Anda di halaman 1dari 37

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN BETON
DAN BEKISTING
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

1. RUANG LINGKUP ......................................................................................... 1


2. ACUAN NORMATIF....................................................................................... 1
3. ISTILAH DAN DEFINISI................................................................................ 1
4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN............................................................ 5
4.1. Toleransi ................................................................................................... 5
4.2. Persyaratan Bahan ..................................................................................... 6
4.3. Persyaratan Kerja ....................................................................................... 8

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 10


5.1. Pekerjaan Beton ........................................................................................ 10
5.2. Pekerjaan Waterstop .................................................................................. 22

6. PENGENDALIAN MUTU ............................................................................... 23


6.1. Penerimaan bahan ..................................................................................... 23
6.2. Pengawasan ............................................................................................... 23
6.3. Perencanaan Campuran.............................................................................. 23

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN........................................................ 29


7.1. Pengukuran .............................................................................................. 29
7.2. Dasar Pembayaran.................................................................................... 30

LAMPIRAN - A Beton................................................................................................ 31

LAMPIRAN - B Agregat............................................................................................... 32

LAMPIRAN - C Proporsi dan Sifat Campuran............................................................. 33

LAMPIRAN - D Kuantitif Alat Penggetar Mekanis ..................................................... 34


Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

Spesifikasi Teknis
Pekerjaan Beton dan Bekisting

1. RUANG LINGKUP

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan beton. Pedoman ini
mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton tanpa tulangan,
beton pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan waterstop. Pedoman ini mencakup
penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan
pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar
pondasi tetap kering.

2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan
Kasar.
SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton

SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton

SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.

SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.

SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.

SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan untuk


Campuran Beton
SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur

SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti

SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton


dilaboratorium
SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton

SNI 03-2530-1991 : Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland

SNI 03-2531-1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland

SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk Campuran
Mortar dan Beton

1
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai Gelagar


Sederhana Dengan Sistem Beban Titik di Tengah

SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal

SNI 03-2854-1992 : Spesifikasi Kadar Ion Klorida dalam Beton

SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air

SNI 03-2915-1992 : Spesifikasi Beton Tahan Sulfat

SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural

SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap


Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat
SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton Segar

SNI 03-3419-1994 : Metode Pengujian Abrasi Beton di Laboratorium

SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi Ringan di Lapangan

SNI 03-3449-1994 Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan


Agregat Ringan
SNI 03-3976-1995 Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton

SNI 03-4141-1996 Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah


Pecah Dalam Agregat.
SNI 03-4142-1996 Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos
No.200 (0,075 mm).
SNI 03-4154-1996 Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan Balok Uji
Sederhana Yang dibebani Terpusat Langsung
SNI 03-4155-1996 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Patahan
Balok Bekas Uji Lentur
SNI 03-4156-1996 Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar

SNI 03-4169-1996 Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan Rasio Poison
Beton dengan Kompresor Ekstensometer
SNI 03-4430-1997 Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan
Alat Palu Beton Tipe n dan nr
SNI 03-4431-1997 Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua Titik
Pembebanan
SNI 03-4433-1997 Spesifikasi Beton Siap Pakai

SNI 03-4805-1998 Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam Beton Keras
Yang Memakai Semen Hidrolik
SNI 03-4806-1998 Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam Beton Segar
dengan Titrasi Volumetri
SNI 03-4807-1998 Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar Semen
Portland

2
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

SNI 03-4808-1998 Metode Pengujian Kadar Air dalam Beton Segar Dengan Cara
Volumetri
SNI 03-4809-1998 Metode Pengujian untuk membandingkan berbagai Beton
Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap Tulangan
SNI 03-4810-1998 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan

SNI 03-4811-1998 Metode Pengujian Rangkak Pada Beton Yang Tertekan

SNI 03-4812-1998 Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara Langsung

SNI 03-4817-1998 Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk Perawatan Beton

SNI 03-4820-1998 Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan Perubahan


Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen Yang Sudah Mengeras
SNI 03-6369-2000 Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji Silinder Beton

SNI 03-6429-2000 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Dengan Cetakan
Silinder Di Dalam Tempat Cetakan
SNI 06-6430-2000 Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding

SNI 06-6430.1- Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk Beton dengan
2000 Agregat praletak di Laboratorium

SNI 03-6430.2- Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut Untuk Beton dengan
2000 Agregat Praletak di Laboratorium

SNI 03-6451-2000 Metode Pengujian Kuat Lentur Adukan Semen Hidraulik

SNI 03-6477-2000 Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk Agregat

SNI 03-6805-2002 Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan Beton pada
Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada Umur
Berikutnya

SNI 03-6806-2002 Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang Struktural

SNI 03-6807-2002 Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan Air pada


Campuran Graut untuk Beton Agregat Praletak di Laboratorium

SNI 03-6808-2002 Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton Agregat


Praletak (Metode Pengujian Corong Alir)

SNI 03-6809-2002 Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode Maturity

SNI 03-6810-2002 Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan Bahan anorganik
dalam Air Untuk Campuran Beton

SNI 03-6811-2002 Spesifikasi Bahan Pencampur Untuk Beton Semprot

SNI 03-6812-2002 Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos Yang Dilas Untuk
Tulangan Beton

3
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

SNI 03-6814-2002 Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis untuk Tulangan


Beton

SNI 03-6815-2002 Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton

SNI 03-6816-2002 Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton

SNI 03-6817-2002 Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam Beton

SNI 03-2461-2002 Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktur

SNI 03-6817-2002 Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam Beton

SNI 03-6717-2002 Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat

SNI 03-6889-2002 Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat

3. ISTILAH DAN DEFINISI

3.1. Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm
sampai 4 mm.
3.2. Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai
31,5 mm.
3.3. Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil pengeboran
beton pada bangunan yang sudah dilaksanakan.
3.4. Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
membentuk masa padat
3.5. Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m
3.6. Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat
karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).
3.7. Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc'=15 Mpa dengan
batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm.
3.8. Construction joint adalah sambungan konstruksi beton
3.9. Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara.
3.10. Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan tetap
mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu
yang diperlukan beton dalam masa perawatan.
3.11. Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang tekan benda uji.
3.12. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda
uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin
tekan.

