Anda di halaman 1dari 13

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tinjauan Umum Penelitian

Bahan–bahan yang digunakan untuk campuran aspal dingin seperti

agregat kasar, agregat halus, modifier dan aspal sebagai bahan pengikat harus

sesuai dengan spesifikasi dan beragam pengujian yang dilakukan untuk menjamin

bahan yang digunakan memiliki sifat-sifat seperti yang diharapkan. Dalam

penelitian ini, pengujian bahan dilakukan dengan Spesifikasi Umum Bina Marga

Divisi 6 Perkerasan Aspal 2018. dan metode pengujian karakteristik bahan

penyusun campuran aspal dingin di laboratoruim mengacu sesuai Standar

Nasional Indonesia (SNI).

B. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Teknik Sipil Universitas Dayanu

Ikhsanuddin Baubau yang beralamat di Jalan Dayanu Ikhsanuddin Baubau

Kelurahan Lipu Kota Baubau. Penelitian ini mulai di laksanakan pada bulan Juli–

Agustus 2020.

Tahapan waktu yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini mulai

dari penyusunan proposal, bimbingan proposal, penelitian, bimbingan ujian hasil,

sampai dengan pelaksanaan ujian akhir. Tahapan dan waktu penelitian disusun

dalam jadwal agar penelitian tersusun dengan baik.


24

Adapun tahapan dan waktu pelaksanaan penelitian yang dilakukan dapat

dilihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Jadwal Penelitian.

Bulan
No. Kegiatan I II
I II III IV I II III IV
1 Persiapan
2 Penyiapan alat dan bahan
3 Pengujian karakteristik bahan
4 Pembuatan benda uji `
5 Perawatan benda uji
6 Pengujian benda uji
7 Analisa hasil pengujian

C. Pengumpulan Bahan

Pengambilan sampel untuk agregat halus dan agregat kasar dilakukan

secara langsung dilokasi. Hal ini dilakukan agar sampel yang diambil benar-benar

langsung bersumber dari lokasi tersebut. Sampel kemudian dibawa ke

Laboratorium Teknik Sipil Universitas Dayanu Ikhsanuddin untuk dilakukan

pemeriksaan data-data karakteristik dan mix design. Lokasi pengambilan material

agregat kasar dan agregat halus di Kecamatan Sorawolio Kota Baubau hasil

produksi PT. Lakina Wolio.

Kemudian Buton Granular Asphalt diambil dari PT. Wika Bitumen di

pulau Buton yang secara administrasi terletak di Kabupaten Buton Desa

Banabungi Provinsi Sulawesi Tenggara.


25

D. ProsedurPelaksanan Penelitian

1. Bahan Penelitian
Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Agregat Kasar (Gravel) yang bersumber dari Kecamatan Sorawolio Kota

Baubau hasil produksi PT. Lakina Wolio.

b. Agregat Halus (pasir) yang bersumber dari Kecamatan Sorawolio Kota

Baubau hasil produksi PT. Lakina Wolio.

c. Modifier.

d. BGA produksi PT. Wika Bitumen

2. Alat-Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk pengujian agregat dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 8 adalah sebagaiberikut:

Tabel 8.Peralatan Pengujian Agregat di laboratorium


No. Nama Alat Keterangan
1 Timbangan Digunakan untuk menimbang berat agregat
2 Saringan Untuk memperoleh jumlah persentase butiran baik
agregat dengan ukuran saringan yang digunakan
( ¾”, ½”, 3/8”,#4, #8, #16, #30, #50, #100 dan #200).
3 Talam Sebagai tempat agregat untuk di proses.

