Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENGUJIAN KUALITAS AGREGAT HALUS

A.Pengujian Kualitas Agregat Halus atau Kandungan Bahan Organik


( SNI 2816 : 2014 )
1. Maksud dan Tujuan
a. Arti
Standar ini digunakan dalam membuat penentuan awal dari penerimaan
agregat halus sehubungan dengan persyratan ASTM C33 yang
berhubungan dengan kotoran organik.
b. Kegunaan
Nilai yang terpenting dari standar ini adalah untuk memberikan
peringatan bahwa mungkin ada sejumlah kotoran organik yang
merugikan. Bila sampel yang menggunakan pengujian ini menghasilkan
warna yang lebih gelap dari warna standar, disarankan untuk melakukan
uji pengaruh kotoran organik pada kekuatan mortar sesuai ASTM C87.

2. Dasar Teori
Kotoran organik adalah bahan-bahan organik yang terdapat dalam
agregat halus dan menimbulkan efek yang merugikan terhadap mutu
mortal atau beton dengan semen hidraulis. Satu prosedur menggunakan
larutan warna standar dan yang lainnya menggunakan standar warna kaca.
Standar ini membahas peralatan yang digunakan, pereaksi dan larutan
warna standar, pengambilan contoh, sampel uji, prosedur, penentuan nilai
warna, dan interpretasi, dalam menentukan kotoran organic merugikan
dalam agregat halus untuk beton. Setelah agregat halus ditambah larutan
3% NaOH, agregat halus akan mengalami perubahan warna jika terdapat
kotoran organik di dalamnya. Perubahan warna tersebut dapat diukur
dengan menggunakan alat standar yang bernama Hellige Tester. Seperti
yang disayaratkan pada SNI 2816 : 2014 nomer 10, kandungan organik
pada agregat halus tidak boleh melebihi batas yang telah ditentukan yaitu
no.3. Apabila warnanya lebih gelap maka agregat halus yang diuji harus
dianggap mengandung kotoran organik yang merugikan.

3. Bahan Yang Digunakan

1
2

a. Agregat halus 450 gram.


b. Larutan 3 % Natrium Hidroksida (NaOH) dengan 97 % air suling.

4. Alat Yang Digunakan


a. Cawan besi = 2 buah
b. Gelas ukur = kapasitas 1000 ml
c. Oven = 1 buah
d. Standart warna (Hellige Tester) = 1 buah

5. Langkah Kerja
a. Siapkan sampel agregat halus sebanyak 450 gram.
b. Isi gelas ukur dengan sampel agregat halus yang akan diuji kira-kira
130 ml.
c. Tambahkan larutan natrium hidroksida (3% NaOH + 97 % air)
kedalam gelas ukur yang telah diberi agregat halus sampai 200 ml.
d. Tutuplah botol dengan erat, lalu kocok kuat-kuat secara osilasi dan
rotasi.
e. Diamkan di tempat yang aman selama 24 jam dan kemudian amati
perubahan warna yang terjadi pada akhir 24 jam.

6. Alur Kerja

Mulai

Mempersiapkan Alat dan Bahan :


Cawan besi
Gelas ukur
Oven
Standart warna (Hellige Tester)

Pengujian Kandungan Bahan Organik


Langkah kerja :
a. Siapkan sampel agregat halus sebanyak minimal 450 gram.
b. Isi gelas ukur dengan sampel agregat halus yang akan diuji kira-kira
130 ml.
c. Tambahkan larutan natrium hidroksida (3 % NaOH + 97 % air)
kedalam gelas ukur yang telah diberi agregat halus sampai 200 ml.
d. Tututplah botol dengan erat, lalu kocok kuat-kuat secara osilasi dan
rotasi.
e. Diamkan ditempat yang aman selama 24 jam dan kemudian amati
perubahan warna yang terjadi pada akhir 24 jam.
3

