SURAT PENGANTAR
PETA PROVINSI JAMBI
PETA LOKASI PEKERJAAN
PETA QUARRY AMP dan BATCHING PLANT
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
o Uraian Umum
o Tujuan Pengendalian Mutu
o Standar Rujukan Spesifikasi
o Laboratorium dan Kelengkapannya
LAMPIRAN
o Design Mix Formula
o Job Mix Formula
o Kendali Mutu
o Laporan Dokumen Pengendalian Lingkungan
o Lain lain yang Terkait Dengan Pengendalian Mutu
PETA LOKASI PEKERJAAN
PETA QUARRY
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu lapisan berbutir akan meningkatkan stabilitas jalan dan akan dapat mendukung
lalu lintas yang berat. Hal ini dapat digambarkan bahwa penyebaran beban lalu lintas
melalui suatu lapisan berbutir akan memberikan distribusi pembebanan yang melebar
sehingga lapisan tanah dapat memberikan daya dukung yang lebih besar. Akan tetapi
peremasan oleh lalu lintas akan menghasilkan pergerakan antar butiran dalam lapisan
berbutir hal ini dapat mengakibatkan kerusakan internal butiran dan perubahan bentuk
yang cepat atau timbulnya alur (Rutting). Tebal lapisan berbutir, bentuk dan gradasi
butiran adalah faktor penting dalam menentukan tingkat kestabilan. Diasumsikan bahwa
kekuatan-kekuatan mekanik yang cukup akan mampu mendukung beban lalu lintas.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas pengendalian mutu atau kontrol kualitas terhadap
bahan baku, bahan olahan dan mutu pekerjaan terpasang merupakan tolak ukur suatu
keberhasilan kualitas pekerjaan, di lapangan yang meliputi:
1. Untuk bahan olahan, yang meliputi bahan campuran dari beberapa bahan hasil
alam/quarry yang telah dites dan disetujui dengan bahan hasil produksi pabrik
untuk dipergunakan sebagai bahan konstruksi jalan;
2. Untuk bahan jadi meliputi bahan hasil produksi dari bahan olahan tersebut setelah
jadi di lapangan bahan jadi yang dimaksud adalah hasil pekerjaan fisik kontraktor
di lapangan.
1.2 Tujuan Pengendalian Mutu
Tujuan dari pengendalian mutu ini adalah untuk mengetahui kesesuaian bahan/material
yang digunakan dengan persyaratan teknis yang diatur di dalam spesifikasi untuk
memastikan bahwa hanya bahan/material yang memenuhi persyaratan teknis yang
digunakan sedangkan yang tidak memenuhi persyaratan teknis harus ditolak.
Kontraktor melakukan uji mutu bahan baku bahan olahan dan uji mutu pekerjaan
terpasang meliputi antara lain:
2. Lapis Pondasi Agregat Kelas S (Bahu Jalan 5.1(3)) harus memenuhi syarat
Lapis Pondasi Agregat Base kelas S (bahu jalan) Lapis Pondasi Agregat Base Kelas
A dan Lapis Pondasi Agregat Base Kelas B.
Kontraktor menyiapkan bahan untuk pertama kalinya sebagai lapis pondasi agregat.
Dua contoh masing-masing 50 kg bahan
Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk lapis
pondasi agregat, dan hasil pengujian laboraturium yang membuktikan bahwa sifat-
sifat bahan yang ditentukan dalam spesifikasi terpenuhi
Kontraktor mengirim berikut dibawah ini dalam bentuk tertulis segera setelah
selesainya setiap segmen pekerjaan dan sebelum persetujuan diberikan untuk
penghamparan bahan lain diatas lapis pondasi agregat
Pengujian yang diperlukan meliputi Analisa Saringan, Berat Jenis dan Penyerapan
Air untuk semua agregat yang digunakan. Juga semua pengujian sifat-sifat agregat.
Pengujian pada campuran aspal percobaan akan meliputi penentuan Berat Jenis
Maksimum campuran aspal sesuai SNI 03-6893-2002, pengujian Sifat-sifat Marshall (RSNI
M-01-2003) dan Kepadatan Membal ( refusal density) campuran rancangan (BS 598 Part
104-1989).
Uji coba campuran, sebagai langakah terakhir dan menetapkan Formula Campuran
Kerja atau Job Mix Formula (JMF) yang telah dirancang agar ada kesesuaian antara mesin
pencampuran dengan metode penghamparan dan pemadatan di lapangan.
2.3 Job Mix Formula (JMF) Pekerjaan Perkerasan Beton Semen dan
Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus
1. Masih diperlukan kesiapan yang lebih lagi dalam menjaga Mutu (Quality) dari
semua fihak yang ada di dalam Proyek (Kontraktor dan Konsultan
Pengawas/Supervisi). Yaitu berupa upaya:
2. Masih diperlukan usaha yang lebih lagi dari Kontraktor Pelaksana dalam
pemeliharaan dan perbaikan peralatan utama (AMP, Alat Berat) agar selalu dalam
keadaan baik (layak dan siap pakai) untuk bekerja maksimal sehingga tidak terjadi
penurunan mutu hasil pekerjaan maupun keterlambatan dalam penyelesaian
pekerjaan;
3. Masih diperlukan usaha yang lebih lagi dari Kontraktor Pelaksana dalam
pengaturan waktu (Jadwal) pelaksanaan fisik di lapangan dengan kesiapan Alat
dan bahan (Produksi) dari sumber/tempat (seperti AMP, Batching Plant)
mengingat jarak yang ada. Terutama jika saat cuaca hujan dan atau ada
kemacetan lalu lintas di ruas jalan di mana pekerjaan dilaksanakan;
4. Masih diperlukan usaha yang lebih lagi dari Kontraktor Pelaksana dalam penerapan
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3) Konstruksi. Karena
kesehatan dan keselamatan para pekerja secara keseluruhan sangat berpengaruh
dalam pencapaian hasil pekerjaan yang berkualitas.