Qadi Iyad, Keagungan Kekasih ALLAH
MUHAMMAD SAW.,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 94.

50 Mulyasa, Standar Kompetensi Dalam Sertifikasi Guru, ( Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, 2011 ), hlm. 118.

55
dengan siswa akan banyak di tentukan oleh karakteristik

kepribadian guru yang berkarakteristik mendidik bagi

seorang guru akan dapat di pandang sebagai acuan bagi

keberhasilan anak didik dan guru itu sendiri. Guru yang

menguasai kompetensi kepribadian akan sangat

membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan

menampilkan sebagai sosok yang di dengar nasihatnyadan

di tiru, secara psikologis anak cenderung merasa yakin

dengan apa yang sedang di ajarkan guru.


Contohnya, ketika guru hendak mengajarkan

tentang sopan santun kepada anak didiknya, namun disisi

lain secara disadari ataupun seringkali tanpa disadari,

gurunya sendiri malah cenderung bersikap kasar dan

mudah marah, maka yang akan tertanam pada siswanya

bukanlah sikap sopan santun, melainkan sikap kasar itulah

yang lebih melekat pada sistem pikiran dan keyakinan

siswanya. Berbeda dengan di sekolah, berbeda pula

dengan di lingkungan masyarakat. Di masyarakat,

kepribadian guru masih di anggap hal sensitif. Apabila ada

seorang melakukan tindakan tidak terpuji atau melanggar

aturan yang berlaku di masyarakat, cenderung akan cepat

bertindak. Hal ini tentu dapat mengakibatkan merosotnya

wibawa guru yang bersangkutan dan hilangnya rasa

56
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga sekolah

dimana dia mengajar. Pribadi guru memiliki andil yng

sangat besr terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya

dalam dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga

sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta dididk.

Karena seorang peserta didik bisa mencontoh kepribadian

seorang gurunya dalam bentuk pribadinya. Kompetensi

kepribdian sangat besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan dan perkembanagan pribadi para peserta

didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan ungsi

yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak,

gun menyiapkan dan mengembangkan sumber daya

manusia serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan

negara, dan abngsa pada umumnya.

Sehubungan dengan uraian di atas, setiap guru di

tuntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai,

bahkan kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan

bagi kompetensi-kompetensi lainnya.51 Dalam hal ini, guru

tidak hanya di tuntut untuk mampu memaknai pembeljaran,

tetapi dan yang paling penting adalah bagaimana dia

menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan

51 Mulyasa, Standar kompetensi dalam sertifikasi Guru, ( Bandung :


PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 118.

57
kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.

Untuk kepentingan tersebut, dalam bagian ini di bahas

berbagai hal yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian

yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi


52
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,

profesional dan dapat di pertanggung jawabkan, guru harus

memiliki kepribadian yang mantap stabil dan dewasa. Hal ini

peting karena banyak masalah pendidikan yang di sebabkan

oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap, kurang

stabil dan kurang dewasa. Kondisi kepribadian yang di miliki

sering membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang

tidak profesional, tidak terpuji bahkan tindakan-tindaka yang

tidak senonoh yang merusak citra dan martabak guru. Selain

itu juga guru harus mempunyai sifat disiplin, arif dan

berwibawa, karena banyaknya peserta didik yang berlaku

senonoh, di masyrakat. Oleh karena itu peserta didik harus

belajar disiplin, dan gurulah yang harus memulainya, sebagai

guru dia harus memiliki pribadi yang disiplin, arif dan

berwibawa. Seorang guru juga harus memiliki sfat takut yang

bisa di perluas dengan menggunakan kata taqwa. Seperti

yang ada pada Surat Luqman ayat 12-19 mengajarkan


52 Ibid, Mulyasa, hlm.121-122.

58
kepada pendidik untuk bersyukur kepada Allah dan tidak

mempersekutukanya, anti kezaliman, berbuat baik kepada

kedua orang tua terutama ibu dan taat kepada mereka dalam

hal kebaikan, tidak meninggalkan kewajiban seperti shalat

lima waktu, mengerjakan kebaikan serta mencegah

kemungkaran, tidak angkuh, sombong, dan membanggakan

diri, hidup penuh kesederhanaan, dan lemah lembut.

Sedangkan surat Al-Kahfi ayat 60-82 memberikan pelajaran

bagi pendidik untuk pantang putus asa dalam mencapai

target dan tujuan pembelajaran, tidak malu untuk

belajarnkepada pendidik lain atau bahkan muridnya sendiri,

sabar menghadapi problem kependidikan, tidak mudah

menhakimi ( memberi cap buruk) kepada peserta didik,

tidak memberi hukuman di luar batas kemampuan peserta

didik, dan tidak mempersulit pembelajaran, dan tidak

memberikan kesimpulan pada setiap materi pembelajaran

tanpa di dahului analisis mendalam.

Dari uraian singkat di atas, tanpa terang bahwa begitu

pentingnya panguasaan kopmtensi kepribadian bagi seorang

guru. Kendati demikan dalam tataran realita upaya

pengembangan profesi guru yang berkaitan dengan

penguatan kompetensi kepribadian tampaknya masih reatif

terbatas dan cenderung lebih mengedepankan

59
pengembangan kompetensi pedagogik dan akademik

( profesional ). Lihat saja dalam berbagai pelatihan guru,

materi yang banyak di kupas cenderung lebih bersifat

penguatan kompetensi pedagogik dan akademik. Sedangkan

untuk pengembangan dan penguatan kompetensi

kepribadian seolah-olah di kembalikan lagi kepada pribadi

masing-masing dan menjadi urusan pribadi masing-masing.53

53 http//www. Arti Penting Kompetensi Kepribadian Guru_tentang


PENDIDIKAN.htm, (01 Desember 2015 ), Pukul 10.10.

