Oleh: Azwar
Abstract
The road has perananan important role in economic, political, social, cultural, defense and
security, and is used for the people's welfare. The highway is a means of transportation for
people Ogan Komering Ulu, especially the citizens of the village to the city Sambirata District
Pengandonan Baturaja and vice versa. Travel time is affecting activities of communities to
implement activities. In order to increase the service to the road user it is necessary to carry
out road improvements, and efforts were strongly supported by the data of road conditions.
Pendahuluan
Jalan mempunyai perananan penting dalam bidang ekonomi, politik, social, budaya dan
pertahanan keamanan serta dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Jalan raya merupakan
sarana transportasi bagi masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu, khususnya warga Desa
Ke Sambirata Kecamatan Pengandonan ke Kota Baturaja dan sebaliknya. Waktu tempuh
sangatlah mempengaruhi aktifitas masyarakat dalam melaksanakan aktifitasnya.
Untuk dapat mencapai waktu tempuh yang baik maka dibutuhkan prasarana yang baik
pula. Jalan raya Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan pada saat ini tidak dapat ditempuh
dengan normal. Banyaknya kerusakan yang terjadi pada ruas jalan merupakan salah satu
penyebabnya.
Akibat kerusakan pada ruas jalan raya Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan
Kabupaten Ogan Komering Ulu, memunculkan masalah yaitu terjadinya penambahan waktu
tempuh perjalanan yang diakibatkan dari rusaknya ruas jalan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kerusakan yang terjadi pada ruas jalan raya di
Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Dosen Tetap Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Baturaja
Azwar, Hal; 1 – 11 1
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012 ISSN: 2087 – 1902
Tinjauan Pustaka
Menurut Manual Kapasitas Jalan MKJI (1997), definisi jalan adalah lajur tanah yang
disediakan khusus untuk sarana prasarana perhubungan darat yang dibuat sedemikian rupa
untuk melayani kelancaran arus lalu lintas. Sarana prasarana perhubungan tersebut meliputi
semua bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya diperuntuhkan bagi
pelayanan arus lalu lintas, guna untuk memindahkan orang-orang dan barang dari suatu tempat
ke tempat yang lain.
Sedangkan jalan raya adalah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan
kawasan lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) digunakan
untuk kendaraan bermotor; b) digunakan oleh masyarakat umum; c) dibiayai oleh perusahan
negara, dan; c) penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan.
Selanjutnya, tipe perkerasan lentur berdasarkan Bina Marga (1995), Shahin (1994),
Yolder and Witzcak (1975), yaitu: a) deformasi adalah perubahan permukaan jalan dari profil
sesudah pembangunan, terdiri dari: bergelombang, alur, ambles, sungkur, mengembang,
benjol dan turun; b) retak terjadi akibat renggangan tarik pada permukaan aspal melebihi dari
renggangan tarik maksimum, terdiri dari: memanjang, melintang, diagonal, reflektif, balok,
kulit buaya, bentuk bulan sabit; c) kerusakan tekstur permukaan, terdiri dari: butiran lepas,
kegemukan, agregat licin, terkelupas; d) kerusakan lubang, tambahan dan persilangan jalan
rel, dan; e) Kerusakan di pinggir perkerasan : pinggir retak/ pecah dan bahu turun.
Terkait dengan jenis kerusakan jalan pada perkerasan lentur, dapat dibedakan atas 6
(enam) jenis kerusakan yang akan dijelaskan secara bertahap berikut jenis-jenisnya: Pertama,
retak (cracking); retak adalah suatu gejala kerusakan/pecahnya perkerasan sehingga akan
menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini
merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/parah suatu kerusakan. Retak (cracking)
dibedakan atas: a) Retak Halus (Hair Cracking); b) Retak Kulit Buaya (Aligator Crack); c)
Retak Pinggir (Edge Crack); d) Retak Sambungan Bahu (Edge Joint Crack); e) Retak
Sambungan Pelebaran Jalan (Widening Crack); f) Retak Refleksi (Reflection Crack); g) Retak
Susut (Shrinkage Crack), dan; Retak Selip (Slippage Crack).
Kedua, distorsi (distortion). Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat
terjadi atas lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi
tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi atas
beberapa jenis kerusakan diantaranya: a) Alur (Ruts); b) Keriting (Corrugation); c) Sungkur
(Shoving); d) Amblas (Grade Depression), dan; e) Jembul (Upheaval).
Ketiga, cacat permukaan (disintegration). Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada
kerusakan secara kimiawi dan mekanis dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat
permukaan adalah sebagai berikut: a) Lubang (Potholes); b) Pelepasan Butiran (Reveling); c)
Pengelupasan Lapisan Permukaan (Stripping), yang disebabkan oleh kurangnya ikatan antara
lapis permukaan dan lapis dibawahnya, atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Dapat diperbaiki
dengan cara digaruk, diratakan dan dipadatkan. Setelah itu dilapis dengan buras; a) Pengausan
(Polished Aggregate); b) Kegemukan (Bleeding/Flushing), dan; c) Penurunan pada Bekas
Penanaman Utilitas (Utility Cut Deprestion).
Tipe dan kondisi permukaan jalan. Tipe dan kondisi permukaan jalan diberi kode
sebagai; A = Aspal; K = Kerikil; B = Batu; T = Tanah/Kondisi kekasaran dan tampak
permukaan jalan berdasarkan hasil penaksiran subjek dengan menggunakan kriteria yang sama
seperti pada petunjuk persiapan program pemeliharaan jalan kabupaten sebagai berikut; B:
Azwar, Hal; 1 – 11 2
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012 ISSN: 2087 – 1902
Kerusakan Perkerasan
Tipe dan tingkat dari masing-masing kerusakan permukaan jalan diamati secara visual
dari kendaraan tanpa berhenti, ditambah dengan survei berjalan kaki pada sampel segmen 100
m per km yang dilaksanakan secara sistematika sepanjang waktu mengizinkan antara 0,5-0,6
disetiap kilometer jalan. Kerusakan permukaan dikelompokan, diamati, diberi kode dan
dinilai. Kerusakan permukaan diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 1.
Kode Nilai Kerusakan Permukaan Jalan
Suatu sistem penilaian yang terdiri dari 4 angka/ tingkatan digunakan untuk
menggambarkan tingkat kerusakan sebagai berikut: 1 = Baik; 2 = Sedang; 3 = Rusak, dan; 4 =
Rusak Berat.
Untuk kerusakan permukaan B-J, tingkat kerusakan ditentukan berdasarkan pada
persentase luas kerusakan yang terjadi terhadap luas seluruh perkerasakan persatuan jarak
(misalnya per 100m), seperti berikut:
Tabel 2.
Persentase Tingkat Kerusakan Jalan
1% (Luas)
Jalan Beraspal
Baik Sedang Rusak Rusak Berat
A. Lubang-lubang 0-1 1-5 5-15 >15
B. Legokan/amblas 0-5 5-10 10-50 >50
C. Retak-retak 0-3 3-12 3-12 >25
D. Alur Beban Roda 0-3 3-5 3-5 >25
E. Titik-titik Lembek 0-3 3-10 3-10 >25
F. Erosi Permukaan 0-3 3-10 3-10 >25
G. Bergelombang 0-3 3-10 3-10 >25
Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.
“Manual Pemeliharaan Jalan“.
Azwar, Hal; 1 – 11 3
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012 ISSN: 2087 – 1902
Kegiatan ini dilakukan dengan cara melaksanakan survey pendahuluan serta diskusi
dengan pihak-pihak berwenang setempat. Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapatkan suatu
daftar nama-nama ruas jalan dengan berbagai permasalahan yang perlu segera penanganan.
Untuk lebih memantapkan jenis penanganan yang dilakukan pada masing-masing ruas jalan.
Maka perlu dilakukan survei.
Perhitungan Lalu Lintas; keadaan lalu lintas pada suatu ruas jalan akan dapat
dipergunakan untuk mengevaluasi apakah jalan tersebut masih mampu melayani lalu lintas.
Bila setelah dievaluasi ternyata volume lalu lintas pada jam sibuk lebih besar dari pada
kapasitas jalannya maka dapat dikatakan pada jalan tersebut timbul kemacetan Tabel 5.
kapasitas jalan menurut lebar dan jumlah arah, dapat digunakan untuk menentukan kapasitas
jalan menurut lebar dan jumlah arah dalam satuan mobil penumpang (SMP) per jam.
Kecepatan Perjalanan; kongesti yang terjadi pada suatu ruas jalan dapat di ukur dengan
mengetahui kecepatan kendaraan atau waktu perjalanan. Makin buruk kongesti yang terjadi
berarti makin lambat kecepatan lalu lintas. Jika ternyata kecepatan perjalanan kendaraan
kurang dari ada 50% kecepatan rencana ruas jalan, maka dapat dikatakan pada jalan tersebut
mulai timbul kongesti.
Penilaian Kondisi Perjalanan. Pertama, penilaian kondisi jalan. Survey kondisi jalan
permukaan jalan dengan berjalan kaki sepanjang jalan. Dengan menjumlah nilai-nilai
keseluruhan keadaan maka didapat nilai kondisi jalan. Uraian prioritas dihitung dengan rumus
sebagai berikut: Urutan prioritas = 17-(kelas LHR + Nilai Kondisi Jalan). Kelas LHR = Kelas
lalu lintas untuk pekerjaan pemeliharaan (lihat tabel 5). kelas lalu lintas untuk pekerjaan
pemeliharaan).
Nilai kondisi jalan = Nilai yang diberikan terhadap kondisi jalan. Urutan Prioritas 0-3;
jalan-jalan yang terletak pada urutan prioritas ini dimasukan ke dalam program peningkatan.
Urutan Prioritas 4-6; jalan-jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukan kedalam
program pemeliharaan berskala. Urutan Prioritas 7-9; jalan-jalan yang berada pada urutan
prioritas ini dimasukan kedalam program pemeliharaan rutin.
Tabel 3.
Nilai Kondisi Jalan
Penilaian
Kondisi Jalan Alur Angka
Angka Nilai Kedalaman 7
26-29 9 E.>20 mm 5
22-25 8 D.11-20 mm 3
19-21 7 C.6-10 mm 1
16-18 6 B.0-5 mm 0
13-15 5 A.Tidak Ada
10-12 4
7-9 3
4-6 2
0-3 1
Azwar, Hal; 1 – 11 4
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012 ISSN: 2087 – 1902
Jumlah Amblas
Kerusakan Angka Angka
Luas 3 D.>5/100 m 3
D.>30 % 2 C.2-5/500 m 2
C.10-30 % 1 B.0-2/100 m 1
B.<10 % 0 A.Tidak Ada 0
A.0
Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.
“Manual Pemeliharaan Jalan“.
Kedua, penilaian kondisi drainase. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada survei kondisi
drainase sebagai berikut: a) Saluran samping: Ada/Tidak Ada, tersumbat, Teratur/Tidak
Teratur, Memadai/Tidak Memadai; b) Sambungan: Ada/Tidak Ada, Tersumbat/Tidak
Tersumbat; c) Jalur Pejalan Kaki: Ada/Tidak Ada, Rata/Tidak Rata, Rusak/Baik; d) Bahu:
Terlalu tinggi/Sama tinggi/Terlalu rendah, Miring/Tidak rata, Diperkeras/Tidak diperkeras,
dan; e) Tepian/Kers : Ada/Tidak ada, Rusak/Baik.
Masing-masing kondisi mempunyai nilai, lihat tabel 4. Kondisi sistem drainase.
Penilaian > 15; perlu dilakukan peningkatan sistem drainase. Penilaian 10-15; perlu
dilakukan perbaikan-perbaikan yang berarti pada komponen sistem drainase dengan
memasukan kedalam program pemeliharaan berkala. Penilaian < 10; di sini hanya diperlukan
pemeliharaan rutin terhadap komponen-komponen drainase guna menjaga kelancaran sistem
drainase. Penilaian > 15; perlu dilakukan peningkatan terhadap sistem drainase.
Azwar, Hal; 1 – 11 5
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012 ISSN: 2087 – 1902
Tabel 4.
Nilai Kondisi Sistem Drainase
Penghubung Tepian/Kereb
Angka Angka
Ada 0 Ada 0
Tidak Ada 3 Tidak Ada 1
Tersumbat 2 Rusak 2
Tidak Tersumbat 0 Baik 0
Bahu
Angka
Terlalu Tinggi 2
Sama Tinggi 0
Terlalu Rendah 2
Miring 0
Tidak Rata 2
Diperkeras 0
Tidak diperkeras 1
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian menggunakan metode deskriptif, dari hasil analisa ini dapat
diketahui kerusakan jalan yang terjadi.
Data Primer
Observasi dan wawancara, menjadi sumber data primer dalam penelitian ini. Observasi;
yaitu melakukan pengamatan terhadap suatu objek dengan memakai alat indra untuk
memperoleh data-data yang aktual, data-data yang diperlukan dalam penelitian adalah data-
data yang berhubungan dengan analisa kerusakan jalan.
Wawancara; yaitu dialog yang digunakan oleh penelitian untuk memperoleh informasi,
metode ini dipakai untuk melengkapi data-data yang kurang dengan melakukan wawancara
secara langsung kepada instansi atau orang yang mengerti tentang permasalahan yang diambil.
Azwar, Hal; 1 – 11 6
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012 ISSN: 2087 – 1902
Data Sekunder
Sedangkan data sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah: Dokumentasi; yaitu
pengumpulan dokumen, transkrip. Metode yang dipakai untuk mendapatkan data-data utama
yaitu data-data sekunder (data yang didapat secara langsung). Data-data yang diperlukan dan
menjadi bahan analisa adalah data teknis dan kondisi jalan yang ada di Sambirata
Pengandonan.
Study kepustakaan; dilakukan pengambilan data-data dari buku atau literatur-literatur
lainya seperti mengambil bahan dari internet yang diperlukan dalam penelitian ini.
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui ruas jalan suatu jalan dalam
sastu satuan waktu tertentu. Untuk penelitian yang dilakukan diruas jalan di Desa Sambirata
Kecamatan Pengandonan Kabupataen Ogan Komering Ulu. Volume lalu lintas dihitung
perhari setiap interval, perjam selama tigaminggu, Sehingga dapat diketahui secara terperinci
spesifikasi kendaraan apa saja yang melalui ruas jalan di Desa Sambirata Kecamatan
Pengandonan Kabupataen Ogan Komering Ulu tersebut dengan waktu kepadatan serta beban
yang tanggung oleh konstruksi jalan tersebut.
Dengan menganalisa dan mencatat volume lalu lintas yang melintas rusa jalan Desa
Sambirata Kecamatan Pengandonan Kabupataen Ogan Komering Ulu ini dapat diketahui
apakah volume lalu lintas yang melalui ruas jalan ini merupakan salah satu penyebab atau
penyebab utama sehingga rusaknya ruas jalan Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan
Kabupataen Ogan Komering Ulu, yang secara langsung mengurangi kenyamanan dalam
melakukan perjalanan. Berdasarkan rekapitulasi volume lalu lintas didapat LHR maksimum
adalah 989.
Tabel 5.
Persentase Tingkat Kerusakan Jalan Pada Ruas Jalan di Desa Sambirata Pengandonan OKU
Azwar, Hal; 1 – 11 7
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012 ISSN: 2087 – 1902
Jumlah total keseluruhan jalan pada ruas jalan di Desa Sambirata Kecamatan
Pengandonan Kab. OKU (7 KM) adalah:
Jadi kerusakan jalan pada ruas jalan Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kab.
OKU adalah 24,52%.
Tabel 6.
Nilai Kondisi Jalan
STA Jenis Kerusakan Jumlah Nilai
Lubang-lubang (A) - -
Legokan-legokan/ Amblas (B) 2610cm = 26,1m 3
Retak-retak © 18080cm = 180800mm 5
KM 00- KM 01
Azwar, Hal; 1 – 11 8
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012 ISSN: 2087 – 1902
KM 03- KM 04
Alur Bekas Roda (D) - -
Titik-titik Lembek (E) Pelepasan Butiran 3
Erosi permukaan (F) Disintegration 4
Bergelombang (G) 1440cm = 14400mm 7
Jumlah 22
Lubang-lubang (A) - -
Legokan-legokan/ Amblas (B) 7610cm = 76,1m 3
Retak-retak © 18720cm = 187200mm 3
KM 04- KM 05
Berdasarkan pada bab II untuk perhitungan menentukan penilaian kondisi jalan adalah
sebagai berikut: Jumlah total keseluruhan nilai kondisi jalan pada ruas jalan Desa Sambirata
Kecamatan Pengandonan Kab. OKU:
= 15 + 22 + 13 + 22 + 13 + + 22 + 22
= 129
7
= 18,4
Jadi angka keseluruhan nilai kondisi jalan pada ruas jalan Desa Sambirata Kecamatan
Pengandonan Kab. OKU adalah 18,4. Penilaian kondisi jalan 18,4 adalah 7.
Azwar, Hal; 1 – 11 9
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012 ISSN: 2087 – 1902
B 26,1% Rusak
C 180,8% Rusak Berat
D - -
E - -
F - -
G - -
A 3% Rusak
B 37,8% Rusak Berat
KM 01-KM 02
B 35,6% Rusak
C 132,2% Rusak Berat
D - -
E - -
F - -
G 52% Rusak
A 56,1% Rusak
B 91% Rusak
KM 04-KM 05
B 76,1% Rusak
C 187,2% Rusak Berat
D - -
E - -
F - -
G - -
A - -
KM 05- KM 06
B 71,72% Rusak
C 132% Rusak Berat
D - -
E - -
F - -
G 20% Rusak
A - -
KM 06 –KM 07
Azwar, Hal; 1 – 11 10
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012 ISSN: 2087 – 1902
Berdasarkan pada bab II hal. Untuk penanganan urutan prioritas adalah sebagai berikut:
Urutan prioritas = 17 – (4 + 7)
= 17 – 11
= 6
Jadi urutan prioritas 6 adalah jalan yang berada urutan prioritas ini dimasukan kedalam
program pemeliharaan berkala.
Kesimpulan
Dari hasil survey dan pengamatan dilapangan dalam menganalisa penyebab kerusakan
ruas jalan Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kab. OKU maka didapat beberapa
kesimpulan antara lain :
1. Kondisi jalan pada ruas jalan Kesambirata-Pengandonan Kab. OKU adalah 18,4 adalah 7;
2. Urutan prioritas 6 (enam) adalah jalan yang berada urutan prioritas ini dimasukan kedalam
program pemeliharaan berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Direksi Jenderal Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Jalan Antar Kota. Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum RI
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen PU RI. 1990. Tata Cara Penyusunan Program
Pemeliharan Jalan Kota. Jakarta: Departemen PU RI
Azwar, Hal; 1 – 11 11