Anda di halaman 1dari 23

i

PROFESI KEGURUAN
MAKALAH KELOMPOK 7
ORGANISASI PENDIDIKAN DAN
TANGGUNGJAWAB GURU DALAM ORGANISASI
SEKOLAH

OLEH:
GUSDIN SHAWAL (1923041001)
TAWAKKAL MAULANA (1923042006)
BOBBY SAPUTRA (1923042008)
PELAGIA LAHE MAWAN (1923040016)
YUSRIL S. IDRIS (1723042032)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021

i
ii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ilmiah tentang Manfaat Bank Sampah Bagi Lingkungan.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya
makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik
dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerika saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Makassar, 21 Maret 2021

Kelompok 7

ii
iii

Daftar Isi

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Pengertian Organisasi................................................................................... 3

B. Hakikat Pendidikan ...................................................................................... 4

C. Konsep Organisasi Pendidikan .................................................................... 7

D. Prinsip-Prinsip Organisasi Pendidikan......................................................... 8

E. Struktur Organisasi dalam Pendidikan dan Pengajaran ............................. 11

F. Jenis-jenis Organisasi Pendidikan .............................................................. 14

G. Problematikan Desain Organisasi Pendidikan ........................................... 16

H. Karakteristik Organisasi Sekolah Yang Efektif ......................................... 17

I. Tujuan dan Manfaat Organisasi Pendidikan .............................................. 17

J. Contoh Organisasi Pendidikan ................................................................... 18

K. Tanggung Jawab Guru Dalam Organisasi Sekolah .................................... 18

BAB III.................................................................................................................. 19

PENUTUP ............................................................................................................. 19

A. Kesimpulan ................................................................................................ 19

B. Saran........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan manusia di dunia ini tidak ada yang luput dari keanggotaan suatu
organisasi. Organisasi merupakan sebuah wadah dimana orang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Pemahaman organisasi ini menunjukkan bahwa
dimana pun dan kapan pun manusia berada (berinteraksi) maka disitu muncul
organisasi. Pemahaman organisasi tidak lagi sebagai suatu wadah organik dari
orang-orang yang berkumpul untuk suatu tujuan, tetapi berkebang pada interaksi
orang untuk maksud tertentu. Organisasi dapat di identifikasi sebagai keluarga,
rukun tetangga, rukun warga, kelurhan, kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi,
negara, perserikatan dua negara atau lebih, perserikatan bangsa-bangsa, dan lain
sebagainya. Kemestian manusia saat ini, suatu organisasi ditujukan untuk mencapai
tujuan bersama dengan efektif dan efisien, bukan semata-mata suatu kondisi yang
kebetulan. Efektivitas dan efisiensi ini dapat digambarkan sebagai seratus sapu lidi
yang diikiat secara bersaam akan memilki kekuatan yang lebih besar untuk
membersihkan satu halaman dibandingkan dengan sejumlah seratus sapu lidi
digunakan secara terpisah untuk membersihkan satu halaman.

Pendidikan sebagai investasi pembangunan sumber daya manusia (SDM)


merupakan upaya yang dilakukan dalam konteks organisasi, apakah keluarga,
masyarakat, sekolah, atau jenis organisasi lainnya. Pendidikan memiliki tujuan
yang harus dicapai yang disebut dengan tujuan pendidikan. Pada level negara,
tujuan ini disebut tujuan pendidikan nasional, pada level provinsi disebut tujuan
provinsi, pada level kabupaten disebut tujuan kabupaten, dan pada sekolah dikenal
level pendidikan sekolah. Pencapaian tujuan ini akan lebih efektif dan efisien jika
dilakukan dengan menggunakan pendekatan organisasi dalam perkembangan
zaman pada saat ini dimana para orang tua disibukkan dengan berbagai pekerjaan,
proses pendidikan bagi anak lebih banyak dipercayakan pada organisasi pendidikan
formal (sekolah/madrasah).

1
2

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian Organisasi?
2) Apa Hakikat Pendidikan?
3) Jelaskan Konsep Organisasi Pendidikan?
4) Sebutkan Prinsip-Prinsip Organisasi Pendidikan?
5) Apa Saja Struktur organisasi dalam pedidikan dan pengajaran?
6) Sebutkan Jenis-Jenis Organisasi Pendidikan?
7) Sebutkan Karakteristik Organisasi Pendidikan?
8) Sebutkan Contoh Organisasi Pendidikan
9) Apa saja Tanggung Jawab guru dalam organisasi Sekolah?

C. Tujuan
Materi ini dibahas dengan tujuan, memberikan (Muawana, 2014) pengetahuan
baru terhadap mahasiswa mengenai organisasi pendidikan sehingga ilmu tersebut
dapat diterapkan secara langsung dillapangan dan menambahkan kesadaran
mahasiswa yang didik untuk menjadi guru akan tanggung jawab yang diberikan.

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi
J.R. Schermerhorn mengatakan “Organization is a collection of people
working together in a division of labor to achieve a common purpose.” Organisasi
adalah kumpulan orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Sementara Philiph Selznick menjelaskan bahwa organisasi adalah pengaturan
personil guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan
melalui alokasi fungsi dan tanggung jawab.

