Anda di halaman 1dari 35

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini diperlukan sebuah metode untuk


mempermudah pengerjaannya. Metode tersebut disampaikan dalam diagram alir yang
telah disusun secara sistematis sebagai berikut.

Mulai

Studi Literatur Tugas Akhir

Penetapan Topik yaitu Analisis Pemanfaatan Calcium Carbonat


dan Limbah Genting sebagai Subtitusi Parsial Bahan Agregat
Kasar pada Campuran Beton Terhadap Nilai Kuat Tekan, Kuat
Lentur dan Kuat Tarik Campuran Beton

Studi literatur karya ilmiah sejenis


dan teori yang berkaitan

Pengujian bahan

Air Semen Agregat kasar dan halus Genteng dan CaCO3 :


Tidak dilakukan
pengujian
Uji Visual BJ Semen
Pemeriksaan dan
Tidak
pengujian agregat

Memenuhi
spesifikasi?

Ya

A
A

Perencanaan beton

Pembuatan adukan beton

Tidak

Slump
test

Ya

Pencetakan benda uji

Uji kuat tekan, kuat


lentur dan kuat tarik

Analisa hasil uji

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

3.1. Studi Literatur


Studi literatur merupakan studi atau mempelajari karya ilmiah sejenis yang
akan dijadikan referensi penulis dalam menyusun Laporan Tugas Akhir dan
mempelajari materi-materi atau dasar teori yang mendasari cakupan pembahasan
dalam Laporan Tugas Akhir.

3.2. Pengujian Bahan


Pengujian bahan dilakukan pada air, semen, agregat kasar dan agregat halus. Air
di uji melalui uji visual, semen akan diperiksa berat jenisnya sedangkan agregat kasar
dan agregat halus akan diuji dengan beberapa pengujian yaitu analisa agregat, berat
jenis dan penyerapan, keausan agregat, juga analisa saringan (ayakan). Kegiatan
penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri
Bandung.

3.2.1. Standar dan alat penelitian


Penelitian laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan terhadap sifat-sifat dasar material pembentuk beton, yang terdiri dari
air, semen, agregat kasar dan agregat halus.
2. Pemeriksaan terhadap sifat-sifat beton pada fase plastis, yaitu perubahan nilai
slump.
3. Pemeriksaan terhadap sifat-sifat beton pada fase keras atau padat, yaitu:
Kekuatan tekan, kekuatan Tarik, dan kekuatan lentur.

3.2.2. Standar pengujian


Standar yang digunakan dalam pemeriksaan dan pengujian agregat kasar
adalah standar SNI (Standar Nasional Indonesia). Berikut beberapa Standar yang
dipergunakan dalam pengujian yang tertera pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Metoda pengujian bahan dasar beton

Pengujian Metoda Pengujian

Metode pengujian berat jenis semen portland SNI 15-2531-1991

Uji visual air SNI 03-6861.1-2002


SNI 03-6889-2002
Sampling agregat
SNI 13-6717-2002

Analisa ayakan agregat kasar dan agregat halus SNI 03-1968-1990

Berat isi agregat SNI-03-4804-1998

Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar SNI 03-1969-1990
Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus SNI 03-1970-1990

Pengujian Bahan dalam Agregat yang Lolos Saringan No.200 SNI 03-4142-1996

Pengujian Kadar Organik dalam Agregat Halus SNI 03-2816-1992

Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles SNI 03-2417-2008

BS 812: PART 110: 1990,


Pengujian Ketahanan Agregat Terhadap Tekanan Spek Umum 2010 rev 3
divisi 7

Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium SNI 03-2493-1991

Metode pengujian nilai slump beton SNI 03-1972-1990


Pengujian kuat tekan beton SNI 03-1974-1990

Pengujian kuat lentur beton ASTM C. 78

Pengujian kuat tarik beton ASTM 1018.– 94B


3.2.3. Sampling agregat
Sampling diartikan sebagai pengambilan contoh yang mewakili populasi.
Dalam pengambilan sampel, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan
diantaranya metode spliter, metode quartering, metode gundukan mini dan
memperkirakan keadaan kering permukaan jenuh agregat halus.
Metode spliter digunakan untuk :
1. Agregat kasar
2. Agregat halus yang lebih kering dari permukaan jenuhnya.
3. Pembagian pendahuluan agregat halus basah yang jumlahnya cukup banyak
pembagian dilakukan menggunakan spliteer yang mempunyai ukuran lubang
besar yaitu 37,5 mm sampai mendapatkan contoh paling sedikit 5 kg, selanjutnya
contoh yang diperoleh dikeringkan dan dibagi menggunakan spliter yang
berukuran sesuai dengan agregat halus.
Metode Quaterring digunakan untuk :
1. Agregat kasar.
2. Agregat halus yang lebih basah dari keadaan kering permukaan jenuh.

Metode spliter merupakan pilihan terbaik dalam penyiapan contoh benda uji,
meskipun metode perempatan dapat juga digunakan.

