Anda di halaman 1dari 188

PENGELOLAAN TANGGAP DARURAT BENCANA BANJIR

KOTA KENDARI TAHUN 2017

OLEH

NASRULLAH
214 17 0010

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian


Guna memperoleh gelar Magister Manajemen Bencana
pada Program Studi Magister Manajemen Bencana

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


YOGYAKARTA
TAHUN
2019
PENGELOLAAN TANGGAP DARURAT BENCANA BANJIR

KOTA KENDARI TAHUN 2017

OLEH

NASRULLAH
214 17 0010

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian


Guna memperoleh gelar Magister Manajemen Bencana
pada Program Studi Magister Manajemen Bencana
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal
Seperti tertera di bawah ini

Yogyakarta, 2019

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno Dr. Johan Danu Prasetya,


S.Kel.,M.Si
NIP. 19620603 198803 1 001 NIP. 19840727 201903 1 010
PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nasrullah

Nomor Mahasiswa : 214170010

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik, baik di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan hasil penelitian saya, tanpa bantuan
pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebut nama pengarang dan dicantumkan
di dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Yogyakarta, 2019

NASRULLAH
NPM. 214170010

ii
ABSTRAK

PENGELOLAAN TANGGAP DARURAT BENCANA BANJIR


KOTA KENDARI TAHUN 2017

Oleh
Nasrullah
NIM: 214170010
Pembimbing: Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno dan Dr. Johan Danu Prasetya, S.Kel., M.Si

Kota Kendari adalah salah satu daerah yang rawan terjadi bencana banjir dengan tingkat
potensi bencana yang tinggi. Kota Kendari dilanda banjir setiap tahunnya. Banjir tersebut
berasal dari luapan sungai Wanggu dan mengenangi 9 Kecamatan di Kota Kendari yang
menimbulkan 1 korban meninggal dan 2 korban luka. Banjir tersebut juga menggenangi
rumah masyarakat sejumlah 3.369 Kepala Keluarga (KK) atau 9.958 jiwa terdampak, 2.564
rumah rusak ringan, 438 rumah rusak sedang, 14 rumah rusak berat dan 55,5 Ha lahan
pertanian, sehingga menimbulkan kerugian materi sebanyak Rp.65.180.542.500,00. Hal ini
menunjukkan bahwa bencana banjir mendatangkan korban dan kerugian yang begitu besar
bagi masyarakat. Dalam situasi tanggap darurat bencana diperlukan suatu reaksi cepat,
tepat dan dikoordinasikan dalam satu komando oleh pemerintah terkait. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis pengelolaan tanggap darurat banjir Kota Kendari Tahun
2017 melalui parameter penentuan status keadaan darurat, pembentukan/aktivasi dan
manajemen Pos Komando, informasi strategis, taktis dan umum, pengkajian dampak dan
kebutuhan, sektor kesehatan, bantuan logistik bagi korban, sumber daya dari NGO dan
Lembaga Usaha, pengendalian operasi pertolongan darurat pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian dilakukan melalui wawancara dan telaah dokumen. Teknik analisis data dalam
studi kasus ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini berjumlah
12 orang yang berasal dari BPBD dan Dinas Sosial Kota Kendari. Teknik pemilihan sampel
adalah Purposive Sampling yaitu dengan mengambil informan yang dapat menggambarkan
fenomena, fakta tentang pengelolaan tanggap darurat bencana banjir Kota Kendari. Hasil
penelitian ini menjelaskan Pengelolaan Penanggulangan Bencana Pada Tahap Tanggap
Darurat Bencana Banjir di Kota Kendari Provinsi Sultra sudah berjalan dengan baik hal ini
dibuktikan dengan terlaksananya seluruh tahapan kegiatan dalam tanggap darurat yang
telah dilaksanakan sesuai dengan SK. Walikota dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kegiatan dalam tahap tanggap darurat tersebut diantaranya meliputi (1)
pelaksanaan penentuan status keadaan darurat (2) pembentukan atau aktivasi dan
manajemen Pos Komando tanggap darurat (3) pengelolaan informasi strategis, taktis dan
umum pada saat tanggap darurat (4) pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan
tanggap darurat oleh TRC dan TAGANA (5) pengelolaan sektor kesehatan pada saat
tanggap darurat (6) pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana banjir di Kota
Kendari kepada masyarakat (7) pengelolaan sumber daya dari NGO dan Lembaga Usaha
pada bencana banjir di Kota Kendari. (8) pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan
darurat pada bencana banjir di Kota Kendari (9) pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi penanganan darurat pada bencana banjir di Kota Kendari lebih pada
pemanfaatan teknologi yang populer seperti media sosial (Whatsapp, Facebook).

Kata Kunci: Pengelolaan, Tanggap Darurat, Bencana Banjir

iii
ABSTRACT

FLOOD DISASTER RESPONSE MANAGEMENT KENDARI CITY IN 2017

By
Nasrullah
NIM: 214170010
Adviser: Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno and Dr. Johan Danu Prasetya, S. Kel., M.Sc

Kendari City is one of the areas prone to flooding with a high level of potential disasters.
Kendari City is flooded every year. The flood originated from the overflow of the Wanggu
River and inundated 9 Subdistricts in the City of Kendari, causing 1 death and 2 injuries.
The flood also inundated 3,369 households (KK) or 9,958 people affected, 2,564 houses
were slightly damaged, 438 houses were moderately damaged, 14 houses were severely
damaged and 55.5 hectares of agricultural land, causing material losses of
Rp.65,180,542,500 .00. This shows that the flood disaster caused great casualties and
losses to the community. In a disaster emergency response situation, a fast, precise and
coordinated reaction in one command by the relevant government is needed. The purpose
of this study was to analyze the management of the Kendari City flood emergency response
in 2017 through parameters determining the status of an emergency, the formation/
activation and management of Command Posts, strategic, tactical and general information,
assessment of impacts and needs, the health sector, logistical assistance for victims,
sources resources from NGOs and business institutions, controlling the operation of
emergency aid in the use of information and communication technology. This study used
qualitative research methods. The study was conducted through interviews and document
review. The data analysis technique in this case study is qualitative descriptive analysis.
There were 12 informants in this study who came from BPBD and Kendari City Social
Service. The sample selection technique is Purposive Sampling, namely by taking
informants who can describe phenomena, facts about the management of the Kendari City
flood disaster response. The results of this study explain the Management of Disaster
Management in the Emergency Response Phase of the Flood Disaster in Kendari City,
Southeast Sulawesi Province, which has been running well. Mayor and statutory provisions
in force. Activities in the emergency response phase include (1) implementing an
emergency status determination (2) establishing or activating and managing an emergency
response Command Post (3) managing strategic, tactical and general information during
an emergency response (4) conducting an impact and needs assessment emergency
response by TRC and TAGANA (5) health sector management during emergency response
(6) management of logistical assistance for flood victims in Kendari City to the community
(7) resource management from NGOs and Business Institutions in flood disasters in
Kendari City. (8) the implementation of emergency relief operations control in the flood
disaster in Kendari City (9) the use of information and communication technology for
emergency handling in the flood disaster in Kendari City is more on the use of popular
technologies such as social media (Whatsapp, Facebook).

Keywords: Management, Emergency Response, Flood Disaster

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan dengan baik sampai

selesainya tesis ini dengan judul “Pengelolaan Tanggap Darurat Bencana Banjir

Kota Kendari Tahun 2017”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tesis ini

kemungkinan masih mengandung kekurangan, baik ditinjau dari segi teknik

penulisan maupun dari segi ilmiahnya. Hal ini disebabkan karena kematangan

penulis dalam membuat karya tulis ilmiah masih sangat minim dan memerlukam

bimbingan secara berjenjang.

Dalam penulisan tesis ini penulis menyadari pula bahwa tanpa bantuan,

bimbingan dan petunjuk serta dorongan atau motivasi dari berbagai pihak, maka

tesis ini tidak akan dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Ucapan terima kasih

yang mendalam penulis hanturkan kepada: Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno sebagai

pembimbing I sekaligus sebagai Koordinator Magister Manajemen Bencana dan

Dr. Johan Danu Prasetya, S.Kel.,M.Si sebagai pembimbing II atas kontribusi yang

berharga yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya dalam memotivasi

penulis untuk kesempurnaan tulisan ini. Terima kasih pula penulis hanturkan

kepada beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam

studi penulis:

1. Dr. Puji Lestari, S.IP, M.Si selaku pembahas kedua yang telah memberikan

arahan dan masukan dalam menyempurnakan tesis ini.

2. Dr. Helmy Murwanto, M.Si selaku pembahas pertama yang telah memberikan

v
arahan dan masukan dalam menyempurnakan tesis ini.

3. Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.S., selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Yogyakarta.

4. Dr. Ir. Suharsono, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta yang telah

memberikan pelayanan administrasi.

5. Dr. Ir. Andi Sungkowo, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta yang telah

memberikan pelayanan administrasi.

6. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi dalam lingkungan Program Studi

Magister Manajemen Bencana, yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan yang bermanfaat selama menempuh kuliah di Program Studi

Magister Manajemen Bencana.

7. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan pada Program Studi Magister

Manajemen Bencana yang telah memotivasi penulis dalam menempuh kuliah

bersama-sama.

8. Penghargaan dan ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan

kepada kedua orang tua Sarhudin dan Wa Ode Harinsi yang telah dengan

sabar memberikan dukungan moril dan materi demi kelancaran studi.

9. Penghargaan serupa juga disampaikan kepada La Judi dan Samia selaku

mertua, kepada Hetiani, S.Pd selaku Istri, Muh. Faizul dan Muh. Nurirfan

selaku anak serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungannya

untuk kelancaran studi.

vi
10. Penghargaan serupa juga disampaikan kepada keluarga Drs. H. La Hay dan

Salabe (almarhumah), dan Syahabudin Hay, M.T., dan Nining serta seluruh

keluarga yang telah memberikan dukungannya dan sumbangsi moril dan

materi untuk kelancaran studi.

11. Penghargaan serupa juga disampaikan kepada keluarga La Bilu, S. Pd., M.Si

dan Dr. Rasiah serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungannya

dan sumbangsi moril dan materi untuk kelancaran studi.

12. Saudara-saudaraku tersayang Sunarti, S.Pd., Siti Suharni, Nasrudin,

Narmianti dan jaya, serta La Nujum, S.Pd., selaku Kakak ipar yang selalu

menghibur di waktu suntuk dan selalu memberikan dorongan sehingga

penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.

Akhirnya penulis berserah diri kepada Allah SWT, semoga budi baik yang

telah diberkan kepada penulis oleh semua pihak mendapat pahala disisi-Nya dan

semoga tulisan ini bermanfaat adanya, Amin.

Yogyakarta, 2019

Nasrullah

vii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN ................................................................................................... i
PERNYATAAN ................................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
1.2. Pernyataan Masalah .................................................................................11
1.3. Metodologi ...............................................................................................43

BAB II DESKRIPSI OBJEK LOKASI PENELITIAN ....................................46


2.1. Keadaan Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik ..............................46
2.2. Keadaan Demografis ................................................................................58
2.3. Sosial dan Budaya ....................................................................................60

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................63


3.1. Hasil Penelitian ........................................................................................63
3.2. Pembahasan............................................................................................126

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................131


4.1. Kesimpulan .............................................................................................131
4.2. Saran ...................................................................................................... 135

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................137


LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sungai-Sungai di Wilayah Kota Kendari dan Debit Tersedianya .......52
Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Kendari ................................57
Tabel 2.3 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota
Kendari 2017 .......................................................................................59
Tabel 2.4 Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan Kecamatan
2017/2018 ............................................................................................61
Tabel 2.5 Distribusi Presentase Penganut Agama Menurut Kecamatan di Kota
Kendari 2017 .......................................................................................62
Tabel 3.1 Landasan Hukum Kegiatan Tanggap Darurat .....................................65
Tabel 3.2 Kegiatan Sektor Pengendali Posko Penanganan Darurat Bencana .....70
Tabel 3.3 Daftar Sumberdaya Sektor Posko .......................................................71
Tabel 3.4 Daftar Sumberdaya Pendirian Posko Penanganan Darurat Bencana
Sektor Posko Pada Sektor Posko .........................................................71
Tabel 3.5 Daftar Sumberdaya Pendirian Posko Lapangan Penanganan Darurat
Bencana ...............................................................................................72
Tabel 3.6 Data Korban Jiwa Bencana Banjir Tahun 2017 Sekota Kendari ........83
Tabel 3.7 Data Korban Harta Benda Bencana Banjir Tahun 2017 Sekota Kendari
.............................................................................................................83
Tabel 3.8 Para Pihak dan Kegiatan Sektor Kesehatan ........................................86
Tabel 3.9 Obat-obatan dan Perbekalan Kesehatan ..............................................88
Tabel 3.10 Tenaga Teknis Kesehatan....................................................................88
Tabel 3.11 Kegiatan Dinsosnaker Sektor Logistik ................................................95
Tabel 3.12 Kegiatan BPBD Kota Kendari Sektor Logistik...................................96
Tabel 3.13 Kegiatan TNI/POLRI, SATPOL PP, BPPOM dan DPKA pada Sektor
Logistik................................................................................................97
Tabel 3.14 Kebutuhan Sektor Logistik..................................................................97
Tabel 3.15 Daftar Permintaan Barang Persediaan Untuk Tanggap Darurat Bencana
Alam Oleh Dinas Sosial Kota Kendari Tahun 2017 .........................101
Tabel 3.16 Pihak yang Terlibat dalam Pengendalian Operasi Pertolongan Darurat
Bencana .............................................................................................111
Tabel 3.17 Kegiatan yang Dilakukan Pengendalian Operasi Pertolongan Darurat
Bencana .............................................................................................112
Tabel 3.18 Daftar kebutuhan sumberdaya personil SAR dan Keamanan ...........113
Tabel 3.19 Kebutuhan Peralatan SAR dan Keamanan ........................................113
Tabel 3.20 Kegiatan yang Dilakukan Diskominfo dan Pihak-Pihak yang Terlibat
Pada Sektor Transportasi, Informasi dan Komunikasi ......................118
Tabel 3.21 Kegiatan yang Dilakukan Dinas Perhubungan dan Pihak-Pihak yang
Terlibat Pada Sektor Transportasi, Informasi dan Komunikasi ........120
Tabel 3.22 Kegiatan yang Dilakukan BPBD Kota Kendari dan Pihak-Pihak yang
Terlibat Pada Sektor Transportasi, Informasi dan Komunikasi ........121
Tabel 3.23 Kegiatan yang Dilakukan TNI/POLRI dan Pihak-Pihak yang Terlibat
Pada Sektor Transportasi, Informasi dan Komunikasi ......................121

ix
Tabel 3.24 Kegiatan yang Dilakukan ORARI, RAPI dan Dinas PU serta Pihak-
Pihak yang Terlibat Pada Sektor Transportasi, Informasi dan
Komunikasi .......................................................................................122
Tabel 3.25 Kebutuhan Pada Sektor Transportasi, Informasi dan Komunikasi ...122

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Wilayah Terdampak Bencana Banjir dan Tanah Longsor Kota
Kendari................................................................................................3
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Kendari ..............................................................58
Gambar 2.2 Peta Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kota Kendari 2017
..........................................................................................................59
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Komando PDB Banjir Kota Kendari ................69
Gambar 3.2 Format Laporan Kejadian Bencana ..................................................82

xi
DAFTAR SINGKATAN

BASARNAS = Badan Sar Nasional


BBM = Bahan Bakar Minyak
BPBD = Badan Penanggulangan Bencana Daerah
BPS = Badan Pusat Statistik
BMKG = Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika
BNPB = Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPPOM = Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BUMN = Badan Usaha Milik Negara
BUMS = Badan Usaha Milik Swasta
BT = Bujur Timur
C = Celcius
DAS = Daerah Aliran Sungai
DAMKAR = Pemadam Kebakaran
DINKES = Dinas Kesehatan
DIKNAS = Pendidikan Nasional
DINSOS = Dinas Sosial
DISHUB = Dinas Perhubungan
DISKOMINFO = Dinas Komunikasi dan Informatika
DLH = Dinas Lingkungan Hidup
DPKA = Dinas Pengelolaan Keuangan Aset
FEMA = Federal Emergency Manajement Agency
HT = Handy Talky
IFRC = international federation of the red cross
KK = Kepala Keluarga
KSB = Kelompok Siaga Bencana
LINMAS = Perlindungan Masyarakat
MAPALA = Mahasiswa Pencinta Alam
MUMAS = Hubungan Masyarakat
NGO = Non Goverment Organization
ORARI = Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia
OPD = Organisasi Perangkat Daerah
PDAM = Perusahaan Daerah Air Minum
PDB = Penanganan Darurat Bencana
PERKA = Peraturan Kepala
PKK = Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PMI = Palang Merah Indonesia
POSKO = Pos Komando
POSLAP = Pos Lapangan
POLRI = Polisi Republik Indonesia
POLRES = Kepolisian Resor
POLSEK = Kepolisian Sektor
POLRESTA = Kepolisian Resor Kota

xii
PRAMUKA = Praja Muda Karana
PUSDALOPS = Pusat Pengendalian Operasi
PU = Pekerjaan Umum
RAPI = Radio Antar Penduduk Indonesia
RI = Republik Indonesia
RS = Rumah Sakit
RT = Rukun Tetangga
RW = Rukun Warga
SDM = Sumber Daya Manusia
SAR = Search and Rescue
SD = Sekolah Dasar
SK = Surat Keputusan
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMA = Sekolah Menengah Atas
SATPOL PP = Satuan Polisi Pamong Praja
SPBU = Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
TRC = Tim Reaksi Cepat
TV = Televisi
TNI = Tentara Nasional Indonesia
TAGANA = Taruna Siaga Bencana
UNDP = United Nation Development Program
UU = Undang-Undang

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Penelitian


Lampiran 2 Daftar Nama Informan Penelitian
Lampiran 3 SK. Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Banjir
Lampiran 4 SK. Penetapan Komandan Tanggap Darurat dan Pos Komando
Penanganan Darurat Bencana Banjir di Kota Kendari
Lampiran 5 Surat Keterangan
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keadaan alam

sangat beragam. Secara geografis dan struktur geologi, Indonesia terletak pada

suatu kawasan rawan bencana, baik bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah

longsor, letusan gunung berapi, badai, tsunami, kebakaran hutan dan lahan, maupun

bencana non alam seperti kegagalan teknologi, konflik sosial, gagal modernisasi,

epidemik, kebakaran hutan dan wabah penyakit. Untuk menanggulangi bencana,

Pemerintah telah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di

tingkat nasional dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat

daerah. (Zaroni, 2017).

Letak geografis dan kondisi geologis menyebabkan Indonesia menjadi

salah satu negara yang sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti gempa

bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan letusan gunung berapi. Bencana-

bencana tersebut di atas dikarenakan keadaan geologi Indonesia sangat unik,

terletak di antara dua lempeng benua yang selalu bergerak. (Sukandarrumidi, 2010).

Indonesia memiliki tingkat kerawanan bencana yang tergolong tinggi.

Hampir setiap tahun di Indonesia terjadi bencana alam, diantara berbagai macam

bencana alam yang ada di Indonesia, kejadian bencana alam banjir masih

mendominasi dibandingkan dengan bencana alam lainnya (Sahilala dkk, 2015).

Banjir menimbulkan banyak kerugian, baik kerugian lingkungan, kerugian harta

1
2

benda, maupun korban jiwa manusia hingga dampak psikologis dari korban

tersebut.

Kota Kendari secara umum merupakan daerah yang sangat tinggi potensi

banjir setelah kebakaran. Berdasarkan data historis bencana dari DIBI-BNPB sejak

tahun 1999 sampai dengan 2016 tercatat bahwa kejadian banjir di Kota Kendari

sebanyak 19 kejadian, sedangkan kasus kebakaran sebanyak 29 kejadian, tanah

longsor 14 kejadian, sedangkan bencana lain berada pada 1-5 kasus saja. (Kasim

dkk, 2017).

Berdasarkan data tersebut di atas Kota Kendari adalah salah satu daerah

yang rawan terjadi bencana banjir dengan tingkat potensi bencana yang tinggi. Kota

Kendari dilanda banjir setiap tahunnya. Banjir tersebut berasal dari luapan sungai

dan menggenangi 6 Kecamatan di Kota Kendari yang menimbulkan 1 korban

meninggal dan 2 korban luka. Selain itu banjir juga menggenangi rumah

masyarakat sejumlah 3.369 Kepala Keluarga (KK) atau 9.958 jiwa terdampak,

2.564 rumah rusak ringan, 438 rumah rusak sedang, 14 rumah rusak berat dan 55,5

Ha lahan pertanian. sehingga menimbulkan kerugian materi sebanyak

Rp.65.180.542.500,00. Hal ini menunjukkan bahwa bencana banjir mendatangkan

korban dan kerugian yang begitu besar bagi masyarakat. Untuk mengurangi risiko

dampak bencana yang terjadi, maka diperlukan Manajemen Bencana. (BPBD Kota

Kendari, 2017).
3

Gambar 1.1 Peta Wilayah Terdampak Bencana Banjir dan Tanah Longsor
Kota Kendari

Sumber: BPBD Kota Kendari, 2019

Manajemen Bencana diperlukan untuk mencegah dan mengurangi

kerugian serta risiko yang ditimbulkan dari bencana yang terjadi, baik berupa

korban jiwa, kerugian harta benda maupun materi. Menyikapi bencana alam

tersebut, dijelaskan bahwa perlunya mekanisme yang berfungsi untuk melindungi

korban bencana tersebut khususnya pada masa keadaan tanggap darurat.

Penyeragaman mekanisme dalam penanggulangan bencana, pada masa

tanggap darurat di Indonesia diatur dalam Perka BNPB No. 3 Tahun 2016 tentang

Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana. Penanggulangan bencana perlu

adanya koordinasi dan penanganan yang cepat, tepat, efektif, efisien, terpadu, dan
4

akuntabel agar korban jiwa dan kerugian harta benda dapat diminimalisir.

Penanggulangan bencana, khususnya pada saat tanggap darurat bencana harus

dilaksanakan secara cepat, tepat dan dikordinasikan dalam satu komando. Untuk

melaksanakan penanganan tanggap darurat bencana, maka pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah yang diwakili oleh BNPB/BPBD

Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dapat menunjuk seorang

pejabat sebagai komandan penanganan tanggap darurat bencana. Hal ini supaya

memudahkan akses untuk memerintahkan sektor dalam hal permintaan dan

pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik, pengadaan barang/jasa,

pengelolaan, dan pertanggungjawaban atas uang dan/atau barang, serta

penyelamatan.

Berdasarkan Instruksi Presiden mengenai Penguatan Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana di Daerah sebagai tindak lanjut dari hasil Rapat

Koodinasi Nasional penanggulangan bencana termuat 6 arahan bahwa setiap daerah

melaksanakan sebagai berikut: (1) perencanaan pembangunan daerah harus

berlandaskan pada aspek-aspek pengurangan risiko bencana dan mematuhi rencana

tata ruang wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan (2) pelibatan

akademisi dan pakar kebencanaan dalam meneliti, mengkaji dan menganalisis

potensi bencana, supaya mampu memprediksi ancaman sehingga dapat

mengantisipasi serta mengurangi dampak bencana (3) Gubernur secara otomatis

menjadi Komandan Satuan Tugas darurat pada saat kejadian bencana, selanjutnya

Pangdam dan Kapolda menjadi Wakil Komandan Satuan Tugas untuk membantu

Gubernur, selanjutnya Bupati/Wali Kota otomatis menjadi sub-satuan tugas


5

wilayah Kabupaten/Kota (4) pembangunan dan pengembangan sistem peringatan

dini (Early Warning System) secara terpadu pusat dan daerah berbasis rekomendasi

serta masukkan hasil penelitian dan kajian dari para akademisi serta pakar

kebencanaan (5) melakukan edukasi kebencanaan yang harus dimulai pada tahun

2019 di seluruh daerah terutama di daerah rawan bencana sampai pada tingkat

masyarakat (6) melakukan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala dan

berkesinambungan sampai ketingkat RT/RW, sehingga masyarakat betul-betul siap

menghadapi bencana. (Kumolo, 2019).

Di Kota Kendari, Wali Kota sebagai penanggung jawab penanggulangan

bencana khususnya bencana banjir telah membentuk/menetapkan Komandan

Tanggap Darurat dan Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Banjir.

Pembentukan Komandan Tanggap Darurat dan Pos Komando Penanganan Darurat

tersebut sesuai Surat Keputusan Wali Kota Nomor 610 Tahun 2017, hal ini

dimaksudkan agar penanganan bencana banjir pada saat tanggap darurat dapat

dilaksanakan secara cepat, tepat, dan dikoordinasikan dalam satu komando. Namun

pada masa tanggap darurat bencana di Kota Kendari, sering terjadi kesimpang-

siuran data dan informasi korban maupun kerusakan, sehingga mempersulit

pengambilan kebijakan penanganan darurat. Pelaksanaan tanggap darurat juga

sering kurang saling mendukung, distribusi bantuan dan pelayanan kurang cepat,

kurang merata, sulit terpantau dengan baik.

Pengelolaan bencana khususnya pada tahap tanggap darurat di Kota

Kendari, umumnya tampak keterlibatan berbagai macam institusi mulai dari

pemerintah pusat, daerah, swasta, LSM dan masyarakat untuk memberikan


6

bantuan. Penanganan bencana merupakan upaya untuk mencegah/menurunkan

risiko terutama masalah kesehatan sesaat dan setelah bencana seperti pertolongan

gawat darurat dan munculnya kejadian luar biasa, penyakit menular dan gizi.

Keterlibatan banyak pihak dalam memberikan bantuan, tidak terkoorinasi dengan

baik sehingga menyebabkan tanggap darurat yang dilakukan tidak berjalan efektif

dan efisien.

Di sisi lain seperti yang dilansir Tegas.co bahwa sejumlah pengungsi

korban banjir di Kali Wanggu Jalan H Lamuse, Kelurahan Lepo-lepo Kecamatan

Baruga, Kota Kendari Sulawesi Tenggara mengaku masih kekurangan air bersih

dan tempat mandi, cuci, kakus (MCK) atau toilet darurat. Sejalan dengan kondisi

tersebut Kendari Pos.co.id juga melansir kondisi tersebut bahwa dalam penanganan

kondisi darurat para korban bencana banjir Kota Kendari mengalami trauma,

bantuan belum merata, butuh air bersih dan MCK. Dengan kondisi tersebut

menyebabkan kemajuan hasil kegiatan tanggap darurat bencana kurang bisa terukur

secara objektif. Situasi-situasi tersebut disebabkan antara lain karena kurangnya

koordinasi antar instansi terkait dalam kegiatan tanggap darurat bencana.

Salah satu komponen atau unsur utama suatu aktivitas penanggulangan

bencana khususnya kegiatan tanggap darurat bencana dapat berjalan dengan baik

dan efektif dapat dilihat dari pelaksanaan sistem logistik bencananya. Penanganan

bencana dalam hal distribusi logistik selalu menghadapi permasalahan yang sangat

kompleks. Hal ini tampak pada kasus bencana banjir di Kota Kendari pada Bulan

Mei tahun 2017 lalu yang menunjukkan lemahnya pelaksanaan distribusi bantuan

logistik bencana, seperti sering terjadinya kelebihan stok barang untuk kebutuhan
7

yang tidak mendesak, kurang meratanya distribusi bantuan kepada korban dan

lambanya pendistribusian bantuan kepada korban.

Bantuan Logistik sangat dibutuhkan dalam penanggulangan bencana

khususnya pada saat terjadi bencana. Dukungan bantuan logistik tersebut harus

tepat waktu, sasaran, lokasi, kualitas, jumlah, dan sesuai kebutuhan korban.

Menurut informasi yang dilangsir Inilahsultra.com sebagian besar korban bencana

banjir kondisinya sangat memprihatinkan karena banyak korban mengalami gatal-

gatal, demam, sakit kepala, dan panas disebabkan oleh cuaca dingin, makanan tidak

teratur dan kekurangan air bersih. Sementara, bantuan pemerintah berupa air

minum dan air bersih terbatas, kapasitas tenda tidak memadai dan tidak mampu

menampung keluarga korban. Menurut salah seorang pengungsi, Ibu Eka

mengatakan, ada puluhan kepala keluarga masih berada di tenda pengungsian.

Mereka masih enggan mengosongkan tenda karena khawatir terjadi banjir susulan.

Mereka takut nanti tiba-tiba datang banjir susulan. Apalagi cuaca tidak mendukung

saat ini, hal ini untungnya masih ada pihak swasta yang turun memberikan bantuan

berupa indomie dan telur. Sedangkan petugas BPBD dalam implementasinya

menyampaikan bahwa setiap adanya permintaan bantuan dari pemerintah desa atau

kecamatan, BPBD selalu memberikan bantuan. Pemberian bantuan tersebut sesuai

permintaan dengan melihat ketersediaan stok barang yang ada. tidak adanya

permintaan bantuan yang melebihi stok barang yang ada, menunjukkan bahwa

bantuan yang tersedia sangat mencukupi. Namun kondisi yang terjadi masyarakat

mengalami kekurangan bantuan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan lemahnya

pengelolaan tanggap darurat bencana pada saat kondisi abnormal.


8

Selain itu masalah yang dihadapi dalam penangnan tanggap darurat di

Kota Kendari, tim SAR dan Keamanan bertugas melakukan tindakan penyelamatan

dan perlindungan bagi korban, dengan melibatkan semua unsur yang terkait

melakukan mengevakuasi para korban ketempat-tempat yang lebih aman untuk

menekan jatuhnya korban. Namun, dalam pelaksanaanya kondisi Peralatan yang

dimiliki Kantor SAR Kendari dan BPBD Kota Kendari masih sangat minim,

sehingga dalam pelaksanaan evakuasi korban terhambat dan tidak berjalan efisien.

Masalah lain dalam strategi penanggulangan dan penanganan tanggap

darurat bencana banjir di Kota Kendari pada kenyataan masih bersifat insidental

artinya bahwa seolah-olah keberadaan para pengungsi di daerah pengungsian hanya

dalam waktu yang sebentar. Namun pada kenyataannya yang terjadi di lapangan,

pengungsi harus tinggal di tenda-tenda darurat dalam waktu yang cukup lama di

daerah pengungsian, bahkan tidak hanya dalam hitungan minggu. Mengingat para

pengungsi tidak tinggal di daerah pengungsian dalam jangka waktu yang sebentar,

maka perlu ada jalan keluar bagi para pengungsi agar tidak menimbulkan masalah

baru yang akan muncul akibat dari pengungsiannya yang begitu lama seperti

kesehatan terganggu dan kehidupan yang tidak layak.

Pada dasarnya dalam pengelolaan tanggap darurat bencana tidak terfokus

hanya pada kegiatan logistik atau pertolongan darurat. Namun, pengelolaan tanggap

darurat mencakup: (1) pelaksanaan penentuan status keadaan darurat bencana (2)

pembentukan atau aktivasi dan manajemen Pos Komando tanggap darurat bencana

(3) pengelolaan informasi strategis, taktis dan umum pada saat tanggap darurat

bencana (4) pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat


9

bencana (5) pengelolaan sektor kesehatan pada saat tanggap darurat bencana (6)

pengelolaan bantuan logistik (7) pengelolaan sumber daya dari NGO dan Lembaga

Usaha pada bencana (8) proses pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan

darurat pada bencana (9) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

penanganan darurat bencana. (Pribadi dkk, 2018)

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk

mengangkat judul “Pengelolaan Tanggap Darurat Bencana Banjir Kota

Kendari Tahun 2017”

Sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan dalam penelitian ini,

maka tujuan yang ingin dicapai adalah:

1) Untuk menganalisis pelaksanaan penentuan status keadaan darurat bencana pada

bencana banjir di Kota Kendari.

