SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN BETON
DAN BEKISTING
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
LAMPIRAN - A Beton................................................................................................ 31
LAMPIRAN - B Agregat............................................................................................... 32
Spesifikasi Teknis
Pekerjaan Beton dan Bekisting
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan beton. Pedoman ini
mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton tanpa tulangan,
beton pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan waterstop. Pedoman ini mencakup
penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan
pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar
pondasi tetap kering.
2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan
Kasar.
SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.
SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk Campuran
Mortar dan Beton
1
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi Ringan di Lapangan
SNI 03-4169-1996 Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan Rasio Poison
Beton dengan Kompresor Ekstensometer
SNI 03-4430-1997 Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan
Alat Palu Beton Tipe n dan nr
SNI 03-4431-1997 Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua Titik
Pembebanan
SNI 03-4433-1997 Spesifikasi Beton Siap Pakai
SNI 03-4805-1998 Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam Beton Keras
Yang Memakai Semen Hidrolik
SNI 03-4806-1998 Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam Beton Segar
dengan Titrasi Volumetri
SNI 03-4807-1998 Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar Semen
Portland
2
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
SNI 03-4808-1998 Metode Pengujian Kadar Air dalam Beton Segar Dengan Cara
Volumetri
SNI 03-4809-1998 Metode Pengujian untuk membandingkan berbagai Beton
Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap Tulangan
SNI 03-4810-1998 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan
SNI 03-6429-2000 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Dengan Cetakan
Silinder Di Dalam Tempat Cetakan
SNI 06-6430-2000 Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding
SNI 06-6430.1- Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk Beton dengan
2000 Agregat praletak di Laboratorium
SNI 03-6430.2- Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut Untuk Beton dengan
2000 Agregat Praletak di Laboratorium
SNI 03-6805-2002 Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan Beton pada
Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada Umur
Berikutnya
SNI 03-6809-2002 Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode Maturity
SNI 03-6810-2002 Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan Bahan anorganik
dalam Air Untuk Campuran Beton
SNI 03-6812-2002 Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos Yang Dilas Untuk
Tulangan Beton
3
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
SNI 03-6817-2002 Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam Beton
SNI 03-6817-2002 Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam Beton
SNI 03-6717-2002 Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat
3.1. Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm
sampai 4 mm.
3.2. Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai
31,5 mm.
3.3. Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil pengeboran
beton pada bangunan yang sudah dilaksanakan.
3.4. Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
membentuk masa padat
3.5. Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m
3.6. Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat
karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).
3.7. Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc'=15 Mpa dengan
batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm.
3.8. Construction joint adalah sambungan konstruksi beton
3.9. Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara.
3.10. Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan tetap
mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu
yang diperlukan beton dalam masa perawatan.
3.11. Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang tekan benda uji.
3.12. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda
uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin
tekan.
4
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
3.13. Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan alumunium yang
bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa membentuk
senyawa bersifat cementitious.
3.14. Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu adukan.
3.15. Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang mengandung silica
amorf yang dihasilkan dari elemen silica atau senyawa ferro-silica.
3.16. Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif daro
beton segar
3.17. Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran dengan
cukup banyak dan sangat berbeda
5
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
6
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
beton. Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih besar
dari 25 cm.
e) Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja
beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus
sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.
(1) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama
proses
pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan
standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991.
Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya
sebagai berikut :
(a) Tipe A - bahan pengurang kadar air
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan
pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam
campuran sesuai dengan workability yang diinginkan, atau untuk
meningkatkan workability ada angka water-cement rasio yang
telah ditetapkan.
(b) Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan Tipe B
berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen,
sehingga akan memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah
jenis ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas,
dimana waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal
menjadi sangat pendek dikarenakan suhu yang tinggi.
(c) Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan Tipe C
berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen, yang
akan mempercepat pengerasan dari beton sehingga mempercepat
kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik pembuatan beton
precast (dimana perlu pelepasan bekisting secepatnya), atau pekerjaan
perbaikan yang sangat penting.
(d) Tipe D - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
memperlambat waktu pengikatan Bahan tambah ini untuk menambah
workability, dimana beton mempunyai kekuatan tinggi dapat dibuat
workabel tanpa mengurangi density, ketahanan dan kekuatannya.
Perlambatan waktu pengikatan sangat berguna untuk waktu
pengangkutan adukan beton yang lama ke tempat pengecoran,
pengecoran dalam kondisai yang sangat panas dan menghindari cold
joint.
