Anda di halaman 1dari 135

KARYA ILMIAH AKHIR

STUDI KASUS : KESIAPSIAGAAN REMAJA DALAM MENGHADAPI


BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI RW 01 KELURAHAN
PASIE NAN TIGO KOTA PADANG TAHUN 2022

KEPERAWATAN KOMPREHENSIF

Oleh :

Lara Claudya, S. Kep


NIM. 21413102019

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KARYA ILMIAH AKHIR

STUDI KASUS : KESIAPSIAGAAN REMAJA DALAM MENGHADAPI


BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI RW 01 KELURAHAN
PASIE NAN TIGO KOTA PADANG TAHUN 2022

KEPERAWATAN KOMPREHENSIF

Oleh :

Lara Claudya, S. Kep


NIM. 21413102019

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022

i
KARYA ILMIAH AKHIR

STUDI KASUS : KESIAPSIAGAAN REMAJA DALAM MENGHADAPI


BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI RW 01 KELURAHAN
PASIE NAN TIGO KOTA PADANG TAHUN 2022

KEPERAWATAN KOMPREHENSIF

Untuk memperoleh gelar Ners (Ns)


pada Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Lara Claudya, S. Kep


NIM. 2141312019

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya

yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Salawat serta salam dikirim

kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillahirobbil’alamin dengan nikmat dan

hidayah-Nya, peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir (KIA)

dengan judul “Studi Kasus: Kesiapsiagaan Remaja Dalam Menghadapi Bencana

Gempa Bumi dan Tsunami di RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo Tahun 2022”.

Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada Ibu DR. Ns.

Rika Sabri, M. Kep., Sp. Kep. Kom selaku Pembimbing Utama dan Ibu

Ns. Windy Freska, M. Kep sebagai Pembimbing Pendamping, yang telah telaten

dan penuh kesabaran membimbing dalam menyusun Karya Ilmiah Akhir (KIA)

ini. Terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Pembimbing

Akademik saya, Ibu Ns. Devia Putri Lenggogeni, S. Kep, M. Kep yang telah

banyak memberi motivasi, nasehat, dan bimbingan selama saya mengikuti

perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu saya juga

megucapkan terima kasih pada :

1. Ibu Hema Malini, S. Kp, MN, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas

2. Ibu Dr. Ns. Lili Fajria, S.Kep, M. Biomed selaku Ketua Program Studi

Profesi Ners Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

3. Dewan penguji yang telah memberikan masukan, kritikan dan saran

menuju kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini.

v
4. Seluruh Dosen dan Civitas Akademika Fakultas Keperawataan Univesitas

Andalas yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada

peneliti selama perkuliahan.

5. Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua

tercinta ayahanda Syamsudirman dan ibunda Yeni Misra yang selama ini

telah merawat, mendidik, menyayangi serta memberikan begitu banyak

perhatian dan kasih sayang, serta dukungan dan doa yang tulus kepada

peneliti dalam segala kehidupan, sehingga akhirnya dapat menyelesaikan

Karya Ilmiah ini sesuai dengan yang diharapkan.

6. Sahabat tercinta Shania Yolanda, terima kasih sudah menemani untuk

berjuang bersama-sama, terima kasih atas banyak pembelajarannya, terima

kasih atas rasa senang yang telah kamu berikan. Dan terima kasih sudah

menjadi teman terbaikku di tahun ini. Aku titipkan selalu doa untuk kamu

disana, semoga kamu ditempatkan di tempat terbaik di surga Allah SWT.

7. Untuk orang-orang baik yang aku temui di tahun ini, yang selalu

memberikan semangat dan mengingatkan untuk selalu bersyukur. Terima

kasih atas keberadaan kamu yang membuat aku bertumbuh setiap harinya.

Aku mendoakanmu selalu, dengan sungguh. Semoga setiap langkah kita

kedepannya selalu diberkati oleh Allah SWT.

8. Keluarga besar Profesi Ners 2021 Fakultas Keperawatan Universitas

Andalas dalam kekompakannya memberikan semangat, dukungan yang

diberikan kepada peneliti selama penulisan Karya Ilmiah Akhir ini.

vi
Peneliti sangat menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini tidak

luput dari adanya kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik

dari semua pihak sangat peneliti harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan

sehingga akhirnya Karya Ilmiah Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi bidang

pendidikan untuk selanjutnya. Aamiin.

Padang, Juli 2022

Peneliti

vii
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KARYA ILMIAH AKHIR, JULI 2022

Nama : Lara Claudya


NIM : 2141312019

STUDI KASUS : KESIAPSIAGAAN REMAJA DALAM MENGHADAPI


BENCANA GEMPA BUMI DI RW 01 KELURAHAN PASIE NAN TIGO
KOTA PADANG TAHUN 2022

ABSTRAK

Kondisi Indonesia yang rentan bencana seharusnya dapat diimbangi dengan upaya
peningkatan kesiapsiagaan bencana agar masyarakat dapat memahami risiko yang
dapat timbul akibat kejadian bencana dan dapat mengurangi dampak dari bencana
tersebut. Remaja merupakan komponen masyarakat yang punya potensi untuk
dilibatkan pada kesiapsiagaan bencana.. Remaja di RW 01 Kelurahan Pasie Nan
Tigo merupakan kelompok yang aktif berpatisipasi dan memiliki potensi yang
sangat tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kesiapsiagaan
remaja dalam menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami di RW 01 Kelurahan
Pasie Nan Tigo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
case study research. Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive
Sampling dan teknik pengumpulan data menggunakan In-depth Interview yang
dilakukan pada tanggal 7-8 Juli 2022 di RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo.
Jumlah partisipan dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang partisipan remaja.
Hasil wawancara ditranskip secara verbatim dan diolah sehingga menghasilkan
empat tema yaitu : (1) Pengetahuan remaja tentang bencana (2) Rencana tanggap
darurat ketika terjadi bencana (3) Sistem peringatan bencana (4) Mobilisasi
sumber daya. Hasil temuan merekomendasikan agar remaja dibekali dan diberi
ruang untuk terlibat dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan melibatkan
remaja dalam kegiatan peningkatan kapasitas baik individu maupun kelompok.

Kata kunci : Kesiapsiagaan, Remaja, Gempa Bumi, Tsunami

Daftar Pustaka : 54 (2006-2022)

viii
FACULTY OF NURSING
ANDALAS UNIVERSITY
FINAL SCIENTIFIC PAPER, July 2022

Name : Lara Claudya


Registered Number : 2141312019

CASE STUDY: PREPAREDNESS OF YOUTH IN FACING EARTHQUAKE


DISASTER IN RW 01 KELURAHAN PASIE NAN TIGO,
PADANG CITY IN 2022

ABSTRACK

Indonesia's disaster-prone condition should be generated by efforts to improve


disaster preparedness so that people can understand the risks that can arise from
disaster events and can reduce the impact of the disaster. Adolescents are a
component of society that has the potential to be involved in disaster
preparedness. Youth in RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo is a group that actively
participates and has very high potential. The purpose of this study was to explore
the preparedness of adolescents in dealing with the earthquake and tsunami
disaster in RW 01, Pasie Nan Tigo Village. This research is a qualitative research
with a case study research approach. Sampling using the Purposive Sampling
method and data collection techniques using In-depth Interview conducted on 7-8
July 2022 at RW 01 Pasie Nan Tigo Village. The number of participants in this
study found seven adolescent participants. The results of the interviews were
transcribed verbatim and processed to produce four themes, namely: (1) Youth
knowledge about disasters (2) Emergency response plans when a disaster occurs
(3) Disaster warning system (4) Resource mobilization. The results of the
recommendations recommend that youth be given and given space to be involved
in disaster reduction efforts by involving youth in capacity building activities,
both individually and in groups.

Keywords : Preparedness, Youth, Earthquake, Tsunami


Bibliography : 54 (2006-2022

ix
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam........................................................................................ i

Halaman Prasyarat Gelar...................................................................................... ii

Lembar Persetujuan Pembimbing ........................................................................ iii

Lembar Persetujuan Panitia Penguji .................................................................... iv

Kata Pengantar ..................................................................................................... v

Abstak .............................................................................................................. viii

Abstrack.............................................................................................................. ix

Daftar Isi.............................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 11

A. Konsep Bencana ..................................................................................... 11


B. Konsep Gempa Bumi ............................................................................. 17
C. Konsep Tsunami..................................................................................... 21
D. Konsep Kesiapsiagaan ............................................................................ 23
E. Konsep Remaja ...................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 35

A. Desain Penelitian .................................................................................... 35


B. Subjek Penelitian .................................................................................... 36
C. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 37
D. Alat Pengumpulan Data .......................................................................... 37
E. Etika Penelitian ...................................................................................... 38
F. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 40
G. Analisa Data ........................................................................................... 43

x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 47

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 47


1. Gambaran Umum Penelitian ............................................................. 47
2. Karakteristik Partisipan .................................................................... 48
3. Analisis Kualitatif............................................................................. 49
B. Pembahasan ........................................................................................... 67

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 57

A. Kesimpulan ............................................................................................ 86
B. Saran ...................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 88

LAMPIRAN ..................................................................................................... 80

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Karya Ilmiah ............................................. 93


Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden ............................................... 94
Lampiran 3 Panduan Wawancara ................................................................ 95
Lampiran 4. Analisis Tematik ..................................................................... 97
Lampiran 5. Dokumentasi ......................................................................... 116
Lampiran 7. Curiculum Vitae .................................................................... 117

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Responden .................................................. 48

xii
DAFTAR BAGAN

Skema 4.1 Pengetahuan Remaja Tentang Bencana ............................................ 55

Skema 4.2 Rencana Tanggap Darurat ketika terjadi Bencana............................ 60

Skema 4.3 Sistem Peringatan Bencana ............................................................. 62

Skema 4.4 Mobilisasi Sumber Daya ................................................................. 66

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007, bencana merupakan

peristiwa atau saerangkaian peristiwa yang mengancam serta mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor

alam atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

serta dampak psikologis (UU No. 24 tahun 2007). Bencana juga merupakan

suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengakibatkan terganggunya kehidupan serta penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam, nonalam, maupun faktor manusia dan akan

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis (BNPB, 2020).

Indonesia merupakan salah satu negara yang sering dilanda bencana,

hal ini disebabkan oleh letak Indonesia yang berdekatan dengan tiga lempeng

tektonik utama dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan

sehingga Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia dan

menimbulkan gempa bumi, tsunami, jalur gunung api, dan sesar atau patahan

(BNPB, 2017). Indonesia merupakan daerah rawan bencana disebabkan oleh

1
2

letaknya yang berada di Ring of Fire, sehingga memiliki kerentanan yang

tinggi terhadap bencana geologi seperti bencana gempa bumi, letusan gunung

berapi, gerakan tanah/longsor, dan tsunami (Deby, A. C., 2019). Menurut

United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR) menyebutkan

untuk potensi bencana tsunami, Indonesia menempati peringkat pertama dari

265 negara di dunia yang memiliki resiko ancaman tsunami lebih tinggi

dibandingkan jepang.

Gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya bumi akibat dari

pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi biasanya

ditandai dengan patahnya lapisan batuan dalam kerak bumi. Akumulasi

energi tersebut kemudian menyebabkan gempa bumi karena pergerakan dari

lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan akan dipancarkan ke

segala arah berupa gelombang gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan

sampai ke permukaan bumi (BMKG, 2022). Gempa yang disebabkan oleh

pergeseran dasar laut atau pergeseran lempeng yang paling sering

menimbulkan tsunami. Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang

dipicu oleh pusaran air dibawah laut karena pergeseran lempeng, tanah

longsor, erupsi gunung api, dan jatuhnya meteor. Menurut penelitian ahli

kegempaan Kerry Sieh dan Danny Hilman tahun 2011, gempa berkekuatan

8,9 SR diprediksi akan memicu tsunami dengan ketinggian sampai 10 m dari

permukaan laut.
3

BMKG mencatat bahwa frekuensi gempa bumi tahunan di Indonesia

masih mengalami fluktuasi. Sejak tahun 2014 – tahun 2018, kuantitas gempa

bumi terus meningkat. Puncaknya terjadi 2018 di Indonesia terjadi sebanyak

11.920 gempa bumi. Namun, pada tahun 2019 terjadi sebanyak 11.515 gempa

bumi, dan pada tahun 2020 sebanyak 8.264 gempa bumi. Pada tahun 2021

frekuensi gempa bumi kembali naik dan meningkat. BMKG mengatakan

bahwa rata-rata terjadi nya gempa bumi yaitu 800-900 setiap bulannya. Rata-

rata keaktifan gempa bumi di tahun 2021 diprediksi jauh lebih besar

dibandingkan dengan rata-rata kejadian pada tahun 2008-2020 (BMKG

Indonesia, 2021).

Pulau Sumatera merupakan daerah Indonesia bagian barat yang

memiliki tingkat kegempaan sangat tinggi. Hal ini dikarenakan Pulau

Sumatera bagian barat dilintasi oleh sesar local (intraplate) yang membentang

dari Selat Sunda hingga laut Andaman. Faktor pemicu tingginya aktifitas

seismik di sekitar Sumatera baik di wilayah daratan maupun lautan ialah

Sesar Mentawai, Sesar Semangko, Sesar Sianok. Lokasi Sumatera bagian

barat yang berada di daerah zona subduksi meningkatkan aktivitas seismik di

wilayah. Ketiganya merupakan daerah seismik aktif. Akibat dari pertemuan

tersebut terbentuknya segmen – segmen aktif yang berpotensi menimbulkan

gempa bumi di daratan Sumatera Barat.

Tingkat kerentanan Kota Padang terhadap bencana gempa bumi dan

tsunami termasuk kategori tinggi. Menurut BNPB, 7.613 Ha luas keseluruhan

wilayah kota Padang 19,41% nya memiliki potensi tinggi bahaya Gempa
4

Bumi dan Tsunami, terutama pada daerah pusat penduduk dan wilayah pesisir

pantai (BNPB, 2013). Koto Tangah merupakan salah satu dari 11 Kecamatan

yang berada di Kota Padang dengan tingkat kerentanan cukup tinggi terhadap

bencana gempa bumi dan tsunami. Menurut penelitian Jelita, M dkk (2019)

menyatakan 4 dari 7 kelurahan yang termasuk dalam zona rawan tsunami di

Kecamatan Koto tangah berada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya.

Kelurahan tersebut meliputi Kel. Parupuk Tabing, Kel. Batang Kabung

Ganting, dan Kel. Lubuk Buaya, dan Kelurahan Pasie Nan Tigo.

Bencana dapat menimbulkan banyak dampak, diantaranya timbulnya

korban jiwa, kerusakan manusia, kehilangan sumber daya, dan penyebaran

penyakit. Bencana juga dapat sangat merusak dan menimbulkan banyak

penderitaan, kekurangan, kesulitan, dan bahkan kematian karena cedera

langsung, penyakit. Hal ini juga dapat menimbulkan banyak gangguan

perdagangan dan bisnis dan kehancuran sebagian atau keseluruhan

infrastruktur seperti rumah, rumah sakit, bangunan-bangunan, jalan,

jembatan, dan lain sebagainya (Singh, 2017). Bencana gempa bumi juga

dapat memberikan dampak kerusakan rumah penduduk, kantor-kantor, pasar,

dermaga, jalan, korban jiwa, dan luka-luka (Abdullah, 2017). Bencana gempa

bumi juga akan berdampak seperti kerusakan aset (rumah, bangunan, dan

infrastruktur), kerusaka orang (kematian dan cedera) dan gangguan lainnya

(makanan dan pasokan bahan bakar, kesehatan, dan kesejahteraan)

(Muttalib, A., 2019).


5

Kondisi Indonesia yang rentan bencana ini seharusnya dapat

diimbangi dengan upaya peningkatan kesiapsiagaan bencana agar masyarakat

dapat memahami risiko yang dapat timbul akibat kejadian bencana dan dapat

mengurangi dampak dari bencana tersebut. Kesiapsiagaan merupakan suatu

tindakan yang dilakukan dalam upaya mengurangi risiko bencana dengan

menumbuhkan kesadaran pada diri setiap individu serta membantu

meningkatkan pengetahuan akan bencana (Sari, dkk,. 2022). Kesiapsiagaan

bencana adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta

benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Menurut

(LIPIUNESCO/ISDR, 2006) kesiapsiagaan bencana dikelompokkan menjadi

lima parameter yaitu pengetahuan sikap, perencanaan kedaruratan, kebijakan

kesiapsiagaan, sistem peringatan, dan mobilisasi sumber daya. Seluruh

komponen masyarakat dapat disadarkan dan dilibatkan mengenai upaya

kesiapsiagaan bencana terutama kelompok remaja.

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

dewasa, biasanya dimulai dari usia 14 tahun pada laki-laki dan usia 12 tahun

pada perempuan. Menurut World Health Organization (WHO) remaja dalam

hal ini yaitu berusia 10 tahun – 19 tahun. Masa remaja awal dimulai pada saat

anak-anak mulai matang secara seksual yaitu pada saat berusia 13 tahun – 17

tahun, sedangkan masa remaja akhir merupakan usia setelahnya sampai

dengan usia 18 tahun (Shilphy A. Octavia, 2020). Ditinjau dari sisi

perkembangan, usia remaja memiliki potensi yang tinggi khususnya


6

pencapaian perkembangan yang pesat pada kemampuan berpikir. Remaja

juga merupakan agen pembaharuan yang akan membawa perubahan jika

mereka dilibatkan.

Kesiapsiagaan bencana gempa bumi bagi remaja sangat dibutuhkan

agar dapat mengurangi resiko akibat gempa bumi dan tsunami, termasuk

resiko kerugian dan resiko jatuhnya korban ketika terjadi bencana. Dengan

melibatkan remaja dapat membantu untuk meningkatkan kesadaran remaja

akan bahaya tertentu, serta dapat meningkatkan kesempatan bagi mereka

untuk mendiskusikan secara terbuka bagaimana melindungi keluarga dan

orang terkasih mereka secara memadai dan memahami bagaimana caranya

mencari bantuan jika komunitas mereka terpengaruh. Remaja juga dapat

berperan penting dalam upaya pemulihan. Mereka dapat membantu warga

dan masyarakat dalam memetakan risiko dan faktor pelindung mereka, serta

dapat memegang posisi kepemimpinan dalam program. Penelitian Pradika et

al., (2018) menunjukkan bahwa remaja berperan aktif dalam upaya

pengurangan risiko bencana di Desa Kepuharjo, yaitu melalui sosialiasasi dan

pelatihan PRB, pemetaan partisipatif, pemantauan dan komunikasi, simulasi,

radio komunitas, dan konservasi dan pelestarian. Peran yang dilakukan

remaja tersebut memiliki implikasi terhadap ketahanan wilayah Desa

Kepuharjo.

Remaja merupakan komponen masyarakat yang punya potensi untuk

dilibatkan pada mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana. Penelitian

Salasa, dkk (2017) menunjukkan bahwa pemberdayaan (empowering) pada


7

kelompok remaja dapat meningkatkan upaya kesiapsiagaan dalam

menghadapi ancaman kematian akibat bencana di Kabupaten Garut. Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktavianti, dkk (2021), menemukan

bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan remaja

dalam menghadapi bencana dikota samarinda.

