TINJAUAN PUSTAKA
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Sub kelas
: Archichlamideae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Melaleuca
Spesies
: Melaleuca leucadendron
serta kesalahan dalam penempatan pengukur suhu (thermometer) tidak pada posisi
yang benar (Rusli 2016).
2.3.2. Jenis-Jenis Penyulingan (Destilasi)
Minyak kayu putih adalah hasil minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun kayu putih yang umumnya disebut minyak atsiri. Minyak atsiri
merupakan zat cair yang mudah menguap dan bercampur dengan persenyawaan
padat yang berbeda baik dalam komposisi dan titik cairnya. Minyak atsiri ini larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat minyak atsiri
tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan empat macam cara, yaitu : 1.
Penyulingan atau destilation, 2. Pressing atau pengeluaran dengan tekanan, 3.
Ekstraksi dengan pelarut atau solvent exstraction dan 4. Absorbsi oleh lemak
padat atau enfleurasi (Ginting 2004). Proses ekstraksi minyak atsiri di atas
termasuk jenis ekstraksi secara konvensional, saat ini telah ada proses ekstraksi
minyak atsiri secara modern, yaitu : 1. Penyulingan molekular, 2. Penyulingan uap
ekstraksi pelarut berkelanjutan, 3. Ekstraksi Superkritik dan 4. Penyerapan dengan
resin berongga besar (Agusta 2000).
2.3.3. Jenis-Jenis Penyulingan (Destilasi) Minyak Kayu Putih
Menurut Guenther (1987), penyulingan minyak kayu putih dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu perebusan, pengkukusan, dan penyulingan
langsung dengan uap, yaitu :
1. Penyulingan dengan Perebusan (Kohobasi)
Cara penyulingan ini merupakan cara penyulingan yang paling sederhana
dan membutuhkan biaya terkecil. Pada cara ini, daun dan air dicampur dalam satu
ketel. Ketel biasanya dibuat dari bahan tembaga atau besi (misalnya drum bekas),
sedangkan pipa pendingin sebaiknya dibuat dari bahan stainless steel sehingga
minyak yang dihasilkan tidak berwarna. Kelemahan cara ini adalah daun yang
dekat dengan api akan cepat hangus, sementara suhu dan tekanan udara tidak
dapat diatur. Penyulingan dilakukan pada keadaan konstan, yaitu sekitar 100C
dan tekanan udara 1 atm, sehingga membutuhkan waktu yang lama.
2. Penyulingan dengan Pengkukusan (Water and Steam Distillation)
Penyulingan dengan cara pengkukusan mempunyai karakteristik adanya
pemisahan antara air dan daun, berupa sekat berlubang-lubang. Keuntungan cara
ini adalah dapat menghindarkan hangusnya daun dan memperkecil terjadinya
hidrolisis daun karena tidak terjadi kontak langsung antara air dan daun.
Penyulingan juga dilakukan pada kondisi konstan, yaitu pada suhu 100C dan
tekanan 1 atm.
Pada atau dekat penampang atas tangki dipasang pipa berbentuk leher angsa untuk
mengalirkan uap ke kondensor (Guenther, 1947)
Pada penyulingan dengan uap dan air dipasang suatu saringan (grid) atau
dasar semu di atas dasar ketel suling sehingga air yang mendidih tidak kontak
dengan bahan yang disuling. Uap air panas dialirkan melalui mantel uap atau
melalui suatu pipa uap yang tertutup. Untuk bentuk sederhananya dapat dilakukan
dengan cara pemanasan ketel secara langsung. Pada penyulingan dengan uap, kisikisi (grid) ditempatkan dekat ke dasar ketel. Uap dialirkan melalui suatu pipa uap,
biasanya merupakan pipa melingkar yang berlubang atau melintang di bawah kisikisi (dasar semu) (Guenther, 1947).
2.5.2. Gas Ideal
Molekul-molekul gas dalam suatu ruangan yang dibatasi dinding, bergerak
ke segala arah dengan tidak beraturan. Tabrakan molekul ke dinding ruangan
tersebut terjadi secara terus menerus, yang menimbulkan efek tekanan gas di
dalam ruangan tersebut. Semakin tinggi suhu gas, maka semakin besar kecepatan
geraknya, sehingga menyebabkan momentum tumbukan terhadap dinding
semakin besar. Akibatnya tekanan yang terjadi di dalam ruangan akan semakin
besar pula. Hubungan antara besaran tekanan (P), suhu (T) dan volume (V)
dikenal dengan persamaan keadaan gas ideal. Untuk suatu gas dengan jumlah mol
(n), hubungan antara ketiga besaran tersebut dinyatakan dengan persamaan
berikut: PV = nRT (Zemansky dan Richard,1997:29)
dimana R adalah konstanta gas umum dengan nilai sebesar 8,314 J/mol.K.
2.5.3. Konsumsi Panas Evaporator
Aspek penting lainnya pada desain evaporator adalah pada laju
pindah panas dari sumber panas ke bahan. Menurut Heldman et al.
(1992), laju pindah panas yang terjadi pada evaporator secara umum
dapat digambarkan dengan persamaan:
q = U x A x T ...................................................................... (4)
dimana q adalah laju pindah panas, U adalah koefisien pindah panas
menyeluruh,
dan
A
adalah
luasan
pindah
panas.
Ada 4 point perhatian dalam hal kajian pindah panas yang terjadi
pada alat evaporator ini, yaitu pada heat exchanger, preheater, ruang
evaporasi (evaporator) dan kondensor.