60
1. Ayat-Ayat yang berkaitan dengan Kompetensi Kepribadian Guru
a) Surat Al-Alaq

Artinya : bacalah, dengan ( menyebut ) nama tuhan


yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari

61
segumpal darah. Dan tuhanmulah yang maha pemurah, yang
mengajar ( manusia ) dengan perantara kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya.

Ayat yang pertama kali di turunkan kepada Rasulallah SAW. Di

atas, ketika di hubungkan ke dunia pendidikan, maka poin yang

pentingnya adalah Surat Al-Alaq menjelaskan perintah membaca kepada

Nabi dalam arti yang seluas-luasny, baik yang tersurat yang didalam Al-

quran maupun yang tersirat di jagad ini. Dan penjelasan ini erat erat

kaitannya dengan perintah mengmbangkan ilmu ilmu pengetahuan yang

komprehenship. Dengan cara demikian akan terjadi integrasi ilmu agama

dan ilmu umum yang keduanya di arahkan untuk mengabdi kepada Alla

SWT. Penjelasan tersebut pada akhirnya terkait dengan metode dan

kurikulum pendidikan.

b) Surat Muzammil ayat 1-7

Artinya : Hai orang yang berselimut ( Muhammad ),


bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit
( daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari
seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah
Al-Quran itu dngan perlahan-lahan. Sesungguhnya bangun di
waktu malam adalah lebih tepat ( untuk Khusuk) dan bacaan
di waktu lebih berkesan. Sesunguhnya kamu pada siang hari
mempunyai urusan yang panjang (banyak).

62
Inti sari dari ayat-ayat di atas ketika di kaitkan dengan

pendidikan seperti di bawah ini :

1. Di samping mempunyai intelegensi dan emosional yang baik,

seorang guru juga harus mempunyai stabilitas spiritual yang baik.

Dan untuk memperbaikinya adalah dengan melakukan ritual di

tengah kesunyian malam. Demikian pula ritual di penghujung

malam pun dapat mengurangi beban yang di hadapi seorang guru.

c) Surat An-Nahl ayat 43-44

Artinya : Dan kami tidak mengutus sebelum kamu,


kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada
mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. Keterangan-
keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami turunkan
kepada kamu Al-Quran agara kamu menerangkan kepada
umat manusia apa yang telah di turunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan.

Ayat di atas menjelaskan bahwa yang menjadi subyek pendidikan

bukan hanya pendidik atau guru, melainkan juga anak didik. Karena itu

ayat ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan teori belajar siswa aktif

dan metode tanya jawab dalam proses belajar mengajar. Pada saat guru

memebrikan bimbingan dan pendidikan kepada siswa, maka siswa sebagai

objek, tapi pada saat yang sama dia juga berperan subyek. Sebab, tugas

seoorang guru tidak hanya menyampaikan bahan ajar kepada sisw.,

63
melainkan juga bertanggung jawab untuk sedapat mungkin bisa

membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa agar mereka dapat

melakukan pembelajaran sendiri.

Di dalam kamus bahasa indonesia Kompetensi mempunyai arti

yaitu kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan ( memutuskan

sesuatu ).54

Menurut Charles E. Johnson menyatakan bahwa: Competency as

rational performance whichsatisfactorily meets the objective for a desired

condition .55

Bahwa menurutnya kompetensi merupakan perilaku rasional guna

mecapai tujuan yang di persyaratkan sesuai dengan kondisi yang di

harapkan. Dengan demikian suatu kompetensi di tunjukkan oleh

penampilan atau untuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan

(rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.

Penulis juga sudah mendeskripsikan pada halaman diatas tentang

penjelasan dari kompetensi yang harus di miliki oleh seorang guru.

Sedangkan guru mempunyai arti dalam bahasa indonesia Sanskerta, yang

berarti orang yang di gugu atau orang yang di turuti fatwa dan

54 KBBI, Jakarta. Hal.584.

55 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi,


( Bandung: Prenada Media Group, 2005), hlm.145.

64
perkataannya. Hal itu memang pada masa lalu guru menjadi panutan bagi

muridnya sehingga katanya selalu dituruti dan perbuatan serta perilakunya

menjadi teladan bagi murid-muridnya. Bahkan tidak jarang murid meniru

gurunya dalam berbicara dan berprilaku.56

Sedangkan dalam bahasa Arab guru di sebutkan dengan muallim,

Murabbi, Mudarris, dan Al-Muaddib.Muallim berasal dari kata allama

dan Allama berasal dari kata dasarnya yaitu Allima yang berarti

mengetahui sebagaimana yang telah di singgung diatas.istilah muallim

yang di artikan kepada gdxuru menggmbarkan sosok seoarang yang

mempunyai kompetensi keilmuan yang sangat luas, sehingga ia layak

menjadi seorang yang membuat orang lain(dala hal ini muridnya) berilmu

sesuai dengan makna Allama seperti yang telah dibahas. Dengan

demikian, guru sebagai Muallim menggambarkan kompetensi profesional

yang menguasai ilmu pengetahuan yang akan di ajarkan kepada peserta

didik.