Organisasi adalah keseluruhan perpaduan unsur manusia dan non manusia


yang masing-masing memiliki fungsi dalam mencapai tujuan. Secara sederhana
dijelaskan oleh Smither “organizations is social entities with identifiable boundaries
that are goal directed and have deliberately structured activity system”. Bayle
berpendapat organisasi adalah kumpulan sejumlah orang yang bekerjasama dalam
pembagian kerja untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemberian makna ini
mencakup organisasi dalam perspektif yang luas. Karena itu, organisasi merupakan
fakta yang hidup dan berkembang dalam kehidupan manusia baik dalam konteks
keperluan individu apalagi dalam kaitannya dengan keperluan masyarakat,
komunitas, dan bangsa. Organisasi dalam dinamika kehidupannya berinteraksi
dengan lingkungan eksternal selain mamanfaatkan sumberdaya dalam lingkungan
internal.

Lebih lanjut Bayle menjelaskan bahwa organisasi sebagai sistem terbuka


adalah di dalamnya berlangsung transformasi sumberdaya manusia dan
sumberdaya pisik sebagai input dari lingkungan menjadi barang-barang dan jasa
yang dikembalikan kepada lingkungan yang mengkonsumsinya. Kemudian barang-
barang dan jasa pelayanan diciptakan melalui kegiatan pekerja yang
mentranspormasikan sumberdaya masukan ke dalam hasil sebagai keluaran. Semua
ini dimungkinkan terjadi karena ada interaksi organisasi apapun jenisnya denga
lingkungan eksternal. (Rifa'i, 2019)

3
4

B. Hakikat Pendidikan
Pendidikan merupakan fenomena kebudayaan manusia. Proses pendidikan
berarti khas pekerjaan dan tindakan manusia. Kegiatan pendidikan yang berasal dari
kreativitas yang membudaya di dalam kehidupan manusia untuk memanusiakan
anak manusia. Karena itu, pendidikan harus berkelanjutan dan menjadi keniscayaan
yang tidak bisa dibantah sebagai kebutuhan manusia akan pendidikan. Itu artinya,
usia pendidikan sama lamanya dengan usia kehidupan manusia. Justru kehidupan
itu sendiri merupakan proses aktual dari pendidikan sepanjang hayat yang dialami
manusia melalui berbagai pengalaman hidup. jatuh dan bangunnya kehidupan
seorang anak manusia, justru mendorong pertumbuhan dan perkembangan jiwanya
menuju kedewasaan dan kematangan hidup. Mungkin saja banyak orang yang
sampai pada puncak kemajuan dan kejayaan jika mereka dapat mengambil
pelajaran hidup. Tetapi bukan tidak mungkin kehidupan yang dicapai seseorang
biasa saja jika tidak dapat mengambil hikmah dari kehidupan yang mengalir
bagaikan air.

Menurut Langgulung (1985:3) pendidikan dalam artinya yang luas bermakna


merubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam
masyarakat. Di sini dipahami bahwa proses pendidikan dapat melalui beragam
kegiatan dan proses namun pada intinya adalah proses pemindahan nilai pada suatu
masyarakat kepada setiap individu. Perspektif lain mengacu kepada pemikiran
bahwa pendidikan adalah proses membina pribadi anak agar mencapai kedewasaan
hidup. Sebab setiap anak memiliki potensi yang dibawa sejak lahir, dan semua
potensi tersebut hanya mungkin berkembang dengan optimal dengan adanya
pendidikan yang diberikan kepada anak melalui kegiatan mengajar, melatih,
mendidik dan membimbing. Mengarahkan anak memiliki pribadi yang baik
merupakan tugas pendidikan. Dengan ilmu pengetahuan yang diterimanya maka
anak banyak mengetahui berbagai objek dalam diri dan di lingkungan sehingga
dapat menentukan pilihan yang terbaik tentang kehidupan. Begitu pula dengan
latihan yang diterimanya maka anak dapat melakukan perbuatan dan pekerjaan
melalui keterampilan yang dimiliki sehingga keperluan hidupnya dapat dipenuhi
bahkan dapat membantu orang lain untuk hidup mandiri.

4
5

Pendidikan sendiri dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai suatu
lembaga yang menawarkan program pembelajaran. Sebagai suatu proses,
pendidikan merupakan usaha memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap
potensi setiap individu anak yang sedang mengalami perkembangan untuk
mencapai kedewasaan yang optimal. Dalam konteks ini pendidikan dapat
berlangsung seumur hidup dalam berbagai situasi, baik dengan keteladanan
pembiasaan, bimbingan, pengarahan, pembelajaran, pelatihan, hukuman, pujian
dan Iain-lain. Sedangkan sebagai lembaga, pendidikan dapat berlangsung di rumah
tangga dan Iembaga masyarakat (pendidikan luar sekolah) serta pendidikan yang
berlangsung di sekolah sebagai organisasi pendidikan formal.

