Anda di halaman 1dari 12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

eksperimental dan secara langsung pada objek dan aktual yang dituju. Disamping

itu juga dilakukan pengujian terhadap dasar teori yang ada dari sumber literatur

beberapa buku dan jurnal.

3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2017 sampai Januari 2018.

Penelitian ini dilakukan di PT. PAL Indonesia (Persero) Surabaya.

3.3 Diagram Alir

Pada saat melakukan penelitian, perlu adanya proses yang urut dan

berkesinambungan, sehingga dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. Adapun

diagram alir dalam penelitian di tunjukkan gambar 3.1 berikut

Mulai

Pemotongan Sampel

Persiapan Sampel Uji dan Persiapan


Permukaan Pengamatan Visual
Permukaan Sampel

Hasil Wet Blasting SSPV Vis 5

Pengukuran Kekasaran Permukaan

Light Rusting Medium Rusting Medium to Heavy


Heavy Rusting Rusting

40
41

Pengujian Salt Test


ASTM40 D49

Aplikasi Pengecetan

Inspeksi Hasil Pengecetan

Pengujian Pull Off Adhesiom


ASTM D4541

Analisa Data dan Pengolahan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: tahap persiapan,

tahap pengujian, tahap pengamatan.

3.4.1 Tahap Persiapan Penelitian

3.4.1.1 Alat dan Bahan

A. Alat

a. Airless Spray

b. Kompressor

c. Wet Blasting Machine


42

d. Rougness Dial Gauge

e. Pull Off Test Gauge

f. Salt Conductivity Test

g. DFT (Dry Film Thickness)

h. WFT (Wet Film Thickness)

i. Sirynge

B. Bahan Material

a. Material uji : Baja karbon rendah AH 36

b. Cat Jotun Jotamastic 80 Comp. A

c. Cat Jotun Jotamastic 80 STD Comp. B

d. Jotun Thinner No. 17

e. Bresle Patch

f. Lem Epoxy

g. Sterillised Water

1. Bahan Material Baja Karbon AH36

Material uji yang berupa plat dipotong dengan menggunakan mesin

gergaji potong dengan ukuran panjang 40 cm dan lebar 20 cm dengan tebal

6 mm, uji komposisi kimia pada material AH36 di dapat beberapa

persentase kandungan yang terdapat di dalam baja tersebut dapat dilihat

pada tabel 3.1. Dari hasil pengujian komposisi kimia tersebut, material yang

digunakan dapat dimasukkan ke dalam golongan baja karbon rendah.

Berikut komposisi kimia dari baja karbon AH36.


43

Tabel 3.1 Komposisi Kimia Baja Karbon Rendah AH36

C Si P S Als Ti Cu Cr Ni Mo
Grade Mn Nb V
max max max max min max max max max max

0.90 0.02 0.05


0.03 0.03 0.01
AH36 0.18 0.50 - 0.02 0.35 0.20 0.40 0.08 - -
5 5 5
1.60 0.05 0.10

2. Cat Jotun Jotamastic 80

Pada penelitian saya memakai cat jotun jotamastic 80, cat tersebut

adalah cat epoxy mastic dua komponen yang menempel dengan polymine.

Ini adalah produk yang memiliki toleransi tinggi terhadap permukaan, high

solid. Didesain secara khusus untuk area dimana persiapan permukaan yang

optimal tidak mungkin atau tidak ingin dilakukan. Cat tersebut bisa

digunakan sebagai primer, cat perantara, lapisan akhir atau sebagai sistem

pengecatan tunggal di lingkungan yang terpengaruh udara luar dan kondisi

terbenam.

Gambar 3.2 Jotamastic 80 dan Thinner


44

3. Bresle Patch 135B

Elcometer 135B Bresle Patches digunakan untuk menentukan

kontaminasi permukaan klorida dan menancapkan film karet perekat

dengan kompartemen tertutup untuk pengambilan sampel kotoran larut dari

permukaan baja dengan pelarut yang sesuai (Wulandari. 2015). Penelitian

ini menggunakan prosedur bresle patch sesuai dengan standard ISO 8502-

6.

