A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
BAB VI
KONSEP SKEMATIK
RENCANA TEKNIS JALAN
V-1
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V-2
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V-3
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
tidak diperbaiki dapat diresapi air sehingga lama kelamaan terlpas butir-
butirnya sehingga menyebabkan lubang.
Retak pinggir (edge crack) yaitu retak memanjang jalan, dengan atau tanpa
cabang yang mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu jalan.
Penyebabnya adalah tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase
kurang baik, terjadi penyusutan tanah, atau terjadinya settlement di bawah
daerah tersebut. Akar tanaman tumbuh di tepi perkerasan dapat pula
menjadi sebab terjadinya retak pinggir. Di lokasi retak, air meresap yang
dapat semakin merusak lapisan permukaan.
Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint crack) yaitu retak
memnajang yang umumnya terjadi pada sambungan bahu jalan dengan
perkerasan. Retak dapat disebabkan oleh kondisi drainase di bawah bahu
jalan lebih buruk dari pada di bawah perkerasan, terjadinya settlement di
bahu jalan, penyusutan material bahu atau perkerasan jalan, atau akibat
lintasan truk atau kendaraan berat di bahu jalan
Retak sambungan jalan (lane joint crack) yaitu retak memanjang yang
terjadi pada sambungan 2 jalur lalu lintas. Penyebabnya yaitu tidak baiknya
ikatan sambungan kedua jalur.
Retak sambungan pelebaran jalan (widening crack), adalah retak
memanjang yang terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan
perkerasan pelebaran. Penyebabnya ialah perbedaan daya dukung di
bawah bagian perlebaran dan bagian jalan lama atau dapat juga
disebabkan oleh ikatan sambungan tidak baik
Retak refleksi (reflection crack) yaitu retak memanjang, melintang,
diagonal, atau membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay)
yang menggambarkan pola retakan di bawanya. Retak refleksi dapat terjadi
jika retak pada perkerasaan lama tidak diperbaiki secara baik sebelum
perkerasan overlay dilakukan
Retak susut (shrinkage cracks) yaitu retak yang saling bersambungan
membentuk kotak-kotak besar dengan sudut tajam. Penyebabnya ialah
perubahan volume pada lapisan permukaan yang memakai aspal dengan
penetrasi rendah, atau perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah
dasar
Retak selip (slippage cracks) yaitu retak yang bentuknya melengkung
sepertu bulan sabit. Penyebabnya ialah kurang baiknya ikatan antara
lapisan permukaan dan lapis di bawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat
V-4
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
disebabkan oleh adanya debu, minyak, air, atau benda nonadhesif lainnya,
atau akibat tidak diberinya tack coat sebagai bahan pengikat di antara
kedua lapisan.
Pada umumnya perbaikan kerusakan jenis retak dilakukan dengan mengisi
celah retak dengan campuran pasir dan aspal. Bila retak telah meluas dan
kondisinya cukup parah maka dilakukan pembongkaran lapisan yang retak
tersebut untuk kemudian diganti dengan lapisan yang lebih baik.
V-5
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V-6
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V-7
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V-8
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
PSI 4,78 0,015( Roug hom eter ) 0,004(C P) 0,5 0,26( RD) 2 ……....
(V.1.1PERKERASAN JALAN.2)
Roughometer adalah besaran index berdasarkan alat Bump Integrator, dimana
kalibrasi Bump Integrator dengan IRI telah dilakukan pada saat program
kerjasama antara TRRL dengan Pusjatan Bandung sekitar tahun 1990 (Djoko
Widajat, dkk, 1990). Persamaan IRI dengan alat Bump Integrator menjadi :
IRI 0,0027 BI 0,944 ……………………………............………..……......
(V.1.1PERKERASAN JALAN.3)
Keterangan :
IRI dalam m/km dan BI dalam mm/km
BI 525,96 IRI 1, 0593 (mm/km) atau .……….......…….............………….…
(V.1.1PERKERASAN JALAN.4)
BI 33,1568IRI 1, 0593 (in/mile) ...………………………..............................