4
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

3.13. Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan alumunium yang
bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa membentuk
senyawa bersifat cementitious.
3.14. Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu adukan.
3.15. Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang mengandung silica
amorf yang dihasilkan dari elemen silica atau senyawa ferro-silica.
3.16. Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif daro
beton segar
3.17. Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran dengan
cukup banyak dan sangat berbeda

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
4.1. Toleransi
1) Bangunan Beton
a) Batas penyimpangan pada gambar - gambar plat, balok mendatar dan pengganti
pagar Terlihat 1 cm setiap 3 m Tertimbun 5 cm setiap 3 m.
b) Penyimpangan dalam dimensi potongan melintang dari kolom, pilar, lantai,
dinding, balok dan sebagainya. Minus 1 cm Plus 5 cm.
c) Penyimpangan pada plat jembatan Minus 1 cm Plus 2 cm.
d) Dasar pondasi Penyimpangan ukuran - ukuran dalam perencanaan Minus 1 cm
Plus 5 cm
e) Salah penempatan atau penyimpangan 2% dari lebar dasar pondasi, terhadap
rencana tidak lebih dari 5 cm.
f) Pengurangan ketebalan 5 %.
g) Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang terbuka 5 cm
h) Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk pintu.
g) Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang terbuka 5 cm
h) Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk pintu dan
bangunan-bangunan air yang serupa 0.5 %
i) Penempatan tulangan baja
- Penyimpangan untuk beton pelindung 10%
- Penyimpangan dari tempat yang seharusnya 2 cm
j) Perletakan beton pra cetak
- Penyimpangan terhadap trase yang seharusnya dibangun 1% dari panjang beton
pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
- Penyimpangan terhadap elevasi rencana adalah 1% dari panjang beton pra
cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
- Penyimpangan garis unting setiap beton pra cetak yang ditempatkan vertikal
tidak boleh lebih dari 1 cm setiap 3 m.

2) Pekerjaan Water Stop


Penyimpangan pemasangan as dari water stop untuk kearah kanan dan kiri +5 mm

5
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

4.2. Persyaratan Bahan


1) Bangunan Beton
a) Semen
(1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland
yang memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV.
Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan
gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh
lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
(2) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika di dalam satu
proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk
semen yang digunakan.
b) Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam,
basa, gula atau organis. Air harus atas persetujuan direksi pekerjaan. yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan. Jika timbul keraguan atas mutu air
yang diusulkan maka dilakukan pengujian air sesuai ketentuan dalam SNI 03-
6817-2002 dan harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar
semen dan pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai
air suling. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan
air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan
mortar dengan air suling pada periode perawatan yang sama.
c) Agregat
(1) Ketentuan Agradasi Agregat
- Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut
harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan.
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau
antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana
beton harus dicor.
(2) Sifat-sifat Agregat
- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian (jika
perlu) kerikil dan pasir sungai.
- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan
oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya
bila contoh-contoh diambil dan iuji sesuai dengan prosedur
yang berhubungan.

d) Batu untuk Beton Siklop


Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan tidak
rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari kotoran,
minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan

6
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

beton. Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih besar
dari 25 cm.
e) Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja
beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus
sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.
(1) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama
proses
pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan
standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991.
Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya
sebagai berikut :
(a) Tipe A - bahan pengurang kadar air
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan
pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam
campuran sesuai dengan workability yang diinginkan, atau untuk
meningkatkan workability ada angka water-cement rasio yang
telah ditetapkan.
(b) Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan Tipe B
berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen,
sehingga akan memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah
jenis ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas,
dimana waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal
menjadi sangat pendek dikarenakan suhu yang tinggi.
(c) Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan Tipe C
berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen, yang
akan mempercepat pengerasan dari beton sehingga mempercepat
kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik pembuatan beton
precast (dimana perlu pelepasan bekisting secepatnya), atau pekerjaan
perbaikan yang sangat penting.
(d) Tipe D - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
memperlambat waktu pengikatan Bahan tambah ini untuk menambah
workability, dimana beton mempunyai kekuatan tinggi dapat dibuat
workabel tanpa mengurangi density, ketahanan dan kekuatannya.
Perlambatan waktu pengikatan sangat berguna untuk waktu
pengangkutan adukan beton yang lama ke tempat pengecoran,
pengecoran dalam kondisai yang sangat panas dan menghindari cold
joint.
(e) Tipe E - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan mempercepat
waktu pengikatan. Bahan tambah ini untuk menambah workability dan
memberikan kekuatan awal yang tinggi, atau memberikan kekuatan
awal yang lebih tinggi pada workability yang sama. Bahan tambah ini
digunakan pada precast karena memungkinkan pelepasan bekisting