Kelurahan Pasie Nan Tigo terletak pada pesisir pantai Sumatera yang

termasuk dalam kategori daerah rawan bencana salah satunya gempa bumi

dan tsunami. Wilayah RW 01 merupakan wilayah yang sangat rentan

terhadap bencana gempa bumi dan tsunami dikarenakan wilayahnya yang

terletak di tepi sungai. Wilayah RW 01 berjarak kurang lebih 100 m dari tepi

sungai, yang mana zona ini merupakan zona bahaya yang paling tinggi

terhadap tsunami. Karena daerah yang paling dekat ke sungai dan laut akan

memudahkan gelombang tsunami menerjang.

Berdasarkan hasil observasi selama lima minggu di wilayah kerja RW

01 Kelurahan Pasien Nan Tigo, remaja merupakan kelompok masyarakat

yang aktif berpatisipasi dalam setiap kegiatan di lapangan dan memiliki

potensi yang sangat tinggi. Remaja di RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo juga

terbilang banyak dan antusias mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan

mahasiswa selama disana. Maka remaja merupakan pilihan yang tepat

sebagai perpanjangan tangan masyarakat terkait kesiapsiagaan bencana. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Studi Kasus :

Kesiapsiagaan Remaja Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan

Tsunami Di Rw 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo Kota Padang Tahun 2022”


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari

penelitian ini, “Bagaimana kesiapsiagaan remaja dalam menghadapi bencana

gempa bumi dan tsunami di RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeskplorasi kesiapsiagaan remaja

dalam menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami di RW 01 Kelurahan

Pasie Nan Tigo.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan dasar bagi

perawat dalam memberikan intervensi berupa edukasi maupun pelatihan

kepada remaja untuk meningkatkan kesiapsiagaan remaja dalam

menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami.

2. Bagi Pemerintah Setempat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan

bahan literatur bagi kelurahan serta sebagai bahan masukan dan

pertimbangan terutama meningkatkan peran remaja dalam kesiapsiagaan

menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami.


9

3. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar ataupun sebagai

pembanding bagi peneliti selanjutnya dalam mengadakan penelitian yang

berkaitan dengan pengetahuan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana

gempa bumi dan tsunami pada remaja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bencana

1. Definisi Bencana

Bencana merupakan kejadian yang tiba-tiba terjadi secara serius

yang mengganggu fungsi dari suatu komunitas atau masyarakat sehingga

bisa menyebabkan kerugian baik pada manusia, materi, dan ekonomi serta

lingkungan yang melebihi kemampuan komunitas atau masyarakat untuk

mengatasinya dengan menggunakan sumber dayanya sendiri. Bencana

tidak hanya berasal dari alam, melainkan dapat juga berasal dari manusia

(Adiyoso, W., 2018). Sedangkan bencana alam merupakan bencana yang

disebabkan oleh alam diantaranya gempa bumi, tsunami, gunung

meletus,banjir,kekeringan, angintopan,dan tanah longsor (Undang-

Undang, 2007).

Menurut Putri dan Aisyah (2021) bencana merupakan fenomena

alam yang tidak dapat diperkirakan, sehingga upaya mengurangi risiko

bencana harus melibatkan seluruh masyarakat melalui kegiatan mitigasi

bencana. Bencana alam adalah suatu bencana yang terjadi akibat gejala-

gejala alam yang dampaknya sangat meresakan masyarakat, terutama

masyarakat yang tinggal dikawasan rawan bencana.

11
12

2. Klasifikasi Bencana

Dalam Undang-Undang no 24 tahun 2007 bencana merupakan

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang

disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun ulah manusia yang

menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian materil, dan

dampak psikologis. Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang no 24

tahun 2007 tentang penanggulangan bencana yaitu :

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peritiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain

berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,

angin topan, dan tanah longsor.

b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal

tehnologi, gagal modernisasi, dan wajah penyakit.

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang

meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas

masyarakat.

d. Kegagalan tekhnologi adalah semua kejadian bencana yang

diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan

kesengajaan manusia dalam penggunaan tekhnologi dan atau

industri yang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan,

korban jiwa, dan kerusakan lainnya.


13

Menurut Rofifah (2019), bencana diklasifikasikan menjadi 3,

yaitu :

a. Bencana alam

Merupakan bencana yang terjadi karena peristiwa alam antara lain

berupa tsunami, gempa bumi, banjir, gunung meletus, angin topan,

kekeringan, dan tanah longsor.

b. Bencana non alam

Merupakan bencana yang terjadi oleh peristiwa non alam antara

lain berupa gagal modernisasi, epidemi, gagal teknologi, dan

wabah penyakit.

c. Bencana sosial

Merupakan bencana yang terjadi karena peristiwa yang disebabkan

oleh manusia antara lain berupa konflik antar komunitas

masyrakat, konflik sosial antarkelompok, dan teror.

3. Dampak Bencana

Menurut Pan America Health Organization (2016) bencana alam

apapun akan menimbulkan dampak negatif yang dapat merugiakan

masyarakat maka perlu diperlukan kesiapsiagaan agar tidak terlanjut

berkepanjangan, adapun dampak negatifnya sebagai berikut :


14

a. Dampak Fisik

Masalah fisik ditimbulkan akibat bencana terbagi menjadi empat

katagori yaitu: cedera akut, masalah akut, masalah kronik, dan

gejala fisik secara medis.

b. Dampak Psikologis

Bencana dapat menimbulkan dampak psikologis meliputi efek

jangka pendek seperti kejutan, kecemasan, gangguan tidur, dan rasa

bersalah. Sedangkan masalah kesehatan mental pasca bencana

adalah terjadinya difungsi atau distorsi kognitif, disfungsional

perilaku, emosional labil, gejala fisik kronik non organik, depresi,

perilaku kekerasan, dan skizofrenia.

c. Dampak Psikososial

Kelompok rentan terkena gangguan psikososial adalah anak-anak,

remaja, ibu hamil, wanita, dan lansia. Untuk anak-anak dan remaja

korban bencana dapat menimbulkan ketakutan, fisik anak-anak dan

remaja yang tidak sekuat orang dewasa membuat mereka lebih

rentan terhadap ancaman bencana, sesuai dengan Undang-Undang

No. 24 tahun 2007. Kelompok usia anak dan remja, dipandang

lebih mengkhawatirkan terhadap dampak bencana, sehingga

mereka dikategorikan sebagai kelompok rentan.

d. Dampak Spiritual

Dampak spiritual terhadap bencana dimaknai secara berbeda oleh

masyarakat. Sebagai contoh bencana tsunami telah memberikan


15

dampak terhadap korban dan keluarganya seperti kehilangan tujuan

dan harapan hidup, tiba-tiba marah dan perasaan bersalah. Selain

itu, dampak spiritual lain dari bencana adalah pengalaman berduka,

takut, kehilangan masa depan, dan harapan hidup.

4. Siklus Bencana

Berdasarkan Ristekdikti (2019) terdapat beberapa siklus dalam

bencana meliputi:

a. Pra bencana

Kegiatan manajemen bencana pada saat prebencana

dilaksanakan pada situasi tidak terjadinya bencana maupun

dalam situasu potensi bencana.

1) Mitigasi (mitigation)

Suatu upaya untuk mengurangi dampak negative

bencana. Misalnya zonasi, dan pengaturan bangunan

(building codes), analisis kerentanan, kebijakan

pemanfaatan lahan.

2) Fase kesiapsiagaan (Preparedness)

Merencanakan bagaimana menanggapi bencana,

misalnya merencanakan kesiagaan, latihan keadaan

darurat, system peringatan, dan pemahaman bencana

kepada masyarakat. Kesiapsiagaan adalah perkiraan

tentang kebutuhan yang akan timbul juka terjadi bencana


16

dan memastikan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Dengan demikian, kesiapsiagaan akan membawa

manusia di daerah rawan bencana pada tataran kesiapan

atau kesiapasiagaan yang lebih baik dalam menghadapi

bencana.

b. Fase Respon(Response) atau Tanggap Darurat

Upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan

bencana, misalnya pencarian, pertolongan, tindakan darurat.

Dikoordinasikan antar berbagai pihak penting agar bantuan

yang diberikan dapat tersalurkan dengan cepat dan efektif.

c. Fase Pasca Bencana atau Recovery.

Mengembalikan masyarakat pada kondisi normal,

seperti perumahan sementara, bantuan keuangan, dan

perawatan kesehatan (IDEP, 2007). Pemulihan merupakan

awal upaya pembangunan kembali dan menjadi bagian dari

pembangunan pada umumnya yang dilakukan melalui

rehablibitasi dan rekonstruksi. Rehablibitasi dapat diartikan

sebagai segala upaya perbaikan untuk perbaikan fungsi secara

minimal terhadap sarana dan fasilitas umum yang rusak

akibat bencana, perbaikan masalah psikologis yang terjadi

akibat bencana.

Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam UU RI

Nomor 24 Tahun 2007 pasal 57 huruf a dilakukan melalui


17

kegiatan :salah satunya adalah pemulihan sosial dan

psikologis masyarakat korban bencana. Manajemen bencana

melibatkan seluruh tingkat pemerintahan, non pemerintahan

dan komunitas berbasis organisasi yang berperan vital dalam

kebencanaan. Menurut UU No 24 Tahun 2007

penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri dari 3

tahapan pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana.

B. Konsep Gempa Bumi

1. Definisi Gempa Bumi

Gempa bumi adalah suatu kejadian peristiwa pelepasan energi

yang menyebabkan pergeseran pada bagian dalam bumi secara tibatiba.

Mekanisme perusakan terjadi karena energy getaran gempa dirambatkan

ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat

menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya

tanah longsor, runtuhan batuan, kecelakaan industry dan transportasi serta

banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tangga penahan lainnya

(BNPB, 2017).

Gempa bumi adalah peristiwa berguncang bumi yang disebabkan

oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar (patahan), aktivitas

gunungapi, atau runtuhan batuan (BNPB, 2019).

Menurut Anies (2018) gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya

bumi akibat pelepasan energi dari dalam perut bumi secara tiba tiba,
18

sehingga menciptakan gelombang seismik, yang ditandai dengan patahnya

lapisan batuan pada kerak bumi.

Sehingga gempa bumi dapat diartikan sebagai bencana alam yang

terjadi akibat pergerakan lempeng bumi atau aktivitas gunung berapi yang

dapat menimbulkan getaran serta berakibat pada korban jiwa yang

berjatuhan dan kerugian materiil.

2. Klasifikasi Gempa Bumi

a. Berdasarkan Penyebabnya

Berdasarkan atas penyebabnya gempa bumi dapat menjadi beberapa

macam diantaranya :

1) Gempa bumi tektonik

Yaitu gempa bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi elastis

yang tersimpan dalam lempeng tektonik karena adanya dinamika

yang terjadi pada lapisan mantel bumi.

2) Gempa bumi vulkanik

Yaitu gempa bumi yang disebabkan oleh kegiatan gunung api.

Magma yang berada pada kantong di bawah gunung tersebut

mendapat tekanan dan melepaskan energinya secara tiba-tiba

sehingga menimbulkan getaran tanah.

3) Gempa bumi runtuhan

Yaitu gempa bumi lokal yang terjadi apabila suatu gua di daerah

batuan karst atau lokasi pertambangan runtuh.


19

b. Berdasarkan Urutan Kejadian

Menurut Taufiq, (2016) berdasarkan urutan kejadiannya, gempa bumi

dibedakan atas beberapa jenis, di antaranya:

1) Gempa bumi utama (main shock) langsung diikuti gempa bumi

susulan tanpa gempa bumi pendahuluan (fore shock).

2) Gempa bumi sebelum terjadi gempa bumi utama diawali dengan

adanya pendahulan gempa bumi dan selanjutnya diikuti oleh

gempa bumi susulan.

3) Gempa bumi terus menerus dan dengan tidak terdapat gempa bumi

utama yang tidak signifikan disebut gempa swam. Biasanya dapat

berlangsung cukup lama dan bisa mencapai 3 bulan atau lebih.

3. Penyebab Gempa Bumi

Menurut Anies (2018), penyebab gempa bumi adalah :

a. Aktivitas gunung berapi yang meningkat

b. Pelepasan energi karena konsentrasi tegangan tinggi pada kerak bumi.

c. Pergerakan terus menerus dari magma dan cairan yang bersifat

hidrotermal (peka terhadap panas) di bawah gunung berapi.

d. Aktivitas magma pada gunung berapi dapat menimbulkan gempa.

e. Pergeseran lempeng tektonik, sehingga biasa disebut gempa tektonik.


20

4. Dampak Gempa Bumi

Menurut Anies (2018) dan Kusumasari (2014), beberapa akibat dari

gempa bumi adalah sebagai berikut :

a. Goncangan dan retakan tanah: hal ini dapat mengakibatkan kerusakan

pada bangunan, jembatan, dan infrastruktur lainnya.

b. Longsor: dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan dan

infrastruktur lainnya, serta dapat menyebabkan sungai tersumbat.

c. Tsunami: menimbulkan gelombang tinggi di pantai.

d. Banjir: dapat disebabkan karena sungai tersumbat longsoran atau

jebolnya dam, tanggul atau waduk.

e. Kebakaran: guncangan gempa dapat menyebabkan kerusakan listrik

dan/atau kebocoran gas dan tumpahan kompor minyak.

f. Gunung meletus: gempa di atas 9 SR dapat memicu gunung meletus,

terutama bila pusat gempa terjadi dekat suatu gunung berapi.

C. Konsep Tsunami

1. Definisi Tsunami

Tsunami berasal dari Bahasa Jepang, “tsu” artinya pelabuhan dan

“name” artinya gelombang. Tsunami adalah perpindahan badan air yang

disebabkan oleh perubahan dasar laut secara tiba-tiba (BMKG, 2019).

Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan

kecepatan mencapai lebih dari 900 km/jam atau lebih (Yanuarto et al.,

2019).
21

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh PBB, Indonesia

menempati peringkat 1 dari 265 negara di dunia yang memiliki potensi

tsunami, artinya resiko Indonesia untuk terjadi tsunami lebih tinggi

dibandingkan dengan Negara Jepang (BNPB, 2017). Tsunami sering

terjadi di sekitar wilayah Samudera Pasifik. Menurut catatan sejarah,

kejadian tsunami di Indonesia sejak tahun 1600 sampai tahun 2007 terjadi

sebanyak lebih kurang 172 kali dimana 90% kejadiannya disebabkan oleh

gempa bumi bawah laut, sedangkan 9% nya akibat letusan gunung api dan

1% nya akibat longsor bawah laut.

2. Penyebab Tsunami

Menurut BMKG (2019), penyebab tsunami terbagi menjadi

beberapa macam, antara lain :

a. Gempa tektonik bawah laut

Tsunami bisa terjadi ketika dasara lautan bergerak secara tiba-

tiba akibat gempa tektonik. Gempa tektonik adalah jenis gempa yang

berhubungan dengan pergeseran kulit bumi.

b. Letusan gunung berapi

Letusan gunung berapi yang besar dapat membawa material baik

kecil maupun besar dimana material tersebut dapat terlempar ke laut

dan merubah volume air laut dan menimbulkan tsunami pada

daratan/pulau sekitar gunung berapi tersebut.


22

c. Longsor bawah laut

Tsunami yang disebabkan oleh longsor di bawah laut dinamakan

Tsunaic Submarine Lanslide. Longsor dibawah laut ini biasanya

disebabkan oleh gempa bumi tektonik atau letusan gunung bawah

laut.getaran yang kuat dapat ditimbulkan oleh longsor kemudian bisa

menyebabkan terjadinya tsunami.

d. Meteor yang jauh

Meteor/benda langit yang jatuh ke bumi memang jarang sekali

terjadi. Tsunami akan terjadi jika ada meteor besar yang jatuh ke laut,

maka meteor tersebut akan menimbulkan tekanan ke permukaan air

dan selanjutnya akan memunculkan gelombang besar yang akan

menghantam daratan disekitarnya.

3. Tanda-Tanda Tsunami

Fatma (2017) menjelaskan bahwa ada bebrapa dari tanda-tanda

terjadinya tsunami yang dapat diperkirakan yaitu:

a. Terjadinya gempa bumi yang sangat kuat dan berpusat dari bawah

laut

b. Terjadinya penyurutan air laut di permukaan pantai

c. Munculnya ombak kuat yang tidak seperti biasanya

d. Tanda-tanda alam yang tidak biasa, seperti perilaku hewan yang

aneh, gerakan angina yang tidak biasa

e. Terdengar suara gemuruh atau ledakan yang berasal dari laut


23

D. Konsep Kesiapsiagaan

1. Definisi Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan merupakan upaya yang dilakukan untuk

menghadapi situasi darurat serta mengenali sumberdaya yang dapat

memenuhi kebutuhan saat menghadapi bencana (IFRC, 2020). Sedangkan

menurut Heylin (2015) kesiapsiagaan merupakan pengetahuan yang

dikembangkan oleh pemerintah, komunitas dan individu, profesional

kebencanaan yang efektif merespon, mengantisipasi, dan mengatasi

bencana. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tetntang

penanggulangan bencana, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui langkah yang tepat guna

dan berdayaguna.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesiapsiagaan merupakan suatu

upaya yang dilakukan oleh pemerintah, baik itu kelompok, individu, dan

profesional kebencanaan yang efektif untuk mengantisipasi dan mengatasi

bencana serta mengenali sumberdaya yang dapat digunakan pada saat

bencana.

2. Tujuan Kesiapsiagaan

Pada UU RI No. 24 Tahun 2007 mengatakan bahwa kesiapsiagaan

dilakukan untuk memastikan upaya apa yang terjadi dengan cepat dan

tepat dalam menghadapi kejadian bencana (BNPB, 2017). Menurut Gregg

(2004) dalam Dodon (2013), kesiapsiagaan bertujuan untuk 11


24

menimbulkan efek samping bahaya dari suatu bencana melalui tindakan

pencegahan yang efektif, tepat waktu, memadai, dan efisiensi terhadap

tindakan tanggap darurat dan bantuan saat terjadinya suatu bencana.

The Indonesian Development Of Education And Permaculture (IDEP,

2007), adapun tujuan dari kesiapsiagaan bencana adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi ancaman

Untuk mencegah ancaman secara mutlak memang

mustahil,seperti kebakaran, gempa bumi dan meletus gunung berapi.

Namun ada banyak cara atau tindakan yang dapat dilakukan untuk

mengurangi kemungkinan terjadinya dan akibat ancaman.

b. Mengurangi kerentanan keluarga

Kerentanan keluarga dapat dikurangi apabila keluarga sudah

mempersiapkan diri, akan lebih mudah untuk melakukan tindakan

penyelamatanpada saat bencana terjadi. Persiapan yang baik akan bisa

membantu keluarga untuk melakukan tindakan yang tepat guna dan

tepat waktu. Keluarga yang pernah dilanda bencana dapat

mempersiapkan diri dengan melakukan kesiapsiagaan seperti

membuat perencanaan evakuasi, penyelamatan serta mendapatkan

pelatihan kesiapsiagaan bencana.

c. Mengurangi Akibat

Untuk mengurangi akibat suatu ancaman, keluarga perlu

mempunyai persiapan agar cepat bertindak apabila terjadi bencana.