4 Oven Untuk mengeringkan agregat dengan pengatur


temperatur
5 Dessicator Untuk mendinginkan benda uji
6 Piknometer Digunakan pada pengujian berat jenis agregat halus
26

Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk pembuatan dan pengujian

benda uji dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9. Peralatan untuk Pembuatan dan Pengujian Benda Uji


No. Nama Alat Keterangan
1 Kompor dan Digunakan sebagai alat membuat briket
Kuali (campuran beraspal)
2 Termometer Untuk mengukur suhu pada pembuatan benda
uji
3 Cetakan Untuk mencetak campuran beraspal

4 Compaction Mold Untuk memadatkan campuran dengan


temperatur yang digunakan
5 Extruder Alat pengeluar briket hasil pemadatan
6 Waterbath Bak pemanas air untuk merendam briket

7 Marshall Test Untuk menentukan stabilitas stabilitas dan nilai


flowpada pembebanan maksimum yang diukur
pada arloji stabilitas dan flow

3. Pengujian Material di Laboratorium

Pengujian material yang dilaksanakan pada penelitian ini, meliputi

pemeriksaan terhadap agregat kasar, agregat halus,dan aspal dengan mengacu

pada standar Departemen Pekerjaan umum, Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi

6 Perkerasan Aspal, 2018 (Revisi 3).

Dalam pemilihan bahan agregat diupayakan menjamin tingkat

penyerapan air yang paling rendah dan bahan bersih, keras serta bebas dari

lempung. Hal itu merupakan antisipasi atas hilangnya material aspal yang terserap

oleh agregat dan tetap menjaga mutu atau kualitas bahan. Agregat dapat terdiri

atas beberapa fraksi, misalnya fraksi kasar, fraksi medium dan filler. Pada
27

umumnya fraksi kasar dan fraksi medium digolongkan sebagai agregat kasar.

Sedangkan untuk filler sebagai agregat halus.

a. Pemeriksaan Agregat Kasar

Fraksi agregat kasar untuk perencanaan ini adalaha gregat yang tertahan

di atas saringan No.8 (4,76mm). Pemeriksaaan laboratorium dan standar uji

agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Pemeriksaan Laboratorium dan Standar Uji Agregat Kasar

No Pemeriksaan Laboratorium Standar Uji


.
1 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan SNI 03-1969-2016
2 Pemeriksaan Analisa Saringan SNI 03-1968-1990
3 Pemeriksaan Bahan Lolos 200 SNI 03-4142-1996
4 Uji Kekerasan Material (Abrasi) SNI 03-2417-2008

b. Pemeriksaan Agregat Halus

Fraksi agregat halus untuk perencanaan ini adalah agregat yang

lolos saringan No.8 (4,76 mm). Pemeriksaaan laboratorium dan standar uji

agregat halus dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Pemeriksaan Laboratorium dan Standar Uji Agregat Halus

No. Pemeriksaan Laboratorium Standar Uji


1 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan SNI 1970 : 2008
2 Pemeriksaan Analisa Saringan SNI 03-1968-1990
3 Pemeriksaan Bahan Lolos 200 SNI 03-4142-1996
4 Pemeriksaan Angularitas AASHTO TP 33 atau ASTM
C1252-93

c. Pemeriksaan Aspal
28

Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal panas

Penetrasi 60/70. Pemeriksaaan laboratorium dan standar uji aspal yang

dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Pemeriksaan Laboratorium dan Standar Uji Aspal

No. Pemeriksaan Laboratorium Standar Uji


1 Pemeriksaan Penetrasi SNI 06-2456-2011
2 Pemeriksaan Titik Lembek SNI 06-2434-2011
3 Pemeriksaan Daktalitas pada SNI 06-2432-2011
4 Pemeriksaan Berat Jenis SNI 06-2441-2011
5 Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal SNI 06-2441-1991

4. Mix Design Campuran Aspal


a. Penentuan Komposisi Masing-Masing Bahan
Metode untuk mencapai resep komposisi campuran dengan

penggabungan material yaitu Agregat kasar, Agregat halus, Filler.

Metode penggabungan agregat adalah pencampuran agregat kasar dan

aggregat halus menjadi suatu campuran yang homogen dan mempunyai

susunan butir yang kita harapkan atau sesuai standar spesifikasi yang

disyaratkan.Sebelum melakukan pencampuran bahan-bahan campuran

beraspal untuk campuran Cool Mix Asphalt, terlebih dahulu dilaksanakan

penggabungan agregat dengan Cara Trial dan Error.