7
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

lebih awal dan dipakai untuk pekerjaan perbaikan dimana kekuatan


awal sangat diperlukan.
(f) Tipe F - bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi atau
superplasticizer. Tipe F atau Superplasticizer adalah bahan tambah
yang mengurangi air dalam campuran dengan cukup banyak dan
sangat berbeda dengan Tipe A, D atau E. Penggunaan bahan ini
digunakan membuat beton alir (flow concrete) untuk menjangkau
tempat yang tak terjangkau oleh pengetar dan beton pompa (pumping
concrete) pada jenis bangunan yang rumit.
(g) Tipe G - campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka
tinggi atau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu
pengikatan. Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F dan
Tipe B, tetapi slump loss-nya lebih kecil bila dibandingkan dengan
beton yang menggunakan superplasticizer.
(2) Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash,
Pozzolan, silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Bahan
tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar spesifikasi yang
ditentukan dalam SNI 03-2460-1991.
2) Pekerjaan Waterstop
a) Waterstop yang dipergunakan harus terbuat dari bahan polyvinychlorida dalam
bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti yang diberikan pada gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan.
b) Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu campuran
plastik elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC) 100% didapat, homogen
dan tidak berlubang-lubang atau cacat lainnya.

4.3. Persyaratan Kerja


1) Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan digunakan
dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan sesuai
dengan Pasal ini.
b) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing
mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton
dimulai.
c) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian
pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi Pekerjaan sehingga
data tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.
d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 7 hari dan 28
hari setelah tanggal pencampuran
e) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan terinci untuk
seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari
Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
f) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis mengenai
rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton untuk
mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam sebelum tanggal pelaksanaan,

8
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

seperti yang disyaratkan disertai dengan metode pengecoran, kapasitas


peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil dan jadwal pelaksanaannya
2) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
a) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat yang
terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai kayu dengan
ketinggian tidak kurang dari 30 cm dari permukaan tanah serta ditutup dengan
lembaran plastik (polyethylene) selama penyimpanan dan tidak lebih dari 3
bulan sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi pekerjaan. Semen
tidak boleh ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah atas.
b) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat penyimpanan
agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar matahari dan hujan
sepanjang waktu pengecoran.
c) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis agregat
atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.
3) Kondisi Tempat Kerja
Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari secara
langsung. Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan pengecoran jika
: Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam. Selama turun hujan atau bila udara
penuh debu atau tercemar.
4) Pencampuran dan Penakaran
a) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan sesuai dengan SNI 03-
2834-2000.
b) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan
rancangan campuran serta bahan yang diusulkan sesuai dengan SNI 03-2834-
2000, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis
instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
5) Permukaan Tampak
a) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat bersih dan tidak
keropos.
b) Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat.
c) Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan setiap beton yang
kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman tertentu dan diganti atau
diperbaiki dengan cara seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan atas biaya
Penyedia Jasa.
6) Blockout
a) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagian-bagian bangunan dari
pekerjaan besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan dibuat,
dikasarkan, dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk paling sedikit 4
jam. Sesudah permukaan demikian disetujui Direksi Pekerjaan, maka pekerjaan
logam dan lainnya seperti tersebut diatas, dapat dilaksanakan. Penyedia Jasa
dapat memasang tulangan (jika diperlukan) dan adukan beton dengan 500 kg
semen atau lebih per meter kubik, atau beton dari tipe yang sama.
b) Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhati-hati, harus

9
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan beton
lama dan semua pekerjaan besinya.
7) Waterstop
a) Untuk penempatan waterstop tipe split flange yang tepat, sebelum pengecoran
beton berakhir bagian split flange harus disambungkan dengan cara yang
disetujui.
b) Alur waterstop dibuat dengan memotong dan menyambung waterstop kearah
memanjang sesuai dengan kebutuhannya, memanaskan ujung-ujungnya sampai
meleleh dan menyambungkannya sampai membentuk sambungan yang
diinginkan.
c) Pemanasan ujung material dikerjakan dengan menggunakan mesin penyambung
yang disarankan oleh pabrik yang membuat waterstop atau mesin listrik lain
yang disetujui.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan beton,
bekisting dan waterstop harus memuat :
5.1. Pekerjaan Beton
1) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
(1) Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan
diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar
untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.
Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan dalam dari Spesifikasi ini.
(2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dan harus
membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton
yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut
pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil
untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan
mudah dan aman.
(3) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah
yang berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor
di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus
untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau
cofferdam dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
(4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong)
harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran.

10
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

(5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan
lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini.
(6) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau
pengecoran beton. Penyedia Jasa dapat diminta untuk melaksanakan
pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung
tanah di bawah pondasi.
(7) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah
dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti
bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan
tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
(8) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan
berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar.
Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan
seperlunya.
b) Cetakan Beton
i. Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
ii. Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari
kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran-
ukuran yang ada di dalam gambar.
iii. Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri
adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan
lainnya dengan tidak berubah bentuk.
iv. Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar cetakan
sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan, walaupun demikian
penyerahan tersebut kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui, tidak
mengurangi tanggung jawab Kontraktor bagi keberhasilannya.
v. Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus bebas
dari sampah, paku, alur-alur, belahan, atau cacat-cacat lainnya. Mengisi
celah-celah sambungan cetakan beton harus berhati-hati dan
dilaksanakan sedemikian rupa agar sanggup mengembang dibawah
pengaruh kelembaban beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk
cetakan, celah-celah harus diisi secukupnya untuk mencegah hilangnya
air semen. Bagaimanapun penggunaan kertas dengan tegas dilarang.
vi. Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan, pembuangan

