Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TIPE KERUSAKAN PADA JALAN

Disusun Oleh :

Kevin Candra Darmawan (NIM : 211.19.004)

Dosen Pembimbing :

M. Shofwan Donny Cahyono S.ST., M.T.

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WIDYA KARTIKA

SURABAYA

(2021)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pimpinan-NYA
yang telah penulis terima selama menyusun makalah ini sehingga dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Tugas mata kuliah desain perkerasan jalan ini
dilakukan agar dapat memahami tipe kerusakan pada jalan dan solusi untuk
permasalahan tersebut. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak M.
Shofwan Donny Cahyono S.ST., M.T. yang telah memberi bimbingannya sehingga
makalah ni dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa
masih terdapat beberapa kesalahan baik dalam tanda baca ataupun ejaannya, maka
dari itu penulis memohon maaf. Semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca
dan penulis bersedia menerima saran dan kritik. Terima kasih.

Surabaya, 3 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

halaman

COVER…………………………………………………………………………....i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………....ii

DAFTAR ISI……………………………………………………..………………iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………...…….………….1


1.2 Rumusan Masalah…………..……………………………………………..2
1.3 Tujuan……………………………………….…………………………….2
1.4 Manfaat……………………………………………………………………2

BAB II ISI

2.1 Kerusakan Pada Jalan………………………………...……………………3


2.2 Retak Pada Jalan…………………………………….……………………..3
2.3 Distorsi Pada Jalan…………………………………………..……………10
2.4 Cacat Permukaan (Disintegration)……………………………………….13
2.5 Pengausan (Polished Aggegrate)…………………………………………15
2.6 Kegemukan (Bleeding or Flushing)………………………..……………..15
2.7 Penurunan Pada Bekas Penanaman Utilitas ( Utility Cut Depression)…....16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………..……………..17
3.2 Saran…………………………………….…………………...…………..17

DAFTAR PUSTAKA………………………………..…………………………19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan merupakan prasarana atau jalur transportasi darat yang sangat vital
dalam memperlancar kegiatan hubungan ekonomi dan kegiatan sosial antar
daerah. Namun jika terjadi kerusakan pada jalan akan berakibat bukan hanya
terhalangnya kegiatan ekonomi dan sosial lainnya namun dapat terjadi
kecelakaan bagi pemakai jalan. Maka dari itu perlu dilakukan berbagai upaya
perawatan terhadap kinerja jalan salah satunya dengan rutin melakukan survei
kerusakan jalan. Survei kerusakan secara detail dibutuhkan sebagai dasar dari
perencanaan dan perancangan proyek rehabilitasi atau perbaikan jalan. Survei
kerusakan perkerasan adalah kumpulan dari berbagai tipe kerusakan, tingkat
keparahan kerusakan, lokasi, dan luas penyebarannya. Perhatian harus
diberikan terhadap konsistensi dari personil penilai kerusakan baik secara
individual maupun kelompok-kelompok yang melakukan survei. Tujuan
dilakukannya survei kinerja perkerasan, adalah untuk menentukan
perkembangan dari kerusakan perkerasan, sehingga dapat dilakukan estimasi
biaya pemeliharaan.

Kerusakan-kerusakan yang terjadi tentu akan berpengaruh pada keamanan


dan kenyamanan pemakai jalan. Oleh sebab itu penanganan konstruksi
perkerasan baik yang bersifat pemeliharaan, peningkatan atau rehabilitasi akan
dapat dilakukan secara optimal apabila faktor-faktor penyebab kerusakan pada
kedua ruas jalan tersebut telah diketahui. Setelah telah diketahui faktor
penyebab kerusakan pada jalan perlunya dilakukan penanganan kerusakan jalan
untuk mengurangi tingkat kecelakaan dan memberikan rasa aman dan nyaman
bagi pengguna jalan.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

Apa saja jenis kerusakan yang terjadi pada jalan dan solusi perawatan dan
perbaikan dari kerusakan tersebut ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ;
a) Mengetahui jenis kerusakan pada jalan.
b) Mengetahui solusi penyelesaian pada kerusakan jalan
c) Pemenuhan tugas mata kuliah desain perkerasan jalan

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
a) Memahami dan menambah wawasan terkait tipe-tipe kerusakan jalan.
b) Dapat memberi solusi jika dihadapkan pada kerusakan suatu jalan.
c) Menumbuhkan jiwa membaca dan mencari informasi pembelajaran
terkait.
BAB II
ISI

