Anda di halaman 1dari 12

1

EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN

Definisi Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yang terdiri dari perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan
diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan
serta hasilnya. Istilah evaluasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu
evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran hal ini berarti dalam evaluasi
merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menilai atau menaksir sesuatu.

Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan


pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Evaluasi merupakan
sebuah proses (process) untuk memperoleh (obtaining), menggambarkan
(delineating), dan menyajikan (providing) informasi yang berguna untuk
merumuskan suatu alternatif keputusan (Stufflebeam, 1971 dalam Fernandes 1984
dalam Arikunto dan Jabar, 2008; (Tayibnapis, 1997).

Worthen dan Sanders (1971) dalam Anderson (1973) yang dikutip oleh Arikunto dan
Jabar (2008) mengemukakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang
berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk
mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program,
produksi, prosedur serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan
yang sudah ditentukan

Hal serupa juga dikemukakan oleh Scriven (2007) dalam Tan, Lee dan Hall (2010)
bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menetapkan/menentukan kesesuaian, nilai/sesuatu yang berharga serta
signifikansi hasil suatu pelayanan.

Dari beberapa pendapat di atas Arikunto dan Jabar (2008), menyimpulkan bahwa
evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi
dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak
2

decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi
yang telah dilakukan.

Mardikanto (1999), merangkum arti evaluasi dari pandapat beberapa ahli, sebagai
berikut :

1) Evaluasi dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai padanan


istilah dari penilaian, yaitu tindakan pengambilan keputusan untuk
menilai suatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang
sedang diamati (Hornby dan Parnwell,1972)

2) Mengartikan Evaluasi merupakan proses pengambilan keputusan melalui


kegiatan membanding-bandingkan hasil pengamatan terhadap sesuatu
obyek (Soumelis, 1983).

3) Evaluasi merupakan kegiatan sistematis yang dimaksudkan untuk


melakukan pengukuran dan penilaian terhadap sesuatu obyek
berdasarkan pedoman yang telah ada (Seepersad dan Henderson, 1984).

Mardikanto, dkk (1999) mengemukakan beberapa pokok pikiran yang terkandung dari
pengertian evaluasi yang merupakan kegiatan terencana dan sistematis, meliputi (a)
Pengamatan untuk pengumpulan data; (b) Penggunaan pedoman yang telah
ditetapkan; (c) Pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan
pedoman-pedoman yang telah ditetapkan; dan (d) Pengambilan keputusan atau
penilaian.

Menurut Roswati (2010) evaluasi secara umum dapat diartikan suatu proses pemberian
pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu tersebut
dapat berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau suatu kesatuan/kelompok tertentu
seperti materi pelajaran, kurikulum, proyek dan program. Pemberian nilai berhubungan
dengan karakteristik yang ada pada objek, kegiatan, proyek, program itu sendiri.

Dapat dikatakan bahwa proses evaluasi selalu mengandung penilaian/penentuan


(judgement) yang didasarkan oleh kriteria tertentu. Kriteria dapat ditentukan oleh
evaluator sendiri atau dari pemberi tugas. Selain itu, dalam melakukan kegiatannya
evaluasi dapat mempergunakan kegiatan pengukuran (tes) maupun kegiatan non
pengukuran (non tes).
3

Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah
penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya
menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap
implementasi dan efektifitas suatu program. Evaluasi merupakan sebuah proses
yang dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.

Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh
program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat
didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara
output dan input sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk
menghasilkan output melalui suatu proses (Sudharsono, 1994 dalam Roswati, 2010).

Evaluasi Program

Boyle (1981) mengemukakan bahwa program adalah produk yang dihasilkan dari
semua kegiatan pemograman yang melibatkan pendidik profesional (penyuluh,
perencana) dan peserta didik (masyarakat) untuk ikut menganalisis kebutuhan,
perencanaan, pengajaran, perbaikan, evaluasi dan pelaporan.

Menurut Arikunto dan Jabar (2008) program dapat dipahami dalam dua pengertian
yaitu secara umum dan khusus. Secara umum, program dapat diartikan dengan
rencana/rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan pengertian khusus dari
program biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau
kesatuan kegiatan yang merupakan implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung
dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang.