11
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat sedemikian rupa
hingga dapat dengan mudah ditutup sebelum pengecoran dimulai.
vii. Sebelum pengecoran beton semua baut-baut harus dipasang pada
posisinya, semua yang diperlukan dan alat-alat lain untuk menutup
lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat
lubang didalam beton tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
viii. Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak diijinkan
dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.
ix. Lubang-bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah cetakan
dibongkar.
x. Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya
tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk.
Semua permukaan cetakan yang menempel dengan beton harus dilumasi
dengan oli untuk memastikan bahwa cetakan dapat dibuka dengan
mudah.
xi. Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang dan
harus berhati-hati mencegah pelumas jangan sampai mengenai besi
tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian semua celah-celah cetakan
yang telah diisi dengan dempul harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila
cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa
oleh Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan mengecor bila cetakan
belum disetujui Direksi Pekerjaan.
xii. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan
sekurang- kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap
untuk diperiksa.
c) Pencampuran Beton
(1) Perbandingan Campuran
i. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan
bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama-sama dan
digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan.
ii. Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28
hari dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel di
bawah ini :

12
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

Tabel 1 Klasifikasi Beton berdasarkan Besarnya Tekanan

Kuat Perkiraan
Kuat Ukuran
tekan Nilai faktor kebutuhan
tekan agregat
umur 28 air semen semen
umur 7 maksimum
Tipe Campuran Beton hari maksimum 3
hari ( mm )
(kg/cm ) (%) (kg/m )
(kg/cm )

AR fc' = 25 MPa (K-300) 195 300 20 50 400


147 225 50 330 (350)
A fc' = 22,5 MPa (K-225 40 (20)

114 175 40 50 310


B fc' = 15 MPa (K-175)

82 125 40 57 250
C fc' = 10 MPa (K-125)

D fc' = 10 MPa (K-100 ) 65 100 40 60 200

Tabel 2 Klasifikasi Jenis Beton

Tipe Uraian

AR Beton bertulang untuk melapis lantai permukaan bendung, mercu dan


tembok bendung
A Beton, pipa beton pra cetak, tiang beton pra cetak dan sebagainya
B Beton bertulang untuk bangunan lainnya dan lining beton
C Beton tumbuk
D Beton tumbuk untuk lantai kerja dan pengisi

iii. Proporsi campuran untuk masing-masing klas beton diatas akan


diberikan oleh Direksi, berdasarkan hasil-hasil test Percobaan
campuran yang dikerjakan Penyedia Jasa.
iv. Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu untuk
mendapatkan kepadatan maksimum dari beton, kemudahan
pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan faktor air semen yang
sekecil mungkin dengan persetujuan Direksi tidak ada tambahan biaya
atas perubahan tersebut.
v. Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Direksi, dalam batas
yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen pada beton
dengan kekentalan yang benar. Tidak diperkenankan penambahan air
untuk mengatasi mengerasnya beton sebelum ditempatkan.

13
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

Keseragaman kekentalan beton pada setiap adukan adalah perlu.


Slump dari pada adukan beton harus mengikuti tabel di bawah ini,
setelah beton diendapkan.

Tabel 3 Nilai Slump Beton


Tipe Campuran Tipe Konstruksi Besaran Nilai
Slump

AR Mercu lantai dan tembok bendung 7,5 - 2,5


A Unit beton pra cetak 12,5 - 5,0
Plat dan balok jembatan
B Klas I dan Klas II 15,0 - 7,5
Plat, dinding, baloktembok dan dermaga 12,5 - 5,0
C Talud pada transisi 5,0 - 2,5
Konstruksi massal 7,5 - 2,5
D Trotoar, gorong – gorong 7,5 - 5,0
Pondasi 9,0 - 2,5

(1) Penakaran
i. Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui Direksi
Pekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan seperti yang
diperlukan agar secara tepat mengontrol dan menentukan jumlah dari masing-
masing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
ii. Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu) hingga 5 (lima)
meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan dengan mencampurkan
agregat, semen, bahan additive (bila perlu), dan air menjadi suatu campuran
yang merata tanpa pemisahan-pemisahan. Juga mampu mengimbangi
perubahan-perubahan kadar air dari agregat, serta merubah berat material-
material yang ikut tercakup.
iii. Jumlah masing-masing bahan yang membentuk beton tersebut dapat ditentukan
dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur dengan takaran. Meskipun
demikian material beton dapat juga diukur secara volume, bilamana
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
iv. Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar dan
peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap-tiap skala
pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian periodik terhadap
perubahan harga pengukuran dalam pekerjaan-pekerjaan adukan.

(2) Mesin Pengaduk Beton


i. Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar dalam
waktu yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali sejumlah air yang
diperlukan sudah ada dalam alat pengaduk tersebut.
ii. Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu
pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang volumenya 3 kali

14
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

lebih besar dari 0,75 m harus ditambah seperempat menit pada setiap 3 kali
penambahan 0,5 m .
iii. Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi kapasitas
maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang dianjurkan pabrik
pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan beton dengan kekentalan dan
warna yang merata secara menerus dan disetujui Direksi Pekerjaan.
iv. Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum melakukan
pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan, tidak boleh digunakan
dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang ada dalam alat pencampur perlu
diganti bila telah aus menjadi 2 cm.

(3) Truk Pencampur


i. Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum-drum yang ada
pada truk pencampur harus berputar dengan kecepatan yang dianjurkan oleh
Pabrik.
ii. Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah bahan-
bahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur, setelah itu beton dapat
diangkut menuju tempat pekerjaan dan satu jam setelah penambahan air
pengecoran harus selesai.
iii. Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat mengeras,
waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai dengan petunjuk Direksi
Pekerjaan.

(5) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia


i. Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali jika situasi
tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin pencampur setelah mendapat
persetujuan Direksi Pekerjaan.
ii. Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan, sedekat mungkin
ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus dilakukan dibak pengaduk
yang bersih dan kedap air. Jika bak dibuat dari kayu, maka sela-sela kayu
harus ditutup agar tidak ada kehilangan air dari adukan.
iii. Semua agregat dan semen harus diaduk-aduk dalam keadaan kering sekurang-
kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan berangsur-angsur dipuncak
adukan, selanjutnya agregat kembali diaduk dalam keadaan basah,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sebelum adukan diangkat ketempat
pengecoran

2) Pengecoran
a) Pelaksanaan Pengecoran
i. Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final
setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan
akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk

15
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa


tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
ii. Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan,
pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika Direksi Pekerjaan atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
iii. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan
air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
iv. Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan dan
penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan butiran.
v. Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu,
berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu
dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar dari lapisan bawah
dengan alat penggetar (vibrator)
vi. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi
tulangan dan bagian-bagian yang ditanam, cetakan dan perancah belum
diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan secara tertulis.
vii. Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi
pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar cetakan cukup
rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton setebal 3 cm, dengan
spesi yang sama dengan yang dibutuhkan oleh beton diatasnya.
viii. Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera dibuang. Semua
pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit telah keluar dari mesin
pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi.
ix. Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan
atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus
segera dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru saja dicor
selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang
akan ditentukan kemudian.
x. Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus
ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal,
dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan dan
membentuk ikatan sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan
oleh Direksi Pekerjaan .
xi. Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau
disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap
lembab dan dilindungi dengan mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2
setebal 1 cm.
xii. Beton harus dicor pada posisi dan urutan - urutan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan. Beton yang dicor
ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari
pemisahan butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian -
bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan - lapisan yang tidak lebih
tebal dari 40 cm padat.

16
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

xiii. Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan ditentukan


pada gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
xiv. Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta dorong
lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Direksi Pekerjaan untuk
menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan kemudian diambil lagi
dengan sekop sebelum dicorkan.
xv. Pengecoran beton tumbuk / lantai kerja dikerjakan pada urutan sebelumnya
atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus dikerjakan secara menerus
sampai dengan selesai. Bila perlu Penyedia Jasa harus bekerja lembur
untuk mencapai target tersebut.

b) Pemadatan
i. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan
alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat
penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari
satu titik ke titik lain di dalam acuan.
ii. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut,
di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser
tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
iii. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
iv. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh
diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
v. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di
dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi
sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor sehingga
menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila
alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat
tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi
lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm. Alat penggetar tidak boleh berada
pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
vi. Jumlah minimum alat penggetar mekanis
vii. Apabila kecepatan pengecoran 20 m / jam, maka harus digunakan alat
penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
viii. Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi
waktu ikat awal (initial setting).

3) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)


a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-

17
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

elemen bangunan kecuali ditentukan demikian.


b) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya
harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
c) Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat bangunan tetap monolit.
d) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke dalaman
paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding.
Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan
cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m .
e) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan jika pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan
beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
g) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak
diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di
atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
4) Beton Siklop
a) Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari
tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang
dikhawatirkan akan merusak bentuk cetakan atau pasangan-pasangan lain
yang berdekatan.
b) Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan.
Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume
pekerjaan beton siklop.
c) Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap
batu harus dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar
batu pecah maksimum 30 cm dan jarak terhadap permukaan minimum 15 cm.
Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping).

5) Lining Beton
a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada Gambar
atau ditentukan lain oleh Direksi.
b) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai dengan
ketentuan.
c) Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul selesai
dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan.
d) Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Direksi,
dilaksanakan sesuai dengan gambar-gambar detail yang ada terutama yang
telah disetujui Direksi Pekerjaan.
e) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau

18
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

petunjuk Direksi Pekerjaan.


6) Pekerjaan Pondasi Beton
a) Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus
membersihkan semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan tanah,
reruntuhan, plastik, sisa kertas dan genangan air yang ada sesuai dengan
permintaan Direksi Pekerjaan.
b) Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang dicor
bersih dari genangan air.
c) Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Direksi Pekerjaan
memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi tersebut.
d) Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Ketebalan lapisan lantai kerja beton harus dibuat sesuai
dengan gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan.
e) Jika tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, sebelum melakukan
pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah
bersih.
f) Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan dibuat
bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen
ditempatkan diatasnya.
g) Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen-pasir yang
sama dengan perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.
h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau
proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.
7) Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom
yang tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah
pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh
perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak
boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan
paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton.
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan
untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah
(parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam
waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam,
tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
- Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam
yang telah digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati
badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit
2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan
ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus
dibersihkan.
- Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang

19
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi bangunan atau fungsi


lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-
lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
- Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat
keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound),
membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton.
Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air,
tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya
lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian
semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat
dan didiamkan sekira 30 menit sebelum dipakai agar dicapai
penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak susut (non
shrinkage cement).
c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut
ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
- Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar
bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan
segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual
sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan
melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai
mengeras.
- Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk
trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau
cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
sebelum beton mulai mengeras.
- Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium),
dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya.
Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai
dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton.
Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan,
ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh
permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus
dibiarkan tertinggal di tempat.
d) Perawatan Beton
1) Perawatan dengan Pembasahan
i. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan
dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton
harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin
dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan
untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen
dan pengerasan beton.
ii. Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan

20
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran


bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling
sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan
penyerap air harus menempel pada permukaan yang dirawat.
iii. Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut
harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar,
untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan
beton.
iv. Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi
retak susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal
5 cm paling sedikit selama 21 hari.
v. Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi,
harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan
rancangan beton berumur 28 hari.
2) Perawatan dengan Uap
i. Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi,
tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan Direksi
Pekerjaan.
ii. Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton
telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini:
- Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi
tekanan luar.
- Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh 0 melebihi
38 C selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur
dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 65 C dengan kenaikan
temperatur maksimum 14 C / jam secara bertahap.
- Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak 0 boleh
melebihi 5,5 C.
- Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara 0 bertahap dan
tidak boleh lebih dari 11 C per jam.
- Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang 0 penguapan tidak
boleh lebih dari 11 C dibanding udara luar.
- Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air.
- Semua bagian bangunan yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi
selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
iii. Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan
temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan
tidak tergantung dari cuaca luar.
iv. Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi
secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan
menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.

21
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

3) Perawatan dengan Cara Lain


i. Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera sesudah air
meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya
dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung
sebelum lapisan membran cukup kering, atau seandainya lapisan membran rusak
maka harus dilakukan pelapisan ulang lagi.
ii. Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan
lembaran kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari
permukaan beton. Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini
dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak terbang/pindah tertiup angin dan
apabila ada kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama periode perawatan
berlangsung.
iii. Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai
dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa
perawatan

5.2. Pekerjaan Waterstop


1) Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang waterstop dari bahan
polyvinychlorida dalam bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti yang
diberikan pada gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Untuk penempatan
yang tepat, waterstop tipe split flange, sebelum pengecoran beton berakhir bagian
split flange harus disambungkan dengan cara yang disetujui sehingga tidak ada
beton atau mortel dapat masuk kedalam celah-celah diantara dua bagian split dari
flangenya tersebut.
2) Penyedia Jasa harus menyediakan semua material, peralatan dan tenaga listrik yang
diperlukan untuk menyambung dan memasang waterstop tersebut. Alur waterstop
dibuat dengan memotong dan menyambung waterstop kearah memanjang sesuai
dengan kebutuhannya, memanaskan ujung-ujungnya sampai meleleh dan
menyambungkannya sampai membentuk sambungan yang diinginkan. Pemanasan
ujung material tersebut dikerjakan dengan menggunakan mesin penyambung yang
disarankan oleh pabrik yang membuat waterstop atau mesin listrik lain yang
disetujui.
3) Untuk mendapatkan as waterstop sesuai gambar, Penyedia Jasa harus memasangnya
dengan hati-hati dan tepat berikut menyambungnya.
4) Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu campuran plastik
elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC) 100% didapat, homogen dan tidak
berlubang-lubang atau cacat lainnya.

22
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

5) Waterstop harus diuraikan disini harus memenuhi kelayakan fisik sebagai berikut :

Berat jenis : 1,33 ± 0,03 pada suhu 23 c


Tegangan tarik : 155 sampai 176 kg/cm pada
suhu 23 c
Kekenyalan : 360 % sampai 400 % pada suhu
23 c
Batas kerapuhan : - 48 c

Durometer : 65 - 75

6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan
beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
6.1. Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan)
harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa
bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus
sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton, Bekisting dan
Waterstop.
6.2. Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang
mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan kerja.
6.3. Perencanaan Campuran
1) Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a) Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya
dinyatakan dengan nilai "slump") seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan
pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal
menyetujui penggunaannya secara terbatas. Kelecakan (workability) dan
tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada
pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air,
dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh
permukaan yang rata, halus dan padat.
b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan
contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990, SNI
03- 4810-1998, SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991.
c) Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari hasil yang
rendah tersebut diketahui dengan pasti dan diambil tindakan-tindakan yang
menjamin bahwa produksi beton berikutnya memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak

23
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang


tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana
disyaratkan di atas. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan
jika hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang
dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton karakteristik yang
diperoleh dari rumus yang diuraikan.
d) Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan
Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan perbaikan dalam meningkatkan mutu
campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari. Dalam
keadaan demikian, Penyedia Jasa harus segera menghentikan pengecoran
beton yang diragukan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil
pengujian kuat tekan beton umur 7 hari diperoleh, sebelum
menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan
menelaah kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera
memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Tindakan tersebut
tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari
saja, kecuali bila Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan sepakat dengan
perbaikan tersebut.
2) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang sulit
diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan agregat,
dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak
berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian
yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan. Pengadukan
kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara
lain tidak diijinkan. Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya
diijinkan bila telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen
dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis
dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran
percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
d) Bahan Tambahan (admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran bahan tambahan yang akan
digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui
pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini
harus mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila akan digunakan bahan tambahan

24
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

berupa butiran yang sangat halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat
cementious seperti abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag
besi (iron furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai
bahan utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar Rencana
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal penggunaan bahan tambahan
dalam campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan
beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja
beton segar (fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
- Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air;
- Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi
kelecakan.
- Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
- Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
- Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume
beton (ekspansi);
- Mengurangi terjadinya bleeding;
- Mengurangi terjadinya segregasi.

Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan tambahan


campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
- Meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung)
- Meningkatkan kekuatan pada beton muda
- Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan
beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi.
- Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut
- Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
- Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton)
- Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat
- Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
- Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan
- Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan

Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan secara


hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual penggunaannya, serta
dengan proses pengadukan yang baik, agar pengaruh penambahannya pada
kinerja beton bisa dicapai secara merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini
perlu dimengerti bahwa dosis yang berlebih akan dapat mengakibatkan
menurunnya kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat menimbulkan
kerusakan pada beton.

25
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

3) Pelaksanaan Pencampuran
a) Penakaran Agregat
i. Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu
beton fc' < 20 MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-
3976- 1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran
harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara
dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus
ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh
melebihi kapasitas alat pencampur.
ii. Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan
(SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka
harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi agregat di lapangan.
Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering permukaan dapat
dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat dengan air secara
berkala paling sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi
jenuh kering permukaan.
iii. Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih
berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan penakaran
bahan-bahan beton termasuk saringan agregat pada perangkat ready mix.
b) Pencampuran
i. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
ii. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur
yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
dalam setiap penakaran.
iii. Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama masukkan
sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai kondisi yang
cukup basah, dan selanjutnya masukkan seluruh semen yang sudah ditakar
hingga tercampur dengan agregat secara merata. Terakhir masukkan sisa air
untuk menyempurnakan campuran.
iv. Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus sudah
dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu 3
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m atau kurang harus sekira 1,5
menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk
3 tiap penambahan 0,5 m .
v. Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus dilakukan
sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran
beton dengan cara manual harus dibatasi hanya pada beton non-bangunanal.

4) Pengujian Campuran
a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang

26
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan


oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya. Nilai slump pada setiap campuran tidak
boleh berada diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan .
b) Pengujian Kuat Tekan
i. Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set)
untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan
untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen bangunan
yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
ii. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda
uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari contoh yang sama
dengan benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium.
iii. Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran
atau komponen bangunan yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah
terbanyak diantara keduanya.
iv. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran
secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus dibuat 1 set benda uji dan
untuk setiap komponen bangunan yang dicor terpisah minimal diambil 3 set
benda uji.
v. Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready
mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). RPT0-Pd1setT-xx-xxxx
= 3 buah
benda uji.
vi. Setiap
viii. Kekuatan betonsetditerima
pengujiandengan minimum
memuaskan tersebut harus diuji dari
bila fc karakteristik untuk
bendakuat tekan
betonbesar
uji lebih umuratau 28 hari.
sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung
dengan rumus sebagai
vii. Apabila dalam pengujian berikut : kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan
nilai ± kuat
fc'= fcm k.S ,tekan
di manayangS>menyatakan
5% antara dua nilai buah benda
deviasi uji dalam
standar dari hasilset tersebut,
uji
tekan,maka
dan kbendaadalahuji ketiga yang
konstanta dalam set tersebut
tergantung padaharus
jumlah diuji
hasilkuat
kuattekannya.
tekan Hasil
dari kuat
bendatekan uji (k=1,64 untuk jumlah
yang digunakan hasilperhitungan
dalam kuat tekan statistik
benda ujiadalah
lebih hasil
besardari 2
atau buah
sama benda
denganujidari 30)
yang berdekatan nilainya.
2
viii Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda
n

lebih
uji f
ci cm 
f
besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung
i
S dengan rumus sebagai berikut : fc'= fcm ± k.S , di mana S menyatakanRPT0-Pd T-xx-xxxx
n1
nilai deviasi standar
dimana, dari hasil
viii. Kekuatan uji tekan,
beton diterima danmemuaskan
dengan k adalahbilakonstanta yang
fc karakteristik dari benda
uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung
tergantung
fc' = Kuat pada karakteristik
tekan beton jumlah dengan
hasil rumus
kuat sebagai
tekan dariberikut :benda uji (k=1,64 untuk
jumlah
fci = Kuat tekanhasil kuat
beton yangtekan
diuji benda uji lebih besar atau sama dengan
fc'= fcm ± k.S , di mana S menyatakan daristandar
nilai deviasi 30) dari hasil uji
tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil kuat tekan
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah hasil kuat tekan benda uji lebih besar
atau sama dengan dari 30)
n 2

f f
ci cm
i
S
n1
dimana,
fc' = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata

27
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

ix. Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85 fc'.
x. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka
harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan
berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas
daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.
xi. Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu uji bor
(core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian
yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji
bor inti pada daerah yang tidak membahayakan bangunan untuk setiap hasil
uji tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah seperti
disebutkan di atas.
xii. Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari
ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc', dan tidak satupun
dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc'. Dalam
hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor
inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan
beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan
dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
c) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut
meliputi :
i. Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan)
ii. Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang dipertanyakan
iii. Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton
iv. Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
(4) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
i. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi
ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan,
harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan antara lain
ii. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan;
iii. Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;
iv. Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh pada
bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.
v. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta
Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin

28
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan
meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
vi. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan ketentuan
dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail rencana perbaikan
untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai pekerjaan.

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton harus memuat :
7.1. Pengukuran
1) Pekerjaan Beton
a) Cara Pengukuran

i. Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada
pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa
dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam
seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau lubang
sulingan (weephole).
ii. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk
acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir
permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk
penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah
dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
iii. Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja tulangan dan
mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan bangunan yang telah
selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada
Bagian lain dalam Spesifikasi ini.
iv. Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
bangunan atau beton tidak bertulang. Beton Bangunan harus beton yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc’=20 MPa (K-
250) atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang harus beton yang disyaratkan
atau disetujui untuk fc’=15 MPa (K-175) atau fc’=10 Mpa (K- 125). Jika
beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk
digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah, maka
volumenya harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih
rendah.
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
i. Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran
harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan semula telah
memenuhi ketentuan.
ii. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar
semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga tidak untuk tiap pengujian

29
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk
mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
2) Pekerjaan Waterstop
Pengukuran pembayaran pekerjaan waterstop dibuat berdasarkan meter panjang
terpasang, sesuai as waterstop seperti terlihat pada gambar.