2.1 Kerusakan Pada Jalan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006, jalan adalah


prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori, dan jalan kabel. Secara garis besar kerusakan dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu kerusakan struktural, mencakup kegagalan
perkerasan atau kerusakan dari satu atau lebih komponen perkerasan yang
mengakibatkan perkerasan tidak dapat lagi menanggung beban lalu lintas; dan
kerusakan fungsional yang mengakibatkan keamanan dan kenyamanan
pengguna jalan menjadi terganggu sehingga biaya operasi kendaraan semakin
meningkat. (Sulaksono, 2001). Menurut manual pemeliharaan jalan No :
03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga,
kerusakana jalan dapat dibedakan atas:
1. Retak (cracking)
2. Distorsi (distortion)
3. Cacat permukaan (disintegration)
4. Pengausan (polished aggregate)
5. Kegemukan (bleeding of flushing)
6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas

2.2 Retak Pada Jalan


Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :
a) Retak halus

Retak halus merupakan retak yang mempunyai lebar celah ≤ 3 mm.


Kemungkinan penyebab kerusakan:

3
4

 Bahan material kurang baik


 Pelapukan permukaan
 Tanah dasar di bawah permukaan kurang stabil

Untuk pemeliharaan dapat dipergunakan lapis latasir atau buras. Dalam


tahap perbaikan sebaiknya dilengkapi dengan perbaikan sistem drainase.
Retak rambut dapat berkembang menjadi retak kulit buaya.

Gambar 1. Retak halus pada jalan.

b) Retak kulit buaya ( alligator crack)

Retak kulit buaya merupakan retak yang mempunyai celah retak ≥ 3 mm


dan saling berangkai menyerupai kulit buaya. Kemungkinan penyebab
kerusakan:

 Bahan material kurang baik.


 Pelapukan permukaan.
 Tanah dasar di bawah permukaan kurang stabil.

Sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat
air yang merembes masuk ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki
dengan cara dibongkar dan membuang bagian-bagian yang basah, kemudian
dilapis kembali dengan bahan yang sesuai.
5

Gambar 2. Retak kulit buaya

c) Retak pinggir (edge crack)

Retak pinggir merupakan retak dimana terjadi pada sisi perkerasan/dekat


bahu dan berbentuk retak memanjang dengan atau tanpa cabang yang
mengarah ke bahu. Kemungkinan penyebab kerusakan:

 Drainase kurang baik


 Daya dukung tanah tepi kurang baik
 Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan

Retak dapat diperbaiki dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair
dan pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu diperlebar dan
dipadatkan. Jika penggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat
diperbaiki dengan menggunakan hotmix. Retak ini lama kelamaan akan
bertambah besar disertai dengan terjadinya lubang-lubang.
6

Gambar 3. Retak pinggir

d) Retak sambungan jalan (lane joint crack)

Retak sambungan jalan merupakan retak yang terjadi pada sambungan dua
jalur lalu lintas dan berbentuk retak memanjang.Kemungkinan penyebab
kerusakan adalah ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik. Berikut
kerusakan retak sambungan jalan. Perbaikan dapat dilakukan dengan
memasukan campuran aspal cair dan pasir ke dalam celah-celah yang
terjadi. Jika tidak diperbaiki, retak dapat berkembang menjadi lebar karena
terlepasnya butir-butir pada tepi retak dan meresapnya air ke dalam lapisan.

Gambar 4. Retak sambungan jalan

e) Retak sambungan bahu perkerasan (edge joint crack)

Retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan perkerasan dengan bahu
yang beraspal. Kemungkinan penyebab kerusakan:

 Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan


 Drainase kurang baik
 Penyusutan material badan perkerasan jalan
 Material pada bahu yang kurang baik
7

Gambar 5. Retak sambungan bahu perkerasan

f) Retak sambungan pelebaran jalan (widening crack)

Retak sambungan pelebaran adalah retak memanjang yang akan terjadi


pada sambungan antara pekerasan lama dengan perkerasan pelebaran.
Kemungkinan penyebab kerusakan adalah pegerakan vertikal/
horizontal di bawah lapis tambahan sebagai akibat adanya perubahan
kadar air pada tanah dasar yang ekspansif. Perbaikan dilakukan dengan
mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran aspal cair dan pasir.
Jika tidak diperbaiki, air dapat meresap masuk ke dalam lapisan
perkerasan melalui celah-celah, butir-butir dapat lepas dan retak
bertambah besar.

Gambar 6. Retak sambungan pelebaran jalan

g) Retak refleksi (reflection crack)

Retak refleksi merupakan retak yang terjadi pada lapisan tambahan


(overlay), dan berbentuk memanjang (longitudinal cracks), diagonal
8

(diagonal cracks), melintang (transverse cracks), atupun kotak (block


cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasan dibawahnya. Untuk
retak memanjang, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan
dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir. Untuk retak
berbentuk kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis
kembali dengan bahan yang sesuai.