3.2.3.1. Alat dan bahan


Dalam pengambilan sampel dengan metode spliter maupun quatering, diperlukan alat
dan bahan sebagai berikut :
1. Spliter
2. Sendok agregat
3. Ember
4. Kuas
5. Timbangan
6. Sendok spesi
7. Sekop
3.2.3.2. Langkah-langkah pelaksanaan
1. Quartering
a. Siapkan material dari lapangan secara acak ke dalam ember, lalu bawa ke
laboratorium.
b. Tumpahkan semua material dalam ember ke lantai yang keras. Campur dan
aduk-aduk material lalu hingga membentuk kerucut, kemudian beri sedikit
tekanan pada bagian atas gundukan yang mengkerucut.
c. Bagi material menjadi dua bagian dengan menggunakan sendok spesi.
d. Lalu bagi kembali masing-masing bagian menjadi 2 bagian, sehingga
gundukan tadi terbagi menjadi 4 bagian.
e. Gabungkan bagian yang posisinya berlawanan ke dalam cawan. Misal bagian
A dengan bagian C atau bagian B dengan nomer D.
f. Timbang agregat yang telah di pisahkan dalam cawan, periksa apakah sudah
sesuai kebutuhan atau belum.
g. Jika belum, maka lakukan kembali langkah quartering dengan menggunakan
sisa material yang masih berada di lantai.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan sketsa berikut ini :

Gambar 3. 2 Sketsa Metode Quartering


2. Riffler Sampling
a. Ambil contoh agregat agregat yang ada di lapangan mulai dari bagian atas
tumpukan, sisi bagian tengah, dan sisi bagian bawah atau secara acak dari
berbagai sisi.
b. Masukkan agregat tersebut ke dalam sampel splitter secara perlahan sampai
masuk ke penampung sampai jumlahnya sama.
c. Masukan agregat yang ada di dalam masing-masing penampung ke ember
yang berbeda.
d. Timbang salah salah satu agregat dalam ember hasil splitter sampai mencapai
berat yang diminta.
e. Jika belum mencapai berat yang diminta, lakukan splitter kembali dengan
menggunakan agregat pada ember yang lainnya.

Berikut adalah sketsa alat dan cara kerja splitter :

Gambar 3.3 Metode Riffler

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat


halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan untuk perencanaan campuran
beton.
3.2.4. Analisa ayakan agregat kasar dan agregat halus
Gradasi agregat yang baik untuk beton adalah adalah agregat dimana susunan
butirnya (gradasi) terdiri dari butiran halus hingga kasar secara beraturan atau dari
kasar hingga halus, karena butirannya akan saling mengisi sehingga akan diperoleh
beton dengan kepadatan yang tinggi, mudah dikerjakan dan mudah dialirkan.

3.2.4.1. Alat dan bahan


1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
2. Satu set saringan (Standar ASTM).
3. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)°
C.
4. Mesin penggetar ayakan.
5. Alat pemisah contoh.
6. Mesin pengguncang saringan.
7. Talam-talam.
8. Kuas.
9. Sikat kuningan.
10. Sendok spesi.

3.2.4.2. Persiapan contoh uji

Benda uji diperoleh dari metode riffle atau quartering sebanyak

1. Agregat halus :
Ukuran maksimum no. 4 berat minimum 500 gram
Ukuran maksimum no. 8 berat minimum 100 gram
2. Agregat kasar:
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No.4.Selanjutnya agregat
halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum diatas.
Benda uji disiapkan sesuai dengan SNI–03–1968– 1990, kecuali apabila butiran
yang melalui saringan No.200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-
syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian. Setelah benda uji siap, berikut
langkah yang harus dilakukan.

3.2.4.3. Langkah-langkah Pelaksanaan


1. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 + 5)°C, sampai berat
tetap.
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.

3.2.4.4. Perhitungan Hasil Uji


1. Hitunglah prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing- masing
saringan terhadap berat total benda uji.
2. Perhitungan hasil uji dalam formulir perhitungan.

3.2.5. Berat isi agregat


Berat isi adalah perbandingan antara berat benda (agregat) berbanding dengan
volume alat.

3.2.5.1. Alat dan bahan


1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
2. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat. Tongkat pemadat
diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung.
3. bulat sebaik nya terbuat dan baja tahan karat.
4. Mistar perata (straight edge).
5. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang,
berkapasitas seperti tabel berikut :
Tabel 3. 1 Wadah baja beserta ukuran dimensinya untuk pengujian bobot isi

3.2.5.2. Langkah-langkah pelaksanaan


1. Prosedur Pengujian Bobot Isi Gembur (Agregat Kasar)
a. Siapkan alat dan bahan yang akan dipakai.
b. Timbang berat container (A) yang telah diketahui volumenya (V)
(timbang kontainer tanpa agregat).
c. Masukkan campuran agregat kasar dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan butir kedalam container (ketinggian maksimum ± 5 cm di
atas container) dengan menggunakan sendok/sekop sampai melebihi
permukaan atas container (membumbung/meluap).
d. Ratakan permukaan kontainer dengan menggunakan ruskam. Setelah
diratakan, timbang berat container berikut isinya (C).
2. Prosedur Pengujian Bobot Isi Padat (Agregat Kasar)
a. Siapkan alat dan bahan yang akan dipakai.
b. Timbang berat container (A) yang telah diketahui volumenya (V).
Timbang container tanpa agregat.
c. Masukkan campuran agregat kasar dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan butir ke dalam container tersebut sebanyak ± 1/3 bagian
container (lapisan pertama) lalu tusuk-tusuk dengan batang pemadat
sebanyak 25 kali secara melingkar.
d. Ulangi hal tersebut untuk lapisan kedua.
e. Untuk lapisan terakhir, masukkan campuran agregat kasar sehingga
melebihi permukaan atas container (meluap) lalu tusuk-tusuk kembali
sebanyak 25 kali secara melingkar.
f. Setelah selesai, ratakan permukaan campuran agregat dengan alat
perata.
g. Setelah diratakan, timbang container berikut isinya (C).
3. Prosedur Pengujian Bobot Isi gembur (Agregat Halus)
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Timbang berat container + tutupnya (A) yang telah diketahui
volumenya (V).
3. Masukkan campuran agregat halus dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan butir kedalam container (ketinggian maksimum ± 5 cm di
atas container) dengan menggunakan sendok/sekop sampai melebihi
permukaan atas container (meluap).
4. Ratakan permukaan agregat halus dengan alat perata, lalu timbang
berat container berikut isinya (C).
4. Prosedur Pengujian Bobot Isi Padat (Agregat Halus)
a. Siapkan alat dan bahan yang akan dipakai.
b. Timbang berat container + tutupnya (A) yang telah diketahui
volumenya (V).
c. Masukkan campuran agregat halus dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan butir ke dalam container tersebut sebanyak ± 1/3 bagian
container (lapisan pertama) lalu tusuk-tusuk dengan batang pemadat
sebanyak 25 kali secara melingkar.
d. Ulangi hal tersebut untuk lapisan kedua.
e. Untuk lapisan terakhir, masukkan campuran agregat halus sehingga
melebihi permukaan atas container (meluap/membumbung) lalu tusuk-
tusuk kembali sebanyak 25 kali secara melingkar.
f. Setelah selesai, ratakan permukaan campuran agregat dengan alat
perata.
g. Setelah diratakan, timbang container berikut isinya (C).
C−A
h. Hitung: Bobot isi =
V

3.2.5.3. Perhitungan Hasil Uji

C−A
Bobot Isi Agregat : kg/dm3
V

Dimana :
C = Berat agregat (kg)
A = Berat wadah (kg)
V = Isi wadah (dm3).

3.2.6. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat
jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu
(apparent) dari agregat kasar Berat jenis (bulk specific gravity) ialah perbandingan
antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.

3.2.6.1. Alat dan Bahan


1. Keranjang kawat ukuran 5,55 mm atau 2,36 mm (no.6 atau no.8) dengan
kapasitas kira-kira 5 kg tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan juga tempat. ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan
air selalu tetap.
2. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ±
5)°C.
4. Alat pemisah contoh.
5. Saringan No. 4

3.2.6.2. Persiapan contoh uji


Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no.4 diperoleh dari alat
pemisah contoh atau perempat bagian, sebanyak kira-kira 5 kg.

3.2.6.3. Langkah-langkah pelaksanaan


1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan.
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5) °C sampai berat
tetap.
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1 - 3 jam, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,5 gram.(Bk)
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama (24 ± 4 ) jam.
5. Keluarkan benda uji dan air, lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar pengeringan
harus satu persatu.
6. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh..(Bj)
7. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya didalam air.
(Ba)
8. Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar
(25° C).
3.2.6.4. Perhitungan hasil uji
1. Berat jenis kering
Bk
Bk (bulk Specific gravity) = Bj−Ba
2. Berat jenis kering-permukaan jenuh
Bk
(saturated surface dry) =
Bj−Ba

3. Berat jenis semu


Bj
(Apparent Specific Gravity) =
Bk−Ba

4. Penyerapan
Bj−Bk
(Absorption) = x
Bk
100%

Dimana :
Bk = berat benda uji kering oven (gram).
Bj = berat benda uji kering-permukaan jenuh (gram).
Ba = berat benda uji kering-permukaan jenuh didalam air (gram).

Perhitungan hasil uji dalam formulir perhitungan. Hasil dilaporkan dalam


bilangan desimal sampai dua angka dibelakang koma. Bila penyerapan dan harga
berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada
keadaan kadar air aslinya maka tidak perlu dilakukan pengeringan dengan oven.
Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat dan ringan.
Bahan semacarn ini memberikan harga-harga berat jenis yang tidak tetap walaupun
pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati. Dalam hal ini beberapa pemeriksaan
ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata – rata yang memuaskan.

3.2.7. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat
jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu
(apparent) dari agregat kasar, Berat jenis (bulk specific gravity) ialah perbandingan
antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.

1. Berat jenis kering-permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat


agregat kering-permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
2. Berat jenis semu (apparent specific gravity) ialah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan kering pada suhu tertentu.
3. Penyerapan ialah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering.

3.2.7.1. Alat dan Bahan


1. Timbangan dengan kapasitas 1 kg atau lebih dan ketelitian 0,1 gram.
2. Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
3. Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (40 + 3) mm, diameter
bagian bawah (90 + 3) mm dan tinggi (75 + 3) mm, dibuat dari logam
dengan ketebalan minimum 0,8 mm.
4. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 +
15) g, diameter permukaan penumbuk (25 + 3) mm.
5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 ± 5)°C.
6. Alat pemisah contoh.
7. Saringan No. 4
0
8. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1 C.
9. Talam
10. Bejana tempat air
11. Pompa hampa udara (vacuum pump)
12. Air suling
13. Desikator.

3.2.7.2. Persiapan contoh uji


Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no. 4 diperoleh dari alat
pemisah contoh atau perempat bagian, sebanyak kira-kira 1000 kg.