Menurut UNESCO (1996:2) pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan


manusia dewasa untuk mengembangkan kemampuan anak melalui bimbingan,
mendidik dan latihan untuk peranannya di masa depan. Dalam pendidik-an terdapat
jantung pembangunan pribadi dan masyarakat. Pendidikan merupakan proses
memberdayakan atau mengembangkan semua talenta (bakat) anak, mewujudkan
potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan termasuk tujuan pribadi. Sebagai
usaha atau Iembaga kemanusiaan di dalam pendidikan dilakukan usaha yang penuh
tujuan dan cara hati-hati atau cermat. Dalam pendapat ini menekankan bahwa usaha
pendidikan yang penuh tujuan ideal bagi pembentukan kepribadian generasi muda
yang berilmu, beriman dan bertaqwa dalam perilakunya harus dilakukan dengan
cara-cara pengelolaan yang baik. Di sinilah diperlukan aplikasi manajemen sebagai
strategi mencapai tujuan pendidikan yang dinginkan secara optimal. (Fitriyani,
2019)

Kemudian Langgulung (1985:3) berpendapat bahwa proses pemindahan


nilai-nilai budaya melalui berbagai macam jalan, yaitu:

1. Pemindahan nilai-nilai budaya melalui pengajaran, yaitu pendidikan berarti


pemindahan pengetahuan atau knowledge dalam berbagai bidang.
Memindahkan pengetahuan dari orang dewasa yang memiliki pengetahuan
kepada orang lain yang belum mengetahui. Itu berarti, pengajaran tidak hanya

5
6

berlangsung di sekolah saja, tetapi juga di rumah, tempat bermain, taman,


perpustakaan, laboratorium dan alam terbuka.
2. Pemindahan nilai melalui kegiatan latihan, yaitu proses seseorang
membiasakan diri di dalam melakukan pekerjaan tertentu untuk memperoleh
kemahiran di dalam pekerjaan tersebut. Latihan ini dapat difokuskan kepada
latihan keterampilan mengenderai mobil, sepeda motor, main bola kaki,
badminton, menunggang kuda, mencuci pakaian, menyapu rumah, dan lain-
lain.
3. Pemindahan nilai melalui kegiatan indoktrinasi, yaitu proses yang melibatkan
seseorang melalui peniruan atau mengikut apa yang diperintahkan oleh orang
lain. Dalam proses ini, peran keteladanan melalui perilaku yang baik
sebagaimana ditampilkan, menjadi alat utama dalam melakukan indoktrinasi,
sebab jika yang memerintahkan sudah lebih dahulu melakukan yang baik,
maka anak akan cenderung mengikuti perintah yang dilakukan.

Menurut Graham Hydon (2010:1) dalam banyak tempat dan waktu maka
boleh saja lebih ditekankan bahwa pelaksanaan pendidikan mengenai apa yang
terbaik bagi individu kemudian pada waktu dan tempat lain lebih kepada
memajukan apa yang terbaik bagi masyarakat. Pada semua tempat nampak proses
pendidikan menuju pengharapan bahwa pendidikan memajukan secara bersama
nilai yang dipandang sebagai yang terbaik dan membantu memecahkan masalah
kehidupannya.

Dengan kata lain, di satu sisi proses pendidikan mengembangkan potensi


individu, dan di sisi lain pengembangan potensi individu dilakukan melalui
pembelajaran yang berpedoman kepada kurikulum dengan struktur isinya adalah
kebudayaan masyarakat dan bangsa. Pendidikan berarti berfungsi menjamin
eksistensi dan kemajuan kebudayaan suatu bangsa, jika dijalankan dengan baik dan
efektif.

Pengelolaan kegiatan dan lembaga pendidikan secara sistemik, terarah,


terprogram dan terpadu dilaksanakan pada banyak lembaga pendidikan.
Kadangkala disebut juga organisasi pendidikan yang memberikan jasa pelayanan

6
7

pendidikan kepada anak-anak yang belum dewasa sehingga mereka mencapai


kedewasaan dan kematangan yang optimal. Sejatinya, pendidikan dapat
berlangsung di rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Banyak orang yan berperan
dalam melaksanakan kegiatan membimbing, mendidik, melatih dan mengajar anak-
anak. Karena itu organisasi pendidikan mencirikan kepada kumpulan sejumah
orang yang peduli dan memberikan perhatian dan layanan terhadap pembinaan
potensi anak dalam mencapai kedewasaan. Dengan derajat kedewasaan dan
kematangan pribadi maka anak-anak yang menyelesaikan pendidikannya dapat
mengisi berbagai peran di masyarakat dengan terorganisasikan dalam berbagai jenis
dan sifat organisasi kehidupan pula. Jika pendidikan suatu masyarakat maju, maka
kebudayaan bangsa secara otomatis akan maju pula. Sebaliknya pendidikan yang
kurang efektif mengakibatkan kebudayaan masyarakat dan bangsa dinamikanya
menjadi lambat, dan tertinggal dari bangsa yang lebih maju.