(e) Tipe E - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan mempercepat
waktu pengikatan. Bahan tambah ini untuk menambah workability dan
memberikan kekuatan awal yang tinggi, atau memberikan kekuatan
awal yang lebih tinggi pada workability yang sama. Bahan tambah ini
digunakan pada precast karena memungkinkan pelepasan bekisting
7
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
8
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
9
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan beton
lama dan semua pekerjaan besinya.
7) Waterstop
a) Untuk penempatan waterstop tipe split flange yang tepat, sebelum pengecoran
beton berakhir bagian split flange harus disambungkan dengan cara yang
disetujui.
b) Alur waterstop dibuat dengan memotong dan menyambung waterstop kearah
memanjang sesuai dengan kebutuhannya, memanaskan ujung-ujungnya sampai
meleleh dan menyambungkannya sampai membentuk sambungan yang
diinginkan.
c) Pemanasan ujung material dikerjakan dengan menggunakan mesin penyambung
yang disarankan oleh pabrik yang membuat waterstop atau mesin listrik lain
yang disetujui.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan beton,
bekisting dan waterstop harus memuat :
5.1. Pekerjaan Beton
1) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
(1) Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan
diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar
untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.
Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan dalam dari Spesifikasi ini.
(2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dan harus
membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton
yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut
pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil
untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan
mudah dan aman.
(3) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah
yang berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor
di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus
untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau
cofferdam dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
(4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong)
harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran.
10
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
(5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan
lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini.
(6) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau
pengecoran beton. Penyedia Jasa dapat diminta untuk melaksanakan
pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung
tanah di bawah pondasi.
(7) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah
dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti
bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan
tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
(8) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan
berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar.
Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan
seperlunya.
b) Cetakan Beton
i. Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
ii. Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari
kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran-
ukuran yang ada di dalam gambar.
iii. Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri
adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan
lainnya dengan tidak berubah bentuk.
iv. Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar cetakan
sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan, walaupun demikian
penyerahan tersebut kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui, tidak
mengurangi tanggung jawab Kontraktor bagi keberhasilannya.
v. Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus bebas
dari sampah, paku, alur-alur, belahan, atau cacat-cacat lainnya. Mengisi
celah-celah sambungan cetakan beton harus berhati-hati dan
dilaksanakan sedemikian rupa agar sanggup mengembang dibawah
pengaruh kelembaban beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk
cetakan, celah-celah harus diisi secukupnya untuk mencegah hilangnya
air semen. Bagaimanapun penggunaan kertas dengan tegas dilarang.
vi. Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan, pembuangan
11
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat sedemikian rupa
hingga dapat dengan mudah ditutup sebelum pengecoran dimulai.
vii. Sebelum pengecoran beton semua baut-baut harus dipasang pada
posisinya, semua yang diperlukan dan alat-alat lain untuk menutup
lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat
lubang didalam beton tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
viii. Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak diijinkan
dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.
ix. Lubang-bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah cetakan
dibongkar.
x. Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya
tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk.
Semua permukaan cetakan yang menempel dengan beton harus dilumasi
dengan oli untuk memastikan bahwa cetakan dapat dibuka dengan
mudah.
xi. Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang dan
harus berhati-hati mencegah pelumas jangan sampai mengenai besi
tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian semua celah-celah cetakan
yang telah diisi dengan dempul harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila
cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa
oleh Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan mengecor bila cetakan
belum disetujui Direksi Pekerjaan.
xii. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan
sekurang- kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap
untuk diperiksa.
c) Pencampuran Beton
(1) Perbandingan Campuran
i. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan
bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama-sama dan
digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan.
ii. Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28
hari dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel di
bawah ini :
12
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
Kuat Perkiraan
Kuat Ukuran
tekan Nilai faktor kebutuhan
tekan agregat
umur 28 air semen semen
umur 7 maksimum
Tipe Campuran Beton hari maksimum 3
hari ( mm )
(kg/cm ) (%) (kg/m )
(kg/cm )
82 125 40 57 250
C fc' = 10 MPa (K-125)
Tipe Uraian
13
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
(1) Penakaran
i. Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui Direksi
Pekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan seperti yang
diperlukan agar secara tepat mengontrol dan menentukan jumlah dari masing-
masing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
ii. Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu) hingga 5 (lima)
meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan dengan mencampurkan
agregat, semen, bahan additive (bila perlu), dan air menjadi suatu campuran
yang merata tanpa pemisahan-pemisahan. Juga mampu mengimbangi
perubahan-perubahan kadar air dari agregat, serta merubah berat material-
material yang ikut tercakup.