7.2. Dasar Pembayaran


Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar
Kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh penyediaan
dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata Pembayaran lain,
termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk pencampuran,
pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua biaya lainnya yang
perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang
diuraikan dalam Bagian ini.

Satuan
No Uraian Pengukuran

1. Beton mutu sedang dengan fc'=30 MPa (K-350) Meter Kubik

2. Beton mutu sedang dengan fc'= 25 MPa (K-300) Meter Kubik

3. Beton mutu sedang dengan fc'= 20 MPa (K-250) Meter Kubik

4. Beton mutu rendah dengan fc'= 15 MPa (K-175) Meter Kubik

5. Beton Siklop fc'=15 MPa (K-175) Meter Kubik

6. Beton mutu rendah dengan fc'= 10 MPa (K-125) Meter Kubik

7. Waterstop Meter Panjang

30
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

LAMPIRAN – A
Beton
(Normatif)
Tabel A.1 Mutu beton dan penggunaan

Jenis Beton fc’ σbk’ Uraian


(MPa) (Kg/cm2) Uraian

Mutu tinggi 35 – 65 K400 – K800 Umumnya digunakan untuk beton prategang


seperti tiang pancang beton prategang, gelagar
beton prategang, pelat beton prategang dan
sejenisnya.
Mutu sedang 20 – < 35 K250 – <K400 Umumnya digunakan untuk beton bertulang seperti
pelat lantai jembatan, gelagar beton bertulang,
diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong
beton bertulang, bangunan bawah jembatan.
Mutu rendah 15 – <20 K175 – <K250 Umumya digunakan untuk bangunan beton tanpa
tulangan seperti beton siklop, trotoar dan pasangan
batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu.
10 – <15 K125 – <K175 digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan
kembali dengan beton

Tabel A.2 Jumlah Pengambilan Contoh Tanah Segar

No. Macam Pengujian Volume contoh (liter)


1 Slump 8
2 Berat Jenis 6
3 Kadar Udara 9
4 Uji kuat tekan (3 contoh) 28
5 Uji kuat lentur (3 contoh) 28
6 Uji Kuat Tarik (3 contoh) 28
7 Uji Modulus Elastis (3 contoh) 28

31
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

LAMPIRAN – B
Agregat
(Normatif)

Tabel Ketentuan Agradasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat

Inchi (in) Standar Halus Kasar


(mm)
# 467 # 57 # 67 #7

2 50.8 - 100 – – –
11/2 38.1 - 95 – 100 100 – –
1 25.4 - – 95 – 100 100 –
¾ 19 - 35 – 70 – 90 – 100 100
½ 12.7 - – 25 – 60 – 90 – 100
3/8 9.5 100 10 – 30 – 20 – 55 40 – 70
#4 4.75 95 – 100 0–5 0 – 10 0 – 10 0 – 15
#8 2.36 80 – 100 – 0–5 0–5 0–5
# 16 1.18 50 – 85 – – – –
# 50 0.300 10 – 30 – – – –
# 100 0.150 2 – 10 – – – –

32
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

LAMPIRAN – C
Proporsi dan Sifat Campuran
(Normatif)
Tabel C.1 Pedoman awal untuk perkiraan proporsi takaran campuran

Mutu Beton Rasio Air / Kadar


Semen Semen Min.
fc’ σbk’ Ukuran Maks. (kg/m3 dari
Jenis Beton (Mpa) (kg/cm2) Agregat (terhadap campuran)
Maks (mm) berat)
50 K600 19 0.35 450
45 K500 37 0.40 395
25 0.40 430
19 0.40 455
38 K450 37 0.425 370
25 0.425 405
Mutu Tinggi
19 0.425 430

35 K400 37 0.45 350


25 0.45 385
19 0.45 405

30 K350 37 0.475 335


25 0.475 365
19 0.475 385

25 K300 37 0.50 315


Mutu Sedang 25 0.50 345
19 0.50 365

20 K250 37 0.55 290


25 0.55 315
19 0.55 335

Mutu 15 K175 37 0.60 265


Rendah 25 0.60 290
19 0.60 305
10 K125 37 0.60 225
25 0.60 245
19 0.60 260

33
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

Tabel C.2 Ketentuan Sifat Campuran

Kuat Tekan Minimum

Mutu Beton Benda Uji Silinder Benda Uji Kubus


Jenis (MPa) (Kg/cm2)
Beton φ15 - 30 cm 15 x 15 x 15 cm3

fc’ σbk’
28 hari
(Mpa) (kg/cm2) 7 hari 28 hari 7 hari

50 K600 32.5 50.0 390 600


Mutu 45 K500 26.0 40.0 325 500
Tinggi 35 K400 24.0 33.0 285 400

Mutu 30 K350 21.0 29.0 250 350


Sedang 25 K300 18.0 25.0 215 300
20 K250 15.0 21.0 180 250
Mutu K175 175
15 9.5 14.5 115
Rendah
10 K125 7.0 10.5 80 125

34
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting

LAMPIRAN – D
Kuantitif Alat Penggetar Mekanis
(Normatif)

Tabel Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis Dari Dalam

Kecepatan Pengecoran Beton (m3/ jam) Jumlah Alat

4 2

8 3

12 4

16 5

20 6

>20 >6

35

Anda mungkin juga menyukai