Kata Murabbi, yang sering di artikan kepada pendidik, berasal dari kata

Rabbaya, kata dasarnya Rabba, yang berarti bertambah dan bertumbuh.

Maka guru sebagai Murabi berarti mempunyai peranan dan fungsi

membuat pertumbuhan, perkembangan serta menyuburkan intelektual dan

jiwa peserta didik. Sesuai dengan firman Allah SWT. Dalam Surat Ar-

Rahman Ayat 2-4.57


56 Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, (Jakarta: CV. Bina Jaya, 2013), hlm.62.

57 QS. Ar-Rahman [55]:2-4.

65
Yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptkan
manusia. Mengajarnya pandai berbicara.

Dalam ayat 4 menyimpulkan bahwa Allah mengajarkan manusia

pandai berbicara. Berbicara tentu dengan menggunakan lidah, karena lidah

selain sebagai alat perasa juga sebagai alat yang berfungsi sebagai media

untuk berkomunikasi. Lidah dalam agama hampir selalu di akitkan dengan

hati dan di gunakan untuk baik buruknya perilaku seseorang.

Sedangkan kata Mudarris, yang juga di artikan kepada guru,

merupakan isim Fail dari Darassa yang berarti meninggalkan bekas,

sebagaimana yang telah dibahas. Berdasakan makna ini, dapat di tegaskan

bahwa tugas dan kewajiban membuat bekas dalam jiwa peserta didik.

Bekas itu merupakan hasil pembelajaran yang berwujud perubahan

perilaku, sikap, dan penambahan atau pengembangan ilmu pengetahuan

mereka. Selain dari yang ketiga tersebut diatas, guru juga di sebut dengan

Al-muaddib.yang berasal dari kata Addaba yang berarti sopan. Dan

Addaba membuat orang menjadi sopan. Maka guru sebagai Muaddib

mempunyai tugas untuk membuat anak didiknya menjadi insan yang

berakhlak mulia sehingga mereka berprilaku terpuji.58

Pembahasan di atas menggambarkan, bahwa guru di tuntut tidak hanya

mentrasfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, tetapi ia juga mesti

58 Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, (Jakarta: CV. Bina Jaya, 2013), Hlm.64.

66
membentuk jiwa mereka, melalui ilmu pengetahuan yang diajarkan, agar

menjadi pribadi yang kaya secara intelektual dan kejiwaan. Dengan

kekayaan dua hal tersebut lahir sikap dan perilaku terpuji.

Selain itu juga ada beberapa para ahli mengemukakan pengertian dari

guru, di antaranya yaitu:

Menurut Zakiah Daradjat (1992:39), guru yaitu pendidik yang

profesional, karena secara implisit ia telah merelakn dirinya menerima dan

memikul sebagai tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak

orang tua. Tatkala para orang tua menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti

telah melimpahkan pendidikan anaknya kepada guru. Hal ini

mengisyaratkan bahwa mereka tidak mungkin menyerahkan anaknya

kepada sembarang guru, tidak sembarang guru bisa menjadi guru.59

Menurut Poerwadarminta ( 1996: 335 ), Guru adalah orang yang kerjanya

mengajar. Dilihat drai pengertian di atas, mengajar merupakan tugas pokok

seorang guru dalam mendidik muridnya. Sedangkan Muhibin syah ( 1995 :

223 ) mengemukakan bahwa guru dalam bahasa arab di sebut Muallim,

sedangkan dalam bahasa inggris di sebut Teachher, yakni seorang yang

pekerjaannya mengajar.60

Sedangkan Guru dalam islam adalah orang yang bertanggung

jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh


59 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2008), hlm.127.

60 Ibid, hlm. 129.

67
potensinya, baik kompetensi afektif, potensi kognitif, maupun kompetensi

psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab

memberikan pertolongan kepada anak didiknya dalam perkembangan

jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu

berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Di

samping itu, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang

mandiri. Sesuai dengan firman Allah SWT.

Artinya : sesungguhnya Allah telah memberi karunia


kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara
mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang
membacakan kepada mereka Ayat-Ayat Allah, membersihkan
jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan
Al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu,
mereka bener-bener dalam kesesatan yang nyata.

Dari ayat di atas, dapat di tarik kesimpulan yang utama bahwa

tugas Rasullallah selain sebagai Nabi, juga sebagai pendidik ( Guru ).

B) Tugas Dan Kewajiban Guru


Menurut Al-Ghazali, tugas guru yang utama adalah

menyemournakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa hati hati

manusia untuk bertaqaraub kepada Allah SWT. Karena hakekatnya

pendidikan agama islam merupaka suatu upaya untuk mendekatkan diri

68
kepada Allah SWT. Seorang guru di tuntut untuk mampu memainkan

peranan dan fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya.61


Oleh karena itu Allah mengajarkan para Rasulnya melalui wahyu.

Materi pembelajaran yang di sampaikan Allah kepada mereka berupa

pesan-pesannya yang berisi perintah dan larangan. Dan harus pula di di

ajarkan kepada umatnya. Pesan-pesan itu mesti di pahami dan di amalkan.