iii. Jumlah masing-masing bahan yang membentuk beton tersebut dapat ditentukan
dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur dengan takaran. Meskipun
demikian material beton dapat juga diukur secara volume, bilamana
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
iv. Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar dan
peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap-tiap skala
pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian periodik terhadap
perubahan harga pengukuran dalam pekerjaan-pekerjaan adukan.
14
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
lebih besar dari 0,75 m harus ditambah seperempat menit pada setiap 3 kali
penambahan 0,5 m .
iii. Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi kapasitas
maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang dianjurkan pabrik
pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan beton dengan kekentalan dan
warna yang merata secara menerus dan disetujui Direksi Pekerjaan.
iv. Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum melakukan
pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan, tidak boleh digunakan
dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang ada dalam alat pencampur perlu
diganti bila telah aus menjadi 2 cm.
2) Pengecoran
a) Pelaksanaan Pengecoran
i. Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final
setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan
akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk
15
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
16
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
b) Pemadatan
i. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan
alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat
penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari
satu titik ke titik lain di dalam acuan.
ii. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut,
di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser
tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
iii. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
iv. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh
diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
v. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di
dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi
sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor sehingga
menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila
alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat
tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi
lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm. Alat penggetar tidak boleh berada
pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
vi. Jumlah minimum alat penggetar mekanis
vii. Apabila kecepatan pengecoran 20 m / jam, maka harus digunakan alat
penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
viii. Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi
waktu ikat awal (initial setting).
17
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
5) Lining Beton
a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada Gambar
atau ditentukan lain oleh Direksi.
b) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai dengan
ketentuan.
c) Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul selesai
dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan.
d) Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Direksi,
dilaksanakan sesuai dengan gambar-gambar detail yang ada terutama yang
telah disetujui Direksi Pekerjaan.
e) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau
18
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
19
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
20
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
21
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
22
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
5) Waterstop harus diuraikan disini harus memenuhi kelayakan fisik sebagai berikut :
Durometer : 65 - 75
6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan
beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
6.1. Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan)
harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa
bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus
sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton, Bekisting dan
Waterstop.
6.2. Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang
mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan kerja.
6.3. Perencanaan Campuran
1) Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a) Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya
dinyatakan dengan nilai "slump") seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan
pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal
menyetujui penggunaannya secara terbatas. Kelecakan (workability) dan
tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada
pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air,
dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh
permukaan yang rata, halus dan padat.
b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan
contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990, SNI
03- 4810-1998, SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991.
c) Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari hasil yang
rendah tersebut diketahui dengan pasti dan diambil tindakan-tindakan yang
menjamin bahwa produksi beton berikutnya memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak
23
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
24
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
berupa butiran yang sangat halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat
cementious seperti abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag
besi (iron furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai
bahan utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar Rencana
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal penggunaan bahan tambahan
dalam campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan
beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja
beton segar (fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
- Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air;
- Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi
kelecakan.
- Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
- Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
- Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume
beton (ekspansi);
- Mengurangi terjadinya bleeding;
- Mengurangi terjadinya segregasi.
25
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
3) Pelaksanaan Pencampuran
a) Penakaran Agregat
i. Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu
beton fc' < 20 MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-
3976- 1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran
harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara
dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus
ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh
melebihi kapasitas alat pencampur.
ii. Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan
(SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka
harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi agregat di lapangan.
Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering permukaan dapat
dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat dengan air secara
berkala paling sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi
jenuh kering permukaan.
iii. Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih
berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan penakaran
bahan-bahan beton termasuk saringan agregat pada perangkat ready mix.
b) Pencampuran
i. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
ii. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur
yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
dalam setiap penakaran.
iii. Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama masukkan
sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai kondisi yang
cukup basah, dan selanjutnya masukkan seluruh semen yang sudah ditakar
hingga tercampur dengan agregat secara merata. Terakhir masukkan sisa air
untuk menyempurnakan campuran.
iv. Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus sudah
dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu 3
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m atau kurang harus sekira 1,5
menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk
3 tiap penambahan 0,5 m .
v. Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus dilakukan
sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran
beton dengan cara manual harus dibatasi hanya pada beton non-bangunanal.
4) Pengujian Campuran
a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang
26
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
lebih
uji f
ci cm
f
besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung
i
S dengan rumus sebagai berikut : fc'= fcm ± k.S , di mana S menyatakanRPT0-Pd T-xx-xxxx
n1
nilai deviasi standar
dimana, dari hasil
viii. Kekuatan uji tekan,
beton diterima danmemuaskan
dengan k adalahbilakonstanta yang
fc karakteristik dari benda
uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung
tergantung
fc' = Kuat pada karakteristik
tekan beton jumlah dengan
hasil rumus
kuat sebagai
tekan dariberikut :benda uji (k=1,64 untuk
jumlah
fci = Kuat tekanhasil kuat
beton yangtekan
diuji benda uji lebih besar atau sama dengan
fc'= fcm ± k.S , di mana S menyatakan daristandar
nilai deviasi 30) dari hasil uji
tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil kuat tekan
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah hasil kuat tekan benda uji lebih besar
atau sama dengan dari 30)
n 2
f f
ci cm
i
S
n1
dimana,
fc' = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
27
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
ix. Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85 fc'.
x. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka
harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan
berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas
daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.
xi. Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu uji bor
(core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian
yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji
bor inti pada daerah yang tidak membahayakan bangunan untuk setiap hasil
uji tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah seperti
disebutkan di atas.
xii. Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari
ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc', dan tidak satupun
dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc'. Dalam
hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor
inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan
beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan
dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
c) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut
meliputi :
i. Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan)
ii. Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang dipertanyakan
iii. Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton
iv. Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
(4) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
i. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi
ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan,
harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan antara lain
ii. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan;
iii. Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;
iv. Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh pada
bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.
v. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta
Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin
28
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan
meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
vi. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan ketentuan
dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail rencana perbaikan
untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai pekerjaan.
i. Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada
pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa
dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam
seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau lubang
sulingan (weephole).
ii. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk
acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir
permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk
penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah
dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
iii. Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja tulangan dan
mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan bangunan yang telah
selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada
Bagian lain dalam Spesifikasi ini.
iv. Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
bangunan atau beton tidak bertulang. Beton Bangunan harus beton yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc’=20 MPa (K-
250) atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang harus beton yang disyaratkan
atau disetujui untuk fc’=15 MPa (K-175) atau fc’=10 Mpa (K- 125). Jika
beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk
digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah, maka
volumenya harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih
rendah.
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
i. Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran
harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan semula telah
memenuhi ketentuan.
ii. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar
semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga tidak untuk tiap pengujian
29
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk
mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
2) Pekerjaan Waterstop
Pengukuran pembayaran pekerjaan waterstop dibuat berdasarkan meter panjang
terpasang, sesuai as waterstop seperti terlihat pada gambar.
Satuan
No Uraian Pengukuran
30
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
LAMPIRAN – A
Beton
(Normatif)
Tabel A.1 Mutu beton dan penggunaan
31
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
LAMPIRAN – B
Agregat
(Normatif)
2 50.8 - 100 – – –
11/2 38.1 - 95 – 100 100 – –
1 25.4 - – 95 – 100 100 –
¾ 19 - 35 – 70 – 90 – 100 100
½ 12.7 - – 25 – 60 – 90 – 100
3/8 9.5 100 10 – 30 – 20 – 55 40 – 70
#4 4.75 95 – 100 0–5 0 – 10 0 – 10 0 – 15
#8 2.36 80 – 100 – 0–5 0–5 0–5
# 16 1.18 50 – 85 – – – –
# 50 0.300 10 – 30 – – – –
# 100 0.150 2 – 10 – – – –
32
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
LAMPIRAN – C
Proporsi dan Sifat Campuran
(Normatif)
Tabel C.1 Pedoman awal untuk perkiraan proporsi takaran campuran
33
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
fc’ σbk’
28 hari
(Mpa) (kg/cm2) 7 hari 28 hari 7 hari
34
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Beton dan Bekesting
LAMPIRAN – D
Kuantitif Alat Penggetar Mekanis
(Normatif)
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
>20 >6
35