C. Konsep Organisasi Pendidikan


Kata “organisasi” secara etimologi berasal dari bahasa latin “organum yang
berarti alat, sedangkan menurut istilah berasal dari bahasa Inggris organization
berarti organisasi, penyusunan, pengumpulan, penghimpunan” (Taruna, 2017:12).
Jadi organisasi adalah suatu susunan kesatuan-kesatuan kecil yang membentuk satu
kesatuan besar. Sedangkan organisasi menurut pendapat para ahli adalah sebagai
berikut:

a. Prajudi Atmosudirjo mengemukakan bahwa organisasi adalah “struktur tata


pembagaian kerja dan struktur tata hubungan kerja antar kelompok orang-
orang memegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-
sama untuk mencapai tujuan tertentu” (Fatoni, 2013:2).
b. W. J. S. Poerwadarminta mendefinisikan organisasi adalah “susunan dan
aturan dari berbagai bagian (orang dan lain-lain) sehingga merupakan yang
sistematis.
c. Kochler mengemukakan bahwa organisasi adalah sistem interaksi yang
terstruktur yang mengkoordinasikan usaha suatu klompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu.

7
8

d. Adapun menurut J. William Schulze, organisasi diartikan sebagai


penggabunganalat-alat, benda-benda, perlengkapan, ruang kerja dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan organisasi, yang dikumpulkan dalam suatu
hubungan yang sitematis dan efektif guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
e. John Price Jones organisasi adalah struktur dan peralatan yang tersusun dari
orang-orang dan benda-benda dimana suatu usaha berencana yang teratur
dijalannya (Majalah Pendidikan, 2017:3).
f. Syaiful Sagala mendefinisikan organisasi adalah “institusi atau wadah tempat
orang berinteraksi dan bekerjasama sebagai suatu unit terkoordinasi yang
setidaknya terdiri dari setidaknya dua orang atau lebih yang berfungsi
mencapai sasaran” (Taruna, 2017:15).

Dari beberapa pengertian para ahli di atas menunjukkan bahwa organisasi


adalah sebuah wadah, tempat, sistem untuk melakukan kegiatan bersama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan pengorganisasian merupakan proses
pembentukan wadah/sistem dan penyusunan anggota dalam bentuk struktur
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Jika dihubungkan dengan pendidikan
maka organisasi pendidikan adalah wadah untuk melakukan kegiatan pendidikan
guna mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. (Fitriyani, 2019)

Organisasin Pendidikan adalah suatu wadah yang memungkinkan komponen


Pendidik untuk meraih hasil yang maksimal dalam proses belajar mengajar,
sehingga dapat menghasilkan pesrta didik yang punya prestasi, dan pengelolaan
Sekolah yang tertib administrasi dengan managemen yang terarah yang sebelumnya
tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. (Muawana, 2014)

D. Prinsip-Prinsip Organisasi Pendidikan


Menurut M. Ngalim Purwanto (Purwanto, 2005:18) dalam buku administrasi
dan supervisi pendidikan organisasi yang baik hendaknya memiliki ciri-ciri atau
sifat-sifat sebagai berikut: Memiliki tujuan yang jelas. Setiap anggota dapat
memahami dan menerima tujuan tersebut. Adanya kesatuan arah sehingga dapat
menimbulkan kesatuan tindak dan kesatuan pikiran. Adanya kesatuan perintah

8
9

(unity of command); para bawahan hanya mempunyai seorang atasan lagsung: dari
pada ia menerima printah atau bimbingan, dan kepada siapa ia harus
mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya. Adanya keseimbangan antara
wewenang dan tanggung jawab masing-masing anggota. Adanya pembagian tugas
yang sesuai dengan skill dan bakat masing-masing, sehingga dapat menimbulkan
kerjasama yang harmonis dan kooperatif. Pola organisasi hendaknya relatif
permanen, dan struktur organisasi disusun sederhana mungkin, sesuai dengan
kebutuhan, koordinasi, pengawasan dan pengendalian. Adanya jaminan keamanan
dalam bekerja (security of tenure); anggota tidak merasa gelisah takut dipecat atau
ditindak sewenang-wenang. Adanya gaji atau insentif yang setimpal dengan
jasa/pekerjaan, sehingga dapat menimbulkan gairah kerja. Garis-garis kekuasan
dan tanggung jawab serta hierarkhi tata kerjanya jelas tergambar dalam struktur
organisasi.

Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, mengemukakan prinsip-prinsip


organisasi (Juddin, 2013:2) adalah sebagai berikut: a) Terdapat tujuan yang jelas,
tanpa adanya tujuan yang jelas, organisasi dapat diumpamakan dengan sebuah
kapal yang berlayar tanpa mempunyai pelabuhan yang akan ditujunya. b) Tujuan
organisasi harus dipahamai oleh setiap orang didalam organisasi. Setiap orang
didalam organisasi dapat mengetahui tujuan apa yang hendak dicapai dari
organisasi tersebut, ada beberapa hal yang dapat mereka laksanakan yaitu:
Mengetahui apa yang diharapkan oleh organisasi dari mereka masing-masing, dapat
memahami apa yang mereka dapat harapkan dari organisasi. Jika belum singkron,
mereka dapat memutuskan apakah berusaha untuk mensingkronisasikan atau
tidak, ataukah akan meninggalkan organisasi tersebut.

Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang dalam organisasi: a)


Adanya kesatuan arah (Unity of direction). Artinya bahwa semua kegiata, semua
sumber, semua pemikiran, keahlian, waktu dan kemampuan ditunjukkan hanya
kepada satu arah, yaitu pencapaian tujuan dengan cara yang seefisien dan seefektif
mungkin. b) Adanya kesatuan perintah (Unity of command).

