Anda di halaman 1dari 52

Pengendalian Lalu Lintas Udara

Senja Rum Harnaeni

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


1
TEKNIK SIPIL FT UMS
PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA
2

• PENDAHULUAN
• Penetapan Pengendalian Lalu Lintas Udara
* Dalam Pelaksanaannya
*) VFR (Visual Flight Rules)
*) IFR (Instrument Flight Rules)
pengendali ruang angkasa positif
* Untuk Pengelolaan
*) selama perjalanan (enroute)
*) Terminal
*) Bandara
FSS (Flight Service Station)
• Alat Bantu Navigasi
* Alat Bantu Eksternal ( di luar pesawat)
*)Di Atas Daratan :
- Selama perjalanan
- Terminal
*) Di Atas Air : selama perjalanan
* Alat Bantu Internal (di dalam pesawat)
*) Di Atas Air : selama perjalanan
*) Di Atas Daratan : selama perjalanan dan Terminal

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


2
TEKNIK SIPIL FT UMS
PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA
3

• Pengaturan pergerakan-pergerakan di udara


bertujuan agar lalu lintas udara berjalan
lancar dan aman (pergerakan tidak bertemu
dalam 1 lintasan), sehingga perlu organisasi
rapi dan bersifat menyeluruh.
• ICAN (International Commision for Air
Navigation = Komisi Internasional untuk
Navigasi Udara) yaitu organisasi yang
menangani masalah pengendalian
pergerakan-pergerakan di udara untuk
internasional.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
3
TEKNIK SIPIL FT UMS
PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA
4

FAA ikut andil dalam usaha untuk


mengendalikan dan membantu navigasi
bagian lalu lintas udara, dengan membuat
pola-pola dari :
• stasiun sinyal radio
• radar
• ILS (Instrument Landing System)
• Pusat pengendalian rute lalu lintas udara
• Fasilitas pengendali pendekatan radar terminal
• Menara pengendali lalu lintas di bandara
• Pengamatan cuaca
• Peraturan untuk menggunakan fasilitas-fasilitas tsb
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
4
TEKNIK SIPIL FT UMS
PENETAPAN PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA
5

• Dalam Pelaksanaannya
*) VFR (Visual Flight Rules)
*) IFR (Instrument Flight Rules)
pengendali ruang angkasa positif
- Rute atau Jalur Udara Berwarna (colored
airways)
- Jalur Udara Victor (Victor Airways)
- Rute Jet
• Untuk Pengelolaan
*) selama perjalanan (enroute)
*) Terminal
*) Bandara
FSS (Flight Service Station)
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
5
TEKNIK SIPIL FT UMS
PENETAPAN PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA
Dalam Pelaksanaannya 6

Dalam pelaksanaannya, penetapan pengendalian


lalu lintas udara dibagi menjadi VFR dan IFR.
• VFR (Visual Flight Rules)
• IFR (Instrument Flight Rules)

pengendali ruang angkasa positif


• Rute atau Jalur Udara Berwarna (colored
airways)
• Jalur Udara Victor (Victor Airways)
• Rute Jet
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
6
TEKNIK SIPIL FT UMS
VFR (Visual Flight Rules/
Peraturan-peraturan penerbangan visual )
7

• Yaitu suatu penetapan pengendalian


penerbangan pada kondisi cuaca yang
cukup baik sehingga pesawat terbang
dapat mempertahankan jarak pisah
yang aman dengan cara visual.
• Tanggung jawab penerbangan berada di
tangan pilot sepenuhnya.

