Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEMINAR KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Kebijakan Kesehatan Nasional
yang dibina oleh Bapak Joko Wiyono S.Kep.,M.Kep.,Sp. Kom

Oleh

Kelompok 5

1. Jamilatul Wardiah (P17211191004)


2. Amelia Kusuma (P17211191017)
3. Alief Dinan (P17211191020)
4. Nur Jihan I. (P17211191026)
5. Fitriya Yusnia A. (P17211193057)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN
Oktober 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................2

1.1      Latar Belakang....................................................................................................2

1.2.      Rumusan Masalah..............................................................................................3

1.3      Tujuan Penulisan.................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5

2.1 Pengertian.................................................................................................................5

2.2 Komponen Kebijakan...............................................................................................7

2.3 Perumusan Masalah Kebijakan................................................................................9

2.4 Merencanakan kebijakan Kesehatan........................................................................9

2.5 Dasar dasar kebijakan Kesehatan...........................................................................12

2.6 Proses Kebijakan di Indonesia...............................................................................13

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................15

3.1 Kesimpulan............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang


Kesehatan adalah keutuhan kondisi sejahtera fisik, mental, dan sosial dan
tidak selalu tentang absennya suatu penyakit ataupun gangguan lain. Demikian
definisi WHO mengenai kesehatan. Badan kesehatan dunia ini juga memandang
kesehatan sebagai hak. 

Kebijakan diartikan sebagai sejumlah keputusan yang dibuat oleh pihak


yang bertanggungjawab dalam bidang kebijakan kesehatan untuk membuat
keputusan atau bertindak atas suatu permasalahan. Kebijakan dapat disusun
dalam semua tingkatan dari paling bawah sampai pusat dari swasta maupun
Negara (Buse et al.,2005).

Kebijakan kesehatan adalah serangkaian keputusan, rencana, dan


tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan spesifik kesehatan dalam
masyarakat. Ahli lain menyebut kebijakan kesehatan sebagai kebijakan yang
bertujuan memberi dampak positif terhadap kesehatan populasi (de
Leeuw:1989).

kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang


berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan
pengaturan keuangan dari sistem kesehatan (Walt, 1994). Kebijakan kesehatan
merupakan bagian dari sistem kesehatan (Bornemisza & Sondorp, 2002).

Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-


masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan
sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan
menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan
berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja.

iii
Fakta-fakta diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan
masalah. Perencanaan juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan
yang terbaik untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu
keputusan untuk mengerjakan sesuatu di masa akan datang, yaitu suatu tindakan
yang diproyeksikan di masa yang akan datang.

Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi,


yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan
tata nilai baru dalam masyarakat,. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para
anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada
umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law)
dan Peraturan (Regulation).

Contoh kebijakan adalah:

1.      Undang-Undang,

2.      Peraturan Pemerintah

3.      Keputusan Presiden

4.      Keputusan Mentri

5.      Peraturan Daerah

6.      Keputusan Bupati

7.      Keputusan Direktur

Setiap kebijakan yang dicontohkan di sini adalah bersifat mengikat dan wajib
dilaksanakan oleh obyek kebijakan. Contoh di atas juga memberi pengetahuan pada
kita semua bahwa ruang lingkup kebijakan dapat bersifat makro, meso, dan mikro.
Analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan
untuk menciptakan, menerapkan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan
substansi kebijakan.

iv
1.2.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan apa saja yang
akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :

1.      Bagaimana perumusan masalah kebijakan ?

2.      Bagaimana merencanakan kebijakan kesehatan ?

3.      Apa yang menjadi dasar-dasar dalam membuat kebijakan kesehatan ?

4.      Bagaimana kebijakan kesehatan di Indonesia ?

1.3      Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan penulisan


makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Untuk menjelaskan bagaimana perumusan masalah kebijakan.

2.      Untuk menjelaskan bagaimana merencanakan kebijakan kesehatan.

3.      Untuk menjelaskan dasar-dasar membuat kebijakan kesehatan.

4.      Untuk menggambarkan bagaimana kebijakan kesehatan di Indonesia.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti atau
dimensi yang luas, yaitu analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan.

Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti karangan,
perbuatan, kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab
musabab atau duduk perkaranya.

Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan


prinsip-prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam
terhadap berbagai alternative yang bermuara kepada keputusan tentang alternative
terbaik. Kebijakan  adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag
organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai
garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran tertentu.

Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk mengembangkan kebudayaan
bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis besar rencana suatu
pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika
penduduk dalam negaranya

Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia kebijaksanaan adalah kepandaian seseorang menggunakan akal budinya

vi
(berdasar pengalaman dan pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila
menghadapi kesulitan. Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang
memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu
seperti pertimbangan kemanusiaan, keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu
mengandung makna melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena alasan
tertentu.

Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan adalah


keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara soial dan ekonomi (RI, 1992).

Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh WHO,
yaitu: kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna yang mencakup fisik, mental,
kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.Menurut UU
No. 36, tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.

Jadi, analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian


dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan
kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam  rangka memecahkan
masalah kebijakan kesehatan.

Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil pengembangan dari analisis


kebijakan publik. Akibat dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan kebutuhan akan
analisis kebijakan dalam bidang kesehatan itulah akhirnya bidang kajian analisis
kebijakan kesehatan muncul. Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis
kebijakan kesehatan memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaannya. Peran dan fungsi
itu adalah adanya analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan yangfokus
pada  masalah yang akan diselesaikan. Analisis kebijakan kesehatan mampu

vii
menganalisis multi disiplin ilmu. Satu disiplin kebijakan dan kedua disiplin ilmu
kesehatan. Pada peran ini analisis kebijakan kesehatan menggabungkan keduanya yang
kemudian menjadi sub kajian baru dalam khazanah keilmuan.\

Adanya analisis kebijakan kesehatan, pemerintah mampu memberikan jenis


tindakan kebijakan apakah yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah. Memberikan
kepastian dengan memberikan kebijakan/keputusan yang sesuai atas suatu masalah yang
awalnya tidak pasti. Dan analisis kebijakan kesehatan juga menelaah fakta-fakta yang
muncul kemudian akibat dari produk kebijakan yang telah diputuskan/diundangkan.

2.2 Komponen Kebijakan


Para ahli kebijakan kesehatan membagi kebijakan ke dalam empat komponen
yaitu konten, process, konteks dan aktor (Frenk J. 1993; Buse, Walt and Gilson,
1994; May & Walt, 2005). Keempat komponen kebijakan akan dibahas satu
persatu.

a. Konten

Konten kebijakan berhubungan dengan teknis dan institusi. Contoh aspek teknis
adalah penyakit diare, malaria, typus, promosi kesehatan. Aspek insitusi adalah
organisasi publik dan swasta. Konten kebijakan memiliki empat tingkat dalam
pengoperasiannya yaitu: a. Sistemik atau menyeluruh di mana dasar dari tujuan
dan prinsip-prinsip diputuskan. b. Programatik adalah prioritas-prioritas yang
berupa perangkat untuk mengintervensi dan dapat dijabarkan ke dalam petunjuk
pelaksanaan untuk pelayanan kesehatan. c. Organisasi di mana difokuskan
kepada struktur dari institusi yang bertanggung jawab terhadap implementasi
kebijakan. d. Instrumen yang menfokuskan untuk mendapatkan informasi demi
meningkatkan fungsi dari sistem kesehatan.

b. Proses

viii
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses rancang
dan implementasi. Ada perbedaaan model yang digunakan oleh analis kebijakan
antara lain: - Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang
mengformulasikan kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi yang
benar. - Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara
pelan dan bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang berminat untuk
menyeleksi kebijakan yang diprioritaskan. - Model rational (mixed scanning
model) di mana penentu kebijakan mengambil langkah mereview secara
menyeluruh dan membuat suatu negosiasi dengan kelompok-kelompok yang
memprioritaskan model kebijakan. - Model puncuated equilibria yaitu kebijakan
difokuskan kepada isu yang menjadi pokok perhatian utama dari penentu
kebijakan. Masing-masing model di atas memilah proses kebijakan ke dalam
komponen untuk mengfasilitasi analisis. Meskipun pada kenyataannya, proses
kebijakan itu memiliki karakteristik tersendiri yang merujuk kepada model-
model tersebut.

c. Konteks

Konteks kebijakan adalah lingkungan atau setting di mana kebijakan itu dibuat
dan diimplementasikan (Kitson, Ahmed, Harvey, Seers, Thompson, 1996).
Faktor-faktor yang berada di dalamnya antara lain politik, ekonomi, sosial dan
kultur di mana hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap formulasi dari
proses kebijakan (Walt, 1994). Ada banyak lagi bentuk yang dikategorikan ke
dalam konteks kebijakan yaitu peran tingkat pusat yang dominan, dukungan
birokrasi dan pengaruh aktor-aktor international juga turut berperan.