Menilik pengertian tersebut, maka sebuah program adalah rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan. Menurut Isaac dan Michael (1984) dalam
Darussalam (2010) sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi. Evaluasi
diperlukan untuk melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi
sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat tiga tahap rangkaian evaluasi
program yaitu: (1) menyatakan pertanyaan serta menspesifikasikan informasi yang
hendak diperoleh; (2) mencari data yang relevan; dan (3) menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh pihak pengambil keputusan untuk melanjutkan, memperbaiki atau
menghentikan program tersebut.
4

Berdasarkan pengertian diatas, maka evaluasi program menurut Kirkpatrick dapat


dimaknai sebagai sebuah proses untuk mengetahui apakah sebuah program dapat
direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing
komponennya melalui rangkaian informasi yang diperoleh evaluator (Kirkpatrick,
1996). Tetapi, pengambil keputusan itu sendiri bukanlah evaluator melainkan pihak
lain yang lebih berwenang. Evaluator hanya menyediakan informasi-informasi yang
dibutuhkan oleh pengambil kebijakan (decision maker).

Menurut Gronlund (l983) dalam Roswati (2008) evaluasi program adalah kegiatan
pengumpulan data/informasi baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif untuk
mempertimbangkan apakah suatu program perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan.
Menurut Tyler dalam Roswati (2008) evaluasi program adalah kegiatan yang
menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Cronbach (l963) dalam Roswati (2008) mengemukakan bahwa evaluasi program adalah
suatu kegiatan yang menyediakan informasi untuk pembuat keputusan. Evaluasi
program adalah suatu kegiatan yang merinci apakah ada kesenjangan (gap) antara apa
yang direncanakan dengan suatu standar yang ada (Alkin, l969 dan Provus, l971 dalam
Roswati, 2008). Evaluasi Program juga merupakan proses yang memperlihatkan
manfaat atau kegunaan suatu program. (Scriven, l967 dan Glass, l969, Stufflebeam,
l974 dalam Roswati 2008)

Maksud, Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program

Maksud Evaluasi Program

Maksud dari evaluasi program adalah untuk mengetahui efektifitas suatu program
(Doll, 1992 dalam Darussalam, 2010) dan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian
tujuan untuk alternatif pengambilan keputusan di masa mendatang (Stufflebeam, 1971
dalam Darussalam, 2010). Dalam pandangan humanis, maksud evaluasi lebih
ditekankan pada perencanaan situasi (Stake and Denny, 1969 dalam Darussalam,
2010).

Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu. demikian juga dengan
evaluasi. Menurut Arikunto dan Jabar (2008) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan
sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.
5

Implementasi program harus senantiasa dievaluasi untuk melihat sejauh mana program
tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan dapat
dilihat efektifitasnya. Evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan
informasi serta rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan
keputusan, penyusunan kebijakan, maupun penyusunan program berikutnya. Bagi
pengambil kebijakan (decision maker) hal tersebut menjadi dasar untuk memutuskan
apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program.Agar
informasi dapat berfungsi secara maksimal, maka informasi yang dihasilkan dari
evaluasi program harus lengkap, valid dan reliable serta tepat waktu (timely) dalam
penyampaian.

Tujuan Evaluasi Program

Secara rinci, tujuan evaluasi program antara lain adalah untuk (a) Menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang tindak lanjut suatu program di masa depan; (b)
Membantu pengambilan keputusan; (c) Pembenaran/justifikasi program; (d) Memenuhi
kebutuhan akreditasi; (e) Akuntabilitas pendanaan; (f) Menjawab atas permintaan
pemberi tugas dan memberi informasi yang diperlukan; (g) Pengembangan program;
(h) Mempelajari dampak/akibat yang tidak sesuai dengan rencana; (i) Mengadakan
usaha perbaikan bagi program yang sedang berjalan; (j) Menilai manfaat dari program
yang sedang berjalan; dan (k) Memberikan masukan bagi program baru.