Mengamati Hasil Percobaan

Analisis Data Tidak


Ya Max Warna No.3
Kesimpulan

Selesai
Gambar I.1 Alur Kerja Pengujian Kandungan Bahan Organik Pada Agregat Halus

7. Hasil Pengamatan
Tabel I.1 : Pengujian terhadap Kandungan Bahan-Bahan Organik
(SNI 2816 : 2014)
Volume
Volume Warna Larutan
No. Jenis Bahan Total
(cc) (cc) Yang Terjadi
1 Pasir 130 200 No.2

2 NaOH 3 % Secukupnya Kuning Muda


)
Dari hasil percobaan laboratorium, ternyata setelah didiamkan
selama  24 jam campuran 3 % NaOH dan pasir didapat cairan berwarna
Orange. Menurut Hellige Tester sesuai dengan nomor 2 (Kuning Muda).
Dengan demikian pasir masih memenuhi persyaratan yang disyaratkan
pada SNI 2816:2014 kandungan organik pada pasir tidak boleh melebihi
batas yang telah ditentukan yaitu no.3 .

8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan di atas, warna larutan yang terjadi
warna kuning no.2 menurut SNI 2816:2014 pasir tersebut memenuhi
syarat dan dapat dipakai untuk campuran adukan beton.

9. Saran-saran
4

Dalam percobaan pengujian kandungan bahan organik, hendaknya


kita harus jeli dan teliti dalam menentukan warna larutan yang terjadi.

10. Gambar Bahan dan Alat - Alat Praktikum Pengujian Kandungan Bahan
Organik

Gambar I.2. Gelas Ukur Gambar I.3. Hellige Tester

Gambar I.4. Cawan Besi Gambar I.5. Oven


5

Gambar I.6. NaOH Gambar I.7.Timbangan

Gambar I.8. Ayakan Gambar I.9. Pasir

Gambar I.10. Hasil KBO


6

B.Pengujian Saturated Surface Dry (SSD)


(SNI 1970 : 2008)
1. Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui kelembaban permukaan agregat halus
sebenarnya dan untuk mengetahui keadaan agregat halus dalam kondisi
Saturated Surface Dry (SSD).

2. Dasar Teori
Saturated Surface Dry adalah kondisi agregat halus dalam keadaan
jenuh kering permukaan. Dalam keadaan yang demikian, agregat halus
tidak menyerap air campuran atau menambah air campuran, sehingga
tidak mengubah faktor air semen dalam campuran. Pada perencanaan
adukan beton, digunakan agregat halus dalam keadaan Saturated Surface
Dry ini. Keadaan Saturated Surface Dry agregat halus tercapai saat
percobaan uji kerucut, yaitu ketika ketika kerucut penuh berisi agregat
halus diangkat dan agregat halus tersebut runtuh sedikit demi sedikit.
apabila puncak agregat halus masih berbentuk seperti kerucut, berarti
agregat halus masih terlalu lembab dan perlu diangin-anginkan lagi.

3. Bahan yang di perlukan :


Agregat halus minimal sebanyak 1500 gram

4. Alat yang digunakan


a. Kerucut Abram’s dengan diameter dalam bagian atas (40±3) mm,
diameter dalam bagian bawah (90±3) mm dan tinggi (75±3) mm.
b. Tongkat baja 25 mm,
c. Nampan,
d. Penggaris.
7

5. Cara Kerja
a. Menyediakan agregat halus yang akan digunakan secukupnya.
b. Mengisikan agregat halus pada corong kerucut hingga penuh dan
meluber, ratakan bagian yang meluber tadi dengan tetap menjaga
posisi kerucut.
c. Padatkan agregat yang berada di dalam kerucut secara perlahan dan
merata sebanyak 25 kali dengan batang penumbuk diameter 25 mm,
dengan setiap tumbukan dilakukan dengan cara menjatuhkan dengan
bebas batang penumbuk dari ketinggian permukaan penumbuk 5 mm
dari permukaan agregat yang dipadatkan, singkirkan agregat yang
tumpah disekitar kerucut saat proses penumbukan.
d. Angkat corong kerucut perlahan-lahan dengan arah vertikal dan
mencatat penurunannya dengan penggaris.
e. Ulangi langkah diatas sebanyak dua kali percobaan.
8

