Refference :
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/01/pengertian-dan-tujuan-evaluasi.html
Banyak ahli yang memberikan pengertian evaluasi pelatihan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan
yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan diklat (pendidikan dan latihan) dalam pengertian, mengukur
perbedaan antara keadaan peserta sebelum masuk diklat dengan keadaan peserta sesudah
menyelesaikan diklat.
Stufflebeam dan Shinkfield (1985) memberikan pengertian evaluasi sebagai: Evaluation is the
process of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth
and merit of some object’s goals, design, implementation, and impact in order to guide decision making,
serve needs for accountability, and promote understanding of the involved phenomena.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain,
implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan
meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah
penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Senada dengan pernyataan di atas, RM. Wolf dalam Wallberg, H, J. and Haertal, G.D (1990).
Menyatakan “evaluasi dalam pelatihan adalah kumpulan dan penafsiran sistematis dari bukti-bukti yang,
sebagai bagian dari proses, mengarah pada suatu penilaian atas nilai-nilai dengan tujuan untuk
mengambil suatu tindakan”. Dari pengertian di atas, bahwa evaluasi dalam suatu proses pelatihan
merupakan suatu penghubung tahap pemberian diklat, tahap perancangan diklat, dan tahap analisa
diklat.
Definisi di atas mengandung proses-proses kompleks yang diperlukan untuk evaluasi. Istilah
sistematis mengandung arti bahwa informasi yang diperlukan harus ditentukan dan pemeriksaan atas
informasi perlu diadakan dengan baik. Elemen kedua dan ketiga dari definisi tersebut, yaitu penafsiran
bukti dan penilaian atas nilai-nilai, menunjukkan adanya suatu pertimbangan yang mendalam, dan
elemen terakhirnya yaitu dengan tujuan untuk mengambil suatu tindakan, menggaris bawahi bahwa
evaluasi dimaksudkan untuk memberi rekomendasi bagi perubahan dan peningkatan mutu pelatihan.
Lembaga Administrasi negara (LAN) dalam Soebagio Atmodiwirio (2005) mendefinisikan evaluasi
sebagai “proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan dan pelatihan dibandingkan dengan
tujuan yang telah ditentukan, dan usaha untuk memperoleh informasi (umpan balik) bagi penyempurnaan
Apabila lembaga diklat diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan peserta
diumpamakan bahan mentah maka lulusan dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil olahan yang
sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang menggunakan teknologi maka tempat pengolah ini
disebut transformasi.
http://www.psychologymania.com/2013/03/pengertian-evaluasi.html
Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan enyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatifa iternatif keputusan (Mehrens &
Lehmann, 1978:5). Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau
penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau
data; berdasarakan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Sudah barang tentu
informasi atau data yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai ±- mendukung tujuan
evaluasi yang direncanakan. Sebagai contoh, seorang pemuda berusaha memperoleh informasi
tentang berbagai hal mengenai diri pacarnya. Ia menanyakan pendidikan pacarnya, keadaan dan
kehidupan kealuarganya, pekerjaan orang tuanya, dan sebagainya, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
Adapun data yang menyangkut pribadi dan sifat pacarnya diteliti melalui pergaulan sehari-hari di
antara mereka berdua. Semua ini dilakukan karena pemuda tersebut ingin mengambil suatu
keputusan, apakah pacarnya itu merupakan idola yang cocok dengan dirinya untuk segera di
jadikan “teman hidupnya” atau tidak. Apa yang telah dilakukan pemuda tersebut adalah salah
satu contoh dari kegiatan evaluasi. Contoh lain banyak terdapat di dalam kehidupan kita sehari-
hari. Bahkan dapat dikatakan bahwa hampir seluruh kegiatan di dalam kehidupan kita adalah
melakukan kegiatan evaluasi, baik secara disengaja ataupun tidak.
Dengan kata-kata yang berbeda, tetapi mengandung pengertian yang hampir sama, Wrightstone
dan kawan-kawan (1956: 16) mengernukakan rumusan evaluasi pendidikan sebagai
berikut: “Educational evaluation is the estimation of i’owih and progress of pupils toward
objectives or values in the curriculum.”(pendidikan ialah penaksiran terhadap pertumbuhan dan
kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum.)