3.2.7.3. Langkah-langkah Pelaksanaan


1. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5) °C sampai berat
tetap.
2. Dinginkan benda uji pada suhu kamar.
3. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama (24 ± 4) jam.
4. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang,
tebar agregat diatas talam, keringkan di udara panas dengan membalak-
balikan benda uji sampai tercapai keadaan jenuh kering permukaan
(JKP).
5. Periksa keadaan JKP dengan mengisikan benda uji kedalam kerucut
terpancung sampai penuh, padatkan dengan batang penumbuk dengan
menggunakan berat sendiri dari batang penumbuk sebanyak 25 kali.
Angkat kerucut dengan hati-hati, kondisi jenuh kering permukaan
tercapai apabila benda uji runtuh tetapi masih dalam keadaan tercetak.
6. Setelah keadaan JKP tercapai, masukkan 500 g benda uji kering-
permukaan jenuh, ke dalam piknometer.(Bj)
7. Masukkan air suling sampai + 90% volume piknometer, putar sambil
diguncang untuk menghilangkan gelembung udara yang terperangkap,
untuk mempercepat proses, dapat digunakan vacuum pump, tetapi jaga
jangan sampai ada air/agregat yang ikut terhisap. Tambahkan air suling
sampai mencapai tanda batas pada piknometer, timbang piknometer
berisi agregat dan air tersebut. (Bt)
8. Keluarkan benda uji dari dalam piknometer, keringkan dalam oven
sampai berat tetap, kemudian dinginkan dalam desikator, setelah
dingin timbang berat benda uji .(Bk)
9. Timbang berat piknometer yang berisi air sampai tanda batas
pada piknometer.(B)
10. Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25°
C).

3.2.7.4. Perhitungan Hasil Uji


1. Berat jenis kering
Bk
(bulk Specific gravity) =
Ba+ Bj−Bt

2. Berat jenis kering-permukaan jenuh


Bj
(saturated surface dry) =
Ba+ Bj−Bt

3. Berat jenis semu


Bk
(Apparent Specific Gravity) =
Ba+ Bk−Bt

d. Penyerapan
Bj−Bk
( Absorption ) = × 100%
Bk

Dimana :
Bk = berat benda uji kering oven (gram).
Ba = berat piknometer berisi air (gram)
Bt = berat benda uji kering-permukaan jenuh didalam air (gram).
Bj = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)

Perhitungan hasil uji dalam formulir perhitungan. Hasil dilaporkan


dalam bilangan desimal sampai dua angka dibelakang koma. Banyak jenis
bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat dan ringan. Bahan
semacarn ini memberikan harga-harga berat jenis yang tidak tetap walaupun
pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati. Dalam hal ini beberapa
pemeriksaan ulanga diperlukan untuk mendapatkan harga rata – rata yang
memuaskan.
3.2.8. Pengujian Bahan dalam Agregat yang Lolos Saringan No.200
Menentukan kadar lumpur berdasarkan besarnya persentase berat butiran
yang lolos ayakan 200 pada agregat halus dan kasar setelah dilakukan pencucian di
laboratorium hingga air suspensi bersih

3.2.8.1. Alat dan Bahan


1. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
0
(110 ± 5) C
2. Timbangan Digunakan untuk menimbang agregat atau benda uji dengan
ketelitian 0,0001
3. Ember
4. Pan
5. Sekop
6. Kuas
7. Ayakan standar (Ukuran lubang ayakan 1,18 mm (no.16) dan 0,075 mm
(no.200)
3.2.8.2. Persiapan Contoh Uji
Berat contoh agregat kering minimum tergantung pada ukuran agregat
maksimum sesuai tabel 3.2

Tabel 3. 2 Ketentuan berat dan gradasi untuk pengujian lolos 200

3.2.8.3. Langkah-langkah Pelaksanaan


1. Timbang benda uji dalam keadaan kering (W1).
2. Masukkan bahan kedalam wadah atau ember dan pisahkan antara pasir
dan batu pecah dalam ember yang berbeda. Isi air pada ember.
3. Kemudian aduk benda uji dalam ember, sehingga menghasilkan
pemisahan yang sempurna antara butir kasar dengan butir lolos no.200.
Lakukan pada kedua jenis bahan di ember yang berbeda.
4. Tuangkan air suspensi dengan segera ke atas susunan saringan no.16 dan
no.200.
5. Lakukan pekerjaan pada langkah 3 dan 4 sehingga tuangan air suspensi
terlihat jernih.
6. Tuangkan semua benda uji yang tertahan di ayakan no.16 dan no. 200
serta yang ada dalam ember ke dalam pan.
7. Keringkan pan yang berisi benda uji, lalu oven pada suhu 110±5ºC
sampai beratnya tetap, kemudian dinginkan pada suhu ruang dan timbang
beratnya (W2).
8. Hitung nilai bahan lolos ayakan no. 200.

3.2.8.4. Perhitungan Hasil Uji


W 1 - W2
×100 %
Kadar Lumpur (%) = W1

Dimana :

W1= Berat benda uji kering oven sebelum dicuci

W2= Berat benda uji kering oven setelah dicuci

3.2.9. Pengujian Kadar Organik dalam Agregat Halus


Dengan pengujian kadar organik ini dapat menentukan kadar zat organik di
dalam agregat halus dengan cara memperhatikan warna cairan NaOH di atas
permukaan agregat halus dalam botol susu bayi berskala dan membandingkannya
dengan larutan pembanding.