Gambar 3.3 Bresle Kit 135B

4. Lem Epoxy (Krisbow K1495)

Epoksi adalah bahan yang di buat dari polimerisasi campuran dua

senyawa, resin dan hardener. Untuk memperhatikan proses curing dengan

menjaga suhunya sangat penting untuk memastikan kualitas epoxy adhesif.

Pada penelitian ini lem type epoxy digunakan untuk proses aplikasi pull off.

Penggunaan lem pada pengujian daya rekat berfungsi untuk merekatkan

dolly pada permukaan material uji. Berikut komposisi dari lem tipe epoxy

Krisbow K1495 dapat dilihat pada gambar 3.3.


45

Gambar 3.4 Data Lem Krisbow K1495

5. Sterillised Water

Pada pengujian salt test sterillised water/ air steril sangat berperan

penting. Fungsi dari air steril adalah untuk mengetes kadar garam yang telah

di injeksikan ke dalam bresle kit, yang dimana air steril setelah di injeksikan

kemudian di ambil kembali untuk di tes pada conductivity salt test.

Gambar 3.5 Sterillised Water

3.5 Persiapan Permukaan

Pembersihan WAB atau Wet Abrasive Blasting adalah proses yang

menggunakan campuran air dan abrasif yang dapat menghasilkan berbagai tingkat

kebersihan permukaan dan profil permukaan (kekasaran) yang serupa dengan yang

diperoleh dengan pembersihan ledakan abrasif kering, pembersihan wet abrasive


46

blasting dapat ditentukan saat penindasan debu diinginkan dan juga bisa menjadi

sarana untuk mengurangi kontaminasi garam yang mudah larut.

Gambar 3.6 Proses Wet Blasting dan pencucian pada material uji

Pada penelitian ini tingkat kebersihan permukaan pada metode wet abrasive

blasting mengacu pada standard SSPC-SP6/ NACE 3.Persiapan permukaan

dilakukan dengan metode wet blasting yang disemprotkan di kedua sisi permukaan

material dengan menggunakan pasir silika ukuran 40 – 60 mesh dan tekanan

kompresor 6 -7 bar. Wet blasting dilakukan dengan tujuan untuk membentuk profil

permukaan material. Wet blasting dilakukan oleh petugas operator mesin dari PT.

PAL Indonesia. Setelah dilakukan penyemprotan, dilakukan pencucian material

hingga bersih. Pencucian dilakukan agar permukaan material bersih dari debu dan

kotoran.

Hasil dari persiapan permukaan ini standard kekasaran permukaan

menggunakan standard ISO 8503-1. Berikut tabel acuan pada kekasaran

permukaan.
47

Tabel 3.2 Nilai nominal dan toleransi untuk profil permukaan segmen komparator
profil permukaan ISO

Tabel 3.3 Batas Nilai Profil

3.6 Pengkondisian Material

Pengkondisian material dilakukan segera setelah proses persiapan material.

Pengkondisian dilakukan untuk mengondisikan material agar terjadi pengkaratan

(Flash Rust). Pengkondisian material dilakukan dengan mengkondisikan material

di tempat terbuka hingga didapatkan tingkat flash rust yang diinginkan. Flash rust

yang diharapkan mengacu berdasarkan standard SSPC Vis 5, SSPC Vis 5 adalah

guide dan referensi visual untuk baja yang di bersihkan dengan wet abrasive
48

blasting. Flash rust yang dituju dalam penelitian ini adalah flash rust tingkat light

rusting, medium rusting, medium to heavy rusting, dan heavy rusting.

Gambar 3.7 Pengkondisian material uji AH36

3.7 Pengujian Salt Test

Pengujian salt test dilakukan dengan menggunakan Bresle Salt Test Kit dan

dilakukan berdasarkan ISO 8502-6. Sebelum digunakan, conducivity meter

dikalibrasi terlebih dahulu. Alat tes yag digunakan dalam peneltian ini sangat

sensitif, sehingga pengujian harus dilakukan dengan hati hati dan teliti. Perhitungan

dari salt test dilakukan berdasar ISO 8502-9, seperti pada tabel 3.4, dengan cara

mengalikan dari salah satu faktor tesebut.