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


7
TEKNIK SIPIL FT UMS
IFR (Instrument Flight Rules = Peraturan-
peraturan Penerbangan Instrumen)
8

• Yaitu suatu penetapan pengendalian


penerbangan pada kondisi cuaca
buruk dan lalu lintas padat, maka
pengendalian harus dibantu oleh
tenaga dari petugas ATC (Air Traffic
Control)

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


8
TEKNIK SIPIL FT UMS
9

• Karena peningkatan volume lalu lintas dan


kecepatan pesawat yang menyebabkan resiko
kecelakaan meningkat maka pembagian di atas
tidak digunakan lagi. Sehingga untuk
mengantisipasi kondisi yang demikian maka
langsung ditetapkan pengendalian lalu lintas
adalah IFR yang biasa disebut pengendali ruang
angkasa positif.
• Pengendali ruang angkasa positif meliputi
pengendalian ruang angkasa di sekitar bandara
dan ruang/rute-rute yang dilewati pesawat
dengan mesin jet. Rute-rute dalam
pengoperasian pesawat mencakup :Rute atau
Jalur Udara Berwarna (colored airways), Jalur
Udara Victor (Victor Airways), Rute Jet
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
9
TEKNIK SIPIL FT UMS
Rute atau Jalur Udara Berwarna
(colored airways) 10

• Setiap jalur diberi warna sesuai sesuai tujuan


dan diberi nomor wilayah. Sistem pewarnaan :
- Timur – Barat (jalur utama)= hijau
- Utara – Selatan (jalur utama)= kuning sawo
- Timur – Barat (jalur sekunder)= merah
- Utara – Selatan (jalur sekunder) = biru

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


10
TEKNIK SIPIL FT UMS
11

• Dalam pengoperasian pilot mengikuti peta-peta


gambar berwarna dari satu kota ke kota lain
dengan dibantu petunjuk dari darat yang
dilayani dengan radio 4 lintasan frekuensi
rendah atau sedang (LF atau MF) secara terus
menerus dengan pesawat.

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


11
TEKNIK SIPIL FT UMS
Jalur Udara Victor (Victor Airways)
12

• Rute/jalur ini digambarkan di darat dengan


peralatan VOR (Very High Frequency Omni
range equipment = peralatan omni range
dengan frekuensi sangat tinggi).
• Kelebihan VOR :
* Relatif bebas dari gangguan static
* Relatif mudah untuk menentukan
posisi pesawat bagi penerbang
terhadap stasiun VOR daripada radio
4 lintasan LF/MF.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
12
TEKNIK SIPIL FT UMS
13

• Jalur udaranya mencakup ruang angkasa


diantara 2 garis sejajar yang masing-masing
berjarak 4 mil dari garis tengah jalur udara.
• Hubungan melalui stasiun radio antara satu
kota dengan kota lain (misalnya : kota A dan
B) dapat ditangkap oleh pilot sehingga pilot
tahu kedudukannya ada di mana.

A B
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
13
TEKNIK SIPIL FT UMS
Rute Jet
14

• Pembuatan gambar rute jet menggunakan alat


Bantu navigasi yang sama dengan jalur Victor,
hanya jumlah stasiun yang digunakan jauh
lebih sedikit.
• Ketinggian jalur :
- Jalur Victor = 1200 – 18.000 ft dari MSL
- Rute Jet = 18.000 – 45.000 ft dari MSL
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
14
TEKNIK SIPIL FT UMS
PENETAPAN PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA
Untuk Pengelolaan 15

• Untuk pengelolaan, pengendalian lalu lintas


udara dibagi :
- selama perjalanan (enroute)
- Terminal
- Bandara
• Dalam pengendaliannya dibantu fasilitas
khusus yang berupa FSS (Flight Service
Station = Stasiun Pelayanan Udara)
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
15
TEKNIK SIPIL FT UMS
Selama perjalanan (enroute)
16

– Yang bertanggung jawab : petugas ARTCC (Air Route


Traffic Control Center = Pusat Pengendalian Lalu
lintas rute udara). Petugas ARTCC bertanggung
jawab untuk mengamati dan mengawasi semua
pergerakan dari pesawat terbang selama dalam
perjalanan itu.
– ARTCC dibagi dalam beberapa sector, tiap sector
melayani sejumlah pesawat tergantung : jumlah
orangnya, volume lalu lintas yang melalui ARTCC
tsb/tingkat kerumitan lalu lintas dan derajat
keotomatisan alat yang digunakan.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
16
TEKNIK SIPIL FT UMS
17

• Wilayah : sepanjang jalur udara, untuk rute jet ±


100.000 mil2
• Pesawat yang terbang dalam kondisi IFR, maka
penerbang harus melaporkan rencana penerbangannya
(meliputi : rute dan ketinggian) pada petugas ARTCC,
kemudian petugas ARTCC mengecek ada tidaknya
pesawat lain pada posisi tsb dalam waktu yang sama.
Kemudian dalam operasionalnya jika terjadi perubahan
waktu di perjalanan diperbolehkan jika ada persetujuan
petugas ARTCC.
• Pada pesawat yang telah melampaui daerah ARTCC A
maka tanggung jawab ada pada ARTCC berikutnya, yaitu
ARTCC B.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
17
TEKNIK SIPIL FT UMS
Gambar ARTCC
18

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


18
TEKNIK SIPIL FT UMS
Terminal 19

• Yang bertanggung jawab : petugas TACF (Terminal


Approach Control Facility = Fasilitas pengendali
pendekatan terminal)
• Wilayah : dari perbatasan ATC tower di bandara
sampai 25 – 50 mil dari bandara (yang disebut
Terminal Area).
• Tugas pokok TACF : mengendalikan perjalanan
pesawat dari saat dilepas ARTCC menuju bandara
(atau sebaliknya) serta mengatur jarak dan urutan
pesawat.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
19
TEKNIK SIPIL FT UMS
20

• TRACON (Terminal Radar Control) : jika


fasilitas TACF dilengkapi radar.
• TACF dibagi dalam beberapa sector
untuk menunjang keselamatan dan
mengimbangi beban kerja.
• Pengalihan tugas atau kendali ke ATC
tower saat posisi pesawat berjarak ± 5
mil dari bandara.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
20
TEKNIK SIPIL FT UMS
21

• Untuk arus yang sangat padat dan tidak


mampu petugas ATC menanganinya maka
pesawat harus ditunda kedatangannya di
wilayah ini → Metode Penumpukan (stacking
methode), yaitu pesawat diusahakan berada
pada pola lintasan balap yang tetap
(ditentukan) dan dipisah secara vertical
dengan jarak 1000 ft sampai kondisi aman
untuk masuk ke wilayah pengendalian ATC
dan dapat dilayani.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
21
TEKNIK SIPIL FT UMS
Bandara
22

• yang bertanggung jawab : petugas ATC


tower
• Wilayah : sekitar bandara sampai ruang
angkasa dekat bandara sejauh 5 mil dari
bandara
• Tugas pokok petugas ATC tower :
mengawasi, mengarahkan pesawat yang
datang dan berangkat dengan memberikan
informasi-informasi di bandara.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
22
TEKNIK SIPIL FT UMS
FSS (Flight Service Station = Stasiun
pelayanan penerbangan) 23

• Tugas pokok petugas FSS : melaporkan


secara singkat pada pilot, sebelum dan
selama terbang tentang cuaca, alat-alat
bantu navigasi yang dapat digunakan
serta kemungkinan jika ada perubahan-
perubahan dalam prosedur
penerbangan.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
23
TEKNIK SIPIL FT UMS
Alat Bantu Navigasi
24

• Alat Bantu Eksternal (di luar pesawat)


*)Di Atas Daratan :
- Selama perjalanan (External overland
enroute aids)
VOR; DME; TACAN,VOR-DMET,VORTAC ;
Radar pengawasan jalur udara.
- Terminal (External overland terminal aids)
ILS, MLS dan alat Bantu pendaratan lain.
*) Di Atas Air : selama perjalanan : LORAN
• Alat Bantu Internal (di dalam pesawat)
*) Di Atas Air : selama perjalanan
- Sistem Navigasi DOPPLER
- Sistem Navigasi Inersial (INS)
*) Di Atas Daratan : selama perjalanan & Terminal
- Sistem Navigasi DOPPLER
- Sistem Navigasi Inersial
PELUD-SENJA RUM (INS)
HARNAENI
24
TEKNIK SIPIL FT UMS
Alat Bantu Navigasi
25

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


25
TEKNIK SIPIL FT UMS
Alat Bantu Eksternal, Di Atas
Daratan : Selama perjalanan
(External overland enroute aids)
26

• VOR
• DME
• TACAN, VOR-DMET, VORTAC
• Radar pengawasan jalur udara.

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


26
TEKNIK SIPIL FT UMS
VOR (Very high frequency Omni Range)
27

• Adalah merupakan gelombang radio magnet


dan elektronik yang dipancarkan ke semua
bagian dengan dipakaikan pada pesawat pada
penerbangan yang mengarah sebagai suatu
rute yang disebut radial.
• Stasiun VOR bekerja dari 0 - 360º searah jarum
jam pada magnet U dengan selisih 1º, sehingga
terdapat 360 rute penerbangan.
• Agar bebas dari gangguan static, stasiun VOR
memancarkan sinyal radio dengan frequensi di
atas frekuensi stasiun radio FM. Jangkauan satu
stasiun VOR bervariasi, tapi biasanya < 200 nmi
(nautical miles).
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
27
TEKNIK SIPIL FT UMS
28

• Dalam menjalankan pesawat pada rute


penerbangan, mula-mula pilot dipandu
stasiun VOR kemudian melihat pada
indicator arah yang terdapat di kokpit
pesawat, yaitu PDI (Position Deviation
Indicator), adalah indicator dalam
pesawat yang menunjukkan arah
pesawat relative terhadap arah jalan
yang dituju.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
28
TEKNIK SIPIL FT UMS
29

• Pada indicator A : pesawat berada pada radial yang


dipilih dan jarum menunjukkan arah vertical dan
melalui tanda silang yang merupakan symbol untuk
pesawat terbang. Dengan kata lain, pesawat
bergerak sesuai arah dan radial yang dikehendaki.
• Pada indicator B : pesawat terbang dengan arah
sejajar radial yang dikehendaki tapi berada di
sebelah kanan radial yang dikehendaki.
• Pada indicator C : pesawat terletak di sebelah kanan
radial dan arahnya memotong arah yang dituju.

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


29
TEKNIK SIPIL FT UMS
Gambar Ilustrasi alat petunjuk peraga yang bergambar
pesawat yang menggunakan radial VOR
30

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


30
TEKNIK SIPIL FT UMS
DME (Distance Measuring Equipment)
31

• Adalah alat pengukur jarak (jarak udara antara


pesawat dengan stasiun VOR tertentu) yang
ditempatkan di stasiun-stasiun VOR.
• Dengan adanya DME ini pilot akan diberi tahu
tentang jarak antara pesawat dan stasiun VOR
yang diikuti itu. Satuan ukuran jarak ini adalah
dalam nmi (nautical miles, 1 nmi = 1,855 km).
• Pada perlengkapan pesawat penerima radio
yang terbang pada ketinggian 35000 ft dengan
langsung dapat segera menerima hubungan
dengan stasiun DME yang akan terbaca pada
jarak 5,8 nmi.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
31
TEKNIK SIPIL FT UMS
TACAN,VOR-DMET,VORTAC
32

• TACAN (Tactial Air Navigation) adalah alat


pengukur jarak dan azimuth, yang
dioperasikan pada gelombang frekuensi ultra
tinggi. TACAN biasa digunakan pada pesawat
militer taktis.
• FAA menempatkan pemakaian gabungan
antara pesawat penerbangan sipil dan pesawat
taktis militer dimana ukuran jarak dari
komponen TACAN dikombinasikan dengan
DME dan fasilitas VOR. VOR-DMET adalah
kombinasi antara VOR, DME dan TACAN.
VORTAC adalah stasiun-stasiun kombinasai
antara VOR dan TACAN.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
32
TEKNIK SIPIL FT UMS
RADAR PENGAWASAN JALUR UDARA
33

• Sebenarnya radar bukan alat Bantu navigasi.


Fungsi utamanya adalah memberikan letak
dari tiap pesawat melalui peraga visual pada
pengndali lalu lintas udara sehingga dapat
mengatur jarak diantara pesawat dan
menyelanginya jika dirasa perlu.
• Tapi karena radar dapat digunakan oleh
pengendali lalu lintas udara untuk menuntun
pesawat terbang jika diperlukan, maka radar
digolongkan sebagai alat bantu navigasi.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
33
TEKNIK SIPIL FT UMS
Alat Bantu Eksternal, Di
Daratan : Terminal → External overland terminal aids (alat
Bantu eksternal dalam terminal di atas daratan)
34

• ILS
• MLS
• alat Bantu pendaratan lain

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


34
TEKNIK SIPIL FT UMS
ILS (Instrument Landing System)
35

• Adalah terdiri dari 2 buah radio transmitters


(yaitu localizer dan glide slope) yang lokasinya
ada di bandara.
• Localizer (penentu letak untuk menentukan
posisi yang tepat untuk melakukan
pendaratan) berguna untuk memberitahu
pilot pada waktu akan mendekati runway
sudah tepat pada center line runway atau
terlalu ke kiri/kanan dari jalur yang
seharusnya. ( lihat Gambar (a) atau (b)).
Localizer terdiri dari antenna-antena yang
diletakkan pada perpanjangan sumbu runway
sejauh 1000 ft dari ujung runway. Sedang
bangunan transmisi (transmitter building)
diletakkan sekitar 300 ft dari sisi runway, yang
jauhnya sama dengan antena localizer.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
35
TEKNIK SIPIL FT UMS
36

• Glide slope (kemiringan luncur untuk


menunjukkan sudut luncur yang tepat untuk
menuju runway) berguna untuk memberi
petunjuk pada pilot apakah pada waktu akan
mendekati runway sudah pada sudut yang
betul atau terlalu menukik/landai.Variasi
glide slope berkisar 2 - 3º. (lihat Gambar (c)).
Fasilitas transmitter untuk glide slope
diletakkan antara 750 – 1250 ft dari runway
yang jaraknya sekitar 400 – 600 ft dari sisi-
sisi runway.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
36
TEKNIK SIPIL FT UMS
Gambar Sketsa guna localizer dan
glide slope. 37

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


37
TEKNIK SIPIL FT UMS
38

• Untuk lebih membantu pilot dalam


melakukan pendaratan, ada 2 buah
pemberi tanda biasanya dipasang kipas
angin (fan marker) bertenaga rendah
yang disebut pemberi tanda ILS (ILS
marker) sehingga penerbang dapat
mengetahui seberapa jauh lagi mereka
dapat mendarat.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
38
TEKNIK SIPIL FT UMS
39

• Pemberi tanda luar (LOM = Outer marker), dipasang


kira-kira 4-5 mil dari ujung runway
• Pemberi tanda tengah (MM = Midle Marker),
dipasang kira-kira 3000 ft dari ujung runway.
• Pemberi tanda dalam (IM = Inner Marker),
diletakkan sejauh 1000 ft dari ujung
landasan.Merupakan pemberi tanda tambahan
untuk operasi kategori II (second operations) yaitu
apabila kondisi jarak penglihatan sangat jelek. IM ini
ditempatkan sedemikian sehingga dpt memberi
peringatan pilot yaitu pada saat itu dia sudah
mempunyai kemampuan visual untuk melihat
landasan, kalau tidak ia harus terbang lagi atau
membatalkan pendaratan.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
39
TEKNIK SIPIL FT UMS
Gambar Pemberi tanda ILS
40

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


40
TEKNIK SIPIL FT UMS
Gambar Diagram skematis suatu system
pendaratan instrumentasi (ILS)
41

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


41
TEKNIK SIPIL FT UMS
MLS (Microwave Landing System/Sistem
Pendaratan Mikrogelombang) 42

• Sistem ini dipakai untuk menutupi


kekurangan/kelemahan system ILS.
Kelemahan ILS :
• Sistem ini merupakan pemancaran dari
daratan sehingga perlu persyaratan : areal
yang berhubungan dengan antenna harus
rata dan bebas rintangan (seperti gedung,
pesawat yang melakukan taxiing dan
tonggak-tonggak). Untuk mengatasi hal ini
diadakan perbaikan dengan melakukan
pemasangan antenna wave guide.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
42
TEKNIK SIPIL FT UMS
43