Pesan-pesan Illahi yang di ajarkan Nabi kepada umatnya harus di

sampaikan atau di eariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Maka

demikian, profesi guru merupakan tugas yang sangat mulia, yaitu mewarisi

tugas Nabi dan Rasul, yang selanjutnya juga menjadi tugas semua guru. 62

Seperti pada surat al Baqarah ayat 129, yang berbunyi Yatlu alayhim

ayatika( membacakan kepada mereka Ayat-Ayat-Mu ). Artinya, seorang

guru di tuntut agar dapat mnyingkap fenomena kebesaran Allah yang

terdapat dalam materi yang di ajarkannya, sehingga para peserta didik

dapat memamhaminya dan mengikuti pesan-pesan yang terkandung di

dalamnya.
Selajutnya juga yang terdapat dalam Surat Al-Imran ayat 164 yang

berbunyi Wa yuallimuhumul kitab wa al-hikmah ( dan mengajarkan

kepada mereka kitab ( Al-Quran ) dan hikmah ( Sunnah ). Dan

megajarkan kepada peserta didik pesan-pesan normatif yang terkandung

dalam kitab suci. Pesan-pesan tersebut berupa risalah, yang meliputi

61 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional,(Jogjakarta: Ar-


Ruz Media), 2008, hlm.180.

62 Kadar Muhammad Yusuf, Tafsir Tarbawi, ( Jakarta: CV. Bina Jaya),


2013, hlm. 64.

69
keimanan, akhlak, dan hukum yang mesti di patuhi untuk kepentingan

manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan menghadapi kehidupan

di akhirat.
Yang ketiga yaitu yang terdapat pada Surat Al-Jumuah ayat 2 yang

berbunyi Yuzakkihim. Pendidik tidak hanya berkewajiban menanamkan

ilmu pengetahuan tetapi juga harus mebangun moral dan membersihkan

peserta didiknya dari sifat dan perilaku tercela baik dalam lingkungan

sekolah, masyarakat atau di tempat lainnya. Karena moral sangat penting

untuk di pupuk dalam diri seorang peserta didik. Itulah tugas guru selain

mengajar, dan juga menjelaskan materi-materinya. Peserta didik itu

membutuhkan bahasa keteladan dari seorang guru, bukan hanya bahsa

kata-kata.
Itulah ketiga hal yang menjadi tugas semua guru. Setiap guru

apapun mata pelajaran yang mereka ajarkan, mempunyai kewajiban

melaksanakan ketiga hal di atas. Para gru mesti menyikap dan membuka

jiwa peserta didik untuk melihat fenomena ketuhanan yang terdapat dalam

mata pelajaran yang mereka ajarakan. Memperlihatkan tanda-tanda

kebesaran Allah dengn pesan-pesan ilahiah yang tertulis dalam al-quran.

Dengan demikian hal itu dapat membangun akhlak mulia pada pserta

didik. Oleh karena itu menanam dan membangun akidah tauhid serta

akhlak mulia tidak hanya tugas guru agama tetapi juga menjadi tugas guru

lainnya. Selain itu juga guru di tempatkan oleh masyrakat pada tempat

yang lebih tinggi dan terhormat di lingkingan masyarakat, karena dari

seorang guru di harapkan masyarakat dapat meperoleh ilmu pengetahuan.

70
Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan

manusia indonesia seutuhnya.


C) Syarat Guru dalam Islam
Untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah seperti yang di

bayangkan orang selama ini. Mereka menganggap hanya dengan

pegang kapur dan membaca buku pelajaran, maka cukup bagi

mereka untuk berprofesi sebagai guru. Untuk menjadi guru yang

profesional harus memiliki syarat-syarat khusus mengetahui teori

pendidikan. Supaya tercapainya tujuan pendidikan, maka seorang

guru harus memiliki syarat-syarat pokok . syarat-syarat pokok yang

dimaksud Menurut Sulani ( 1981: 64 ), 63 ia berpendapat bahwa ada

beberapa syarat untuk menjadi seorang guru yang baik menurut

agama islam. Supaya tercapai tujuan pendidikan, maka seorang

guru harus memiliki syarat sebagai berikut :


a. Syarat syakhsiyah ( memiliki kepribadian yang dapat di andalkan )
b. Syarat Ilmiah ( memiliki ilmu pengetahuan yang mapan )
c. Syarat idhafiyah ( mengetahui, menghayati dan menyelami manusia yang

di hadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak

didiknya menuju tujuan yang di tetapkan ).


Guru dalam islam sebagai pemegang jabatan profesional membawa

misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu

pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai

ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan

kehidupan sesuai dengan norma-norma agam tersebut. Misi ilmu

pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan

63 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, ( Jogjakarta: Ar-


Ruzz Media, 2008 ), hlm. 129.

71
perkembangan zaman. Selain itu juga ada beberapa syarat yang harus di

miliki oleh seorang guru pada hakekatnaya,64 yaitu :


a) Pendidik Harus Beriman
Pendidik atau Guru adalah orang yang bertanggung jawab

membimbing anak untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu beriman dan

bertaqwa kepada Allah S.W.T. agar tujuan tersebut dapat tercapai, guru

sebagai seorang pendidik harus beriman. Sesuai dengan Hadist Nabi sebagai

berikut :
Artinya : Sufyan bin Abullah ats-tsaqafi
meriwayatkan bahwa ia berkata kepada Rasulallah,Ya
Rasuallah, katakan lah kepada saya sesuai tentang Islam yang
tidak akan saya tanyakan lagi sesudah engkau.Nabi
berkata,Katakanlah saya beriman kepada Allah, lalu
tetapkanlah pendirianmu.(HR.Muslim Dan Ahmad )

Hadist ini menujukkan bahwa Iman kepada Allah dan istiqomah dengan

pengakuan keimanan itu merupakan suatu hal yang sudah cukup dan cukup

memadai bagi seseorang muslim. Oleh karena itu, para guru dan pendidik

harus berusaha agar peserta didiknmemiliki iman yang kuat dan teguh

pendirian dalam melaksanakan tuntunan iman tersebut. Segala aktivitas

kependidikan di arahkan menuju terbentuknya pribadi-pribadi yang beriman.