d. Aktor

Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan kesehatan.
Aktor-aktor ini biasanya memengaruhi proses pada tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota. Mereka merupakan bagian dari jaringan, kadang-kadang disebut
juga mitra untuk mengkonsultasi dan memutuskan kebijakan pada setiap tingkat
tersebut (Walt, 1994). Hubungan dari aktor dan peranannya (kekuasaannya)

ix
sebagai pengambil keputusan adalah sangat tergantung kepada kompromi
politik, daripada dengan hal-hal dalam debat-debat kebijakan yang masuk diakal
(Buse, Walt and Gilson, 1994). Kebijakan itu adalah tentang proses dan power
(Walt, 1994). Kebijakan kesehatan adalah efektif apabila pada tingkatan
maksimal dapat mencapai tujuan yang optimal, dan efisien apabila
diimplementasikan dengan biaya yang rendah (Sutton & Gormley, 1999).
Efisiensi dalam hal ini karena pemerintah memiliki keterbatasan dalam investasi
untuk memantapkan status kesehatan. Jadi adalah sangat penting untuk untuk
mengalokasikan sumber daya itu kepada masyarakat yang membutuhkan dan
tentu saja berdasarkan bukti-bukti (Peabody, 1999).

2.3 Perumusan Masalah Kebijakan


Maslaah kebijakan adalah nilai kebutuhan atau kesempatan yang belum
terpenuhi, tetapi dapat diidentifikasi dan dicapai melalui tindakan public.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah
kebijakan, adalah

1. Interdepensi (saling tergantung)
Yaitu kebijakan suatu bidang (energi) seringkali mempengaruhi masalahkebi
jakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini menunjukkan adanyasistem 
masalah. Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan Holistik, satumasala
h dengan yang lain tidak dapat di piahkan dan diukur sendirian.
2. Subjektif, 
Yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi,diklasifik
asi dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secaraobjektif dapa
t diukur (data). Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam( gangguan k
esehatan, lingkungan, iklim, dan lain-lain). Muncul situasi problematis, buka
n problem itu sendiri.
3. Artifisial,
Yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapatme
nimbulkan masalah kebijakan
4. Dinamis

x
Yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yangterus 
menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru,yang 
membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5. Tidak terduga
Yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistemmasalah 
kebijakan

2.4 Merencanakan kebijakan Kesehatan


Implementasi didefinisikan sesuai apa yang terjadi, sesuai dengan harapan dan
akibat dari kebijakan yang dirasakan (DeLeon, 1999). Implementasi kebijakan
cenderung untuk memobilisasi keberadaan lembaga (Blakie & Soussan, 2001).
Menurut van Meter dan van Horn (Winarno B, 2012) membatasi implementasi
kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan individu – individu atau
kelompok baik swasta maupun pemerintah untuk mencapai tujuan dalam
keputusan kebijakan sebelumnya.

Pada kebijakan dilihat apakah ada kesenjangan antara yang direncanakan dan
yang terjadi sebagai suatu akibat dari kebijakan. Sebagai contohnya ada banyak
studi kasus dari dampak kebijakan. Contohnya, studi kebijakan upaya
penanggulanggan kekurangan garam yodium di mana kesenjagaan antara aktor-
aktor yang berperan dan proses juga implementasi tidak terlibat. Pendekatan
pengembangan kebijakan oleh pembuat kebijakan biasanya berdasarkan hal-hal
yang masuk akal dan mempertimbangkan informasiinformasi yang relevan.
Namun demikian apabila pada implementasi tidak mencapai apa yang
diharapkan, kesalahan sering kali bukan pada kebijakan itu, namun kepada
faktor politik atau managemen implementasi yang tidak mendukung (Juma &
Clarke, 1995). Sebagai contoh, kegagalan dari implementasi kebijakan bisa
disebabkan oleh karena tidak adanya dukungan politik, managemen yang tidak
sesuai atau sedikitnya sumber daya pendukung yang tersedia (Sutton, 1999).