25

Umumnya pada semuakasus bencana, masalah utama adalah

penyediaan air bersih. Dengan melakukan persiapan terlebih dahulu,

kesadaran keluarga akan pentingnya sumber air bersih dapat

mengurangi kejadian penyakit menular.

d. Menjalin kerjasama

Tergantung dari cakupan bencana dan kemampuan keluarga,

penangananbencana dapat dilakukan oleh keluarga itu sendiri atau

apabila diperlukan dapat bekerjasama dengan pihakpihak yang terkait.

Untuk menjamin kerjasama yangbaik, pada tahap sebelum bencana ini

keluarga perlu menjalin hubungan dengan pihak-pihak seperti

puskesmas,polisi, aparat desa atau kecamatan.

3. Parameter Utama Kesiapsiagaan

Menurut Alwan (2019) terdapat beberapa parameter utama

kesiapsiagaan, yaitu :

a. Pengetahuan dan Sikap terhadap Risiko Bencana

Pengetahuan merupakan parameter utama yang menjadi kunci

kesiapsiagaan, pengetahuan bisa didapatkan dari pengalaman masa

lalu, misalnya pengalaman menghadapi bencana sebelumnya.

Pengetahuan yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap sikap untuk

siap dan siaga menghadapi bencana. Parameter pengetahuan dan sikap

memiliki empat variabel, yaitu :

1) Pemahaman tentang bencana alam.

2) Pemahaman tentang kerentanan lingkungan.


26

3) Pemahaman tentang kerentanan bangunan fisik dan fasilitas

fasilitas penting untuk keadaan darurat bencana.

4) Sikap dan kepedulian terhadap resiko bencana.

b. Kebijakan dan Panduan

Kebijakan kesiapsiagaan bencana merupakan upaya yang

konkrit dan sangat penting dalam kegiatan siaga bencana. Kebijakan

tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, akan tetapi lebih

berguna jika dicantumkan dalam bentuk peraturan- peraturan, seperti

SK atau Perda dan terdapat pembagian kerja yang jelas. Kebijakan

dan panduan memiliki tiga variabel, yaitu :

1) Jenis-jenis kebijakan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana

alam, seperti organisasi pengelola bencana, rencana aksi untuk

tanggap darurat, sistem peringatan bencana, pendidikan

masyarakat dan alokasi dana.

2) Peraturan-peraturan yang relevan, seperti: Perda dan SK.

3) Panduan-panduan yang relevan.

c. Rencana untuk Keadaan Darurat Bencana Rencana merupakan hal

yang diperlukan dalam kesiapsiagaan yang berkaitan dengan evakuasi,

pertolongan dan penyelamatan korban yang bertujuan untuk

meminimalisir terjadinya korban pada saat bencana. Rencana untuk

keadaan darurat bencana memiliki delapan variabel, yaitu :

1) Organisasi pengelola bencana, termasuk kesiapsiagaan bencana.


27

2) Rencana evakuasi, temasuk lokasi dan tempat evakuasi, peta, jalur

dan ramburambu evakuasi.

3) Posko bencana dan prosedur tetap (protap) pelaksanaan.

4) Rencana Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan

keamanan ketika terjadi bencana.

5) Rencana pemenuhan kebutuhan dasar, termasuk makanan dan

minuman, pakaian, tempat atau tenda pengungsian, air

bersih, MCK dan sanitasi lingkungan, kesehatan dan

informasi tentang bencana dan korban.

6) Peralatan dan perlengkapan evakuasi.

7) Fasilitas-fasilitas penting untuk keadaan darurat (Rumah sakit

atau posko kesehatan, pemadam kebakaran, PDAM,

Telkom, PLN, pelabuhan, bandara).

8) Latihan dan simulasi evakuasi.

d. Sistem Peringatan Bencana

Sistem peringatan bencana terdiri dari tanda peringatan dan

informasi terjadinya bencana. Sistem peringatan bencana yang

dilakukan dengan baik dapat mengurangi korban jiwa, kerusakan

lingkungan, dan kehilangan harta benda. Sehingga diperlukan simulasi

dan latihan mengenai tindakan yang dilakukan saat mendengar

peringatan dan kemana harus menyelamatkan diri dengan cara yang

tepat sesuai dengan lokasi masyarakat berada saat terjadinya

peringatan. Sistem peringatan bencana memiliki tiga variabel, yaitu :


28

1) Sistem peringatan bencana secara tradisional yang telah

berkembang atau berlaku secara turun temurun dan/atau

kesepakatan lokal.

2) Sistem peringatan bencana berbasis teknologi yang bersumber

dari pemerintah, termasuk instalasi peralatan, tanda peringatan,

diseminasi informasi peringatan dan mekanismenya.

3) Latihan dan simulasi.

e. Kemampuan Untuk Memobilisasi Sumber Daya Kemampuan untuk

memobilisasi sumber daya, baik sumber daya manusia (SDM) atau

sarana prasaranan untuk keadaan darurat merupakan potensi yang

dapat mendukung dalam kesiapsiagaan bencana. Sehingga faktor

sumber daya harus diperhatikan semaksimal mungkin. Kemampuan

untuk memodifikasi sumber daya terdiri dari enam variabel, yaitu :

1) Pengaturan kelembagaan dan sistem komando.

2) Sumber Daya Manusia, termasuk ketersediaan personnel dan

relawan, keterampilan dan keahlian.

3) Bimbingan teknis dan penyediaan bahan dan materi kesiapsiagaan

bencana alam.

4) Mobilisasi dana.

5) Koordinasi dan komunikasi antar stakeholders yang terlibat dalam

kesiapsiagaan bencana.
29

E. Konsep Remaja

1. Definisi Remaja

Santrock dalam Susanto (2018) menyatakan bahwa masa remaja

adalah suatu periode perkembangan antara anak-anak dan dewasa

dimana terjadi perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional.

Remaja merupakan fase kehidupan yang belum dapat digolongkan

sebagai orang dewasa tetapi juga tidak dapat lagi digolongkan sebagai

masa anak-anak. Monks menyebutkan bahwa remaja menunjukkan 26

dengan jelas masa transisi atau peralihan karena remaja belum menjadi

dewasa dan bukan pula anak-anak.

Istilah remaja itu sendiri berasal dari kata latin adolescence

yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mencakup

kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Sifat khas dari remaja

yaitu rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan

tantangan serta cenderung berani risiko atas perbuatannya tanpa

didahului oleh pertimbangan yang matang (Kemenkes RI, 2015).

2. Klasifikasi Rentang Usia Remaja

Usia remaja menurut WHO adalah umur 10-19 tahun (WHO

2012) dan menurut Sarwono (2016) berdasarkan penggolongan usia,

masa remaja terbagi atas:


30

a. Remaja awal / early adolescent (10-13 tahun)

Pada masa ini remaja secara fisik, emosi, kognitif dan

perilaku masih seperti anak-anak. Tanda-tanda maturasi mulai

muncul pada masa ini. Tumbuhnya rambut pubis dan aksila, pada

remaja putri tumbuhnya puting susu dan menarche sudah dimulai,

remaja laki-laki terjadi pertumbuhan penis dan testis, perubahan

suara dan tumbuhnya kumis serta janggut. Mereka mulai sadar

tentang perubahan seksualitasnya. Muncul rasa ingin tahu yang

lebih terhadap sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang baru

(alkohol, rokok, NAPZA, dan seksualitas).

b. Remaja menengah / middle adolescent (14-16 tahun)

Masa menengah ini remaja mulai mengembangkan pilihan

terhadap peran dan cita-citanya. Banyak dipengaruhi oleh konflik

internal, ketergantungan dan dipengaruhi oleh teman sepergaulan.

c. Remaja akhir / late adolescent (17-19 tahun)

Pada masa ini remaja terlihat dan berperilaku seperti orang

dewasa, tetapi kematangan kognitif, emosional dan perilakunya

belum sepenuhnya mencapai tingkat kematangan. Remaja dapat

membuat keputusan sendiri dan sudah mulai menikah dan

berkeluarga.
31

3. Perkembangan Remaja

Menurut Hidayatul (2020) perkembangan remaja adalah :

1) Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik mengacu pada perubahan dalam tubuh,

otak, kemampuan sensorik, dan keterampilan motorik. Perubahan

fisik tersebut ditandai dengan peningkatan tinggi dan berat badan,

pertumbuhan tulang dan otot, serta peningkatan kematangan seksual

dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai berubah dari tubuh anak-

anak menjadi dewasa dengan tanda-tanda kematangan. Perubahan

struktur fisik otak lebih sempurna untuk meningkatkan kemampuan

kognitif. Pada masa puber, tubuh berkembang pesat, dengan banyak

perubahan, termasuk pertumbuhan alat reproduksi 28 (alat kelamin),

hingga dewasa dan menjalankan fungsi reproduksinya.

2) Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental

seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Pada tahap ini

remaja sudah mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka

sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan dimasa depan.

Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat

dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir logis. Remaja sudah

mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka

mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di

masa depan.
32

3) Perkembangan Emosi

Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan

tampaknya irrasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun

terjadi perbaikan perilaku emosional. Menurut Gessel dkk dalam

Hurlock( 2011) , remaja empat belas tahun seringkali mudah marah,

mudah dirangsang, dan emosinya cenderung meledak, tidak berusaha

mengendalikan perasaannya. Remaja tidak lagi mengungkapkan

amarahnya dengan cara yang meledak-ledak, melainkan dengan

menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras. Remaja

juga iri dengan orang yang memiliki benda lebih banyak.

4) Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial selama masa remaja melibatkan

perkembangan identitas yang realistis dan koheren dalam konteks

berhubungan dengan orang lain dan belajar mengatasinya stress dan

mengelola emosi, proses yang merupakan masalah seumur hidup bagi

kebanyakan orang. Identitas mengacu pada lebih sekedar bagaimana

remaja melihat diri mereka sekarang; hal ini juga termasuk apa yang

telah terjadi disebut ―kemungkinan diri‖ menjadi apa remaja tersebut

nantinya dan keinginan mereka ingin menjadi seperti apa.

Menetapkan perasaan identitas secara tradisional dianggap sebagai

tugas utama masa remaja.


33

4. Macam-Macam Peran Remaja Dalam Bencana Gempa Bumi dan

Tsunami

Peranan berdasarkan jenis-jenisnya dapat diklasifikasikan

beberapa macam, antara lain:

a. Sebagai agen perubahan

b. Kaderisasi masyarakat

c. Pembinaan Remaja

d. Sosial (Aisyah, 2017)

Dengan melibatkan kaum muda dalam upaya kesiapsiagaan dan

pemulihan bencana, lembaga-lembaga yang melayani kaum muda dapat

membantu untuk tidak hanya meningkatkan kesadaran kaum muda akan

bahaya tertentu, tetapi juga dapat meningkatkan kesempatan mereka

untuk mendiskusikan secara terbuka bagaimana melindungi keluarga dan

orang-orang terkasih mereka secara memadai dan memahami bagaimana

caranya mencari bantuan jika komunitas mereka terpengaruh. Pemuda

dapat memainkan berbagai peran dalam program kesiapsiagaan pemuda

dan memainkan peran penting dalam upaya pemulihan. Mereka dapat

membantu masyarakat dalam memetakan risiko dan faktor pelindung

mereka atau mungkin me- megang posisi kepemimpinan dalam program.

Beberapa peran tambahan meliputi:

a. Berbagi pesan: Pemuda dapat membantu berbagi pesan

kesiapsiagaan bencana.
34

b. Bertindak sebagai pembuat perubahan: Pemuda dapat bertindak

sebagai pembuat perubahan dengan berbagi informasi yang mereka

pelajari dalam program kesiapsiagaan remaja dan membantu orang

tua dan masyarakat untuk bersiap menghadapi bencana, misalnya

dengan mengembangkan rencana bencana atau kit persiapan

bencana.

c. Membawa kreativitas: Pemuda dapat membawa ide-ide kreatif dan

banyak akal untuk upaya kesiapsiagaan bencana

Kegiatan-kegiatan remaja bermanfaat tidak hanya untuk

kepentingan mereka sendiri, tetapi juga untuk kepentingan remaja

umumnya dan masyarakat luas. Mereka hendaknya menjadi teladan bagi

remaja lainnya, dan ikut membantu memecahkan berbagai problematika

remaja di lingkungan masyarakat. Ketika remaja menghadapi problem,

dari tingkat kenakalan hingga akhlak sekalipun, remaja juga dapat

menunjukkan kiprahnya melalui berbagai kegiatan. Jika paket kegiatan

yang ditawarkan menarik perhatian dan simpatik, mereka bisa diajak

mendatangi forum, mengikuti kegiatan-kegiatan di masjid, jika perlu

mengajak mereka menjadi anggota kader siaga bencana.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki, menemukan,

menggambarkan, menjelaskan kualitas dan pengaruh sosial yang tidak bisa

di jelaskan, diukur, atau digambarkan melalui penelitian lain seperti

kuantitatif. Penelitian ini berdasarkan cara penyelidikan yang bertujuan

untuk mendapatkan jawaban atas suatu pernyataan yang dilakukan secara

berurutan dengan menggunakan seperangkat tata cara untuk menjawab

pertanyaan, mengumpulkan fakta, menghasilkan suatu temuan yang tidak

bisa ditemukan pada penelitian sebelumnya, serta untuk menghasilkan

suatu temuan baru yang dapat digunakan melebihi batasan-batasan pada

penelitian kuantitatif (Saryono & Anggraeni, 2013).

Berdasarkan teori di atas, jenis studi kasus yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kasus deskriptif. Penelitian deskriptif

mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi

tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap pandangan serta

proses yang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena yang terjadi.

35
36

B. Partisipan

Sampel pada penelitian kualitatif ini disebut atau dinamakan

narasumber, partisipan atau informan (Sugiyono, 2019). Pada penentuan

jumlah sampel penelitian kualitatif di dasari pada tujuan atau fokus

penelitian, topik penelitian, lokasi penelitian dan konteks atau situasi yang

menjadi sampel yang dilakukan penelitian. Selanjutnya penentuan sampel

juga bergantung pada teori dan keputusan tentang objek yang di seleksi

untuk menjadi sampel penelitian, baik dilakukan sebelum pengumpulan

data atau pada saat pengumpulan data berlangsung.

Pemilihan partisipan pada penelitian berdasarkan pada kriteria

yang telah ditetapkan (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Metode

pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan metode purposive

sampling, dalam metode ini pemilihan individu sebagai partisipan di

dasarkan pada pengetahuan partisipan terkait topik yang bertujuan untuk

mendapatkan berbagai pengetahuan tersebut (Staubert & Carpenter dalam

Afiyanti & Rachmawati, 2014). Pada penelitian ini pemilihan partisipan

yang diharapkan harus memiliki kriteria inklusi, yaitu:

1. Merupakan masyarakat RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo

2. Remaja berusia 10-19 tahun

3. Bersedia menjadi partisipan dengan memberikan lembar

persetujuan
37

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada remaja yang berada di RW 01 Kelurahan

Pasie Nan Tigo. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juni sampai bulan

Juli. Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi langsung di

lapangan. Pada tanggal 7 – 8 Juli 2022, peneliti melakukan pengumpulan

data dengan cara wawancara.

D. Alat Pengumpulan Data

1. Peneliti Sebagai Instrumen

Streubert dan Carpenter menyebutkan pada penelitian kualitatif,

pengumpulan data utama dan instrumen dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri. Hal ini dikarenakan peneliti berperan sekaligus

menjadi perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis data,

penafsir data, dan pelopor penelitian ( dalam Afiyanti dan

Rachmawati, 2014).

2. Alat bantu ( Lembar Pedoman Wawancara)

Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan alat

bantu berupa pedoman wawancara. Strategi pengumpulan data yang di

gunakan dalam penelitian adalah dengan wawancara mendalam. Untuk

alat bantu dalam penelitian menggunakan :

a. Alat perekam suara yang digunakan untuk merekam seluruh

percakapan atau ungkapan partisipan selama proses wawancara.


38

b. Catatan kecil peneliti, sebagai poin penting selama proses

wawancara berlangsung.

c. Panduan wawancara yang tidak baku. Panduan wawancara

digunakan peneliti bertujuan untuk memfokuskan kembali

partisipan jika partisipan tidak fokus terhadap pertanyaan yang

diajukan peneliti agar informasi yang di sampaikan sesuai dengan

tujuan penelitian.

E. Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012), kode etik penelitian merupakan

pedoman etika penelitian yang melibatkan pihak peneliti, pihak yang

diteliti dan masyarakat yang memiliki dampak dari penelitian tersebut.

Notoatmodjo (2018) menjelaskan beberapa prinsip dalam melakukan

penelitian adalah:

1. Respect for human dignity (Menghormati harkat dan martabat)

Individu atau partisipan memiliki hak dan kebebasan dalam

memberikan infomasi, memiliki bersedia mengikui penelitian atau

menolak. Saat melakukan penelitian, peneliti juga perlu memberikan

kebebasan dan menghormati harkat dan martabat partisipan seperti

menjelaskan informasi terkait penelitian dan mempersiapkan formulir

persetujuan responden (inform contcent).


39

2. Respect for privacy and confidentiality (Menghormati privasi dan

kerahasiaan subjek penelitian)

Peneliti harus menjaga kerahasian atau privasi dari partisipan

penelitian. Partisipan juga memiliki privasi dan kebebasan dalam

menyampaikan informasi. Semua catatan dan dokumen terkait privasi

partisipan akan dijaga oleh peneliti dan dimusnahkan jika penelitian

telah selesai.

3. Respect for justice inclusiveness (Keadilan dan keterbukaan)

Saat melakukan penelitian, penelitian harus dilakukan dengan

keterbukaan dan profesional. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian

yang akan dilakukan terlebih dahulu. Setiap partisipan mendapatkan

perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dan peneliti juga tidak boleh

membeda-bedakan subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan

dengan metode purposive sampling yang berarti semua remaja yang

tinggal di RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo memiliki kesempatan

yang sama untuk menjadi partisipan

4. Balancing harm and benefits (Memperhitungkan manfaat dan kerugian

yang ditimbulkan)

Penelitian dilakukan tanpa ada paksaan untuk menjadi

partisipan. Keterbukaan informasi terhadap keuntungan yang mungkin

didapatkan jika berpartisipasi terhadap penelitian juga dijelaskan

kepada partisipan. Peneliti juga harus meminimalisir dampak yang

merugikan partisipan dalam penelitian.