Apabila yang diinginkan adalah adalah peserta didik yang beriman kepada

Allah, maka terlebih dahulu pendidik atau seorang guru harus beriman. Tidak

mungkin orang yang tidak beriman mampu membina orang menjadi beriman.

Otrang yang tidak memilki, tidak akan mampu memberi.


b) Pendidik Harus Berilmu
Sesuai dengan Hadist sebagai berikut :
Artinya : Abdullah bin Amru bin Al-ash meriwayatkan
bahwa ia mendengar Rasulallah SAW,bersabda,
Sesungguhnya Allah tidak menarik ilmu pengetahuan

64 Bukhari Umar, Hadist Tarbawi, ( Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 77-85.

72
kembali dengan mencabutnya hati sanubari manusia, tetapi
dengan mewafatkan orang-orang berpengetahuan ( Ulama ).
Apabila tidak ada lagi orang alim yang tersisa, manusia akan
mengangkat orang bodoh menjadipemimpin yang di jadikan
tempat bertanya. Lalu orang-orang bodoh itu di tanya dan
mereka berfatwa tanpa ilmu mengakibatkan mereka sesat dan
menyesatkan. (HR. Al-Bukhari ).

Ibnu Hajar menjelaskan bahwa Hadist ini berisi anjuran menjaga

ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, peringatan bahwa yang berhak

mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar-benar mengetahui, dan

larangan bagi orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu

pengetahuan. Hadist ini juga di jadikan alasan oleh jumhur ulama untuk

mengatakan bahw pada zaman sekarang tidak ada lagi seorang mujtahid.
Dari Hadist ini dapat di pahami bahwa orang yang berfatwa dan

mengajar harus berilmu pengetahuan. Termasuk dalam hal ini adalah guru.

Apabila pendidik tidak berilmu pengetahuan, maka murid-murid yang di

ajarkan akan sesat. Dengan kata lain dalam bahasa kependidikan, apabila

guru tidak profesional, mengakibatkan proses pembelajaran yang sia-sia.


c) Pendidik Harus Mengamalkan Ilmunya.
Selain berilmu, guru harus mengamalkan ilmunya. Sesuai dengan

hadist berikut.
Artinya :Usamah meriwayatkan bahwa Rasulallah
SAW. Brsabda, seseorang akan di dtangkan pada hari kiamat
dan di lemparkan ke neraka. Usus-Ususnya keluar di neraka.
Ia pun berputar sebagaimana berputarnya keledai di
penggilingannya. Para penghuni neraka brkumpul kepadanya
dan bertanya, Wahai fulan, ada ap[a denganmu ? bukankah
engkau dahulu memerintahkan kami perbuatan mungkar ?Ia
menjawab, Dahulu aku memerintahkan kalian perbuatan
yang maruf tetapi aku tidak melakukannya dan aku melarang
kalian perbuatan mungkar tetapi aku mengerjakannya, ( HR.
Al-Bukhari ).

73
Hadist di atas menjelakan siksaan Allah yang akan di terima oleh

orang yang mengajarkan kebaikan tetapi ia sendiri tidak mengerjakannya dan

orang yang menasihati orang lain agar meninggalkan yang buruk tetapi ia

sendiri yang mengerjakannya. Tugas tersebut adalah salah satu yang di

kerjakan oleh pendidik atau guru. Jadi, guru harus mengamalkan ilmu yang

diajarkannya kepada peserta didiknya agar terhindar dari siksa Allah.

d) Pendidik Harus Adil


Dari Numan Bin Basyir ia berkata bahwa rasulallah
SAW. Bersabda, Berlaku adillah kamu di antara anak-
anakmu! Berlaku Adillah kamu di antara anak-anakmu!
( HR.An-Nasai dan Al-Baihaqi ).

Dalam Hadist ini dengan tegas Rasulallah SAW. Memerintahkan

kepada para sahabat ( Umatnya ) agara berlaku adil terhadap anak-anaknya.

Dalam konteks pendidikan, peserta didik adaalah anak si pendidik. Dengan

demikian, pendidk wajib berlaku adil dalam berbagai hal terhadap peserta

didiknya. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menegaskan agar pendidik harus

memiliki sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan kadilan pendidik

terhadap peserta didik mencakup dalam berbagai hal, seperti memberikan

perhatian, kasih sayang, pemenuhan kebutuhan, bimbingan, pengajaran, dan

pemberian nilai. Apabila sifat ini tidak di miliki oleh seorang pendidik, maka

ia tidak akan di senangi oleh peserta didiknya. Dan apabila terjadi proses

pembelajaran, maka tidak akan medapatkan hasil yang optimal.

e) Pendidik Harus Berniat Ikhlas


Umar Bin Khathtab berkata, Aku mendengar
Rasulallah bersabda, setiap amal perbuatan harus di sertai
dengan niat, balasan bagi setiap amal manusia sesuai dengan
apa yang di niatkan, barang siapa yang berhijrah

74
mengharapkan dunia atau seoarng perempuan untuk di
nikahi, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang di niatkan.
( HR. Al-Bukhari dan Muslim ).