Sedangkan manfaat evaluasi adalah untuk (a) Memberikan masukan apakah suatu
program dihentikan atau diteruskan; (b) Memberitahukan prosedur mana yang perlu
diperbaiki; (c) Memberitahukan stategi, atau teknik yang mana yang perlu
dihilangkan/diganti; (d) Memberikan masukan apakah program yang sama dapat
diterapkan di tempat lain; (e) Memberikan masukan ke arah mana dana harus
dialokasikan; (dan f) Memberikan masukan apakah teori/pendekatan tentang program
dapat diterima/ditolak.

Dengan demikian, evaluasi mempunyai orientasi berbeda-beda, yaitu:

1) Past oriented: evaluasi program yang telah selesai berjalan untuk menilai
program apakah berhasil atau tidak (justify).

2) Present oriented: mengevaluasi program yang sedang berjalan untuk


mengembangkan/menyempurnakan program (improve).
6

3) Future oriented: untuk merencanakan program (planning).

Tipe Evaluasi Program

Scriven (1997) dalam Darusssalam (2010) membagi evaluasi program kedalam


evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama program
berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan di akhir dari sebuah program yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi sebagai sarana apakah akan melanjutkan
atau menghentikan program atau setelah program berakhir untuk melihat efektivitas
keseluruhan program. Menurut Borg dan Gall (1989) dalam Darusssalam (2010),
evaluasi efektivitas program biasanya dibuat untuk menentukan keberhasilan program.

Fungsi Evaluasi Program

Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki atau mengembangkan program yang


sedang berlangsung. Dengan evaluasi formatif diharapkan program tetap berjalan
seperti yang direncanakan sehingga terjamin mencapi tujuan. Evaluasi Sumatif yang
dilakukan pada akhir program berfungsi sejauhmana program itu mencapai tujuannya.
Dengan demikian hasil evaluasi sumatif ini dapat dipergunakan untuk sertifikasi,
seleksi, tindak lanjut, dan pengambilan keputusan untuk langkah-langkah berikutnya.
Secara psikologis/sosial-praktis evaluasi sumatif berfungsi untuk meningkatkan
kesadaran tentang suatu kegiatan, memotivasi evaluator dan meningkatkan hubungan
interrelasi (Roswati, 2008).

Teknik-Teknik dalam Evaluasi Program

Beberapa macam teknik evaluasi antara lain:

1) Evaluasi reflektif

Menilai ide/konsep yang dipergunakan evaluator dalam pengembangan program.


Evaluasi semacam ini dapat dilakukan pada saat ide/konsep tersebut pertama kali
dilontarkan, pada saat dikembangkan, dilaksanakan atau setelah evaluasi selesai
dilakukan.

2) Evaluasi rencana

Menilai rencana program itu sendiri untuk melihat apakah format yang dipergunakan
sesuai atau tidak dengan kondisi/situasi lapangan, menilai apakah pelaksana evaluasi
7

program dapat mengerti/memahami makna tentang rencana program itu sendiri


(keterbacaan rencana), dan melihat adakah hubungan antar komponen yang digunakan
baik secara vertikal maupun horizontal.

3) Evaluasi proses

Memonitor pelaksanaan program di lapangan untuk melihat apakah kegiatan, strategi,


dan pelakuan yang direncanakan dijalankan sesuai rencana atau tidak. Dengan kata
lain, proses evaluasi menekankan pada efek perlakuan itu sendiri apakah berjalan
dengan baik atau tidak. Kegunaan lain dari evaluasi proses adalah untuk memberikan
masukan atau informasi kepada pengambil keputusan tentang tindakan macam apakah
yang harus dilakukannya segera.

4) Evaluasi hasil

Menilai dampak evaluasi terhadap objek evaluasi sendiri maupun terhadap masyarakat
luas, menilai program mana yang mampu memberikan hasil terbaik, dan dalam evaluasi
hasil, informasi yang ingin didapat adalah tentang target populasi itu sendiri yaitu
keadaan populasi sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan.

5) Evaluasi pelaksanaan/kemajuan

Merupakan suatu kegiatan evaluasi formatif. Dalam Evaluasi Program, evaluator


mencari kesenjangan yang mungkin terjadi antara rencana yang telah ditetapkan dengan
kenyataan yang ada di lapangan, sekaligus evaluator juga harus menjaga agar program
berjalan sesuai disain yang ditetapkan atau merubah, memodifikasi disain tersebut
sesuai situasi dan kondisi yang ada. Dalam Progress Evaluation, evaluator memonitor
indikator-indikator kemajuan yang terjadi pada saat program berlangsung, mengadakan
koreksi minor sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.