Gambar 7. Retak Refleksi

h) Retak susut (shrinkage crack)

Retak susut merupakan retak yang terjadi saling bersambungan membentuk


kotak besar dengan sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected
crack yag membentuk suatu seri blocks crack.Kemungkinan penyebab
kerusakan:

 Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak


aspal dengan penetrasi rendah.
 Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.

Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal


cair dan pasir dan dilapisi dengan burtu.
9

Gambar 8. Retak Susut

i) Retak selip (slippage crack)

Retak selip merupakan retak yang menyerupai bulan sabit atau berbentuk
seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kemungkinan penyebab
kerusakan:

 Penggunaan agregat halus terlalu banyak


 Lapis permukaan kurang padat
 Penghamparan pada temperatur aspal rendah
 Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan bawahnya tidak baik yang
disebabkan kurangnya aspal.

Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan


menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.

Gambar 9. Retak Selip


10

2.3 Distorsi Pada Jalan

Distorsi/perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar,


pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan
pemadatan akibat beban lalu lintas. Distorsi (Distortion) dapat dibedakan atas :

a) Alur (Ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur
dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh di atas
permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat
timbul retak-retak. Terjadinya alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang
kurang padat, dengan demikian terjadi tambahan pemadatan akibat repetisi
beban lalu lintas pada lintasan roda. Campuran aspal dengan stabilitas
rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis. Perbaikan dapat
dilakukan dengan memberi lapisan tambahan dari lapis permukaan yang
sesuai

Gambar 10. Kerusakan Distorsi Alur Jalan

b) Keriting (corrugation)

Keriting merupakan kerusakan alur yang terjadi melintang jalan.

Kemungkinan penyebab kerusakan:

 Lalu lintas dipakai sebelum perkerasan mantap


 Aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi
 Banyak menggunakan aggregat halus, agregat bulat dan licin
11

Kerusakan dapat diperbaiki dengan :

 Jika lapis permukaan yang keriting itu mempunyai lapis pondasi agregat,
perbaikan yang tepat adalah dengan menggaruk kembali, dicampur dengan
lapis pondasi, dipadatkan kembali dan diberi lapis permukaan baru.
 Jika lapis permukaan bahan pengikat mempunyai ketebalan > 5 cm, maka
lapis tipis yang mengalami keriting tersebut diangkat dan diberi lapis
permukaan yang baru.

Gambar 11. Kesuakan Distorsi corrugation

c) Sungkur (shoving)

Sungkur merupakan kerusakan yang terjadi akibat dari deformasi plastis yang
terjadi setempat ditempat kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan
tikungan tajam. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara dibongkar dan dilapis
kembali.
12

Gambar 12. Kerusakan Distorsi Sungkur

d) Amblas (grade depression)

Amblas merupakan kerusakan jalan yang terjadi setempat/tertentu dengan


atau tanpa retak yang disebabkan oleh kendaraan yang melebihi apa yang
direncanakan. Perbaikan dapat dilakukan dengan :

 Untuk amblas yang  5 cm, bagian yang rendah diisi dengan bahan
sesuai seperti lapen, lataston, laston.
 Untuk amblas yang  5 cm, bagian yang amblas dibongkar dan lapis
kembali dengan lapis yang sesuai.

Gambar 13. Kerusakan Amblas

e) Jembul (upheaval)

Jembul merupakan kerusakan yang terjadi setempat dengan atau tanpa


retak yang disebabkan adanya pengembangan tanah dasar ekspansif.
Perbaikan dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan
melapisinya kembali.
13

Gambar 14. Kerusakan Jembul

2.4 Cacat Permukaan (Sisintegration)

Cacat Permukaan (Sisintegration) yang mengarah kepada kerusakan secara


kimiawi dan mekanis dari lapisan perkerasan. Yang termasuk dalam cacat
permukaan ini adalah :

a) Lubang (potholes)

Lubang merupakan kerusakan jalan berupa mangkuk yang memiliki ukuran


bervariasi dari kecil sampai besar. Lubang–lubang tersebut diperbaiki
dengan cara dibongkar dan dilapis kembali. Perbaikan yang bersifat
permanen disebut juga deep patch (tambalan dalam), yang dilakukan
sebagai berikut :

1. Bersihkan lubang dari air dan material–material yang lepas.


2. Bongkar bagian lapis permukaan dan pondasi sedalam–dalamnya
sehingga mencapai lapisan yang kokoh (potong dalam bentuk yang
persegi panjang).
3. Beri lapis tack coat sebagai lapis pengikat.
4. Isikan campuran aspal dengan hati–hati sehingga tidak terjadi segregasi.
5. Padatkan lapis campuran dan bentuk permukaan sesuai dengan
lingkungannya.
14

Gambar 15. Lubang Pada Jalan

b) Pelepasan butir (ravelling)

Pelepasan butir merupakan kerusakan jalan yang ditandai dengan


melepasnya butir lapis perkerasan yang dapat terjadi secara meluas. Dapat
diperbaiki dengan memberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang
mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan
dikeringkan.

Gambar 16. Pelepasan Butir Jalan

c) Pengelupasan lapis permukaan (stripping)

Pengelupasan lapis permukaan merupakan kerusakan yang disebabkan oleh


kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya atau terlalu
tipis lapis permukaannya. Dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan
dan dipadatkan. Setelah itu dilapisi dengan buras.
15

Gambar 17. Pengelupasan Jalan

2.5 Pengausan (Polished Aggregate)

Pengausan merupakan kerusakan yang terjadi karena agregat yang berasal dari
material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan/ agregat berbentuk bulat
dan licin atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan licin, tidak
berbentuk cubical. Dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan latasir, buras
atau latasbun.

Gambar 18. Pengausan Jalan

2.6 Kegemukan (bleending or flushing)

Kegemukan merupakan kerusakan yang terjadi pada saat temperatur tinggi,


aspal menjadi lunak, dan akan terjadi jejak roda yang dapat disebabkan
pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal. Dapat diatasi dengan
menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan atau lapis aspal diangkat
dan kemudian diberi lapisan penutup.
16

Gambar 19. Kegemukan Pada Jalan

2.7 Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)

Terjadi di sepanjang bekas penanaman utilitas. Hal ini terjadi karena pemadatan
yang tidak memenuhi syarat. Dapat diperbaiki dengan dibongkar kembali dan
diganti dengan lapis yang sesuai.

Gambar 20. Penurunan Pada Bekas Penanaman Utilitas


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari informasi yang diperoleh dan tercantum di BAB II, penulis
menyimpulkan :

1. Kemungkinan faktor-faktor penyebab kerusakan secara umum


antara lain sistem drainase yang tidak baik, sifat material konstruksi
perkerasan yang kurang baik, iklim, kondisi tanah yang tidak stabil,
perencanaan lapis perkerasan yang tipis, proses pelaksanaan
pekerjaan konstruksi perkerasan yang kurang sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi, yang saling terkait dan
mempengaruhi.
2. Kerusakan jalan juga diakibat dari penanganan kerusakan
(pemeliharaan jalan) tidak dilakukan secara dini dan tepat
(kerusakan lubang yang terjadi akibat dari kerusakan kerusakan
kecil yang terus menerus dibiarkan, misalkan kerusakan retak yang
telah menjadi lubang).
3. Berdasarkan jenis kerusakan yang terjadi maka, tindakan perbaikan
dapat dilakukan dengan tindakan perbaikan per segmen.

3.2 Saran

Saran yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca adalah :

1. Perlunya dilakukan penanganan kerusakan jalan untuk mengurangi


tingkat kecelakaan dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi
pengguna jalan.

17
2. Untuk mempertahankan kinerja perkerasan, diperlukan beberapa
tindakan perbaikan kerusakan, baik berupa pemeliharaan rutin yang
dilakukan setiap tahun maupun pemeliharaan berkala yang biasanya
dilakukan 2 atau 3 tahun sekali.
3. Perlunya observasi langsung di lapangan oleh pihak terkait, agar
perbaikan yang dilakukan sesuai dengan kondisi kerusakan yang
terjadi, sehingga perbaikan yang dilakukan akan lebih efektif dan
efisiensi.

18
DAFTAR PUSTAKA

……jenis-kerusakan-jalan-pada-perkerasan-lentur. Diakses pada 3 Oktober


2021 dari, https://dpu.kulonprogokab.go.id/

……jenis-kerusakan-jalan-pada-perkerasan-lentur-bagian-kedua. Diakses pada


4 Oktober 2021 dari, https://dpu.kulonprogokab.go.id/

……kerusakan-jalan-aspal-penyebab-solusi. Diakses pada 4 Oktober 2021 dari,


https://strong-indonesia.com/

……Yudaningrum, F., Ikhwannudin.(2017). IDENTIFIKASI JENIS KERUSAKAN


JALAN. 18-20

19

Anda mungkin juga menyukai