2) Untuk menganalisis pembentukan atau aktivasi dan manajemen Pos Komando

tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari.

3) Untuk menganalisis pengelolaan informasi strategis, taktis dan umum pada saat

tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari

4) Untuk menganalisis proses pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan

tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari.

5) Untuk menganalisis pengelolaan sektor kesehatan pada saat tanggap darurat

bencana banjir di Kota Kendari.

6) Untuk menganalisis pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana banjir di

Kota Kendari.
10

7) Untuk menganalisis pengelolaan sumber daya dari NGO dan Lembaga Usaha

pada bencana banjir di Kota Kendari.

8) Untuk menganalisis proses pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan

darurat pada bencana banjir di Kota Kendari.

9) Untuk menganalisis pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

penanganan darurat pada bencana banjir di Kota Kendari.

Dalam melaksanakan penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat

diperoleh bagi pihak yang berkepentingan termasuk peneliti, antara lain:

1) Manfaat Praktis

a. Memperoleh pemecahan masalah bagi BPBD dari persoalan pengelolaan

tanggap darurat bencana.

b. Memberikan pandangan bagi BPBD yang jelas dan sistematik sehingga dapat

menjadi bahan pemikiran dan pertimbangan oleh para pihak pengambil

keputusan dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pengelolaan pada

masa tanggap darurat bencana.

2) Manfaat Teoritis

a. Sebagai sarana untuk mengembangkan teori manajemen darurat sehingga

dapat mengembangkan pemahaman, penalaran, dan pengalaman peneliti

khususnya mengenai pengelolaan bencana pada masa tanggap darurat.

b. Memberikan sumbangan pemikiran pada masyarakat dan meningkatkan

wawasan keilmuan dan pengetahuan penulis mengenai konsep-konsep yang

berhubungan dengan pengelolaan bencana pada masa tanggap darurat.


11

1.2. Penyataan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Bertolak dari uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana pelaksanaan penentuan status keadaan darurat bencana pada bencana

banjir di Kota Kendari?

2) Bagaimana pembentukan atau aktivasi dan manajemen Pos Komando tanggap

darurat bencana banjir di Kota Kendari.

3) Bagaimana pengelolaan informasi strategis, taktis dan umum pada saat tanggap

darurat bencana banjir di Kota Kendari?

4) Bagaimana proses pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap

darurat bencana banjir di Kota Kendari?

5) Bagaimana pengelolaan sektor kesehatan pada saat tanggap darurat bencana

banjir di Kota Kendari?

6) Bagaimana pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana banjir di Kota

Kendari?

7) Bagaimana pengelolaan sumber daya dari NGO dan Lembaga Usaha pada

bencana banjir di Kota Kendari?

8) Bagaimana proses pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan darurat pada

bencana banjir di Kota Kendari?

9) Bagaimana pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi penanganan

darurat pada bencana banjir di Kota Kendari?


12

1.2.2 Kajian Pustaka

1.2.2.1 Konsep Bencana

Bencana merupakan suatu hal yang sering dialami oleh penduduk di

wilayah Republik Indonesia, yang terletak di daerah yang rawan bencana, baik

berupa bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Menurut Undang-

Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,

bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia.

Menurut Helmyati dkk, (2018) bencana adalah peristiwa atau rangkayan

peristiwa yang terjadi secara mendadak/tidak terencana/secara perlahan tetapi

berlanjut, yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau

kerusakan sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan

menyelamatkan korban baik manusia maupun lingkungannya.

Disaster is a serious disruption of the functioning of a community or a

society at any scale due to hazardous events interacting with conditions of

exposure, vulnerability and capacity, leading to one or more of the following:

human, material, economic and environmental losses and impacts. (UNISDR,

2017).

Menurut Wiarto (2017) bencana sering diidentikan dengan sesuatu yang

buruk. Paralel dengan istilah disaster dalam bahasa Inggris. Secara etimologis

derasal dari kata DIS yang berarti sesuatu yang tidak enak (unfavorable) dan
13

ASTRO yang berarti bintang (star). Dis-astro berarti an event precipitated by star

(peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke bumi). Lebih lanjut dijelaskan bahwa

bencana alam adalah kosekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa

fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia.

Karena ketidakberdayaan manusia, akibat keadaan kurang baiknya manajemen

keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan

struktural, bahkan sampai kematian.

Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 pasal 1 tentang

Penanggulangan Bencana, bencana dibagi menjadi 3 macam yaitu :

1) Bencana alam

Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh peristiwa alam,

seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, angin topan, kekeringan

dan tanah longsor.

2) Bencana non alam

Bencana non alam adalah bencana disebabkan oleh peristiwa yang bukan

dari alam, yaitu gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, kecelakaan industri,

kecelakaan transportasi dan wabah penyakit.

3) Bencana sosial

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia,

seperti konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.

Berdasarkan pengertian-pengertian bencana di atas, bencana dapat

diartikan sebagai suatu kejadian atau peristiwa yang tidak dapat diatasi oleh
14

masyarakat dan dapat menimbulkan korban jiwa, kerusakan maupun kerugian harta

benda.

1.2.2.2 Konsep Manajemen Bencana

Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu

untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi

dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,

penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU Nomor 24 Tahun

2007 Tentang Penanggulangan Bencana).

International of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC, 2016)

mendefinisikan manajemen bencana sebagai organisasi, manajemen sumber daya

dan tanggung jawab dalam menangani aspek kegawat daruratan.

Menurut Nurjanah dkk, (2013) manajemen bencana (Disaster

Manajement) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bencana beserta

segala aspek yang berkaitan dengan bencana, terutamarisiko bencana dan

bagaimana menghindari risiko bencana. Lebih lanjut Nurjanah dkk, (2013)

menjelaskan bahwa manajemen bencana merupakan proses dinamis tentang

bekerjanya fungsi-fungsi manajemen yang kita kenal selama ini misalnya fungsi

planning, organizing, actuating, dan controling.

Selanjutnya, Pearce (2000) mengatakan bahwa disaster manajement is the

process of forming common objectives and common values in order to encourage

participants to plan for deal with potential and actual disaster.

Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana,,

manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan dengan beberapa


15

kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana, pada saat tanggap darurat,

dan pasca bencana.

1) Tahap Pra Bencana (mencangkup Kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,

dan peringatan dini).

a. Pencegahan (prevention)

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika

mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya : Melarang membuang sampah

sembarangan.

b. Mitigasi Bencana (Mitigation)


Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,

baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat dilakukan

melalui a) pelaksanaan penataan ruang; b) pengaturan pembangunan,

pembangunan infrastruktur, tata bangunan; dan c) penyelenggaraan pendidikan,

penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern. (UU

Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat 2 tentang Penanggulangan Bencana).

c. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana

melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya

guna. Beberapa bentuk aktivitas kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain:

a) penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana; b)

pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini; c)

penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar; d)

pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap


16

darurat; e) penyiapan lokasi evakuasi; f) penyusunan data akurat, informasi, dan

pemutakhiran prosedur tentang tanggap darurat bencana; dan g) penyediaan dan

penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana

dan sarana.

d. Peringatan Dini (Early Warning)

Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada

masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh

lembaga yang berwenang (UU No. 24 Tahun 2007) atau Upaya untuk

memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi.

Pemberian peringatan dini harus : Menjangkau masyarakat (accesible), Segera

(immediate), Tegas tidak membingungkan (coherent), Bersifat resmi (official).

2) Tahap saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk

meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan bantuan darurat dan

pengungsian

a. Tanggap Darurat (response)

Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta

benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,

penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. (UU No. 24 Tahun 2007).

Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara lain: a)

pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya;

b) penentuan status keadaan darurat bencana; c) penyelamatan dan evakuasi


17

masyarakat terkena bencana; d) pemenuhan kebutuhan dasar; e) perlindungan

terhadap kelompok rentan; dan f) pemulihan dengan segera prasaran dan sarana

vital. (UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 48 tentang Penaanggulangan Bencana).

b. Bantuan Darurat (relief)

Merupakan upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan

dasar pada saat keadaan darurat. (UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penaanggulangan Bencana).

3) Tahap pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan

rekonstruksi.

a. Pemulihan (recovery)

Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi

masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan

kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya

rehabilitasi. (UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penaanggulangan Bencana).

Beberapa kegiatan yang terkait dengan pemulihan adalah a) perbaikan

lingkungan daerah bencana; b) perbaikan prasarana dan sarana umum; c)

pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; d) pemulihan sosial

psikologis; e) pelayanan kesehatan; f) rekonsiliasi dan resolusi konflik; g)

pemulihan sosial ekonomi budaya, dan j) pemulihan fungsi pelayanan publik.

b. Rehabilitasi (rehabilitation)

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan

publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca

bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar
18

semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah

pascabencana. (UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penaanggulangan Bencana).

Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan: perbaikan lingkungan daerah

bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan

rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan,

rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan

keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi

pelayanan publik. (UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 58 tentang

Penaanggulangan Bencana).

c. Rekonstruksi (reconstruction)

Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-

langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk

membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem

kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran

utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,

tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam

segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. (UU Nomor

24 Tahun 2007 Pasal 58 tentang Penaanggulangan Bencana).

Pasal 3 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan

bencana menyatakan bahwa penanggulangan bencana harus didasarkan pada

azas/prinsip-prinsip utama: kemanusian, keadilan, kesamaan kedudukan dalam

hukum dan pemerintahan, keseimbangan, keselarasan dan keserasian, ketertiban


19

dan kepastian hukum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup, ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Dengan demikian manajemen bencana merupakan sebagai sebuah

kepentingan masyarakat agardapat meminimalisir korban nyawa dan kerugian harta

benda. Dan yang tadak kalah pentingnya dari manajemen bencana ini adalah adanya

suatu langkah konkrit dalam mengendalikan bencana sehingga korban yang tidak

kita harapan dapat terselamatkan dengan cepat dan tepat dan upaya untuk

pemulihan pasca bencana dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.

1.2.2.3 Elemen Sistem Manajemen Bencana

Manajemen bencana harus dikembangkan dan dilakukan secara terencana

dan sistematis. Penerapannya tidak sederhana namun membutuhkan berbagai

aktivitas yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Manajemen bencana juga

harus mencakup seluruh fase dimulai dari pra bencana, bencana, dan pasca bencana.

(Ramli, 2010).

Menurut Ramli (2010) manajemen bencana memerlukan berbagai elemen

yang mendukung implementasinya antara lain:

1) Kebijakan Manajemen

Manajemen tanggap darurat harus menjadi kebutuhan dan dituangkan dalam

kebijakan manajemen. Kebijakan ini menjadi landasan penerapan manajemen

bencana di masing-masing daerah atau perusahaan/organisasi. Berdasarkan

kebijakan ini, dapat dikembangkan dan ditetapkan strategi pengendalian bencana,

penyediaan sumberdaya yang diperlukan serta organisasi pelaksanaannya.

2) Identifikasi dan Penilaian Risiko Bencana (Disaster Risk Assessment)


20

Identifikasi bencana mutlak diperlukan sebelum mengembangkan sistem

manajemen bencana. Tanpa mengetahui apa jenis dan skala bencana yang akan

dihadapi, maka upaya penanggulangan bencana akan sulit dilakukan dengan baik

dan efektif.

Menurut PP No. 21 tahun 2008, risiko bencana adalah potensi kerugian yang

ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang

dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,

kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

3) Perencanaan Awal

Perencanaan awal (preplanning) merupakan suatu perencanaan yang

disusun berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian risiko bencana sebelumnya.

Dari perencanaan awal dapat diketahui atau disusun rencana strategi penanganan

bencana, sumberdaya yang tersedia dan yang diperlukan untuk menangani bencana

serta organisasi yang diperlukan.

4) Prosedur Manajemen Bencana

Dalam prosedur penanganan bencana memuat mengenai tata cara

penanganan, tugas dan tanggung jawab, sistem komunikasi, sumberdaya yang

diperlukan, prosedur pelaporan, dan lainnya. Prosedur manajemen ini harus

disiapkan dan ditetapkan untuk setiap tingkat organisasi baik di tingkat insiden,

darurat maupun level korporat, yang mencakup aspek taktis dan aspek strategis.

5) Organisasi dan Tanggung Jawab

Penanganan bencana tidak akan berhasil baik jika tidak didukung oleh

pengorganisasian baik pada level taktis maupun level strategis. Untuk itu perlu
21

ditetapkan organisasi manajemen bencana yang menjadi landasan penanganan

bencana di lingkungan masing-masing.

6) Sumberdaya Penanganan Bencana

Penanganan bencana memerlukan sumberdaya yang memadai sesuai

dengan tingkat dan jenis bencana yang dihadapi. Berbagai sumberdaya yang

diperlukan untuk menangani suatu bencana antara lain:

a) Sumberdaya manusia

b) Prasarana dan material

c) Sumberdaya finansial

7) Pembinaan dan Pelatihan

Penanganan bencana memerlukan tenaga-tenaga terlatih dan terampil.

Diperlukan suatu program pembinaan dan pelatihan yang terencana mengenai

penanganan bencana. Pelatihan sangat diperlukan baik untuk petugas maupun

untuk masyarakat yang bakal terkena bencana.

8) Komunikasi

Menurut Ramli, (2010) Selama keadaan darurat berlangsung, diperlukan

komunikasi yang baik guna menjamin kelancaran upaya penanggulangan.

Komunikasi dalam manajemen bencana dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Komunikasi organisasi tanggap darurat.

b) Komunikasi anggota komunitas.

c) Komunikasi kepada masyarakat umum.

d) Komunikasi dengan pihak eksternal baik nasional maupun internasional.


22

9) Investigasi dan Pelaporan

Setiap kejadian bencana yang terjadi di suatu daerah atau organisasi harus

diinvestigasi dan dilaporkan kepada instansi atau pihak yang ditunjuk, misalnya

BNPB atau BPBD untuk Kabupaten/Kota. Investigasi atau penyelidikan bencana

sangat diperlukan dengan tujuan sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya suatu bencana.

b) Mengetahui kelemahan dan kelebihan yang terdapat dalam pelaksanaan

penanganan bencana yang dilakukan.

c) Mengetahui evektivitas organisasi penanganan bencana yang ada.

d) Menentukan langkahperbaikan atau pencegahan terulangnya suatu bencana.

e) Sebagai masukan dalam melakukan perbaikan atau penyempurnaan sistem

manajemen bencana dan dalam menentukan kebijakan pembangunan.

10) Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana

Salah satu upaya untuk mengevaluasi pelaksanaan manajemen bencana

adalah dengan melakukan audit. Inspeksi adalah suatu upaya pemeriksaan rutin atau

berkala untuk memeriksa kesiapan penanganan bencana dalam organisasi baik

sarana teknis maupun non teknis sehingga dapat dilakukan perbaikan segera.

Sedangkan audit adalah suatu upaya untuk mengevaluasi penerapan manajemen

bencana dalam suatu organisasi, apakah sudah sesuai atau telah memenuhi

persyaratan atau tolok ukur yang telah ditetapkan.

Sedangkan elemen-elemen dalam program manajemen bencana menurut

Kelly (1998) adalah:


23

1) Pengkajian Bahaya.

Manajemen harus melakukan kajian terhadap bahaya yang dapat

menimbulkan insiden. Terutama bagi bencana dengan tingkat bahaya yang tinggi

harus mengidentifikasi bahaya dan mengevaluasinya. Banyak metode-metode yang

bisa digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin timbul berikut analisa

dampaknya.

2) Evaluasi Sumber Daya

Dalam manajemen bencana sumber daya yang ada di suatu lembaga atau

perusahaan juga harus dievaluasi. Berdasarkan skenario terburuk yang ditetapkan

maka dapat terukur apakah sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan

kebutuhan untuk menghadapi atau menanggulangi kondisi bencana. Sumber daya

dalam hal ini meliputi manusia, peralatan serta sistem yang ada di lembaga atau

perusahaan tersebut.

3) Membuat Rencana Manajemen Bencana dan Prosedur.

Setelah melakukan kajian terhadap bahaya dan mengevaluasi sumber daya

yang diperlukan, maka kegiatan berikutnya adalah penyusunan manajemen bencana

dan prosedur penanggulangannya. Manajemen bencana dan prosedur

penanggulangan bencana merupakan buku pintar dalam persoalan menyangkut

bencana. Oleh karena itu, hal ini perlu disosialisasikan kepada para pegawai, tiap-

tiap departemen di lembaga atau perusahaan. Begitu juga kesiapan pemda setempat

tentang bahaya-bahaya bencana.


24

4) Mengintegrasikan dengan manajemen bencana di Masyarakat.

Manajemen bencana ini juga harus diintegrasikan dengan manajemen

bencana yang dimiliki oleh Pemda setempat. Biasanya hal ini sulit dilakukan karena

perlu ada penyesuaian-penyesuaian antara pihak dengan pemerintah daerah

setempat.

5) Melakukan Pelatihan

Perlu dilakukan pelatihan mengenai manajemen bencana terutama kepada

pihak manajemen atau para key personnel dalam struktur organisasi bencana di

dalam suatu lembaga atau perusahaan. Selain itu para pengambil kebijakan di

pemerintahan setempat juga perlu mendapat pelatihan atau sosialisasi tentang

rencana tanggap darurat, paling tidak sebagai masukan dalam hal persiapan

menghadapi bencana di wilayahnya.

6) Edukasi kepada Masyarakat

Salah satu hak dari masyarakat adalah mengetahui bahaya apa yang

mungkin muncul di wilayahnya. Pihak lembaga atau perusahaan harus terbuka dan

mampu memberikan penerangan kepada masyarakat perihal keselamatan dan

bahaya-bahaya dari bencana yang ada di wilayahnya.

7) Melaksanakan Drill dan Latihan bencana.

Untuk mengetahui apakah keadaan rencana manajemen bencana dan

prosedur yang tersusun dapat diaplikasikan maka perlu dilakukan drill. Baik yang

bersifat functional drill seperti Table Top untuk pihak manajemen lembaga atau

perusahaan, On-Scene Commander untuk key personnel di lokasi kejadian bencana,

response drill bencana untuk seluruh key personnel organisasi bencana lembaga
25

atau perusahaan maupun full scale exercise dimana melibatkan banyak pihak

termasuk masyarakat. Dengan melakukan drill ini maka dapat dievaluasi apakah

rencana manajemen bencana dan prosedur yang ada telah cukup memadai dan telah

dimengerti

1.2.2.4 Pengelolaan Tanggap Darurat

1) Pengertian Tanggap Darurat

Apabila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu

ditanggulangi secara terencana, sistematis, tepat dan cepat. Untuk terlaksananya

penanggulangan maka perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang terampil dan

terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang

jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek. Kinerja

Tim Tanggap Darurat akan sangat menentukan berhasilnya pelaksanaan

penanggulangan keadaan emergency dan tujuan untuk mengurangi kerugian

seminimal mungin baik harta benda atau korban manusia akibat keadaan emergency

dapat dicapai.

Emergency is sometimes used interchangeably with the term disaster, as,

for example, in the context of biological and technological hazards or health

emergencies, which, however, can also relate to hazardous events that do not result

in the serious disruption of the functioning of a community or society. (UNISDR,

2017).

Menurut Ramli (2010) Tanggap darurat adalah tindakan segera dilakukan

untuk mengatasi kejadian bencana misalnya dalam suatu proses kebakaran atau

peledakan di lingkungan industri:


26

a) Memadamkan kebakaran atau peledakan.

b) Menyelamatkan manusia dan korban (resque).

c) Menyelamatkan harta benda dan dokumen penting (salage).

d) Perlindungan masyarakat umum.

Tindakan ini dilakukan oleh tim penanggulangan bencana yang dibentuk

dimasing-masing daerah atau organisasi.

2) Manajemen Tanggap Darurat/Kedaruratan

Tanggap darurat adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

segera mungkin pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan. Rangkaian kegiatan tersebut terdiri dari penyelamatan dan evakuasi

korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan pengurusan

pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana. (UU Nomor 24

Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana).

Menurut Nurjanah dkk, (2013) menyebutkan bahwa manajemen tanggap

darurat adalah seluruh kegiatan meliputi aspek perencanaan dan penanganan

kedaruratan, pada saat menjelang, saat darurat dan sesudah terjadi keadaan darurat,

yang mencakup kesiapsiagaan darurat, termaksud di dalamnya transisi dari darurat

ke pemulihan khususnya pemulihan dini (early recovery).

Saat darurat bencana, pada umumnya kebutuhan sumber daya sangat besar

akibat dari skala/besarnya bencana. Dengan dampak yang besar, maka dibutuhkan

sumber daya yang besar pula, sedangkan sumber daya yang tersedia umumnya

terbatas sehingga perlu dicarikan dukungan sumber lain di luar daerah bencana

(Nurjanah dkk, 2013). Keadaan darurat bencana sendiri dimulai sejak status siaga
27

darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan. Penentuan status

keadaan darurat bencana dilaksanakan oleh Pemerintah atau pemerintahdaerah

sesuai dengan tingkatan bencana. (Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).

Keadaan darurat menurut PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah sekurang-kurangnya memenuhi kriteria: (a) bukan merupakan

kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan

sebelumnya, (b) tidak diharapkan terjadi secara berulang, (c) berada di luar kendali

dan pengaruh pemerintah daerah; dan (d) memiliki dampak yang signifikan

terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat.

Adapun pelaksanaan pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat dan/atau keadaan

luar biasa ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Menurut Pasal 48 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan

bencana pada saat tanggap darurat meliputi: 1) pengkajian secara cepat dan tepat

terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya; 2) penentuan status keadaan darurat

bencana; 3) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; 4)

pemenuhan kebutuhan dasar; 5) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan 6)

pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

Menurut Nurjanah dkk, (2013) manajemen kedaruratan mempunyai

beberapa tujuan yaitu untuk: (1) mencegah bertambah besarnya jumlah korban dan

kerusakan/kerugian; (2) meringankan penderitaan; (3) stabilitas kondisi/pengungsi;

(4) mengamankan aset vital atau fasilitas kunci; (5) menyediakan pelayanan dasar
28

dalam penanganan pasca darurat; (6) meringankan beban masyarakat setempat; (7)

dalam memenuhi kebutuhan dasar selama darurat, perlu diperhatikan hak-hak

kelompok rentan (orang jompo, ibu hamil, balita, orang sakit, orang cacat, usia

lamjut dan juga kelompok bermarjinalkan).

3) Tahapan Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana

Menurut Perka BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando

Tanggap Darurat, menjelaskan bahwa terbentuknya Komando Tanggap Darurat

Bencana meliputi tahapan yang terdiri dari:

a) Informasi Kejadian Awal

b) Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)

c) Penetapan Status/Tingkat Bencana

d) Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana

Tahapan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana tersebut harus

dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu rangkaian sistem komando yang

terpadu. Rincian masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Informasi Kejadian Awal Bencana

Informasi awal kejadian bencana diperoleh melalui berbagai sumber antara

lain pelaporan, media masa, instansi/lembaga terkait, masyarakat, internet, dan

informasi lain yang dapat dipercaya. BNPB dan/atau BPBD melakukan klarifikasi

kepada instansi/lembaga/masyarakat di lokasi bencana. Informasi yang diperoleh

dengan menggunakan rumusan pertanyaan terkait bencana yang terjadi, terdiri dari:

1) Apa : jenis bencana


29

2) Bilamana : hari, tanggal, bulan, tahun, jam, waktu setempat

3) Dimana : tempat/lokasi/daerah bencana

4) Berapa : jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana

5) Penyebab : penyebab terjadinya bencana

6) Bagaimana : upaya yang telah dilakukan

b) Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)

Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BNPB dan/atau BPBD

menugaskan Tim Reaksi Cepat (TRC) tanggap darurat bencana, untuk

melaksanakan tugas pengkajian secara cepat, tepat, dan dampak bencana, serta serta

memberikan dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana.

Hasil pelaksanaan tugas TRC tanggap darurat dan masukan dari berbagai

instansi/lembaga terkait merupakan bahan pertimbangan bagi:

1) Kepala BPBD Kabupaten/Kota untuk mengusulkan kepada Bupati/Walikota

dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala Kabupaten/Kota.

2) Kepala BPBD Provinsi untuk mengusulkan kepada Gubernur dalam rangka

menetapkan status/tingkat bencana skala Provinsi.

3) Kepala BNPB untuk mengusulkan kepada Presiden RI dalam rangka

menetapkan status/tingkat bencana skala Nasional.

c) Penetapan Status/Tingkat Bencana

Berdasarkan usul Kepala BPBD Provinsi dan berbagai masukan yang dapat

dipertanggung jawabkan dalam forum rapat dengan instansi/lembaga terkait, maka:

1) Bupati/Walikota menetapkan status/tingkat bencana skala Kabupaten/Kota.

2) Gubernur menetapkan status/tingkat bencana skala Provinsi.


30

3) Presiden RI menetapkan status/tingkat bencana skala Nasional.

Tindak lanjut dari penetapan status/tingkat bencana tersebut, maka Kepala

BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya

menunjuk seorang pejabat sebagai komandan penanganan tanggap darurat bencana

sesuai status/tingkat bencana skala nasional/daerah.

d) Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana

Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai status/tingkat

bencana dan tingkat kewenangannya:

1) Mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Komando Tanggap Darurat

Bencana.

2) Melaksanakan mobilisasi sumberdaya manusia, peralatan dan logistik serta dana

dari instansi/lembaga terkait dan/atau masyarakat.

3) Meresmikan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.

Menurut Nurjanah dkk, (2013) mengatakan bahwa jika terjadi

bencana/kedaruratan, dalam penyapan operasi tanggap darurat segera dilakukan

tindakan/rapat koordinasi untuk melakukan hal-hal berikut: (1) penunjukan

Indident Commander; (2) Aktivasi Posko; (3) penugasan tim reaksi cepat; (4)

perencanaan operasi; (5) operasi tanggap darurat.

4) Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Pos Komando Penanganan Darurat


Bencana

Menurut Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2016 tentang Sistem Komando

Penanganan Darurat Bencana dalam pasal 9 ayat 1, menjelaskan bahwa Pos

komando mempunyai tugas:


31

a) melakukan kajian pemenuhan kebutuhan penanganan darurat bencana

berdasarkan hasil kaji cepat dan rencana kontinjensi;

b) melakukan kajian awal upaya/rencana kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi;

c) menyusun rencana kegiatan operasi penanganan darurat bencana;

d) mengoordinasikan instansi/lembaga terkait;

e) mengendalikan pelaksanaan penanganan darurat bencana;

f) memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penanganan darurat bencana;

g) melaksanakan manajemen informasi pelaksanaan penanganan darurat bencana;

h) Posko PDB kabupaten/kota atau provinsi melaporkan pelaksanaan operasi

penanganan darurat bencana kepada kepala BPBD kabupaten/kota atau provinsi

tembusan instansi/lembaga terkait; dan

i) Posko Nasional PDB melaporkan pelaksanaan operasi penanganan darurat

bencana kepada Kepala BNPB tembusan kementerian/lembaga terkait.

Adapun fungsi Pos komando menurut Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2016

tentang Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana diatur dalam pasal 9 ayat 2

yaitu:

a) pengkajian pemenuhan kebutuhan penanganan darurat bencana dan perencanaan

kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi;

b) perencanaan, pengendalian, pengoordinasian kegiatan operasi, pemantauan,

evaluasi dan pelaporan penanganan darurat bencana; dan

c) pengelolaan data dan informasi penanganan darurat bencana.

Sedangkan menurut Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2016 tentang Sistem

Komando Penanganan Darurat Bencana dalam pasal 10 ayat 1, menjelaskan bahwa


32

struktur Organisasi Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Kabupaten/Kota

dan Provinsi bahwa Posko PDB dipimpin seorang Komandan Posko PDB dibantu

oleh:

a) wakil komandan;

b) sekretariat;

c) bagian data, informasi dan humas;

d) bagian perencanaan;

e) perwakilan instansi/lembaga terkait; dan

f) bidang operasi.

Sekretariat, bagian, dan bidang/klaster sebagaimana dimaksud di atas dapat

dilengkapi dengan subbagian dan seksi/subklaster sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

5) Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Pos Lapangan Penanganan


Darurat Bencana

Menurut PERKA BNPB Nomor 3 Tahun 2016 tentang Sistem Komando

Penanganan Darurat Bencana dalam pasal 13 ayat 1, menjelaskan bahwa Pos

Lapangan mempunyai tugas:

a) melakukan kajian kebutuhan operasional lapangan;

b) menyusun rencana uraian kerja lapangan sesuai dengan rencana operasi yang

telah disusun oleh Posko PDB;

c) melaksanakan operasi di wilayah kerja;

d) mengajukan permintaan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

operasi kepada Posko PDB;

e) mengelola bantuan logistik dan peralatan untuk pelaksanaan operasi;


33

f) melakukan evaluasi pelaksanaan operasi;

g) melaksanakan manajemen data dan informasi pelaksanaan operasi; dan

h) melaporkan pelaksanaan operasi kepada Komandan Posko PDB.

Adapun fungsi Pos Lapangan menurut Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2016

tentang Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana diatur dalam pasal 13 ayat

2 yaitu:

a) pengkajian pemenuhan kebutuhan penanganan;

b) perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan operasi lapangan;

c) pengelolaan logistik dan peralatan; dan

d) pengelolaan data dan informasi.

Sedangkan Struktur Organisasi Pos Lapangan Penanganan Darurat Bencana

menurut PERKA BNPB Nomor 3 Tahun 2016 tentang Sistem Komando

Penanganan Darurat Bencana diatur dalam pasal 14 ayat 1 yaitu Pos Lapangan PDB

dipimpin seorang koordinator dibantu oleh:

a) wakil koordinator;

b) sekretariat; dan

c) seksi.

1.2.2.5 Bencana Banjir

1) Definisi Bencana Banjir

Banjir merupakan peristiwa terendamnya daratan oleh air yang jumlahnya

terlalu banyak. Pada dasarnya banjir terjadi akibat sungai tidak mampu menampung

debet air yang terlalu banyak sehingga air itu meluap dan memasuki daratan dan

memasuki daratan. (Sukamto, 2015)


34

Banjir merupakan tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang

melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian

fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009).

Menurut Ramli (2010) mengatakan bahwa banjir adalah dimana suatu

daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar.

Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datangnya secara tiba-tiba yang

disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena penggundulan hutan

disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun

menimbulkan korban jiwa.

Bencana banjir merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan berdampak psikologis (Mistra, 2007).

2) Kategori Banjir

Kategori atau jenis banjir terbagi berdasarkan lokasi sumber aliran

permukaannya dan berdasarkan mekanisme terjadinya banjir :

1) Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya, terdiri dari :

a. Banjir kiriman (banjir bandang) yaitu banjir yang diakibatkan oleh tingginya

curah hujan didaerah hulu sungai.

b. Banjir lokal yaitu banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang

melebihi kapasitas pembuangan disuatu wilayah.

2) Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir yaitu

a. Regular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh hujan.


35

b. Irregular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti

tsunami, gelombang pasang, dan hancurnya bendungan.

3) Penyebab Banjir

Menurut Sukamto (2015) mengatakan bahwa beberapa penyebab banjir

adalah sebagai berikut:

1) Hujan yang terus menerus

2) Erosi tanah

3) Saluran air yang tidak dipelihara

4) Kerusakan hutan

5) Membuang sampah sembarangan

6) Membangun perkampungan di daerah resapan air

Menurut International Development Exchange Program (2007)

mengatakan bahwa penyebab banjir antara lain :

1) Hujan, dimana dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan selama

berhari-hari. Di Kota Kendari kondisi curah hujan berdasarkan data dari Stasiun

Meteorologi Maritim Kendari, curah hujan tertinggi dalam kurun waktu 2017

terjadi pada bulan Mei, Juni dan Juli, yakni masing-masing sebesar 840 mm, 447

mm dan 298 mm. Sedangkan jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Mei, yakni

sebanyak 23 hari hujan dan terendah pada bulan Oktober sebanyak 4 hari.

2) Erosi tanah, dimana menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir

deras di atas permukaan tanah tanpa terjadi resapan. Kota Kendari termaksud

dalam daerah aliran sungai dan wilayah sungai. Keberadaan sungai-sungai yang

melintasi Kota Kendari dalam kondisi memprihatinkan. Selain kondisi yang


36

terus mendangkal akibat sedimentasi lumpur kian diperparah dengan material

sampah yang memenuhi badan sungai.

3) Buruknya penanganan sampah yaitu menyumbatnya saluran-saluran air

sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya. Di Kota Kendari

akibat kurangnya kesadaran warga akibat kebersihan lingkungan menjadi faktor

utama semakin pesatnya laju kerusakan daerah aliran sungai dan drainase di

wilayah perkotaan.

4) Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan

atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan.

Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya risiko banjir

sampai 6 kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya

serap tinggi. Kota Kendari faktor penyumbang banjir diakibatkan oleh

penyempitan dan penutupan saluran karena adanya bangunan liar, banyaknya

pembangunan ruko-ruko dan bangunan-bangunan besar dan perumahan yang

tidak sesuai dengan tata ruang serta daerah resapan di Kota Kendari sangat kecil.

Terbukti di berbagai tempat, permukaan tanahnya sudah dipenuhi beton. Hal ini

tampak mulai dari depan rumah warga, ruko-ruko, dan gedung-gedung.

5) Bendungan dan saluran air yang rusak dimana menyebabkan banjir terutama

pada saat hujan deras yang panjang. Jaringan drainase di Kota Kendari

mengikuti jaringan jalan dengan klasifikasi drainase sekunder dan drainase

tersier. Semuanya telah permanen atau buatan, namun kondisi drainase tidak

berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan oleh pelebaran jalan

sehingga ada beberapa drainase yang tertimbun oleh material dasar pembuatan
37

jalan, disisi lain juga diakibatkan banyaknya sampah yang menyumbat saluran-

saluran air faktor dari kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan

(membuang sampah sembarangan). Oleh karena itu pemeliharaan saluran air

(drainase) sangat penting, karena sangat membantu dalam mencegah terjadinnya

luapan air yang berlebihan pada saat curah hujan yang tinggi sehingga

pengalirannya melalui saluran pembuangan air yang utama.

6) Keadaan tanah dan tanaman dimana tanah yang ditumbuhi banyak tanaman

mempunyai daya serap air yang besar.

7) Di daerah bebatuan dimana daya serap air sangat kurang sehingga bisa

menyebabkan banjir kiriman atau banjir bandang. Banjir bandang di Kota

Kendari disebabkan oleh debit air sungai yang mengalir membawa massa

sedimen berupa (pasir, krikil, batu dan lempung) dalam satu unit dengan

kecepatan tinggi. Banjir tersebut diperparah oleh air kiriman dari hulu sungai.

Sebagian besar terjadi akibat bertambah luasnya daerah terbangun dan

menambah koefisien aliran di daerah tangkapan, sehingga banyak air yang

mengisi aliran permukaan sebaliknya sedikit air yang meresap.

Menurut Ramli (2010) faktor penyebab banjir yaitu sebagai berikut:

1) Curah hujan tinggi

2) Permukaan tanah lebih rendah dibandikan muka air laut

3) Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air

keluar sempit

4) Banyak pemukiman yang dibangun pada daratan sepanjang sungai


38

5) Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir

sungai

6) Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai

4) Dampak Banjir

Dengan adanya bencana banjir dapat mengganggu beberapa aspek berikut:

1) Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut, tenggelam,

luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya penyakit seperti penyakit

kulit, demam berdarah, malaria, influenza, gangguan pencernaan dan penduduk

terisolasi.

2) Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen,

arsip, peralatan, perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan.

3) Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak

berfungsinya pasar tradisional, kerusakan atau hilangnya harta benda, ternak dan

terganggunya perekonomian masyarakat.

4) Aspek sarana/prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk,

jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas

umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.

5) Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, objek wisata,

persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/jaringan

irigasi (Rahayu dkk, 2009).

5) Banjir di Kota Kendari

Banjir di wilayah perkotaan merupakan bencana yang sering terjadi di

Indonesia termasuk Kota Kendari. Dengan pesatnya laju urbanisasi dan tidak
39

efektifnya penerapan aturan pengendalian perkembangan Kota mengakibatkan

terjadinya masalah lingkungan. Melonjaknya kebutuhan terhadap lahan yang

mendorong terjadinya konversi lahan yang sebelumnya bervegetasi menjadi lahan-

lahan yang kedap air merupakan kondisi yang tidak terhindarkan. Menurut

Kodoatie (2013) hal ini menjadi penyebab utama terjadinya banjir perkotaan. Selain

itu, terjadinya banjir juga dipengaruhi oleh kegiatan manusia atau pembangunan

yang kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi lingkungan (Rosyidie,

2013). Ilustrasi tersebut di atas menggambarkan kondisi yang terjadi di Kota

Kendari. Alwi dkk, (2011) menerangkan bahwa perluasan kawasan Kota Kendari

mendorong percepatan ekspansi ruang terbangun secara tak terkendali dan

berkurangnya kawasan hutan yang cepat. Ironisnya, perambahan hutan yang diubah

fungsinya tersebut bukan hanya terjadi pada kawasan hutan produksi tetapi juga

pada kawasan hutan lindung (Askar, 2014). Menyambung kenyataan tersebut, Jaya

(2016) menambahkan bahwa perubahan kondisi lahan yang terjadi dari waktu ke

waktu membuat ancaman terjadinya banjir semakin besar. Berdasarkan data historis

kejadian banjir, Kota Kendari telah menjadi daerah langganan banjir (BPS Kota

Kendari, 2018). Sedangkan kejadian banjir dengan kerugian terbesar terjadi pada

tahun 2013 dimana kerugian ekonomi mencapai angka miliaran rupiah (Kasim,

2017).

1.2.2.6 Penanganan Masyarakat Korban Bencana

Menurut UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, korban

bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia
40

akibat bencana. Menurut Warto dkk, (2002) Korban Bencana pada dasarnya

dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut:

1) Korban primer, yaitu semua orang di daerah bencana yang kehilangan sanak

keluarga, luka berat atau meninggal, serta kerugian harta benda. Korban primer

ini menjadi fokus pemberian bantuan sosial pada tahap darurat.

2) Korban sekunder, yaitu semua orang yang berada di daerah bencana atau rawan

bencana yang mengalami kerugian ekonomi akibat bencana ataupun akibat

bantuan sosial yang tidak menggunakan potensi ekonomi setempat.

3) Korban tertier, yaitu semua orang yang berada di luar daerah bencana tetapi ikut

menderita akibat bencana, misalnya terganggunya proses produksi, distribusi,

maupun pemasaran barang dagangan.

Menurut Murni T.W. (2010) dalam Emaliyawati dkk. (2016)

penatalaksanaan penanganan korban bencana saat ini belum tertangani secara

maksimal, dimana evakuasi korban bencana sangat sulit dilakukan dan seringkali

menimbulkan keterlambatan penanganan. Hal ini terjadi selain kondisi infrastruktur

yang rusak juga koordinasi dengan tempat layanan kesehatan terdekat masih sulit

dilakukan, sumber daya manusia, dan fasilitas kesehatan yang tersedia tidak

terinformasikan secara jelas, sehingga penanganan korban menjadi terlambat.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka masyarakat dan pemerintah daerah pun

seharusnya sudah menyadari dan mewaspadai, dan siap siaga terhadap

kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat terjadi akibat bencana di daerahnya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah upaya meningkatkan mitigasi

bencana di daerahnya. Mitigasi yang cepat dan tepat ketika terjadi bencana terbukti
41

dapat meminimalkan korban akibat bencana, baik korban jiwa, korban luka-luka

maupun kerugian fisik dan material.

Menurut UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 54 bahwa penanganan masyarakat

dan pengungsi yang terkena bencana dilakukan dengan kegiatan meliputi

pendataan, penempatan pada lokasi yang aman, dan pemenuhan kebutuhan dasar.

1.2.2.7 Kerangka Pemikiran

Potensi Bahaya

Banjir

Keadaan Darurat

Prosedur Penanggulangan
Keadaan darurat

Persiapan Komponen Tindakan


42

1.3. Metodologi

1.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pemilihan lokasi di Kota Kendari sebagai tempat penelitian karena di Daerah

tersebut dalam pengelolaan tanggap darurat bencana banjir masih ditemukan

berbagai permasalahan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui

bagaimana pengelolaan tanggap darurat bencana banjir Kota Kendari tahun 2017.

1.3.2 Sifat penelitian


43

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran dan informasi

yang nyata mengenai bagaimana pengelolaan tanggap darurat bencana banjir Kota

Kendari Tahun 2017.

1.3.3 Informan Penelitian

Untuk memperkuat dan mendapatkan informasi data sehubungan dengan

penelitian ini, maka informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik purposive sampling (disengaja) yang berjumlah 12 orang, masing-masing

adalah 2 orang dari Dinas Sosial, 1 orang Kepala Pelaksana BPBD, 1 orang

Komandan Tanggap Darurat, 1 orang Bidang Perencanaan, 1 orang Bidang Operasi,

dan 1 orang Kepala Bidang Penanganan Darurat dan Logistik, 1 orang seksi

Penyelamatan, Evakuasi dan Penanganan Pengungsi, 1 orang seksi Sarana dan

Prasarana Darurat dan Logistik, 1 orang dari Dinas Kesehatan dan 2 orang TRC.

Dengan pertimbangan bahwa informan tersebut dapat mengetahui dan memberikan

jawaban atau informasi yang akurat atas permasalahan penelitian ini yakni

bagaimana pengelolaan tanggap darurat bencana banjir Kota Kendari Tahun 2017.

Sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1994) bahwa dalam penelitian

kualitatif penentuan besarnya jumlah informan tidak ada ukuran yang mutlak,

melainkan selalu didasarkan pada kebutuhan data dan perkembangan di lapangan,

atau sudah mengalami kejenuhan data wawancara diakhiri.

1.3.4 Jenis dan Sumber Data

1) Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data dari aktor-aktor atau

stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan tanggap darurat bencana banjir Kota
44

Kendari Tahun 2017 untuk mendapat teori dasar, konsep pemikiran, pendapat,

pandangan dan fakta tentang pengelolaan tanggap darurat bencana tersebut.

2) Data Sekunder

Data sekunder yang dimaksud adalah data yang mendukung penulisan ini

yang diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan pemerintah daerah tentang tanggap

darurat bencana banjir dan peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk

mendapat teori dasar, konsep pemikiran, pendapat, pandangan, fakta, serta landasan

hukum terkait penyelenggaraan tanggap darurat bencana yang berhubungan dengan

penelitian ini.

1.3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara:

1) Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelusuran terhadap literatur

sebagai sumber untuk menelaah berbagai teori yang berkaitan dengan

permasalahan dalam penelitian ini.

2) Penelitian lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data dan informasi

secara langsung di lapangan dengan teknik:

a) Wawancara (interview) yaitu metode untuk mengadakan tanya jawab

langsung (tatap muka) dengan informan penelitian untuk memperkuat data

yang berhubungan dengan pengelolaan tanggap darurat bencana banjir Kota

Kendari Tahun 2017.

b) Dokumentasi yaitu peneliti mencari data dengan mengambil data tentang

pengelolaan tanggap darurat bencana banjir Kota Kendari Tahun 2017.


45

1.3.6 Teknik Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara

deskriptif kualitatif, yaitu data disajikan dengan menjelaskan dan menggambarkan

keadaan yang sesungguhnya terjadi di lokasi penelitian. Dimulai dari pengumpulan

data (data collection) yang relevan dengan tema penelitian, setelah itu dilakukan

pemilahan dan penyederhanaan data untuk memfokuskan pada masalah penelitian

(data reduction), kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk teks (data display)

dan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan (conclution drawing and

verifying) dari data yang disajikan. Sebagaimana Miles dan Huberman (1984)

dalam Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.


BAB II

DESKRIPSI OBJEK LOKASI PENELITIAN

2.1 Keadaan Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik

Kota Kendari terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 1995 yang disahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status

Kotamadya Daerah Tingkat II Kendari. Kota Kendari yang merupakan ibukota

Provinsi Sulawesi Tenggara, secara astronomis terletak di bagian selatan garis

khatulistiwa berada di antara 3o54’40’’ dan 4o5’05’’ Lintang Selatan (LS) dan

membentang dari Barat ke Timur diantara 122o26’33’’ dan 122o39’14’’ Bujur

Timur (BT). (BPS. Kota Kendari dalam angka 2018).

Wilayah Kota Kendari terletak di sebelah Tenggara Pulau Sulawesi.

Wilayah daratannya terdapat di dataran Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk

Kendari.Terdapat satu pulau pada wilayah Kota Kendari yang dikenal sebagai

Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 295,89 Km2 atau 0,70 %

dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. (BPS. Kota Kendari dalam angka

2018).

Luas wilayah menurut Kecamatan sangat beragam. Kecamatan Baruga

merupakan wilayah kecamatan yang paling luas (18,18%) terhadap luas Kota

Kendari, selanjutnya Kecamatan Puuwatu (16,01%), Kecamatan Poasia (15,79%),

Kecamatan Nambo (9,32%), Kecamatan Kambu (8,13%), Kecamatan Mandonga

(8,00%), Kecamatan Kendari Barat (7,77%), Kecamatan Kendari (5,33%),

46
47

Kecamatan Abeli (5,12%), Kecamatan Wua-Wua (3,97%), dan Kecamatan Kadia

(2,38%). (BPS. Kota Kendari dalam angka 2018).

Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Kendari memiliki batas-batas:

1) Sebelah Utara : Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe

2) Sebelah Timur : Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan dan

Laut Banda

3) Sebelah Selatan : Kecamatan Konda dan Ranomeeto, Kabupaten Konawe

Selatan

4) Sebelah Barat : Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe Selatan

2.1.1 Iklim

Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota Kendari hanya dikenal

dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Keadaan musim sangat

dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas wilayahnya. Menurut data yang

diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi

Maritim Kendari tahun 2017 terjadi 165 hari hujan dengan curah hujan 3.030 mm3.

Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Perbedaan ketinggian dari

permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir mengakibatkan keadaan

suhu yang sedikit bedah untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara

keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan daerah bersuhu tropis. Menurut data

yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika, selama tahun 2017 suhu udara maksimum 35oC dan

suhu udara minimum 21oC. Tekanan udara rata-rata 1.011,2 millibar dengan
48

kelembaban udara rata-rata 85,3 persen. Rata-rata kecepatan angin tahun 2017

mencapai 2,4 knot. (BPS. Kota Kendari dalam angka 2018).

2.1.2 Topografi

Kota Kendari Merupakan perpaduan antara daerah perbukitan, datar dan

pesisir pantai dengan ketinggian antara 0 – 472 m di atas permukaan laut (dpl).

Pegunungan Nipa-nipa dengan kemiringan lebih dari 40 % dan ketinggian tertinggi

472 mdpl serta Teluk Kendari sebagai kawasan pesisir dengan kemiringan 0 – 3%,

memberikan ciri yang menonjol bagi wilayah Kota Kendari.

Berdasarkan faktor kemiringan lahan, wilayah Kota Kendari terbagi atas

klasifikasi kemiringan:

1) Kemiringan 0 – 3% mendominasi sebagian besar wilayah Kota Kendari mulai

dari Teluk Kendari. Klasifikasi kemiringan ini dominan di Kecamatan Baruga

dan terkecil di Kecamatan Kendari.

2) Kemiringan 3 – 15% merupakankemiringan lahan tahap kedua terluas di wilayah

Kota Kendari, tersebar merata di 3 (tiga) kecamatan yaitu Poasia, Baruga dan

Mandonga serta sebagian kecil di Kecamatan Kendari.

3) Kemiringan 15 – 25% merupakan kelompok kemiringan lahan ketiga terluas di

Wilayah Kota Kendari, penyebarannya sebagian besar di Kecamatan Kendari.

4) Kemiringan 25 – 40% penyebarannya terluas di Kecamatan Kendari, serta

sekitar pegunungan Nipa-Nipa.

5) Kemiringan > 40% penyebarannya hanya terdapat pegunungan Nipa-Nipa atau

kemiringan Poasia saja. (Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012).


49

2.1.3 Geologi

Secara umum, keadaan tanah (soil) Kota Kendari ini terdiri dari tanah liat

bercampur pasir halus dan berbatu. Diperkirakan sebagai jenis aluvium berwarna

coklat keputih-putihan dan ditutupi batuan pratersier terdiri dari batuan batu

lempung bergelimer, batu pasir dan kwarsa. Dibagian pantai batuan pratersier

tersebut ditutupi batuan terumbu gamping. Keadaan batuan yang demikian

umumnya tidak meluas air atau kedap air. (Buku Putih Sanitasi Kota Kendari,

2012).

Adapun persebaran dan jenis batuan yang terdapat di Kota Kendari adalah

sebagai berikut :

1) Batu pasir Kuarsit, Serpih Hitam Batu Sabak, Batu Gamping dan Batu Lanau

tersebat di Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga sebagian utara sampai

perbatasan dengan Kecamatan Soropia, tepatnya di Kawasan Hutan Raya

Murhum.

2) Endapan eluvium Pasir, lempung dan lumpur, tersebar dipesisir pantai Teluk

Kendari dan disekitar sungai-sungai yang mengalir di Kota Kendari.

3) Batu Gamping Koral dan Batu Pasir yang tersebar di Pulau Bungkutoko, pesisir

pantai Kelurahan Purirano dan Kelurahan Mata, serta Kecamatan Mandonga

kearah Barat Laut, yang dibatasi Jalan R. Soeprapto Jalan Imam Bonjol dan batas

antara Kota Kendari dengan Kecamatan Sampara.

4) Konglomerat dan Batu Pasir , tersebar disepanjang kiri kanan jalan poros antara

Kota Lama dengan Tugu Simpang tiga Mandonga, bagian tengah Kecamatan

Mandonga dan Bagian Barat Kecamatan Baruga serta bagian tengah Kecamatan
50

Poasia sampai kearah selatan, yaitu kawasan rencana kompleks perkantoran

1.000 Ha kearah pegunungan Nanga-Nanga.

5) Filit, Batu Sabak, Batu Pasir Malik Kuarsa, Kalsiulit, Napai, dan Kalkarenit

Lempung, tersebar di arah tenggara Kecamatan Poasia tepatnya Kelurahan Talia,

Kelurahan Abeli, Kelurahan Anggalomelai, Kelurahan Tobimeita, Kelurahan

Benuanirae dan Kelurahan Anggoeya.

6) Konglomerat, Batu Pasir, Batu Lanau dan Batu Lempung, tersebar di Kecamatan

Poasia bagian timur yaitu di Keluahan Petoaha, Kelurahan Sambuli dan

Kelurahan Nambo serta sebagian Kelurahan Tondonggeu.

7) Batu Gamping, Batu Pasir dan Batu Lempung, tersebar dibagian barat

Kecamatan Mandonga sampai dengan batas Kota Kendari dengan Kecamatan

Sampara dan Kecamatan Ranomeeto. (Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012).

Sedangkan, berdasarkan klasifikasi tanah taxonomy USDA, 1998, maka

kondisi tanah di Kota Kendari cukup beragam, yaitu Endoaquents, Fluaquents,

Epiaquepts, Endoaquaquepts, Haplustepts, Haplustalfs, Sulfaquents, dan

Sulfaquepts. Tekstur tanahnya didominasi oleh pasir.

Adapun dari segi geologinya, Kota Kendari secara makro terdiri dari

beberapa bentuk lahan dan litologi yaitu Punggung metamorfik terorientasi terjal,

dataran bergelombang yang berbukit kecil di atas napal dan batu gamping, Dataran

gabungan endapan muara dan sungai, Dataran berbukit kecil di atas batuan

metamorfik campuran, Punggung bukit sedimen asimetrik tak terorientasi, Kipas

aluvial non vulkanik yang melerang landai, Gunung karstik di atas marmer, Dataran

lumpur antar pasang surut di bawah halofit, Dataran sedimen campuran yang
51

berombak sampai bergelombang, Bukit karst di atas marmer dan batu gamping,

Kipas aluvial non vulkanik yang melereng sedang dan Dataran berbukit kecil di

atas batu sedimen campuran. (Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012).

Menurut Gandri dkk, (2019) Kondisi kelerengan wilayah Kota Kendari

terdiri dari 4 kelas, yaitu kelas 0-2% seluas 18.77%, kelas 2-15% merupakan kelas

terluas diantara kelas yang lain yakni seluas 66.27%, kelas 15-40% seluas 14.65%

sedang kelas lereng>40% merupakan kelas paling kecil yakni seluas 0.31.

Sedangkan bentuk lahan Kota Kendari di dominasi oleh dataran sedimen seluas

56.95%. Bentuk lahan lain yang mendominasi Kota Kendari yakni pegunungan

seluas 28.25%. Sedangkan perbukitan seluas 0.02%. Di sepanjang Sungai Wanggu

didominasi dataran aluvial seluas 10.39% yang bersambung dengan rawa pasang

surut di muara sungai hingga Teluk Kendari seluas 1.02%. Bentuk lahan lain yang

juga ada di Teluk Kendari adalah kipas dan lahar seluas 3.28% serta jalur meander

seluas 0.09. Jenis tanah di Kota Kendari terbagi menjadi 6 jenis yaitu Brunizen

0.43%, Gleyso l25.63%, Kambisol 64.71%, Meditran 7.18%, dan Orgonosol

2.05%. Sedangkan jenis geologi Kota Kendari terdiri dari Qal, Endapan eluvium

Pasir, lempung dan lumpur seluas 13.6%, Filit, Batu Sabak, Batu Pasir Malik

Kuarsa Kalsiulit, Napai, Batu Lumpur dan Kalkarenit Lempung seluas 8.78%,Qps,

Konglomerat dan Batu Pasir seluas 30.85%, TMPI, Batu Gamping Kalkarenit,

Napal, Batu Pasir seluas 8.05%, Qpl, Batu Gamping Koral, Konglomerat dan Batu

Pasir seluas 2,665 ha 9.91% ,TMPs, Konglomerat, Batu Pasir, Batu Lanau seluas

15.56% serta Batu Pasir, Kuarit, Serpihan Hitam dan Batu Sabak seluas 13.25%.
52

2.1.4 Hidrologi

Hidrologi air permukaan di wilayah Kota Kendari dipengaruhi oleh sungai

besar dan kecil, antara lain Sungai Wanggu (Sungai Lepo-Lepo), Sungai Tipulu,

Sungai Mandonga, dan Sungai Sodohoa, yang kesemuanya bermuara ke Teluk

kendari. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai saluran pembuangan air hujan/

drainase Kota. Untuk kebutuhan pengolahan air bersih, selama ini dilayani oleh

PDAM yang menggunakan air baku dari Kali Pohara. (Buku Putih Sanitasi Kota

Kendari, 2012).

Berdasarkan pada letak atau posisinya sumber daya air dibedakan menjadi:

1) Air Permukaan

Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kota Kendari beserta debit rata-

ratanya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sungai - Sungai Di Wilayah Kota Kendari dan Debit Tersedianya
(ltr/dtk)
Panjang Debit tersedianya
No Nama Sungai/Kali
(Km) (ltr/dtk)
1. Sungai Wanggu 17,0 7.487
2. Lasolo 6,52 0.22
3. Kampung Salo 4,70 0.23
4. Mandonga 7,90 0.214
5 Kambu 15,01
6 Kadia 10,39
7 Abeli 10,10
8 Abeli Dalam 6,55
9 Amarilis 2,30 0.17
10 Lepo-Lepo 8.91
11 Watu-Watu 2,33 0.35
Nanga- 5,54
12
Nanga/Andonohu
13 Mokoau 6,43
14 Lahundape 4,68 0.46
15 Punggaloba 4,01 0.24
16 Lemo 4,21
53

17 Lalonggori 4,41
18 Mata 2,60 0.08
19 Watubangga 3,41
20 Wua-Wua 4,76
21 Benu-Benua 2,91 0.43
22 Korumba 5,56
Total 144,64 7.489.394
Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012

Dari potensi air permukaan sebanyak 7.153.660,80 m3 tersebut, dapat

dimanfaatkan untuk domestik sebesar 1.784.177,95 m3, Pertanian sebesar

1.463.539,12 m3, Jumlah pemakaian untuk domestik dan Pertanian sebesar

3.247.717,07 m3 dan sisa cadangan air permukaan sebesar 3.905.942,93 m3.

2) Air Tanah Dangkal dan Air Tanah Dalam

Air tanah dangkal berasal dari air hujan yang turun, sedangkan air tanah

dalam berasal dari air hujan dan air terperangkap (tawar atau payau).

Keberadaan beberapa aliran sungai di Kota Kendari bersumber dari

Pegunungan Nipa-Nipa dan Pegunungan Nanga-Nanga, yang merupakan potensi

yang besar untuk kebutuhan penduduk sehari-hari. Sungai besar yang melintasi

Kota Kendari adalah Sungai Wanggu dengan mata air dari Pegunungan Nanga-

Nanga. Sungai Wanggu ini membentang dari Barat Daya di pegunungan Watu Re

arah Utara dan bermuara di Teluk Kendari. Panjang Sungai Wanggu dari hulu

sampai ke muara sekitar 75 km. Adapun anak-anak sungai Wanggu antara lain:

1) Sungai Konda 8) Sungai Ambololi

2) Sungai Lapulu 9) Sungai Lambusa

3) Sungai Numanggere 10) Sungai Amohalo

4) Sungai Lamomea 11) Sungai Lepo-Lepo


54

5) Sungai Pinesala 12) Sungai Ea

6) Sungai Alulua 13) Sungai kecil lainnya

7) Sungai Pambula

Sungai lain yang berasal dari Pegunungan Nanga-Nanga diantaranya

adalah Sungai Anggoeya, Sungai Kambu dan Sungai Lepo-Lepo. Sedangkan

sungai-sungai lain yang berasal dari pegunungan Nipa-nipa antara lain :

1) Sungai Kadia

2) Sungai Korumba

3) Sungai Mandonga

4) Sungai Kemaraya

5) Kali Lainea

6) Kali Tanea

7) Beberapa sungai-sungai kecil lainnya.

Secara hidrologis, saluran-saluran sungai pada DAS Wanggu bermuara di

Teluk Kendari. Pola aliran (drainage pattern) saluran-saluran sungai DAS Wanggu

secara umum menyerupai bentuk cabang-ranting-pohon (dendritic pattern). Pola

tersebut bila dikaitkan dengan sistem aliran sungai (drainage system) dapat

mempercepat gerakan limpasan air dan mempermudah terjadinya erosi tanah pada

DAS Wanggu. (Rencana Kotinjensi Kota Kendari 2017).

Kondisi DAS Sungai Wanggu pada saat ini sudah cukup kritis. Di daerah

up-stream tumbuhan tahunan yang merupakan ciri khas hutan tropis sudah hampir

hilang. Kondisi semacam ini terlihat pada daerah pegunungan yang merupakan
55

watershed Sungai Wanggu yang banyak ditumbuhi rumput dan semak. Tumbuhan

semacam ini tidak bisa menahan air selama musim hujan.

Dengan kondisi demikian pada saat terjadi musim hujan air tidak bisa

tertahan, sehingga semua air akan mengalir ke bawah secara bersamaan akibatnya

bisa menyebabkan banjir pada daerah aliran di bawahnya. Kondisi dan karakteristik

wilayah Kota Kendari yang demikian, maka Kota Kendari diidentifikasi memiliki

potensi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Uraian lebih rinci mengenai potensi

air tanah di Kota Kendari adalah sebagai berikut :

1) Potensi air tanah dangkal meliputi :

a) Daerah rawan pasang surut

b) Kedalaman air tanah kurang dari 3 m dengan debit kurang dari 5 liter

c) Kedalaman air tanah antara 3 m sampai 10 m dengan debit antara 3 liter/detik

2) Potensi air tanah dalam diklasifikasi sebagai berikut :

a) Potensi aquifer sangat rendah dengan debit (q) kurang dari 1 liter/detik

b) Potensi aquifer rendah setempat dengan debit (q) 1 liter/detik

c) Potensi aquifer rendah sampai sedang dengan debit (q) antara 1 sampai 3

liter/detik

d) Potensi aquifer sedang sampai tinggi dengan parameter debit air (q) antara 3

sampai 5 liter/detik. (Buku Putih Sanitasi Kota Kendari, 2012).

Menurut hasil penelitian, kualitas air Sungai Wanggu pada tahun 1994

yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan Departemen

Pekerjaan Umum (Data Tahunan Kualitas Air 1993 – 1994), mengidentifikasikan

adanya penurunan kualitas air. Selain itu, hampir pada semua bagian kota terjadi
56

pendangkalan saluran dan sungai yang diakibatkan muatan sediment pasir dari

daerah hulu. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri terhadap pendangkalan Teluk

Kendari. (Rencana Kotinjensi Kota Kendari 2017).

Kondisi air tanah dangkal di wilayah Kota Kendari terdiri dari :

1) Baruga, serta sebagian kecil di sebelah utara Kecamatan Mandonga.

2) Air tanah dangkal dengan kedalaman air tanah 3 – 10 meter dan potensi aquifer

sedang ( 3 – 5 ltr/detik), tersebar di semua kecamatan, Air tanah dangkal dengan

kedalaman air tanah kurang dari 3 (tiga) meter dan potensi aquifer sedang ( > 5

ltr/detik), tersebar di 3 (tiga) kecamatan, yaitu di sekitar Teluk Kendari pada

Kecamatan Poasia dan yaitu di sekitar Teluk Kendari pada Kecamatan Kendari,

sedangkan di Kecamatan Mandonga mulai dari sisi timur atau kelurahan

Korumba hingga ke arah selatan Kelurahan Watulondo, untuk di Kecamatan

Baruga mulai dari Kelurahan Kadia ke arah selatan hingga sekitar Kelurahan

Baruga dan di Kecamatan Poasia menyebar ke sebelah utara sebelum Teluk

Kendari. (Rencana Kotinjensi Kota Kendari 2017).