6) Evaluasi hasil (outcome evaluation)

Komponen ini merupakan suatu kegiatan evaluasi sumatif. Kegiatan ini menentukan
apakah tujuan telah tercapai atau tidak. Dalam kegiatan ini, kelemahan, kekuatan dari
program yang sedang berjalan dijelaskan secara rinci agar dapat dipergunakan sebagai
masukan bagi perbaikan program berjalan maupun masukan bagi program berikutnya.

Model-model evaluasi

Terdapat banyak model yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu program.
Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun memiliki maksud sama yaitu
8

melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek
yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam
menentukan tindak lanjut suatu program. Robinson (2002) dalam Tan, Lee dan Hall
(2010) menyatakan bahwa semua model evaluasi setidaknya mempunyai maksud untuk
melakukan evaluasi dengan tepat sehingga dapat sebagai bukti yang dapat dipercaya
(reliable) dan sistematis dalam mendukung kesimpulan.

Model evaluasi menurut Tayibnapis (1997) adalah model desain evaluasi yang dibuat
oleh para ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan
pembuatnya atau tahap pembuatannya. Model evaluasi dapat dibedakan menurut jenis
pertanyaannya, tujuannya, pendekatannya, dan prosedur yang ditempuh. Masing-
masing model memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak ada model yang paling baik.
Model yang digunakan tergantung kepada untuk apa, di mana, dan kapan evaluasi
tersebut akan digunakan.

Beberapa model evaluasi yang dikemukakan dan dikembangkan oleh beberapa ahli
antara lain :

1) Goal Oriented Evaluasi Model

Dalam model yang dikembangkan oleh Tyler ini, objek pengamatan adalah tujuan dari
program. Model ini menggunakan tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan
keberhasilan dari program. Evaluator mencoba mengukur sampai dimana dimana
pencapaian tujuan telah dicapai.

Dengan demikian evaluasi dilakukan secara berkesinambungan untuk mengetahui


sejauh mana tujuan telah tercapai dalam proses pelaksanaannya. Evaluator secara terus
menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan untuk menilai
kemajuan-kemajuan yang dicapai serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh
sebuah program.

2) Goal Free Evaluation Model

Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini justru tidak memperhatikan apa
yang menjadi tujuan program sebagaimana model goal oriented evaluation. Menurut
Schriven, dalam pelaksanaan evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan
apa yang menjadi tujuan program, akan tetapi bagaimana bekerjanya suatu program,
dengan cara mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi yang terjadi, baik
9

hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif. Maksud dari evaluasi ini hanya
mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program.

Dalam model ini, evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program,
berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan hasil yang direncanakan, hubungan
evaluator dengan peserta dibuat seminimal mungkin, dan tujuan yang telah dirumuskan
terlebih dahulu tidak dibenarkan untuk menyempitkan fokus evaluasi.

3) Formatif Summatif Evaluation Model

Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven pada tahun 1967. Menurut Scriven
(1967) dalam Seels & Richey (1994) evaluasi program dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan pada waktu pengembangan atau perbaikan program. Evaluasi
Formatif didefinisikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan informasi
untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan
kualitas program.

Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan saat program


telah selesai dan bagi kepentingan pihak luar atau para pengambil keputusan.

4) UCLA Evaluation Model

Model ini dikembangkan oleh Alkin pada tahun 1969. Ia menulis tentang kerangka
kerja evaluasi yang hampir sama dengan model CIPP. Alkin dalam Tayibnapis (1997)
mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses meyakinkan keputusan, memilih
informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi sehingga dapat
melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih
alternatif.

Lima macam evaluasi yang dikemukakan Alkin adalah sebagai berikut:

(a). System assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem.

(b). Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan
berhasil memenuhi kebutuhan program.

(c). Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah


diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.
10

(d). Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program


berfungsi, bagaimana program bekerja, atau berjalan. Apakah menuju pencapaian
tujuan, adakah hal-hal atau masalah-masalah baru yang muncul tak terduga.