3.2.9.1. Alat dan Bahan


1. Botol gelas tidak berwarna mempunyai tutup dari karet, gabus atau
lainnya (organic plate).
2. Sekop
3. Corong plastic
4. Ayakan 4,75
5. Pan besar
6. Standard Color Test
7. Agregat halus lolos ayakan 4.75 mm
8. Larutan NaOH dengan kadar 3% untuk mengekstrak agregat halus dari
kotorannya (zat organik).

3.2.9.2. Persiapan Contoh Uji


Pasir 115 ml (kira-kira 1/3 isi botol).
3.2.9.3. Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan serta pastikan semuanya
dalam dalam keadaan yang bersih dan layak untuk digunakan.
2. Ayak agregat halus yang lolos di saringan no. 4 (4,75 mm) aggregat
halus yang kering hasil sampling di ayak dengan ayakan 4,75 mm.
3. Masukan agregat halus yang lolos dari ayakan 4,75 mm ke dalam botol susu
bayi sebanyak ±130 ml.
4. Tambahkan larutan NaOH hingga mencapai ketinggian 200 ml kemudian lapisi
plastik dan tutup botol hingga rapat.
5. Kemudian kocok botol tersebut ± 10 menit.
6. Simpan di tempat yang tidak terganggu (ruang terkondisi) selama ±24
jam.
7. Setelah ± 24 jam, perhatikan cairan di atas permukaan agregat halus
dalam botol bayi. Kemudian bandingkan warna cairan tersebut dengan
pembanding warna standar.

3.2.9.4. Perhitungan Hasil Uji

Sesuaikan warna larutan yang terlihat pada botol bayi dengan warna yang
terdapat pada tabel warna standar :
1-2 untuk kadar organik lumpur baik
3 untuk kadar organik lumpur kritis
4-5 untuk kadar organik lumpur tinggi
Keterangan : semakin besar nomor warna semakin tua warnanya.

3.2.10. Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles


Pemeriksaan ini dimaksudkan agar dapat menentukan nilai abrasi dari
agregat kasar sesuai dengan prosedur standar pengujian
dan dapat menghitung sifat keras agregat kasar dengan menentukan persentase
jumlah bagian berat yang aus setelah mendapatkan abrasi pada mesin Los
Angeles.
3.2.10.1. Alat dan Bahan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
2. Ember
3. Sekop
4. Oven Pengering
5. Ayakan Standar
6. Satu Set Alat Abrasi (Mesin Los Angeles dan Bola Baja) Sesuai dengan
ASTM C.131-1996,ر711 mm, Panjang 508 mm.
7. Bola Baja dengan diameter rata-rata.4,68 cm (1 7/8") dan berat
masing-masing antara 445 gram sampai 590 gram
8. Agregat lolos ayakan 19 dan tertahan 12.5
9. Agregat lolos ayakan 12.5 dan tertahan 9.5

3.2.10.2. Persiapan Contoh Uji


1. Berat dan gradasi benda uji sesuai tabel.
2. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110±5)ᵒC
sampai berat tetap .

Tabel 3. 3 Kebutuhan Agregat dalam Pengujian Abrasi


3.2.10.3. Langkah-langkah Pelaksanaan
1. Siapkan alat dan bahan dalam keadaan layak pakai.
2. Ayak agregat kasar dengan urutan ayakan 9,5 mm; 12,5 mm; dan 19
mm.
3. Cuci benda uji/agregat agar tidak ada kotoran yang menempel.
4. Keringkan dioven pada suhu 1105 0C selama 24 jam hingga berat
tetap.
5. Timbang benda uji/agregat sesuai dengan gradasinya, kemudian hitung
jumlah total berat benda uji untuk mendapatkan W1.
6. Masukkan benda uji/agregat dan bola baja sesuai kebutuhan dalam
mesin Los Angeles.
7. Putar mesin Los Angeles dengan 500 kali putaran.
8. Keluarkan benda uji/agregat dari mesin dan letakkan dalam pan yang
sudah disediakan.
9. Saring benda uji menggunakan ayakan no.12 dan bersihkan
mengunakan air.
10. Keringkan dioven pada suhu 1105 0C selama 24 jam hingga berat
tetap.
11. Timbang benda uji hingga mendapatkan W2.

3.2.10.4. Perhitungan Hasil Uji

Untuk menghitung nilai abrasi dapat menggunakan rumus :

W 1−W 2
X 100 %
W1

W1 = Jumlah berat benda uji (gram)


W2 = Berat benda uji tertahan ayakan no.12,setelah abrasi (gram)
3.2.11. Pengujian Ketahanan Agregat Terhadap Tekanan
Pengujian ini dapat menentukan sifat agregat kasar berdasarkan
kekerasannya dalam kaitan penggunaannya untuk bahan campuran beton selain itu
pengujian ini juga dapat menghitung sifat menghitung sifat keras agregat kasar
dengan menentukan presentase jumlah bagian berat yang hancur (lolos ayakan
2,36mm) setelah mendapatkan tekanan 400KN.

3.2.11.1. Alat dan Bahan


1. Timbangan
2. Oven Pengering
3. Ayakan (Ayakan standard agregat kasar dengan ukuran lubang ayakan
14mm, 10mm dan 2,36 mm.)
4. Cawan
5. Bejana silinder/Penekan dan Pelat Alas (Terbuat dari baja, sesuai
dengan BS 212:Part 110:1990)
6. Mesin Penekan
7. Batang Pemadat
8. Stampel
9. Terbuat dari gelas berbentuk labu sesuai ASTM C. 188 kapasitas
>500kN
10. Stampel (Ukuran diameter stampel 14,5 cm)

3.2.11.2. Persiapan Contoh Uji


Bersihkan benda uji, cuci dan keringkan dalam oven pada suhu
0
(1105) C sampai berat tetap.

3.2.11.3. Langkah-langkah Pelaksanaan


1. Saring agregat kasar dengan susunan ayakan 14 mm dan 10 mm.
2. Timbang bejana silinder + Pelat Alas
3. Masukan agregat ke dalam bejana penekan setinggi 10 cm dalam 3
lapisan, masing-masing lapisan ditusuk dengan batang pemadat
sebanyak 25 kali. Perhatikan tinggi jatuh dari batang pemadat baja
tersebut adalah 50 mm di atas permukaan agregat.
4. Timbang Bejana + Pelat Alas+ Agregat. Lalu hitung Berat agregat
(W1) dengan rumus berat total – (berat bejana+Pelat alas) = W1.
5. Letakan stempel penekan di atas permukaan agregat yang berada dalam
bejana.
6. Letakan pada mesin penekan , kemudian tekan hingga mencapai
pembebanan 400 kN, yang dicapai dalam waktu 10 menit.
7. Jalankan mesin sehingga didapat penekanan 40 Kn / Menit dengan
mengatur tuas yang ada pada mesin.
8. Hentikan penekanan dan keluarkan benda uji (agregat) dari bejana
menggunakan sendok makan agar tidak hancur.
9. Saring benda uji (agregat) dengan ayakan 2,36 mm kemudian timbang
berat agregat yang tertahan.
10. Hitung kadar butir lolos ayakan #2,36.

3.2.11.4. Perhitungan Hasil Uji


W 1−W 2
Kadar butir lolos ayakan 2,36mm (%) = x 100%
W1

W1 = Berat benda uji (gram)


W2 = Berat benda uji tertahan ayakan 2,36 mm, setelah ditekan 400 KN
(gram)

3.2.12. Pengujian BJ Semen


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis semen portland yang
diuji, sesuai dengan prosedur pengujian yang digunakan.
3.2.12.1. Alat dan Bahan
1. Lee Chatelier Flask
2. Corong Kaca
3. Timbangan
4. Kuas
5. Kawat
6. Pipet
7. Lap
8. Bejana
9. Spatula Kecil dan Sedang
10. Kertas Saring dan Corong
11. Kerosin
12. Semen

3.2.12.2. Langkah-langkah Pelaksanaan


1. Sediakan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengujian.
2. Timbang semen yang akan diuji dengan berat ±64,01 gr.
3. Saring kerosin sebelum digunakan agar tidak ada bahan lain yang dapat
mengganggu saat pengujian dengan menggunakan kertas saring.
4. Masukan kerosin kedalam Lee Chatelier Flask dengan menggunakan
corong kaca. Pastikan tabung dan corong kaca harus dalam keadaan
bersih dan kering.
5. Usahakan Kerosin yang dimasukan ke dalam tabung mencapai
ketinggian 0 - 1.0 ml.
6. Bersihkan leher Lee Chatelier Flask dengan tisu yang dililitkan ke
kawat agar tetap kering, sehingga tidak menghambat pengujian.
7. Simpan Lee Chatelier Flask yang berisi kerosin kedalam ruangan AC
dengan suhu 25⁰ C selama kurang lebih 15 menit. Dengan tujuan agar
tabung dan suhu udara sekitar memiliki suhu yang sama hingga volume
kerosin tidak berubah lagi.
8. Hindarilah memegang bagian labu Lee Chatelier Flask agar tidak
terjadi penyaluran panas.
9. Baca skala yang ada pada Lee Chatelier Flask. Skala yang terbaca
menunjukan Volume 0 (V0).
10. Masukan semen dengan menggunakan spatula melalui corong kaca
yang belum dipergunakan.
11. Pastikan tidak ada semen yang terbuang ataupun tersisa karena akan
mempengaruhi hasil pengujian. Lakukan dengan perlahan, jika corong
tersumbat bersihkan corong dengan menggunakan kawat.
12. Bila semen tertahan di permukaan kerosin maka ketuk-ketuk Chatelier
Flask pada meja yang diberi alas lap secara perlahan. Lakukan hingga
semua semen masuk pada labu.
13. Bersihkan sisi dalam tabung bila ada semen yang menempel dengan
menggunakan kawat.
14. Putar – putar Lee Chatelier Flask di atas meja yang diberi alas lap.
Dengan tujuan agar semua udara yang terjebak dapat keluar. Pastikan
tidak ada lagi udara dalam tabung tersebut.
15. Setelah semua udara keluar, masukan tabung Lee Chatelier kedalam
ruangan terkondisi kembali selama kurang lebih ±15 menit, lalu catat
volume akhir (V1).
16. Hitung berat jenis semen (Bj).

3.2.12.3. Perhitungan Hasil Uji


W
Berat jenis ( gr/ml ) =
V 2−v 1
xd

W = Berat benda uji (gram)


V1 = Volume awal (ml)
V2 = Volume akhir (ml)
3.3. Perencanaan Beton
Perencanaan beton normal mengacu pada SNI 03-2834-2000 “Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”

3.4. Pembuatan Adukan beton


Benda uji beton normal dengan bahan campuran pecahan genting dengan
perbandingan 0%, 10%, dan 30% terhadap berat kerikil (agregat kasar), dan
campuran kalsium karbonat dengan perbandingan 0%, 5%, dan 15%.