Cara Trial dan Error yang prinsip kerjanya sebagai berikut:

1. Memahami batas gradasi yang disyaratkan.

2. Memasukkan data spesifikasi gradasi pada kolom spesifikasi unit.

3. Memasukkan persentase lolos saringan, masing-masing jenis batuan

kedalam persentase passing.


29

4. Memasukkan spesifikasi ideal pada kolom target value, yaitu nilai salah

satu dari spesifikasi ideal yang disyaratkan.

5. Mengambil dari salah satu spesifikasi ideal dengan jenis yang ada, dalam

hal ini agregat kasar, sedang dan halus kemudian dicampur ketiganya

dengan jumlah 100 % dan nilai gabungannya mendekati nilai spesifikasi

ideal yang kita ambil tadi.

6. Jika sudah mendekati salah satu nilai spesifikasi ideal dari ketiga agregat

tadi, yang lain dihitung atau combined dengan presentase yang sama.

Sehingga dapat dipergunakan sebagai gradasi untuk campuran aspal panas

sebagai perkerasan jalan.

b. Perencanaan Benda Uji

Dalam penelitian ini, perencanaan benda uji dilakukan dengan

menentukan komposisi campuran baik penentuan komposisi agregat maupun

penentuan kadar aspal rencana. Penentuan komposisi agregat dilakukan

dengan cara trial and error.

Berat BGA yang digunakan yaitu 15% dari total berat campuran

dengan perbangan 70:30, modiier yang di gunakan adalah AC/minyak tanah,

AC/solar dan AC/BO. Variasi total bitumen dalam campuran sebesar 5,5%,

6,0% dan 6,5%. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu campur

dingin hampar dingin Kemudian dilakukan penyiapan benda uji untuk tes

Marshall.

Tabel 13. Perencanaan Benda Uji


30

Berat BGA Kadar Bitumen dalam


Metode dalam Modifier Campuran% Total
Campuran 5,5 6,0 6,5
Campur AC/Minyak Tanah 3 3 3 9
Dingin 15% AC/Solar 3 3 3 9
Hampar AC/BO 3 3 3 9
Dingin

Total benda uji yang akan di buat 27

5. Pembuatan dan Pengujian Benda Uji dengan Alat Marshalll

a. Langkah-Langkah Pembuatan Benda Uji :

1. Menimbang agregat sesuai dengan persentase agregat campuran

yang telah dihitung, kemudian benda uji dibuat sebanyak 3 buah

pada masing-masing kadar BGA.

2. Siapkan dan bersihkan Compaction Mold (cetakan benda uji) yang

berbentuk silinder dengan ukuran diameter 4” (10,16 cm) dan tinggi

3” (7,5 cm).

3. Untuk pembuatan modifier panaskan AC sampai cair lalu diangkat

dari kompor dan kemudian dicampurkan dengan modifier dengan

takaran yang sudah dihitung.

4. Campuran agregat kasar dan halus yang sudah ditimbang tadi ,

kemudian diaduk sampai merata dan di tambahkan modifier yang

telah di kerjakan tadi.

5. Masukan material yang telah dicampur kedalam karung/tempat

tertutup dan didiamkan/peram sealama 6 (enam) hari.


31

6. Masukkan campuran kedalam cetakan lalu dipadatkan dengan

menggunakan Compaction Mold Holder sebanyak 75 kali tumbukan

pada sisi atas kemudian 75 kali tumbukan pada sisi bawah Mold.

Pada saat melakukan pemadatan posisi Compaction Mold Holder

harus dijaga posisinya agar selalu tegak lurus terhadap benda uji.

7. Proses pemadatan selesai benda uji didiamkan agar suhunya turun,

setelah dingin benda uji dikeluarkan dengan Ejector dan diberi kode

dengan menggunakan tipe-ex.