(e). Program certification, yang memberikan informasi tentang nilai atau guna
program.

5) Model Evaluasi 4 (empat) Level Kirkpatrick

Merupakan model evaluasi pelatihan yang dikembangkan pertama kali oleh Donald L.
Kirkpatrick (1959) dengan menggunakan empat level dalam mengkategorikan hasil-
hasil pelatihan.

Keempat level tersebut adalah:

(a). Evaluasi Reaksi (Evaluating Reaction), dilakukan untuk mengukur tingkat reaksi,
mengetahui opini dari peserta pelatihan mengenai program pelatihan. Mengevaluasi
reaksi peserta training berarti mengukur kepuasan peserta (customer satisfaction).

(b). Evaluasi Pembelajaran (Evaluating Learning), menurut Kirkpatrick terdapat tiga


hal yang diajarkan dalam program training, yaitu pengetahuan, sikap maupun
keterampilan. Peserta training dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah
mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan.
Oleh karena itu untuk mengukur efektivitas program training maka ketiga aspek
tersebut perlu untuk diukur.

(c). Evaluasi Tingkah laku (Evaluating Behavior), evaluasi ini berbeda dengan evaluasi
terhadap sikap pada level ke-2. Penilaian sikap pada evaluasi level-2 difokuskan pada
perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan training dilakukan sehingga lebih
bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan tingkah
laku setelah peserta kembali ke tempat kerja.

(d). Evaluasi hasil/dampak program pelatihan (Evaluating Result), evaluasi hasil dalam
level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah
mengikuti suatu program atau evaluasi terhadap dampak suatu program.

6) Decision Oriented Evaluation.

Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-
informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan
sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP (Context, Input, Product,
11

dan Output) yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model
evaluasi ini.

Konsep evaluasi model CIPP pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada tahun
1965 sebagai hasil dari usahanya dalam mengevaluasi ESEA (The Elementary and
Secondary Education Act). Stufflebeam adalah ahli yang mengusulkan pendekatan
yang berorientasi pada pemegang keputusan (a decision oriented approach structured)
untuk menolong administrator membuat keputusan.

Stufflebeam menawarkan konsep tersebut dengan pandangan bahwa tujuan penting dari
sebuah evaluasi adalah bukan untuk membuktikan sesuatu, akan tetapi untuk
memperbaikinya. Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang antara
lain dalam bidang: pendidikan, manajemen, perusahaan dan sebagainya serta dalam
berbagai jenjang baik proyek, program, maupun institusi.

Evaluasi ini terdiri dari 4 (empat) komponen yaitu Context, Input, Process, dan
Product. Keempat komponen tersebut merupakan sasaran evaluasi.

Model CIPP adalah sebuah model yang memandang program yang dievaluasi sebagai
sebuah sistem. Dengan demikian, jika evaluator sudah menentukan model CIPP
sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi program, maka mereka harus
menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-komponennya Arikunto dan
Jabar (2008).
12

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, Jabar CSA. 2008. Evaluasi Program Pendidikan. Pedoman Teoritis Praktis
Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Boyle PB. 1981. Planning Better Programs. The Adult Education Association
Professional Development Series, McGraw-Hill Book Company, USA
Darussalam G. 2010. Program Evaluation in Higher Education University of Malaya,
Malaysia. The International Journal of Research and Review Volume 5 Issue 2,
October 2010. Time Taylor International
Kirkpatrick. 1996. Learning Evaluation Model. From http://www.businessballs.
com/kirkpatricklearningevaluationmodel.htm. Diunduh pada tanggal 26 Desember
2011
Mardikanto T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Lembaga Pengembang-an
Pendidikan UNS dan UNS Press: Surakarta.
Roswati. 2008. Evaluasi Program (Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Format Usulan).
Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008.
Stufflebeam DL. 1987. The CIPP Model For Evaluation. In GF Madus et al. (Eds).
Evaluation Models: Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation.
Boston: Kluwer: Nijhoff Publishing.
Tan S, Lee N, Hall D. 2010. CIPP as a model for evaluating learning spaces.
Evaluation of Learning Spaces. Swinburne University of Technology. 2010
Tayibnapis. 1997. Evaluasi program. Rhineka Cipta. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai