Definisi Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yang terdiri dari perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan
diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan
serta hasilnya. Istilah evaluasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu
evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran hal ini berarti dalam evaluasi
merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menilai atau menaksir sesuatu.
Worthen dan Sanders (1971) dalam Anderson (1973) yang dikutip oleh Arikunto dan
Jabar (2008) mengemukakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang
berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk
mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program,
produksi, prosedur serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan
yang sudah ditentukan
Hal serupa juga dikemukakan oleh Scriven (2007) dalam Tan, Lee dan Hall (2010)
bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menetapkan/menentukan kesesuaian, nilai/sesuatu yang berharga serta
signifikansi hasil suatu pelayanan.
Dari beberapa pendapat di atas Arikunto dan Jabar (2008), menyimpulkan bahwa
evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi
dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak
2
decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi
yang telah dilakukan.
Mardikanto (1999), merangkum arti evaluasi dari pandapat beberapa ahli, sebagai
berikut :
Mardikanto, dkk (1999) mengemukakan beberapa pokok pikiran yang terkandung dari
pengertian evaluasi yang merupakan kegiatan terencana dan sistematis, meliputi (a)
Pengamatan untuk pengumpulan data; (b) Penggunaan pedoman yang telah
ditetapkan; (c) Pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan
pedoman-pedoman yang telah ditetapkan; dan (d) Pengambilan keputusan atau
penilaian.
Menurut Roswati (2010) evaluasi secara umum dapat diartikan suatu proses pemberian
pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu tersebut
dapat berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau suatu kesatuan/kelompok tertentu
seperti materi pelajaran, kurikulum, proyek dan program. Pemberian nilai berhubungan
dengan karakteristik yang ada pada objek, kegiatan, proyek, program itu sendiri.
Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah
penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya
menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap
implementasi dan efektifitas suatu program. Evaluasi merupakan sebuah proses
yang dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.
Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh
program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat
didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara
output dan input sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk
menghasilkan output melalui suatu proses (Sudharsono, 1994 dalam Roswati, 2010).
Evaluasi Program
Boyle (1981) mengemukakan bahwa program adalah produk yang dihasilkan dari
semua kegiatan pemograman yang melibatkan pendidik profesional (penyuluh,
perencana) dan peserta didik (masyarakat) untuk ikut menganalisis kebutuhan,
perencanaan, pengajaran, perbaikan, evaluasi dan pelaporan.
Menurut Arikunto dan Jabar (2008) program dapat dipahami dalam dua pengertian
yaitu secara umum dan khusus. Secara umum, program dapat diartikan dengan
rencana/rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan pengertian khusus dari
program biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau
kesatuan kegiatan yang merupakan implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung
dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang.
Menilik pengertian tersebut, maka sebuah program adalah rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan. Menurut Isaac dan Michael (1984) dalam
Darussalam (2010) sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi. Evaluasi
diperlukan untuk melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi
sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat tiga tahap rangkaian evaluasi
program yaitu: (1) menyatakan pertanyaan serta menspesifikasikan informasi yang
hendak diperoleh; (2) mencari data yang relevan; dan (3) menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh pihak pengambil keputusan untuk melanjutkan, memperbaiki atau
menghentikan program tersebut.
4
Menurut Gronlund (l983) dalam Roswati (2008) evaluasi program adalah kegiatan
pengumpulan data/informasi baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif untuk
mempertimbangkan apakah suatu program perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan.
Menurut Tyler dalam Roswati (2008) evaluasi program adalah kegiatan yang
menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Cronbach (l963) dalam Roswati (2008) mengemukakan bahwa evaluasi program adalah
suatu kegiatan yang menyediakan informasi untuk pembuat keputusan. Evaluasi
program adalah suatu kegiatan yang merinci apakah ada kesenjangan (gap) antara apa
yang direncanakan dengan suatu standar yang ada (Alkin, l969 dan Provus, l971 dalam
Roswati, 2008). Evaluasi Program juga merupakan proses yang memperlihatkan
manfaat atau kegunaan suatu program. (Scriven, l967 dan Glass, l969, Stufflebeam,
l974 dalam Roswati 2008)
Maksud dari evaluasi program adalah untuk mengetahui efektifitas suatu program
(Doll, 1992 dalam Darussalam, 2010) dan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian
tujuan untuk alternatif pengambilan keputusan di masa mendatang (Stufflebeam, 1971
dalam Darussalam, 2010). Dalam pandangan humanis, maksud evaluasi lebih
ditekankan pada perencanaan situasi (Stake and Denny, 1969 dalam Darussalam,
2010).
Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu. demikian juga dengan
evaluasi. Menurut Arikunto dan Jabar (2008) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan
sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.
5
Implementasi program harus senantiasa dievaluasi untuk melihat sejauh mana program
tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan dapat
dilihat efektifitasnya. Evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan
informasi serta rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan
keputusan, penyusunan kebijakan, maupun penyusunan program berikutnya. Bagi
pengambil kebijakan (decision maker) hal tersebut menjadi dasar untuk memutuskan
apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program.Agar
informasi dapat berfungsi secara maksimal, maka informasi yang dihasilkan dari
evaluasi program harus lengkap, valid dan reliable serta tepat waktu (timely) dalam
penyampaian.
Secara rinci, tujuan evaluasi program antara lain adalah untuk (a) Menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang tindak lanjut suatu program di masa depan; (b)
Membantu pengambilan keputusan; (c) Pembenaran/justifikasi program; (d) Memenuhi
kebutuhan akreditasi; (e) Akuntabilitas pendanaan; (f) Menjawab atas permintaan
pemberi tugas dan memberi informasi yang diperlukan; (g) Pengembangan program;
(h) Mempelajari dampak/akibat yang tidak sesuai dengan rencana; (i) Mengadakan
usaha perbaikan bagi program yang sedang berjalan; (j) Menilai manfaat dari program
yang sedang berjalan; dan (k) Memberikan masukan bagi program baru.
Sedangkan manfaat evaluasi adalah untuk (a) Memberikan masukan apakah suatu
program dihentikan atau diteruskan; (b) Memberitahukan prosedur mana yang perlu
diperbaiki; (c) Memberitahukan stategi, atau teknik yang mana yang perlu
dihilangkan/diganti; (d) Memberikan masukan apakah program yang sama dapat
diterapkan di tempat lain; (e) Memberikan masukan ke arah mana dana harus
dialokasikan; (dan f) Memberikan masukan apakah teori/pendekatan tentang program
dapat diterima/ditolak.
1) Past oriented: evaluasi program yang telah selesai berjalan untuk menilai
program apakah berhasil atau tidak (justify).
1) Evaluasi reflektif
2) Evaluasi rencana
Menilai rencana program itu sendiri untuk melihat apakah format yang dipergunakan
sesuai atau tidak dengan kondisi/situasi lapangan, menilai apakah pelaksana evaluasi
7
3) Evaluasi proses
4) Evaluasi hasil
Menilai dampak evaluasi terhadap objek evaluasi sendiri maupun terhadap masyarakat
luas, menilai program mana yang mampu memberikan hasil terbaik, dan dalam evaluasi
hasil, informasi yang ingin didapat adalah tentang target populasi itu sendiri yaitu
keadaan populasi sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan.
5) Evaluasi pelaksanaan/kemajuan
Komponen ini merupakan suatu kegiatan evaluasi sumatif. Kegiatan ini menentukan
apakah tujuan telah tercapai atau tidak. Dalam kegiatan ini, kelemahan, kekuatan dari
program yang sedang berjalan dijelaskan secara rinci agar dapat dipergunakan sebagai
masukan bagi perbaikan program berjalan maupun masukan bagi program berikutnya.
Model-model evaluasi
Terdapat banyak model yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu program.
Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun memiliki maksud sama yaitu
8
melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek
yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam
menentukan tindak lanjut suatu program. Robinson (2002) dalam Tan, Lee dan Hall
(2010) menyatakan bahwa semua model evaluasi setidaknya mempunyai maksud untuk
melakukan evaluasi dengan tepat sehingga dapat sebagai bukti yang dapat dipercaya
(reliable) dan sistematis dalam mendukung kesimpulan.
Model evaluasi menurut Tayibnapis (1997) adalah model desain evaluasi yang dibuat
oleh para ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan
pembuatnya atau tahap pembuatannya. Model evaluasi dapat dibedakan menurut jenis
pertanyaannya, tujuannya, pendekatannya, dan prosedur yang ditempuh. Masing-
masing model memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak ada model yang paling baik.
Model yang digunakan tergantung kepada untuk apa, di mana, dan kapan evaluasi
tersebut akan digunakan.
Beberapa model evaluasi yang dikemukakan dan dikembangkan oleh beberapa ahli
antara lain :
Dalam model yang dikembangkan oleh Tyler ini, objek pengamatan adalah tujuan dari
program. Model ini menggunakan tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan
keberhasilan dari program. Evaluator mencoba mengukur sampai dimana dimana
pencapaian tujuan telah dicapai.
Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini justru tidak memperhatikan apa
yang menjadi tujuan program sebagaimana model goal oriented evaluation. Menurut
Schriven, dalam pelaksanaan evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan
apa yang menjadi tujuan program, akan tetapi bagaimana bekerjanya suatu program,
dengan cara mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi yang terjadi, baik
9
hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif. Maksud dari evaluasi ini hanya
mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program.