Untuk kondisi air tanah dalam di wilayah Kota Kendari terdiri dari :

1) Air tanah dalam dengan potensi aquifer rendah setempat-tempatnya (< 1

ltr/detik), tersebar di semua kecamatan dengan penyebaran terluas di Kecamatan

Poasia sekitar pegunungan Nipa-Nipa, serta di sebelah barat Kecamatan

Mandonga dan Baruga, sedangkan di Kecamatan Kendari hanya bagian timur

wilayah pesisir;
57

2) Air tanah dalam dengan potensi aquifer rendah (1-3 ltr/detik), tersebar di semua

kecamatan. Jenis air tanah ini, mendominasi hampir seluruh wilayah Kecamatan

kendari. Persebarannya di Kecamatan Poasia pada pegunungan Nipa-Nipa.

2.1.5 Administrasi

Wilayah administrasi Kota Kendari terdiri atas 11 wilayah kecamatan,

yaitu Kecamatan Mandonga, Kecamatan Baruga, Kecamatan Puuwatu, Kecamatan

Kadia, Kecamatan Wua-Wua, Kecamatan Poasia, Kecamatan Abeli, Kecamatan

Kambu, Kecamatan Nambo, Kecamatan Kendari dan Kecamatan Kendari Barat

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 5 s/d 14 Tahun 2005 yang

selanjutnya terbagi menjadi 65 kelurahan. (BPS. Kota Kendari dalam angka 2018).

Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Kendari

Jumlah Luas Wilayah


Kecamatan
Kelurahan (Km2) (%) thd total
Mandonga 6 21,74 8,00
Baruga 4 49,41 18,18
Puuwatu 6 43,51 16,01
Kadia 5 6,48 2,38
Wua-Wua 4 10,79 3,97
Poasia 5 42,91 15,79
Abeli 7 13,90 5,12
Kambu 4 22,10 8,13
Nambo 6 25,32 9,32
Kendari 9 14,48 5,33
Kendari Barat 9 21,12 7,77
Sumber :BPS. Kota Kendari dalam angka Tahun 2018
58

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Kendari


Sumber :BPS. Kota Kendari dalam angka Tahun 2018

2.2 Keadaan Demografi

Penduduk Kota Kendari berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017

sebanyak 370.728 jiwa yang terdiri atas 187.233 jiwa penduduk laki-laki dan

183.495 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah

penduduk tahun 2016, penduduk Kota Kendari mengalami pertumbuhan sebesar

3,16 persen dengan masingmasing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki

sebesar 3,22 persen dan penduduk perempuan sebesar 3,09 persen. Sementara itu

besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2017 penduduk laki-laki terhadap

penduduk perempuan sebesar 102.

Kepadatan penduduk di Kota Kendari tahun 2017 mencapai 1.364

jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 11 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan


59

penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Kadia dengan kepadatan sebesar 7.743

jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Nambo sebesar 441 jiwa/Km2.

Tabel 2.3 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan


di Kota Kendari, 2017
Persentase Kepadatan Penduduk
Kecamatan
Penduduk per km2
Mandonga 12,47 2.127
Baruga 6,68 501
Puuwatu 9,57 815
Kadia 13,53 7.743
Wua-Wua 8,42 2.892
Poasia 8,61 744
Abeli 4,73 1.261
Kambu 9,36 1.570
Nambo 3,01 441
Kendari 8,81 2.257
Kendari Barat 14,80 2.599
Sumber : BPS. Kota Kendari dalam angka 2018

Gambar 4.2 Peta Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kota Kendari 2017
Sumber : BPS. Kota Kendari dalam angka 2018
60

2.3 Sosial dan Budaya

Dalam pelaksanaan pembangunan disegala bidang, pemerintah telah

berupaya secara maksimal agar tercipta kesejahteraan masyarakat yang salah

satunya adalah bidang sosial budaya. Usaha tersebut antara lain melalui kegiatan

dibidang pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, agama, keamanan dan

ketertiban masyarakat serta bidang sosial lainnya. Pembangunan di bidang sosial

lainnya di Kota Kendari diarahkan untuk terwujudnya kehidupan dan penghidupan

sosial, baik dari segi material maupun dari segi spiritual, utamanya dapat mengatasi

masalah kesejahteraan sosial seperti kemiskinan, keterbelakangan, keterlantaran,

kerawanan, ketentraman sosial dan bencana alam.

2.3.1 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses

pelaksanaan pembangunan, untuk itu berhasil tidaknya pembangunan juga

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk karena pendidikan akan menentukan

besar tidaknya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi

pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal (Kelurahan,

Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang akan

dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga

mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok

lingkungan yang ada.


61

Tabel 2.4 Jumlah Sekolah menurut Jenjang Pendidikan dan Kecamatan,


2017/2018
Jumlah Sarana Pendidikan
Kecamatan
SD SLTP SMA SMK
Mandonga 16 4 3 2
Baruga 11 6 4 4
Puuwatu 12 4 3 0
Kadia 12 7 6 4
Wua-Wua 6 3 2 2
Poasia 16 6 2 3
Abeli dan Nambo 21 4 1 0
Kambu 11 5 3 2
Kendari 17 5 2 0
Kendari Barat 25 10 6 2
Sumber : BPS. Kota Kendari dalam angka 2018

2.3.2 Agama

Pembangunan di bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa diarahkan untuk menciptakan keselarasan dan kerukunan hubungan

antara umat beragama, keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia,

manusia dengan penciptanya serta dengan alam sekitarnya. Masyarakat Kota

Kendari sangat heterogen yang memiliki latar belakang agama, suku, budaya,dan

tingkat pendidikan yang beragam. Mayoritas masyarakat Kota Kendari adalah

pemeluk Agama Islam. Sedangkan pemeluk agama minoritas adalah agama Budha.

Komposisi jumlah penduduk tahun 2017 berdasarkan agama seperti yang tertera

pada tabel 4.5 berikut:


62

Tabel 2.5 Distribusi Persentase Penganut Agama Menurut Kecamatan


di Kota Kendari, 2017
No. Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha Jumlah
1 Mandonga 93,84 3,02 2,56 0,38 0,20 100
2 Baruga 91,59 4,57 2,33 1,28 0,23 100
3 Puuwatu 93,03 5,18 1,30 0,46 0,03 100
4 Kadia 90,77 4,88 3,24 0,62 0,49 100
5 Wua-Wua 90,50 4,01 1,70 3,19 0,60 100
6 Poasia 96,50 2,41 0,75 0,24 0,10 100
7 Abeli 99,34 0,22 0,38 0,02 0,04 100
8 Kambu 92,82 1,95 3,56 1,51 0,16 100
9 Nambo
10 Kendari 94,50 3,79 1,05 0,19 0,47 100
11 Kendari Barat 89,85 5,17 4,20 0,48 0,30 100
Catatan: Data Kecamatan Nambo masih bergabung dengan Kecamatan Abeli
Sumber : BPS. Kota Kendari dalam angka 2018

2.3.3 Kemiskinan

Garis kemiskinan Kota Kendari pada tahun 2017 mengalami penurunan

dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 301. 894,- Per Kapita Per

Bulan.atau 5,01 %.
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

3.1.1 Pelaksanaan Penentuan Status Keadaan Darurat Bencana Pada


Bencana Banjir di Kota Kendari

Penetapan status keadaan darurat bencana menjadi salah satu urutan tahap

kegiatan yang harus dilakukan dalam penanganan darurat bencana. Hal ini dapat

dilihat dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, pasal 48 yang menyebutkan

bahwa penanganan darurat bencana terdiri atas: (a) pengkajian secara cepat dan

tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya, (b) penetapan status keadaan

darurat bencana, (c) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, (d)

pemenuhan kebutuhan dasar, (e) perlindungan terhadap kelompok rentan, (f)

pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

Pedoman dalam pelaksanaan penetapan status keadaan darurat bencana

oleh pemerintah daerah di Kota Kendari berdasarkan Peratuaran Kepala BNPB No.

3 Tahun 2016 tentang Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana. Dalam Perka

tersebut seperti yang termuat dalam pasal 5 ayat 1, disebutkan bahwa Pada saat

status keadaan darurat bencana kabupaten/kota ditetapkan perangkat yang

diaktifkan terdiri atas:

a) Posko PDB kabupaten/kota

b) Pos Lapangan PDB

c) Pos Pendukung PDB

d) Pos Pendamping PDB provinsi

63
e) Pos Pendamping Nasional PDB.

Untuk membentuk Komando Tanggap Darurat Bencana, yang pertama

kali dibutuhkan adalah informasi awal mengenai bencana Banjir. Informasi awal

kejadian bencana Banjir di Kota Kendari diperoleh dari berbagai sumber antara lain

pelaporan, media masa, instansi/lembaga terkait, masyarakat, dan informasi lain

yang dapat dipercaya. BPBD Kota Kendari melakukan klarifikasi kepada

instansi/lembaga/masyarakat di lokasi bencana. Informasi yang diperoleh dengan

menggunakan rumusan pertanyaan terkait bencana Banjir yang terjadi terdiri dari:

a) Jenis Bencana

b) Waktu Kejadian

c) Lokasi Daerah Bencana

d) Jumlah Korban/Kerusakan

e) Penyebab Banjir

Berdasarkan informasi kejadian awal yang diperoleh, BPBD Kota Kendari

menugaskan Tim Reaksi Cepat (TRC) tanggap darurat bencana untuk

melaksanakan tugas pengkajian secara cepat, tepat, dan dampak bencana, serta

memberikan dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana

banjir. Hasil pelaksanaan tugas TRC tanggap darurat bencana banjir dijadikan

bahan pertimbangan bagi Kepala BPBD Kota Kendari untuk mengusulkan kepada

Wali Kota dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala Kabupaten/Kota.

Selanjutnya, dengan memperhatikan usulan dari Kepala BPBD tersebut di atas,

Wali Kota Kendari menetapkan status/tingkatan bencana skala Kota. Dalam rangka

penanganan darurat bencana Banjir di Kota Kendari tersebur, maka Pemerintah

137
138

Kota Kendari telah menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Banjir dengan

SK. Nomor: 609 Tahun 2017, dan membentuk Pos Komando Penanganan Darurat

Bencana banjir dengan SK. Nomor: 610 Tahun 2017. Masa tanggap darurat

bencana banjir dalam rangka penanganan darurat berlangsung selama 14 (empat

belas) hari, sejak tanggal 31 Mei 2017 sampai dengan 13 Juni 2017. Regulasi yang

dikeluarkan Pemerintah Kota Kendari untuk menindaklanjuti situasi darurat

bencana banjir terutama sebagai landasan hukum kegiatan tanggap darurat melalui

Surat Keputusan Bupati sebagai berikut:

Tabel 3.1 Landasan Hukum Kegiatan Tanggap Darurat

No. Regulasi Hukum Tentang

Keputusan Wali Kota Kendari Penetapan Status Tanggap Darurat


1. Nomor 609 Tahun 2017 Penanganan Bencana Banjir dan
Tanah Longsor Di Kota Kendari

Keputusan Wali Kota Kendari Penetapan Pos Komando Penanganan


2. Nomor 610 Tahun 2017 Darurat Banjir dan Tanah Longsor Di
Kota Kendari

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang informan mengatakan

bahwa:

“Pelaksanaan penentuan status keadaan darurat bencana pada bencana


banjir di Kota Kendari dalam rangka penanganan darurat bencana maka
pemerintah Kota Kendari mengeluarkan Surat Keputusan Wali Kota
Kendari Nomor 609 Tahun 2017 tentang Penetapan Status Tanggap
Darurat Penanganan Banjir dan Tanah Longsor Di Kota Kendari”.
(Suhardin, Wawancara 15 Februari 2019).

Senada dengan pendapat di atas Syahbirin mengatakan bahwa:

”Pelaksanaan penentuan status keadaan darurat bencana pada bencana


banjir di Kota Kendari dalam rangka penanganan darurat bencana maka
pemerintah Kota Kendari mengeluarkan SK. Wali Kota dan penetapan
status keadaan darurat pada bencana banjir di Kota Kendari yaitu Wali
139

Kota, penetapan tersebut melibatkan semua sektor/bidang yang termuat


Struktur Pos Komando Penanganan Darurat yang telah ditetapkan oleh
pemerintah Kota Kendari”. (Wawancara 18 Februari 2019).
Sedangkan menurut Erwin Fajar mengatakan bahwa:

”Pelaksanaan penentuan status keadaan darurat bencana pada bencana


banjir di Kota Kendari dalam rangka penanganan darurat bencana maka
pemerintah Kota Kendari mengeluarkan SK. Wali Kota dan penetapan
status keadaan darurat bencana oleh Wali Kota atas rekomendasi dari
BPBD, prosedur penetapan status tangggap daturat bencana banjir
didahului dengan rapat kordinasi pihak terkait”. (Wawancara 20 Februari
2019).

Berdasarkan data dan wawancara di atas, bahwa Pelaksanaan penentuan

status keadaan darurat bencana banjir di Kota Kendari maka pemerintah Kota

Kendari mengeluarkan Surat Keputusan Wali Kota Kendari Nomor 609 Tahun

2017 tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Penanganan Banjir dan Tanah

Longsor Di Kota Kendari, dalam penetapan tersebut melibatkan dan melalui rapat

kordinasi semua sektor/bidang yang termuat Struktur Pos Komando Penanganan

Darurat yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kota Kendari.

Penanganan bencana banjir di Kota Kendari dalam penetapan status

keadaan darurat bencana menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah. Hal

tersebut terlihat dalam hasil temuan di lapangan yang mana daerah terdampak

bencana dalam hal ini Kota Kendari telah menerbitkan status keadaan darurat

bencana sesuai dengan Surat Keputusan Wali Kota tersebut di atas, segera pada saat

kejadian bencana. Hal tersebut karena setiap birokrasi pemerintah dalam

pengambilan kebijakan atau keputusan yang dilaksanakan harus berdasarkan

landasan hukum.

Konsep penetapan status keadaan darurat bencana banjir di Kota Kendari

yang dibuat pada umumnya berupa Surat Keputusan (SK) Wali Kota. Penerbitan
140

SK. Tersebut dibuat dengan tata urutan: menimbang, mengingat, memutuskan dan

menetapkan. Surat Keputusan yang dikeluarkan mencantumkan tempat dan tanggal

penetapan dan ditandatangani oleh kepala daerah (Wali Kota).

Mengenai penetapan yang termuat dalam SK. ditemukan 5 ketetapan

yakni: (1) menetapkan status tanggap darurat penanganan bencana banjir dan tanah

longsor di Kota Kendari, (2) penetapan status tanggap darurat dalam rangka

penanganan bencana banjir dan tanah longsor yang berlangsung selama 14 hari

sejak tanggal 31 Mei 2017-13 Juni 2017, (3) pelaksanaan penanganan darurat

bencana di lapangan dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai kebutuhan, (4)

segala biaya yang ditimbulkan akibat ditetapkannya keputusan walikota

dibebankan pada APBN/APBD Kota Kendari Tahun anggaran 2017 dan sumber

dana lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (5) keputusan walikota mulai

berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat

kekeliruan di dalamnya akan diadakan pembetulan dibuat supaya dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Mengenai lingkup wilayah yang terdampak bencana pemerintah daerah

secara spesifik disebutkan. Titik wilayah yang terdampak seperti yang disebutkan

dalam rencana operasi pada bagian II yakni: Kecamatan Kendari, Kecamatan

Kendari Barat, Kecamatan Mandonga, Kecamatan Kadia, Kecamatan Puuwatu,

Kecamatan Abeli, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kambu, Kecamatan Nambo.

Penetapan status keadaan darurat bencana banjir ini sebagai dasar atau

landasan untuk melakukan suatu kegiatan dalam penanganan darurat. Dalam kasus

bencana banjir Kota Kendari, langkah penetapan status keadaan darurat bencana
141

yang dilakukan sudah tepat yakni pemerintah daerah yaitu Walikota telah

menetapkan status keadaan darurat, didukung juga oleh pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara.

Dari hasil analisis temuan lapangan tersebut, maka penulis dapat

memberikan usulan kepada pemerintah terkait agar membuat payung hukum

tersendiri sebagai acuan atau pedoman mengenai penetapan status keadaan darurat

bencana.

3.1.2 Pembentukan atau Aktivasi dan Manajemen Pos Komando Tanggap


Darurat Bencana Banjir di Kota Kendari

Berdasarkan Perka BNPB No. 3 Tahun 2016, yang dimaksud dengan

sistem komando penanganan darurat bencana adalah satu kesatuan upaya

terstruktur dalam satu komando yang diterapkan untuk mengintegrasikan kegiatan

penanganan darurat secara efektif dan efisien pada saat keadaan darurat bencana.

Di Kota Kendari sektor POSKO penanganan darurat bencana berfungsi sebagai

pengendali semua kegiatan tanggap darurat bagi semua sektor yang dibentuk.

Sektor POSKO dibawah kendali langsung Komandan PDB yang ditunjuk oleh Wali

Kota sebagai pimpinan tertinggi, menjalankan fungsi manajemen tanggap darurat.

Posko PDB bertugas untuk memastikan bahwa semua kebutuhan sektor-sektor

terpenuhi untuk memperlancar kegiatan tanggap darurat di lapangan.

Untuk dapat menjalankan fungsi manajemen dengan baik, Komandan

PDB dibantu oleh beberapa unit antara lain Wakil Komandan; Sekretariat; Bidang

Operasi; Bagian Data, Informasi dan Humas; dan Perwakilan Instansi/Lembaga,

berdasarkan Perka BNPB No.3 Tahun 2016 tentang Sistem Komando Penangan
142

Darurat Bencana maka Struktur Organisasi Komando PDB Banjir Kota Kendari

sebagaimana digambarkan dalam struktur di bawah ini:

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pos Komando Penanganan Darurat Bencana


Banjir Kota Kendari

Komandan pengendali operasi dibantu oleh beberapa unit dalam

melaksanakan tugasnya, antara lain unit Wakil Komandan, Sekretaris, bagian data

dan informasi, bagian perencanaan, bidang operasi, bagian data, informasi dan

Humas, bidang operasi, serta perwakilan instansi/lembaga. Posko PDB bertugas

untuk memastikan bahwa semua kebutuhan sektor-sektor terpenuhi untuk

memperlancar kegiatan tanggap darurat di lapangan.

1) Pihak Yang Terlibat

Semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan POSKO Penanganan

Darurat Bencana yang berfungsi sebagai Pusat Pengendalian Operasi Penanganan


143

Darurat Bencana (PUSDALOPS PDB) adalah mereka yang telah ditugaskan dalam

struktur Komando Penanganan Darurat Bencana Banjir Kota Kendari; khususnya

dari unsur:

1) Komandan

2) Wakil Komandan (I dan II)

3) Sekretaris

4) Bagian Data dan Informasi

5) Bagian Perencanaan

6) Bidang Operasi

7) Perwakilan Instansi/Lembaga

2) Kegiatan yang dilakukan

Kegiatan yang dilakukan oleh sektor Pengendali Posko Penanganan

Darurat Bencana adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kegiatan Sektor Pengendali Posko Penanganan Darurat Bencana

No Kegiatan Pelaku Waktu

1 Melaksanakan kegiatan Komandan Setiap hari (selama


koordinasi PDB dan masa tanggap darurat)
semua pihak
untuk penyiapan dan terkait
mobilisasi sumberdaya untuk
penanganan darurat bencana

2 Menyusun Rencana Operasi Bagian Segera setelah


PDB dengan melibatkan Perencanaan penetapan status
semua sektor dan semua tanggap darurat
pihak terkait
3 Mengumpulkan, Bagian Data, Setiap hari
memverifikasi dan meng- informasi dan
update data terkait wilayah Humas
terdampak bencana, data
144

korban dan dampak lainnya;


data distribusi bantuan

4 Melakukan evaluasi, analisis BMKG dan Setiap hari


data potensi banjir dan tanah BPBD
longsor susulan

5 Menyediakan layanan data Bagian Data, Setiap saat


dan informasi terkait bencana Informasi dan
kepada media dan pihak Humas
terkait
6 Melaksanakan fungsi Sekretaris Setiap hari
administrasi
7 Pengelolaan keuangan PPK dan Setiap hari
Bendahara
Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

3) Sumberdaya

Daftar sumberdaya pada sektor POSKO dapat dilihat secara detail pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.3 Daftar Sumberdaya Personel Sektor POSKO
No Kebutuhan Standar Volume Satuan Total

1 Komandan PDB 1 Org 7 hari 7

2 Wakil Komadan 1 Org 7 hari 7

3 Sekretaris 1 Org 7 hari 7

4 Admin dan Keuangan 2 Org 7 hari 14

5 Data, Info dan Humas 3 Org 7 hari 21

6 Bankom 2 Org 7 hari 14

7 Logistik 10 Org 7 hari 70

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Tabel 3.4 Daftar Sumberdaya Pendirian Posko Penanganan Darurat Bencana


Sektor POSKO
145

No. Kebutuhan Standar Volume Satuan Total

1 Meja Biro 10 Unit 1 kali 10

2 Kursi 35 Unit 1 kali 35

3 Velbet 10 Unit 1 kali 10

4 Papan data/informasi 5 Unit 1 kali 5

5 Genset 1 Unit 1 kali 5

6 Bahan bakar/BBM genset 20 liter 7 hari 140

7 Peralatan Komputer/laptop 3 unit 1 kali 3

Peralatan
8 10 unit 1 kali 10
Komunikasi/radio

9 Cetak peta-peta 10 buah Ls 10

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Tabel 3.5 Daftar Sumberdaya Pendirian posko lapangan PDB (5 poslap)


Pada Sektor POSKO
No. Kebutuhan Standar Volume Satuan Total

1 Tenda 1 Unit 5 Poslap 5

2 Meja 2 Unit 5 Poslap 10

3 Kursi 10 Unit 5 Poslap 50

4 Velbet 2 Unit 5 Poslap 10

5 Papan data/informasi 1 Unit 5 Poslap 5

6 Genset 1 Unit 5 Poslap 5

Bahan bakar/BBM
7 50 liter 5 Poslap 250
genset

8 Peralatan Komunikasi 1 unit 5 Poslap 5

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017


146

Data tersebut di atas relevan dengan hasil wawancara dengan salah

seorang Informan mengatakan bahwa:

“Pembentukan atau aktivasi dan manajemen pos komando tanggap darurat


bencana banjir di Kota Kendari ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Walikota Kendari Nomor 610 Tahun 2017, kemudian Bidang atau sektor
pengelolaan POSKO PDB berfungsi sebagai pengendali semua kegiatan
tanggap darurat bagi sektor-sektor yang dibentuk untuk melaksanakan
kegiatan tanggap darurat di lapangan.”. (Nerius Madaun, Wawancara 19
Februari 2019).

Sejalan dengan pendapat di atas Lukman mengatakan bahwa:

”Pembentukan atau aktivasi dan manajemen pos komando tanggap darurat


bencana banjir di kota kendari mengacu pada Perka BNPB No. 3 Tahun
2016, POSKO dibentuk setelah adanya SK. oleh Wali Kota mengenai
Penetapan komandan tanggap darurat dan Pos Komando Tanggap Darurat
Penanganan Bencana Banjir di Kota Kendari”. (Wawancara, 27 Februari
2019).

Berdasarkan data dan wawancara di atas, bahwa Pembentukan atau

aktivasi dan manajemen pos komando tanggap darurat bencana banjir di Kota

Kendari mengacu pada Perka BNPB No. 3 Tahun 2016 dan ditetapkan berdasarkan

Surat Keputusan Walikota Kendari Nomor 610 Tahun 2017. Dalam menjalankan

fungsi manajemen, Komandan PDB dibantu oleh beberapa unit antara lain Wakil

Komandan; Sekretariat; Bidang Operasi; Bagian Data, Informasi dan Humas; dan

Perwakilan Instansi/Lembaga.

Dalam Surat Keputusan Walikota Kendari Nomor 610 tentang Penetapan

Komandan Tanggap Darurat dan Pos Komando Penanganan Darurat Bencana

Banjir dan Longsor di Kota Kendari, tercantum bahwa Kalak BPBD Kota Kendari

di tunjuk sebagai Komandan penanganan darurat bencana sedangkan Dandim 1417

Kendari ditunjuk sebagai Wakil Komandan I dan Kapolresta Kendari sebagai Wakil

Komandan II.
147

Penetapan SK. Walikota Kendari juga mencantumkan tugas dan fungsi

Pos Komando penanganan darurat bencana. Adapun tugas Pos Komando

penanganan darurat bencana yaitu sebagai berikut:

a) Melakukan kajian pemantauan kebutuhan darurat bencana berdasarkan hasil kaji

cepat dan rencana kontinjensi.

b) Melakukan kajian awal upaya/rencana kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

c) Menyusun rencana kegiatan operasi penanganan darurat bencana.

d) Mengkoordinasikan instansi/lembaga terkait.

e) Mengendalikan pelaksanaan penanganan darurat bencana.

f) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penanganan darurat bencana.

g) Melaksanakan manajemen informasi pelaksanaan penanganan darurat bencana.

h) Melaporkan pelaksanaan operasi penanganan darurat bencana kepada kepala

BPBD Kota Kendari tembusan instansi/lembaga terkait.

Sedangkan fungsi Pos Komando penanganan darurat bencana yaitu:

a) Pengkajian pemenuhan kebutuhan penanganan darurat bencana dan perencanaan

rehabilitasi dan rekonstruksi.

b) Perencanaan, pengendalian, pengkoordinasian kegiatan operasi pemantauan,

evaluasi dan pelaporan penanganan darurat bencana.

c) Pengelolaan data dan informasi penanganan darurat bencana.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala pelaksana BPBD Kota

Kendari dalam melakukan kegiatan penanganan darurat bencana dalam hal

koordinasi dan komunikasi antara komponen yang terlibat dalam struktur organisasi
148

Komando Penanganan Darurat Bencana dilakukan secara langsung dan/atau

melalui telepon ataupun aplikasi whatsapp.

Mekanisme koordinasi yang dilakukan oleh Posko penanganan darurat

bencana adalah sebagai berikut:

a) Koordinasi internal Posko dilakukan secara langsung dengan masing-masing

personil terkait.

b) Rapat evaluasi harian, yang diselenggarakan oleh Posko dan dihadiri kepala-

kepala OPD terkait. Dalam rapat tersebut OPD atau organisasi yang ikut terlibat

melaporkan capaian kegiatan pada hari sebelumnya dan menyampaikan agenda

kegiatan selanjutnya.

Dalam pembentukan atau aktivasi dan manajemen Pos Komando tangggap

darurat bencana banjir di Kota Kendari belum ada prosedur tetap (Protap) yang

disusun untuk menjalankan fungsi Komando penanganan darurat bencana banjir.

Lokasi Posko penanganan darurat bencana banjir Kota Kendari/Posko Utama

berada di halaman Kantor Walikota Kendari.

Pusdalops BPBD Provinsi Sulawesi Tenggara belum dapat memberikan

dukungan yang memadai untuk Posko penanganan darurat bencana. BPBD Provinsi

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu sumberdaya yang memberikan

pendampingan untuk melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendukung Posko

penanganan darurat bencana pada Posko Utama bencana banjir di Kota Kendari.

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kendari Nomor 610 tentang

Penetapan Komandan Tanggap Darurat dan Pos Komando Penanganan Darurat

Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Kota Kendari juga mencantumkan salah satu
149

tugas dari Pos Komando penanganan darurat bencana adalah menyusun rencana

kegiatan operasi penanganan darurat bencana. Dalam pelaksanaannya, Posko

penanganan darurat bencana atau posko utama membuat/menyusun rencana

operasi. Dalam implementasinya, Posko penanganan darurat bencana membuat

konsep rencana operasi tidak mengikuti format yang telah ditentukan berdasarkan

Perka BNPB No. 24 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Operasi

Tanggap Darurat.

Pada Perka BNPB No. 24 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Operasi Tanggap Darurat terdapat proses dan prosedur penyusunan

rencana operasi tanggap darurat serta organisasi dan tata kerja komando tanggap

darurat. Proses penyusunan rencana operasi tanggap darurat mencakup tujuh

tahapan yaitu tindakan awal, penetapan tujuan dan sasaran, rapat rencana taktis,

persiapan rapat rencana operasi, rapat rencana operasi, penetapan rencana operasi,

rapat penjelasan rencana operasi, pelaksanaan dan pengakhiran. Dengan demikian

proses perencanaan terpadu sebagaimana dalam Perka tersebut tidak dilaksanakan

oleh Posko penanganan darurat bencana Kota Kendari.

Berdasarkan hasil kajian penulis sesuai data dan hasil wawancara

menunjukan bahwa sistem komando penanganan darurat bencana di Kota Kendari

pada penanganan bencana banjir Tahun 2017 sudah diaktivasi. Proses aktivasinya

mengikuti aturan atau prosedur yang berlaku yaitu setelah ditetapkannya status

keadaan darurat bencana banjir oleh pemerintah daerah yaitu Walikota. Dalam

peran dan tanggungjawab (tupoksi) antara perangkat komando juga sudah jelas.
150

3.1.3 Manajemen Informasi Strategis, Taktis dan Umum Pada Tanggap


Darurat Bencana Banjir di Kota Kendari

Pengelolaan informasi penanggulangan darurat bencana banjir di Kota

Kendari di satu sisi menjadi kekuatan tetapi di sisi lain menjadi tantangan besar.

Peraturan dan kebijakan terkait manajemen informasi telah banyak dibentuk namun

implementasi di lapangan terkendala oleh kurangnya sumber daya manusia yang

handal dari para pihak yang terlibat. Permasalahan yang ditemukan di lapangan

terkait dalam manajemen informasi strategis, taktis dan umum pada tanggap darurat

bencana banjir di Kota Kendari dapat di paparkan sebagai berikut:

3.1.3.1 Informasi Strategis

Informasi strategis dalam penelitian ini yang ditemukan di lokasi

penelitian sebagai berikut:

1) Surat Keputusan Wali Kota Kendari Nomor 609 Tahun 2017 tentang Penetapan

Status Tanggap Darurat Penanganan Banjir dan Tanah Longsor Di Kota Kendari

berdasarkan timbulnya karban jiwa, kerusakan perumahan dan pemukiman

warga, serta sarana dan prasarana pendidikan dan infrastruktur meliputi Sekolah,

Tanggul, Saluran/Drainase, Talud Sungai/Kali, Jalan dan Jembatan di Kota

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

2) Surat Keputusan Wali Kota Kendari Nomor 610 Tahun 2017 mengenai

Penetapan Pos Komando Tanggap Darurat Penanganan Bencana Banjir di Kota

Kendari. Pembentukan Tim Pos Komando Tanggap Darurat bertujuan untuk

kelancaran penanganan bencana banjir, termasuk untuk melaksanakan tugas

mengumpulkan informasi di lapangan. Secara khusus tugas media, komunikasi

dan hubungan masyarakat dibebankan pada Kominfo Kota Kendari.


151

3) BPBD Kota Kendari segera mendirikan Posko di halaman Kantor Wali Kota

Kendari pada Tanggal 31 Mei 2017, TRC BPBD Kota Kendari, Tagana Dinas

Sosial Kota Kendari dan PMI Kota Kendari bergerak cepat kelapangan

melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Kelurahan

dan jejaring Kampung Siaga Bencana di Kota Kendari, setelah mendapatkan

data dampak bencana banjir bahwa telah mengakibatkan sejumlah rumah

penduduk tergenang banjir dan bahkan hancur diterjang tanah longsor.

3.1.3.2 Informasi Taktis

Informasi taktis dalam penelitian ini yang ditemukan di lokasi penelitian

sebagai berikut:

1) Rapat koordinasi terkait penyelarasan pendapat dan data terkait penanganan

bencana banjir Kota Kendari yang dihadiri Wali Kota Kendari, Kepala

Pelaksana BPBD Kota Kendari, OPD di Wilayah Kota Kendari, TNI-POLRI dan

NGO.

2) Pembuatan Keputusan Distribusi Bantuan Logistik ke Masyarakat terdampak

oleh Dinas Sosial didasarkan pada hasil kajian cepat dan pemantauan terus

menerus tim tagana di lapangan sejak tanggal 31 Mei 2017.

3) TNI dengan jejaring dari Korem mengumpulkan data korban, rumah rusak, dan

pengungsian. Melaporkannya data dan kebutuhan bantuan ke Posko PDB Kota

dan Posko Induk PDB sejak tanggal 31 Mei 2017.

4) BPBD Kota Kendari bersama-sama dengan penduduk setempat melakukan

distribusi logistik ke lapangan berdasarkan informasi yang diterima Pusdalop

BPBD Kota Kendari. Pusdalop BPBD Kota Kendari menerima informasi dan
152

meneruskan informasi kebutuhan ke anggota pusdalop dan Pusdalop BPBD

Kota Kendari juga membuat laporan harian kepada Kepala BPBD Kota Kendari.

5) Sektor kesehatan bertugas dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan

kesehatan kepada korban bencana baik pada saat terjadi banjir dan tanah longsor

sampai situasi darurat berakhir.

3.1.3.3 Informasi Umum

1) Surat Keputusan Wali Kota Kendari Nomor 609 Tahun 2017 tentang Penetapan

Status Tanggap Darurat Penanganan Banjir dan Tanah Longsor Di Kota Kendari

berdasarkan timbulnya karban jiwa, kerusakan perumahan dan pemukiman

warga, serta sarana dan prasarana pendidikan dan infrastruktur meliputi Sekolah,

Tanggul, Saluran/Drainase, Talud Sungai/Kali, Jalan dan Jembatan di Kota

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

2) Surat Keputusan Wali Kota Kendari Nomor 610 Tahun 2017 mengenai

Penetapan Pos Komando Tanggap Darurat Penanganan Bencana Banjir di Kota

Kendari. Pembentukan Tim Pos Komando Tanggap Darurat bertujuan untuk

kelancaran penanganan bencana banjir, termasuk untuk melaksanakan tugas

mengumpulkan informasi di lapangan. Secara khusus tugas media, komunikasi

dan hubungan masyarakat dibebankan pada Kominfo Kota Kendari.

3) Kominfo mengawasi dan mengklarifikasi pemberitaan negatif di seluruh media,

mendirikan dan mendukung operasionalisasi Media Center di Posko Utama

PDB. Kominfo bertugas menyediakan computer dan internet, menghimpun data

dan laporan untuk masyarakat dan media.


153

4) Pegumpulan data dan Informasi untuk diberikan ke Publik sudah dilakukan oleh

oleh BPBD Provinsi Sulawesi Tenggara, BPBD Kota Kendari. BPBD Kota

Kendari mendirikan Posko di halaman Kantor Wali Kota Kendari.

5) Pusdalop Kota Kendari secara rutin menyusun laporan sejak bencana banjir

terjadi sejak tanggal 31 Mei sampai dengan 13 Juni 2017.

Penanganan darurat bencana banjir Kota Kendari yang melibatkan

berbagai lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah menjadi suatu

tantangan besar khususnya terkait manajemen informasi dan faktor koordinasi.

Permasalahan yang penulis temukan di lapangan baik itu informasi strategis

maupun taktis terkait pendataan dan distribusi informasi. Kurangnya koordinasi dan

pertukaran informasi peran lembaga pemerintah, organisasi masyarakat dan

pemerintah.

3.1.4 Pelaksanaan Pengkajian Dampak dan Kebutuhan Tanggap Darurat


Bencana Banjir di Kota Kendari

Pengkajian dampak dan Kebutuhan merupakan suatu rangkaian kegiatan

pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak dan perkiraan kebutuhan yang

menjadi dasar bagi penyusunan Renaksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Pengkajian

dan penilaian meliputi identifikasi dan perhitungan kerusakan dan kerugian fisik

dan non fisik yang menyangkut aspek pembangunan manusia, perumahan atau

pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor.

Analisis dampak melibatkan tinjauan keterkaitan dan nilai agregat dari

akibat bencana dan impilkasi umumnya terhadap aspek-aspek fisik dan lingkungan,

perekonomian, psikososial, budaya, politik dan tata pemerintahan. Guna membantu

korban bencana secara komprehensif maka diperlukan adanya identifikasi atau


154

pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat. Kepala Bidang Tanggap

Darurat mengaktivasi Pusdalops sebagai pusat data dan mengerahkan personil TRC

untuk melakukan kaji cepat di lokasi terdampak bencana Kota Kendari.

Regulasi yang menjadi pedoman utama dalam pelaksanaan pengkajian

dampak dan Kebutuhan menggunakan format dari Perka BNPB No. 9 Tahun 2008

tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat Badan Nasional Penanggulangan

Bencana, yang mana digunakan untuk mengatur dan memberikan kerangka kerja

personil, prosedur dan pengorganisasiannya dan Perka BNPB No. 8 Tahun 2011

tentang Standarisasi Data Kebencanaan, digunakan sebagai acuan untuk mengatur

data atau informasi apa yang perlu dikaji dalam tahap tanggap darurat bencana.

Selain itu juga untuk melengkapi kerangka pikir pengkajian dampak dan kebutuhan

Perka No.7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan

Pemenuhan Kebutuhan Dasar, menegaskan bahwa BNPB menentukan jenis dan

jumlah kebutuhan dasar yang diperlukan kepada para pihak, berdasarkan kaji cepat

dampak dan kebutuhan.

Pengkajian dampak dan kebutuhan merupakan hal yang sangat penting

dilakukan dalam tanggap darurat bencana khususnya di Kota Kendari. Hal ini juga

nampak pada lembaga BPBD yang berusaha semaksimal mungkin untuk merespon

dengan cepat dan cepat sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban. Pada kasus

bencana banjir 31 Mei 2017 BPBD Kota Kendari mengambil peran lebih sentral

dalam hal kaji dampak dan kebutuhan. Kepala Bidang Tanggap Darurat

mengaktivasi Pusdalops sebagai pusat data dan mengerahkan personil TRC untuk

melakukan kaji cepat di lokasi terdampak bencana banjir.


155

Pengumpulan data hasil kaji cepat oleh TRC menggunakan format dari

Perka BNPB meskipun format yang digunakan tidak persis sama dengan format

dalam Perka No. 9/2008 dan Perka No. 8/2011 namun merupakan bentuk

penyederhanaan dari format data kejadian dan dampak bencana dalam kedua Perka

tersebut. Data hasil kajian tersebut diolah dan disajikan dalam bentuk tabulasi untuk

diserahkan kepada Kepala Pelaksana BPBD. Kepala Pelaksana akan mengoreksi

bila terjadi kekeliruan dan kemudian menggunakannya dalam komunikasi dengan

publik, termaksud media. Format yang digunakan dalam kaji cepat adalah sebagai

berikut:
156

Gambar 3.2 Format Laporan Kejadian Bencana


Sumber: Data Sekunder BPBD Kota Kendari, 2017
157

Berikut ini data korban jiwa dan korban harta benda bencana banjir tahun

2017 sekota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6 Data Korban Jiwa Bencana Banjir Tahun 2017 Sekota Kendari
Jumlah Korban Jiwa
No Kecamatan Jiwa
Meninggal Luka-luka Hilang Mengungsi
Terdampak
1 Kendari 995 0 0 0 0

2 Kendari 309 0 2 0 64
Barat
3 Mandonga 1049 0 0 0 0

4 Puuwatu 297 0 0 0 0

5 Kadia 1609 0 0 0 0

6 Wua-wua 1297 0 0 0 0

7 Baruga 370 1 0 0 457

8 Kambu 296 0 0 0 0

9 Poasia 1932 0 0 0 0

10 Abeli 1664 0 0 0 0

11 Nambo 139 0 0 0 0

Jumlah 9957 1 2 0 521

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Tabel 3.7 Data Korban Harta Benda Bencana Banjir Tahun 2017 Sekota
Kendari
Korban Harta Benda
Jumlah Jiwa
No Kecamatan Rusak Rusak Rusak
Terdampak
ringan sedang berat

1 Kendari 995 293 0 0

2 Kendari Barat 309 179 4 1


158

3 Mandonga 1049 260 86 1

4 Puuwatu 297 73 0 0

5 Kadia 1609 427 0 0

6 Wua-wua 1297 270 0 0

7 Baruga 370 147 158 0

8 Kambu 296 60 0 0

9 Poasia 1932 47 0 0

10 Abeli 1664 24 154 0

11 Nambo 139 34 0 0

Jumlah 9957 152 402 2

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Data tersebut di atas relevan dengan hasil wawancara dengan salah

seorang Informan mengatakan bahwa:

“Kegiatan pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak dilakukan


oleh TRC dibantu oleh pemerintah kecamatan dan kampung siaga bencana
yang ada di kecamatan-kecamatan terdampak, mereka dibekali dengan
format standar untuk kaji cepat yang diberikan oleh pihak BPBD Kota
Kendari”. (Samsul Bahri, Wawancara 27 Februari 2019).

Sejalan dengan pendapat di atas Badaru mengatakan bahwa:

“Pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat bencana


banjir di kota kendari pada masing-masing wilayah kecamatan terdampak
dilakukan oleh TRC yang mana sebagian data dampak didapatkan dari
pemerintah Kecamatan dan Kelurahan, kemudian informasi tersebut
disampaikan kepada BPBD Kota Kendari agar segera disalurkan bantuan
kebutuhan sesuia dengan data yang telah diberikan”. (Wawancara, 20
Februari 2019).

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Dinas Sosial

mengatakan bahwa:
159

“Pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat bencana


banjir di kota kendari dilakukan oleh Tagana yang tersebar di seluruh
Kendari meskipun mereka tugas mereka kebanyakan pada pendistribusian
bantuan logistik di daerah terdampak, kemudian berdasarkan data yang
dimiliki pihak Dinsos melakukan kordinasi (pertemuan) klaster, dimana
pihak Dinsos tergabung dalam Klaster Logistik dan Pengungsian”.
(Suarni, Wawancara 25 Februari 2019).
Seain itu Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial, Dinas Sosial

Kota Kendari juga menyampaikan informasi yang serupa bahwa:

“Keberadaan Tagana berfungsi dalam respon cepat melakukan pendataan


atau pengkajian dampak dan kebutuhan, mengurus logistik serta
membantu kegiatan SAR, disisi lain dalam keadaan normal Tagana
dibentuk beberapa sub-tim yaitu Kesehatan/P3K, Dapur Umum dan
Tenda”. (Saldi, Wawancara 25 Februari 2019).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk kajian kebutuhan penanganan darurat

bencana hal ini tidak dilakukan oleh pihak TRC BPBD Kota Kendari. Namun,

pengkajian kebutuhan berdasarkan pada hasil analisis pada data primer di lapangan

dan juga berdasarkan kondisi daerah yang terdampak. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan Kabid Tanggap Darurat menjelaskan bahwa:

“Kajian kebutuhan PDB tidak dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat, namun
berdasarkan hasil analisis data primer di lapangan yang di lakukan oleh
para pihak yang ikut terlibat dan berdasarkan analisis kondisi wilayah pada
titik-titik yang terdampak bencana banjir mengenai jumlah hal itu
tergantung pada kebutuhan pada masing-masing sektor yang ada”.
(Sutiono, wawancara 21 Februari 2019).

Berdasarkan data dan hasil wawancara di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian dan penilaian akibat,

analisis dampak bencana banjir di Kota Kendari dilakukan oleh TRC BPBD dibantu

oleh pemerintah kecamatan dan kampung siaga bencana, di sisi lain juga dilakukan

oleh Tagana dari pihak Dinas Sosial Kota Kendari. Sedangkan dalam aspek

pengkajian kebutuhan didasarkan pada hasil analisis data primer di lapangan dan
160

berdasarkan kondisi daerah pada titik-titik yang terdampak bencana banjir,

mengenai jumlah kebutuhan hal itu tergantung pada kebutuhan pada masing-

masing sektor tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari.

Hambatan yang ditemui dalam pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap

darurat bencana banjir di Kota Kendari adalah kurangnya personil serta kurangnya

sarana yang memadai untuk ke lokasi terdampak bencana, di sisi lain tim atau

personil juga harus menjalankan tugas rangkap diantaranya:

a) Pengkajian dampak dan kebutuhan

b) Distribusi bantuan logistik

c) Penyelamatan korban bencana

d) Melayani permintaan informasi dari media dan keluarga korban (Humas).

3.1.5 Pengelolaan Sektor Kesehatan Pada Saat Tanggap Darurat Bencana


Banjir di Kota Kendari
Kegiatan terkait pelayanan kesehatan yang terpenting pada tahap tanggap

darurat antara lain adalah manajemen dan koordinasi, kesehatan lingkungan,

penyakit menular, dan faktor risiko. Untuk memenuhi kebutuhan kegiatan

kesehatan tersebut perlu adanya informasi awal guna menyiapkan sarana dan

prasarana yang diperlukan. Pada saat tanggap darurat, Kota Kendari tertelah

melakukan upaya penggalian informasi awal terkait pelayanan kesehatan yang

diperlukan.

Pemulihan sektor kesehatan para korban bencana banjir harus segera

dilakukan, dalam hal ini tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kota Kendari melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan

sektor kesehatan. Seperti puskesmas di wilayah tersebut, rumah sakit, Dinas


161

Kesehatan Kota Kendari, Palang Merah Indonesia (PMI), dan juga relawan-relawan

di dunia kesehatan.

Kegiatan sektor kesehatan menjadi bagian penting dari proses penanganan

darurat bencana banjir di Kota Kendari terutama pertolongan bagi korban yang

selamat. Sektor kesehatan bertugas dan bertanggung jawab untuk memberikan

pelayanan kesehatan kepada korban bencana pada saat terjadi banjir sampai situasi

darurat berakhir. Adapun pihak-pihak yang terlibat dan kegiatan yang dilaksanakan

oleh sektor kesehatan antara lain:

Tabel 3.8 Para Pihak dan Kegiatan pada Sektor Kesehatan

No Kegiatan Pelaku

1 Pertemuan koordinasi sektor BPBD Kota Kendari, Dinkes Kota


kesehatan Kendari, RS. Umum Daerah,
Puskesmas, PMI dan pihak terkait
lainnya

2 Penyusunan Rencana operasi BPBD Kota Kendari, Dinkes Kota


pelayanan kesehatan bagi korban Kendari, RS. Umum Daerah,
bencana Puskesmas, PMI dan pihak terkait
lainnya

3 Inventarisasi dan penyiapan BPBD Kota Kendari, Dinkes Kota


sumberdaya yang tersedia Kendari, RS. Umum Daerah,
Puskesmas, PMI dan pihak terkait
lainnya

4 Pengerahan sumberdaya untuk BPBD Kota Kendari, Dinkes Kota


memberikan pertolongan kepada Kendari, RS. Umum Daerah,
korban bencana Puskesmas, PMI dan pihak terkait
lainnya

5 penyiapan puskesmas & rumah Dinkes Kota Kendari, dan Puskesmas


sakit rujukan pelayanan 24 jam

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017


162

6 Penyusunan laporan kegiatan Dinas Kesehatan


pelayanan kesehatan korban
bencana

Tabel tersebut di atas menunjukan bahwa dalam pengelolaan tanggap

darurat bencana banjir Kota Kendari khususnya pada sektor pelayanan kesehatan

sudah berjalan dengan baik. hal ini dapat dilihat dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan Pertemuan koordinasi sektor kesehatan, Penyusunan Rencana operasi

pelayanan kesehatan bagi korban bencana, Inventarisasi dan penyiapan sumberdaya

yang tersedia, Pengerahan sumberdaya untuk memberikan pertolongan kepada

korban bencana, penyiapan puskesmas dan rumah sakit rujukan pelayanan 24 jam,

Penyusunan laporan kegiatan pelayanan kesehatan korban bencana. Sehingga

pelayanan kesehatan penanggulangan bencana dan kejadian luar biasa dapat

dilaksanakan dengan lebih baik, cepat, tepat dan terpadu.

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan, harus

didukung dengan sumber daya, obat-obatan dan peralatan yang memadai. Untuk

menunjang kegiatan pelayanan kesehatan tanggap darurat tersebut, maka harus ada

peralatan yang memadai. Tabel berikut merupakan gambaran ketersediaan

sumberdaya, peralatan dan obat-obatan yang dimiliki di oleh sektor kesehatan.

Peralatan dan obat-obatan yang sekaligus juga merupakan inventaris Kantor dari

mana informan berasal, bisa digunakan dalam pelaksanaan tanggap darurat bencana

di Kota Kendari. Maka kebutuhan obat-obatan, perbekalan kesehatan dan sumber

daya yang digunakan adalah sebagai berikut:


163

1) Obat-obatan dan Perbekalan Kesehatan


Tabel 3.9 Obat-obatan dan Perbekalan Kesehatan
No Nama alat/Bahan Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kekurangan

1 Obat-obatan Paket 200 200 0

2 Stetescope Buah 10 30 0

3 Tensi meter Set 10 30 0

4 Flash light Buah 20 0 20

5 Vel bed Buah 10 5 5

6 Tiang Infus Buah 10 15 0

7 Ambulance Unit 3 19 0

8 PAC Paket 750 0 750

9 Kelambu Paket 300 0 300


Insektisida

10 Lysol Paket 300 0 300

11 Kaporit Drum 2 0 2

12 Abate Drum 3 0 3

13 Medical Kit Set 6 0 6

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

2) Tenaga Teknis Kesehatan

Tabel 3.10 Tenaga Teknis Kesehatan


No Nama Tenaga Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kekurangan

1 Dokter Umum Orang 30 122 0

2 Dokter Bedah Orang 1 2 0

3 Dokter Anastesi Orang 1 1 0

4 Dokter Epidemi Orang 1 2 0


164

5 Dokter Gigi Orang 1 38 0

6 Perawat Gigi Orang 2 33 0

7 Perawat Orang 20 955 0

8 Konselor Jiwa Orang 1 2 0

9 Fisioterapi Orang 1 2 0

10 Apoteker Orang 2 15 0

11 Asisten Apoteker Orang 4 27 0

12 Bidan Orang 10 424 0

13 Surveilans Orang
5 17 0
Epidemiologi

14 Sanitairan Orang 5 71 0

15 Nutrizioner Orang 5 121 0

16 Penyuluh Orang
5 17 0
Kesehatan

17 Sopir Ambulance Orang 3 19 0

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Secara umum jejaring antar lembaga terkait, khusus untuk sektor

kesehatan di tingkat Kota Kendari sudah terlaksana dengan baik. Semenjak

lembaga Badan penanggulangan bencana daerah terbentuk, koordinasi antar

lembaga terkait di Kota Kendari dilakukan oleh BPBD Kota Kendari. Berikut

adalah kondisi sistem pelayanan kesehatan saat tanggap darurat bencana banjir

yang dilaksanakan oleh jajaran kesehatan.

1) Dinas Kesehatan

Sumber daya manusia di jajaran dinkes kabupaten sebenarnya telah siap

jika terjadi bencana. Dalam melakukan pelayanan kesehatan telah ada tim gerak
165

cepat tingkat dinkes kabupaten dan Puskesmas serta mekanisme rujukan di RSUD.

Logistik berupa alat kesehatan (alkes), obat, sarana dan prasarana lainnya disiapkan

Dinkes Kota Kendari berasal dari anggaran rutin. Jika ada kekurangan logistik saat

kejadian tanggap darurat, maka dinkes kabupaten membuat permintaan ke dinkes

propinsi, namun realisasinya selalu terlambat. Sarana yang paling diperlukan saat

tanggap darurat di Kota Kendari adalah tempat tidur dan kelambu. Sarana ini

biasanya kurang sehingga pelayanan kesehatan terpaksa memakai alat seadanya.

Pembiayaan tanggap darurat bencana khusus bidang kesehatan belum

teranggarkan dengan baik. Logistik berupa alat kesehatan, obat-obatan, maupun

sarana lainnya telah tersedia di Dinas Kesehatan Kota Kendari dan dalam kondisi

siap jika diperlukan sewaktu-waktu. Walaupun belum ada anggaran khusus

bencana, setiap terjadi bencana Dinas Kesehatan Kota Kendari tetap membuat

laporan ke Dinas Kesehatan Propinsi.

Anggaran biasanya bisa turun tetapi tidak sesuai dengan harapan, baik

dalam segi jumlah maupun waktu, artinya turunnya anggaran selalu terlambat.

Tidak adanya anggaran bencana ini jelas menjadi masalah bagi Dinas Kesehatan

Kota Kendari karena saat terjadi bencana perlu anggaran besar. Padahal Dinas

Kesehatan Kota Kendari harus tetap melaksanakan pelayanan tanggap darurat

meskipun tanpa anggaran. Selain menggunakan dana rutin, selama ini sumber biaya

untuk bencana dengan menyisihkan anggaran program-program, yang sebenarnya

menyalahi prosedur. Bantuan yang bisa diharapkan berasal dari Dinas Kesehatan

Propinsi berupa barang dan obat.


166

Upaya yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat masih belum

dilaksanakan secara optimal oleh Dinas Kesehatan Kota Kendari. Menurut pihak

Dinas Kesehatan, untuk upaya pemberdayaan masyarakat perlu kerjasama dengan

lintas sektor, padahal koordinasi dengan lintas sektor dirasakan masih belum

optimal. Hambatan utama yang dirasakan oleh Dinas Kesehatan dalam pelayanan

kesehatan adalah belum adanya sebuah prosedur standar yang menyeluruh di

tingkat Kota Kendari, koordinasi antar lembaga belum optimal. Hingga saat ini

Dinas Kesehatan Kota Kendari sangat perlu untuk mengetahui secara jelas sejauh

mana kewenangan Dinas Kesehatan Kota Kendari dan Pusat Penanggulangan

Krisis (PPK). Hal ini diperlukan agar Dinas Kesehatan Kota Kendari tidak ragu-

ragu dalam mengambil tindakan saat tanggap darurat bencana. Dinas Kesehatan

Kota Kendari dalam pelayanan kesehatan tanggap darurat bencana banjir sejauh ini

hanya berperan dalam mobilisasi saja karena terkendala anggaran.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peran

Dinas Kesehatan Kota Kendari saat tanggap darurat bencana sejauh ini adalah

sebagai koordinator jejaring sektor kesehatan. Selain itu penyediaan peralatan dan

obat pun berada di bawah tanggung jawab Dinas Kesehatan Kota Kendari walaupun

dengan berbagai kendala seperti yang telah diuraikan di atas. Jejaring dengan sektor

lain di luar kesehatan yang sangat diperlukan saat pelayanan tanggap darurat

bencana justru masih belum terbentuk dengan baik.

2) Puskesmas

Peran puskesmas dalam sistem pelayanan kesehatan tanggap darurat

bencana banjir Kota Kendari adalah langsung dalam hal teknis pelayanan kesehatan
167

di masyarakat korban bencana. Dalam melaksanakan tugasnya di lokasi bencana

dalam penanganan darurat, Puskesmas berada di bawah koordinasi Dinas

Kesehatan Kota. Hambatan yang dirasakan puskesmas dalam memberikan

pelayanan kesehatan tanggap darurat adalah belum adanya koordinasi yang optimal

antar lembaga terkait. Padahal dalam kondisi tanggap darurat bencana, lembaga

kesehatan perlu berkoordinasi dengan lembaga lain agar pelaksanaan pelayanan

dapat diberikan dengan maksimal.

Jejaring dalam pelayanan kesehatan tanggap darurat bencana banjir Kota

Kendari di tingkat Puskesmas terjadi hanya pada saat ada bencana. Sedang

pembagian tugas disesuaikan dengan tugas dan fungsi masing-masing. Pada

kenyataannya, pelaksanaan di lapangan masih ada ketidakjelasan untuk

pengambilan keputusan yang bersifat emergency. Selain itu masih belum ada

prosedur standar untuk koordinasi antar sektor dalam penanganan tanggap darurat

bencana banjir di Kota Kendari.

Secara umum koordinasi teknis pelaksanaan di tingkat pelayanan langsung

ke masyarakat sudah baik, namun saat diperlukan koordinasi sebagai penanggung

jawab di tingkat Kota masih belum ada. Anggaran khusus untuk bencana di tingkat

puskesmas masih belum tersedia, begitu pula logistik khusus bencana. Saat terjadi

bencana, puskesmas menggunakan logistik yang tersedia dari anggaran rutin.

Sumber daya manusia di puskesmas sudah tersedia, namun pada saat pelayanan

tanggap darurat bencana banjir dirasa masih belum sesuai dengan kebutuhan.

Tanggap darurat bencana merupakan peristiwa khusus yang memerlukan sumber

daya yang mengerti betul kondisi saat bencana, misalnya bagaimana harus
168

bertindak cepat, pelayanan kesehatan apa yang diprioritaskan, bagaimana

mengambil keputusan dengan cepat, dan seterusnya. Selama ini tidak ada pelatihan

khusus tanggap bencana, dan pihak puskesmas merasa perlu untuk diberikan

pelatihan dan bimbingaan tersebut.

3) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Sistem pelayanan kesehatan tanggap darurat bencana banjir di tingkat

RSUD adalah sebagai tempat rujukan dari Puskesmas. Koordinasi dalam pemberian

pelayanan dilakukan di bawah Dinkes kabupaten. RSUD bersifat sebagai tim statis

yang mempersiapkan penanganan pasien rujukan. Pada tahap awal kejadian

bencana, RSUD mengirimkan tim kecil ke lokasi bencana banjir untuk memperoleh

informasi awal mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan sesuai tipe akibat

bencana yang terjadi.

Koordinasi pelayanan kesehatan yang dilakukan masih terbatas antara

RSUD dan puskesmas, sedang koordinasi dengan RS swasta, kodim, polres dan

lain-lain masih belum optimal. Logistik relatif sudah tersedia, meskipun biasanya

harus menyesuaikan lagi sesuai jenis kebutuhan tanggap darurat bencana khususnya

pada sektor kesehatan sehingga obat dan alkes harus dilengkapi sesuai kebutuhan.

Bencana dengan skala wilayah lokal (Kota) dengan akibat tidak terlalu fatal,

biasanya sudah dapat diatasi oleh puskesmas tanpa merujuk ke RSUD. Jika timbul

risiko masalah kesehatan akibat bencana (kejadian luar biasa), baru diambil alih

oleh dinkes kabupaten dan berkoordinasi dengan RSUD sebagai tempat rujukan.

Koordinasi dengan lembaga terkait lainnya sudah ada, tapi belum maksimal,

sehingga cenderung bekerja sendiri-sendiri. Sumber daya manusia di RSUD Kota


169

Kendari untuk penanganan tanggap darurat bencana sudah mencukupi. Pembiayaan

tanggap darurat bencana banjir untuk RSUD sudah ada alokasi yang bersumber dari

APBN dan APBD, namun jumlahnya sangat kecil sehingga belum mencukupi.

Untuk mengatasi kekurangan tersebut diambil dari alokasi dana tak terduga.

Berdasarkan data di atas hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari menyatakan bahwa:

“Dalam pengelolaan tanggap darurat bencana banjir Kota Kendari sudah


berjalan baik, ini karena koordinasi kami dengan lembaga terkait seperti
BPBD, Basarnas, Pemadam, Dinas Sosial koordinasi kami bagus, seperti
pada posko pelayanan kesehatan itu kita menyiapkan ambulance, tenaga
kesehatannya, dan obat-obatannya, tetapi tendanya dari BPBD, untuk
persoalan hambatan tentu di lapangan tetap ada hambatan seperti
kurangnya sarana dan prasarana dan terbatasnya anggaran tetapi hal ini
kami dapat atasi karena koordinasi kami dengan OPD lain bagus.”.
(Rahminingrum, wawancara 27 Februarri 2019).
Sejalan dengan pendapat di atas juga Kepala Pelaksana BPBD Kendari

menyatakan bahwa:

“Pengelolaan tanggap darurat di sektor/bidang kesehatan tidak ada


masalah atau kendala dilapangan, pihak dinkes, RSUD, Puskesmas-
puskesmas di wilayah terdampak serta pihak PMI koordinasi kami baik,
untuk persoalan kebutuhan dan logistiknya itu tergantung pada masing-
masing sektor/bidang, umpama kesehatan menyiapkan obat-obatan,
sumberdaya manusia dan peralatan kesehatan”. (Suhardin, wawancara 15
Februari 2019).
Berdasarkan data dan wawancara di atas, Penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa dalam pengelolaan tanggap darurat di sektor kesehatan telah ada

koordinasi pengelolaan tanggap darurat bencana di lintas sektor. Hanya saja pada

saat terjadi bencana, koordinasi ini tidak berjalan dengan optimal. Mereka

melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi masing-masing. Selain belum

optimalnya koordinasi lintas sektor, kendala yang dialami setiap Organisasi


170

Perangkat Daerah (OPD) pada umumnya sama, yaitu anggaran yang sangat minim

bahkan tidak memadai.

Kelemahan utama pada sistem pelayanan kesehatan saat tanggap darurat

di Kota Kendari adalah di bidang anggaran, sumber daya dan logistik. Anggaran

khusus untuk penanggulangan bencana tidak ada sehingga harus memakai anggaran

rutin. Bantuan dari pusat seringkali terlambat dan tidak sesuai kebutuhan. Sumber

daya berupa tenaga kesehatan masih perlu pelatihan khusus bencana, sarana dan

prasarana juga sangat kurang. Logistik berupa bahan, alat dan obat-obatan memakai

persediaan rutin sehingga sering tidak sesuai dengan jenis bencana. Rumah Sakit

Umum Daerah umumnya telah siap dan tidak ada masalah. Jejaring di sektor

kesehatan telah terjalin dengan baik, namun dengan sektor lain masih kurang. Di

bidang pemberdayaan masyarakat, jajaran kesehatan dengan sektor lain belum

membentuk jejaring yang erat.

3.1.6 Pengelolaan Bantuan Logistik Bagi Korban Bencana Banjir di Kota


Kendari

Sektor logistik di Kota Kendari bertugas untuk memfasilitasi kebutuhan

bagi penduduk di wilayah terdampak bencana. Bersama-sama dengan penduduk

setempat, sektor ini melakukan tugas untuk mendistribusi kebutuhan masyarakat di

wilayah terdampak bencana. Pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana

banjir di kota kendari mengacu pada Tahun 2017 mengacu pada Perka BNPB

Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan

Penanggulangan Bencana, yang sudah dicabut dan dinyatakan sudah tidak berlaku

diganti dengan Perka BNPB No. 4 Tahun 2018 tentang Sistem Manajemen

Logistik. Pada peraturan tersebut, menyatakan bahwa sistem manajemen logistik


171

dan peralatan penanggulangan bencana adalah pengelolaan logistik dan peralatan

yang yang meliputi perencanaan, pengadaan, pergudangan, pendistribusian dan

penghapusan yang dilakukan guna mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan

efisien. Kegiatan yang dilaksanakan oleh sektor logistik, penerimaan dan

penyaluran bantuan antara lain dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.11 Kegiatan Dinsosnaker di Sektor Logistik


No Kegiatan Penanggung Pelaku/Instansi
Jawab

1. Melakukan koordinasi pos Dinsosnaker BPBD Kota Kendari,


sektor logistik penerimaan Dinsosnaker, TNI,
dan penyaluran bantuan POLRI, Satpol PP,
Tagana, PMI
2 Inventarisasi dan klasifikasi
bantuan berdasarkan
pemetaan kebutuhan

3 Menugaskan personil yang


tersedia sesuai dengan tugas
masing-masing

4 Mendirikan kegiatan dapur


umum di tempat pengungsian

5 Menyediakan dan
mengorganisir relawan dalam
penyaluran bantuan dan dapur
umum

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Tabel 3.12 Kegiatan BPBD Kota Kendari di Sektor Logistik


No Kegiatan Penanggung Pelaku/Instansi
Jawab

1. Melakukan koordinasi BPBD Kota BPBD Kota Kendari,


dengan klaster lainnya dalam Kendari Dinsosnaker, TNI,
rangka merekapitulasi data
172

kebutuhan logistik serta POLRI, Satpol PP,


pendistribusian bantuan Tagana, PMI

2 Memenuhi dan menyalurkan


bantuan berupa kebutuhan
pangan sandang masyarakat
secara tepat cepat dan merata
sesuai dengan prosedur
penerimaan dan penyaluran
bantuan

3 Melakukan pengawasan dan


evaluasi kegiatan penyaluran
bantuan agar tepat sasaran

4 Membuat
catatan/dokumentasi
kronologis penyaluran
bantuan kepada korban
bencana/masyarakat di lokasi
bencana

5 Menyelenggarakan
administrasi

6 Menyediakan gudang untuk


penerimaan bantuan

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Tabel 3.13 Kegiatan TNI/POLRI, SATPOL PP, BPPOM dan DPKA


Pada Sektor Logistik
No Kegiatan Penanggung Pelaku/Instansi
Jawab

1. Menjamin keamanan proses TNI/POLRI, BPBD Kota Kendari,


penyaluran bantuan di lokasi SATPOL PP Dinsosnaker, TNI,
bencana secara cepat dan POLRI, Satpol PP,
tepat sasaran Tagana, PMI
173

2 Melakukan pemeriksaan BPPOM


bantuan yang diterima
sebelum didistribusikan

3 Melakukan pencatatan DPKA


bantuan berupa uang oleh
pihak keuangan (bank) yang
terkait

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh sektor Logistik, maka

kebutuhan sektor ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.14 Kebutuhan Sektor Logistik

No Kebutuhan Satuan Jumlah Tersedia Kurang Sumber


kebutuhan
Kebutuhan

1 Relawan orang 120 241 0 KSB,


TAGANA, PMI,
Pramuka Peduli,
TNI/POLRI,
SATPOL PP,
ORARI, RAPI,
MAPALA Kota
Kendari.

2 Kendaraan unit 6 6 0 TNI/POLRI,


roda 6 DINSOS,
SATPOL PP,
BPBD

3 Kendaraan unit 12 12 0 TNI/POLRI,


roda 4 DINSOS,
SATPOL PP,
BPBD

4 BBM liter/h 1050 1050 0 SPBU


ari
174

5 Tenda unit 12 12 0 TNI/POLRI,


Pengungsi DINSOS,
an SATPOL PP,
BPBD

6 Tenda unit 6 6 0 TNI/POLRI,


dapur DINSOS,
umum SATPOL PP,
BPBD

7 Tenda unit 6 6 0 TNI/POLRI,


Posko DINSOS,
SATPOL PP,
BPBD

8 Tenda unit 6 6 TNI/POLRI,


kesehatan DINSOS,
SATPOL PP,
BPBD

9 Genset unit 6 2 4 BPBD

10 Peralatan unit 6 6 0 DINSOS,


dapur BPBD, TNI,
umum POLRI

(1 paket)

11 Beras kg/7 7397.6 0 7397.6 DINSOS


hari

12 Lauk Pauk

13 Pakaian stel 5284 0 5284 DINSOS, BPBD

14 Minyak liter/7 1056 0 1056 DINSOS, BPBD


Goreng hari

15 Minyak liter/7 1056 0 1056 DINSOS, BPBD


Tanah hari

16 Tikar buah 1056 0 1056 DINSOS, BPBD

17 Selimut lembar 1056 0 1056 DINSOS, BPBD


175

18 Famili Kit set 1056 0 1056 DINSOS, BPBD

19 Food ware set 1056 0 1056 DINSOS, BPBD

20 Kid ware set 1056 0 1056 DINSOS, BPBD

21 Pembalut bungk 2037 0 2037 DINSOS, BPBD


wanita us (isi
6)

22 Pampers bungk 161 0 161 DINSOS, BPBD


lansia us (isi
6)

23 Gula liter/7 1056 0 1056 DINSOS, BPBD

24 Teh dus 1056 0 1056 DINSOS, BPBD

25 Kopi Bukus 1056 0 1056 DINSOS, BPBD


(600
gram)

26 Ember unit 528 0 528 DINSOS, BPBD

27 Kain lembar 1056 0 1056 DINSOS, BPBD


Sarung

28 Jerigen unit 528 0 528 DINSOS, BPBD


Plastik

(20 L)

29 Mie dos 1387 0 1387 DINSOS, BPBD


Instant

30 Telur rak 616 0 616 DINSOS, BPBD

31 Sarden kaleng 7392 0 7392 DINSOS, BPBD

32 Air dos 3082 0 3082 DINSOS, BPBD


Mineral

33 Baskom unit 1056 0 1056 DINSOS, BPBD

34 Pisau unit 528 0 528 DINSOS, BPBD


176

35 Kompor unit 528 0 528 DINSOS, BPBD

36 Seragam stel 1014 0 1014 BPBD,


Sekolah DINSOS,
DIKNAS

37 Alas kaki set 2642 0 2642 BPBD, DINSOS


(sandal/
sepatu)

38 Pakaian stel 1057 0 1057 BPBD, DINSOS


perlengka
pan ibadah

39 Kruk unit 10 0 10 BPBD, DINSOS


(penyangg
a utk
korban
cacat)

40 Tempat drum 53 0 53 BPBD, PU,


sampah DLH

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Ada berbagai jenis logistik dan bantuan yang diberikan kepada masyarakat

korban bencana banjir Kota Kendari. Secara umum sebagaimana dapat di lihat pada

tabel tersebut di atas. Jenis dan bantuan logistik yang disalurkan kepada masyarakat

terdampak bencana dapat di klasifikasi ke dalam kelompok sandang, pangan dan

papan.

Berdasarkan data tersebut di atas relevan dengan hasil wawancara dengan

Kepala Seksi Logistik mengatakan bahwa:

“Dalam pendistribusian bantuan logistik oleh lembaga BPBD Kota


Kendari berdasarkan pada Perka BNPB No. 18 Tahun 2010 agar dalam
setiap perencanaan, pengadaan, pergudangan, pendistribusian dan
penghapusan mencapai tujuan dan sasaran. Dalam pendistribusian logistik
pada korban banjir di Kota Kendari jenis logistik yang disalurkan terdiri
atas bahan pangan beras, sandang, obat-obatan, perlengkapan mandi,
177

perlengkapan umum, perlengkapan bayi, makanan bayi”. (Mansur,


wawancara 22 Februari 2019).
Sejalan dengan pendapat di atas Suhardin Mengatakan bahwa:

“Distribusi kepada masyarakat dilaksanakan ketika instansi penyalur


memiliki stok bantuan sesuai kebutuhan korban terdampak. Titik-titik
pendistribusian ditentukan berdasarkan perencanaan operasi (penilaian
kebutuhan) yang telah ditetapkan oleh Komando TD dan dapat didukung
oleh lembaga yang terlibat dalam Klaster Logistik. Untuk semua metode
distribusi, pengecekan administrasi dilangsungkan untuk memastikan area
penyebaran dan sasaran peneriman bantuan, kesiapan bantuan logistik,
serta ketersediaan sarana pendukung sesuai kebutuhan”. (Wawancara, 15
Februari 2019).
Berdasarkan data dan hasil wawancara yang dilakukan kepada BPBD Kota

Kendari yang terdampak bencana banjir 2017, tentang sumber logistik untuk

masyarakat, penulis memperoleh informasi atau jawaban yang tidak jauh berbeda,

bahwa logistik dan bantuan untuk masyarakat korban bencana banjir secara resmi

di peroleh dari pihak pemerintah. Selain dari pemerintah, seperti yang sudah

disampaikan sebelumnya sumber logistik dan bantuan bagi masyarakat korban

bencana juga diperoleh dari lembaga non pemerintah/dunia usaha, organisasi dan

perorangan. Saat penulis meminta data kepada para responden tentang siapa saja

yang ikut andil dalam memberikan bantuan logistik dan apa saja jenis logistik dan

bantuan yang diberikan, para responden kesulitan untuk menunjukan data karena

ada banyak sekali bantuan yang diberikan kepada korban bencana yang tanpa

melalui posko pemerintah, tetapi langsung diberikan kepada pemerintah kecamatan

setempat, bahkan ada juga yang langsung ke posko pengungsian.

Di lain pihak berdasarkan temuan lapangan mengenai logistik dan bantuan

bagi masyarakat terdampak bencana banjir Kota Kendari untuk pemenuhan

kebutuhan dasar seperti sandan, pangan dan turunannya serta bentuk alat yang dapat
178

digunakan untuk melakukan pencarian, penyelamatan, dan evakuasi masyarakat

terdampak bencana banjir, pihak Dinas Sosial Kota Kendari juga menyalurkan

bantuan seperti data berikut:

Tabel 3.15 Daftar Permintaan Barang Persediaan Untuk Tanggap Darurat


Bencana Alam Dinas Sosial Kota Kendari Tahun 2017

Banyaknya
No Jenis Barang Satuan
Permintaan/Kebutuhan

1. Lauk Pauk

Lauk Pauk Paket A Kg 150

Lauk Pauk Paket B Kaleng 100

Lauk Pauk Paket C Kaleng 100

Lauk Pauk Paket D Kaleng 100

Indomie Dus 400

2. Sandang

Selimut Lembar 200

Seragam SD (Wanita) Pasang 100

Seragam SD (Pria) Pasang 100

Seragam SMP (Wanita) Pasang 100

Seragam SMP (Pria) Pasang 100

Seragam SMA (Wanita) Pasang 100

Seragam SMA (Pria) Pasang 100

3. Paket

Famili kit Paket 200

Food Ware Paket 100


179

Kids Ware Paket 100

Paket Ibu Hamil Paket 100

4. Alat Evakuasi

Tenda Gulung Lembar 100

Tenda Keluarga Unit 5

Velbed Unit 20

Tenda Peleton Unit 5

Tenda Regu Unit 5

Matras Lembar 200

Sumber: Data sekunder Dinas Sosial Kota Kendari, 2019

Tabel tersebut di atas merupakan daftar permintaan barang persediaan

untuk tanggap darurat bencana alam oleh Dinas Sosial Kota Kendari Tahun 2017.

Berdasarkan data tersebut ada 4 jenis barang yang di salurkan oleh pihak dinas

sosial yaitu: (1) jenis lauk pauk (2) Jenis sandang (3) jenis paket (4) alat evakuasi.

Berdasarkan data di atas hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan

Kepala Bidang dan Jaminan Sosial, Dinas Sosial Kota Kendari menyatakan bahwa:

“Sumber bantuan tanggap darurat kota kendari asalnya dari pusat sesuai
dengan permintaan/usulan, untuk jenis logistik dan bantuan yang kita
salurkan kepada masyarakat korban terdampak bencana banjir saat
tanggap darurat itu terbagi 4 jenis barang yaitu 1. Lauk Pauk
(biskuit/makanan siap saji, lauk paket A, B, C, D dan indomie) 2. Sandang
seperti selimut dan serangam sekolah SD-SMA 3. Paket seperti Family
Kit, foot ware, dan peket ibu hamil dan yang ke empat adalah alat evakuasi
seperti tenda, velbad dan matras. (Saldy, Wawancara 25 Februari 2019).
Senada dengan pendapat di atas Suarni mengatakan bahwa:
“Bantuan untuk tanggap darurat bencana banjir kota kendari bersumber
dari pusat, untuk jenis bantuannya sesuai data kami terbagi 4 jenis barang
seperti lauk pauk, paket, sandang dan alat evakuasi, untuk jumlah sesuai
180

permintaan atau kebutuhan dan ketersediaan barang yang ada.


(Wawancara, 25 Februari 2019).
Sumber logistik dan bantuan bagi masyarakat terdampak bencana banjir di

Kota Kendari yang teridentifikasi di lapangan antara lain berasal dari bantuan

pemerintah, bantuan organisasi non pemerintah, dunia usaha, dan para donatur

(personal maupun kelompok). Hal ini seperti di sampaikan oleh pengelola logistik

di BPBD Kota Kendari bahwa:

“Sumber bantuan logistik pada bencana banjir Kota Kendari selain dari
pihak pemerintah (BPBD dan DINSOS), ada dari pihak organisasi sosial,
swasta/dunia usaha dan ada juga perorangan. Untuk prosedurnya ada yang
melalui pengusulan ada juga yang tidak. (Mansur, Wawancara 22 Februari
2019).
Senada dengan pendapat di atas di sampaikan oleh Kepala Pelaksana

BPBD Kota Kendari bahwa:

“Bantuan logistik bencana banjir Kota Kendari 2017 ada yang langsung
dari pemerintah (BPBD, DINSOS, PU, DLH, DIKNAS) dan para dunia
usaha, semua ini dilakukan proses pendataan dan kemudian diserahkan
kepada pemerintah setempat yang terdampak bencana banjir untuk
dilakukan pendistribusian kepada masyarakat (Suhardin, wawancara 15
Februari 2019)..
Dalam proses penanganan darurat bencana banjir Kota Kendari, untuk

dapat mengadakan bantuan logistik ataupun pendistribusiannya di lokasi terdampak

di perlukan dana yang begitu besar. Terkait pendanaan untuk bantuan logistik yang

disalurkan kepada masyarakat terdampak dalam penanganan darurat bencana banjir

Kota Kendari, sebagian besar dana yang digunakan untuk bantuan logistik

termaksud pendistribusiannya bersumber dari Dana Siap Pakai (DSP) BNPB. Hal

ini sesuai hasil wawancara dengan Kepala Pelaksana BPBD Kota Kendari

menyatakan bahwa:
181

“Sumber pendanaan penanganan darurat bencana banjir Kota Kendari


2017 bersumber dari dana siap pakai BNPB, ada juga bersumber dari dunia
usaha, untuk pendistribusiannya dibantu dari pihak TNI dan relawan”.
(Suhardin, wawancara 3 Februari 2019).
Senada dengan wawancara di atas Kasi. Sapras dan Logistik

menyampaikan bahwa:

“Untuk pendanaan penanganan darurat bencana banjir Kota Kendari


Tahun 2017 bersasal dari DSP BNPB juga dari dunia usaha, untuk dana
bantuan tidak terduga (BTT) pada banjir 2017 tidak ada kecuali bencana
2018 bersumber dari BTT. (Mansur, wawancara 22 Februari 2019).
Proses penanganan darurat bencana penggunaan dana tidak terlepas dari

pengawasannya. Meskipun dalam masa darurat bencana, tidak berarti penggunaan

dana dan bantuan logistik yang diterima oleh BPBD Kota Kendari tidak dilakukan

pengawasan. Selama proses pelaksanaan penanganan darurat, ada tim dari

Inspektorat daerah yang turut melakukan kontrol atau mengawasi dan melakukan

pendampingan penggunaan dana, logistik ataupun bantuan yang diterima sehingga

dalam prosesnya dapat terlaksana secara akuntabel atau dapat

dipertanggungjawabkan. Kepala Pelaksana BPBD Kota Kendari menyatakan

bahwa: “Dalam pengelolaan dana dan bantuan logistik dalam penanganan darurat

bencana banjir dikontrol oleh inspektorat daerah”. (Wawancara, 15 Februari 2019).

3.1.7 Pengelolaan Sumber Daya dari NGO dan Lembaga Usaha Pada Bencana
Banjir di Kota Kendari

Pengelolaan sumber daya pada saat penanganan tanggap darurat bencana

merupakan suatu proses yang melibatkan orang-orang atau lembaga dari berbagai

aspek kedaruratan, yang berbagi informasi, mengidentifikasi untuk menjawab

kebutuhan bersama. Pengelolaan sumber daya ini bertujuan untuk memaksimalkan

respon terhadap masyarakat yang terdampak bencana. Oleh karena itu, keterlibatan
182

lembaga yang peduli dalam penanganan darurat, dan banyaknya sumber daya

manusia (SDM) profesional dan relawan hadir di lokasi bencana, maka mutlak

diperlukam pengelolaan SDM yang ketat dan mengikat agar penanganan darurat

bencana terlaksana dengan baik. Sumber daya yang dimaksud dalam tulisan ini

sumber daya manusia yang mewakili K/L, Non Goverment Organization (NGO),

dunia usaha atau pihak asing pada saat tanggap darurat bencana banjir di Kota

Kendari. Peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya K/L,NGO,

dunia usaha serta bantuan asing dalam penanggulangan bencana adalah:

1) UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal 48 – 56, 62, 67,

68, 69

2) Peraturan Menteri Sosial No.1/2013 tentang Bantuan Sosial Bagi Korban

Bencana

3) PP Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Pasal 21 – 54

4) PP Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Dana Bantuan

Bencana Pasal 15 – 18, 24 – 26, 28 – 36

5) PP Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan

Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana Pasal 8, 9, 10

6) Peraturan Kepala BNPB Nomor 03 tahun 2016 tentang Sistem Komando

Penanganan Darurat Bencana

7) Perka BNPB Nomor 12/2014 tentang Peran Serta Lembaga Usaha dalam

Penanggulangan Bencana
183

Berdasarkan data dan hasil wawancara kepada Informan di Wilayah

terdampak bencana banjir Kota Kendari, pengelolaan sumber daya dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Kementrian Lembaga (K/L)

Landasan utama yang dijadikan acuan bagi Kementrian Lembaga untuk

menugaskan SDMnya adalah adanya penetapan status tanggap darurat bencana

banjir oleh pemerintah daerah yakni Walikota dan personil akan bekerja sesuai

dengan lamanya status tanggap darurat itu dinyatakan. Seperti halnya Dinas Sosial

Kota Kendari setelah terjadi bencana banjir, segera menurunkan Tim Tagana dan

menyediakan layanan tenda, dapur umum serta terkait tugas lainnya sesuai dengan

peraturan yang dikeluarkan Kementerian Sosial. Bantuan bencana yang diberikan

Kementerian Sosial diatur melalui Peraturan Menteri Sosial No.1/2013 tentang

Bantuan Sosial Bagi Korban Bencana.

Berdasarkan keterangan data di atas relevan dengan hasil wawancara

dengan Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial mengatakan bahwa:

“Pengelolaan sumber daya khususnya pada saat penanganan tanggap


darurat bencana, Bantuan bencana yang diberikan Kementerian Sosial
diatur melalui Peraturan Menteri Sosial No.1/2013 tentang Bantuan Sosial
Bagi Korban Bencana. bantuan logistik berupa pangan, penampungan
sementara, sarana air bersih-sanitasi hal tersebut sesuai dengan Nota
Kesepahaman antara BNPB dan Kemensos 37/BNPB/III/2015, 04 tahun
2015. (Saldi, wawancara 25 Februari 2019).

Hal yang sama juga dilakukan oleh Kementerian PUPR melalui Dinas

Pekerjaan Umum (Dinas PU) memiliki fokus utama pada pembangunan

infrastruktur umum seperti sarana aksesibilitas dan kebutuhan umum lainnya.

Dalam aspek bantuan logistik tanggap darurat, Dinas Pekerjaan Umum menjadi
184

pendukung utama dalam hal kaji cepat kebutuhan, penyediaan sarana air bersih,

sanitasi, dan penyelesaian masalah konektivitas. Sesuai dengan Nota Kesepahaman

No. 02/PKS/M/2013 T dengan BNPB, PUPR menjadi penanggung jawab utama

dalam penganggaran dan pelaksanaan rehabilitas dan rekonstruksi pasca bencana yang

dalam prosesnya didukung oleh BNPB. Kontribusi signifikan pada masa pasca bencana

tersebut tidak mengurangi pentingnya peran PUPR saat kesiapsiagaan dan tanggap

darurat bencana. PUPR memiliki sumber daya peralatan yang normalnya dioperasikan

untuk kegiatan pembangunan. Selain sumber daya sendiri, Kementerian/Dinas PU juga

melakukan koordinasi meminta dukungan instansi lain seperti Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) dan pelaku dunia usaha untuk mengalihkan sumber daya peralatan

menjadi bantuan yang dapat digunakan saat gawat darurat di wilayah setempat.

Di sisi lain juga dilakukan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui

Dinas Perhubungan (Dishub). Kementerian Perhubungan sebagai instansi utama

yang bertanggung jawab atas manajemen pengangkutan di tingkat nasional

berperan penting dalam kelancaran penyaluran bantuan logistik ke titik-titik

distribusi. Melalui Nota Kesepahaman 27/BNPB/III/2014, PJ 19 Tahun 2014,

BNPB bekerjasama dengan Kemenhub terkait sosialisasi kebencanaan di fasilitas

transportasi seperti bandara, terminal, dan pelabuhan. Selain itu, Direktorat

Peralatan BNPB berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan setempat mengenai

kegiatan inventarisasi peralatan yang dimiliki instansi setempat.

Pada tahap Tanggap Darurat bencana, Kementerian Perhubungan melalui

Dinas Perhubungan kota Kendari berperan aktif dalam penanggulangan bencana,

yang salah satunya termasuk kegiatan pengangkutan bantuan logistik. Dinas

Perhubungan melalukan pengecekan sarana dan prasarana transportasi terlebih


185

dahulu untuk memastikan skala kerusakan dan penggunaan fasilitas pengangkutan

yang masih tersedia ke lokasi bencana. Setelah status kerusakan dipastikan, Dishub

melakukan koordinasi dalam Komando Tanggap Darurat sebagai salah satu bahan

perencanaan pengerahan bantuan logistik. Dari rencana yang telah ditetapkan,

Dishub melaksanakan pengadaan sarana transportasi pengangkutan bantuan

bencana.

2) BUMD

Perusahaan yang pada umumnya berkaitan dengan manajemen bantuan

bencana adalah badan yang secara peraturan harus dikuasai oleh negara. Peran

BUMN dalam usaha penanggulangan bencana dilandaskan pada UU No.19 dimana

disebutkan tujuan BUMN tidak hanya untuk mengejar keuntungan, namun juga

turut aktif dalam perkembangan ekonomi masyarakat. Adapun perusahaan tersebut

antara lain Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pertamina, Telkom, serta lembaga-

lembaga perbankan, konstruksi, dan lainnya. Keterlibatan BUMN dalam

penanganan darurat bencana di Kota Kendari melalui BUMD.

BUMD memiliki peran penting dalam kelancaran manajemen bantuan

logistik saat Tanggap Darurat. Peran tersebut diwujudkan dalam pemulihan gardu

listrik, perangkat komunikasi, suplai Bahan Bakar Minyak (BBM), pengadaan

sarana pengangkutan, dan juga alat berat untuk yang membantu kelancaran

koordinasi dan pelaksanaan di semua tahap manajemen bantuan logistik. Dalam

usaha tersebut, BUMD melakukan koordinasi Lembaga terkait.


186

3) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri)

Peran TNI-Polri dalam tata kelola logistik penanganan bencana sangat

penting dalam tiga aspek, yakni sebagai sumber daya manusia, sumber daya sarana

mobilisasi, dan pengamanan di saat tanggap darurat. Sebagai bagian penting dari

pertahanan masyarakat, sebaran Polri di daerah bencana juga sangat penting dalam

pengelolaan bantuan logistik secara keseluruhan. Berbagai jenis fasilitas alat utama

TNI dan sarana-sarana milik Polisi merupakan instrumen penting yang dapat

dimanfaatkan.

Berlandaskan Nota Kesepahaman tahun 2016, dalam tata kelola

perlogistikan bencana BNPB dan TNI bekerjasama dalam bidang pelatihan,

perencanaan distibusi sumber daya pergudangan, dan monitoring serta evaluasi stok

bantuan yang disimpan di gudang TNI untuk meningkatkan kesiapsiagaan. TNI

juga berperan dalam TRC untuk penilaian awal bencana, mengisi jabatan di Pos

Lapangan Komando agar mempermudah mobilisasi sumber daya.

Selain sumber daya manusia, sumber daya sarana seperti moda

transportasi, tenda sementara dan peralatan-peratalatan lain sangat berguna dalam

membantu kelancaran rantai suplai bantuan logistik. Hal ini sesuai nota

kesepahaman, yang mana BNPB berusaha mengakomodir peran TNI dan Polri

melalui akses Dana Siap Pakai yang diajukan ke Kementerian Keuangan ataupun

skema dukungan lainnya untuk mendukung biaya operasional sumber daya TNI dan

Polri saat tanggap darurat. Berdasarkan nota kesepahaman tersebut, Pemerintah

Daerah Kota Kendari mengakses sumber daya TNI-Polri. Di samping itu, TNI-Polri
187

juga membantu menjaga ketertiban dan keamanan proses perlogistikan bantuan

agar alur kerja bantuan logistik berlangsung dengan lancar.

4) Lembaga Masyarakat/PMI

Selain institusi pemerintah, BPBD bekerjasama dengan organisasi

masyarakat yaitu Palang Merah Indonesia (PMI). PMI ikut terlibat secara kolektif

dalam Klaster Logistik dan berperan aktif dalam menjalankan tata kelola bantuan

logistik penanggulangan bencana banjir.

Terkait pengadaan, PMI melakukan pengadaan langsung menggunakan dana

sumbangan dan juga bekerjasama dengan Dunia Usaha untuk pengadaan saat bencana

tertentu. PMI memiliki standar jenis barang yang disalurkan ke korban meliputi Family

Kit (Paket Kebutuhan Rumah Tangga), Baby Kit (Paket Kebutuhan Bayi), Hygiene Kit

(Paket Kebutuhan Kebersihan), School kit (Paket Peralatan Sekolah), serta kebutuhan

lainnya seperti kelambu, sarung, selimut, tarpolin, obat-obatan, dan pakaian.

3.1.8 Pelaksanaan Pengendalian Operasi Pertolongan Darurat Pada Bencana


Banjir di Kota Kendari
Seperti telah dijabarkan sebelumnya dasar hukum dari penanganan darurat

bencana banjir Kota Kendari adalah SK. Penetapan Status oleh Walikota. Dengan

berlakunya situasi keadaan darurat bencana, maka dibentuk struktur organisasi

yang menganut sistem komando yaitu struktur Organisasi Komando Tanggap

Darurat Bencana.

Sektor SAR dan Keamanan bertugas untuk memastikan bahwa masyarakat

di kawasan yang rawan banjir mendapatkan perlindungan baik dari ancaman

bencana banjir maupun dari ancaman keamanan wilayah pada saat terjadi situasi

darurat. Sektor ini bertugas untuk memfasilitasi masyarakat di wilayah terdampak


188

bencana banjir untuk mengungsi ke tempat yang aman. Bersama-sama dengan

penduduk setempat serta kelompok siaga bencana (KSB) kelurahan (jika ada),

sektor ini melakukan tugas untuk menjaga keamanan lingkungan. Pada saat terjadi

banjir, sektor ini bertugas melakukan penanganan pertama pada korban bencana,

baik yang mengalami luka-luka maupun korban meninggal dan melakukan

koordinasi dengan Sektor Kesehatan untuk penanganan lanjutan bagi masyarakat

yang mengalami luka-luka serius. Jika muncul laporan kehilangan dari anggota

masyarakat korban banjir, sektor ini bertugas untuk melakukan pencarian dan

evakuasi. Adapun pihak-pihak yang ikut terlibat dalam pengendalian operasi

pertolongan darurat pada bencana banjir di Kota Kendari dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3.16 Pihak Yang Terlibat dalam Pengendalian Operasi Pertolongan Darurat
No. Instansi/Lembaga Nama Kontak Peran

1 SAR Kendari Jandry Pendang Mengkoordinasikan semua


pihak yang ada di Sektor
Budiraharjo SAR
Sulkfi

2 BPBD Kota Kendari

3 TNI - KODIM Koramil Kota Oprasi SAR dan pengamanan

4 POLRI – POLRES Polsek-Polsek Jaminan keamanan dan


bantuan Oprasi SAR

5 PMI Ketua PMI Bantuan Darurat dan Medis

6 TAGANA Ketua TAGANA Membantu Oprasi SAR

7 PRAMUKA Ketua Pramuka Membantu Oprasi SAR

8 Relawan Membantu Oprasi SAR


189

Berdasarkan keterangan data di atas hal ini sejalan dengan wawancara

Kepala Pelaksana BPBD Kendari mengatakan bahwa:

“Pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan darurat pada bencana


banjir di Kota Kendari instasi atau lembaga yang ikut terlibat seperti SAR,
BPBD, TNI-POLRI, PMI, TAGANA, PRAMUKA dan unsur masyarakat
semua ikut terlibat, ini kami koordinasi dan kerja sama dalam hal
pertolongan kemanusiaan bagi korban bencana tersebut”. (Erwin Fajar,
wawancara 20 Februari 2019).

Sejalan dengan pendapat di atas Kepala Bidang Operasi mengatakan

bahwa:

“Dalam pelaksanaan pengendalian operasi dan pertolongan darurat pada


bencana banjir di Kota Kendari khususnya pada tahun 2017 banyak unsur
yang ikut terlibat seperti Tim SAR Kendari, TNI, POLRI, PMI, DINSOS
dan relawan dari masyarakat itu sendiri”. (Sutiono, wawancara 21 Februari
2019).

Adapun kegiatan dalam pengendalian operasi pertolongan darurat pada

bencana banjir di Kota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.17 Kegiatan yang Dilakukan Pengendalian Operasi Pertolongan Darurat

No Kegiatan Pelaku

1 Koordinasi dengan pihak terkait dalam BPBD, Basarnas, TNI,


pelaksanaan operasi SAR Polri, PMI, Damkar,
Potensi SAR

2 Penyiapan unsur sarana dan prasarana BPBD

1) Pesonil Basarnas
2) Peralatan
3) Perencanaan OPS Unsur terkait
4) Pembentukan unsur OPS SAR

3 Pelaksanaan OPS SAR BPBD, Basarnas,

1) Pembagian SRU ke titik lokasi bencana PMI, TNI, Polri,


2) Koordinasi posko yang ada di lokasi
bencana
190

3) Pencariaan, pertolongan, dan Potensi SAR


penyelamatan ke posko yang telah
ada/disediakan baik korban selamat, Polairud, Masyarakat
memerlukan perawatan medis atau
meninggal
4 Pelaporan dan evaluasi pelaksanaan OPS Basarnas
SAR

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Berdasarkan data tabel tersebut di atas bahwa kegiatan operasi

pengendalian darurat bencana banjir di Kota Kendari sudah berjalan dengan baik.

Hal ini dapat dilihat dalam proses pengelolaan kegiatan telah melakukan

koordinasi dengan pihak terkait, penyiapan unsur sarana dan prasarana,

pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi.

Selait itu salah satu komponen yang sangat penting untuk menunjang

keberhasilan Operasi Pencarian dan pertolongan adalah Logistik SAR, keberadaan

logistik dalam pelaksanaan pencarian dan pertolongan adalah sebagai fasilitas

pendukung, penyediaan kendaraan operasional, peralatan SAR, bahan bakar, bahan

makanan, serta perlengkapan medis yang dibutuhkan selama operasi pencarian dan

pertolongan. Mengingat begitu pentingnya logistik SAR maka perlu adanya

manajemen yang efektif dan efisien demi tercapainnya tugas-tugas kemanusiaan

dan peningkatan pelayanan bagi masyarakat.

Pengelolaan logistik yang dimaksud adalah serangkaian aktivitas untuk

melakukan penyimpanan, perawatan, dan juga pendistribusian logistik SAR secara

baik dan sesuai prosedur yang berlaku, hal tersebut dilakukan guna menunjang

aktivitas kegiatan operasi pencarian dan pertolongan SAR. Pengelolan logistik

adalah tugas dan tanggung jawab petugas logistik. Pengelolaan tanggap darurat
191

bencana banjir Kota Kendari kebutuhan sumberdaya dalam melaksanakan

Operasi SAR dan Keamanan pada saat tanggap darurat banjir terdiri dari

kebutuhan Personil dan Peralatan yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.18 Daftar Kebutuhan Sumberdaya Personil SAR dan Keamanan

No Instansi Kebutuhan Ketersedian Kekurangan


1 Damkar Kota Kendari 10 30 0
2 Satpol PP Kendari 26 30 0
3 BASARNAS KENDARI 12 12 0
4 KODIM 1471 40 40 0
5 LANUD Haluoleo 10 26 0
6 LANAL Kendari 30 26 0
7 POLRES Kendari 40 40 0
8 PMI 30 60 0
9 Dinsos (Tagana) 30 45 0
10 BPBD Rescue 26 26 0
TOTAL 254 335 0
Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Tabel 3.19 Kebutuhan Peralatan SAR dan Keamanan


No Nama Satuan Kebutuhan Tersedia Kurang Keterangan
Peralatan
1 Rescue Unit 6 6 0 Polres Kendari,
Truk Basarnas
2 Truk Unit 6 6 0 BPBD,
Kendari
Personil TNI/POLRI,
Dinas Sosial,
3 Mobil Unit 2 2 0 BPBD,
PMI Kendari
Penyela TNI/POLRI,Sos
4 Perahu
mat Unit 12 12 0 BPBD,
ial PMI,
Karet Pores Kendari,
(rubberb Lanal Kendari,
oat) Dinas Sosial, sat
Brimob.

5 Jaket Buah 50 30 20 BPBD, Basarnas


penyela Kendari
6 Lampu
mat/ Unit 5 6 0 BPBD
7 Mesin
Sorot
pelampu Unit 5 4 1 BPBD, SAR,
Potong
ng Polres Kendari
Kayu
(Chain
Saw)
192

8 Tandu Buah 25 25 0
(sesuaikan
dengan
kelompok
9 HT Buah 15 15 0 87 pos x 5
rentan
10 Pick Up Unit 2 3 0 BPBD,
sektor Polres
discenario)
Kendari, Dinas
Sosial, Basarnas
11 Mega Buah 6 6 0 BPBD,
POLRES
phone Kendari, Dinas
12 Jetski Unit 1 3 0 Basarnas
Sosial,Pol –PP
Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017Kendari

Pengadaan barang-barang logistik dimaksudkan sebagai usaha atau

kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang sebelumnya telah ditentukan

dalam perencanaan logistik SAR. Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan

operasional dari pengadaan logistik, diharapkan dapat memaksimalkan tugas

operasi pencarian dan pertolongan. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan

informan mengatakan bahwa:

“Pengadaan logistik pada pengendalian operasi pertolongan darurat pada


saat tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari 2017 lalu sudah sesuai
dengan kebutuhan operasi SAR, sudah cukup baik dan sesuai dengan
kebutuhan operasi SAR, karena terjalin kordinasi yang baik antar OPD”.
(Sutiono, wawancara 21 Februari 2019).
Sebagaimana ditegaskan dalam PP No. 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, pada pasal 40 bahwa tujuan dan

sasaran penanganan darurat bencana secara garis besar meliputi tindakan-tindakan

untuk:

1) Penyelamatan dan evakuasi korban bencana;

2) Pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana;

3) Penyediaan dan distribusi personil, logistik dan peralatan;

4) Perlindungan kelompok rentan;


193

5) Pemulihan dengan segera fungsi sarana dan prasarana vital.

Tujuan dan Sasaran operasi tersebut dapat diurai dalam bentuk yang lebih

khusus dan spesifik, antara lain:

1) Pertolongan darurat untuk mengantisipasi meluasnya dampak bencana

2) Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman

3) Penyediaan air bersih dan sanitasi bagi korban bencana

4) Penyediaan sandang dan pangan

5) Pelayanan kesehatan

6) Penyediaan hunian sementara bagi korban

7) Tindakan aksi untuk mengatasi sumber bencana

Salah satu tujuan Negara adalah memberikan perlindungan terhadap warga

Negara. Dalam penanggulangan bencana khususnya saat tanggap darurat,

melakukan kegiatan pencarian dan pertolongan atau yang selama ini di kenal oleh

masyarakat dengan search and rescue (SAR) merupakan hal yang sangat penting.

Pencarian dan pertolongan pada hakikatnya merupakan kegiatan kemanusiaan dan

merupakan kewajiban bagi setiap warga negara. Kegiatan tersebut meliputi segala

upaya dan usaha pemberian pertolongan, penyelamatan, dan pengevakuasian jiwa

manusia dan harta benda.

Pada pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan darurat di Kota

Kendari merupakan salah satu tugas utama lembaga Basarnas yang bekerja sama

dan berkordinasi dengan instansi terkait seperti yang di jelaskan pada tabel 3.17.

Sebagai organisasi yang bergerak dibidang kemanusiaan Basarnas Kota Kendari

beserta instansi yang terkait dituntut agar mampu dalam melaksanakan tugas-
194

tugasnya serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Dalam

meningkatkan pelayanan Pencarian dan Pertolongan maka perlu diperhatikan setiap

komponen-komponen SAR yang menjadi penunjang keberhasilan pada setiap

pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan yaitu: Organisasi SAR, Komunikasi

SAR, Fasilitas/Logistik SAR, Pertolongan darurat dan Dokumentasi SAR.

3.1.9 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Penanganan


Darurat Pada Bencana Banjir di Kota Kendari
Manajemen komunikasi bencana adalah pengaturan penanggulangan

masalah bencana yang melibatkan proses komunikasi, koordinasi antara

masyarakat, pemerintah, pendonor, dan lembaga swadaya masyarakat. Komunikasi

atau koordinasi penanggulangan bencana sangat diperlukan untuk memperoleh

tujuan yaitu agar penanganan korban bencana berjalan secara efektif dan efisien.

Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara

efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan

sesuai dengan jadwal. (Lestari dkk, 2012).

Guna memperoleh efektifitas dan optimalisasi sumberdaya diperlukan

persyaratan tertentu antara lain; (1) Komunikasi berbagai arah dari berbagai pihak

yang dikoordinasikan; (2) Kepemimpinan dan motivasi yang kuat di saat krisis; (3)

Kerjasama dan kemitraan antara berbagai pihak; (4) Koordinasi yang harmonis.

Keempat syarat tersebut dipadukan untuk menyusun; Perencanaan,

Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan Evaluasi Penanggulangan Bencana.

Koordinasi memerlukan; (1) Manajemen penanggulangan masalah bencana yang

baik; (2) Adanya tujuan, peran dan tanggung jawab yang jelas dari organisasi; (3)

Sumber daya dan waktu yang akan membuat koordinasi berjalan; (4) Jalannya
195

koordinasi berdasarkan adanya pertukaran informasi dari berbagai sumber

informasi yang berbeda (Lestari, 2007).

Teknologi tidak dapat dipisahkan dalam penanganan darurat bencana.

Teknologi sangat dibutuhkan mulai dari penyebaran informasi, pelayanan saat

tanggap darurat, hingga koordinasi antar pihak. Pemanfaatan teknologi yang tepat

tujuannya adalah dapat mempermudah kegiatan khususnya dalam pengelolaan

tanggap darurat bencana.

Sektor teknologi, informasi dan komunikasi dalam penanganan tanggap

darurat di Kota Kendari bertugas untuk memfasilitasi penyebaran informasi saat

tanggap darurat bencana. Bersama-sama dengan penduduk setempat, sektor ini

melakukan tugas untuk memberikan informasi terkini seputar perkembangan situasi

tanggap darurat. Tujuan kebijakan ini agar implementasi dan pengembangan

aplikasi sistem transportasi, informasi dan komunikasi menjadi lebih terpadu dan

tidak tumpang tindih, sehingga pengelolaan dan penggunaannya dapat lebih

optimal dan lebih efisien. Pengelolan teknologi, informasi dan komunikasi dalam

penanganan darurat di Kota Kendari berlandaskan pada Perka BNPB No. 8 Tahun

2014 tentang Pedoman Pengelolaan Teknologi Informasi Kebencanaan.

Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi kebencanaan di Kota

Kendari saat penanganan darurat bencana pihak BPBD menggunakan aplikasi

whatsapp untuk melaporkan serta menyebarkan informasi. Sedangkan input dan

pengelolaan data kerusakan dan korban jiwa menggunakan software exel dan word

yang dilakukan oleh staf BPBD Kota Kendari. Dilain sisi dalam penangana darurat
196

bencana aplikasi whatsapp group dan facebook juga digunakan dalam hal

komunikasi.

Hal tersebut di atas senada dengan hasil wawancara dengan Seksi

Komunikasi BPBD Kota Kendari menyatakan bahwa:

“Pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi dalam pengelolaan


tanggap darurat bencana banjir Kota Kendari pihak BPBD menggunakan
aplikas whatsapp, facebook dalam mempermudah komunikasi, dalam hal
pengimputan data pihak BPBD menggunakan software exel dan word”.
(Erwin Fajar, Wawancara 20 Februari 2019).
Sistem Informasi dapat berfungsi secara optimal bila sumber daya

manusianya dapat menguasai penggunaan perangkat teknologi dan pemahaman

proses dari operasional kebencanaan. Sumber daya manusia merupakan sebuah aset

utama dalam proses transaksi sistem informasi. Adapun kegiatan yang dilakukan

dan pihak-pihak yang terlibat pada Sektor teknologi Transportasi, Informasi dan

Komunikasi yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.20 Kegiatan Yang Dilakukan DISKOMINFO dan Pihak-Pihak


yang Terlibat Pada Sektor Transportasi, Informasi dan Komunikasi

Penanggung Pelaku/Instansi
No Kegiatan
Jawab

1 Terlibat sebagai anggota tim DISKOMINFO BPBD Kota Kendari,


kajian cepat dan mendirikan Dishub Kota Kendari,
pos sektor transportasi, Diskominfo, Dinas
informasi dan komunikasi Sosial, PU, Pertamina,
Media Cetak dan
Elektronik (Media TV,
Radio BUMN dan
BUMS), Biro Umum,
RAPI, ORARI, TNI,
Polri, TELKOM,
Provider Seluler, Satpol
PP dan Linmas
197

2 Menyusun dan menetapkan Dikskominfo, ORARI -


call sign dan sandi RAPI
komunikasi untuk semua
tim sektor penanganan
darurat bencana.

3 Menyediakan ruangan
media centre dan menyusun
serta mengatur tugas
personil yang ada.

4 Menyiapkan data akurat


yang dipublikasikan kepada
masyarakat.

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Berdasarkan data tabel kegiatan yang dilakukan Diskominfo sebagai

penanggungjawab kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat pada sektor transportasi,

informasi dan komunikasi dalam penanganan darurat bencana banjir kota kendari

2017 menunjukan ada 4 kegiatan yang dilakukan yaitu (1) terlibat sebagai anggota

tim kajian cepat dan mendirikan pos sektor transportasi, informasi dan komunikasi,

(2) menyusun dan menetapkan call sign dan sandi komunikasi untuk semua tim

sektor penanganan darurat bencana, (3) menyediakan ruangan media centre dan

menyusun serta mengatur tugas personil yang ada, dan (4) Menyiapkan data akurat

yang dipublikasikan kepada masyarakat. Data kaji cepat atau informasi kejadian

awal sangat diperlukan guna menentukan tindakan lanjutan dalam pemanfaatan

teknologi, informasi dan komunikasi. Sehingga dalam pelayanan atau pengelolaan

teknologi, informasi dan komunikasi dapat dilaksanakan dengan lebih baik, cepat,

tepat dan terpadu. Berdasarkan data tersebut senada dengan hasil wawancara

dengan Seksi Komunikasi BPBD Kota Kendari menyatakan bahwa:


198

“Pengelolaan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam


penanganan bencana banjir Kota Kendari kegiatan yang dilakukan
Diskominfo sebagai penanggungjawab kegiatan ada 4 hal pokok yang
dilakukan yaitu telibat sebagai tim kaji cepat, menyususn dan menetapkan
call sign dan sandi komunikasi, menyediakan ruang media centre, serta
menyediakan data yang akurat dan valid untuk dipublikasi”. (Lukman,
wawancara 27 Februari 2019).
Di sisi lain dalam pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi

kegiatan yang dilakukan Dinas Perhubungan dan sebagai penanggungjawab

kegiatan yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.21 Kegiatan yang Dilakukan Dinas Perhubungan dan Pihak-Pihak yang
Terlibat Pada Sektor Transportasi, Informasi dan Komunikasi

Penanggung Pelaku/Instansi
No Kegiatan
Jawab

1 Terlibat sebagai anggota tim DISHUB BPBD Kota Kendari,


kajian cepat dan mendirikan Dishub Kota Kendari,
pos sektor transportasi, Diskominfo, Dinas
informasi dan komunikasi Sosial, PU, Pertamina,
Media Cetak dan
Elektronik (Media TV,
Radio BUMN dan
BUMS), Biro Umum,
RAPI, ORARI, TNI,
Polri, TELKOM,
Provider Seluler, Satpol
PP dan Linmas

2 Menyediakan personil dan


sarana transportasi serta
bahan bakar, oli, suku
cadang dari masing-masing
jenis alat transportasi sesuai
dengan yang dibutuhkan
dalam penanganan darurat
bencana.
199

3 Mengatur lalu lintas


transportasi darat.

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Berdasarkan data tabel di atas kegiatan yang dilakukan Dinas Perhubungan

pada sektor transportasi, informasi dan komunikasi dalam penanganan darurat

bencana banjir kota Kendari 2017 terdiri atas 3 hal pokok yaitu (1) terlibat sebagai

anggota tim kajian cepat dan mendirikan pos sektor transportasi, informasi dan

komunikasi, (2) menyediakan personil dan sarana transportasi serta bahan bakar,

oli, suku cadang dari masing-masing jenis alat transportasi sesuai dengan yang

dibutuhkan dalam penanganan darurat bencana, (3) mengatur lalu lintas.

Tabel 3.22 Kegiatan Yang Dilakukan BPBD Kota Kendari Pada Sektor
Transportasi, Informasi dan Komunikasi

Penanggung Pelaku/Instansi
No Kegiatan
Jawab

1 Melakukan koordinasi dengan BPBD Kota


instansi/SKPD lain dalam Kendari
penyediaan sarana transportasi.

2 Menyediakan personil dan sarana


transportasi serta bahan bakar,
oli, suku cadang dari masing-
masing jenis alat transportasi
sesuai dengan yang dibutuhkan
dalam penanganan darurat
bencana.

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017


200

Tabel 3.23 Kegiatan yang Dilakukan TNI/POLRI dan Pihak-Pihak yang Terlibat
Pada Sektor Transportasi, Informasi dan Komunikasi

Penanggung Pelaku/Instansi
No Kegiatan
Jawab

1 Mendata jenis dan jumlah POLRESTA BPBD, Dishub,


kebutuhan transportasi, DiskomInfo,Telkom,
komunikasi yang akan digunakan TNI dan POLRI
pada saat kegiatan tanngap
darurat bencana.

2 Menyiapkan personil, suku Dikskompnfo,


cadang dan teknisi yang ahli Dishub,TNI, POLRI,
dalam penggunaan masing- ORARI -RAPI
masing jenis komunikasi

3 Menyediakan personil dan sarana


transportasi serta bahan bakar,
oli, suku cadang dari masing-
masing jenis alat transportasi
sesuai dengan yang dibutuhkan
dalam penanganan darurat
bencana.

4 Mengatur lalu lintas transportasi TNI/POLRI


darat, laut, udara.

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Tabel 3.24 Kegiatan yang Dilakukan ORARI, RAPI dan Dinas Pekerjaan Umum
serta Pihak-Pihak yang Terlibat Pada Sektor Transportasi, Informasi dan
Komunikasi

Penanggung Pelaku/Instansi
No Kegiatan
Jawab

1 Menyiapkan personil, suku ORARI dan Dikskompnfo,


cadang dan teknisi yang ahli RAPI Dishub, TNI,
dalam penggunaan masing- POLRI, ORARI -
masing jenis komunikasi RAPI

2 Membangun jembatan darurat Dinas PU


agar akses ke dan menuju lokasi
201

bencana atau tempat


pengungsian dapat dijangkau

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh sektor Transportasi, Informasi

dan Komunikasi, untuk menunjang pelayanan saat tanggap darurat, maka harus ada

peralatan yang memadai. Maka kebutuhan pada sektor Transportasi, Informasi dan

Komunikasi lebih detail dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.25 Kebutuhan Pada Sektor Transportasi, Informasi dan Komunikasi

Jumlah Sumber
No Kebutuhan Tersedia Kesenjangan
kebutuhan kebutuhan

1 Kendaraan Roda 4 6 6 0 -

2 Kendaraan Roda 6 6 6 0 -

3 Kendaraan Roda 2 6 6 0 -

4 Papan Data 2 2 0 Bantuan

5 HT 12 12 0 Bantuan

6 Radio RIG 6 6 0 -

7 Radio HF 1 1 0 -

8 Genset/Diesel 1 1 0 Bantuan

9 Personil 120 120 0 -

1260 SPBU
12 BBM (Solar) 1260 0
Pertamina

13 BBM (Bensin 210 0 210 SPBU


Untuk Motor) Pertamina

1260 SPBU
14 BBM (Bensin) 1260 0
Pertamina
202

15 Televisi 1 0 1 Bantuan

16 Sirine 1 0 1 Bantuan

17 Repeater 1 2 0 -

18 Camera 1 1 0 -

20 Laptop dan Fast 2 2 0 -


Internet

21 Printer 1 1 0 -

22 Public Address 6 6 0
(TOA)

Sumber: Laporan Tanggap Darurat Bencana Kota Kendari 2017

Peralatan yang memadai sangat diperlukan saat pelayanan teknologi,

informasi dan komunikasi pada saat tanggap darurat. Dari tabel di atas terlihat

bahwa peralatan pelayanan teknologi, informasi dan komunikasi di Kota Kendari

sudah tersedia dan cukup bervariasi walaupun ketersediaannya masih kurang.

Peralatan yang diperlukan tidak hanya terbatas pada peralatan untuk menolong

korban, tetapi juga sarana pendukung seperti sarana komunikasi dan informasi

berupa camera, radio, TV yang dioperasikan dengan baterai atau generator listrik,

sangat membantu memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Berdasarkan keterangan data tersebut di atas hal ini relevan dengan hasil

wawancara Seksi Komunikasi BPBD Kota Kendari mengatakan bahwa:

“Dalam sektor transportasi, informasi dan komunikasi, sektor ini pada


umumnya bertugas memberikan informasi terkini perkembangan situasi
dan kondisi pada masa tanggap darurat bencana, acuan dasar dalam
pelaksanaan sektor ini berdasarkan Perka BNPB No. 8 Tahun 2014 tentang
pedoman pengelolaan informasi kebencanaan”. (Erwin Fajar, wawancara
20 Februari 2019).
203

Sejalan dengan pendapat di atas Lukman mengatakan bahwa:

“Pengelolaan sektor transportasi, informasi dan komunikasi di Kota


Kendari pada saat tanggap darurat berdasarkan Perka BNPB No. 8 Tahun
2014, kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada sektor ini seperti mendirikan
pos sektor transportasi, informasi dan komunikasi, mendata jenis dan
jumlah kebutuhan yang akan digunakan, menyiapkan personil dan teknisi
dalam penggunaan komunikasi,menyediakan media centre. Sedangkan
instasi yang terlibat dalam sektor ini BPBD Kota Kendari, Dishub Kota
Kendari, Diskominfo, Dinas Sosial, PU, Pertamina, Media Cetak dan
Elektronik Biro Umum, RAPI, ORARI, TNI, Polri, TELKOM, Provider
Seluler dan Satpol PP”. (Wawancara, 27 Februari 2019).
Berdasarkan data dan hasil wawancara tersebut di atas penulis dapat

simpulkan bahwa pengelolaan sektor transportasi, informasi dan komunikasi di

Kota Kendari pada saat tanggap darurat berdasarkan Perka BNPB No. 8 Tahun

2014, pada sektor ini bertugas memberikan informasi terkini mengenai

perkembangan situasi dan kondisi pada masa tanggap darurat bencana, kegiatan-

kegiatan yang dilakukan seperti mendirikan pos sektor transportasi, informasi dan

komunikasi, mendata jenis dan jumlah kebutuhan yang akan digunakan,

menyiapkan personil dan teknisi dalam penggunaan komunikasi,menyediakan

media centre. Sedangkan instasi yang terlibat dalam sektor ini BPBD Kota Kendari,

Dishub Kota Kendari, Diskominfo, Dinas Sosial, PU, Pertamina, Media Cetak dan

Elektronik Biro Umum, RAPI, ORARI, TNI, Polri, TELKOM, Provider Seluler dan

Satpol PP.

Sistem Informasi kebencanaan pada masa tanggap darurat di Kota Kendari

merupakan basis data dan informasi kebencanaan yang diorganisasikan untuk

mengelola data bencana saat bencana bencana menjadi kumpulan informasi yang

dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan proses pengambilan keputusan.


204

Pengelolaan data dan informasi bencana meliputi pengumpulan, pengolahan,

analisis, penyajian dan diseminasi informasi bencana.

Pengelolaan komunikasi bencana di Kota Kendari ditunjukkan dengan

adanya proses aliran informasi dan komunikasi dari perencanaan, koordinasi,

pengorganisasian, dan evaluasi. Dalam pengelolaan tanggap darurat bencana banjir

Kota Kendari 2017 sudah mempunyai perencanaan sektoral yang di buat dalam

rencana kontinjensi bencana banjir 2017 dan dilaksanakan berdasarkan rencana

operasi tanggap darurat.

Penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi dalam penanggulangan

bencana di Kota Kendari berpusat di BPBD dalam penyediaaan SDM yang

disesuaikan dengan TIK untuk pada masa tanggap darurat bencana banjir menjadi

sangat signifikan. Pada saat operasi penanggulangan bencana banjir di Kota

Kendari BPBD menjadi pusat pengendalian operasional yang dalam operasionalnya

berelasi dengan SKPD/OPD terkait maupun lembaga non pemerintahan dan swasta

serta masyarakat.

Pada masa saat bencana sektor TIK menjadi hal yang sangat penting dalam

pusat operasi, aktivitas evakuasi dan tanggap darurat. Penyampaian informasi dan

data dapat lebih terjaga dan akurat dalam pendistribusian dan penyebarannya

sehingga tidak ada penafsiran yang berbeda dalam proses penerimaanya

Penanganan darurat bencana bajir Kota Kendari perlunya perluasan akses

komunikasi yang dapat membantu memastikan bahwa semua lembaga dapat

menerima dan berbagi informasi yang tepat dari berbagai sumber. Hal ini dapat

membantu terbentuknya keputusan kritis dan tepat waktu, termasuk di mana dan
205

bagaimana menempatkan sumber daya fisik untuk meminimalkan risiko dan korban

bencana. Untuk itu, sangat dibutuhkan kualitas sumberda manusia yang dapat

mengelola informasi tersebut dengan tepat.

Pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi dalam proses

penanganan darurat bencana banjir di Kota Kendari sudah cukup baik hal ini dapat

dilihat sudah mempunyai perencanaan sektoral yang di buat dalam rencana

kontinjensi bencana banjir 2017. Pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi

dilaksanakan berdasarkan proses aliran informasi dan komunikasi dari

perencanaan, koordinasi, pengorganisasian, dan evaluasi. Manajemen informasi

yang dilakukan meliputi pengumpulan informasi (pengkajian), penyusunan dan

penstrukturan informasi, evaluasi dan analisis informasi serta penyebaran

informasi.

3.2 Pembahasan

Kota Kendari, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu

Kota yang memiliki potensi bencana geologi dan hidrometereologi yang cukup

tinggi. Beberapa bencana tersebut antara lain: gempa bumi, cuaca ekstrem, tanah

longsor, banjir, gelombang ekstrem dan abrasi. Bencana Banjir yang terjadi di Kota

Kendari pada Tahun 2017 telah menimbulkan dampak serius bagi masyarakat,

antara lain pengungsian di sejumlah kelurahan, bahkan menimbulkan jatuhnya

korban jiwa. Untuk itu perlunya upaya yang serius untuk menangani dampak

bencana banjir secara efektif, efisien dan terpadu. Untuk mewujudkan

penanggulangan bencana khususnya kegiatan tanggap darurat secara efektif, efisien


206

dan terpadu diperlukan langkah-langkah untuk mengatur, mengendalikan dan

mengkoordinasikan para pihak yang terlibat.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana menyatakan bahwa penanggulangan bencana harus didasarkan pada azas

atau prinsip-prinsip utama antara lain. kemanusiaan, keadilan, kesamaan

kedudukan dalam hukum dan kepastian hukum, kebersamaan, kelestarian

lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, penanggulangan

bencana juga harus didasarkan pada prinsip-prinsip praktis sebagai berikut: cepat

dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna,

transparansi dan akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan, non diskriminasi dan non

proselitasi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagai institusi/lembaga yang

diberikan mandat untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah

bertugas untuk melaksanakan, memfasilitasi kegiatan manajemen dan

mengkoordinasikan kepada para pihak. Badan Penanggulangan Bencana Daerah

merupakan salah satu instansi yang melaksanakan penanggulangan bencana yang

ada di Kota Kendari termasuk penanggulangan bencana banjir. Dalam hal ini,

penanggulangan bencana yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah tersebut ialah

salah satunya penanganan darurat. Penanggulangan bencana banjir pada masa

tanggap darurat dimaksudkan agar dapat meminimalisir kerugian yang ditimbulkan

dan memberikan kenyamanan serta keamanan warga dalam bertempat tinggal.

Pentingnya penaggulangan bencana banjir tersebut peneliti menganalisis

pengelolaan tanggap darurat bencana banjir Kota Kendari Tahun 2017. Dalam
207

analisis tersebut, peneliti menggunakan 9 aspek yaitu (1) pelaksanaan penentuan

status keadaan darurat bencana pada bencana banjir di Kota Kendari (2)

pembentukan atau aktivasi dan manajemen Pos Komando tanggap darurat bencana

banjir di Kota Kendari (3) pengelolaan informasi strategis, taktis dan umum pada

saat tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari (4) proses pelaksanaan

pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari

(5) pengelolaan sektor kesehatan pada saat tanggap darurat bencana banjir di Kota

Kendari. (6) pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana banjir di Kota

Kendari (7) pengelolaan sumber daya dari NGO dan Lembaga Usaha pada bencana

banjir di Kota Kendari (8) proses pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan

darurat pada bencana banjir di Kota Kendari (9) pemanfaatan teknologi informasi

dan komunikasi penanganan darurat pada bencana banjir di Kota Kendari.

Dari hasil penelitian mengenai pengelolaan tanggap darurat bencana banjir

yang dilaksanakan di Kota Kendari telah berjalan akan tetapi belum terlaksana

sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat di Kota Kendari. Permasalahan

yang terjadi yaitu:

1) Keterbatasan logistik dan peralatan

Dalam pelaksanaan manajemen bencana, kendala yang dihadapi Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kota adalah keterbatasan logistik.

Akibat keterbatasan logistik tersebut menyebabkan penanggulangan bencana pada

saat darurat bencana menjadi terhambat dan tidak maksimal dalam melaksanakan

manajemen bencana yang baik.


208

Dalam Permendagri Nomor 27 tahun 2007 tentang Pedoman Penyiapan

Sarana dan Prasarana dalam Penanggulangan Bencana pasal 3 dinayatakan bahwa

sarana dan prasarana meliputi dua yaitu sarana dan prasarana umum dan khusus.

Sarana dan prasarana umum meliputi peralatan peringatan dini, posko bencana,

kendaraan operasional, pos kesehatan dengan tenaga medis dan obat-obatan, tenda

darurat, sarana air bersih dan pendataan bagi korban jiwa akibat bencana.

Menurut Ramli (2010) bencana tidak dapat ditanggulangi dengan efektif

dan cepat tanpa didukung oleh prasarana dan logistik yang memadai. Prasarana dan

material merupakan unsur penting dalam mendukung keberhasilan penanggulangan

bencana. Banyak kejadian, dimana korban tidak berhasil ditolong karena tidak

tersedianya prasarana atau peralatan yang memadai sehingga jumlah korban

meningkat. Oleh karena itu, setiap daerah atau wilayah harus memiliki sarana

minimal yang diperlukan dalam suatu bencana sehingga keterlambatan dalam

membantu korban dapat dihindarkan.

Menurut Siagian (2004) dalam bukunya fungsi-fungsi manajerial

mengatakan bahwa dedikasi, kemampuan kerja, ketrampilan dan niat yang besar

untuk mewujudkan prestasi kerja yang tinggi tidak akan besar manfaatnya tanpa

sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Salah satu upaya atau langkah yang paling baik dan praktis adalah dengan

melakukan mobilisasi dan mutual assistance antara semua unsur atau organisasi

yang ada di suatu wilayah atau daerah. Untuk itu, pihak berwenang atau koordinator

bencana setempat dapat melakukan inventarisasi sarana dan prasarana yang tersedia

di seluruh wilayahnya misalnya pemilik, lokasi peralatan, jenis, jumlah dan


209

ketersediaanya dalam suatu keadaan bencana. Dengan kerjasama tersebut, biaya

pengadaan sarana dapat ditangani secara bersama.

2) Kurangnya sumber daya manusia


Sumber daya manusia menentukan keberhasilan dari suatu kegiatan.

Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang telah ditugaskan dalam

penanggulangan bencana, para anggota dari Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Kota Kendari memerlukan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia

yang memadai dan mendukung penanggulangan kegiatan tanggap darurat. Kualitas

sumber daya manusia salah satunya dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang telah

ditempuhnya. Hal ini dimaksudkan agar dalam penanggulangan bancana kegiatan

sesuai dengan ketentuannya dan mendapat hasil yang optimal. Sedangkan untuk

kuantitas sumber daya manusia dapat memberikan pelaksanaan kerja yang lebih

luas sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Meter dan Horn dalam Subarsono (2010), ada enam variabel yang

memengaruhi kinerja implementasi, yakni:

a) Standar dan tujuan kebijakan

Mengukur kinerja implementasi kebijakan tentunya dibutuhkan Standar

dan tujuan yang jelas dan terukur sehingga bisa diwujudkan dalam tindakan nyata.

b) Sumber daya

Keberhasilan implementasi kebijakan tergantung dari kemampuan dalam

memanfaatkan sumber daya yang tersedia (Manusia, Fasilitas, Anggaran).

c) Hubungan antar organisasi


210

Diperlukan kerjasama dan koordinasi antar instansi dalam implementasi

kebijakan.

d) Karakteristik agen pelaksana

Karakteristik agen pelaksana dapat dilihat dari struktur birokrasi, norma-

norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi

e) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi

Variabel ini meliputi sumberdaya ekonomi lingkungan yang mendukung

keberhasilan.

f) Disposisi pelaksana

Disposisi pelaksana merupakan watak dan kararteristik implementor

sangat mempengaruhi proses terlaksananya suatu kebijakan yang mencakup tiga

hal yang penting, yaitu respon implementor tehadap kebijakan, yang mempengaruhi

kemauannya dalam melaksanakan kebijakan. Kognisi, pemahaman terhadap

kebijakan. Intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki

oleh implementor.

Selain itu juga menurut Ramli (2010) dalam penanganan bencana

memerlukan sumber daya manusia yang memadai baik dari segi jumlah maupun

kompetensi dan kemampuannya. Banyak permasalahan timbul ketika bencana

terjadi karena sumber daya yang terlibat dalam penanggulangan kurang memadai

atau tidak tahu tugas dan tanggung jawabnya.

Penanganan tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari kekurangan

sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kesesuaian keahlian dan pendidikan.

Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dibidang kesehatan untuk


211

ditempatkan dibidang kedaruratan dan logistik, keahlian dibidang teknik sipil untuk

ditempatkan di bidang rehabilitasi dan rekonstruksi serta tata ruang dan sosial untuk

ditempatkan dibidang pencegahan dan kesiapsiagan dimana pegawai benar-benar

mengerti dan memahami seluk beluk penanganan bencana. Kekurangan sumber

daya manusia juga menyebabkan pekerjaan membutuhkan waktu yang lama karena

ketidakseimbangan antara yang dilayani dengan yang melayani.

Dari hasil penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa pelatihan dan

pembobotan perlu dilakukan terhadap semua aparatur yang terlibat dalam

penanggulangan bencana khususnya pengelolaan tanggap darurat sehingga mereka

memahami tupoksi masing-masing dan tidak menghambat pelaksanaan tugas yang

diemban.

3) Keakuratan informasi

Kendala selanjutnya yang dihadapi dalam Penanggulangan Bencana

khususnya dalam penanganan darurat bencana di Kota Kendari adalah kurang

akuratnya informasi atau data yang didapat dari keterangan yang ada di lapangan

atau lokasi bencana banjir. Data yang kurang akurat menyebabkan penanganan

bencana banjir yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena biasanya

informasi yang datang dari lokasi bencana banjir adalah data primer yang langsung

diberikan tindakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota

Kendari. Kurang akuratnya data yang diperoleh menyebabkan Badan

Penanggulangan Bencana untuk menyiapkan rencana anggaran dan program kerja

yang akan dilakukan di masa yang akan datang.


212

Salah satu elemen sistem manajemen bencana adalah identifikasi dencana.

Menurut Ramli (2010) identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai

aspek yang ada di suatu daerah atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan,

kondisi geografis, cuaca, alam, aktivitas, manusia dan industri, sumber daya alam

serta sumber lainnya yang berpotensi menimbulkan bencana. Identifikasi ini dapat

didasarkan kepada pengalaman bencana yang terjadi sebelumnya dan prediksi

kemungkinan suatu bencana dapat terjadi.

Berdasarkan data tersebut penulis dapat mengambil kesimpulkan bahwa

keakuratan informasi suatu data bencana sangat penting dalam pengambilan suatu

kebijakan. Dengan demikian perlunya langkah dalam identifikasi bencana yang

valid atau akurat dengan berpedoman pada SOP yang telah ditetapkan agar

pelaksanaan penanganan tanggap darurat berjalan efekif, efisien dan akuntabel.

4) Keterbatasan dana

Kendala yang terakhir dan memang biasa terjadi di banyak Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) yaitu kurang optimalnya dana yang didapat atau dimiliki,

dalam hal ini adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota

Kendari yang juga memiliki keterbatasan dana dalam penanggulangan bencana

banjir di Kendari . Minimnya anggaran untuk operasional dan penyediaan personil

kedaruratan untuk membantu tugas di lapangan pada saat bencana banjir terjadi

dapat menghambat jalannya penanganan darurat.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hediarto dkk, (2016)

menyatakan bahwa kendala yang dihadapi dalam penanganan darurat khususnya


213

dalam implementasi peran Kodim adalah jarak yang jauh, keterbatasan waktu,

keterbatasan anggaran dan minimnya sarana dan prasarana.

Menurut Ramli (2010) kegiatan manajemen tanggap darurat jelas

membutuhkan biaya, baik sebelum kejadian maupun saat dan setelah kejadian.

Sebelum kejadian diperlukan dukungan finansial untuk penyediaan perlengkapan,

pelatihan personil dan membangun suatu sistem atau pusat komando

penanggulangan bencana yang baik.

Saat kejadian akan diperlukan dana yang disesuaikan dengan skala dan

tingkat bencana. Setelah bencana diperlukan dukungan finansial untuk kegiatan

rekonstruksi dan pemulihan. Oleh karena itu diperlukan komitmen manajemen atau

pimpinan tertinggi organisasi sebagaimana ditetapkan dalam kebijakan manajemen

bencana.
214

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan seperti telah diuraikan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1) Pelaksanaan penentuan status keadaan darurat bencana pada bencana banjir di

Kota Kendari bentuk penetapannya berupa SK. Walikota. Dalam penetapan

status tersebut menyebutkan lingkup wilayah kecamatan yang terdampak yaitu

Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Mandonga,

Kecamatan Kadia, Kecamatan Puuwatu, Kecamatan Abeli, Kecamatan Baruga,

Kecamatan Kambu, Kecamatan Nambo. Langkah penetapan status keadaan

darurat bencana yang dilakukan sudah tepat yakni pemerintah daerah yaitu

Walikota telah menetapkan status keadaan darurat, didukung juga oleh

pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.

2) Pembentukan atau aktivasi dan manajemen Pos Komando tanggap darurat

bencana banjir di Kota Kendari dalam pelaksanaannya operasi penanganan

darurat dilakukan pengaktivasian perangkat Posko PDB. Dalam struktur

organisasi Pos Komando tanggap darurat telah diuraikan tugas dan fungsi

masing-masing sektor. Dalam pelaksanaan operasi penanganan darurat bencana

banjir di Kota Kendari sudah diatur dengan jelas mengenai pembagian tugas dan

fungsi antara masing-masing perangkat Posko.


215

3) Pengelolaan informasi strategis, taktis dan umum pada saat tanggap darurat

bencana banjir di Kota Kendari, dalam penyampaian laporan informasi belum

dilakukan secara cepat dan tepat karena petugas terkait juga terdampak bencana.

Di sisi lain terkait juga terkait pendataan dan distribusi informasi masih belum

terlaksana secara optimal. Hal ini karena kurangnya koordinasi dan pertukaran

informasi peran lembaga pemerintah, organisasi masyarakat dan pemerintah.

Dengan demikian perlunya alur dan mekanisme koordinasi pertukaran data dan

informasi antara OPD yang terlibat dalam penanggulangan bencana khususnya

di Kota Kendari.

4) Pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat bencana banjir

di Kota Kendari pada masing-masing wilayah kecamatan terdampak dilakukan

oleh TRC dan TAGANA yang mana sebagian data dampak didapatkan dari

pemerintah Kecamatan dan Kelurahan, kemudian informasi tersebut

disampaikan kepada BPBD Kota Kendari. Pemerintah, dunia usaha, dan

lembaga non pemerintah menjadi sumber-sumber pemberian logistik dan

bantuan bagi korban banjir di Kota Kendari.

5) Pengelolaan sektor kesehatan pada saat tanggap darurat bencana banjir di Kota

Kendari instasi atau lembaga yang terlibat BPBD Kota Kendari, Dinkes Kota

Kendari, RS. Umum Daerah, Puskesmas dan PMI. Pengelolaan tanggap darurat

bencana banjir Kota Kendari khususnya pada sektor pelayanan kesehatan sudah

berjalan dengan baik. hal ini dapat dilihat dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan Pertemuan koordinasi sektor kesehatan, Penyusunan Rencana operasi

pelayanan kesehatan bagi korban bencana, Inventarisasi dan penyiapan


216

sumberdaya yang tersedia, Pengerahan sumberdaya untuk memberikan

pertolongan kepada korban bencana, penyiapan puskesmas dan rumah sakit

rujukan pelayanan 24 jam, Penyusunan laporan kegiatan pelayanan kesehatan

korban bencana. Sehingga pelayanan kesehatan penanggulangan bencana dan

kejadian luar biasa dapat dilaksanakan dengan lebih baik, cepat, tepat dan

terpadu.

6) Pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana banjir di kota kendari pada

Tahun 2017 mengacu pada Perka BNPB Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana.

Distribusi kepada masyarakat dilaksanakan ketika instansi penyalur memiliki

stok bantuan sesuai kebutuhan korban terdampak. Titik-titik pendistribusian

ditentukan berdasarkan perencanaan operasi (penilaian kebutuhan) yang telah

ditetapkan oleh Komando Tanggap Darurat dan dapat didukung oleh lembaga

yang terlibat dalam Klaster Logistik.

7) Pengelolaan sumber daya dari NGO dan Lembaga Usaha pada bencana banjir di

Kota Kendari, sumber daya manusia yang mewakili Kementrian Lembaga

(Dinas Sosial, Dinas PU, Dinas Perhubungan), lembaga masyarakat (PMI) dan

dunia usaha (Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pertamina, Telkom, serta

lembaga-lembaga perbankan, konstruksi).

8) Pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan darurat pada bencana banjir di

Kota Kendari, instasi atau lembaga yang ikut terlibat SAR, BPBD, TNI-POLRI,

PMI, TAGANA, PRAMUKA dan unsur masyarakat. Kegiatan operasi

pengendalian darurat bencana banjir di Kota Kendari sudah berjalan dengan


217

baik. Hal ini dapat dilihat dalam proses pengelolaan kegiatan telah melakukan

koordinasi dengan pihak terkait, penyiapan unsur sarana dan prasarana,

pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi. Selain itu keberadaan logistik dalam

pelaksanaan pencarian dan pertolongan di Kota Kendari sebagai fasilitas

pendukung, penyediaan kendaraan operasional, peralatan SAR, bahan bakar,

bahan makanan, serta perlengkapan medis yang dibutuhkan selama operasi

pencarian dan pertolongan sudah memadai. Mengingat begitu pentingnya

logistik SAR perlu adanya manajemen yang efektif dan efisien demi

tercapainnya tugas-tugas kemanusiaan dan peningkatan pelayanan bagi

masyarakat.

9) Pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi penanganan darurat pada

bencana banjir di Kota Kendari, instansi atau lembaga yang ikut terlibat yaitu

BPBD Kota Kendari, Dishub Kota Kendari, Diskominfo, Dinas Sosial, PU,

Pertamina, Media Cetak dan Elektronik (Media TV, Radio BUMN dan BUMS),

Biro Umum, RAPI, ORARI, TNI, Polri, TELKOM, Provider Seluler, Satpol PP

dan Linmas. Pemanfaata teknologi pada saat penanganan darurat bencana di

Kota Kendari lebih pada pemanfaata teknologi yang pupuler seperti media sosial

(Whatsapp, Facebook). Pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi

dalam proses penanganan darurat bencana banjir di Kota Kendari sudah cukup

baik hal ini dapat dilihat sudah mempunyai perencanaan sektoral yang di buat

dalam rencana kontinjensi bencana banjir 2017. Pemanfaatan teknologi,

informasi dan komunikasi dilaksanakan berdasarkan proses aliran informasi dan

komunikasi dari perencanaan, koordinasi, pengorganisasian, dan evaluasi.


218

Manajemen informasi yang dilakukan mmeliputi pengumpulan informasi

(pengkajian), penyusunan dan penstrukturan informasi, evaluasi dan analisis

informasi serta penyebaran informasi. Penanganan darurat bencana bajir Kota

Kendari perlunya perluasan akses komunikasi yang dapat membantu

memastikan bahwa semua lembaga dapat menerima dan berbagi informasi yang

tepat dari berbagai sumber. Hal ini dapat membantu terbentuknya keputusan

kritis dan tepat waktu, termasuk di mana dan bagaimana menempatkan sumber

daya fisik untuk meminimalkan risiko dan korban bencana. Untuk itu, sangat

dibutuhkan kualitas sumberda manusia yang dapat mengelola informasi tersebut

dengan tepat.

4.2 Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas peneliti ingin menyarankan

beberapa hal:

1) Perlunya perkuatan peraturan mengenai penetapan status keadaan darurat

bencana. Pemerintah perlu membuat pedoman tentang penetapan status keadaan

darurat bencana sebagai acuan bagi pemerintah daerah dan lembaga terkait.

2) Terkait pembentukan dan aktivasi manajemen pos komando perlunya pelatihan

terkait kebijakan dan sistem komando dan penanganan darurat bencana yang

selaras dengan tanggung jawab pemerintah daerah.

3) Perlunya pengembangan sistem informasi manajemen pengumpulan data dan

pelaporan darurat bencana secara online yang terintegrasi untuk mengelola data

dan laporan darurat bencana secara efektif dan efisien.


219

4) Perlunya pengembangan SDM para pemangku kepentingan dalam hal

penanggulangan bencana yang berkaitan dengan manajemen penanganan

darurat bencana.

5) Perlunya pelatihan bersama (para pihak yang ikut terlibat) dalam penanganan

darurat bencana agar dapat memahami dan mengetahui tugas dan fungsi masing-

masing dalam menjalankan operasi penanganan darurat.

6) Perlunya peningkatan sumber daya manusia dengan melalui pelatihan-pelatihan

rutin dalam hal pemanfaatan teknologi agar pada saat terjadi bencana, para aktor

yang terlibat sudah siap menghadapinya.

7) Perlunya pengembangan informasi data (peta) terdampak bencana banjir yang

lebih akurat agar dalam mengelola data dan laporan tanggap darurat bencana

lebih efektif dan efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Alwi, L.O., Sinukaban, N., Solahuddin, S., and Pawitan, H., 2011. Kajian Dampak
Dinamika Penggunaan Lahan terhadap Erosi dan Kondisi Hidrologi DAS
Wanggu ds. Jurnal Hidrolitan, Vol 2: 2: 74-86, 2011, ISSN 2086-4825.

Askar, 2014. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014-2018. Kendari: Dinas Pertanian dan
Kehutanan.

Badan Pusat Statistik Kota Kendari, 2018. Kota Kendari dalam Angka 2018. Kota
Kendari: Badan Pusat Statistik.

Effendi, F dan Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan


Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.

Emaliyawati E., Ayu P., Iyus Y. dan Kusman I., 2016. Manajemen Mitigasi
Bencana dengan Teknologi Informasi di Kabupaten Ciamis.

Federal Emergency Management Agency (FEMA). 2004. Are You Ready? An


Indepth Guide to Citizen Preparedness. Federal Emergency Management
Agency. Jessup. USA.

Gandri, L., Purwanto, M. Y. J., Sulistyantara, B., Zain, A.F.N., 2019. Pemodelan
Bahaya Banjir Kawasan Perkotaan (Studi Kasus di Kota Kendari). Jurnal
Keteknikan Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas
Teknologi Pertanian, Kampus Institut Pertanian Bogor, P-ISSN 2407-0475
E-ISSN 2338-8439 Vol. 7, No. 1, April 2019.

Grigg, N., 1988. Infrastructure Engineering and Management. John Wiley and
Sons.

Helmyati S., Endri Y., Risnhukathulistiwi dan Setyo U. W., 2018. Manajemen Gizi
dalam Kondisi Bencana. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, 2016.


International First Aid and Resuscitation Guidelines 2016.

International Development Exchange Program, 2007. Penanggulangan Bencana


Berbasis Masyarakat. Jakarta: Yayasan IDEP -Ubud, UNESCO.

143
144

Jaya, 2016. Analisis Perubahan Tutupan Lahan di Wilayah Pesisir Teluk Kendari
Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi (Kurun Waktu 2003-2009).
Forum Geografi, Vol. 27, No. 2, Desember2013:183 – 192.

Kasim S., Imran T., Guni A., Zainal A. I., 2017. Laporan Penilaian Ketangguhan
Kota Kendari 2017. Kendari: USAID APIK dan Perkumpulan Lingkar.

Koentjaraningrat, 1994. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Kumolo T., 2019. Penguatan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di


Daerah. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.

Lestari P., 2007. Manajemen Komunikasi Bencana di Daerah Rawan Bencana


(Studi pada bencana gempa bumi di Kecamatan Gantiwarno Klaten). Jurnal
Ilmu Komunikasi Terakreditasi UPN ”Veteran” Yogyakarta, Volume 5,
Nomor 3, September-Desember 2007.

Lestari P., Prabowo A., dan Wibawa A., 2012. Manajemen Komunikasi Bencana
Merapi 2010 pada saat Tanggap Darurat. Jurnal Ilmu Komunikasi UPN
”Veteran” Yogyakarta, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2012.

Mistra, 2007. Antisipasi Rumah di Daerah Rawan Banjir. Depok: Penebar


Swadaya.

Nurjanah R., Sugiharto, Kuswanda D., Siswanto dan Adikoesoemo, 2013.


Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.

Pearce, 2000. Hazards, Disaster, and U.S Emergency Management and


Introduction (Student Reading Assignment Session 2). Canada: The
University of British Columbia.

Pribadi, K. S., Paripurno, E. T., Sugeng, T., Reegina, R., Hadi, P., Silvia, J. F.,
Marlina, A., Milly, M., Faisal, D., Irwan, M., Arial, M., dan Reperiza, M.,
2018. Pembelajaran Penanganan Darurat Bencana Gempa Bumi Lombok.
Bandung: FPT-PRB dan Pusdiklat BNPB.

Rahayu H.P., dan Wahdiny I.I., dan Utami A., dan Asparini M., 2009. Banjir dan
Upaya Penanggulangannya. Bandung: Program for Hydro-Meteorological
Risk Mitigation Secondary Cities in Asia (PROMISE).

Robert B. K., 1998. Emergency Industrial Preparedness. New York: Van Nostrand
Nost Reindhold.

Robert J. K., 2013. Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota. Yogyakarta: Andi
Offset.
145

Ramli S., 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Ramli S., 2011. Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat.

Sahilala, I. M., Sarwono dan Hanafi I., 2015. Tata Kelola Distribusi Bantuan
Logistik Korban Bencana Alam (Studi Empiris pada Bencana Banjir di
Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Vol. 3, No. 5.

Siagian, P. S., 2004. Fungsi-Fungsi Manajerial Edisi Revisi. Jakarta: Bina Aksara.

Subarsono, A.G., 2010. Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:


Alfabeta.

Sukandarrumidi, 2010. Bencana Alam dan Bencana Anthropogene. Yogyakarta:


Kanisius.

Sukamto, 2015. Manajemen Antisipasi Bencana. Yogyakarta: Graha Ilmu.

UNISDR, 2017. Terminology On Disaster risk reduction.Geneva: United Nations


International Strategy For Disaster Reduction.

Warto, Cahyono S. A., dan Probokusumo P. N., 2002. Pengkajian Manajemen


Penanggulangan Korban Bencana Pada Masyarakat di Daerah Rawan
Bencana Alam dalam Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: B2P3KS.

Wiarto G., 2017. Tanggap Darurat Bencana Alam. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

World Health Organization, 2002. Itregrated Management of Chilhood Illness


Technical Basis for Adapting the Clinical Guidelines, Feeding
Recommendations, and Local Terms. World Health Organization,
Switzerland.

Zaroni, 2017. Manajemen Logistik Penanggulangan Bencana (Bagian #1). Supply


Chain Indonesia.

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Pemerintah Nomor. 21 tahun 2008 tentang tentang Penyelenggaraan


Penanggulangan Bencana.
146

Peraturan Kepala BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando


Tanggap Darurat.

Peraturan Kepala BNPB Nomor 3 Tahun 2016 tentang Sistem Komando


Penanganan Darurat Bencana.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10 Tahun 2008


tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana
147
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi


kongrit dalam rangka pelaksanaan tugas akhir Nasrullah (214170010) mahasiswa
Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN “VETERAN” Yogyakarta yang
berjudul “PENGELOLAAN TANGGAP DARURAT BENCANA BANJIR
KOTA KENDARI TAHUN 2017” agar memudahkan penelitian dalam
penyusunan Tesis penulis.

I. Identitas Informan
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :

II. Pertanyaan
1. Pelaksanaan penentuan status keadaan darurat pada bencana banjir
di kota kendari.
a) Apakah penentuan status keadaan darurat pada bencana banjir di kota
kendari mengacu kepada prosedur/aturan yang ada?
b) Siapa yang menetapkan status keadaan darurat pada bencana banjir di
kota kendari? Siapa yang dilibatkan?
c) kapan ditetapkannya status tanggap darurat?
d) Bagaimana proses penetapan status tanggap darurat?
e) Kendala dan masalah apa yang muncul dalam penetapan status tanggap
darurat?
f) Bagaimana Solusi terhadap kendala dalam penetapan status tanggap
darurat?
2. Pembentukan atau aktivasi dan manajemen Pos Komando tanggap
darurat bencana banjir di Kota Kendari.
a) Acuan apa yang digunakan dalam pembentukan Pos Komando tanggap
darurat?
b) Bagaimana kronologis pembentukan Pos Komando tanggap darurat?
Apa peran Pusdalops?
c) Bagaimana struktur organisasi Pos Komando? Apa saja
komponenenya?
d) Siapa saja aktor yang terlibat pada Pos Komando?
e) Apa peran aktor-aktor dalam pengoperasian Pos Komando?

147
148

f) Lokasi Pos Komando?


g) Apa peralatan, fasilitas yang dimiliki di Pos Komando?
3. Proses pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap
darurat bencana banjir di Kota Kendari.
a) Apakah ada acuan (peraturan/pedoman) dalam mengelola pengkajian
dampak dan kebutuhan tanggap darurat?
b) Bagaimana mekanisme pengumpulan dan pengelolaan data dalam
mengelola pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat?
c) Bagaimana mekanisme penyampayan informasi kepada pengambil
keputusan dalam mengelola pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap
darurat?
d) Apa kendala, masalah dansolusi mengatasi dalam mengelola
pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat?
4. Pengelolaan informasi strategis, taktis dan umum pada saat tanggap
darurat bencana banjir di Kota Kendari.
a) Apakah ada acuan (peraturan/pedoman) dalam mengelola informasi
strategis, taktis dan umum pada saat tanggap darurat?
b) Bagaimana mekanisme pengumpulan dan pengelolaan data informasi
strategis, taktis dan umum pada saat tanggap darurat?
c) Bagaimana mekanisme penyampayan informasi kepada pengambil
keputusan dalam pengelolaan informasi strategis, taktis dan umum pada
saat tanggap darurat?
d) Bagaimana mengidentifikasi kebutuhan data/informasi untuk
kepentingan masyarakat/publik?
e) Bagaimana kebijakan dan proses penyediaan informasi untuk
kepentingan masyarakat/publik (untuk mengatasi mis-informasi yang
meresahkan masyarakat, nama-nama korban meninggal/mendapat
perawatan, dan ketersediaan bantuan)?
f) Bagaimana peran media center dalam tanggap darurat bencana banjir di
Kota Kendari?
g) Siapa SDM dalam pengelolaan informasi?
h) Apa kendala, masalah dalam pengelolaan data informasi strategis, taktis
dan umum pada saat tanggap darurat?
i) Solusi terhadap masalah dalam pengelolaan data informasi strategis,
taktis dan umum pada saat tanggap darurat?
5. Pengelolaan sektor kesehatan pada saat tanggap darurat bencana
banjir di Kota Kendari.
a) Apakah ada acuan (peraturan/pedoman) dalam pengelolaan kesehatan
pada saat tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari?
149

b) Kebijakan dalam pengelolaan kesehatan pada saat tanggap darurat


bencana banjir di Kota Kendari?
c) Siapa yang terlibat (instansi, lembaga/organisasi) dalam pengelolaan
kesehatan pada saat tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari?
d) Siapa yang bertanggung jawab atas pengendalian dan pengelolaan
kesehatan pada saat tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari?
e) Kendala/masalah dalam pengelolaan kesehatan pada saat tanggap
darurat bencana banjir di Kota Kendari?
6. Pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana banjir di Kota
Kendari.
a) Apakah ada acuan (peraturan/pedoman) dalam pengelolaan bantuan
logistik bagi korban bencana banjir?
b) Kebijakan dalam pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana
banjir?
c) Siapa yang terlibat (instansi, lembaga/organisasi) dalam pengelolaan
bantuan logistik bagi korban bencana banjir?
d) Bagaimana rantai pasok logistik (Perencanaan, Pengadaan,
Penyimpanan, Pendistribusian, Pemeliharaan dan Penghapusan)?
e) Siapa yang bertanggung jawab atas pengendalian dan pengelolaan
logistik operasional ?
f) Bagaimana aliran informasi kebutuhan logistik?
g) Kendala/masalah dalam pengelolaan pemenuhan kebutuhan dasar pada
korban bencana?
h) Bagaimana solusi terhadap Kendala/masalah dalam pengelolaan
pemenuhan kebutuhan dasar pada korban bencana?
7. Pengelolaan sumber daya dari NGO dan Lembaga Usaha pada
bencana banjir di Kota Kendari.
a) Apakah acuan (peraturan/pedoman) yang dipakai dalam pengelolaan
sumber daya dari NGO dan Lembaga Usaha pada bencana banjir?
b) Bagaimana kebijakan dalam pengelolaan sumber daya dari NGO dan
Lembaga Usaha pada bencana banjir?
c) Bagaimana pemantauan dan kordinasi dalam pengelolaan sumber daya
dari NGO dan Lembaga Usaha pada bencana banjir?
d) Apa kendala, masalah dan solusi dalam pengelolaan sumber daya dari
NGO dan Lembaga Usaha pada bencana banjir?
8. Proses pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan darurat pada
bencana banjir di Kota Kendari.
a) Apakah acuan (peraturan/pedoman) yang dipakai dalam pelaksanaan
pengendalian operasi pertolongan darurat pada bencana banjir?
b) Kebijakan yang diterapkan dalam pengendalian operasi?
150

c) Bagaimana mekanisme komando dalam pelaksanaan pengendalian


operasi pertolongan darurat pada bencana banjir?
d) Siapa saja aktor yang terlibat dalam pelaksanaan pengendalian operasi
pertolongan darurat pada bencana banjir?
e) Bagaimana mekanisme kordinasi antara Posko dengan aktor-aktor yang
terlibat dalam pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan darurat
pada bencana banjir?
f) Bagaimana mekanisme pemantauan dan evaluasi dalam pelaksanaan
pengendalian operasi pertolongan darurat pada bencana banjir?
g) Personil dan SDM yang bertindak dan mendukung dalam pelaksanaan
pengendalian operasi pertolongan darurat pada bencana banjir?
h) Apa kendala, masalah dan solusi dalam pelaksanaan pengendalian
operasi pertolongan darurat pada bencana banjir?
9. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi penanganan
darurat pada bencana banjir di Kota Kendari.
a) Apa peraturan/pedoman yang menjadi acuan dalam pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi penanganan darurat pada bencana
banjir?
b) Siapa saja aktor yang menggunakan?
c) Siapa penyedia teknologi?
d) Apakah melakukan kajian sebelum menentukan teknologi yang
digunakan?
e) Apa saja alat teknologi yang digunakan?
f) Digunakan dalam bidang apa saja (pemetaan, komunikasi, dan
diseminasi informasi, penilaian dampak, SAR, evakuasi dan hunian
sementara dsb) teknologi tersebut dan apakah cukup efektif?
g) Apa kendala, masalah implementasi di lapangan dan solusinya?
151

Lampiran 2
DAFTAR INFORMAN PENELITIAN

1. Nama : Drs. Suhardin, M.Si


Agama : Islam
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S2
Pekerjaan : PNS (Kalak BPBD Kota Kendari)
2. Nama : M. Syahbirin, SE., M.Si
Agama : Islam
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S2
Pekerjaan : PNS (Sekretaris BPBD Kota Kendari)
3. Nama : Nerius Madaun, SE, M.Si
Agama : Kristen
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S2
Pekerjaan : PNS (Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan)
4. Nama : Muh. Erwin Fajar, ST
Agama : Islam
Umur : 45
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS (Kasi Penyelamatan, Evakuasi dan Penanganan
Pengungsi)
5. Nama : Sutiono, SE
Agama : Islam
Umur : 45 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS (Kabid Kedaruratan)
6. Nama : Mansur
Agama : Islam
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS (Kasi Sarpras dan Logistik)
7. Nama : Drs. Lukman
Agama : Islam
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS (Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi)
152

8. Nama : Samsul Bahri


Agama : Islam
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : D3
Pekerjaan : PNS
9. Nama : Badaru
Agama : Islam
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
10. Nama : Saldy, SH
Agama : Islam
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS (Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial
11. Nama : Suarni, S. Sos
Agama : Islam
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS (Kasi Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam)
12. Nama : drg. Rahminingrum, M. Kes
Agama : Islam
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S2
Pekerjaan : PNS (Kadis Dinas Kesehatan)
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian

Gambar 1: Wawancara dengan Nerius Madaun, SE. M.Si


(Dokumentasi, 19 Februari 2019)

Gambar 2: Wawancara dengan Drs. Suhardin, M.Si


(Wawancara, 15 Februari 2019)
164

Gambar 3: Wawancara dengan Muh. Erwin Fajar, ST.


(Wawancara, 20 Februari 2019)

Gambar 4: Wawancara dengan Kasim (Dokumentasi, 20 Februari 2019)


165

Gambar 5: Foto Bersama Pegawai BPBD Kota Kendari


(Dokumentasi, 27 Februari 2019)

Gambar 6: Wawancara dengan Suarni, S.Sos (Dokumentasi, 25 Februari 2019)


166

Gambar 7: Wawancara dengan Saldy, SH (Dokumentasi, 25 Februari 2019)

Gambar 8: Pembahasan Teknis Penanganan Darurat Bencana Banjir


Kota Kendari 2017
167

Gambar 9: Posko Penanganan Darurat Bencana Banjir Kota Kendari 2017

Gambar 10: Dokumentasi Posko Pengungsian Bencana Banjir Kota Kendari 2017
168

Gambar 11: Dokumentasi Rapat Koordinasi Penganganan Darurat Bencana Banjir


Kota Kendari 2017

Gambar 12: Dokumentasi Rapat Koordinasi Penganganan Darurat Bencana Banjir


Kota Kendari 2017

Anda mungkin juga menyukai