PCI
Nama kelompok:
DOSEN:Khodijah AL Qubro,S.T.,M.T
FAKULTAS TEKNIK
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.PCI
Metode Pavement Condition Index (PCI)
Pavement Condotion Index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan
berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi dan dapat digunakan sebagai acuan dalam
usaha pemeliharaan. Nilai Pavement Condition Index (PCI) memiliki rentang 0 (nol) sampai
dengan 100 (seratus) dengan kriteria sempurna (excellent), sangat baik (very good), baik
(good), sedang (fair), jelek (poor), sangat jelek (very poor), dan gagal (failed) (Shahin, 1994).
2.2.Jalan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan, jalan diartikan sebagai
prasarana transportasi darat yang terdiri atas segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, diatas permukaan
tanah, dibawah permukaan tanah dan air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api
dan jalan kabel.
2.3.Lalu Lintas
Pengertian lalu lintas adalah semua kendaraan yang melewati jalan raya. Jumlah volume lau
lintas dan beban yang diangkutnya akan berubah dan bertambah tahun demi tahun dari mulai
hari peresmian pemakaian jalan sampai umur rencana. Besarnya beban yang dilimpahkan
roda kendaraan pada permukaan jalan raya bergantung dari berat total kendaraan tersebut.
Beban yang berulang-ulang akan menimbulkan getaran dan lendutan yang berulang-ulang
pula pada permukaan jalan raya. Hal inilah yang meyebabkan kerusakan pada jalan raya yang
dipercepat oleh beban yang melebihi muatan perencanaan.
Sebagai pengukur jumlah dari arus lalu lintas yang digunakan "volume". Volume lalu lintas
menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan
waktu ( hari, jam, menit ).
Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan penentuan jumlah
dan lebar lajur adalah.
Retak yang berbentuk sebuah jaringan dari bidang persegi banyak (polygon) yang
menyerupai kulit buaya, dengan lebar celah lebih besar atau sama dengan 3 15
mm. Retak ini disebabkan oleh kelelahan akibat beban lalu lintas berulang-ulang.
Kemungkinan penyebabnya adalah:
a. Bahan perkerasan atau kualitas material kurang baik sehingga menyebabkan perkerasan
lemah atau lapis beraspal yang rupah (britle),
b. Pelapukan aspal,
2. Keriting (Corrugation) 16
Bentuk kerusakan ini berupa gelombang pada lapis permukaan, atau dapat dikatakan alur
yang terjadi yang arahnya melintang jalan. Kerusakan ini umunya terjadi pada tempat
berhentinya kendaraan, akibat pengereman kendaraan. Kemungkinan penyebabnya adalah:
3. Amblas (Depression)
Kedalaman retak ini umumnya lebih dari 2 cm dan akan menampung/meresapkan air.
Kemungkinan penyebabnya adalah:
a. Beban/berat kendaraan yang berlebihan, sehingga struktur bagian bawah perkerasan jalan
atau struktur perkerasan jalan itu sendiri tidak mampu menahannya.
Kerusakan ini terjadi pada pertemuan tepi permukaan perkerasan dengan bahu jalan tanah
(bahu tidak beraspal) atau juga pada tepi bahu jalan beraspal dengan tanah sekitarnya.
Penyebab kerusakan ini dapat terjadi setempat atau sepanjang tepi perkerasan dimana sering
terjadi perlintasan roda kendaraan dari perkerasan ke bahu atau sebaliknya. Bentuk kerusakan
cacat tepi dibedakan atas 18
„gompal‟ (edge break) atau “penurunan tepi” (edge drop). Kemungkinan penyebabnya
adalah:
Kerusakan ini pada umumnya terjadi pada permukaan aspal yang telah dihamparkan diatas
perkerasan aspal. Retak terjadi pada lapis tambahan (overlay) aspal yang mencerminkan pola
retak dalam perkerasan beton lama yang berada dibawahnya. Pola retak dapat kearah
memanjang, melintang, diagonal, atau membentuk blok. Kemungkinan penyebabnya adalah:
b. Hilangnya kadar air dalam tanah dasar yang kadar lempungnya tinggi.
Tabel 2.15:Tingkat kerusakan retak Identifikasi kerusakan
sambungan pelebaran. Tingkat
Kerusakan
Bentuk kerusakan ini terjadi akibat terdapatnya beda ketinggian antara permukaan perkerasan
dengan permukaan bahu/tanah sekitarnya, dimana permukaan bahu lebih rendah terhadap
permukaan perkerasan. Kemungkinan penyebabnya adalah:
) Jenis kerusakan ini terdiri dari macam kerusakan yaitu retak memanjang dan retak
melintang pada perkerasan. Retak ini terdiri berjajar yang terdiri dari beberapa celah.
Kemungkinan penyebabnya adalah:
a. Sambungan perkerasan,
2. Retak tak terisi, sembarang lebar 76 mm, dikelilingi retak acak ringan.
1. Sembarang retak terisi atau tak terisi dikelilingi dengan retak acak, kerusakan sedang atau
tinggi.
8. Tambalan (Patching)
Tambalan dapat dikelompokkan kedalam cacat permukaan, karena pada tingkat tertentu (jika
jumlah/luas tambalan besar) akan menggangu kenyamanan berkendara. Berdasarkan sifatnya,
tambalan dikelompokkan Menjadi dua, yaitu tambalan sementara; berbentuk tidak beraturan
mengikuti bentuk kerusakan lubang, dan tambalan permanen; berbentuk segi empat sesuai
rekonstruksi yang dilaksanakan. Kemungkinan penyebabnya adalah
Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Low Tambalan dalam kondisi baik. Kenyamanan
kendaraan sedikit terganggu. Medium Tambalan sedikit rusak. Kenyamanan kendaraan agak
terganggu. High Tambalan sangat rusak. Kenyamanan kendaraan sangat terganggu.
9. Lubang (Potholes)
Kerusakan ini berbentuk seperti mangkok yang dapat menampung dan meresapkan air pada
bahu jalan. Kerusakan ini terkadang terjadi di dekat retakan, atau di daerah drainasenya
kurang baik (sehingga perkerasan tergenang oleh air). Kemungkinan penyebabnya adalah:
a. Aspal rendah, sehingga agregatnya mudah terlepas atau lapis permukaannya tipis,
b. Pelapukan aspal,
Bentuk kerusakan ini terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan dan berbentuk alur.
Kemungkinan penyebabnya adalah: a. Ketebalan lapisan permukaan yang tidak mencukupi
untuk menahan beban lalu lintas,
Kerusakan ini membentuk jembulan pada lapisan aspal. Kerusakan biasanya terjadi pada
lokasi tertentu dimana kendaraan berhenti pada kelandaian yang curam atau tikungan tajam.
Terjadinya kerusakan ini dapat diikuti atau tanpa diikuti oleh retak. Kemungkinan
penyebabnya adalah:
Metodelogi
Severity level adalah tingkat kerusakan pada tiap-tiap jenis kerusakan. Tingkat kerusakan
yang digunakan dalam perhitungan PCI adalah low severity level (L), medium severity level
(M) dan high severity level (H).
Density atau kadar kerusakan adalah persentase luasan dari suatu jenis kerusakan terhadap
luasan suatu unit segmen yang diukur dalam meter persegi atau meter panjang. Nilai density
suatu jenis kerusakan dibedakan juga berdasarkan tingkat kerusakannya. Rumus mencari nilai
density :
dengan :
Ad: luas total jenis kerusakan unntuk tiap tingkat kerusakan (m2)
Ld: panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m)
Deduct value adalah nilai pengurangan untuk tiap jenis kerusakan yang diperoleh dari kurva
hubungan antara density dan deduct value. Deduct value juga dibedakan atas tingkat
kerusakan untuk tiap-tiap jenis kerusakan.
Total deduct value adalah nilai total dari individual deduct value untuk tiap jenis kerusakan
dan tingkat kerusakan yang ada pada suatu unit penelitian.