40

F. Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data atau prosedur pengumpulan data, meliputi:

1. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

wawancara mendalam. Wawancara mendalam (In Depth Interview)

menurut Saryono & Anggraeni (2013) adalah proses mengumpulkan

keterangan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dan informan yang di wawancarai, baik

menggunakan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Jenis

wawancara yang dilakukan merupakan wawancara semi terstruktur,

dikarenakan wawancara ini mengizinkan peneliti untuk mengendalikan

proses wawancara sehingga peneliti bisa menggali lebih dalam topik

dan tujuan penelitian. Afriyanti & Rachmawati (2014), menyebutkan

agar wawancara dilakukan tidak lebih dari 1 jam. Namun jika dalam

waktu tersebut wawancara yang dilakukan tidak maksimal maka

wawancara dapat dilakukan lagi. Beberapa kali wawancara singkat

akan lebih efektif dibandingkan dengan 1 kali wawancara dengan

waktu yang panjang. Wawancara dalam peneltian ini dilakukan hanya

satu kali pertemuan, dan waktu wawancara berkisar rentang 20-30

menit.
41

2. Proses Pengumpulan Data

a. Tahap Persiapan

1) Peneliti datang ke RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo. Peneliti

meminta izin untuk melakukan penelitian di RW 01.

2) Setelah mendapatkan calon partisipan, peneliti membina

hubungan saling percaya dengan partisipan menggunakan

teknik komunikasi terapeutik.

3) Peneliti menjelaskan kepada calon partisipan tentang tujuan

penelitian, hak partisipan, dan proses penelitian sebelum

penelitian dilakukan.

4) Peneliti melakukan pendekatan melalui komunikasi terapeutik

kepada calon partisipan untuk meminta ketersedian menjadi

partisipan penelitian

5) Jika calon partisipan setuju menjadi partisipan, peneliti

meminta partisipan menandatangani lembar persetujuan

partisipan

6) Pada saat dilakukan wawancara, jika pertisipan bersedia di

wawancara pada saat itu juga dan menyepakati tempat yang

nyaman untuk dilakukan wawancara.

7) Setelah wawancara selesai, peneliti melakukan terminasi dan

menutup wawancara. Peneliti membuat kontrak pertemuan

selanjutnya dengan partisipan untuk melakukan validasi data.


42

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara dengan

partisipan melalui 3 fase, yaitu fase orientasi, fase kerja dan fase

terminasi.

1) Fase Orientasi

Fase orientasi dilakukan setelah menandatangani informed

consent sebagai bukti persetujuan menjadi partisipanne. Proses

pelaksanaan wawancara dilakukan dengan suasana senyaman

mungkin, peneliti dan pasrtisipan juga duduk berhadapan dan

jarak kedekatan kurang lebih 1 meter. Peneliti mempersiapkan

alat perekam, pena dan catatan kecil, sehingga proses

wawancara dapat berjalan dengan baik.

2) Fase kerja

Wawancara mendalam dilakukan sesuai dengan

pedoman wawancara dan menggunakan komunikasi terapeutik.

Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan wawancara

yang berisikan pertanyaan sehingga peneliti dapat fokus

menggali data yang dibutuhkan. Ketika partisipan tidak mampu

memberikan jawaban, peneliti akan mencoba memberikan

ilustrasi pertanyaan yang hampir sama.


43

3) Fase terminasi

Fase ini berlangsung partisipan telah menjawab semua

pertanyaan. Peneliti kemudian menutup wawancara dengan

mengucapkan terimakasih kepada partisipan atas kesediaan

partisipan sebagai narasumber. Peneliti membuat kontrak

kembali untuk pertemuan selanjutnya dengan partisipan yaitu

melakukan validasi data.

4) Tahap akhir

Tahap ini dilakukan setelah partisipan memvalidasi

hasil transkip verbatim dan rekaman wawancara. Pada tahap

akhir tidak ada perubahan data baik penambahan atau

pengurangan informasi. Peneliti memastikan hasil transkip

verbatim atau wawancara sudah sesuain dengan fakta. Peneliti

melakukan terminasi akhir dengan partisipan dan mengucapkan

terimakasih atas kesediaan partisipan dalam penelitian dan

menyampaikan bahwa proses wawancara telah selesai.

G. Analisa Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

mengkoordinasikan data, melakukan pemilihan data menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskan data, mencari dan mendapatkan pola

penelitian, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.

Analisis data pada penelitian kualitatif bersifat subjektif karena peneliti


44

ialah instrumen utama untuk pengambilan data dan analisa data

penelitiannya (Afriyanti & Rachmawati, 2014). Analisis data dalam

penelitian kualitatif dilakukan sebelum ke lapangan, selama berada di

lapangan dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono, 2019).

Afriyanti & Rachmawati (2014), menyatakan bahwa ada beberapa

kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan fenomenologi, yaitu:

1. Bracketing

Bracketing adalah proses untuk mensuprasi, mengurung atau

menyimpan segala macam asumsi, pengetahuan, dan keyakinan yang

dimiliki peneliti mengenai fenomena yang diteliti. Tujuan

dilakukannya bracketing adalah untuk menemukan data atau informasi

yang alamiah dan berasal dari cerita atau ungkapan langsung dari

partisipan tentang berbagai pengalaman yang dialaminya tanpa

dipengaruhi oleh berbagai asumsi, pengetahuan dan keyakinan peneliti

(Afriyanti & Rachmawati, 2014).

2. Intuisi

Dalam melakukan intuisi, langkah awal yang harus

diperhatikan yaitu ketika mengumpulkan data atau informasi dengan

cara mengekplorasi pengalaman partisipan tentang fenomena yang

diteliti melalui pengamatan langsung, wawancara, penemuan dokumen

tertulis, dan menuliskan berbagai catatan lapangan selama

pengambilan data. Ketika melakukan iniuisi, peneliti tidak


45

diperbolehkan memberikan kecaman, evaluasi, opini atau segala hal

yang membuat peneliti kehilangan konsetrasi terhadap data atau

informasi yang sedang diceritakan partisipannya (Afriyanti &

Rachmawati, 2014).

3. Analisa Data

Peneliti mengidentifikasi dan menganalisi data atau informasi

yang ditemukan. Menurut Staubert & Carpenter (2011) menyatakan

analisis data adalah :

a. Membuat transkip data untuk mengidentifikasi pernyataan

pernyataan yang bermakna dari partisipan dengan memberi garis

bawah. Transkip ini dilakukan melalui proses verbatim dari

rekam hasil dari setiap partisipan.

b. Untuk melalui keakuratan hasil wawancara peneliti

mendengarkan kembali rekaman wawancara dan mencocokan

dengan membaca transkip verbatim yang telah peneliti buat.

c. Membaca transkip verbatim secara keseluruhan dan berulang-

ulang untuk mendapatkan pemahaman yang tepat terhadap hasil

wawancara.

d. Setelah itu peneliti memilih kata-kata kunci dan pernyataan

pernyataan yang memiliki makna dan arti hampir sama dan

terkait dengan fenomena yang diteliti sesuai dengan tujuan

penelitian untuk dikelompokkan dalam kategori-kategori.


46

e. Jika terdapat pengulangan peryataan yang mengandung makna

yang sama atau hampir sama pada transkip informan yang sama,

maka peryataan tersebut diabaikan. Kategori-kategori yang sama

dikelompokkan dalam satu sub tema. Sub tema yang sejenis

selanjutnya dikelompokkan ke dalam tema-tema yang potensial.

f. Tahap selanjutnya, peneliti menemui partisipan kembali untuk

melakukan konfirmasi tentang tema-tema yang dihasilkan dan

meminta pendapat partisipan apakah tema-tema tersebut sesuai

dengan apa yang mereka alami.

g. Setelah dilakukan konfirmasi tidak ada data tambahan yang

cukup berarti pada data data yang diperoleh sebelumnya.

Dengan demikian tema-tema potensial tersebut dimatangkan

menjadi tema akhir.

4. Interpretasi

Interpretasi merupakan kegiatan akhir dari pengumpulan data

analisis data. Peneliti menuliskan deskripsi atau interpretasinya dalam

bentuk hasil-hasil temuan dan pembahasannya dari fenomena yang

diteliti untuk mengkomunikasikan hasil akhir penelitian kepada

pembaca dengan memberikan gambaran tertulis secara utuh fenomena

yang diteliti. Kemudian membandingkannya dengan hasil-hasil

penelitian yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya serta

memberikan kritisi berasarkan pola hubungan tema yang terbentuk dari

fenomena yang diteliti.


47

H. Keabsahan Data

Data yang diperoleh di lapangan adalah fakta yang masih mentah

sehingga perlu diolah atau dianalisis lebih lanjut agar menjadi data yang

dapat dipertanggungjawabkan. Setelah data diperoleh, hal selanjutnya

yang harus dilakuka peneliti adalah menguji keabsahan data yang

didapatkan.

a. Uji Kreadiabilitas (Credibility)

Dalam penelitian kualitatif, data dapat dinyatakan kredibel apabila

adanya persamaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa

yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Uji

krediabilitas data atau kepercayaan data penelitian kualitatif terdiri

atas perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan,

triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi

dan member check.

b. Uji Dependabilitas (Dependability)

Hasil penelitian tidak dapat dikatakan dependable jika peneliti

tidak dapat membuktikan bahwa telah dilakukannya rangkaian

proses penelitian secara nyata. Mekanisme uji dependabilitas dapat

dilakukan melalui audit oleh auditor independen, atau pembimbing

terhadap rangkaian proses penelitian. Jika peneliti tidak

mempunyai rekam jejak aktivitas lapangan/ penelitiannya, maka

dependabilitasnya dapat diragukan.


48

c. Uji Transferabilitas (Transferability)

Transferabilitas menunjukkan derajat ketepatan atau sejauh mana

dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana informan

tersebut dipilih. Pada penelitian kualitatif, nilai transferabilitas

tergantung pada pembaca, sampai sejauh mana hasil penelitian

tersebut dapat diterapkan pada konteks dan situasi sosial yang lain.

Jika pembaca memperoleh gambaran dan pemahaman jelas tentang

laporan penelitian (konteks dan fokus penelitian), maka hasil

penelitian itu dapat dikatakan memiliki transferabilitas tinggi.zssz

d. Uji Konfirmabilitas (Konnfirmability)

Konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif lebih diartikan

sebagai konsep intersubjektivitas (konsep transparansi), yang

merupakan bentuk ketersediaan peneliti dalam mengungkapkan

kepada publik mengenai bagaimana proses dan elemen-elemen

dalam penelitiannya, yang selanjutnya memberikan kesempatan

kepada pihak lain untuk melakukan assessment/penilaian hasil

temuannya sekaligus memperoleh persetujuan diantara pihak

tersebut.

Konfirmabilitas adalah suatu proses kriteria pemeriksaan,

yaitu langkah apa yang dipilih oleh peneliti dalam melakukan

konfirmasi hasil temuannya, seperti merefleksikan hasil temuan

peneliti pada jurnal, konsultasi dengan peneliti ahli, peer review,

atau mendesiminasikan hasil temuannya pada suatu konferensi


49

untuk mendapatkan masukan dalam memperbaiki hasil temuannya,

baik pada tingkat regional, nasional, maupun internasional.


50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan adalah studi kasus: kesiapsiagaan

remaja terhadap bencana gempa bumi dan tsunami di RW 01 Kelurahan

Pasie Nan Tigo Tahun 2022. Proses pengumpulan data dilakukan pada

tanggal 7 Juli- 8 Juli 2022. Pengumpulan data dilakukan dengan

wawacara mendalam (In-depth Interview) pada remaja yang berada di

wilayah RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo.

Wawancara dilakukan setelah peneliti menjelaskan prosedur tujuan

penelitian kepada partisipan, menjelaskan etika penelitian, dan meminta

ketersedian partisipan untuk bersedia ikut dalam penelitian ini dengan

menandatangani informed consent, kemudian melakukan wawancara

sesuai dengan kontrak yang telah ditentukan. Wawancara dilakukan pada

tempat dan waktu yang telah disepakati bersama partisipan. Partisipan

dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 7 orang, penetapan partisipan

ini dikarenakan data yang diperoleh sudah memenuhi saturasi data.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk transkip wawancara/

verbatim serta juga dilampirkan analisis tematik. Setelah itu peneliti

menetapkan tema dan sub tema terkait dengan kesiapsiagaan remaja

terhadap bencana gempa bumi dan tsunami di RW 01 Kelurahan Pasie

Nan Tigo .
51

2. Karakteristik Responden

Karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah remaja yang

berada di wilayah RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo. Berikut disajikan

karakteristik partisipan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan Kesiapsiagaan Remaja Terhadap


Bencana Gempa Bumi dan Tsunami

Kode Jenis Kelamin Usia Pendidikan


Partisipan
P1 Laki-Laki 15 tahun SMA

P2 Laki-Laki 14 tahun SMP

P3 Laki-Laki 17 tahun SMA

P4 Laki-Laki 15 tahun SMA

P5 Laki-Laki 14 tahun SMP

P6 Perempuan 14 tahun SMP

P7 Perempuan 16 tahun SMA

Berdasarkan tabel 4.1 memperlihatkan bahwa partisipan berjumlah

sebanyak 7 orang. Sebanyak 5 orang berjenis kelamin laki-laki, dan

sebanyak 2 orang berjenis kelamin perempuan. Seluruh partisipan

merupakan kelompok usia remaja yang berusia 14 tahun - 17 tahun.

Sebanyak 3 orang partisipan berpendidikan SMP, dan sebanyak 4 orang

partisipan berpendidikan SMA.


52

3. Analisa Kualitatif

Dari analisis tematik yang sudah peneliti lakukan, didapatkan

sebanyak 4 tema mengenai kesiapsiagaan remaja terhadap bencana

gempa bumi dan tsunami di RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo, yaitu :

(1) Pengetahuan remaja terhadap bencana, (2) Rencana tanggap darurat

ketika terjadi bencana, (3) Sistem peringatan bencana, (4) Mobilisasi

sumber daya.

Tema ini ditetapkan peneliti berdasarkan hasil analisa yang telah

dilakukan dimulai dengan mendengarkan deskripsi verbal dari

pasrtisipan, selanjutnya membaca kembali transkip verbatim. Selanjutnya

peneliti menganalisis pernyataan-pernyataan spesifik dan mencari kata

kunci dari pernyataan tersebut. Peneliti kemudian membaca seluruh kata

kunci dan mencari persamaan, dan akhirnya mengelompokkan kata kunci

yang mirip atau serupa dalam tema dan sub tema.

Hasil analisis kualitatif dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan Remaja Terhadap Bencana

1) Pemahaman tentang hazard/risiko bencana

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa

persepsi yang dimiliki oleh remaja terkait potensi bencana

di wilayah tempat tinggalnya yaitu seluruh partisipan

mengatakan gempa bumi dan tsunami, sebanyak 3

partisipan mengatakan banjir rob, dan satu partisipan


53

mengatakan abrasi. Berikut kutipan pernyataan dari

partisipan :

“Potensi bencana yang mungkin bisa timbul di RW 01

ini yaitu bencana gempa bumi dan juga tsunami kak” (P4)

“……untuk potensi bencana yang akan terjadi, yaitu

gempa bumi dan potensi tsunami kak bila gempa nya kuat”

(P3)

“Kalau di RW sini mungkin bencana yang besarnya

mungkin gempa bumi dan juga berpotensi tsunami karena

dekat dengan pantai, serta juga banjir rob kak” (P6)

“Bencana yang mungkin ada potensi timbul di Wilayah

RW 01 ini adalah tsunami, banjir, dan abrasi pantai

karena dekat dengan laut, dan satu lagi yaitu gempa bumi”

(P1)

2) Pemahaman remaja tentang bencana

Berdasarkan hasil penelitian terkait pemahaman

tentang bencana, remaja menyebutkan bahwa bencana alam

merupakan suatu peristiwa atau musibah yang tiba-tiba

disebabkan oleh alam, serta menimbulkan kerugian dan

kerusakan. Berbagai perspektif diungkapkan dalam

pernyataan partisipan sebagai berikut :


54

“Bencana adalah suatu peristiwa atau musibah

yang terjadi di suatu tempat/ daerah, ............... ” (P2)

“…..bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi

secara tiba-tiba dan dapat mengancam keberadaan

masyarakat sekitar” (P1)

“Bencana adalah suatu keadaan dan kejadian

yang terjadi, yang mana dari kejadian itu dapat merusak

alam itu sendiri kak” (P3)

“Bencana adalah suatu musibah yang terjadi di

suatu daerah ” (P4)

“Bencana adalah suatu peristiwa yang dapat

merugikan ........” (P5)

“Bencana adalah suatu kejadian yang dapat

merusak ” (P6)

“Bencana adalah kejadian yang secara tiba-tiba

dan dapat merusak ”(P7)

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan

kepada 7 orang partisipan mengatakan bahwa gempa bumi

adalah suatu getaran, pergeseran, guncangan, serta

goyangan yang ada di permukaan bumi. Berikut

pernyataan partisipan :

“Gempa bumi adalah suatu getaran yang

terjadi ” (P3)
55

“Gempa bumi merupakan pergeseran yang terjadi

secara tektonik dan vulkanik” (P2)

“Gempa bumi merupakan suatu guncangan yang

dapat mengakibatkan lingkungan bergetar” (P5)

“Gempa bumi adalah persitiwa adanya guncangan

pada permukaan bumi kak,……..” (P6)

“Gempa bumi adalah pergeseran yang terjadi di

bawah permukaan bumi dan membuat permukaan bumi

bergetar” (P1)

“Bencana gempa bumi ini dapat terjadi karena

adanya pergeseran lempeng bumi dan akan mengakibatkan

goyangan pada permukaan bumi” (P5)

“Kalau gempa bumi itu kak, adanya pergeseran

pada lempeng bumi kak, sehingga dapat mengakibatkan

bumi bergoyang kak” (P7)

Berdasarkan wawancara yang juga telah dilakukan

kepada 7 orang partisipan mengatakan bahwa tsunami

adalah adanya patahan, gelombang air yang besar dan

tinggi, adanya arus besar, dan ombak yang besar. Berikut

pernyataan partisipan :
56

“Tsunami adalah suatu patahan yang terjadi di

bawah permukaan laut, yang membuat gelombang yang

besar atau tinggi” (P1)

“Sedangkan tsunami merupakan munculnya

gelombang air laut yang tinggi ke atas permukaan.” (P2)

“Tsunami adalah patahan yang terjadi di laut, yang

akan melepaskan air dari laut ke daratan” (P3)

“Kalau tsunami terjadi karena adanya arus besar

di laut, yang naik sampai ke daratan” (P4)

“Tsunami adalah adanya arus besar yang naik dari

laut ke daratan kak” (P5)

“Tsunami adalah gelombang ombak yang besar

dan cepat sampai ke daratan, dan lingkungan kak” (P6)

“Tsunami adalah ombak besar, yang bisa sampai

ke daratan dan mengenai pemukiman juga kak” (P7)

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan

kepada 7 orang partisipan mengatakan bahwa dampak yang

dapat ditimbulkan oleh bencana gempa bumi dan tsunami

yaitu: merusak lingkungan, merusak rumah dan bangunan,

jalanan rusak, korban luka-luka dan adanya korban jiwa.