• ILS hanya mempunyai satu jalur (one path) yang


harus diiukti pesawat yang memakai ILS, padahal
banyak pesawat yang bisa approach dengan sudut
yang lebih tajam lagi terutama pesawat jenis STOL
(Short Take Off and Landing) yang dapat approach
dengan sudut tajam (sekitar 7º).(Gambar (a)). Untuk
mengatasinya digunakan MLS, sehingga akan banyak
diikuti oleh banyak pesawat karena bisa membentuk
sudut 1 - 15º pada bidang vertikalnya. (Gambar (b)).
Sedangkan pada bidang horisontalnya MLS dapat
memancarkan gelombang yang dapat diterima pada
area 20 - 60º dari center line runway. Pada ILS hanya
dapat untuk satu arah runway atau lurus.(Gambar
(c)).
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
43
TEKNIK SIPIL FT UMS
Gambar Perbedaan ILS dan MLS
44

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


44
TEKNIK SIPIL FT UMS
Kelebihan MLS
45

• KEMAMPUAN PENGURANGAN KEBISINGAN


• PENIADAAN KEHARUSAN BAGI PESAWAT
(BESAR ATAU KECIL) UNTUK IKUT RUTE
PENDEKATAN UMUM MENUJU LANDASAN
PACU.
• TIDAK MEMERLUKAN ALAT-ALAT BANTU
PEMBERI TANDA KARENA MAMPU
MENGUKUR JARAK PESAWAT DARI UJUNG
LANDASAN PACU.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
45
TEKNIK SIPIL FT UMS
Alat Bantu pendaratan lain
46

• radar-radar
• lampu penerangan

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


46
TEKNIK SIPIL FT UMS
Alat Bantu Eksternal, Di Atas Air : selama
perjalanan 47

• Alat bantu navigasi untuk penerbangan di atas


air yang utama adalah LORAN (long-range aerial
navigation/ navigasi areal jarak jauh) yang
terdiri dari stasiun-stasiun yang terletak di atas
darat.
• Dalam pesawat terbang, pesawat penerima
LORAN ditala pada 2 stasiun utama dan
pembantu yang membentuk suatu titik potong
dari dua garis kontur perbedaan waktu di
angkasa.
• Jangkauan LORAN dipengaruhi oleh waktu
(lebih besar malam hari daripada siang hari).
LORAN membutuhkan seorang navigator dalam
kokpit.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
47
TEKNIK SIPIL FT UMS
Alat Bantu Internal (di dalam pesawat) Di Atas
Air : selama perjalanan
48

• Sistem Navigasi DOPPLER


• Sistem Navigasi Inersial (INS)

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


48
TEKNIK SIPIL FT UMS
Sistem Navigasi DOPPLER
49

• Memberi informasi kepada penerbang


soal : kepesatan darat, sudut sumbu
pesawat relative terhadap lintasan
yang dikehendaki (sudut
penyimpangan), jarak pesawat dari
posisi yang tepat.
• Data yang diperlukan : garis lintang,
garis bujur, seluruh titik perjalanan
sepanjang rute dari A – B.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
49
TEKNIK SIPIL FT UMS
Sistem Navigasi Inersial (INS)
50

• Data yang diperoleh : kepesatan dan


arah angin, garis lintang dan garis
bujur pesawat setiap saat, dan waktu
yang diperlukan untuk mencapai titik
berikutnya.
• Data yang diperlukan sama dengan
DOPPLER.
PELUD-SENJA RUM HARNAENI
50
TEKNIK SIPIL FT UMS
Alat Bantu Internal (di dalam pesawat) Di Atas
Daratan : selama perjalanan dan Terminal
51

• Sistem Navigasi DOPPLER


• Sistem Navigasi Inersial (INS)

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


51
TEKNIK SIPIL FT UMS
REFERENCE :
52
:

• PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


BANDAR UDARA, ROBERT
HORONJEFF & FRANCIS X. McKelvey,
PENERBIT ERLANGGA, 1988

PELUD-SENJA RUM HARNAENI


52
TEKNIK SIPIL FT UMS

Anda mungkin juga menyukai