(V.1.1PERKERASAN JALAN.5)
Sehingga persamaan PSI untuk perkerasan lentur menjadi :
PSI 4,78 0,015(525,96IRI 1, 0593 ) 0,004(C P) 0, 5 0,26( RD) 2 …....…
(V.1.1PERKERASAN JALAN.6)
Menurut Al-Omari dan Darter (1992) nilai PSI disederhanakan sebagai fungsi dari
International Roughness Index (IRI), bahwa kerusakan retak, tambalan dan alur
dipandang sudah diwakili oleh IRI. Hubungan antara nilai PSI dan IRI sebagai
berikut:
PSI 5 e ( 0 , 26 IRI ) .……………..............……..…………...…..…..………
(V.1.1PERKERASAN JALAN.7)
Dimana :
PSI = Present serviceability Index atau Indeks Permukaan
IRI = International Roughness Index
Nilai PSI bervariasi dari angka 0-5, masing-masing angka menunjukan kinerja
fungsional perkerasan, sebagai berikut :
V-9
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
Pada saat perkerasan dibuka struktur perkerasan mempunyai nilai PSI besar
yang berarti nilai kerataan masih baik dan kerusakan belum terjadi. Besarnya nilai
PSI ini akan menurun seiring dengan terjadinya kerusakaan akibat beban
kendaraan.
Dari grafik maupun persamaan hubungan antara nilai IRI dengan RCI dapat
diketahui kondisi permukaan secara visual. Tabel 2.2 menjelaskan hubungan
antara nilai IRI dengan RCI berdasarkan kondisi permukaan jalan secara visual.
V - 10
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 11
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 12
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 13
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
Faktor regional berguna untuk memperhatikan kondisi jalan yang berbeda antara
jalan yang satu dengan jalan yang lain. Faktor regional mencakup permeabilitas
tanah, kondisi drainase yang ada, kondisi persimpangan yang ramai,
pertimbangan teknis dari perenrcana seperti ketinggian muka air tanah,
perbedaan kecepatan akibat adanya hambatan-hambatan tertentu, bentuk
alinyemen (keadaan medan) serta persentase kendaraan berat dan kendaraan
yang berhenti, sedangkan iklim mencakup curah hujan rata-rata pertahun. Kondisi
lingkungan setempat sangat mempengaruhi lapisan perkerasan jalan dan tanah
dasar antara lain :
1. Berpengaruh terhadap sifat teknis konstruksi perkerasan dan sifat komponen
material lapisan perkerasan.
2. Pelapukan bahan material.
3. Mempengaruhi penurunan tingkat kenyamanan dari perkerasan jalan.
Pengaruh perubahan musim, perbedaan temperatur kerusakan-kerusakan akibat
lelahnya bahan, sifat material yang digunakan dapat juga mempengaruhi umur
pelayanan jalan.
Rumus:
Jumlah Kendaraan Berat
Persentase Kendaraan Berat 100% …........
Jumlah Kendaraan
(V.1.1PERKERASAN JALAN.11)
Setelah itu dapat dilanjutkan dengan melihat tabel dibawah ini:
V - 14
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
N
1 i 1
UR
………………..…..............…...........………………….(V.1.1PERKERASAN
i
JALAN.12)
Dimana :
N = faktor pertumbuhan lalu lintas yang sudah disesuaikan dengan
perkembangan lalu lintas.
UR = umur rencana
i = faktor pertumbuhan lalu lintas.
V.1.4.6 RELIABILITAS
Reliabilitas adalah kemungkinan (probability) jenis kerusakan tertentu atau
kombinasi jenis kerusakan pada struktur perkerasan akan tetap lebih rendah
dalam rentang waktu yang diijinkan dalam umur rencana. Konsep reliabilitas
merupakan upaya untuk menyertakan derajat kepastian (degree of certainty) ke
dalam proses perencanaan untuk menjamin bermacam-macam alternatif
perencanaan akan bertahan selama selang waktu yang direncanakan (umur
rencana). Faktor perencanaan reliabilitas memperhitungkan kemungkinan variasi
perkiraan lalu lintas dan karenanya memberikan tingkat reliabilitas (R) dimana
seksi perkerasan akan bertahan selama selang waktu yang direncanakan. Pada
umumnya, dengan meningkatnya volume lalu lintas dan kesukaran untuk
mengalihkan lalu lintas, resiko tidak memperlihatkan kinerja yang diharapkan
V - 15
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
harus ditekan. Hal ini dapat diatasi dengan memilih tingkat reliabilitas yang lebih
tinggi. Tabel 2.4 memperlihatkan rekomendasi tingkat reliabilitas untuk bermacam-
macam klasifikasi jalan. Perlu dicatat bahwa tingkat reliabilitas yang tinggi
menunjukkan jalan yang melayani lalu lintas paling banyak, sedangkan tingkat
yang paling rendah 50% menunjukkan jalan lokal.
V - 16
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
60 -253
70 -524
75 -674
80 -841
85 -1,037
90 -1,282
91 -1,340
92 -1,405
93 -1,476
94 -1,555
95 -1,645
96 -1,751
97 -1,881
98 -2,054
99 -2,327
99,9 -3,090
99,99 -3,750
Sumber : AASHTO 1993
V - 17
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 18
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
Jelek 1 bulan
Jelek sekali air tidak akan mengalir
Sumber : AASHTO 1993
Faktor untuk memodifikasi koefisien kekuatan relatif ini adalah koefisien drainase
(m) dan disertakan ke dalam persamaan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) bersama-
sama dengan koefisien kekuatan relatif (a) dan ketebalan (D). Tabel 2.10
memperlihatkan nilai koefisien drainase (m) yang merupakan fungsi dari kualitas
drainase dan persen waktu selama setahun struktur perkerasan akan dipengaruhi
oleh kadar air yang mendekati jenuh.
V - 19
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 20
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 21
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 22
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 23
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
(V.1.1PERKERASAN JALAN.16)
Dimana: c = Koefisien distribusi masing-masing kendaraan
E = Angka ekivalen untuk masing-masing kendaraan
f. Lintas ekivalen akhir (LEA)
Rumus:
LEA ( LHR akhir umur rencana c E ) ….........…...................……...
(V.1.1PERKERASAN JALAN.17)
Dimana: c = Koefisien distribusi masing-masing kendaraan
E = Angka ekivalen untuk masing-masing kendaraan
g. Lintas ekivalen tengah (LET)
LEP LEA
Rumus: LET
2
…..................................................................…....….(V.1.1PERKERASAN
JALAN.18)
h. Faktor penyesuaian
UR
Rumus: FP
10
…...………............................………………..…...…..……...(V.1.1PERKERASAN
JALAN.19)
Dimana: UR = Umur Rencana/masa operasional jalan
i. Lintas ekivalen rencana (LER)
Rumus:
LER LET FP ….……........…...............................................………
(V.1.1PERKERASAN JALAN.20)
j. Analisa daya dukung tanah
V - 24
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
Untuk menentukan nilai daya dukung tanah dasar, digunakan persamaan 2.9 pada
subbab 2.3.2 berdasarkan SNI-1732-1989-F tentang “TATA CARA PERENCANAAN
TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA DENGAN METODE ANALISA
KOMPONEN”.
k. Analisa tebal perkerasan lentur
Faktor regional
Rumus:
Jumlah Kendaraan Berat
Persentase Kendaraan Berat 100% .......................
Jumlah Kendaraan
.....................................................................................................
(V.1.1PERKERASAN JALAN.21)
Setelah itu dapat dilanjutkan dengan melihat tabel dibawah ini:
Table V.17 Faktor Regional (FR)
Kelandaian I (< Kelandaian II (6 Kelandaian III (>
6%) - 10%) 10%)
% kendaraan % kendaraan % kendaraan
berat berat berat
≤
> 30% ≤ 30% > 30% ≤ 30% > 30%
30%
Iklim I < 1,0 - 1,5 -
0,5 1,0 1,5 2,0 - 2,5
900mm/th 1,5 2,0
Iklim I > 2,0 - 2,5 -
1,5 2,0
2,5 3,0 - 3,5
900mm/th 2,5 3,0
Catatan: Pada bagian tertetu jalan, seperti persimpangan, pemberhentian
atau tikungan tajam (jari-jari 30 m) FR ditambah 0,5, Pada daerah rawa, FR
ditambah 1,0
Sumber : SNI 1732-1989-F
Indeks permukaan
Dalam menentukan indeks permukaan awal umur rencana (IPo) perlu
diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta
kekokohan) pada awal umur rencana. Besarnya nilai indeks permukaan pada
awal umur rencana dapat dilihat pada tabel 2.11.
Indeks permukaan akhir
Untuk menentukan indeks permukaan pada akhir umur rencana, perlu
dipertimbangkan faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen
rencana (LER). Adapun kisaran nilai indeks tersebut dapat dilihat pada tabel
2.12.
V - 25
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
………………..............……………………………………....…......
(V.1.1PERKERASAN JALAN.22)
Dimana :
LER = Lintas Ekivalen Rencana
3650 = Jumlah hari dalam 10 tahun
ITP= Indeks Tebal Perkerasan
DDT = Daya Dukung Tanah Dasar
∆PSI = Perbedaan Serviceability Index di awal dan akhir umur
rencana
FR = Faktor Regional
Koefisien kekuatan relatif
Koefisien kekuatan relatif (a) masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai
lapis permukaan, lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah ditentukan
secara korelasi sesuai nilai Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat
tekan (untuk bahan yang diperkuat dengan semen atau kapur) atau CBR
(untuk bahan lapis pondasi bawah). Jika alat Marshall Test tidak tersedia,
bahan beraspal bias diukur dengan cara lain seperti Hveem Test, Hubbard
Field, dan Smith Triaxial. Besarnya keofisien kekuatan relatif dapat dilihat
pada tabel 2.13.
Susunan lapisan perkerasan
Dalam menentukan tebal lapisan perkerasan, dipergunakan persamaan ini:
Rumus:
ITP a 1 D1 a 2 D 2 a 3 D 3 .............….................……..….……..
(V.1.1PERKERASAN JALAN.23)
Dimana:
ITP = Indeks Tebal Perkerasan
a1 = koefisien kekuatan relatif lapis permukaan
V - 26
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
≥ 10,00 10 Laston
Sumber : SNI 1732-1989-F
2. Lapis pondasi
Tabel V.19 Batas Tebal Minimum Lapis Pondasi
Tebal
ITP Minimum Bahan
(cm)
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
< 3,00 15
stabilisasi tanah dengan kapur
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
3,00 - 20*
stabilisasi tanah dengan kapur
7,49
10 Laston Atas
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
7,50 - 20
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam
9,99
15 Laston Atas
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
10 - 12,14 20 stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston Atas
≥ 12,25 25 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,
V - 27
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
(V.1.1PERKERASAN JALAN.24)
Keterangan : K = kondisi Lapisan
a = koefisien kekuatan relatif
D = tebal lapisan
i = nomor yang menunjukkan lapisan
- Tetapkan tebal lapisan tambahan (Dol)
V - 28
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
(V.1.1PERKERASAN JALAN.25)
Keterangan : ITP = selisih dari ITPR dan ITPsisa
ITPR = ITP diperlukan sampai akhir umur rencana
ITPsisa = ITP yang ada
(V.1.1PERKERASAN JALAN.26)
Keterangan : Dol = tebal lapisan tambahan
aol = koefisien kekuatan relatif lapisan tambah
(V.1.1PERKERASAN JALAN.27)
Dimana :
SN = nilai Structural Number
a1, a2, a3 = koefisien relatif masing-masing lapisan
D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapisan perkerasan
V - 29
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 30
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 31
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 32
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
7.000.001 4,0 6
Sumber : AASHTO 1993
N
RL 1001 P ……………..……………..........................…..…
N 1.5
(V.1.1PERKERASAN JALAN.32)
V - 33
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 34
C V . A B D I K R IA S Y K O N S U L T A N
LAPORAN ANTARA E n g i n e e r i n g a n d M a n a g e m e n t C o n s u l ta n t
S e ti a N o . 1 3 / 1 1 - B T g . R e j o M e d a n T e l p / F a x . ( 0 6 1 ) 8 2 0 1 2 4 9
V - 35