Berikut pernyataan partisipan terkait hal tersebut :


57

“Kalau untuk dampak dari gempa bumi dan

tsunami bisa merusak lingkungan kak, rumah-rumah

juga rusak dan bisa hancur kak” (P1)

“Bisa menyebabkan kerugian kak, seperti korban

jiwa, rumah rusak, bangunan rusak, dan juga jalan

rusak” (P2)

“Bisa menyebabkan bangunan roboh kak, rumah,

jalanan rusak kak. Dan ada korban-korban yang luka

juga nanti kak” (P3)

“Dampak nya sangat banyak kak, rumah-rumah

bisa roboh, jalanan rusak juga kak, dan pastinya akan

menimbulkan korban jiwa juga kak” (P4)

“Untuk dampak nya bisa menimbulkan korban

jiwa, merusak lingkungan juga kak”(P5)

“Bisa menyebabkan kerugian pada lingkungan

dan manusia kak, banyak kerusakan juga yang terjadi”

(P6)

“Dampak gempa bumi dan tsunami itu bisa

menghancurkan rumah dan lingkungan juga kak, ada

korban juga nanti tu kak” (P7)


58

Skema Tematik 1 Pengetahuan Remaja Tentang Bencana

Kategori Sub Tema Tema

Gempa Bumi
dan Tsunami
Pemahaman
Banjir Tentang Risiko
Bencana

Abrasi
Pengetahuan
Remaja
Definisi Terhadap Risiko
Bencana Bencana

Definisi Gempa
Pemahaman
Bumi
Tentang Bencana

Definisi Tsunami

Dampak Gempa
Bumi dan
Tsunami

b. Rencana Tanggap Darurat ketika terjadi Bencana

1) Rencana untuk merespon keadaan darurat

Seluruh partisipan mengatakan ketika terjadi

bencana gempa bumi dan tsunami maka mereka akan

menyelamatkan diri ke tempat yang aman, Sebanyak 3

orang partisipan mengatakan akan bersikap tenang dan


59

tidak panik, serta 2 orang partisipan mengatakan akan

menghubungi orang tua nya. Berikut pernyataan partisipan :

“Jika terjadi bencana hal pertama yang dilakukan

yaitu menyelamatkan diri dan menuju ke tempat yang

aman kak” (P6)

“Mencari lapangan luas dan menyelamatkan diri

ke tempat yang aman kak”(P4)

“Yang dilakukan ketika ada bencana yaitu segera

melarikan diri ke tempat yang aman ........ ” (P5)

“Yang pertama, yaitu tetap tenang dan tidak

panik……” (P3)

“Pertama-tama, tidak panik. Lalu yang kedua

menghubungi orang tua dan berlari menuju ke tempat

yang lebih aman”(P2)

2) Rencana Titik Kumpul dan Evakuasi

Berdasarkan hasil wawancara, semua partisipan

sudah mengetahui titik kumpul dan evakuasi yang akan

dituju ketika terjadi bencana. Sebanyak 5 orang partisipan

mengatakan bahwa titik kumpul dan evakuasi ketika ada

bencana yaitu menuju ke daratan tinggi ketika terjadi

bencana gempa bumi dan tsunami. Hal ini dibuktikan

dengan pernyataan berikut :


60

“……. ke tempat yang tinggi dan jauh dari pantai

kak” (P1)

“ seperti arah by pass, lubuk minturun” (P3)

“…..untuk titik kumpulnya di Lubuk Minturun kak,

tepatnya di rumah adek nya ayah kak” (P2)

“.........biasanya akan langsung menuju ke arah

Lubuk Minturun kak” (P7)

“……menuju ke By Pass arah Lubuk Minturun

kak” (P5)

Sebanyak 2 partisipan mengatakan bahwa akan

menuju ke tempat terbuka atau lapangan ketika terjadi

bencana. Hal ini dibuktikan dengan :

“Titik kumpul menuju ke arah tempat luas, seperti

lapangan agar aman kak” (P6)

“Untuk bencana gempa bumi ataupun tsunami itu

akan pergi ke tempat yang luas agar aman kak, bisa

lapangan atau tempat terbuka lainnya” (P4)

3) Persiapan Tas Siaga Bencana

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan,

sebanyak 4 partisipan mengatakan bahwa telah

mempersiapkan tas siaga bencana dan sebanyak 3

partisipan mengatakan belum mempersiapkan tas siaga


61

bencana. Semua partisipan dapat menyebutkan apa saja

yang perlu dipersiapkan untuk tas siaga bencana. Semua

partisipan menyebutkan bahwa akan menyiapkan kesiapan

dasar yaitu makanan, minuman, pakaian, obat-obatan,

dokumen/ surat penting, dan barang berharga lainnya untuk

persiapan tas siaga bencana nya. Hal ini dibuktikan dengan

pernyataan partisipan berikut :

“Untuk tas siaga bencana, yang pertama obat-

obatan, bahan makanan, pakaian. Itu kak” (P1)

“Untuk tas siaga bencana ini bisa dipersiapkan

pakaian, obat-obatan, dokumen/ surat penting, makanan,

dan minuman” (P2)

“Baik, mungkin yang dirasakan penting bisa

dipersiapkan ya. Seperti pakaian, makanan, minuman,

dokumen/ surat penting, dan barang berharga lainnya

juga dan dipersiapkan sebelum terjadi bencana” (P4)

“Yang perlu dipersiapkan itu adalah yang pertama

P3K, dan peralatan lainnya seperti peralatan kesehatan

lainnya” (P3)

Sebanyak 2 partisipan juga menyebutkan bahwa

perlu nya kesiapan energi yaitu berupa uang yang perlu

dipersiapkan untuk tas siaga bencana. Berikut pernyataan

partisipan :
62

“Kalau untuk tambahannya mungkin kita juga perlu

membawa uang tunai kak. Karena ketika ada bencana, kita

juga akan membutuhkan uang untuk keperluan mendesak

nantinya” (P6)

“Tambahannya mungkin kita perlu juga perlu bawa

uang untuk simpanan dan membeli keperluan nanti kak”

(P7)

Sebanyak 1 partisipan juga menyebutkan bahwa

perlu nya kesiapan evakuasi yaitu berupa senter yang perlu

dipersiapkan untuk tas siaga bencana. Berikut pernyataan

partisipan tersebut :

“Kita juga perlu membawa senter kak, saat

misalnya kita tersesat dan tempat gelap bisa menggunakan

senter untuk mencari bantuan” (P5)


63

Skema Tematik 2 Rencana Tanggap Darurat ketika terjadi

Bencana

Kategori Sub Tema Tema

Menyelamatkan
diri ke tempat
aman, mencari
lapangan luas
Rencana untuk
merespon keadaan
darurat
Bersikap tenang,
dan tidak panik

Menghubungi
orang tua

Rencana
Tempat terbuka
Tanggap Darurat
atau lapangan Rencana Titik
Kumpul dan
Evakuasi
Dataran Tinggi

Kesiapan Dasar

Kesiapan Energi Persiapan Tas


Siaga Bencana

Kesiapan
Evakuasi
64

c. Sistem Peringatan Bencana

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan,

semua partisipan dapat menyebutkan sistem peringatan

bencana yang dapat digunakan ketika terjadi bencana gempa

bumi dan tsunami. Sebanyak 4 orang partisipan mengatakan

mendapatkan informasi tentang sistem peringatan bencana

melalui media sosial, dan sebanyak 3 orang partisipan melalui

sirine. Berikut pernyataan partisipan terkait hal tersebut :

“Dari media sosial kak, Instagram, atau televisi juga

bisa kak.” (P1)

“Biasanya ada dapat informasi dari hp kak, ……”

“Media sosial, seperti internet juga ada kak,……” (P5)

“Sekarang biasanya kita mudah mendapatkan

informasi bencana ini melalui hp kak. Seperti info dari BMKG

juga kak, biasanya cepat tersebar informasinya kak” (P7)

“Biasanya kita bisa mengetahui dari media social gitu

kak, ada info dari BMKG juga biasanya kak” (P6)

“Sistem peringatan bencana yang ada di lingkungan

RW 01 bisa menggunakan peringatan khusus, yaitu

sirine ” (P2)

“Untuk peringatan khusus biasanya berupa bunyi

sirine ketika terjadi bencana kak.” (P3)


65

“Kalau ga salah Alif sirine kak. Jadi dari sirine warga

tahu kalau ada bencana” (P4)

Skema Tematik 3 Sistem Peringatan Bencana

Kategori Sub Tema Tema

Melalui Media
Sosial Informasi tentang Sistem
peringatan Peringatan
bencana Bencana
Melalui Sirine

d. Mobilisasi Sumber Daya

1) Mobilisasi Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan,

didapatkan bahwa sebanyak 4 orang partisipan pernah

mengikuti pelatihan dan simulasi, sebanyak 1 orang pernah

mengikuti pelatihan, dan sebanyak 2 orang pernah

mengikuti simulasi kebencanaan. Berikut pernyataan

partisipan terkait hal tersebut :

“Kemarin Fai mengikuti pelatihan dan penyuluhan

dan juga simulasi dari kakak unand, ilmu yang didapatkan

yaitu bagaimana cara evakuasi korban, pertolongan

pertama, ” (P1)
66

“Untuk kesiapsiagaan bencana pernah mengikuti

pelatihan di sekolah dan juga kemarin di pantai ujung batu

, yaitu simulasi bencana” (P2)

“Ada kemarin mengikuti pelatihan bersama kakak

dari unand kak. Pelatihannya diadakan sebanyak 2 kali di

masjid kak…..”

“Dan ada simulasi juga diadakan di pantai ujung

batu kemarin kak” (P7)

“Ada kak. Kemarin ikut pelatihan dan simulasi di

pantai Ujung Batu. Simulasi nya dilakukan dari jam 2- jam

5 sore kak” (P4)

“Pernah kak. Zaki melakukan pelatihan

kesiapsiagaan di RT 03 RW 01 kak, tepatnya di dekat

pantai ujung batu” (P3)

“Pernah kak, ikut simulasi di pantai ujung batu

kak, .......... ” (P5)

“Pernah kak. Kemarin ikut simulasi yang diadakan

di pantai ujung batu kak, ”(P6)

2) Asuransi Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan

kepada remaja, semua partisipan mengatakan bahwa

memiliki asuransi kesehatan yaitu berupa BPJS. Berikut

pernyataan partisipan :
67

“Ada asuransi kak, semua anggota keluarga punya

BPJS kak. Biasanya kalau ada berobat pakai BPJS kak”

(P1)

“Untuk asuransi kesehatan setau Rifki ada kak.

BPJS kak, jadi ketika ada masalah kesehatan atau sakit

gitu keluarga menggunakan BPJS kak” (P2)

“Zaki dan keluarga punya asuransi kesehatan yaitu

BPJS kak. Tiap bulan dibayarkan gitu sama orang tua

kak” (P3)

“Ada kak, BPJS kak,…….” (P4)

“Menggunakan BPJS biasanya kak…..” (P5)

“Kalau untuk asuransi kesehatan ada kak.

Menggunakan BPJS kak, berobat biasanya pakai itu kak”

(P6)

“Untuk asuransi kesehatan gitu Alhamdulillah ada

kak. Dila dan keluarga menggunakan KIS kak, yang dari

pemerintah gitu kak…..” (P7)


68

Skema Tematik 4. Mobilisasi Sumber Daya

Kategori Sub Tema Tema

Pelatihan/ Mobilisasi
Penyuluhan Sumber Daya
dan Simulasi Manusia

Mobilisasi
Sumber Daya

Asuransi
Asuransi
Kesehatan
Pemerintah
B. Pembahasan

Dari hasil analisa data yang sudah dipaparkan di atas, didapatkan

empat tema yang mengeksplorasi kesiapsiagaan remaja dalam

menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami, yaitu : pengetahuan

remaja tentang bencana, rencana tanggap darurat ketika terjadi bencana,

sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya.

1. Pengetahuan remaja tentang bencana alam

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada remaja

didapatkan bahwa remaja telah memiliki pengetahuan terkait bencana.

Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci dalam

kesiapsiagaan bencana karena pengetahuan yang akan membentuk sikap

atau tindakan seseorang untuk siap siaga dalam mengantisipasi bencana

(Hidayati, D., 2016). Terciptanya pengetahuan mengenai kebencanaan

pada seseorang dapat diindikasikan dengan adanya pemahaman

mengenai kondisi di lingkungan dimana seseorang tersebut tinggal.

Kondisi lingkungan ini meliputi pengetahuan tentang kejadian bencana

dan kemungkinan risiko bencana yang ada di wilayahnya, atau dampak

yang ditimbulkan dari kerentanan wilayah tersebut

(Setyowati, D. L. 2019).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa remaja telah mengetahui

potensi bencana yang dapat terjadi di wilayah RW 01 yaitu gempa bumi,

tsunami, banjir rob, dan abrasi. Wilayah RW 01 merupakan wilayah yang

sangat rentan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami dikarenakan

69
70

wilayahnya berjarak kurang lebih 100 m dari tepi sungai, yang mana

zona ini merupakan zona bahaya yang paling tinggi terhadap tsunami.

Karena daerah yang paling dekat ke sungai dan laut akan memudahkan

gelombang tsunami menerjang. Selain gempa bumi dan tsunami, juga ada

potensi bencana banjir dan juga abrasi di wilayah RW 01 Kelurahan

Pasie Nan Tigo.

Remaja juga telah mengetahui pengertian dari bencana alam,

pengertian dari gempa bumi dan tsunami, serta dampak yang disebabkan

oleh bencana gempa bumi dan tsunami. Dari hasil penelitian didapatkan

bahwa remaja menyebutkan bahwa bencana alam adalah suatu peristiwa

atau musibah yang disebabkan oleh alam dan terjadi secara tiba-tiba dan

menyebabkan kerugian serta kerusakan. Pemahaman remaja mengenai

bencana alam ini selaras dengan pengertian bencana alam menurut BNPB

(2017) merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa

gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,

dan tanah longsor.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, remaja menyebutkan

bahwa gempa bumi adalah suatu adanya getaran, pergeseran, guncangan,

dan goyangan. Hal ini juga sejalan dengan pengertian gempa bumi

menurut BNPB (2017) adalah getaran atau guncangan yang terjadi di

permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi


71

yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif,

aktivitas gunung api atau runtuhan batuan.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa remaja juga dapat

menyebutkan dan mengetahui pengertian dari tsunami yaitu adanya

patahan, gelombang air yang besar dan tinggi, serta arus atau ombak

yang besar. Hal ini juga sejalan dengan pengertian tsunami menurut

BNPB (2017) merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh

pusaran air bawah laut karena pergeseran lempeng, tanah longsor, erupsi

gunungapi, dan jatuhnya meteor. Tsunami dapat bergerak dengan

kecepatan sangat tinggi dan dapat mencapai daratan dengan ketinggian

gelombang hingga 30 meter.

Selain dapat menyebutkan pengertian dari bencana gempa bumi

dan tsunami, remaja juga dapat menyebutkan apa saja dampak yang

dapat ditimbulkan oleh bencana gempa bumi dan tsunami. Remaja

menyebutkan bahwa bencana gempa bumi dan tsunami dapat

menimbulkan dampak, yaitu merusak lingkungan, merusak bangunan dan

rumah-rumah, merusak jalan, serta dapat menimbulkan korban luka-luka

dan korban jiwa. ). Bencana gempa bumi juga dapat memberikan dampak

kerusakan rumah penduduk, kantor-kantor, pasar, dermaga, jalan, korban

jiwa, dan luka-luka (Abdullah, 2017). Bencana gempa bumi juga akan

berdampak seperti kerusakan aset (rumah, bangunan, dan infrastruktur),

kerusaka orang (kematian dan cedera) dan gangguan lainnya (makanan


72

dan pasokan bahan bakar, kesehatan, dan kesejahteraan) (Muttalib, A.,

2019).

Pengetahuan terkait bencana dan kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana sangat penting untuk mengurangi resiko yang

ditimbulkan bencana. Pengetahuan bencana juga dapat menumbuhkan

pemahaman, kesadaran, dan peningkatan pengetahuan tentang bencana

yang terletak di wilayah rawan bencana alam dengan harapan terciptanya

manajemen bencana alam secara sistematis, terpadu, dan terkoordinasi

(Fauzi, A. R., 2017). Pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi

sikap dan kepedulian seseorang untuk siap dan siaga dalam

mengantisipasi bencana, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah

rentan terhadap bencana alam (Triyono, K., 2014).

Banyak korban dalam bencana gempa bumi dan tsunami timbul

akibat kurangnya pengetahuan manajemen bencana. Dalam beberapa

kasus bencana, sebagian anggota masyarakat karena kondisi psikologis

dan kepanikannya, tidak berinisatif melakukan tindakan yang dapat

menyelematkan dan membantu korban. Sebagian lagi tidak membantu

karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ada juga yang berupaya

membantu korban, tetapi karena ketidaktahuan, malah menambah korban

(Tirtana, F. A., 2018).

Oktavianti, N. (2021) menyebutkan bahwa pemahaman tentang

bencana dapat meningkatkan pengetahuan untuk melindungi diri dari

bencana sehingga jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka


73

akan siap untuk menghadapi bencana dan sebaliknya jika seseorang

memiliki pengetahuan yang kurang maka akan mengakibatkan

ketidaksiapan dalam menghadapi bencana. Apabila pengetahuan

seseorang akan bahaya, kerentanan, risiko, dan kegiatan-kegiatan

pengurangan risiko cukup memadai maka akan dapat menciptakan aksi

yang efektif (baik secara sendiri maupun bekerja sama dengan para

pemangku kepentingan lainnya) dalam menghadapi bencana

(Wakhid, A., dkk 2019).

Pengetahuan terhadap bencana merupakan alasan utama seseorang

untuk melakukan kegiatan perlindungan atau upaya kesiapsiagaan yang

ada. Parameter pengetahuan ini merupakan pengetahuan dasar yang

semestinya dimiliki individu meliputi pengetahuan tentang bencana,

penyebab dan gejala-gejala, maupun apa yang harus dilakukan bila

terjadi bencana (Dodon, 2013). Pengetahuan selalu dijadikan awal dari

sebuah tindakan dan kesadaran seseorang, sehingga dengan kapasitas

pengetahuan kebencanaan yang maksimal, diharapkan semakin siap

dalam menghadapi bencana. Hal ini mengakibatkan pengetahuan menjadi

dasar untuk melakukan aktivitas yang benar dalam mengantisipasi

datangnya bencana (Tirtana, F. A., 2018).

Pengetahuan tentang bencana sudah seharusnya diberikan kepada

masyarakat terutama remaja karena remaja merupakan bagian

masyarakat yang memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat

(Purwoko, A., 2015). Pengetahuan remaja terhadap bencana akan


74

berpengaruh besar terhadap kesiapsiagaan remaja dalam menghadapi

bencana tersebut. Pengetahuan dan kesiapsiagaan memiliki arah

hubungan yang positif, artinya semakin tinggi pengetahuan maka

perilaku kesiapsiagaannya juga akan meningkat. Penelitian Sugara et al

(2018) juga menyatakan bahwa adanya hubungan signifikan antara

pengetahuan dan sikap kesiapsiagaan seseorang. Hal ini disebabkan oleh

pengetahuan yang baik akan menimbulkan keinginan individu untuk

selalu siap dalam menghadapi bencana yang terjadi.