6. Alur Kerja

Mulai

Mempersiapkan Alat dan Bahan :


Kerucut Abram’s
Tongkat baja 25 mm
Cawan
Penggaris

Langkah kerja :
a. Menyediakan agregat halus yang akan digunakan secukupnya.
b. Mengisikan agregat halus pada corong kerucut hingga penuh
lalu ratakan.
c. Menumbuk permukaan lapisan dengan tongkat baja 25 mm
sebanyak 25 kali dengan setiap tumbukan dilakukan dengan
cara menjatuhkan dengan bebas batang penumbuk dari
ketinggian permukaan penumbuk 5 mm dari permukaan
agregat yang dipadatkan.
d. Mengangkat corong kerucut perlahan-lahan dengan arah
vertikal dan mencatat penurunannya dengan penggaris.
e. Ulangi langkah diatas sebanyak dua kali percobaan.

Mengamati Hasil Percobaan

Analisis Data

Kesimpulan

Selesai

Gambar I.11 Langkah-langkah Kerja Pengujian SSD


9

7. Hasil Pengamatan
Tabel I.2 : Data Pengujian Saturated Surface Dry (SSD)
(SNI 1970 : 2008)
Penurunan Tinggi Pasir
Jumlah Rata-rata
(cm)
No. Percobaan
Pukula Penurunan
Sampel A Sampel B
n (cm)

1 I 25 3,75 3,80 3,78

2 II 25 3,80 3,80 3,80

Rata-rata Penurunan 3,79

Nilai Saturated Surface Dry (SSD) sebenarnya adalah jumlah


Saturated Surface Dry (SSD) rata-rata penurunan dari kedua percobaan
tersebut.

8. Analisis data
a. Percobaan I = 25 pukulan
3,80  3,75
Penurunan rata - rata   3,78 cm
2

b. Percobaan II = 25 pukulan
3,80  3,80
Penurunan rata - rata   3,80 cm
2
3,78  3,80
R   3,79 cm
2
10

9. Kesimpulan
Dari hasil percobaan laboratorium, ternyata dari puncak kerucut turun
sebesar 3,79 cm lebih dari separuh tinggi kerucut (tinggi kerucut sample
7,5 cm  ½ x 7,5 = 3,75 cm). Dari sini dapat diketahui, bahwa pasir
tersebut sudah mencapai Saturated Surface Dry karena menurut OBK
(Oaweped Beton Karschiewten) tahun 1992 bahwa pasir mencapai
Saturated Surface Dry jika pasir turun dari puncak kerucut sampai kira-
kira separuh tinggi kerucut.

10. Saran-saran
Untuk percobaan Saturated Surface Dry (SSD) ini hendaknya kita
menggunakan pasir yang kering supaya dapat mencapai Saturated Surface
Dry.
.
11. Hasil Pengamatan

3,79
kerucut
h = 7,5 cm abram’s
+
Pasir

Gambar I.12 Pengujian SSD


Keterangan :
Rata-rata penurunan yang terjadi 3,79 cm.

12. Kendala – kendala


a. Pasir yang digunakan adalah pasir yang berada di luar ruangan
laboratorium jadi saat musim penghujan pasir dalam keadaan basah,
sehingga butuh waktu ±24 jam untuk mengeringkannya.
b. Alat yang digunakan dalam keadaan kurang baik.
11

13. Gambar Alat - Alat Praktikum SSD

Gambar I.13. Cetok Gambar I.14. Tongkat Baja

Gambar I.15. Kerucut Abram’s Gambar I.16. Nampan

Gambar I.17. Penggaris Siku Gambar I.18. Ayakan


12

Gambar I.19. Timbangan Gambar I.20. Proses Praktikum SSD


13

C.Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus


( SNI 1970 : 2008 )
1. Maksud dan Tujuan
Uji berat dan penyerapan air agregat halus dimaksudkan sebagai
acuan dan pegangan dalam bagi para pelaksana di laboratorium dalam
melakukan pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus. Cara
uji ini digunakan untuk menentukan setelah (24±4) jam di dalam air
berat jenis curah kerinf (Bulk), berat jenis semu (Apparent), berat jenis
curah dalam kondisi jenuh kering permukaan (Saturated Surface Dry),
serta penyerapan air.