Ibnu hajar menjelaskan bahwa setiap amal perbuatan harus di

sertaai dengan perbuatan. Menurut Al-khauyi, seakan-akan Rasulallah

memberi pengertian bahwa niat itu bermacam-macam sebagaimana

perbuatan, seperti orang yang melakukan perbuatan dengan motivasi ingin

mendapat ridho Allah dan apa yang di janjikan kepadanya atau ingin

menjauhkan diri dari ancamannya. Niat yang benar adalah keinginan dalam

hati dalam melaksanakan suatu keinginan untuk mendapat keridhoannya.

Kata Ikhlas di ambil dari kata Khalasa. Menurut husain mazhariri, kata

khalasa, khalusan, dan khalsan berarti jernih, lenyap kotoran darinya. Kalimat

akhlasa asy-syaia berarti menjernihkan dan menyucikaan dari kotoran.

Adapun kalimat yang mengikhlaskan agamanya hanya untuk Allah berrati ia

meninggalkan sifat ria di dalam agamanya. Barang siapa yang pikiran,

perbuatan, dan uacapannya sejalan dengan apa yang terdapat di dalam Al-

Quran Karim maka ia adalah orang yang ikhlas kepada Allah. Ia juga akan

senantiasa berada di bawah naungannya dalam menjalani peperangan yang

berkrcamuk di dalam dirinya, untuk kemudian sampai pada tujuan-tujuan

yang luhur.

Selain bersifat Ikhlas, pendidik harus mengajar peserta didik untuk

berbuat ikhlas, baik dalam perilaku sehari-hari maupun dalam proses belajar.

Semuanya itu mereka laksanakan dengan Ikhlas, demi mendapatkan ridho

dari Allah SWT. Jangan sampai perbuatan tersebut di landaskan pada sifat

75
munafik, riya, ata hanya ingin mendapatkan rasa terima kasih dan pujian dari

orang-orang.

f) Pendidik Harus Berlapang Dada


Berlapang dada adalah sikap tidak mudah marah dan apabila marah

dapat mengendalikan diri secara normal. Sesuai dengan Hadist berikut yang

artinya :
Dari abu musa Ra. Ia berkata, seseorang bertanya
kepada Nabi SAW. Mengenai perkara yang tidak di sukai
beliau. Tatkala orang itu terlalu banyak bertanya, Nabi
menjadi marah. Kemudian beliau berkata, Tanyakanlah apa
yang hendak kamu tanyakan. Seorang laki-laki bertanya,
siapakah ayahku ? Nabi menjawab, Ayahmu Huzafah.
Bertanya pula yang lain, siapakah ayahku, wahai Rasulallah,?
Nabi menjawab, Ayahmu salim, hamba sahaya
Syahibah,tatkala Umar Bin Al-Khattab melihat rasa kurang
senang tergambar di wajah Rasulallah karena sejumlah
pertanyaan yang tidak menentu segera ia berkata, Wahai
Rasulallah, kami bertaubat kepada Allah yang maha kuasa
dan yang maha agung. ( HR. Al-Bukhari ).

Dalam Hadist di atas dapat di pahami bahwa Rasulallah SAW. Juga

merasa marah ketika ada hal-hal yang tidak di inginkan di tampilkan di

depannya. Dalam kasus ini, sahabat banyak bertanya tentang hari kiamat.

Tetapi, kemarahan beliau tidak menghilangkan sifat lapang dadanya.


Sikap lapang dada dan jauh dari kedengkian akan mewujudkan

keseimbangan jiwa bagi manusia dan akan membiasakannya untuk selalu

cinta kepada kebaikan bagi masyarakat. Ia juga akan memberikan jalan bagi

kebaikan pada jiwa manusia untuk sampai kepada puncaknya. Nabi telah

memberikan bimbingan kepada anas bin malik ketika masih kecil agar

mencuci noda-noda jiwa setiap pagi dan petang dengan cara memberikan

maaf kepada setiap orang yang berbuat jahil kepadanya. Beliau juga

76
memintanya untuk mengosongkan hatinya dari sisa-sisa hembusan setaan di

dalam pikiran.
Sejalan dengan pembahasan pendidik dan kepribadiannya, Al-Quran

juga telah memberikan beberapa arahan dan prinsip-prinsip yang jelas

mengenai bagaimana seharusnya proses pendidikan dapat dijalankan. Sesuai

dengan firman Allah dalam Al-Quran Surat An-Nisa Ayat 63.65

Artinya : mereka itu adalah orang-orang yang Allah


mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
berbekas pada jiwa mereka.
Artinya, guru di tekankan untuk memberikan pelajaran dengan kata-

kata yang dapat memberikan bekas sampai ke dalam jiwa kepada orang yang

di berikan pelajaran, bukan dengan cara kekerasan.

Sedangkan dalam Surat An-Nahl Ayat 125.66

Artinya : Serulah ( Manusia ) kepada jalan Tuhanmu


dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah
yang lebih mengetahui tentang sapa yang tersesat dari

65 QS. An-Nisa [ 4 ] : 63.

66 QS. An.Nahl [16] : 125.

77
jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Artinya, di tekankan kepada setiap orang yang menyeru ke jalan Allah

termasuk para pendidik harus di lakukan dengan cara hikmah dan hasanah.