Peran remaja sebagai generasi muda dalam upaya antisipasi

maupun menangani keadaaan bencana dianggap sangat penting

(Purwoko, A., 2015). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kesiapsiagaan remaja adalah mengembangkan pendidikan

mengenai bencana pada remaja. Program ini dimaksudkan untuk

meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan remaja yang tinggal di

kawasan rawan bencana alam melalui aktivitas-aktivitas seperti pelatihan

simulasi bencana, pembentukan organisasi Palang Merah Remaja, dan

kegiatan sosialisasi tentang resiko bencana. Dengan adanya pemahaman

dan pengetahuan remaja terkait bencana, maka dapat meningkatkan

kesiapsiagaan remaja dalam menghadapi bencana baik gempa bumi dan

tsunami.
75

2. Rencana Tanggap Darurat

Berdasarkan hasil penelitian kepada remaja di RW 01 Kelurahan

Pasie Nan Tigo tentang rencana tanggap darurat ketika terjadi bencana,

partisipan sudah mengetahui apa yang harus dilakukan ketika adanya

bencana. Rencana tanggap darurat merupakan bagian dari kesiapsiagaan

bencana, diantara bentuk rencana tersebut yaitu rencana untuk merespon

keadaan darurat, rencana evakuasi, pertolongan pertama, pemenuhan

kebutuhan dasar, peralatan, dan perlengkapan (BNPB, 2018). Rencana

tanggap darurat yang didapatkan peneliti dari partisipan adalah rencana

untuk merespon keadaan darurat, rencana titik kumpul dan evakuasi,

serta persiapan tas siaga bencana.

Rencana untuk keadaan darurat bencana merupakan tahapan

menyiapkan tindakan yang efektif dan efisien saat bencana

(Tirtana, F. A., 2018). Dari temuan yang peneliti dapatkan partisipan

telah mengetahui apa yang harus dilakukan ketika terjadi nya keadaan

darurat seperti bencana, yaitu menyelamatkan diri ke tempat yang aman,

bersikap tenang dan tidak panik, serta menghubungi orang tua. Hal ini

sejalan dengan penyelamatan saat bencana oleh BNPB (2017) yaitu saat

terjadi keadaan darurat upaya menyelamatkan diri harus dilakukan

supaya terhindar dari bahaya yang mengamcam, contohnya seperti

berlari, keluar rumah atau bangunan, ke tempat yang aman ketika terjadi

bencana.
76

Rencana untuk keadaan darurat adalah salah satu faktor penting

untuk meminimalkan jumlah korban dan kerugian akibat bencana. Dalam

faktor ini terlihat apa saja yang sudah disiapkan remaja untuk

menghadapi bencana melalui rencana untuk merespon keadaan darurat

(UNESCO, 2006). Rencana tersebut sangat penting terutama pada hari

pertama terjadi bencana atau masa dimana bantuan dari pihak luar belum

dating. (Dodon, 2013).

Salah satu bentuk dari kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana

gempa bumi dan tsunami adalah mengetahui jalur dan titik kumpul atau

evakuasi. Karena dengan mengetahui jalur dan titik kumpul atau

evakuasi maka dapat melakukan proses evakuasi (Setyaningrum &

Setyorini, 2020). Rencana evakuasi merupakan perencanaan

memindahkan seseorang atau keluarga dari suatu tempat yang berbahaya

ke tempat yang lebih aman. Rencana evakuasi ini diperlukan agar dapat

mengurangi secara signifikan angka kematian dan cedera akibat bencana

alam (Lindell, 2015).

Penanggulangan bencana utamanya di lingkungan perumahan atau

kawasan penduduk perlu difasilitasi, salah satunya adalah tempat

evakuasi bencana atau titik kumpul. Titik kumpul merupakan sebuah

lokasi terbuka yang berdekatan dengan pusat-pusat lingkungan

pemukiman yang berfungsi untuk titik pertemuan yang akan dipindahkan

ke lokasi tertentu karena adanya bencana (Nugroho, A. 2020). Titik

kumpul bencana sebaiknya dapat melayani masyarakat dengan cepat dan


77

efisien sebagai tempat berkumpul penduduk setempat, dan dapat

dimanfaatkan sebagai tempat utuk mengungsi sementara

(Sugara, A. S., 2018).

Dari temuan yang peneliti dapatkan partisipan telah mengetahui

jalur evakuasi, titik kumpul, dan arah evakuasi ketika terjadinya

bencana.. Semua partisipan sudah memiliki tempat yang akan dituju

seandainya ketika terjadi bencana, maka seluruh anggota keluarga

bergerak mengungsi menuju tempat yang telah disepakati oleh keluarga.

Bila rencana sudah disepakati, keluarga perlu melakukan simulasi secara

berkala agar tidak panik dalam situasi darurat (BNPB, 2018).

Dari hasil penelitian partisipan mengatakan bahwa titik kumpul

dan evakuasi ketika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami yaitu

menuju tempat terbuka/ lapangan dan dataran tinggi. Wilayah RW 01

merupakan zona bahaya yang paling tinggi terhadap tsunami,

dikarenakan wilayahnya yang berjarak kurang lebih 100 m dari

permukaan tepi sungai. Partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa

akan menuju titik kumpul dan evakuasi yaitu ke tempat terbuka atau

lapangan terbuka. Hal ini sejalan dengan teori BNPB (2018) bahwa

upaya penyelamatan diri yang dapat dilakukan bila keluar rumah yaitu

menuju ke lapangan terbuka dan menghindari tiang listrik

(Saukah, 2017).

Selain menuju ke tempat terbuka atau lapangan, partisipan juga

mengatakan akan menuju ke dataran tinggi yaitu ke arah By Pass, Lubuk


78

Minturun untuk menyelamatkan diri ketika terjadi bencana. Partisipan

mengatakan akan menuju ke tempat yang lebih aman untuk

menyelamatkan diri yaitu menuju ke daeran by pass yang terletak kurang

lebih 18 km dari lokasi tempat tinggal mereka. Hal ini sesuai dengan

teori Lindell (2015) yang mengatakan bahwa evakuasi merupakan

perencanaan memindahkan seseorang atau keluarga dari suatu tempat

yang berbahaya ke tempat yang lebih aman.

Dari hasil penelitian partisipan juga telah mengetahui persiapan

mengenai tas siaga bencana. Komponen/ isi dari tas siaga bencana sangat

penting dalam proses evakuasi dan pemenuhan kebutuhan hidup saat

pascabencana gempa bumi dan tsunami. Dari hasil penelitian partisipan

dapat menyebutkan komponen tas siaga bencana yang meliputi kesiapan

dasar, kesiapan energi, dan kesiapan evakuasi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Onuma et al., (2016) komponen

tas siaga bencana dibagi ke dalam 3 klasifikasi berdasarkan kebutuhan

pasca bencana. Diantaranya yaitu basic preparedness (kesiapan dasar)

yaitu meliputi kesiapan: makanan darurat, minuman, dokumen penting

seperti akte kelahiran, akta nikah, akta tanah, dan foto keluarga, pakaian,

selimut/jaket, dan kotak P3K. Lalu energy/ heat preparedness (kesiapan

energi), terdiri dari uang tunai, bahan bakar, dan baterai. Kemudian

evacuation preaparedness (kesiapan evakuasi) merupakan kesiapan yang

akan dibutuhkan selama evakuasi seperti senter, buku, dan pena. Menurut

BNPB (2018) standar minimal isi tas siaga bencana yaitu persiapan
79

perlengkapan untuk memenuhi peralatan minimal bertahan hidup pada

kondisi darurat. Perlengkapan ini dimasukkan ke dalam tas perlengkapan

untuk dapat bertahan hidup selama 3x24 jam.

Persiapan tas siaga bencana merupakan salah satu bentuk upaya

dari kesiapsiagaan terhadap bencana. Kesiapan tas siaga bencana

seharusnya dilakukan jauh sebelum bencana terjadi (Onuma et al., 2016).

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 4 partisipan

sudah menyiapkan tas siaga bencana. Partisipan yang sudah

mempersiapkan tas siaga bencana mengatakan tidak memiliki kendala

dalam mempersiapkan tas siaga bencana.

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil penelitian ditemukan

bahwa 3 partisipan mengatakan belum mempersiapkan tas siaga bencana.

Pada penelitian (Nurhidayati & Bahar, 2018) menyebutkan kesiapsiagaan

dalam mempersiapkan tas siaga bencana dipengaruhi oleh pengetahuan

dan pengalaman akan bencana yang pernah terjadi sebelumnya.

Pengalaman bencana dapat menimbulkan kesadaran akan pentingnya

kesiapsiagaan yang dapat dimulai dari rumah seperti mempersiapkan tas

siaga bencana sebelum bencana terjadi. Penelitian Khair, A. M., dkk

(2019) juga mengemukakan bahwa dalam mempersiapkan tas siaga

bencana keluarga juga memiliki kendala berupa faktor ekonomi sehingga

tidak dapat mempersiapkan tas siaga bencana seperti seharusnya.

Perencanaan tanggap darurat merupakan bagian yang penting

dalam kesiapsiagaan, terutama yang berkaitan dengan evakuasi,


80

pertolongan pertama, dan penyelamatan ketika terjadi bencana. Dengan

adanya perencanaan tanggap darurat ini dapat meminimalisis korban

maupun dampak bencana tersebut. Untuk itu penting bagi remaja untuk

memiliki rencana tanggap darurat yang baik agar terbentuk sikap

kesiapsiagaan yang baik dan dapat menjadi contoh bagi masyarakat

disekitar tempat tinggal.

3. Sistem Peringatan Bencana

Tanda peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya bencana

sangat diperlukan agar masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat

untuk penyelamatan diri sendiri, orang lain, harta benda, dan mencegah

kerusakan lingkungan yang meluas (LIPI-UNESCO, 2006). Sistem

peringatan bencana menjadi hal yang perlu diperhatikan ketika terjadi

bencana. Salah satu upaya pengurangan risiko bencana adalah apakah

sistem informasi yang diberikan dapat dan mudah dipahami

(Nursyabani, 2020).

Hasil penelitian mendapatkan bahwa informan mendapatkan

informasi tentang bencana gempa bumi dan tsunami melalui internet,

media sosial, instagram, BMKG, dan juga melalui sirine. Sistem

peringatan bencana meliputi tanda peringatan dan penyebaran informasi

jika akan terjadi bencana. Sistem peringatan bencana yang baik adalah

sistem dimana masyarakat paham dan mengerti mengenai informasi yang

diberikan dan mengetahui apa yang harus dilakukan. Adanya peringatan


81

dini dapat mengurangi korban jiwa, harta benda, dan kerusakan

lingkungan (Dodon, 2013 dalam Erlia, dkk., 2017).

Sistem peringatan bencana merupakan bagian yang penting dari

mekanisme kesiapsiagaan masyarakat karena peringatan menjadi faktor

kunci yang menghubungkan antara tahap kesiapsiagaan dan tanggap

darurat. Jika peringatan dini disampaikan tepat waktu, maka peristiwa

atau kejadian yang dapat menimbulkan bencana besar dapat diperkecil

dampak buruk atau negatifnya (Hidayati dalam Boestari, 2021). Tanda

yang diberikan dari sistem peringatan bencana akan disampaikan kepada

masyarakat luas baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga

masyarakat dapat merespon peringatan tersebut. Sistem peringatan

bencana yang efektif akan sangat bermanfaat untuk menghindari bahaya

dan kerusakan yang mungkin terjadi (Putri, N. W., 2020).

Masyarakat harus memiliki sumber-sumber informasi tentang

peringatan bencana gempa bumi dan tsunami. Masyarakat dan

pemerintah dapat menyiapkan diri dari bencana salah satunya dengan

mengoptimalkan sistem peringatan bencana baik secara tradisional

maupun teknologi untuk menyebarluaskan informasi peringatan bencana.

(Putri, N. W., 2020). Sistem peringatan dini perlu didukung dengan

sistem komunikasi yang baik agar masyarakat mampu menerima dengan

benar dan mengetahui secara tepat informasi kebencanaan. Sistem

peringatan bencana juga merupakan peringatan kepada masyarakat yang

penyampaiannya mudah diterima oleh masyarakat (Pradika, M. 2018)


82

Berdasarkan hasil wawancara partisipan menyebutkan bahwa

sistem peringatan bencana yang dapat digunakan ketika terjadi becana

yaitu sirine. Sirine merupakan salah satu sistem peringatan bencana yang

berupa sumber tradisional. Sistem peringatan bencana yang berupa

sumber tradisional adalah pengumuman resmi dari petugas melalui

pengeras suara atau informasi yang disampaikan dari mulut ke mulut

oleh sesama warga (Putri, N. W., 2020). Penyebaran peringatan gempa

bumi dan tsunami ke lingkungan sekitar dapat dilakukan dengan

memukul bedug/ tabuh yang biasanya terdapat di masjid, tiang listrik,

kentongan, atau bunyi-bunyian lainnya seperti alat-alat rumah tangga

(piring-pring) dan untuk cakupan yang lebih luas bisa menggunakan

sirine (LIPI-UNESCO/ ISDR, 2006).

Berdasarkan hasil wawancara partisipan remaja juga menyebutkan

bahwa sistem peringatan bencana yang dapat digunakan ketika terjadi

bencana yaitu melalui media sosial, seperti internet, instagram, facebook,

twitter, dan BMKG. Seiring berkembangnya zaman, penyebaran

informasi melalui tekologi saat ini sudah semakin mudah dan cepat, salah

satunya melalui media social (Kirana, M. C., 2019). Penelitian Amriza,

R. N. S., (2021) menyebutkan bahwa media social mempunyai pengaruh

yang sangat penting dalam penyebaran informasi bencana. Media sosial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi seseorang untuk

menyebarkan informasi.
83

Salah satu peran remaja dalam kesiapsiagaan bencana gempa bumi

dan tsunami yaitu berbagi pesan. Remaja dapat berperan dalam

penyebaran informasi terkait kebencanaan. Media sosial dapat

menyebarkan informasi sebuah peristiwa yang terjadi di lapangan bahkan

baru terjadi beberapa detik. Kemudahan dalam mengakses informasi ini

merupakan salah satu faktor pendukung remaja dalam penyebaran

informasi ketika terjadi bencana karena remaja dapat mengakses sosial

media dimana dan kapanpun mereka inginkan. Adanya media sosial

berupa situs jejaring sosial seperti facebok, instagram, twitter, dsb juga

memberikan kemudahan bagi remaja dalam penyebaran informasi

(Rachman, M. A., 2019).

Sistem peringatan bencana merupakan bagian penting dari

kesiapsiagaan masyarakat terutama remaja dalam menghadapi bencana.

Tanda yang diberikan dari sistem peringatan bencana akan disampaikan

kepada masyarakat luas baik secara langsung maupun tidak langsung,

sehingga masyarakat dapat merespon peringatan tersebut. Penyebaran

informasi bencana yang relevan sangat penting pengaruhnya terhadap

penanganan bencana. Penyebaran informasi yang cepat dapat membantu

para pemangku kepentingan seperti pemerintah, Badan Penanaggulangan

bencana, serta NGO untuk menemukan dan menyelamatkan para korban,

memberikan perawatan medis, serta memberikan bantuan kepada korban

(Amriza, R. N. S., 2021).


84

Sistem peringatan bencana yang efektif akan sangat bermanfaat

untuk menghindari bahaya dan kerusakan yang mungkin terjadi

(Putri, N. W., 2020). Untuk itu diperlukannya latihan dan simulasi

tentang tindakan yang harus dilakukan apabila mendengar peringatan dan

pengetahuan akan tanda-tanda bunyi peringatan, pembatalan, atau

keadaan sudah aman serta cara menyelematkan diri saat terjadinya

peringatan (Lestari dan Cut Husna, 2017).

4. Mobilisasi Sumber Daya

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa partisipan telah

mempersiapkan diri dari segi mobilisasi sumber daya. Hal ini dibuktikan

dengan ditemukan bahwa semua partisipan pernah mengikuti pelatihan,

penyuluhan, dan simulasi kebencanaan, serta semua partisipan telah

memiliki jaminan asuransi kesehatan berupa BPJS yang dapat digunakan

ketika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami.

Mobilisasi sumber daya merupakan faktor yang sangat krusial

dalam kesiapsiagaan bencana. Dalam masa pra bencana perlu adanya

peningkatan sumber daya manusia (Tirtana, F. A., 2018). Mobilisasi

sumber daya mengandung prinsip pengelolaan sumber daya secara

berkelanjutan sekaligus meningkatkan daya dukung lingkung terhadap

berbagai risiko bencana dengan mengacu pada kebutuhan masyarakat

dan hak-haknya. Salah upaya dan rencana aksi yang dapat dilakukan

dalam penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami adalah dengan

memberikan program pelatihan bencana yang diterapkan dalam kegiatan


85

simulasi kesiapsiagaan bencana (BNPB, 2011). Dalam penelitian ini

didapatkan bahwa semua partisipan sudah pernah mengikuti pelatihan

dan penyuluhan, serta simulasi kebencanaan.

Remaja memiliki potensi yang tinggi khususnya pencapaian

perkembangan dan mempunyai kemampuan berpikir dan kesadaran yang

baik untuk bisa melakukan kesiapsiagaan melalui pelatihan. Hal ini dapat

dilakukan untuk menumbuhkan sikap proaktif dari anak remaja dalam

penanggulangan bencana, dan diharapkan anak remaja dapat

menstimulasi kegiatan kesiapsiagaan yang berlangsung secara terus

menerus (Kuswadi, Y., 2021). Setiap individu yang memiliki

pengalaman terdampak bencana memiliki kesiapsiagaan yang baik

dibandingkan dengan individu yang tindak mempunyai pengalaman

tanggap darurat (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).

Dengan adanya pelatihan siaga bencana gempa bumi, maka remaja

dapat mengerti dan memahami betapa pentingnya kesiapsiagaan bencana

gempa bumi dan dapat dilakukan ketika terjadi bencana agar dapat

mengurangi resiko korban jiwa dan dapat menyelamatkan orang lain.

Dalam hal ini peran perawat sangat dibutuhkan untuk menyampaikan

informasi mengenai bencana, perawat bisa mengidentifikasi,

mengadvokasi dan merawat dampak dari semua fase bencana termasuk di

dalamnya adalah berpatisipasi dalam perencanaan dan kesiapsiagaan

bencana (Azizah, Ratnawati & Setyoadi, 2015).


86

Selain mengikuti pelatihan dan penyuluhan terkait kebencanaan

partisipan juga mengatakan memiliki pengalaman terkait simulasi

kesiapsiagaan bencana. Simulasi adalah cara penyajian pengalaman

belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami konsep,

prinsip, atau keterampilan tertentu. Steward & Wan (2007) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa peran simulasi dalam manajemen

bencana dapat mengukur kesiapan seseorang dalam menghadapi

bencana. Olson et al (2010) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa

pendidikan tentang siaga bencana dengan menggunakan simulasi dapat

memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak

menggunakan simulasi.

Dari hasil penelitian partisipan remaja mengatakan bahwa merasa

tertarik untuk mengikuti pelatihan dan penyuluhan serta simulasi terkait

kebencanaan. Menurut analisa peneliti remaja juga sudah merespon

dengan cukup baik dengan menanggapi dan berpatisipasi selama keigatan

pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian

partisipan mengatakan tertarik mengikuti pelatihan dan penyuluhan, serta

simulasi karena adanya manfaat yang dirasakan seperti menambah ilmu,

menambah teman, dan adanya keinginan untuk belajar. Karena adanya

perasaan atau ketertarikan inilah yang menimbulkan kemauan untuk ikut

dalam pelatihan dan penyuluhan, dan menumbuhkan motivasi untuk

berpatisipasi (Slamet, 2015).


87

Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa remaja di RW 01

Kelurahan Pasie Nan Tigo aktif berkegiatan dan memiliki suatu

perkumpulan yaitu remaja masjid yang memiliki pengaruh positif

terhadap remaja di wilayah ini. Menurut dukungan sosial merupakan

faktor eksternal yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan

motivasi belajar, karena lingkungan sosial yang baik dapat

mempengaruhi motivasi (Zulkarnain, M., 2019). Penelitian Siti Shalihah

(2014) mengemukakan bahwa dukungan sosial yang baik dapat

memberikan pengaruh yang positif juga terhadap motovasi belajar pada

remaja. Kurangnya dukungan sosial dapat menyebabkan perasaan-

perasaan negatif sehingga tidak meningkatkan motivasi belajar.

Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa semua partisipan

remaja memiliki asuransi kesehatan yaitu BPJS. Salah satu kebijakan

kesehatan dari pemerintah adalah Jaminan Kesehatan Nasional.

Kebijakan ini bertujuan agar seluruh masyarakat dapat menerima

pelayanan kesehatan yang merata (Malik, A. A., 2019). Asuransi dapat

menjadi alat untuk mitigasi risiko-risiko yang dihadapi oleh sejumlah

besar orang, atau biasa disebut dengan fundamental risk. Salah satunya

adalah risiko bencana alam seperti gempa bumi, banjir, atau gunung

meletus yang berdampak pada puluhan sampai ribuan orang sekaligus

(Ash-shidiqqi, E. A., 2022).


88

Sumber daya yang tersedia dalam keadaan darurat merupakan

potensi yang dapat mendukung kesiapsiagaan, baik sumber daya

manusia, pendanaan, serta sarana dan prasarana lainnya. Dengan

mobilisasi yang baik dapat meningkatkan kesiapsiagaan jika terjadi

bencana. Adanya mobilisasi yang baik di semua aspek dapat

meningkatkan kesiapsiagaan di komunitas tersebut. Namun, mobilisasi

sumber daya juga dapat menjadi kendala apabila mobilisasi tidak dapat

berjalan dengan baik. Oleh sebab itu mobilisasi sumber daya menjadi

faktor yang penting (LIPI-UNESCO/ ISDR, 2006).

Remaja merupakan komponen masyarakat yang punya potensi

untuk dilibatkan pada mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana.

Penelitian Salasa, dkk (2017) menunjukkan bahwa pemberdayaan

(empowering) pada kelompok remaja dapat meningkatkan upaya

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Menurut analisa peneliti

adanya kesadaran remaja di RW 01 yang berasal dari dalam diri dan

bukan paksaan dapat memajukan remaja di RW 01 dan meningkatkan

kesiapsiagaan remaja dalam menghadapi bencana gempa bumi dan

tsunami.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti,

maka dapat disimpulkan bahwa kesiapsiagaan remaja dalam menghadapi

bencana gempa bumi dan tsunami di RW 01 Kelurahan Pasie Nan Tigo

memiliki empat tema yang terbagi dalam 9 sub tema. Tema pertama

adalah pengetahuan remaja tentang bencana yang memiliki sub tema

pemahaman tentang risiko bencana dan pengetahuan tentang bencana.

Tema kedua adalah rencana tanggap darurat ketika terjadi bencana yang

memiliki sub tema rencana untuk merespon keadaan darurat, rencana titik

kumpul/ evakuasi, dan persiapan tas siaga bencana. Tema ketiga adalah

sistem peringatan bencana yang memiliki sub tema informasi tentang

peringatan bencana. Tema yang terakhir adalah mobilisasi sumber daya

dengan sub tema mobilisasi sumber daya dan asuransi kesehatan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada

kesiapsiagaan remaja dalam menghadapi bencana gempa bumi dan

tsunami, maka terdapat beberapa saran, yaitu :

89
90

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Diharapkan kepada pihak pelayanan keperawatan agar dapat

menjalankan peran dan fungsi nya dalam upaya peningkatan

kesiapsiapagaan bencana gempa bumi da tsunami khususnya kepada

remaja sebagai edukator yaitu memberikan pendidikan serta

kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan bencana dan juga dengan

mengoptimalisasi peran perawat dalam upaya peningkatan

kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan tsunami pada remaja.

2. Bagi Remaja

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat

bagi remaja dan dapat meningkatkan keterlibatan remaja dalam

upaya pengurangan risiko bencana dan melakukan upaya-upaya

untuk meningkatkan kapasitas yang memadai untuk terlibat secara

aktif baik secara individu maupun kelompok.

3. Bagi Pemerintah Setempat

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi gambaran

bagi pemerintahan tentang kesiapsiagaan remaja dalam menghadapi

bencana gempa bumi dan tsunami, sehingga pemerintah dapat

menyusun program kesiapsiagaan khususnya kepada remaja dan

dapat memberikan tugas secara spesifik kepada remaja untuk dapat

terlibat aktif dalam upaya pengurangan risiko bencana.


91

4. Bagi Peneliti Berikutnya

Diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai data awal

untuk mengkaji lebih jauh tentang kesiapsiagaan remaja jika terjadi

bencana gempa bumi dan tsunami sebagai upaya untuk menuju

masyarakat yang siap siaga bencana serta dapat menjadikan

penelitian ini sebagai pedoman dalam meningkatkan mutu

pendidikan.
92

DAFTAR PUSTAKA

A.Octavia, Shilpy. (2020). Motivasi Belajar dalam Perkembangan Remaja.


Sleman: CV Budi Utama.

Abdullah. (2017). Tsunami Di Teluk Palu Dan Sesar Palu Koro-Peringatan 90


Tahun “Air Berdiri” di Teluk Palu dan Langkah Antisipasi Jika Terjadi
Tsunami (Cetakan ke-2). (M. R. M, Ed.) (II). Palu: Tadulako Publishing.

Adiyoso, W. (2018). Manajemen Bencana : Pengantar & Isu-isu Strategis. Jakarta


Timur: Bumi Aksara.

Adiyoso, W. (2018). Manajemen bencana: Pengantar dan isu-isu strategis. Bumi


Aksara.

Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodologi penelitian kualitatif dalam


riset keperawatan. Jakarta: Rajawali Press.

Alwan, F. (2019). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Terhadap


Kesiapsiagaan Bencana Alam Pada Mahasiswa Program Studi Profesi
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2015.
Universitas Andalas Padang.

Amriza, R. N. S., & Ngafidin, K. N. M. (2021). ANALISIS PENGARUH


PLATFORM SOSIAL MEDIA TERHADAP PENYEBARAN
INFORMASI BENCANA. JSiI (Jurnal Sistem Informasi), 82-87.

Anies. (2018). Manajemen Bencana. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Ash-shidiqqi, E. A., & Laskarwati, B. (2022). PERAN ASURANSI DALAM


PENCAPAIAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
(SGDS). Eqien-Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 10(1), 513-516.

Ayub, S., Wahyudi, W., Taufik, M., Sutrio, S., & Verawati, N. N. S. P. (2019).
Pelatihan Pemantapan Langkah-Langkah Penyelamatan Diri dari Bencana
Gempabumi di SDIT Anak Sholeh Mataram. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Sains Indonesia, 2(1). https://doi.org/10.29303/jpmsi.v2i1.18

Azizah, Y. N., Ratnawati, R., & Setyoadi, S. (2015). PENGALAMAN


PERAWAT DALAM MELAKUKAN PENILAIAN CEPAT KESEHATAN
KEJADIAN BENCANA PADA TANGGAP DARURAT BENCANA
ERUPSI GUNUNG KELUD TAHUN 2014 DI KABUPATEN MALANG
93

(STUDI FENOMENOLOGI). Journal of Nursing Science Update, 3(2),


129-143.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Laporan Kajian Nasional Pengurangan


Resiko Bencana. Jakarta : BNPB, 2013.

BMKG, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofosika, [Online]. Available:


https://inatews.bmkg.go.id/new/tentang_tsunami.php. [Accessed 12 Maret
2018].

BNPB. (2017). Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana. Jakarta : Author.

BNPB. 2013. Indeks Risiko Bencana Indonesi. Direktorat Pengurangan Risiko


Bencana Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan. Jakarta: BNPB.

BNPB. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) (Internet). Badan Nasional


Penanggulangan Bencana. 2020. (diakses tanggal 25 Juni 2022). Diambil
dari: http://bnpb.cloud/dibi.

Cahyani, Y. F., & Suharini, E. (2021). Kesiapsiagaan Masyarakat dalam


Menghadapi Bencana Kebakaran di Kampung Pelangi Kota Semarang
Tahun 2020. Edu Geography, 9(1), 57-65.

Deby, A. C., Cikusin, Y., & Widodo, R. P. (2019). Peran Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (Bpbd) Dalam Tahap Kesiapsiagaan (Studi Pada Kantor
BPBD Kota Batu). Respon Publik, 13(3), 34-41.

Dodon. 2013. Indikator dan Perilaku Kesiapsiagaan Masyarakat di Permukiman


Padat Penduduk dalam Antisipasi Berbagai Fase Bencana Banjir. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No. 2 Agustus 2013.

Erlia, D., Kumalawati, R., & Aristin, N. F. (2017). Analisis kesiapsiagaan


masyarakat dan pemerintah menghadapi bencana banjir di Kecamatan
Martapura Barat Kabupaten Banjar. JPG (Jurnal Pendidikan
Geografi), 4(3).

Fatma, D. (2017). Bencana tsunami-pengertian, penyebab, dampak, dan


tandatanda. Ilmugeografi.com. Di akses tanggal 29 Juni 2022, from
https://ilmugeografi.com/bencana-alam/bencana-tsunami.

Fauzi, A. R., Hidayati, A., Subagyo, D. O., Sukini, S., & Latif, N. (2017).
Hubungan Tingkat Pengetahuan Bencana dengan Kesiapsiagaan Masyarakat
di Kecamatan Wonogiri dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi.
94

Heylin, M. (2015). UNISDR. Chemical & Engineering News (Vol. 64)

Hidayati, D., Widayatun, Hartana, P., Triyono, & Kusumawati, T. (2011).


Panduan Mengukur Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat dan Komunitas
Sekolah.

Hidayatul Munawaroh. 2020. Tingkat Stres dan Aktivitas Fisik Berhubungan


dengan Siklus Menstruasi

Jelita, M., & Alhadi, Z. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Peranan Kelompok
Siaga Bencana Untuk Mewujudkan Kesiapsiagaan Masyarakat Di Kota
Padang. Jurnal Manajemen dan Ilmu Administrasi Publik (JMIAP), 43-55.

Khair, A. M., Malawat, R., & Ohorella, U. B. (2021). Pengaruh Penyuluhan Siaga
Bencana terhadap Peningkatan Preparedness Bencana Gempa Bumi dan
Tsunami Masyarakat Pesisir Pantai Negeri Rutah Kabupaten Maluku
Tengah. Jurnal Kesehatan Terpadu (Integrated Health Journal), 12(2), 100-
108.

Kirana, M. C., Perkasa, N. P., Lubis, M. Z., & Fani, M. (2019). Visualisasi
Kualitas Penyebaran Informasi Gempa Bumi di Indonesia Menggunakan
Twitter. Journal of Applied Informatics and Computing, 3(1), 23-32.

LIPI-UNESCO/ISDR. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi


Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Di Indonesia [Online]. Jakarta: LIPI-
UNESCO, dari : http://www.buku-e.lipi.go.id/utama.cgi diakses pada 24
Juni 2022 pukul 10.00

Malik, A. A. (2019). Implementasi kebijakan diskresi pada pelayanan kesehatan


badan penyelenggara jaminan kesehatan (bpjs). Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, 8(1), 1-8.

Muttalib, A. (2019). Analisis dampak sosial ekonomi masyarakat pasca bencana


gempa bumi di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Jurnal Ilmiah Mandala
Education, 5(2), 84-91.

Notoadmodjo, S. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. PT Rineka Cipta

Nurhidayati, I., & Bahar, K. (2018). Dukungan Keluarga Meningkatkan


Kesiapsiagaan Lansia Dalam Menghadapi Bencana Gunung Berapi. Jurnal
Keperawatan Respati Yogyakarta, 5(1), 302-308.
95

Oktavianti, N., & Fitriani, D. R. (2021). Hubungan pengetahuan Dengan


Kesiapsipsiagaan Remaja Dalam Menghadapi Banjir di Samarinda. Borneo
Student Research (BSR), 2(2), 909-914.

Onuma, H., Shin, K. J., & Managi, S. (2017). Household preparedness for natural
disasters: Impact of disaster experience and implications for future disaster
risks in Japan. International journal of disaster risk reduction, 21, 148-158.

Pradika, M. I., Giyarsih, S. R., & Hartono, H. (2018). Peran pemuda dalam
pengurangan risiko bencana dan implikasinya terhadap ketahanan wilayah
Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ketahanan Nasional, 24(2), 261-285.

Purwoko, A., Sunarko, S., & Putro, S. (2015). Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Resiko Bencana Banjir Terhadap Kesiapsiagaan Remaja Usia 15–
18 Tahun Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Pedurungan
Kidul Kota Semarang. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan
Dan Profesi Kegeografian, 12(2), 214-221.

Putri, N. W. (2020). Sistem Peringatan Bencana Dan Rencana Tanggap Darurat


Masyarakat Wilayah Zona Merah Kota Padang Dalam Menghadapi Bencana
Gempa Bumi. Jurnal Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan, 1(1),
41-52.

Ristekdikti. (2019). Panduan Pembelajaran Kebencanaan untuk Mahasiswa di


Perguruan Tinggi. Jakarta, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Rofifah, R. (2019). Hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan bencana


pada mahasiswa keperawatan universitas diponegoro skripsi. Departemen
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang,
2019.

Salasa, S., Murni, T. W., & Emaliyawati, E. (2017). Pemberdayaan pada


kelompok remaja melalui pendekatan contingency planning dalam
meningkatkan kesiapsiagaan terhadap ancaman kematian akibat
bencana. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 3(2), 154-166.

Sari, R. M., Fahriani, M., Ningsih, D. A., Oklaini, S. T., Fitriani, D., & Neni, R.
(2022). Edukasi Kesiapsiagaan dalam Mengahadapi Bencana Gempa Bumi
dan Tsunami di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota
Bengkulu. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 33-36.
96

Sarwono, Sarlito W. 2016. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Saryono, & Anggraeni, M. D. (2013). Metodologi penelitian kualitatif dan


kuantitatif dalam bidang kesehatan. Yogyakarta: Nuha Mendika.

Setyowati, D. L. (2019). Pendidikan Kebencanaan. Universitas Negeri Semarang.

Sugara, A. S., Kusuma, F. H. D., & Sutriningsih, A. (2018). Hubungan


Pengetahuan Dengan Sikap Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Erupsi
Gunung Kelud Pada Fase Mitigasi. Nursing News: Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 3(1).

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D-MPKK


(Edisi Kedua). Bandung: CV.Alfabeta

Susanto A. (2018). Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Konsep, Teori, dan


Aplikasinya. Jakarta: PrenadaMedia Group

Tirtana, F. A., & Satria, B. (2018). Kesiapsiagaan Taruna Dalam Menghadapi


Bencana Tsunami Di Balai Pendidikan Dan Pelatihan. Idea Nursing
Journal, 9(1).

Triyono, K., Nina, A., Titik, K., & Novi, H. (2014). Pedoman Kesiapsiagaan
Menghadapi Gempa Bumi dan Tsunami Berbasis Masyarakat. Badan Nas
Penanggulangan Bencana.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan bencana [Online].
https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf. Diakses pada 24 Juni
2022 pukul 15.00

Wakhid, A., Wulandari, W., & Saparwati, M. (2019). Gambaran Karakteristik


Kesiapsiagaan Bencana pada Remaja. Jurnal Gawat Darurat, 1(1), 1-6.

Yayasan IDEP (2007), Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat. Yayasan


IDEP - Ubud, UNESCO – Jakarta
97

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Karya Ilmiah


98

Lampiran 2.Persetujuan Responden

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

(Informed Consent)

Saya yang bertandatangan dibawah ini bersedia menjadi responden setelah

diberikan penjelasan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

Nama : Lara Claudya

No. BP 2141312019

Judul : Studi Kasus: Kesiapsiagaan Remaja Dalam Menghadapi


Bencana Gempa Bumi dan Tsumami di RW 01 Kelurahan
Pasie Nan Tigo Kota Padang Tahun 2022

Demikianlah surat persetujuan ini saya tanda tangani tanpa adanya

paksaan dari pihak manapun. Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan

merugikan saya sebagai responden, oleh sebab itu saya bersedia menjadi

responden

Responden
Padang, Juli
2022

( )
99

Lampiran 3. Panduan Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

STUDI KASUS : KESIAPSIAGAAN REMAJA DALAM MENGHADAPI


BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI RW 01
KELURAHAN PASIE NAN TIGO KOTA PADANG
TAHUN 2022

Waktu Wawancara :
Tanggal Wawancara :
Tempat :
Nama Partisipan :

Kode Partisipan :
Usia :
Jenis Kelamin :

Pertanyaan :

A. Pengetahuan dan Sikap


1. Apa yang Anda ketahui tentang bencana?
2. Menurut Anda potensi bencana apa yang ada di Wilayah RW 01
Kelurahan Pasie Nan Tigo?
3. Apa yang Anda ketahui tentang bencana gempa bumi dan tsunami?
4. Apa yang akan Anda lakukan jika terjadi bencana gempa bumi dan
tsunami?
5. Jika terjadi gempa bumi dan potensi tsunami, apakah Anda sudah
menyepakati dengan keluarga mengenai titik kumpul/pertemuan dan
tempat evakuasi?
100

6. Bagaimana perencanaan yang anda siapkan sebelum terjadinya gempa


bumi dan tsunami?
7. Dimanakah tempat evakuasi yang akan dituju jika terjadi gempa bumi?
Apakah anda mengetahui lokasi, peta evakuasi, dan jalur evakuasi?
8. Apa yang Anda ketahui mengenai tas siaga bencana? Dan apa saja
yang perlu kita persiapkan untuk tas siaga bencana?
9. Bagaimana cara Anda mendapatkan informasi tentang bencana gempa
bumi dan tsunami?
10. Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan kesiapsiagaan bencana
gempa bumi dan tsunami?
11. Apakah keluarga memiliki simpanan/ tabungan yang dapat digunakan
untuk kebutuhan ketika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami?
12. Bagaimana dengan asuransi perlindungan terhadap resiko bencana
gempa bumi dan tsunami?
Lampiran 4. Analisis Tematik

Kata Kunci P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Kategori Subtema Tema


Pemahaman tentang √ √ √ √ √ √ √ Gempa bumi dan Pemahaman Pengetahuan Remaja
risiko bencana √ √ √ √ √ √ √ tsunami tentang risiko tentang Bencana
bencana
1. Gempa bumi
2. Tsunami
3. Banjir rob √ √ √ Banjir rob