9
10

Hakikat prinsip ini ialah bahwa setiap orang bawahan hanya mempunyai
seorang atasan lagsung kepada siapa ia melapor dan pertanggung jawaban dan dari
siapa ia menerimaperintah, instruksi, bimbingan, dan pedoman kerja. c) Adanya
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang. Prinsip ini sangat
penting karena wewenang yang lebih besar dari tanggung jawab sering
memudahkan penyalahgunaan wewenang tersebut yang akibatnya akan merugikan
organisasi. d) Adanya pembagian tugas (Distribution of Work). Struktur organisasi
harus disusun sesederhana mungkin. Sederhana berarti sesuai dengan kebutuhan
dan memudahkan koordinasi, pengawasan, dan pengendalian. e) Pola organisasi
harus relatif permanen. Meskipun struktur organisasi dapat dan memang harus
diubah sesuai dengan tuntutan perkembangan, kemajuan/kemunduran, sifat tugas
yang lain, karena tujuan terpaksa diubah atau oleh faktor-faktor lain, fleksibilitas
dalam penyesuaian itu jangn bersifat mendasar. Oleh karenanya pola dasar struktur
organisasi perlu dibuat/sedemikian rupa sehingga tidak perlu sering diubah. f)
Adanya jaminan jabatan (security of tenure). Hal ini berarti bahwa kelompok
pimpinan tidak boleh memperlakukan bawahannya semene-mena, misalnya dalam
bentuk pemecatan tanpa alasan yang kuat. g) Imbalan yang diberikan kepada setiap
orang harus setimpal dengan jasa yang diberikan. h) Penempatan orang yang sesuai
dengan bakat dan kempuannya (The Right Man on The Right Place).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan beberapa prinsip-
prinsip dalam organisasi antara lain yaitu harus memiliki tujuan yang jelas, setiap
anggota dapat memahami dan menerima tujuan tersebut, adanya kesatuan arah
sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindak dan kesatuan pikiran, adanya
kesatuan perintah, adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
masing-masing anggota, adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan
keahlian masing-masing, pola organisasi hendaknya permanen, adanya jaminan
keamanan dalam bekerja, adanya insentif yang sesuai dengan pekerjaan dan jasa.
Selain prinsip–prinsip di atas, kelancaran suatu organisasi dipengaruhi juga oleh
sikap dan sifat kepemimpinan serta human relation yang berlaku didalamnya.

10
11

E. Struktur Organisasi dalam Pendidikan dan Pengajaran


Struktur organisasi dalam pendidikan dan pengajaran ditiap negara berbeda-
beda. Hal ini tergantung pada struktur organisasi dan administrasi pemerintah
negara masing-masing. Di suatu negara yang bentuk dan struktur organisasi
pemerintahannya cenderung ke arah kediktatoran, di mana segala kekuasaan
dipusatkan pada satu orang atau segolongan orang. Struktur organisasi
pendidikannya cenderung kearah sentralisasi. Setiap hal yang berkaitan dengan
bidang pendidikan, ditentukan dan diselenggarakan oleh pusat secara sentral.
Sebaliknya, dalam negara-negara yang menganut sistem demokrasi dalam
pemerintahannya, struktur organisasi pendidikannya disususn menurut pola-pola
yang demokratis. Kekuasaan dan penyelenggaraan pendidikan tidak dilakukan
secara sentral, tetapi dibagi-bagikan atau diserahkan kepada daerah-daerah,
disesuaikan dengan kondisi dan kepentingan daerah.

Struktur organisasi yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi dan
desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat beberapa struktur
campuran, yakni yang lebih cenderung kearah sentralisasi mutlak, dan lebih
mendekati desentaralisasi tetapi beberapa bagaian masih dilakukans ecara sentral.
(Syafaruddin, 2015)

a. Struktur Sentralisasi

Di negara-negara yang organisasi pendidikannya dijalankan secara sentral,


yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan di pusat
pemerintahan, maka pemerintahan daerah kurang sekali atau sama sekali tidak
mengambil bagian dalam adminstrasi apapun. Jika ada bagian-bagian yang
dikerjakan oleh pemerintahan daerah atau wilayah-wilayah selanjutnya, semua
merupakan pekerjaan-pekerjaan prantara, sebagai penyambung atau penyalur
ketetapan-ketetapan-ketetapan dan instruksi-instruksi dari pusat untuk
dilaksanakan di sekolah-sekolah. Di dalam struktur organisasi yang berbentuk
organisasi line (line organization), garis-garis perintah/kekuasaan dan tanggung
jawab membentang tegak lurus dari atas ke bawah atau dari pimpinan atasan sampai
kepada organ yang paling bawah. Segala sesuatu yang mengenai urusan-urusan

11
12

pendidikan, dari menetukan kebijakan (policy) dan perencanaan, penentuan


struktur dan syarat-syarat

personel, urusan kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan bangunan-


bangunan sekolah, menentukan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal dan
penyelenggaraan ujian-ujian. Semua ditentukan oleh dan dari pusat. Sedangkan
bawahan dan sekolah- sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif.

Organisasi pendidikan yang menerapkan sistem sentralisasi menjadikan


kepala sekolah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya, serta prosedur pelaksanaan tugas sangat dibatasi oleh
aturan-aturan dan instruksi- instruksi dari pusat yang diterima melalui jabatan yang
dimiliki oleh atasannya. Sistem sentralisasi semacam ini memiliki identitas pokok
yang sangat menonjol yaitu keharusan adanya keseragaman yang sempurna bagi
seluruh daerah dilingkungan negara tersebut. Keseragaman itu meliputi hampir
semua kegiatan pendidikan, terutama di sekolah-sekolah setingkat dan sejenisnya.
Misalnya: keseragaman dalam organisasi sekolah, rencana pelajaran, buku-buku
pelajaran, metode-metode mengajar, soal-soaldan waktu penyelenggaraan ujian,
dan lain-lain tanpa memperhatikan keragaman dan keadaan daerah masing-masing.
Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahawa sistem sentralisasi yang seperti itu banyak
mengandung kekurangan-kekurangan. Adapun kekurangan yang prinsipal adalah:

1) Administrasi yang cenderung kepada sifat-sifat otoriter dan birokratis.


Menyebabkan para pelaksana pendidikan, baik para pegawai maupun kepala
sekolah serta guru-guru, menjadi orang- orang yang pasif dan bekerja secara
rutin dan tradisional belaka.
2) Organisasi dan administrasi berjalan sangat kaku yang disebabkan oleh garis-
garis komunikasi antar sekolah dan pusat sangat panjang dan berbelit-belit,
sehingga kelancaran penyelesaian persoalan- persoalan kurang dapat dijamin.
3) Karena terlalu banyak kekuasan dan pengawasan sentral, timbul
penghalang-penghalang bagi inisiatif setempat, dan mengakibatkan
uniformitas yang mekanis dalam administrasi pendidikan yang biasanya

12
13

hanya mampu sekedar membawa hasil-hasil pendidikan yang sedang atau


sedikit (Purwanto, 2005:130).
b. Struktur Desentralisasi

Di negara-negara yang organisasi pendidikannya desentralisasi, pendidikan


bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintahan
daerah dan masyarakat setempat. Penyelenggaraan pengawasan sekolah-sekolah
berada sepenuhnya dalam penguasaan daerah. Campur tangan pemerintah pusat
terbatas pada kewajiban-kewajiban tentang pemberian tanah subsidi, penyelidikan-
penyelidikan, nasehat-nasehat dan konsultasi serta program pendidikan bagi orang-
orang luar negeri. Tiap-tiap daerah atau wilayah diberikan otonomi yang sangat
luas, yang meliputi penentuan anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan,
penentuan personel/guru, gaji guru-guru/pegawai sekolah, buku-buku pelajaran,
juga tentang pembangunan, pakaian serta pemeliharaan gedung sekolah. Dengan
menjalankan struktur organisasi pendidikan secara desentralisasi seperti ini
menjadikan kepala sekolah seorang pemimpin profesional dengan tanggung jawab
yang luas dan langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia
bertanggung jawab langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat setempat.
Semua kegiatan sekolah yang dijalankannya mendapat pengawasan dan social
control yang langsung dari pemerintah dan masyarakat.

Penyebabnya karena kepala sekolah dan tenaga pendidikan adalah petugas


atau karyawan pendidikan yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh
pemerintah daerah setempat. Tentu saja sistem desentralisasi seperti ini ada
kebaikan dan kekurangannya. Adapun kelebihan yang mungkin terjadi adalah:

a) Pendidikan dan pengajaran dapat disesuaikan dengan dan memenuhi


kebutuhan setempat.
b) Kemungkinan adanya persaingan yang sehat diantara daerah atau wilayah
sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk menyelenggarakan sekolah
dan pendidkan yang baik.

13
14

c) Kepala sekolah, guru-gurudan petugas-petugas pendidkan yang lain akan


bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh karena merasa dibiayai dan
dijamin hidupnya oleh pemerintah dan masyarakat setempat.

Adapun kekurangannya yaitu:

a) Karena otonomi yang sangat luas, kemungkinan program pendidikan di


seluruh negara akan berbeda-beda. Hal ini dapat menimbulkan kemungkinan
perpecahan bangsa.
b) Hasil pendidkan dan pengajaran tiap-tiap daerah atau wilayah sangat
berbeda-beda, baik mutu, sifat, maupun jenisnya, sehingga menyulitkan bagi
pribadi murid dalam mempraktekkan pengetahuan/kecakapannya
dikemudian hari di dalam masyarakat yang lebih luas.
c) Kepala sekolah, guru-guru, dan para petugas- petugas pendidkan lainnya
cenderung untuk menjadi kariawan- kariawan yang materialistis, sedangkan
tugas dan kewajiban guru pada umumnya lain dari pada kariawan-kariawan
yang bukan guru.
d) Penyelenggaraan dan pembiayaan pendidikan yang diserahkan kepada daerah
atau wilayah itu mungkin akan sangat memberikan beban masyarakat
setempat (Purwanto, 2005:131). Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwasanya struktur sentralisasi maupun struktur desentralisasi memiliki
kelebihan dan kekurangannya. Maka yang lebih baik ialah struktur yang
merupakan campuran antara keduanya, yang susunan dan
penyelenggaraannya sesuaikan dengan kondisi- kondisi dan kebutuhan tiap
negara secara keseluruhan.

F. Jenis-jenis Organisasi Pendidikan


Jenis-jenis organisasi pendidikan secara umum terbagi menjadi dua yaitu:

a. Organisasi Formal

Organisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur organisasi.


Keberadaan struktur organisasi yang menjadi pembeda utama antara organisasi
formal dan informal. Sebagai struktur organisasi formal dimaksudkan untuk

14
15

menyediakan penugasan kewajiban dan tanggung jawab memperlihatkan hubungan


tertentu antara personil-personil organisasi. Struktur dalam organisasi
memperlihatkan unsur-unsur administrasi berikut:1). Kedudukan: Kedudukan
struktur mengambarkan letak/posisi setiap orang dalam organisasi. 2). Hierarki
dalam Kekuasan: struktur digambarkan sebagai suatu rangkaian hubungan antar
satu orang dengan yang lainnya dalam suatu organisasi.3). Kedudukan garis dan
staf: organisasi garis memperjelas struktur perintah, jalan permohonan,
pengambilan keputusan, saluran komunikasi, mengeluarkan instruksi, dan petunjuk
pelaksanaan. Bentuk skema struktur organisasi formal dapat berbentuk piramida
mendatar atau melingkar.

b. Organisasi Informal

Keberadaan organisasi dapat dilihat dari 3 karakteristik yaitu norma perilaku,


tekanan untuk adaptasi dan kepemimpinan informal. Menurut Ara Hidayat dan
Imam Machali norma prilaku adalah standar prilaku yang diharapkan menjadi
perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok, dalam sebuah kesepakatan
bersama tidak tertulis di antara orang-orang dalam organisasi tertentu.

Tekanan untuk menyesuaikan diri akan muncul apabila seseorang akan


bergabung dalam sebuah organisasi, tidak semata secara fisik melainkan
melibatkan sosial emosional individu-individu. Kepemimpinan formal dalam
organisasi informal menjadi salah satu kompon yang sangat kuat mempengaruhi
orang-orang di dalam oeganisasi bahkan dimungkinkan melebihi kepemimpinan
dalam organisasi formal, dimana seseorang dipatuhi bukan karena memiliki
jabatan, tetapi ada kelebihan yang secaraa lamiah dan mampu mempengaruhi
oranglain tanpa paksaan apapun.

Jenis-jenis organisasi memiliki jumlah yang tidak sedikit namun pada


pelaksanaannya ada satu jenis organisasi yang paling urgen dan patut untuk dikaji
yaitu jenis organisasi dilihat dari segi tujuannya (Ara dan Imam, 2010:66):

15
16

a. Organisasi profil

Organisasi profil adalah organisasi yang tujuan didirikannya untuk


mengambil keuntungan. Misalnya: perusahaan, koprasi, dan lain sebagainya.

b. Organisasi Non profil

Organisasi non profil adalah organisasi yang didirikan bukan untuk mencari
keuntungan. Misalnya: LSM, ormas, sekolah, pesantren, dll.

Setiap lembaga atau satuan pendidikan memiliki tujuan dasar dalam


pendidikan, hal ini tercantum dalam UU sisdiknas Tahun 2003 yang berbunyi UU
RI, 2003:3) “Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, prilaku mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

G. Problematikan Desain Organisasi Pendidikan

Pendidikan di negeri ini, selama tahun 2003 telah dikelola secara sentralistis,
yaitu menganut prinsip petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Meskipun ada
beberapa upaya tertentu yang lebih mengarah kepada pemimpahan wewewnang
pada kepemimpinan daerah di masa lalu. Namun upaya-upaya ini telah dibatasi
dengan istilah yang lebih tepatnya lagi "dekonsntrasi". Sebelum Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 diberlakukan kantor-kantor Departemen pendidikan di
daerah telah diberi tanggung jawab manajemen. Tetapi mereka tidak bertanggung
jawab pada para anggota legislatif daerah, dan tidak pula terbuka ruang yang
memadai untuk melakukan dengar pendapat dengan legislatif berkenaan dengan
pembangunan pendidikan di daerahnya masing-masing. Baik dalam teori maupun
praktik masyarakat setempat tidak punya kemampuan untuk meminta pertanggung
jawaban pejabat.

Bagaimanapun, undang-undang mengenai dasar desentralisasi secara


implementasi khususnya di sekolah-sekolah, sesungguhnya tidaklah begitu jelas.

16
17

Peraturan tersebut tampak cenderung berlawanan dengan semangat otonomi


pengelolaan sekolah dan sering kali tidak berhubungan dengan tingkat keputusan
pada tingkat pemerintah daerah. Di lain pihak, sikap birokratis para pejabat
birokrasi daerah masih tinggi, yaitu lebih menonjolkan power ketimbang
pemberdayaan. (Sagala, 2016)

H. Karakteristik Organisasi Sekolah Yang Efektif


Komponen Karakteristik
Manajemen Fokus manajemen didasarkan pada lembaga
pendidikan yang bersangkutan dengan menekankan
pada prosedur pengembangan organisasi yang aktual
dan penggunaan waktu yang efektif, berpusat pada hasil
dan tujuan yang jelas dan terukur, semua anggota
memiliki komitmen dan harapan yang tinggi terhadap
organisasi.

Kepemimpinan Berfungsinya komponen- komponen organisasi secara


optimal dan keefektifan menejerial ditandai
kepemimpinan instruksional yang lugas dan kuat oleh
kepala sekolah, kinerja guru, dan tenaga kependidikan
yang profesional ditopang oleh kemampuan teknologi,
perkembangan lingkungan, peluang yang baik,
kecakapan individu, dan motivasi yang kuat.

Komitmen Kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan harus


mengambarkan sikap: konsisten, memiliki komitmen,
memiliki integritas yang tinggi, berfikiran luas dan
terbuka, bersikap jujur, percayadiri, kreatif dan
sebagainya, yang ditandai dengan hubungan
perencanaan dan sikap kolegialitas didukung aturan
yang baik, kuat dan memadai yang dipahami secara me
luas. (Sagala, 2004:77)
I. Tujuan dan Manfaat Organisasi Pendidikan
Pendidikan sebagai organisasi harus dikelola sesuai dengan sumberdaya yang
ada baik itu SDM maupun sarana dan prasarana, sehingga aktivitas pelaksanaan
program organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Diantara manfaat
tujuan organisasi pendidikan (Surya, 2004:140) adalah: Mengatasi keterbatasan
kemampuan, kemauan dan sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan
pendidikan. Terciptanya efektifitas dan efisiensi organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan. Sebagai wadah pengembangan potensi dan

17
18

spesialisasi yang dimiliki. Menjadi tempat pengembangan ilmu pengetahuan dan


lain-lain.

J. Contoh Organisasi Pendidikan


a) Forum Interaksi Guru Banyumas (Figurmas)
b) Asosiasi Guru Nangroe Aceh Darussalam (Asgu-NAD)
c) Ikatan Guru Honorer Indonesia (IGHI)
d) Jakarta Teacher Club (JTC)
e) Forum Aspirasi Guru Independen (FAGI)
f) Forum Guru-Guru Garut (FOGGAR)
g) Solidaritas Guru Semarang(sogus)
h) Perhimpunan Guru Tidak Tetap (PGTTI)
i) Aliansi Guru Nasional Indonesia (AGNI)
j) Perhimpunan Guru Mahardika Indonesia (PGMI)

K. Tanggung Jawab Guru Dalam Organisasi Sekolah


Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:

a. Mengetahui tugas pokoknya sendiri yaitu memberikan pelajaran sesuai


dengan bidang studi
b. Mengevaluasi hasil pekerjaannya.
c. Mewakili kepala sekolah dan orang tua siswa di kelas.
d. Mengetahui tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dan memeriksa hasil
tugas itu untuk dinilai.
e. Memperhatikan kelakuan dan kerajinan siswa sebagai bahan laporan kepada
kepala sekolah, wali kelas, dan guru BP.
f. Memecahkan masalah-masalah pelajaran yang dihadapi siswa untuk
memberikan bimbingan pelajaran kepada siswa yang cerdas, siswa yang
kurang cerdas, dan siswa yang membandel.
g. Memperhatikan hasil ulangan EBTA, EBTANAS, dan mengisi daftar nilai
siswa.
h. Melaporkan kepada kepala sekolah tentang hasil kerjanya.

18
19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
organisasi pendidikan adalah wadah untuk melakukan kegiatan pendidikan
guna mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, umumnya struktur organisasi
dibagi menjadi dua jenis yaitu sentralisasi yaitu kekuasaan dan tanggung jawab
dipustakan kepada suatu badan pemerintah pusat, sedangkan desentralisasi yaitu
kekuasan dan tanggung jawabkan dipusatkan pada suaru badan pemerintah daerah.
Jenis organisasi pendidikan dibagi dua jenis mulai dari formal sampai informal.
Organisasi sendiri dibedakan berdasarkan tujuan ada yang profil dan ada juga yang
non profil.

Seorang guru memiliki peran dan tanggung jawab dalam terlaksananya


kegiatan organisasi sekolah, hal tersebut dilandasi oleh sebuah tugas yang diberikan
sebagai seorang pendidik sekaligus pengganti orang tua dirumah selama proses
aktivitas sekolah.

B. Saran
Kami sadar bahwasanya dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga besar harapan kami kedepannya apabila terdapat kekurangan
atau kesalahan dalam penulisan mohon dikoreksi dan diberitahu kepada kami
sehingga kedepannya kami dapat memperbaiki dan menjadikan pembelajaran untuk
pembuatan makalah yang akan datang.

19
20

DAFTAR PUSTAKA

Fitriyani, 2019. KONSEP ORGANISASI PENDIDIKAN DALAM


PEMBERDAYAAN SEKOLAH. Journal Pendidikan, Volume II, pp. 62-80.

Muawana, 2014. Organisasi Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islamiah, Volume 1,


pp. 20-30.

Rifa'i, M., 2019. Manajement Organisasi Pendidikan. 1 ed. Malang: CV.


Humanis.

Sagala, S., 2016. Memahami Organisasi Pendidikan. 1 ed. Jakarta: Kencana.

Syafaruddin, 2015. Manajement Organisasi Pendidikan. 1 ed. Medan: Perdana


Publishing.

20

Anda mungkin juga menyukai