Bahan susunan beton yang dipakai meliputi agregat halus berupa pasir beton
dan pecahan genting dan agregat kasar semen tipe I dengan merek semen Tiga Roda,
Pecahan genting, air yang digunakan air Politeknik Negeri Bandung. Persyaratan
yang telah ditentukan menurut SNI 7394 : 2008 Tentang Perencanaan Pembuatan
3
Beton 1m beton mutu f’c = 14,5Mpa (K-175) slump (12 ± 2) cm.

3.4.1. Slump Test


3.4.1.1. Peralatan
1. Slump test meter
2. Meteran
3. Sendok Adukan
4. Ruskam
5. Stop Watch
3.4.1.2. Bahan
Beton segar yang diambil segera setelah selesai pengadukan.
3.4.1.3. Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.


2. Basahi cetakan dan pelat slump dengan kain lembab (agar air pengaduk tidak
terserap oleh alat), lalu letakan cetakan pada pelat slump dalam keadaan datar/
rata.
3. Masukan adukan beton ke dalam slump dalam 3 lapis, masing-masing lapisan
berukuran 1/3 dari tinggi slump. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat
pemadat dengan cara ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali. Penusukan dilakukan secara
merata (memutar) dan penusukan sampai lapisan bagian bawah untuk tiap
lapisannya, pada bagian sisi alat posisi tongkat penusuk juga dimiringkan. (Lihat
Gambar 3.4)

Gambar 3.4 Pemadatan adukan beton

4. Setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dan bersihkan sisa benda
uji disekitar alat.
5. Diamkan selama 30 detik, lalu angkat cetakan perlahan-lahan secara vertikal.
6. Ukur penurunan dari adukan beton. Pengukuran bisa dilakukan pada 2 titik atau
lebih, kemudian nilai penurunannya diambil dari harga rata-rata. (Lihat Gambar
2)

s1 s2 s3

Gambar 3. 5 Pengukuran penurunan adukan beton

Catatan :
a. Penentuan nilai slump dilakukan minimal 2 kali percobaan.
b. Nilai slump dilaporkan dalam satuam “mm”

3.4.2. Pencetakan benda uji


Pembuatan benda uji dilakukan di laboratorium Uji Bahan Politeknik
Negeri Bandung dengan rincian benda uji seperti pada tabel berikut ini.

Kalsium Pecahan Jenis Pengujian


No Total
Karbonat (%) Batako (%) Kuat Tekan Kuat Tarik Kuat Lentur
1 0 0 3 3 3 9
2 5 10 3 3 3 9
3 15 30 3 3 3 9
TOTAL 9 9 9 27

Tabel 3. 4 Perhitungan Pembuatan benda uji beton

3.5. Pengujian Beton Keras


Perencanaan beton dimaksudkan untuk mendapatkan mutu yang sesuai dengan
yang direncanakan oleh karena itu pengujian beton keras bertujuan untuk mengetahui
apakah hasil perencanaan sudah sesuai atau belum. Pengujian ini dibagi menjadi tiga
yaitu kuat tekan, kuat lentur, dan kuat tarik.

3.5.1. Kuat Tekan


Uji ini dilakukan untuk mengetahui mutu beton dari hasil rancangan, apakah
memenuhi kuat tekan beton yang sudah direncanakan atau tidak. Selain itu kekuatan
tekan beton digunakan untuk menilai dan mengendalikan mutu pekerjaan pembetonan
dilapangan dalam memenuhi persyaratan spesifikasi. Cara yang digunakan untuk
pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah dengan menggunakan mesin tekan.
3.5.1.1. Peralatan
1. Mesin Uji Kuat Tekan
2. Timbangan
3. Jangka Sorong
3.5.1.2. Bahan
Beton hasil rancangan berbentuk kubus sebanyak 9 buah yang berukuran 15
x 15 x 15 cm
3.5.1.3. Langkah Kerja
1. Keluarkan benda uji dari tempat penyimpanan sebanyak 9 buah kubus beton
berukuran 15 x 15 x 15 cm.
2. Lap menggunakan lap kering. Kemudian beri tanda pada bidang tekan dengan
menggunakan kapur/spidol.
3. Ukur dimensinya masing masing. Panjang, lebar, dan tinggi kubus untuk
mendapatkan volume kubus beton.
4. Timbang berat kubus beton lalu catat hasilnya.
5. Bersihkan alat menggunakan kuas, sebelum benda uji diletakkan pada mesin
tekan.
6. Jalankan mesin penekan dengan kecepatan pembebanan 1,4 kg/cm 2 sampai
mencapai P maksimum.
7. Lakukan langkah-langkah seperti diatas untuk semua benda uji.
8. Hitung kuat tekan karakteristik dan bandingkan dengan kuat tekan yang
direncanakan.
3.5.2. Kuat Lentur
Kuat lentur beton merupakan nilai lentur max dari beton biasa (tanpa ada
tulangan) yang diletakkan diatas dua tumpuan kemudian dibebani pada setiap 1/3 dari
bentang sehingga menghasilkan momen lentur yang mengalihkan tegangan –
tegangan tarik dan tegangan – tegangan tekan pada bagian bawah dan bagian atas
balok tersebut. Balok tersebut patah akibat tegangan tarik dari kekuatan lentur yang
dihasilkan.
3.5.2.1. Peralatan
1. Timbangan
2. Mesin kuat lentur
3. Jangka sorong
3.5.2.2. Bahan
Balok berukuran 50cm x 10cm x 10cm
3.5.2.3. Langkah Kerja
1. Ambil benda uji dari bak lalu dilap lembab.

2. Ukur dimensi pada permukaan yang rata dan kedua sisi yang lainya kemudian
beri tanda pada kedua sisi antara tepi luar ke tumpuan sebesar 2,5 cm, serta beri
tanda menggunakan kapur setiap 1/3 jarak antar tumpuan.
3. Letakkan benda uji pada tumpuan dimana jarak antara tumpuan max 45 cm.
4. Lakukan pembebanan pada titik yang telah ditandai, dengan kecepatan konstan.
5. Baca beban maksimum yaitu beban pada saat jarum mesin manometer tersebut
berhenti.
3.5.3. Kuat Tarik

Beberapa komponen beton disyaratkan untuk dapat menahan tegangan tarik


yang ditimbulkan oleh perlawanan beton, terhadap konstruksi akibat faktor
lingkungan seperti penyusutan akibat beban suhu. Menentukan tarik dalam beton
dengan cara langsung lebih sulit dilakukan, oleh karena itu telah dikembangkan cara
– cara pengujian kuat tarik tidak langsung.

Dari cara – cara yang telah dikembangkan, cara yang paling mudah dan sering
dilakukan adalah percobaan membelah silinder tersebut (Split Cylinder Test). Dengan
membelah sylinder ini, maka terjadi pengalihan tegangan – tegangan tarik melalui
bidang tempat salah satu diameter dari silinder beton tersebut terbelah sepanjang
diameter yang dibebani.
3.5.3.1. Peralatan
1. Mesin Tekan
2. Rangka Penahan Benda Uji
3. Timbangan
4. Jangka Sorong
3.5.3.2. Bahan
Beton hasil rancangan berbentuk kubus sebanyak 9 buah yang berukuran 15
x 15 x 15 cm.
3.5.3.3. Langkah Kerja
1. Keluarkan benda uji dari tempat perendaman, kemudian lap permukaan dengan
lap lembab.
2. Ukur diameter dan panjang benda uji (D dan L ) dan timbang berat benda uji
tersebut (w ).
3. Letakan pelat besi dengan ukuran 15 ¿ 15 cm di atas dan di bawah benda uji,
kemudian benda uji diletakkan di dalam landasan dengan posisi membujur.
4. Jalankan mesin tekan dengan kecepatan pembebanan 1,4 kg/cm² sampai 3,5
kg/cm² (20-25 psi) untuk setiap detiknya
5. Catat besar gaya maksimum (Pmaks).
6. Hitung kekuatan tarik tidak langsung dan rata-ratakan hasilnya.
7. Bersihkan benda uji dan mesin tekan.
3.6. Analisa Hasil Uji
Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil kuat tekan, kuat tarik dan kuat
lentur beton yang ada dengan rencana awal. Diharapkan hasil dari campuran beton
dapat masuk dengan rencana awal yang ada.
3.7. Schedule

Bulan
No. Kegiatan Desember Januari Februari Maret April
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Tahap Persiapan
a. Observasi
b. Identifikasi Masalah
c. Penentuan Tindakan
d. Pengajuan Judul
e. Penyusunan Proposal
2. Tahap Pelaksanaan Siklus I
a. Sidang Proposal
b. Pengumpulan Data
3. Tahap Pelaksanaan Siklus II
a. Analisa Data
b. Pengujian di laboratorium
c. Penyusunan Laporan Draft
d. Sidang Draft
4. Tahap Pelaksanaan Siklus III
a. Penyusunan Laporan Akhir
b. Sidang Akhir
5. Tahap Pelaporan
a. Perbaikan Laporan Akhir
b. Penyerahan Laporan
3.8. Anggaran Biaya

Perkiraan Harga Satuan


No. Kegiatan Satuan Jumlah (Rupiah)
Kuantitas (Rupiah)
a b c d e = c xd
1. Persiapan
a. Observasi (Survey Lokasi Pengujian) - - - Rp 200,000.00
Jumlah Rp 200,000.00

2. Pengambilan Data
a. Pengujian Bahan Paket 1 Rp 5,000,000.00 Rp 5,000,000.00
Jumlah Rp 5,000,000.00

3. Laporan - Laporan
a. Laporan Proposal
- Print A4 Lembar 150 Rp 1,000.00 Rp 150,000.00
- Fotokopi Lembar 150 Rp 200.00 Rp 30,000.00
b. Laporan Draft
- Print A4 Lembar 300 Rp 1,000.00 Rp 300,000.00
- Fotokopi Lembar 300 Rp 200.00 Rp 60,000.00
c. Laporan Akhir
- Print A4 Lembar 450 Rp 1,000.00 Rp 450,000.00
- Fotokopi Lembar 450 Rp 200.00 Rp 90,000.00
d. Perbaikan Laporan
- Print A4 Lembar 200 Rp 1,000.00 Rp 200,000.00
- Fotokopi Lembar 600 Rp 200.00 Rp 120,000.00
- Jilid Eksemplar 3 Rp 50,000.00 Rp 150,000.00
Jumlah Rp 1,550,000.00

4. Seminar Proposal, Draft dan Akhir - - - Rp 1,000,000.00


Jumlah Rp 1,000,000.00

TOTAL Rp 7,750,000.00

Anda mungkin juga menyukai