Suatu kebijakan kesehatan dapat berubah saat diimplementasikan, di mana bisa


muncul output dan dampak yang tidak diharapkan dan tidak bermanfaat untuk
masyarakat (Baker, 1996).

xi
Menurut Azwar (1966) perencanaan yang baik mempunyai beberapa ciri-ciri yang
harus diperhatikan. Ciri-ciri tersebut secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut

1. Bagian dari system admisnistrasi


Suatu perencanaan yag baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan
perencanaan sebagai bagian dari system administrasi secara keseluruhan.
Sesungguhya, perencanaan pada dasarnya salah satu dari fungsi administrasi
yang amat penting. Pekerjaan administrasi yang tidak didukung oleh
perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasu yang baik.
2. Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah dilakukan terus-menerus dan
berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukanhanya sekali bukanlah
perencanaan yang dianjurkan. Ada hubungan yang berkelanjutan antara
perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi lain yang dikenal. Disebutkan
perencanaan penting untuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai,
dilanjut lagi dengan perencanaan. Demikian seterusnya hingga terbentuk suatu
spiral yang tidak mengenal titik akhir.
3. Berorientasi pada masa depan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan.Artinya, 
hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan,akan mend
atangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa yan
g akan datang
4. Mampu menyelesaikan masalah
Suatu perencanaan yang baik adalah yamg mampu menyelesaikan berbagai mas
alah dan ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian masalahdan ataupun tan
tangan yang dimaksudkan disini tentu harus disesuaikandengan kemampuan. Da
lam arti penyelesaian masalah dan ataupun tantangantersebut dilakukan secara b
ertahap, yang harus tercermin pada pentahapan perencanaan yang akan dilakuka
n.
5. Mempunyai tujuan

xii
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yangdicantumkan 
secara jelas. Tujuan yang dimaksudkandi sini biasanyadibedakan atas dua maca
m, yakni tujuan umum yang berisikan uraian secaragaris besar, serta tujuan khus
us yang berisikan uraian lebih spesifik.
6. Bersifat mampu Kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalamarti bersi
fat wajar, logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel serta telahdisesuaikan dengan s
umber daya. Perencanaan yang disusun tidak logis sertatidak runtun, apalagi yan
g tidak sesuai dengan sumber daya bukanlah perencanaan yang baik.

2.5 Dasar dasar kebijakan Kesehatan


Memhami dasar- dasar pembangunan Kesehatan pada hakekatnya merupakan
upaya mewujudkan nilai keberuntungan dan aturan pokok sebagai landasan
untuk berpikir dan bertindak dalam pembangunan Kesehatan. Nilai tersebut
merupakan landasan dalam menghayati isu strategis, melaksanakan visi dan misi
sebagai petunjuk pelaksanaan pembangunan Kesehatan secara nasional
sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju
Indonesia sehat yang meliputi peri kemanusiaan, adil dan merata, pemberdayaan
dan kemandirian, pengutaraan dan manfaat

1. Isu Strategis Pembangunan Kesehatan

Banyak masalah Kesehatan dapat dideteksi dan diatasi secara dini masih
ditingkat paling bawah. Jumlah dan mutu tenaga Kesehatan masih belum
memenuhi di berbagai darah di Indonesia. Di berbagai darah itu juga dalam
Pemanfaatan pembiayaan Kesehatan belum terfokus dan masih sinkron. Namun
jika pemanfaatan biaya Kesehatan dilaksanakan dengan baik, hasil dari sarana
kesehatan bisa dijadikan pendapatan daerah juga. Masyarakat miskin belum
sepenuhnya terjangkau dalam mendapatkan pelayanan Kesehatan. Beban ganda
penyakit juga dapat menimbulkan masalah lainnya secara fisik, mental dan
sosial.

2. Visi Strategis Pembangunan Kesehatan

xiii
Dengan memperhatikan isu strategis pembangunana Kesehatan tersebut dan juga
mempertimbangkan perkembangan, masalah, serta berbagai kecenderungan
pembangunan Kesehatan kedepan maka ditingkatkan visi pembangunan
Kesehatan oleh Departemen Kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat.

Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu ondisi dimana
masyarakat Indonesia menuadari, mau, dan mampu untuk mengenali, encegah
dan mengatasi permasalahan Kesehatan yang dihaddapi, sehingga dapat bebas
dari ganguan Kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit akibat bencana,
maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

3. Misi Strategis Pembangunan Kesehatan

Visi pembangunan ksehatan tersebut kemudian diwujudkan melalui misi


pembangunan Kesehatan, yakni membuat rakyat sehat. Misi Kesehatan ini
kemudian dijalankan dengan membangun nilai-nilai dasar dalam pelayanan
Kesehatan yaitu berpoihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat, Kerjasama
tim, integritas tinggu, transparasi dan akuntabilitas

2.6 Proses Kebijakan di Indonesia


Proses kebijakan adalah cara dari kebijakan itu diinisiasi, dikembangkan atau
diformulasikan, dinegosiasikan, dikomunikasikan, diimplementasi dan
dievaluasi (Sutcliffe & Court, 2006). Proses pengembangan kebijakan menurut
Brehaut dan Juzwishin adalah mengumpulkan, memproses, dan
mendesiminasikan informasi yang berhubungan dengan kebijakan yang akan
dikembangkan; mempromosikan pilihan-pilihan untuk langkah yang akan
diambil; mengimplementasi pada pengambil keputusan; memberikan sanksi bagi
yang tidak bisa mentaati; dan mengevaluasi hasil pencapaian (Brehaut &
Juzwishin, 2005).