2. Dasar Teori
Dalam penggunaannya, berat jenis curah adalah suatu sifat yang
pada umumnya digunakan dalam menghitung volume yang ditempati
oleh agregat dalam berbagai campuran yang mengandung agregat
termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang
diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut.
a. Berat jenis curah kering (Bulk Specific Gravity) adalah
perbandingan antara dari satuan volume agregat (termasuk rongga
yang impermeabel dan permeabel di dalam butir partikel, tetapi
tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu
temperature tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas
gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperature
tertentu.
b. Berat jenis curah dalam kondisi jenuh kering permukaan
(Saturated Surface Dry) adalah perbandingan antara berat dari
satuan volume agregat (termasuk berat air yang terdapat di dalam
rongga akibat perendaman selama 24±4 jam, tetapi tidak termasuk
rongga antara butiran partikel) pada suatu temperature tertentu
terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam
volume yang sama pada suatu temperature tertentu.
c. Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) adalah perbandingan
antara berat dari satuan volume suatu bagian agregat yang
impermeabel pada suatu temperature tertentu berat di udara dari air
14

suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu


temperature tertentu.
d. Penyerapan (Absorption) adalah penambahan berat dari suatu
agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori, tetapi belum
termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel,
dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya. Agregat
dinyatakan “kering” ketika telah dijaga pada suatu temperature
(110±5)oC dalam rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan
seluruh kandungan air yang ada (sampai beratnya tetap).

3. Bahan yang diperlukan :


a. Agregat halus 450 gram (SSD)
b. Air bersih

4. Alat yang digunakan


a. Timbangan digital ketelitian 0,1 gram
b. Picnometer
c. Oven yang mampu memanaskan sampai temperature (110  5)o C
d. Cawan besar
e. Semprotan

5. Cara Kerja
a. Menyediakan agregat halus sebanyak 450 gram, basahi dengan air
dengan alat semprotan dan angin-anginkan di ruang terbuka selama
244jam untuk memperoleh keadaan jenuh kering permukaan
(SSD).
b. Memasukkan agregat halus ke dalam oven selama Setelah akhir 24
jam, persiapkan cawan dan timbang, lalu masukkan agregat halus
sebanyak 450 gram kedalam cawan.
c. Siapkan picnometer dan isi dengan air sampai batas yang
ditentukan (B) lalu buang air yang ada didalam picnometer.
d. Isi picnometer denga air sebagian saja. Segera setelah itu masukkan
ke dalam picnometer 450 gramagregat halus yang dipersiapkan
sebelumnya. Tambahkan kembali air sampai batas yang telah
ditentukan.
15

e. Kemudian putar guncangkan picnometer dengan tangan untuk


menghilangkan gelembung udara yang terdapat di dalam air. Cara
uji lain yang dapat digunakan untuk mempercepat pengeluaran
gelembung udara dari dalam air diperbolehkan asalkan tidak
menimbulkan pemisahan dan merusak butiran agregat. Pada
umumnya dibutuhkan waktu 15 sampai dengan 20 menit untuk
menghilangkan gelembung udara dari dalam air apabila dengan
cara manual.
f. Diamkan picnometer yang telah berisi air dan agregat halus selama
±7 jam.
g. Menimbang berat agregat halus, air dalam picnometer (BT).
h. Mengeluarkan agregat halus dari picnometer kemudian agregat
halus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam pada suhu (110 
5)o C.
i. Pada hari berikutnya diambil dan ditimbang berat kering (BK).