Dan rumusan-rumusan tersebut di atas sedikitnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk
Iebih memahami apa yang dimaksud dengan evaluasi, khusunya evaluasi pengajaran, yaitu:
I. 1.Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. ini berarti bahwa evaluasi (dalam
pengajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan seara berkesinambungan.
Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatn akhir atau penutup dan suatu program tertentu,
melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program
berlangsung, dan pada akhir program setelah program itu dianggap selesai. Yang dimaksud
dengna program disini adalah program smester, dan juga program pendidikan yang
dirancang untuk satu tahun ajaran (seperti D1), Empat tahun ajaran (seperti S1), atau Enam
tahun ajaran (seperti SD) , dan sebagainya.
I. 2.Didalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi data yang menyangkut objek
yang sedang di evaluasi. Dalam kegiatan pengajaran, data yang dimaksud mungkin berupa
prilaku dan penampilan siswa selama mengkuti pelajaran, hasil ulangan atau tugas
pekerjaan rumah, nilai akhir semester, nilai ujian semeseter, dan sebagainya. Berdasarkan
data itulah selanjutnya diambil sutatu keputusan sesuai denga tujuan maksud dari evaluasi
yang sedang dilaksanakan. Perlu dikemukakan bahwa ketepatan keputusan evaluasi sangat
tergantung pada kesahihan objetivitas data yang digunakan dalam pengambilan keputusan.
I. 3.Setiap kegiatan evaluasi __ khususnya evaluasi pengajara __ tidak dapat dilepaskan dari
tujuan-tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Tampa menentukan atau merumuskan
tujuan-tujuan terlebih dahulum tidak mungkin menilai sejauh mana pencapaian hasil belajar
siswa. Hal ini adalah karena setiap kegiatan penilaian memerlukan suatu criteria tertentu
sebagai acuan dalam menentukan batas ketercapaian yang dinilai. Adapun tujuan
pengajaran merupakan criteria pokok dalam penilaian.
Dalam hubungannya dengan keseluruhan proses belajar mengajar, tujuan pengajaran dalam
proses belajar mengajar serta prosedur evaluasi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu
dari yang lain.
Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dan tujuan eval uasi itu sendiri. Di
dalam batasan tentang evaluasi pendidikan yang telah dikemukakan di muka tersirat bahwa
tujuan evaluasi pendidikan ialah untuk mendapat data pembuktian yang akan menunjukkan
sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan
kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan
untuk mengukur atau menilai sampai di mana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar,
kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode mengajar yang digunakan.
Dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting peranan dan fungsi evaluasi itu dalam proses
belajar-mengajar.
Secara lebih rinci, fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran dapat dikelompokkan
menjadi empat fungsi, yaitu:
3. Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK). Hasil-hasil evaluasi yang telah dilaksanakan
oleh guru terhadap siswanya dapat dijadikan sumber informasi atau data bagi pelayanan BK oleh
para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya seperti antara lain:
- Untuk mengetahui dalam hal-hal apa seseorang atau sekelompok siswa mememerlukan
pelayana remedial.
- Sehagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka bimbingan karier.
Meskipun pada umumnya di Indonesia kurikulum sekolah disusun seacra nasional dan berlaku
untuk semua sekolah yang sejenis dan setingkat, guru-guru dapat ikut serta menyusun kurikulum,
atau duduk dalam panitia penyusun kurikulum, atau setidak-tidaknya memberikan saran dan
pendapatnya. Sebaliknya, panitia penyusun kurikulum biasanya mencari rnasukan-masukan dari
para pelaksana kurikulum di lapangan, termasuk para pengawas-penilik, kepala sekolah, dan
guru-guru. Demikianlah betapa penting peranan dan fungsi evaluasi bagi pengembangan dan
perbaikan k irikulum.
http://rapendik.com/program/halo-pendidikan/smart-parenting/972-fungsi-evaluasi-dalam-proses-
belajar-mengajar