D) Kedudukan Guru dalam Islam

Guru sebagai pekerja sosial sangat di butuhkan oleh

masyarakat. Namun kebutuhan masyarakat akan guru belum seimbang

dengan sikap sosial masyarakat terhadap profesi guru. Berbeda bila di

bandingkan dengan penghargaan mereka terhadap profesi lain, seperti dokter,

pengacara, insinyur, dan yang seterusnya.67

Salah satu hal menarik pada ajaran islam ialah penghargaan

yang tinggi terhadap guru. Begitu tungginya penghargaan itu sehingga

menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan

Rasul. Karena guru adalah bapak rohani bagi anak didik yang memberi

santapan jiwa dengan ilmu pengetahuan.

Kedudukan guru dalam islam di hargai tinggi bila orang itu mengamalkan

ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu kepada orang

lain adalah suatu pengalaman yang paling dihargai dalam islam.

Menurut Al-Ghazali, seperti yang dikutip oleh ahmad


tafsir (1994:76), barang siapa yang memilih pekerjaan
sebagai guru, maka sesungguhnya ia memiliki pekrjaan
yang penting.68
67 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-ruz Media
Group, 2008), hlm.155-156.

68 Ibid, hlm.157.

78
Sebenarnya tinginya kedudukan guru dalam islam merupakan realisasi

dari ajaran islam itu sendiri. Islam memuliakan ilmu pengetahuan, dan

pengetahuan itu di dapat dari belajar dan yang mengajar. Yang belajar

adalah calon pemimpin masa depan, dan yang mengajar adalah guru.

Karena islam adalah agama, maka pandangan tentang guru dan kedudukan

guru tidak terlepas dari nilai-nialai agama islam. Tingginya kedudukan

guru dalam islam masih dapat dis aksikan secara nyata pada zaman

sekarang. Itu dapat kita lihat di pesantren. Jadi sudah jelaslah kedudukan

guru dalam islam sangat tinggi. Sesuai dengan firman Allah S.W.T dalam

Al-Quran.

Selain itu juga di dalam buku tafsir tarbawi guru mempunyai

kedudukan yang lain, diantaranya sebagai berikut :

1) Sebagai Orang Tua

Menurut Rasulallah SAW. Pendidik / guru berkedudukan sebagai

orang tua. Sehubungan ini terdapat Hadist sebagai berikut :

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulallah


brsabda; sesungguhnya aku menempati posisi orang tuamu.
Aku akan mengajarmu. Apabila salah seorang kamu mau
buang hajat, maka janganlah ia menghadap atau
membelakangi kiblat janganlah ia beristinjak( membersihkan
dubur sesudah buang air dengan tangan kanan. Beliau
menyuruh beristinja ( kalau tidak dengan air), dengan 3 batu
dan melarang beristinja dengan kotoran ( najis ) dan tulang.

Hadist di atas menjelaskan bahwa Rasulallah S.A.W. bagaikan

orang tua bagi sahabatnya. Pengertian bagaikan orang tua adalah mengajar,

79
membimbing, dan mendidik anak-anak seperti yang pada umumnyadi

lakukan oleh orang tua. 69

Beliau mengajarkan kepada sahabat bagaimana adab buang hajat.

Sebenarnya persoalan ini adalah persoalan orang tua. Akan tetapi Nabi

yang tidak di ragukan lagi bagi umat islam, sebagai maha guru dan

pendidik ulung juga mau mengajarkan hal itu.

Pendidik ( guru di sekolah ) perlu menyadari bahwa ia

melaksanakan tugas yang di amanahkan oleh Allah dan orang tua peserta

didik. Mendidik anak harus di dasarkan pada rasa kasih sayang. Oleh

sebab itu, pendidik harus memperlakukan peserta didiknya bagaikan

anaknya sendiri. Ia harus berusaha dengan ikhlas agar pserta didik dapat

mengembangkan potensinya secara maksimal. Pendidik tidak boleh

merasa benci kepada peserta didik karena sifat-sifat yang tidak di

senanginya.

2) Sebagai Pewaris Nabi

Sehubungan dengan kedudukan ini, terdapat sabda Nabi S.A.W. seperti

berikut ini yang artinya :

Abu Darda berkata : Aku mendengar Rasulallah


S.A.W bersabda, Siapa yang menempuh jalan mencari ilmu,
akan di udahkan Allah jalan untuknya ke surga.
Sesungguhnya, sesungguhnya malaikat merentangkan
sayapnya karena senang kepada pencari ilmu. Sesungguhnya
pencari ilmu di mintakan ampun oleh orang yang ada di langit
dan di bumi, bahkan ikan yang ada di dalam air. Keutamaan
orang yang berilmu dari orang yang beribadah adalah
69 Bukhari Umar, Hadist Tarbawi, (jakarta: Amzah, 2012), hlm.71.

80
bagaikan keutamaan bulan di antara semua bintang.
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Mereka tidak
mewariskan emas dan perak, tetapi ilmu. Siapa yang mencari
ilmu, hendaklah ia mencari sebanyak-banyaknya.(HR. At-
Tirmizi, Ahmad, A-Baihaqi,, Abu Daud, dan Ad-Darimi).

Dalam hadist diatas di kemukakan beberapa hal penting. Hal yang

berkaitan erat dengan tema ini adalah ulama adalah pewaris para Nabi.

Pendidik, dalam hal ini terutam guru, adalah orang yang berilmu

pengetahuan. Dengan demikian, ia termasuk kategori ulama. Jadi, ia

adalah pewaris para Nabi. Sebagai pewaris para Nabi, tentu guru tidak

dapat menharapkan banyak harta karena mereka tidak mewariskan harta.