6. Alur Kerja

Mulai
Langkah kerja :
a. Menyediakan agregat halus sebanyak 450 gram ( SSD ) dan
picnometer yangMempersiapkan
telah ditimbangAlat
beratnya.
dan Bahan :
b. Siapkan picnometer dan isi dengan air sampai batas yang telah
Timbangan digital
ditentukan , timbang (B), lalu buang airnya.
c. Picnometer
Isi sebagian picnometer dengan air lalu masukkan agregat halus dalam
picnometer dan Ovendiisi dengan air sampai tanda batas yang telah
ditentukan. Cawan besar
d. Kemudian picnometer
Agregat diputar
halus dan diguncangkan sampai tidak terlihat
gelembung udaraAir di dalamnya.
Bersih
e. Diamkan picnometer yang telah berisi air dan agregat halus selama 7
Air Bersih
jam.
f. Menimbang berat agregat halus, air dalam picnometer.
g. Mengeluarkan agregat halus dari picnometer kemudian agregat halus
dimasukkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 110  5o C
h. Pada hari berikutnya diambil dan ditimbang berat kering (BK).
16

Mengamati Hasil Percobaan

Analisis Data

Kesimpulan

Selesai
Gambar I.21. Alur Kerja Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus

7. Hasil Pengamatan
Tabel I.3 : Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus (SNI 1970 : 2008)
Hasil
No. Keterangan
(gram)
1 Berat picnometer + Air (B) 661.00
2 Berat picnometer + Air + Benda uji (BT) 786.00
3 Berat Benda Uji Kering Oven (BK) 440.00
4 Berat Jenis Bulk = BK / (B + 450 - BT) 1.35
5 Berat Jenis SSD = 450 / (B + 450 - BT) 1.38
6 Berat Jenis Semu = BK / (B + BK - BT) 1.40
7 Penyerapan (Absorbsi) = ((450 - BK) / BK) . 100% 2.27 %

Berat picnometer kosong = 161 gram


Berat benda uji = 450 gram

8. Analisis Data
Berat picnometer + air (B) = 661 gram
Berat benda uji kering oven (BK) = 440 gram
Berat picnometer + air + benda uji (BT) = 786 gram
BK
Berat jenis bulk 
B  450  BT
17

440

661  450  786  1,35 gram/cm 3

450
Berat jenis SSD 
B  450  BT
450
  1,38 gram/cm 3
661  450  786

BK
Berat jenis semu 
B  BK - BT
440
  1,40 gram/cm 3
661  440  786

450 - BK
Penyerapan  x 100 %
BK
450 - 440
 x 100 %
440
 2,27%

9. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan berat jenis pasir diperoleh hasil sebagai
berikut:

- Berat jenis bulk  1,35 gram/cm 3

- Berat jenis SSD  1,38 gram/cm 3

- Berat jenis semu  1,40 gram/cm 3

- Penyerapan = 2,27 %

Menurut Kardiyono dalam buku Teknologi Beton, agregat dibedakan


berdasarkan berat jenisnya yaitu agregat normal dengan berat jenis 2,5 -
2,7 gram/cm3 , agregat ringan dengan berat jenis <2,0 gram/cm3 dan
agregat berat dengan berat jenis >2,8 gram/cm3 . Nilai absorbsi sebesar
18

2,27 %, dapat disimpulkan bahwa agregat halus tersebut memenuhi


spesifikasi dalam SNI 1970 : 2008 karena nilai absorsi pada percobaan
<5% sehingga baik bila digunakan sebagai campuran beton.

10. Saran-saran
a. Dalam melakukan penimbangan harus teliti karena akan
mempengaruhi nilai-nilai yang akan dicari.
b. Absorbsi yang menentukan spesifikasi dan timbangan harus dalam
keadaan normal.