Sebelum ditentukan nilai TDV dan CDV nilai deduct value perlu di cek apakah nilai deduct
value individual dapat digunakan dalam perhitungan selanjutnya atau tidak dengan
melakukan perhitungan nilai alowable maximum deduct value (m).
dengan :
Corrected deduct value (CDV) diperoleh dari kurva hubungan antara nilai TDV dengan nilai
CDV dengan pemilihan lengkung kurva sesuai dengan jumlah nilai individual deduct value
yang mempunyai nilai lebih besar dari 2 (dua) yang disebut juga dengan nilai (q).
Menurut (Shahin, 1994) sebelum ditentukan nilai CDV harus ditentukan terlebih dahulu nilai
CDV maksimum yang telah terkoreksi dapat diperoleh dari hasil pendekatan deduct value dari
yang terkecil nilainya dijadikan = 2 sehingga nilai q akan berkurang sampai diperoleh nilai
q= 1 setelah itu nilai deduct value di totalkan (TDV) kemudian hubungkan TDV dengan nilai
q.
Jika nilai CDV telah diketahui, maka nilai PCI untuk tiap unit dapat diketahui dengan rumus :
dengan :
dengan :
N : jumlah unit
Lokasi
Lokasi survey yang dilakukan berada di JL.SUKARELA KM7 dibelakang n rumah
2.Mistar
3.Pena
4.Buku
BAB 4
Pembahasan
Ruas jalan sukarela yang dirvey yakni dengan panjang 100 meter dan lebar 6
meter,dengan 3 meter lebar jakan untuk satu arah .Berikut data yang didapat
dari survey yang dilakukan:
Ukuran
Panjang Jenis Jenis masing-
STA Seksi
Jalan No. Kerusakan Ukuran masing-masing No. Kerusakan masing
Jalan Kerusakan Jalan Kerusakan
h P P
(cm) (m) L (m) A (m2) h (cm) (m) L (m) A (m2)
1 Retak buaya 4,18 2,83 11,8294 1 Lubang 2,5 0,15 0,1 0,015
2 Retak halus 19,7 1,2 23,64 2 Lubang 2,5 0,98 0,77 0,7546
0+000-
50 1 3 Retak kasar 10,8 1,7 18,36
0+050
4 Lubang 5 0,23 0,5 0,115
5 Lubang 3,2 0,4 0,3 0,12
0,050- 1 Retak halus 25 0,9 22,5 1 Lubang 2 0,9 0,4 0,36
50 2
0+100 2 Retak halus 10 1,5 15 2 Lubang 3 0,68 0,34 0,2312
3 Tambalan 2,8 0,4 1,12
SEGMENT 1
Patching
13 Potholes 0,9 0,4 0,36 L
13 Potholes 0,68 0,34 0,2312 L
10 Long & Trans Cracking 25 0,9 22,5 M
10 Long & Trans Cracking 10 1,5 15 M
SECTION 1
Deduct Value
Jenis Kerusakan Jalan Kelas Deduct Value # Total q CDV
Potholes H 59 4 59 2 2 2 65 1 64
q=4
SECTION 2
Pothles L 20 1 28 20 2 50 3 28
Long & Trans
Cracking M 28 2 28 20 2 50 2 32
q=3
CDV SECTION 1
SECTION 2
• Jadi setelah dikelola data dari survey jalan SUKARELA KM7 didapat nilai Pavement
Condition Indexnya 45,5% yang masuk dalam kategori kerusakan yang sedang (FAIR).
BAB 5
KESIMPULAN
Pada ruas jalan Sukarela KM7 yang disurvey dengan panjang 100 meter dan lebar 2
meter,terdapat 4 jenis kerusakan dengan total 12 kerusakan disepanjang 100 meter jalan yang
disurvey.Dengan menggunakan metode Pavement Condition Index data survey diolah dengan
sedemikian rupa dan didapatkan hasil dari section 1 yaitu 23 % dan section 2 yaitu
68%.Maka didapat PCI total 91% dibagi dua section jadi 45,5 % yang termasuk dalam
kategori sedang (FAIR).
DOKUMENTASI