Akan tetapi Rasulallah S.A.W. tidak pernah melarang orang berilmu,

termasuk pendidik, untuk mencari harta kekayaan selama proses itu tidak

mengurangi upaya pengambilan warisan beliau yang sebenarnya, yaitu

ilmu pengetahuan.

Oleh sebab itu guru sangatlah tinggi kedudukannya baik di kalangan

siswa, masyarakat, dan Allah S.W.T., selain itu juga sebagai seorang guru,

harus mempunyai syarat-syarat ketika ia akan mengajarkan suatu ilmu

kepada peserta didiknya. Jika seseorang ingin menjadi guru yang sangat di

hargai dan mempunyai kedudukan yang tinggi

2. Kepribadian
Menurut Allport, bahwa kepribadian menyangkut
keseluruhan aspek seseorang, baik fisik maupun psikis, baik
yang di bawa sejak lahir maupun yang diperoleh dari
penglaman.70

70 Bukhari Umar, Hadist Tarbawi, (jakarta: Amzah, 2012), Hlm. 122.

81
Sedangkan menurut zuhairini ( 1991 : 186 ), kepribadian adalah

hasil dari sebuah proses sepanjang hidup. Kepribadian bukan terjadi secara

tiba-tiba, akan tetapi terbentuk melalui perjuangan hidup yang sangat

panjang. Apakah dia berkepribadian muslim,baik atau buruk, kuat atau

lemah, beradab atau biadab, semua itu sangat di pengaruhi oleh banyak

faktor. Dengan demikian, faktor pendidikan sangat memengaruhi kualita

kepribadian seseorang, yang di dalamnya ada guruyang juga punya

kepribadian yang baik. Karena kepribadian adalah dinamis, maka dalam

proses kehidupan yang dijalani oleh setiap manusia pun berbeda. Namun,

karena setiap manusia itu mempunyai tujuan, maka dengan usaha yang

sistematis dan terencana, maka kita dapat mengusahakan keprbadian

sesorang sesuai dengan tujuan akhir pendidikan. Dengan demikian, peran

guru sangat menentukan sekali. Guru juga tidak hanya bersifat

menyampaikan ilmu saja pada anak didik, akan tetapi juga bagaimana para

guru menata tingkah lakunya dengan sedemikian mungkin. Kita tidak

hanya pandai bermanis kata semntara perbuatan jauh panggang dari api.

Maka dari itu setipa kata harus seimbang dengan perbuatan.


Sedangkan menurut Wiliam Stern kepribadian adalah
suatu kesatuan banyak ( unit multi kompleks )yang diarahkan
kepada tujuan- tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat
khusus individu, yang bebas menentukan dirinya sendiri. 71

Guru sering di anggap sebagai sosok yang memiliki keribadian

ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering di anggap sebagai model atau

71 Jalaluddin, Psikologi Agama, ( Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada,


2011), hlm. 203.

82
panutan. Agar pendidik dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka

setiap pendidik memerlukan banyak bekal. Salah satunya aspek penting

yang langsung atau tidak mempengaruhi kesuksesan seorang

pendidikdalam menjalankan tugasnya adalah faktor kepribadian.

Keprbadian yang akan menetukan apakah orang tua atau guru akan

menjadi pendidik atau pembina yang baik bagi para anak didiknya, atau

sebaliknya, justru menjadi perusak dan penghancur bagi masa depan anak

didiknya.
Dari pengertian tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa kepribadian

adalah suatu totalitas psikofisis yang meliputi sifat-sifat prbadi yang khas

dan unik dari individu yang melekat pada diri orang yang bersangkutan

karena berhadapan dengan lingkungan.

3. Pentingnya Kompetensi Kepribadian terhadap Guru

BAB IV

1. Analisa Surat Al-Qalam Ayat 4.


setelah beliau di cerca oleh kaum musyrikin sebagai seorang gila

sekaligus menganggap bohong apa yang di katakan mereka tentang Nabi.

Dan dengan surat ini Allah menenagkan hati beliau melalui janji serta

pujian atas akhlak luhur beliau sambil mengingatkan agar tidak mematahi

83
atau melunakkan sikap menghadapi mereka. Begitulah thabathabai

memberikan penjelasan seperti yang dikutip M. Quraish Shihab.

84
DAFTAR PUSTAKA

Yulaelawati. 2007. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya.


Danim Sudarman. 2002. Inovasi pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sumiati. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
Mahalli Iamam Jalaluddin. 2008. Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.
Satori Djaman. 2014. Metode Pembelajaran Kualitatif. Bandung: CV.

Alfabeta.
Ardianto Elviaro. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.


Rakhtikawati Yayan. 2013. Metodologi Tafsir Al-Quran. Bandung:

Pustaka Setia.
Mulyasa. 2011. Standar Kompetensi Dalam Sertifikasi Guru. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.
Jalaluddin. 2011. Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Umar Bukhari. 2012. Hadist Tarbawi. Jakarta: Amzah.
Nurdin Muhammad. 2008. Kiat Menjadi Guruprofesional. Jogjakarta: Ar-

ruz Media Group.


Muhammad Yusuf Qadar. 2013. Tafsir Tarbawi. Jakarta: CV. Bina Jaya.
Sanjaya Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi. Bandung: Pranada Media Group.

85

Anda mungkin juga menyukai