Indonesia juga terdapat kebijakan yang mana kebijakan inij didasarakan pada isu
dan strategi untuk keseahtan di Indonesia yaitu

xiv
1. Isu strategis
- Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belu
m optimal
- Sistem perencanaan dan penganggaran departemen kesehatan belum
optimal
- Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan masih kuran
g memadai
- Dukungan departemen kesehatan untuk melaksanakan pembangunan
kesehatan masih terbatas.
2. Strategi kesehatan di Indonesia
- Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan
- Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggung gugatan
- Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan
- Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
- Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan

xv
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Kebijakan kesehatan adalah serangkaian keputusan, rencana, dan tindakan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan spesifik kesehatan dalam masyarakat. Kebijakan
kesehatan sebagai kebijakan yang bertujuan memberi dampak positif terhadap
kesehatan populasi. Masalah pokok dari masalah kebijakan adalah interdepensi (saling
tergantung) kebijakan sering mempengaruhi kebijakan lainnya, subjektif yaitu kondisi
eksternal yang menimbulkan masalah diidentifikasi, diklarifikasi, dan dievaluasi,
artifisial diperlukan perubahan yang problematis, dinamis yaitu pemecahan masalah
justru dapat memunculkan masalah baru yang membutuhkan pemecahan masalah
lanjutan, dan tidak terduga masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan.

Pendekatan pengembangan kebijakan oleh pembuat kebijakan biasanya


berdasarkan hal-hal yang masuk akal dan mempertimbangkan informasi-informasi yang
relevan. Kegagalan dari implementasi kebijakan bisa disebabkan oleh karena tidak
adanya dukungan politik, managemen yang tidak sesuai, atau sedikitnya sumber daya
pendukung yang tersedia sehingga diperlukan perencanaan yang baik dalam membuat
kebijakan. Dalam menyusun rencana kebijakan, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu fungsi-fungsi adminstrasi, kesinambungan dengan rencana lanjutan,
orientasi pada masa depan, tujuan yang jelas, dan memiliki tata kelola yang baik.

Memahami dasar - dasar pembangunan kesehatan merupakan upaya


mewujudkan nilai keberuntungan dan aturan pokok sebagai landasan untuk berpikir dan
bertindak dalam pembangunan kesehatan. Nilai tersebut adalah landasan dalam
menghayati isu strategis pembangunan kesehatan, melaksanakan visi dan misi sebagai
petunjuk pelaksanaan pembangunan kesehatan. Kebijakan kesehatan di indonesia
didasarkan pada isu dan strategi untuk kesehatan di Indonesia.

xvi
Daftar Pustaka

Apa yang Dimaksud dengan Kebijakan Kesehatan? Ini Penjelasan dan Bentuk-
bentuknya. (2021, April 16). CISDI.

K
‌ erangka Kebijakan Kesehatan Konteks, Proses dan Pelaku. (2021).
Googleusercontent.com.

M
‌ assie, R. (n.d.). https://media.neliti.com/media/publications/21293-ID-kebijakan-
kesehatan-proses-implementasi-analisis-dan-penelitian.pdf

‌ Anang Tobari, Bashori Muhsin, & Widodo, R. (2019). IMPLEMENTASI


KEBIJAKAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI
PUSKESMAS BATU DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN
BATU. Respon Publik, 13(5), 48–52.

View of Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah di Bidang Kesehatan Masyarakat


Melalui Jaminan Kesehatan Nasional | Amanna Gappa. (2021). Unhas.ac.id.

Djiko, R., & Charles. (2018). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN


KESEHATAN NASIONAL DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA. Jurnal
Administrasi Publik, 9(1). https://doi.org/10.31506/jap.v9i1.4738

Indah Qodrunnisa. (2017). Kebijakan Kesehatan. Academia.edu.

xvii
xviii

Anda mungkin juga menyukai