8. Benda uji dibersihkan dari kotoran yang menempel dan diukur tinggi

benda uji dengan ketelitian 0,1 mm di keempat sisi benda uji dengan

menggunakan jangka sorong dan ditimbang beratnnya untuk

mendapatkan berat benda uji kering.

9. Benda uji direndam dalam air selama 16 s/d 24 jam supaya jenuh.

10. Setelah jenuh benda uji ditimbang dalam air untuk mendapatkan

berat benda uji dalam air.

11. Kemudian benda uji dikeluarkan dari bak perendam dan dikeringkan

denga kain lap sehingga kering permukaan dan didapatkan berat

benda uji kering permukaan jenuh (saturated survace dry, SSD)

kemudian ditimbang.

b. Pengujian Benda Uji Dengan Alat Marshall (SNI 06-2489-1991)

Pemeriksaan campuran dengan alat Marshallini bertujuan untuk

menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) serta


32

analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Stabilitas

adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai

terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kg atau pound. Kelelehan

plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu beban sampai batas runtuh

yang dinyatakandalam (mm).

Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving

ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs) dan flow meter.

Proving ring digunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan flow meter

untuk mengukur kelelehan plastis atau flow. Benda uji Marshall berbentuk

silinder berdiameter 4 inchi (10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm).

Langkah-langkah pelaksanaan pengujian benda uji dengan alat Marshall

yaitu sebagai berikut:

a. Rendamlah benda uji dalam bak perendam (water bath) selama 30 – 40

menit dengan suhu tetap 60oC (± 1oC) untuk benda uji yang menggunakan

aspal padat, untuk benda uji yang menggunakan aspal cair masukkan

benda uji ke dalam oven selama minimum 2 jam dengan suhu tetap 25oC

(± 1oC).

b. Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan letakkan ke

dalam segmen bawah kepala penekan.

c. Pasang segmen atas di atas benda uji, dan letakkan keseluruhannya dalam

mesin penguji.

d. Pasang arloji pengukur alir.


33

e. (flow) pada kedudukannya di atas salah satu batang penuntun dan atur

kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung tangkai

arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala

penekan.Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda

ujinya dinaikkan sehingga menyentuh alas cincin penguji.

f. Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.

g. Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm

per menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan

menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat

pembebanan maksimum (stability) yang dicapai, untuk benda uji yang

tebalnya tidak sebesar 63,5 mm, koreksilah bebannya dengan faktor

perkalian yang bersangkutan.

h. Catat nilai alir (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur alir

pada saat pembebanan maksimum tercapai.


34

E. Bagan Alir Penelitian


Agar tujuan dan sasaran penelitian dapat dicapai sesuai yang diharapkan

perlu ditentukan alur kerja penelitian yang akan dilaksanakan. Alur kerja

penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

Mulai

Studi Pustaka

Persiapan Alat & Bahan

Pengujian Bahan
Gambar 4.BaganAlir

Pemeriksaan Aspal : PemeriksaanAgregat PemeriksaanAgregat PemeriksaanFiller :


 Penetrasi Kasar : Halus :  Analisa saringan
(SNI 06-2456-  Abrasi  Berat jenis (SNI ASTM
2011) (SNI 2417 : 2008) &penyerapan C117:2012)
 Titik lembek  Analisa Saringan (SNI 03-1970-2016)  Berat jenis
(SNI 2433:2011) (SNI ASTM  Analisa saringan (SNI 03-1970-
 Daktalitas 25°C C136:2012) (SNI ASTM 2016)
(SNI 2433:2011)  Berat jenis C136:2012)
 Berat jenis &penyerpan air
(SNI 2441:2011) (SNI 03-1969-2016)
 Bearat yang hilang

A
35

Memenuhi Spesifikasi

Pembuatan Benda Uji dengan berat BGA 15% dan kadar total
bitumen dalam campuran yaitu 5%, 6% dan 7%

Uji Marshall
(SNI 06-2489-1991)

Pengolahan dan Analisa Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai