2. Dasar Teori
Kotoran organik adalah bahan-bahan organik yang terdapat dalam
agregat halus dan menimbulkan efek yang merugikan terhadap mutu
mortal atau beton dengan semen hidraulis. Satu prosedur menggunakan
larutan warna standar dan yang lainnya menggunakan standar warna kaca.
Standar ini membahas peralatan yang digunakan, pereaksi dan larutan
warna standar, pengambilan contoh, sampel uji, prosedur, penentuan nilai
warna, dan interpretasi, dalam menentukan kotoran organic merugikan
dalam agregat halus untuk beton. Setelah agregat halus ditambah larutan
3% NaOH, agregat halus akan mengalami perubahan warna jika terdapat
kotoran organik di dalamnya. Perubahan warna tersebut dapat diukur
dengan menggunakan alat standar yang bernama Hellige Tester. Seperti
yang disayaratkan pada SNI 2816 : 2014 nomer 10, kandungan organik
pada agregat halus tidak boleh melebihi batas yang telah ditentukan yaitu
no.3. Apabila warnanya lebih gelap maka agregat halus yang diuji harus
dianggap mengandung kotoran organik yang merugikan.
1
2
5. Langkah Kerja
a. Siapkan sampel agregat halus sebanyak 450 gram.
b. Isi gelas ukur dengan sampel agregat halus yang akan diuji kira-kira
130 ml.
c. Tambahkan larutan natrium hidroksida (3% NaOH + 97 % air)
kedalam gelas ukur yang telah diberi agregat halus sampai 200 ml.
d. Tutuplah botol dengan erat, lalu kocok kuat-kuat secara osilasi dan
rotasi.
e. Diamkan di tempat yang aman selama 24 jam dan kemudian amati
perubahan warna yang terjadi pada akhir 24 jam.
6. Alur Kerja
Mulai
Selesai
Gambar I.1 Alur Kerja Pengujian Kandungan Bahan Organik Pada Agregat Halus
7. Hasil Pengamatan
Tabel I.1 : Pengujian terhadap Kandungan Bahan-Bahan Organik
(SNI 2816 : 2014)
Volume
Volume Warna Larutan
No. Jenis Bahan Total
(cc) (cc) Yang Terjadi
1 Pasir 130 200 No.2
8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan di atas, warna larutan yang terjadi
warna kuning no.2 menurut SNI 2816:2014 pasir tersebut memenuhi
syarat dan dapat dipakai untuk campuran adukan beton.
9. Saran-saran
4
10. Gambar Bahan dan Alat - Alat Praktikum Pengujian Kandungan Bahan
Organik
2. Dasar Teori
Saturated Surface Dry adalah kondisi agregat halus dalam keadaan
jenuh kering permukaan. Dalam keadaan yang demikian, agregat halus
tidak menyerap air campuran atau menambah air campuran, sehingga
tidak mengubah faktor air semen dalam campuran. Pada perencanaan
adukan beton, digunakan agregat halus dalam keadaan Saturated Surface
Dry ini. Keadaan Saturated Surface Dry agregat halus tercapai saat
percobaan uji kerucut, yaitu ketika ketika kerucut penuh berisi agregat
halus diangkat dan agregat halus tersebut runtuh sedikit demi sedikit.
apabila puncak agregat halus masih berbentuk seperti kerucut, berarti
agregat halus masih terlalu lembab dan perlu diangin-anginkan lagi.
5. Cara Kerja
a. Menyediakan agregat halus yang akan digunakan secukupnya.
b. Mengisikan agregat halus pada corong kerucut hingga penuh dan
meluber, ratakan bagian yang meluber tadi dengan tetap menjaga
posisi kerucut.
c. Padatkan agregat yang berada di dalam kerucut secara perlahan dan
merata sebanyak 25 kali dengan batang penumbuk diameter 25 mm,
dengan setiap tumbukan dilakukan dengan cara menjatuhkan dengan
bebas batang penumbuk dari ketinggian permukaan penumbuk 5 mm
dari permukaan agregat yang dipadatkan, singkirkan agregat yang
tumpah disekitar kerucut saat proses penumbukan.
d. Angkat corong kerucut perlahan-lahan dengan arah vertikal dan
mencatat penurunannya dengan penggaris.
e. Ulangi langkah diatas sebanyak dua kali percobaan.
8
6. Alur Kerja
Mulai
Langkah kerja :
a. Menyediakan agregat halus yang akan digunakan secukupnya.
b. Mengisikan agregat halus pada corong kerucut hingga penuh
lalu ratakan.
c. Menumbuk permukaan lapisan dengan tongkat baja 25 mm
sebanyak 25 kali dengan setiap tumbukan dilakukan dengan
cara menjatuhkan dengan bebas batang penumbuk dari
ketinggian permukaan penumbuk 5 mm dari permukaan
agregat yang dipadatkan.
d. Mengangkat corong kerucut perlahan-lahan dengan arah
vertikal dan mencatat penurunannya dengan penggaris.
e. Ulangi langkah diatas sebanyak dua kali percobaan.
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
7. Hasil Pengamatan
Tabel I.2 : Data Pengujian Saturated Surface Dry (SSD)
(SNI 1970 : 2008)
Penurunan Tinggi Pasir
Jumlah Rata-rata
(cm)
No. Percobaan
Pukula Penurunan
Sampel A Sampel B
n (cm)
8. Analisis data
a. Percobaan I = 25 pukulan
3,80 3,75
Penurunan rata - rata 3,78 cm
2
b. Percobaan II = 25 pukulan
3,80 3,80
Penurunan rata - rata 3,80 cm
2
3,78 3,80
R 3,79 cm
2
10
9. Kesimpulan
Dari hasil percobaan laboratorium, ternyata dari puncak kerucut turun
sebesar 3,79 cm lebih dari separuh tinggi kerucut (tinggi kerucut sample
7,5 cm ½ x 7,5 = 3,75 cm). Dari sini dapat diketahui, bahwa pasir
tersebut sudah mencapai Saturated Surface Dry karena menurut OBK
(Oaweped Beton Karschiewten) tahun 1992 bahwa pasir mencapai
Saturated Surface Dry jika pasir turun dari puncak kerucut sampai kira-
kira separuh tinggi kerucut.
10. Saran-saran
Untuk percobaan Saturated Surface Dry (SSD) ini hendaknya kita
menggunakan pasir yang kering supaya dapat mencapai Saturated Surface
Dry.
.
11. Hasil Pengamatan
3,79
kerucut
h = 7,5 cm abram’s
+
Pasir
2. Dasar Teori
Dalam penggunaannya, berat jenis curah adalah suatu sifat yang
pada umumnya digunakan dalam menghitung volume yang ditempati
oleh agregat dalam berbagai campuran yang mengandung agregat
termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang
diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut.
a. Berat jenis curah kering (Bulk Specific Gravity) adalah
perbandingan antara dari satuan volume agregat (termasuk rongga
yang impermeabel dan permeabel di dalam butir partikel, tetapi
tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu
temperature tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas
gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperature
tertentu.
b. Berat jenis curah dalam kondisi jenuh kering permukaan
(Saturated Surface Dry) adalah perbandingan antara berat dari
satuan volume agregat (termasuk berat air yang terdapat di dalam
rongga akibat perendaman selama 24±4 jam, tetapi tidak termasuk
rongga antara butiran partikel) pada suatu temperature tertentu
terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam
volume yang sama pada suatu temperature tertentu.
c. Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) adalah perbandingan
antara berat dari satuan volume suatu bagian agregat yang
impermeabel pada suatu temperature tertentu berat di udara dari air
14
5. Cara Kerja
a. Menyediakan agregat halus sebanyak 450 gram, basahi dengan air
dengan alat semprotan dan angin-anginkan di ruang terbuka selama
244jam untuk memperoleh keadaan jenuh kering permukaan
(SSD).
b. Memasukkan agregat halus ke dalam oven selama Setelah akhir 24
jam, persiapkan cawan dan timbang, lalu masukkan agregat halus
sebanyak 450 gram kedalam cawan.
c. Siapkan picnometer dan isi dengan air sampai batas yang
ditentukan (B) lalu buang air yang ada didalam picnometer.
d. Isi picnometer denga air sebagian saja. Segera setelah itu masukkan
ke dalam picnometer 450 gramagregat halus yang dipersiapkan
sebelumnya. Tambahkan kembali air sampai batas yang telah
ditentukan.
15
6. Alur Kerja
Mulai
Langkah kerja :
a. Menyediakan agregat halus sebanyak 450 gram ( SSD ) dan
picnometer yangMempersiapkan
telah ditimbangAlat
beratnya.
dan Bahan :
b. Siapkan picnometer dan isi dengan air sampai batas yang telah
Timbangan digital
ditentukan , timbang (B), lalu buang airnya.
c. Picnometer
Isi sebagian picnometer dengan air lalu masukkan agregat halus dalam
picnometer dan Ovendiisi dengan air sampai tanda batas yang telah
ditentukan. Cawan besar
d. Kemudian picnometer
Agregat diputar
halus dan diguncangkan sampai tidak terlihat
gelembung udaraAir di dalamnya.
Bersih
e. Diamkan picnometer yang telah berisi air dan agregat halus selama 7
Air Bersih
jam.
f. Menimbang berat agregat halus, air dalam picnometer.
g. Mengeluarkan agregat halus dari picnometer kemudian agregat halus
dimasukkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 110 5o C
h. Pada hari berikutnya diambil dan ditimbang berat kering (BK).
16
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Gambar I.21. Alur Kerja Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus
7. Hasil Pengamatan
Tabel I.3 : Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus (SNI 1970 : 2008)
Hasil
No. Keterangan
(gram)
1 Berat picnometer + Air (B) 661.00
2 Berat picnometer + Air + Benda uji (BT) 786.00
3 Berat Benda Uji Kering Oven (BK) 440.00
4 Berat Jenis Bulk = BK / (B + 450 - BT) 1.35
5 Berat Jenis SSD = 450 / (B + 450 - BT) 1.38
6 Berat Jenis Semu = BK / (B + BK - BT) 1.40
7 Penyerapan (Absorbsi) = ((450 - BK) / BK) . 100% 2.27 %
8. Analisis Data
Berat picnometer + air (B) = 661 gram
Berat benda uji kering oven (BK) = 440 gram
Berat picnometer + air + benda uji (BT) = 786 gram
BK
Berat jenis bulk
B 450 BT
17
440
661 450 786 1,35 gram/cm 3
450
Berat jenis SSD
B 450 BT
450
1,38 gram/cm 3
661 450 786
BK
Berat jenis semu
B BK - BT
440
1,40 gram/cm 3
661 440 786
450 - BK
Penyerapan x 100 %
BK
450 - 440
x 100 %
440
2,27%
9. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan berat jenis pasir diperoleh hasil sebagai
berikut:
- Penyerapan = 2,27 %
10. Saran-saran
a. Dalam melakukan penimbangan harus teliti karena akan
mempengaruhi nilai-nilai yang akan dicari.
b. Absorbsi yang menentukan spesifikasi dan timbangan harus dalam
keadaan normal.
2. Dasar Teori
Persyaratan fisis untuk spesitikasi agregat halus telah diatur dalam
SNI 03 - 6820 - 2002. Dalam hal ini agregat yang boleh digunakan harus
memenuhi syarat - syarat sebagai berikut:
a. Bentuk agregat halus adalah hasil disintegrasi batu alam, dan agregat
yang berbutir bulat dan berukuran seragam tidak boleh digunakan.
b. Partikel mudah pecah maksimum 1,0 % dan kadar lumpur maksimal
5%.
c. Besar persen tertinggal pada tiap saringan berurutan tidak boleh lebih
dari 50%.
d. Besar pesen tertinggal antara ayakan no.50 dan no.100 tidak boleh lebih
dari 25%.
5. Cara Kerja
a. Menyediakan agregat halus lolos saringan no.4 minimal massa 300
gram.
b. Menimban berat cawan (a gram)
c. Memasukkan agregat halus tersebut ke dalam cawan kemudian
6. Alur Kerja
Mulai
Langkah kerja :
a. Menyediakan agregat halus sebanyak 500 gram
b. Menimban berat cawan (a gram)
c. Memasukkan agregat halus tersebut ke dalam cawan kemudian dikeringkan
dengan memasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110 50 C.
d. Menimbang agregat halus kering tungku dan cawan (b gram)
e. Memasukkan agregat halus kering tungku ke dalam gelas ukur yang telah
disediakan kemudian mengisi gelas tersebut dengan air.
f. Mengguncang gelas ukur tersebut berulang-ulang sampai air dalam gelas ukur
benar-benar jernih.
g. Memindahkan agregat halus ke dalam cawan kemudian mengeringkannya
dengan memasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110 50 C
h. Menimbang berat agregat halus dalam cawan (c gram).
Analisis Data
Tidak
Kandungan Lumpur <
5%
Kesimpulan Ya
Selesai
Gambar I.27 Alur Kerja Pengujian Kandungan Lumpur pada Agregat Halus
24
7. Hasil Pengamatan
Tabel I.4 : Pemeriksaan Kandungan Lumpur pada Pasir
(SNI ASTM C117 : 2012)
Hasil
No. Keterangan
(gram)
1 Berat Cawan ( A ) 103.00
2 Berat Cawan + Pasir Kering Oven ( B ) 555.00
3 Berat Cawan + Pasir yang telah dicuci lalu di oven ( C ) 498.00
4 Berat Pasir Kering Tungku ( D ) = B – A 452.00
5 Kandungan Lumpur Pada Pasir (( D - (C-A) ) / D) . 100% 12.61 %
8. Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas didapatkan kandungan lumpur pada pasir
lebih dari 5 % yaitu 12,61 % sehingga pasir belum memenuhi syarat SNI
untuk digunakan sebagai bahan campuran adukan beton. Dalam pelaksanaan
laboratorium, agar bisa dipakai maka pasir harus dicuci dahulu sampai
benar-benar bersih. Namun dalam pelaksanaan lapangan, pasir harus diganti
dengan kualitas yang lebih baik.
9. Saran-saran
25