Tabel 3.4 Rumus untuk memperhitungkan densitas garam pada suatu permukaan
49

Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menempelkan bresle pada

permukaan material. Kemudian, diambil air murni dengan menggunakan sirynge

sebanyak 3ml. Air disuntikkan kedalam bresle secara perlahan sampai air

memenuhi ruangan bresle. Bresle digosok secara perlahan agar kontaminan pada

permukaan material larut dengan air. Kemudian ambil kembali air yang terdapat

dalam bresle dengan menggunakan sirynge. Air yang telah diambil diukur

menggunakan Elcometer Conductivity Meter dengan menyuntikkannya pada area

sensor. Sensor dibilas beberapa kali dengan larutan sampel hingga muncul angka

pada monitor.

Gambar 3.8 Pengujian Bresle Salt Test

3.8 Aplikasi Cat dan Pengukuran Ketebalan Lapisan Basah/Kering

Gambar 3.9 Proses pengecatan material uji


50

Pengecatan dilakukan untuk melapisi permukaan yang telah dikondisikan.

Cat berfungsi untuk mencegah laju korosi. Cat yang digunakan dalam penelitian

adalah cat dengan merk Jotun Jomastic 80. Campuran cat yang digunakan adalah

Jomastic 80 Comp A dan Jomastic 80 STD Comp B dengan rasio perbandingan

campuran 7:1. Pengecatan dilakukan hingga ketebalan film cat mencapai DFT :

minimal 250µm. Pengukuran ketebalan film cat dilakukan berdasarkan standard

SSPC PA 2 menggunakan statistical samplimg untuk menentukan ketebalan film

cat secara aktual.

Aplikasi pengecatan dilakukan hingga didapatkan estimasi ketebalan yang

diinginkan. Kemudian dilakukan pengecekan ketebalan film cat basah dengan

metode yang menggunakan standar ASTM 4414. Alat yag digunakan adalah Notch

Gage seperti pada gambar yang ditunjukkan pada gambar 3.6. Alat diletakkan tegak

lurus 90° terhadap panel sampel agar didapatkan angka yang benar. Ketebalan film

cat basah dikontrol hingga mencapai WFT : 300µm.

Gambar 3.10 Nocth Gage

Setelah lapisan film cat kering, dilakukan pengukuran ketebalan film cat

kering (DFT) dengan menggunakan metode ASTM D-1186. Alat yang digunakan

adalah Electronic Gage seperti pada gambar 3.7. Pengukuran dilakukan di lima area

sampel, kemudian dilakukan rata-rata untuk mendapatkan angka ketebalan film cat
51

kering. Apabila ketebalan film cat kering masih dibawah angka yang diinginkan

maka harus dilakukan spray ulang pada waktu overcoat interval.

Gambar 3.11 Electronic Gage

3.9 Proses Pengujian Adhesif

Pengujian adhesi dalam penelitian ini menggunakan standard ASTM D 4541.

Pengujian dilakukan setelah film cat benar benar kering. Pengujian ahesi dilakukan

dengan merekatkan 3 dolly pada permukaan sampel dengan menggunakan lem

epoxy yang masih baru. Lem epoxy diaplikasikan secara merata pada permukaan

sampel yang akan dilakukan uji adhesif. Kemudian ditunggu hingga dolly merekat

sempurna pada permukaan sampel. House spring diposisikan diatas dolly seperti

pada gambar 3.8, kemudian dolly ditarik. Angka numerik pada skala ukuran house

spring menunjukkan besarnya gaya untuk melepaskan dolly dari permukaan

sampel. Ketika dilakukan pengukuran, sampel atau house spring tidak boleh

bergeser.

Gambar 3.12 Alat uji adhesi tipe hydraulic

Anda mungkin juga menyukai