Dalam model ini, evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program,
berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan hasil yang direncanakan, hubungan
evaluator dengan peserta dibuat seminimal mungkin, dan tujuan yang telah dirumuskan
terlebih dahulu tidak dibenarkan untuk menyempitkan fokus evaluasi.
Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven pada tahun 1967. Menurut Scriven
(1967) dalam Seels & Richey (1994) evaluasi program dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan pada waktu pengembangan atau perbaikan program. Evaluasi
Formatif didefinisikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan informasi
untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan
kualitas program.
Model ini dikembangkan oleh Alkin pada tahun 1969. Ia menulis tentang kerangka
kerja evaluasi yang hampir sama dengan model CIPP. Alkin dalam Tayibnapis (1997)
mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses meyakinkan keputusan, memilih
informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi sehingga dapat
melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih
alternatif.
(a). System assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem.
(b). Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan
berhasil memenuhi kebutuhan program.
(e). Program certification, yang memberikan informasi tentang nilai atau guna
program.
Merupakan model evaluasi pelatihan yang dikembangkan pertama kali oleh Donald L.
Kirkpatrick (1959) dengan menggunakan empat level dalam mengkategorikan hasil-
hasil pelatihan.
(a). Evaluasi Reaksi (Evaluating Reaction), dilakukan untuk mengukur tingkat reaksi,
mengetahui opini dari peserta pelatihan mengenai program pelatihan. Mengevaluasi
reaksi peserta training berarti mengukur kepuasan peserta (customer satisfaction).
(c). Evaluasi Tingkah laku (Evaluating Behavior), evaluasi ini berbeda dengan evaluasi
terhadap sikap pada level ke-2. Penilaian sikap pada evaluasi level-2 difokuskan pada
perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan training dilakukan sehingga lebih
bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan tingkah
laku setelah peserta kembali ke tempat kerja.
(d). Evaluasi hasil/dampak program pelatihan (Evaluating Result), evaluasi hasil dalam
level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah
mengikuti suatu program atau evaluasi terhadap dampak suatu program.
Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-
informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan
sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP (Context, Input, Product,
11
dan Output) yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model
evaluasi ini.
Konsep evaluasi model CIPP pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada tahun
1965 sebagai hasil dari usahanya dalam mengevaluasi ESEA (The Elementary and
Secondary Education Act). Stufflebeam adalah ahli yang mengusulkan pendekatan
yang berorientasi pada pemegang keputusan (a decision oriented approach structured)
untuk menolong administrator membuat keputusan.
Stufflebeam menawarkan konsep tersebut dengan pandangan bahwa tujuan penting dari
sebuah evaluasi adalah bukan untuk membuktikan sesuatu, akan tetapi untuk
memperbaikinya. Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang antara
lain dalam bidang: pendidikan, manajemen, perusahaan dan sebagainya serta dalam
berbagai jenjang baik proyek, program, maupun institusi.
Evaluasi ini terdiri dari 4 (empat) komponen yaitu Context, Input, Process, dan
Product. Keempat komponen tersebut merupakan sasaran evaluasi.
Model CIPP adalah sebuah model yang memandang program yang dievaluasi sebagai
sebuah sistem. Dengan demikian, jika evaluator sudah menentukan model CIPP
sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi program, maka mereka harus
menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-komponennya Arikunto dan
Jabar (2008).
12
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S, Jabar CSA. 2008. Evaluasi Program Pendidikan. Pedoman Teoritis Praktis
Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Boyle PB. 1981. Planning Better Programs. The Adult Education Association
Professional Development Series, McGraw-Hill Book Company, USA
Darussalam G. 2010. Program Evaluation in Higher Education University of Malaya,
Malaysia. The International Journal of Research and Review Volume 5 Issue 2,
October 2010. Time Taylor International
Kirkpatrick. 1996. Learning Evaluation Model. From http://www.businessballs.
com/kirkpatricklearningevaluationmodel.htm. Diunduh pada tanggal 26 Desember
2011
Mardikanto T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Lembaga Pengembang-an
Pendidikan UNS dan UNS Press: Surakarta.
Roswati. 2008. Evaluasi Program (Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Format Usulan).
Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008.
Stufflebeam DL. 1987. The CIPP Model For Evaluation. In GF Madus et al. (Eds).
Evaluation Models: Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation.
Boston: Kluwer: Nijhoff Publishing.
Tan S, Lee N, Hall D. 2010. CIPP as a model for evaluating learning spaces.
Evaluation of Learning Spaces. Swinburne University of Technology. 2010
Tayibnapis. 1997. Evaluasi program. Rhineka Cipta. Jakarta.