Anda di halaman 1dari 5

A.

Belajar dalam perspektif psikologi

1. Pengertian

Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi perkembangan individu. Belajar akan
terjadi setiap saat dalam diri seseorang, dimanapun dan kapanpun proses belajar dapat terjadi. Belajar
tidak hanya terjadi di bangku sekolah, tidak hanya terjadi ketika siswa berinteraksi dengan guru, tidak
hanya ketika seseorang belajar membaca, menulis dan berhitung. Belajar bukan hanya seperti ketika
seseorang belajar sepeda, belajar menjahit atau belajar mengoperasikan komputer. Belajar bisa terjadi
dalam semua aspek kehidupan. Belajar sudah terjadi sejak anak lahir bahkan sebelum lahir atau
dikenal dengan pendidikan pranatal, dan akan terus berlanjut hingga ajal tiba.

Mengingat begitu pentingnya aktivitas belajar bagi perkembangan individu, banyak ahli yang
berusaha mengembangkan masalah belajar ini dari berbagai aspek. Karena belajar mencakup aspek
yang sangatluas, maka tidak mudah untuk menjawab pertanyaan “apa itu belajar”. Berbagai penelitian
lahir memunculkan teori-teori belajar. Hal itu pula kemudian melahirkan berbagai definisi tentang
belajar dari berbagai ahli. Para ahli menguraikan pengertian belajar dari berbagai sudut pandang. Ada
yang menekankan proses dari belajar itu sendiri, ada pula yang menekankan hasil. Berikut definisi
belajar dari beberapa tokoh:

1. Crow and Crow dalam Educational Psychology (1984), belajar adalah perbuatan untuk
memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam
mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru. Definisi
ini menekankan hasil dari aktivitas belajar.

2. Menurut Cronbach dalam bukunya Educational Psychology mengemukakan “learning is shown


by a change in behavior as a result of experience” (Suryabrata, 2004). Menurutnya belajar belajar
yang baik harus ditempuh dengan mengalami secara langsung.

3. Menurut Dictionary of Psychology disebutkan bahwa belajar memiliki dua definisi. Pertama;
belajar diartikan “the process of acquiring knowledge”. Kedua; belajar diartikan ‘a relatively
permanent change potentiality which occurs as a result of reinforced practice”. Pengertian pertama,
belajar memiliki arti suatu proses untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti
suatu perubahan kemampuan untuk bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat (Syah, 2003). Pengertian belajar dari Dictionary of Psychology ini menekankan aspek
proses serta keadaan sebagai hasil belajar.

4. A. Caurine mendefinisikan belajar adalah modifikasi atau memperteguh perilaku melalui


pengalaman.

5. Gregory A. Kimble (dalam Hergenhahn & Olson, 1997) yang mendefinisikan belajar sebagai
berikut; “Learning is a relatively permanent change in behavior or in behavioral potentiality that
results from experience and cannot be attributed to temporary body states such as those induced by
illness, fatigue, or drugs”.
Dengan kata lain Belajar adalah perubahan relatif permanendalam tingkah laku atau potensi
perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan tidak berhubungan dengan kondisi tubuh pada saat
tertentu semacam penyakit, kelelahan, atau obat-obatan.

Berbagai aliran dalam psikologi memberikan makna belajar dari sudut pandang yang berbeda-
beda. Kelompok koneksionisme yang dipelopori Edaward Thorndike mengemukakan belajar sebagai
upaya membentuk hubungan antara stimulus dengan respon. Seseorang akan belajar ketika
dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan. Masalah merupakan stimulus atau
perangsang bagi seseorang yang datang dari lingkungan yang menuntut seseorang bereaksi dengan
cara tertentu. Dalam contoh diatas terjadi koneksi antara stimulus (masalah) dengan respon (reaksi)
seseorang dalam mengatasi masalah.

2. Bentuk-bentuk

Selanjutnya para ilmuwan telah mengkategorikan bentuk-bentuk belajar yang umumnya diterapkan.
Gagne (1984) mengemukakan ada lima bentuk belajar, yaitu:

1. Belajar Responden.

Dalam belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. Jadi, terjadinya
proses belajar dikarenakan adanya stimulus. Misalnya Maya bisa menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh gurunya dengan benar. Kemudian guru tersebut memberikan senyuman dan pujian kepadanya.
Akibatnya Maya semakin giat belajar. Senyum dan pujian guru ini merupakan stimulus tak terkondisi.
Tindakan guru ini menimbulkan perasaan yang menyenangkan pada diri Maya sehingga ia membuat dia
lebih giat lagi dalam belajar.

2. Belajar Kontiguitas

Belajar dalam bentuk ini tidak memerlukan hubungan stimulus tak terkondisi dengan respons.
Asosiasi dekat (contiguous) sederhana antara stimulus dan respons dapat menghasilkan suatu perubahan
dalam perilaku individu. Hal ini disebabkan secara sederhana manusia dapat berubah karena mengalami
peristiwa-peristiwa yang berpasangan. Belajar kontiguitas sederhana bisa dilihat jika seseorang
memberikan respon atas pertanyaan yang belum lengkap, seperti “dua kali dua sama dengan?” Maka pasti
bisa menjawab “empat”. Itu adalah contoh asosiasi berdekatan antara stimulus dan respon dalam waktu
yang sama.

Bentuk belajar kontiguitas yang lain adalah “stereotyping”, yaitu adanya peristiwa yang terjadi
berulang-ulang dalam bentuk yang sama, sehingga terbentuk dalam pemikiran kita. Seringkali sinetron
televisi memperlihatkan seorang ilmuwan dengan memakai kacamata, ibu tiri adalah wanita yang kejam.
Maka sinetron televisi menciptakan kondisi untuk belajar stereotyping, padahal hal tersebut tidak
sepenuhnya benar.
3. Belajar Operant

Belajar bentuk ini sebagai akibat dari reinforcement, bukan karena adanya stimulus, sebab perilaku
yang diinginkan timbul secara spontan ketika organisme beroperasi dengan lingkungannya. Maksudnya
perilaku individu dapat ditimbulkan dengan adanya reinforcement segera setelah adanya respon. Respon
ini bisa berupa pernyataan, gerakan dan tindakan. Misalnya respon menjawab pertanyaan guru secara
sukarela, maka reinforcer bisa berupa ucapan guru “bagus sekali”, “kamu dapat satu poin”, dan
sebagainya.

4. Belajar Observasional

Konsep belajar ini memperlihatkan bahwa orang dapat belajar dengan mengamati orang lain
melakukan apa yang akan dipelajari. Misalnya anak kecil belajar makan itu dengan mengamati cara
makan yang dilakukan oleh ibunya atau keluarganya.

5. Belajar Kognitif

Bentuk belajar ini memperhatikan proses-proses kognitif selama belajar. Proses semacam itu
menyangkut “insight” (berpikir) dan “reasoning” (menggunakan logika deduktif dan induktif). Bentuk
belajar ini mengindahkan persepsi siswa, insight, kognisi dari hubungan esensial antara unsur-unsur
dalam situasi ini. Jadi belajar tidak hanya timbul dari adanya stimulus-respon maupun reinforcement,
melainkan melibatkan tindakan mental individu yang sedang belajar.

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa Gagne membagi bentuk-bentuk belajar menjadi lima
bentuk, yang merupakan inti dari teori belajar, yaitu bentuk responden, kontiguitas, operant,
observasional dan kognitif. Responden merupakan belajar yang dibentuk dengan adanya hubungan antara
stimulus dengan respon. Kontiguitas sama dengan responden, akan tetapi untuk responden waktunya
dilakukan secara bersamaan. Observasional merupakan bentuk belajar yang paling sederhana karena
individu hanya mengamati orang lain kemudian meniru perbuatannya. Sedangkan kognitif merupakan
bentuk yang tertingggi karena sudah memasuki wilayah insight.

B. Memori dalam perspektif psikologi

Secara etimologi, ingatan atau memory, adalah keberadaan tentang pengalaman masa lampau yang
hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan, alat yang dapat menyimpan dan merekam informasi.
Ingatan adalah yaitu fungsi yang terlibat dalam proses mengenang masa lalu, keseluruhan pengalaman
masa lalu yang diingat kembali, dan pengalaman khas yang paling diingat (Chaplin, 2002). Memori
sebagai sebuah proses pengkodean, penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi (retrieval) oleh
manusia dan organisme lainnya. Pengkodean berkaitan dengan persepsi awal dan pengenalan.
Menurut perspektif psikologi kognitif bahwa memory atau ingatan ialah kekuatan jiwa untuk
menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan yaitu
: menerima kesan-kesan, menyimpan dan mereproduksikan.

1. Jenis Ingatan atau memory


a. INGATAN JANGKA PENDEK
 Pemasukan pesan dalam ingatan (encoding)

Untuk dapat menyimpan informasi ke dalam ingatan jangka pendek, harus memperhatikan
informasi tersebut. Karena kita sangat selektif tentang apa yang kita perhatikan, ingatan jangka pendek
kita hanya berisi apa yang dipilih. Hal ini berarti bahwa sebagian besar dari apa yang telah terlihat oleh
kita tidak pernah memasuki ingatan jangka pendek dan tentu saja tidak akan mungkin dapat digunakan
untuk pengingat kembali di kemudian hari.

 Penyimpanan (storage)

Mungkin kenyataan yang paling mencolok mengenai ingatan pendek ialah bahwa ingatan ini
mempunyai kapasitas yang terbatas. Batas rata-ratanya adalah 7 butir lebih atau kurang dua (7 ± 2).
Sebagian orang dapat menyimpan paling sedikit 5 butir, yang lainnya dapat menyimpan 9. Jumlah
tertinggi merupakan rentang ingatan subjek (subject’s memory span)

Dengan adanya kapasitas yang begitu pasti kita cenderung memandang ingatan jangka pendek
sebagai sebuah kotak mental yang mempunyai tujuh slot (bilik). Setiap butir yang memasuki ingatan
jangka pendek masuk ke dalam masing-masing slot. Selama jumlah butir tidak melebihi jumlah slot kita
akan dapat mengingat butirbutir dengan sempurna. Ketika semua slot sudah terisi dan sebuah butir baru
akan masuk, salah satu butir lama harus pergi. Butir yang baru menggantikan butir yang lama.

 Pengingatan Kembali (retrieval)

Pengingatan kembali disusun dalam tiga tahapan:

1. Subjek memasukkan stimulus probe ke dalam suatu bentuk yang dapat dibandingkan dengan butir-burit
yang sudah tersimpan dalam ingatan jangka pendek.

2. Subjek membandingkan kede yang berurutan dengan setiap butir yang ada dalam ingatan pendek.

3. Subjek mulai dengan memberikan sebuah respon yang berakibat pada ditekannya tombol “ya” atau
“tidak”.

b. INGATAN JANGKA PANJANG

Ingatan jangka panjang meliputi informasi yang telah disimpan dalam ingatan dengan rentang waktu
beberapa menit atau sepanjang hidup.

 Pemasukan pesan dalam ingatan (encoding)

Untuk materi verbal, kode ingatan jangka panjang yang dominan tidak bersifat akustik atau visual,
melainkan tampaknya didasarkan pada pegertian akan butirbutir tersebut. Jika kita menghafal suatu kata
yang panjang dan mencobanya untuk mengingat kembali beberapa menit kemudian, kita pasti akan
membuat kekeliruan. Sebagian kata-kata yang keliru itu mempunyai pengertian yang sama dengan
katakata yang benar. Misalnya jika kata “lekas” dalam daftar mungkin kita akan keliru ingat dengan kata
“cepat”.

Pengkodean melalui pengertian, tampaknya menghasilkan ingatan yang terbaik. Dan semakin mendalam
atau lengkap seorang menyerap pengertian, semakin baik ingatan yang terjadi. Maka, kalau kita harus
mengingat satu hal dalam sebuah buku teks kita akan mengingatnya lebih baik, jika kita memusatkan
pikiran pada pengertiannya dan bukan pada kata-kata yang tercantum dan semakin mendalam dan
menyeluruh kita menghayati maknanya semakin baik kita mengingatnya.

 Penyimpanan dan pengingatan kembali (storage and retrieval)

Banyak kasus mengenai proses lupa dari ingatan jangka panjang ini tampaknya merupakan akibat dari
tidak adanya cara untuk mencapai informasi itu bukan karena tidak adanya informasi itu sendiri. Maka,
ingatan yang lemah dapat mencerminkan kegagalan pengingatan kembali dan bukan merupakan
kegagalan penyimpanan informasi. Oleh karena itu penting diketahui faktor yang meningkatkan dan
menurunkan pengingatan kembali.

1. Faktor yang meningkatkan pengingatan kembali ialah mengorganisasi dalam penyimpanan dan
memastikan bahwa konteks informasi yang diingat kembali sama dengan konteks informasi di mana kita
memasukkan pesan dalam ingat.

2. Faktor yang menurunkan pengingat kembali ialah interferensi.

REFERENSI:

Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press.

https://hapidzcs.wordpress.com/2012/10/03/pengertian-belajar-ciri-jenis-bentuk-serta-alat-yang-
digunakan-dalam-mengajar/

https://www.academia.edu/37565566/Jenis-Jenis_Ingatan_Memory_dalam_Psikologi_Umum.pdf

Anda mungkin juga menyukai