11. Kendala - kendala


a. Pasir yang digunakan adalah pasir yang berada di luar ruangan
laboratorium jadi saat musim penghujan pasir dalam keadaan basah,
sehingga butuh waktu ±24 jam untuk mengeringkannya.
b. Alat yang digunakan dalam keadaan kurang untuk menunjang
praktek.
c. Dalam pengeringan pasir yang mungkin hanya dibutuhkan cukup
waktu ±24 jam saja, mungkin karena pelaksanaan praktikum berat
jenis ini masih dilakukan di hari berikutnya maka untuk pengeringan
pasir sampai lebih dari ±24 jam.
d. Masih adanya gelembung udara yang terdapat dalam air yang sulit
untuk dikeluarkan.
19

12. Gambar Alat - Alat Praktikum Berat Jenis Agregat Halus

Gambar I.22. Timbangan Gambar I.23. Picnometer


20

Gambar I.24. Cawan Gambar I.25. Oven

Gambar I.26 Hasil Proses Pemeriksaan Berat Jenis dan


Penyerapan Air Agregat Halus
D.Pengujian Kandungan Lumpur pada Agregat Halus
(SNI ASTM C117 : 2002)
1. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos
saringan Nomor 200 (0,075 mm) dimaksudkan sebagai acuan dan
pegangan dalam pelaksanaan pengujian untuk menentukan jumlah
bahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm)
dengan cara pencucian.
b. Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh presentase jumlah
bahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm),
21

sehingga berguna bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan


jalan.

2. Dasar Teori
Persyaratan fisis untuk spesitikasi agregat halus telah diatur dalam
SNI 03 - 6820 - 2002. Dalam hal ini agregat yang boleh digunakan harus
memenuhi syarat - syarat sebagai berikut:
a. Bentuk agregat halus adalah hasil disintegrasi batu alam, dan agregat
yang berbutir bulat dan berukuran seragam tidak boleh digunakan.
b. Partikel mudah pecah maksimum 1,0 % dan kadar lumpur maksimal
5%.
c. Besar persen tertinggal pada tiap saringan berurutan tidak boleh lebih
dari 50%.
d. Besar pesen tertinggal antara ayakan no.50 dan no.100 tidak boleh lebih
dari 25%.

3. Bahan yang diperlukan


a. Agregat halus ukuran maksimal 4,75 mm (no.4) atau lebih kecil
minimal massa 300 gram.
b. Air jernih dari Laboratorium Teknik Sipil.

4. Alat-alat yang digunakan


a. Gelas ukur
b. Oven yang mampu mempertahankan temperature yang seragam pada
(110  5)o C
c. Timbangan digital ketelitian 0,1 gram
d. Cawan
e. Saringan 1,18 mm (No.16) dan saringan 0,075 mm (No.200)
22

5. Cara Kerja
a. Menyediakan agregat halus lolos saringan no.4 minimal massa 300
gram.
b. Menimban berat cawan (a gram)
c. Memasukkan agregat halus tersebut ke dalam cawan kemudian

dikeringkan dengan memasukkan ke dalam oven selama  24 jam


dengan suhu (110  5)o C.
d. Menimbang agregat halus kering tungku dan cawan (b gram)
e. Memasukkan agregat halus kering tungku ke dalam gelas ukur yang
telah disediakan kemudian mengisi gelas tersebut dengan air
secukupnya untuk merendam. Guncangkan contoh uji dengan
kekuatan yang cukup untuk menghasilkan pemishan semua partikel
yang lolos saringan no.200 dan partikel yang lebih kasar dan untuk
mendapatkan material yang halus dalam kondisi tersuspensi.
f. Segera tuangkan air pencuci yang mengandung padatan terlarut diatas
susunan saringan yang diatur dengan saringan kasar diatasnya. Hati-
hati untuk menghindari terbuangnya partikel yang lebih kasar dari
contoh uji.
g. Tambahkan kembali sejumlah air ke dalam wadah contoh uji,
goncangkan, dan tuangkan seperti sebelumnya. Ulangi proses ini
sampai air bilasan menjadi jernih.
h. Memindahkan agregat halus ke dalam cawan kemudian
mengeringkannya dengan memasukkan ke dalam oven selama 24 jam
dengan suhu 110  5o C.
i. Menimbang berat agregat halus dalam cawan (c gram).
23