4. Abrasi √ Abrasi

Definisi bencana √ √ √ Definisi Bencana Pemahaman


√ √ √ tentang bencana
1. Suatu peristiwa √ √ √
2. Musibah
3. Keadaan dan √
kejadian yang
merusak
4. Merugikan
Definisi gempa √ √ Definisi Gempa
bumi √ √ √ Bumi
√ √ √
1. Getaran √ √
2. Pergeseran

101
102

3. Guncangan
4. Goyangan

Definisi Tsunami √ √ Definisi Tsunami


√ √
1. Patahan
2. Gelombang air
besar atau √ √
tinggi √ √
3. Arus besar
4. Ombak besar
Dampak Gempa √ √ √ √ Dampak Gempa
Bumi dan Tsunami Bumi dan
√ √ √ √ Tsunami
1. Merusak √ √
lingkungan
2. Merusak rumah √ √ √
3. Merusak √ √
bangunan √ √ √ √
4. Merusak jalan
5. Korban luka
6. Korban jiwa
103

Rencana untuk √ √ √ √ √ √ √ Menyelamatkan Rencana Untuk Rencana Tanggap


merespon keadaan diri ke tempat Merespon Keadaan Darurat Ketika Terjadi
darurat yang aman, Darurat Bencana
mencari lapangan
1. Menyelamatkan luas
diri ke tempat
yang aman
1. Bersikap tenang √ √ Bersikap tenang
2. Tidak panik √ √ dan tidak panik,

1. Menghubungi √ √ Menghubungi
orang tua orang tua

Rencana Titik √ √ Tempat terbuka Rencana Titik


Kumpul dan √ √ atau lapangan Kumpul dan
Evakuasi Evakuasi

1. Tempat luas/
terbuka √ √
2. Lapangan √ √
√ √ √ √
104

1. Tempat tinggi Dataran Tinggi


2. Jauh dari pantai
3. Arah By Pass
4. Lubuk
Minturun
Persiapan Tas Siaga √ √ √ √ √ √ Kesiapan Dasar Persiapan Tas
Bencana (Kesiapan √ √ √ √ √ √ Siaga Bencana
Dasar) √ √ √ √
√ √ √
1. Makanan √ √ √
2. Minuman
3. Pakaian √
4. Obat-Obatan
5. Dokumen/ surat
penting
6. P3K

Persiapan Tas Siaga √ √ Kesiapan Energi


Bencana (Kesiapan
Energi)

1. Uang

Persiapan Tas Siaga √ Kesiapan


Bencana (Kesiapan Evakuasi
Energi)

1. Senter
105

Informasi tentang √ √ √ Melalui Media Informasi tentang


sistem peringatan √ Sosial sistem peringatan
bencana (Media √ bencana
Sosial) √ √
√ √
1. Media Sosial √
2. Internet
3. Instagram
4. Hp
5. BMKG
6. Televisi

Informasi tentang √ √ √ Melalui Sirine


sistem peringatan
bencana (Melalui
Sirine)

1. Sirine

Mobilisasi Sumber √ √ √ √ Pelatihan/ Mobilisasi Sumber Mobilisasi Sumber Daya


Daya Manusia Penyuluhann dan Daya Manusia
Simulasi
1. Mengikuti √ √ √ √ √ √
pelatihan/
penyuluhan
2. Mengikuti
simulasi
106

Asuransi Kesehatan √ √ √ √ √ √ √ Asuransi Asuransi


Pemerintah Kesehatan
1. BPJS
107

HASIL ANALISIS TEMATIK

Pernyataan Signifikan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Kata Kunci Kategori Sub Tema Tema


“Potensi bencana yang mungkin bisa  Gempa bumi Gempa bumi Pemahaman Pengetahuan
timbul di RW 01 ini yaitu bencana dan tsunami tentang Remaja
gempa bumi dan juga tsunami kak” Tsunami Hazard/ Terhadap
“untuk potensi bencana yang akan  Gempa bumi Resiko Resiko Bencana
terjadi, yaitu gempa bumi dan Bencana
potensi tsunami kak bila gempa nya Gempa kuat yang
kuat” berpotensi
tsunami
“.......bencana yang mungkin akan  Gempa bumi
timbul di daerah ini yaitu tsunami,
karena dekat dengan pantai. Kalau Tsunami karena
gempa bumi mungkin juga ada dekat dengan
potensi nya kak” pantai
“…….bencana yang bisa terjadi di  Gempa bumi Banjir rob
wilayah RW 01 ini yaitu tsunami”
“Selain tsunami, bisa juga gempa Tsunami
bumi kak” Banjir rob
“Kalau di RW sini mungkin bencana  Gempa bumi
yang besarnya mungkin gempa bumi
dan juga berpotensi tsunami karena Tsunami
dekat dengan pantai, serta juga banjir Banjir Rob
rob kak”
“Hmm.. kalau untuk potensi bencana  Gempa Bumi
108

yang mungkin timbul sesuai letak


nya yang dekat ke laut dan pantai, Tsunami
yang pertama itu gempa bumi, bisa
juga tsunami, dan juga karena dekat Banjir rob
ke pantai bisa juga banjir rob
mungkin kak”
“Bencana yang mungkin ada potensi  Gempa Bumi Abrasi
timbul di Wilayah RW 01 ini adalah
tsunami, banjir, dan abrasi pantai Tsunami
karena dekat dengan laut, dan satu
lagi yaitu gempa bumi” Abrasi
“Bencana adalah suatu peristiwa atau  Peristiwa Definisi Pemahaman
musibah yang terjadi di suatu bencana tentang
tempat/ daerah, ............... ” Musibah bencana
“…..bencana adalah suatu peristiwa  Suatu peristiwa
yang terjadi secara tiba-tiba dan yang tiba-tiba
dapat mengancam keberadaan
masyarakat sekitar” Musibah
“Bencana adalah suatu keadaan dan  Keadaan dan
kejadian yang terjadi, yang mana kejadian yang
dari kejadian itu dapat merusak alam dapat merusak
itu sendiri kak”
“Bencana adalah suatu musibah yang  Musibah
terjadi di suatu daerah ....... ”
“Bencana adalah suatu peristiwa  Perisitiwa
yang dapat merugikan ......... ”
Merugikan
109

“Bencana adalah suatu kejadian yang  Kejadian yang


dapat merusak …….” merusak
“Bencana adalah kejadian yang  Kejadian tiba-
secara tiba-tiba dan dapat tiba. merusak
merusak…….”

“Gempa bumi adalah suatu getaran  Getaran Definisi gempa


yang terjadi ......... ” bumi
“Gempa bumi merupakan pergeseran  Pergerseran
yang terjadi secara tektonik dan
vulkanik”
“Gempa bumi merupakan suatu  Guncangan
guncangan yang dapat
mengakibatkan lingkungan bergetar”
“Gempa bumi adalah persitiwa  Guncangan
adanya guncangan pada permukaan
bumi kak, ......... ”
“Gempa bumi adalah pergeseran  Pergeseran
yang terjadi di bawah permukaan
bumi dan membuat permukaan bumi Guncangan
bergetar”
“Bencana gempa bumi ini dapat  Pergeseran
terjadi karena adanya pergeseran
lempeng bumi dan akan Goyangan
mengakibatkan goyangan pada
permukaan bumi”
110

“Kalau gempa bumi itu kak, adanya  Pergeseran


pergeseran pada lempeng bumi kak,
sehingga dapat mengakibatkan bumi Bergoyang
bergoyang kak”
“Tsunami adalah suatu patahan yang  Patahan Definisi
terjadi di bawah permukaan laut, tsunami
yang membuat gelombang yang Gelombang besar
besar atau tinggi” atau tinggi
“Sedangkan tsunami merupakan  Gelombang Air
munculnya gelombang air laut yang laut tinggi
tinggi ke atas permukaan.”

“Tsunami adalah patahan yang  Patahan


terjadi di laut, yang akan melepaskan Melepaskan air
air dari laut ke daratan” laut ke darat
“Kalau tsunami terjadi karena  Arus besar
adanya arus besar di laut, yang naik
sampai ke daratan”
“Tsunami adalah adanya arus besar  Arus besar
yang naik dari laut ke daratan kak”
“Tsunami adalah gelombang ombak  Ombak yang
yang besar dan cepat sampai ke besar
daratan, dan lingkungan kak”
“Tsunami adalah ombak besar, yang  Ombak besar
bisa sampai ke daratan dan mengenai
pemukiman juga kak”
111

“Kalau untuk dampak dari gempa  Merusak Dampak Gempa


bumi dan tsunami bisa merusak lingkungan Bumi dan
lingkungan kak, rumah-rumah juga Tsunami
rusak dan bisa hancur kak” Rumah rusak dan
hancur
“Bisa menyebabkan kerugian kak,  Korban jiwa
seperti korban jiwa, rumah rusak,
bangunan rusak, dan juga jalan Rumah,
rusak” bangunan, dan
jalan rusak
“Bisa menyebabkan bangunan roboh  Bangunan roboh
kak, rumah, jalanan rusak kak. Dan
ada korban-korban yang luka juga Jalanan rusak
nanti kak”
Korban luka
“Dampak nya sangat banyak kak,  Rumah roboh
rumah-rumah bisa roboh, jalanan
rusak juga kak, dan pastinya akan Jalanan rusak
menimbulkan korban jiwa juga kak”
Korban jiwa
“Untuk dampak nya bisa  Korban jiwa
menimbulkan korban jiwa, merusak
lingkungan juga kak” Merusak
lingkungan
“Bisa menyebabkan kerugian pada  Kerugian pada
lingkungan dan manusia kak, banyak lingkungan dan
kerusakan juga yang terjadi” manusia,

Kerusakan
112

“Dampak gempa bumi dan tsunami  Menghancurkan


itu bisa menghancurkan rumah dan rumah dan
lingkungan juga kak, ada korban lingkungan,
juga nanti tu kak”
Korban

“Jika terjadi bencana hal pertama  Menyelamatkan Menyelamatkan Rencana untuk Rencana
yang dilakukan yaitu menyelamatkan diri ke tempat diri ke tempat merespon tanggap darurat
diri dan menuju ke tempat yang yang aman yang aman, keadaan ketika terjadi
aman kak” mencari darurat bencana
“Mencari lapangan luas dan  Menyelamatkan lapangan luas
menyelamatkan diri ke tempat yang diri ke tempat
aman kak” aman
“Yang dilakukan ketika ada bencana  Melarikan diri ke
yaitu segera melarikan diri ke tempat tempat aman
yang aman ........ ”
“Yang pertama, yaitu tetap tenang  Tenang, tidak Bersikap tenang
dan tidak panik. Selanjutnya panik dan tidak panik,
memberitahu kepada tetangga dan
keluarga untuk pergi ke tempat yang
lebih aman, seperti keluar rumah dan
ke tempat yang dekat jalan”
“Saat terjadi bencana kita harus tetap  Tenang, jangan
tenang dan jangan panik kak. Lalu panik
baru kita bisa menyelamatkan diri
dan menuju ke tempat yang lebih
aman kak”
113

“Mungkin yang pertama Fai lakukan  Menghubungi Menghubungi


ketika ada bencana gempa bumi dan orang tua orang tua
tsunami yaitu menyelamatkan diri,
berlari menuju ke tempat yang aman,
serta menghubungi orang tua juga
kak”
“Pertama-tama, tidak panik. Lalu  Menghubungi
yang kedua menghubungi orang tua orang tua
dan berlari menuju ke tempat yang
lebih aman”
“Titik kumpul menuju ke arah  Tempat luas Tempat terbuka Rencana Titik
tempat luas, seperti lapangan agar atau lapangan Kumpul dan
aman kak” Lapangan Evakuasi
“Untuk bencana gempa bumi  Tempat luas, ketika terjadi
ataupun tsunami itu akan pergi ke terbuka bencana
tempat yang luas agar aman kak, bisa
lapangan atau tempat terbuka Lapangan
lainnya”
“……. ke tempat yang tinggi dan  Tempat tinggi Dataran Tinggi
jauh dari pantai kak”

“……untuk titik kumpul dan  Jauh dari pantai


evakuasi ke arah yang aman, yaitu
seperti ke arah yang jauh dari pantai Arah By Pass
sehinnga aman…….”
“.....seperti arah by pass, lubuk Lubuk Minturun
minturun” `
“…..untuk titik kumpulnya di Lubuk  Lubuk Minturun
114

Minturun kak, tepatnya di rumah


adek nya ayah kak”
“.........biasanya akan langsung  Lubuk Minturun
menuju ke arah Lubuk Minturun
kak”
“……menuju ke By Pass arah Lubuk  By pass
Minturun kak”
Lubuk Minturun
“Untuk tas siaga bencana, yang  Obat-obatan Kesiapan dasar Persiapan tas
pertama obat-obatan, bahan siaga bencana
makanan, pakaian. Itu kak” Bahan makanan

Pakaian
“Untuk tas siaga bencana ini bisa  Obat-obatan
dipersiapkan pakaian, obat-obatan,
dokumen/ surat penting, makanan, Pakaian
dan minuman”
Dokumen/ surat
penting

Makanan dan
minuman
“Baik, mungkin yang dirasakan  Pakaian
penting bisa dipersiapkan ya. Seperti Makanan dan
pakaian, makanan, minuman, minuman
dokumen/ surat penting, dan barang Dokumen/ surat
berharga lainnya juga dan penting
dipersiapkan sebelum terjadi
bencana”
115

“Yang perlu dipersiapkan itu adalah  P3K


yang pertama P3K, dan peralatan Peralatan
lainnya seperti peralatan kesehatan kesehatan
lainnya”

“Kalau untuk tambahannya mungkin  Uang tunai Kesiapan energi


kita juga perlu membawa uang tunai
kak. Karena ketika ada bencana, kita
juga akan membutuhkan uang untuk
keperluan mendesak nantinya”
“Tambahannya mungkin kita perlu  Uang
juga perlu bawa uang untuk
simpanan dan membeli keperluan
nanti kak”
“Kita juga perlu membawa senter  Senter Kesiapan
kak, saat misalnya kita tersesat dan evakuasi
tempat gelap bisa menggunakan
senter untuk mencari bantuan”

“Dari media sosial kak, Instagram,  Media sosial Melalui media Informasi Sistem
atau televisi juga bisa kak.” Instagram sosial tentang Peringatan
Televisi peringatan Bencana
bencana

“Biasanya ada dapat informasi dari  Hp


116

hp kak, ……”
“Media sosial, seperti internet juga Media Sosial
ada kak,……”
Internet

“Sekarang biasanya kita mudah  Hp


mendapatkan informasi bencana ini
melalui hp kak. Seperti info dari BMKG
BMKG juga kak, biasanya cepat
tersebar informasinya kak”
“Biasanya kita bisa mengetahui dari  Media sosial
media social gitu kak, ada info dari
BMKG juga biasanya kak” BMKG
“Sistem peringatan bencana yang  Sirine Melalui sirine
ada di lingkungan RW 01 bisa
menggunakan peringatan khusus,
yaitu sirine ”
“Untuk peringatan khusus biasanya  Sirine
berupa bunyi sirine ketika terjadi
bencana kak.”
“Kalau ga salah Alif sirine kak. Jadi  Sirine
dari sirine warga tahu kalau ada
bencana”
117

“Kemarin Fai mengikuti pelatihan  Mengikuti Pelatihan/ Mobilisasi Mobilisasi


dan penyuluhan dan juga simulasi pelatihan dan Penyuluhan dan Sumber Daya Sumber Daya
dari kakak unand, ilmu yang penyuluhan Simulasi Manusia
didapatkan yaitu bagaimana cara
evakuasi korban, pertolongan Simulasi
pertama, ......... ”
“Untuk kesiapsiagaan bencana  Mengikuti
pernah mengikuti pelatihan di pelatihan
sekolah dan juga kemarin di pantai
ujung batu , yaitu simulasi bencana. Simulasi bencana
“Ada kemarin mengikuti pelatihan  Ikut pelatihan
bersama kakak dari unand kak.
Pelatihannya diadakan sebanyak 2 Simulasi
kali di masjid kak…..”
“Dan ada simulasi juga diadakan di
pantai ujung batu kemarin kak”
“Ada kak. Kemarin ikut pelatihan  Ikut pelatihan
dan simulasi di pantai Ujung Batu. Simulasi
Simulasi nya dilakukan dari jam 2-
jam 5 sore kak”
“Pernah kak. Zaki melakukan  Melakukan
pelatihan kesiapsiagaan di RT 03 pelatiha
RW 01 kak, tepatnya di dekat pantai
ujung batu”
“Pernah kak, ikut simulasi di pantai  Ikut simulasi
ujung batu kak, ........... ”
“Pernah kak. Kemarin ikut simulasi  Ikut simulasi
yang diadakan di pantai ujung batu
118

kak, ........ ” xd
“Ada asuransi kak, semua anggota  BPJS Asuransi Asuransi
keluarga punya BPJS kak. Biasanya Pemerintah Kesehatan
kalau ada berobat pakai BPJS kak”
“Zaki dan keluarga punya asuransi  BPJS
kesehatan yaitu BPJS kak. Tiap
bulan dibayarkan gitu sama orang
tua kak”

“Untuk asuransi kesehatan setau  BPJS


Rifki ada kak. BPJS kak, jadi ketika
ada masalah kesehatan atau sakit gitu
keluarga menggunakan BPJS kak”
“Ada kak, BPJS kak,…….”  BPJS
“Menggunakan BPJS biasanya  BPJS
kak…..”
“Kalau untuk asuransi kesehatan ada  BPJS
kak. Menggunakan BPJS kak,
berobat biasanya pakai itu kak”
“Untuk asuransi kesehatan gitu  BPJS
Alhamdulillah ada kak. Dila dan
keluarga menggunakan KIS kak,
yang dari pemerintah gitu kak…..”
119
120

Lampiran 5. Dokumentasi
121

Lampiran 6. Curiculum Vitae

Curiculum Vitae

Nama : Lara Claudya

Tempat tanggal lahir : Payakumbuh, 12 Juli 1999

Pekerjaan : Mahasiswa FKEP Unand

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Delima, Lingkungan Pasir, Kelurahan Ikua

Koto Dibalai, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota

Payakumbuh

Nama Bapak : Syamsudirman

Nama Ibu : Yeni Misra

Alamat email : laaraclaudya@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 57 Balai Cacang : 2005-2011

2. SMP Negeri 2 Payakumbuh : 2011-2014

3. SMA Negeri 1 Payakumbuh : 2014-2017

4. S1 Fakultas Keperawatan Unand : 2017-2021

5. Ners Fakultas Keperawatan Unand : 2021-sekarang


STUDI KASUS : KESIAPSIAGAAN REMAJA DALAM MENGHADAPI
BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI RW 01 KELURAHAN
PASIE NAN TIGO KOTA PADANG TAHUN 2022
ORIGINALITY REPORT

11 %
SIMILARITY INDEX
11%
INTERNET SOURCES
0%
PUBLICATIONS
0%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
scholar.unand.ac.id
Internet Source 11%

Exclude quotes On Exclude matches < 10%


Exclude bibliography On

Anda mungkin juga menyukai