6. Alur Kerja

Mulai

Mempersiapkan Alat dan Bahan :


Gelas ukur
Oven dengan suhu max 150o C buatan jerman
Timbangan digital
Cawan
Agregat halus 500 gram
Air jersih dari Laboratorium Teknik Sipil

Langkah kerja :
a. Menyediakan agregat halus sebanyak 500 gram
b. Menimban berat cawan (a gram)
c. Memasukkan agregat halus tersebut ke dalam cawan kemudian dikeringkan
dengan memasukkan ke dalam oven selama  24 jam dengan suhu 110  50 C.
d. Menimbang agregat halus kering tungku dan cawan (b gram)
e. Memasukkan agregat halus kering tungku ke dalam gelas ukur yang telah
disediakan kemudian mengisi gelas tersebut dengan air.
f. Mengguncang gelas ukur tersebut berulang-ulang sampai air dalam gelas ukur
benar-benar jernih.
g. Memindahkan agregat halus ke dalam cawan kemudian mengeringkannya
dengan memasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110  50 C
h. Menimbang berat agregat halus dalam cawan (c gram).

Mengamati Hasil Percobaan

Analisis Data

Tidak
Kandungan Lumpur <
5%

Kesimpulan Ya

Selesai

Gambar I.27 Alur Kerja Pengujian Kandungan Lumpur pada Agregat Halus
24

7. Hasil Pengamatan
Tabel I.4 : Pemeriksaan Kandungan Lumpur pada Pasir
(SNI ASTM C117 : 2012)
Hasil
No. Keterangan
(gram)
1 Berat Cawan ( A ) 103.00
2 Berat Cawan + Pasir Kering Oven ( B ) 555.00
3 Berat Cawan + Pasir yang telah dicuci lalu di oven ( C ) 498.00
4 Berat Pasir Kering Tungku ( D ) = B – A 452.00
5 Kandungan Lumpur Pada Pasir (( D - (C-A) ) / D) . 100% 12.61 %

Dari hasil pengujian diperoleh :


A = 103 gram
B = 555 gram
C = 498 gram
a. Berat pasir kering tungku (D) = B -A
= 555 - 103
= 452 gram

b. Kandungan lumpur dalam pasir = (D – ( C – A )) x 100 %


D
= (452 – (498 – 103)) x 100 %
452
= 12,61 %

8. Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas didapatkan kandungan lumpur pada pasir
lebih dari 5 % yaitu 12,61 % sehingga pasir belum memenuhi syarat SNI
untuk digunakan sebagai bahan campuran adukan beton. Dalam pelaksanaan
laboratorium, agar bisa dipakai maka pasir harus dicuci dahulu sampai
benar-benar bersih. Namun dalam pelaksanaan lapangan, pasir harus diganti
dengan kualitas yang lebih baik.
9. Saran-saran
25

a. Dalam mencuci pasir harus sampai benar-benar bersih karena


mempengaruhi perhitungan kandungan lumpur pada pasir.
b. Dalam penimbangan harus teliti karena mempengaruhi hitungan hasil
kandungan lumpur dalam pasir.

10. Kendala - kendala


a. Alat yang dibutuhkan kurang, sehingga praktikum agak terganggu.
b. Kurang ketelitian dalam penimbangan, karena timbangan elektronik
terbatas jadi jika menggunakan timbangan manual yang kesetimbangan
awal tanpa beban harus ditentukan terlebih dahulu.
26

11. Gambar Alat - Alat Praktikum Kandungan Lumpur pada Pasir

Gambar I.28. Oven Gambar I.29. Timbangan Digital

Gambar I.30. Cawan Gambar I.31. Gelas Ukur

Anda mungkin juga menyukai