Oleh
Kelompok 5
JURUSAN KEPERAWATAN
Oktober 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
2.1 Pengertian.................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
Fakta-fakta diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan
masalah. Perencanaan juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan
yang terbaik untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu
keputusan untuk mengerjakan sesuatu di masa akan datang, yaitu suatu tindakan
yang diproyeksikan di masa yang akan datang.
1. Undang-Undang,
Setiap kebijakan yang dicontohkan di sini adalah bersifat mengikat dan wajib
dilaksanakan oleh obyek kebijakan. Contoh di atas juga memberi pengetahuan pada
kita semua bahwa ruang lingkup kebijakan dapat bersifat makro, meso, dan mikro.
Analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan
untuk menciptakan, menerapkan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan
substansi kebijakan.
iv
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan apa saja yang
akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti atau
dimensi yang luas, yaitu analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan.
Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti karangan,
perbuatan, kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab
musabab atau duduk perkaranya.
Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk mengembangkan kebudayaan
bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis besar rencana suatu
pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika
penduduk dalam negaranya
vi
(berdasar pengalaman dan pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila
menghadapi kesulitan. Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang
memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu
seperti pertimbangan kemanusiaan, keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu
mengandung makna melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena alasan
tertentu.
Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh WHO,
yaitu: kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna yang mencakup fisik, mental,
kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.Menurut UU
No. 36, tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
vii
menganalisis multi disiplin ilmu. Satu disiplin kebijakan dan kedua disiplin ilmu
kesehatan. Pada peran ini analisis kebijakan kesehatan menggabungkan keduanya yang
kemudian menjadi sub kajian baru dalam khazanah keilmuan.\
a. Konten
Konten kebijakan berhubungan dengan teknis dan institusi. Contoh aspek teknis
adalah penyakit diare, malaria, typus, promosi kesehatan. Aspek insitusi adalah
organisasi publik dan swasta. Konten kebijakan memiliki empat tingkat dalam
pengoperasiannya yaitu: a. Sistemik atau menyeluruh di mana dasar dari tujuan
dan prinsip-prinsip diputuskan. b. Programatik adalah prioritas-prioritas yang
berupa perangkat untuk mengintervensi dan dapat dijabarkan ke dalam petunjuk
pelaksanaan untuk pelayanan kesehatan. c. Organisasi di mana difokuskan
kepada struktur dari institusi yang bertanggung jawab terhadap implementasi
kebijakan. d. Instrumen yang menfokuskan untuk mendapatkan informasi demi
meningkatkan fungsi dari sistem kesehatan.
b. Proses
viii
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses rancang
dan implementasi. Ada perbedaaan model yang digunakan oleh analis kebijakan
antara lain: - Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang
mengformulasikan kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi yang
benar. - Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara
pelan dan bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang berminat untuk
menyeleksi kebijakan yang diprioritaskan. - Model rational (mixed scanning
model) di mana penentu kebijakan mengambil langkah mereview secara
menyeluruh dan membuat suatu negosiasi dengan kelompok-kelompok yang
memprioritaskan model kebijakan. - Model puncuated equilibria yaitu kebijakan
difokuskan kepada isu yang menjadi pokok perhatian utama dari penentu
kebijakan. Masing-masing model di atas memilah proses kebijakan ke dalam
komponen untuk mengfasilitasi analisis. Meskipun pada kenyataannya, proses
kebijakan itu memiliki karakteristik tersendiri yang merujuk kepada model-
model tersebut.
c. Konteks
Konteks kebijakan adalah lingkungan atau setting di mana kebijakan itu dibuat
dan diimplementasikan (Kitson, Ahmed, Harvey, Seers, Thompson, 1996).
Faktor-faktor yang berada di dalamnya antara lain politik, ekonomi, sosial dan
kultur di mana hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap formulasi dari
proses kebijakan (Walt, 1994). Ada banyak lagi bentuk yang dikategorikan ke
dalam konteks kebijakan yaitu peran tingkat pusat yang dominan, dukungan
birokrasi dan pengaruh aktor-aktor international juga turut berperan.
d. Aktor
Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan kesehatan.
Aktor-aktor ini biasanya memengaruhi proses pada tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota. Mereka merupakan bagian dari jaringan, kadang-kadang disebut
juga mitra untuk mengkonsultasi dan memutuskan kebijakan pada setiap tingkat
tersebut (Walt, 1994). Hubungan dari aktor dan peranannya (kekuasaannya)
ix
sebagai pengambil keputusan adalah sangat tergantung kepada kompromi
politik, daripada dengan hal-hal dalam debat-debat kebijakan yang masuk diakal
(Buse, Walt and Gilson, 1994). Kebijakan itu adalah tentang proses dan power
(Walt, 1994). Kebijakan kesehatan adalah efektif apabila pada tingkatan
maksimal dapat mencapai tujuan yang optimal, dan efisien apabila
diimplementasikan dengan biaya yang rendah (Sutton & Gormley, 1999).
Efisiensi dalam hal ini karena pemerintah memiliki keterbatasan dalam investasi
untuk memantapkan status kesehatan. Jadi adalah sangat penting untuk untuk
mengalokasikan sumber daya itu kepada masyarakat yang membutuhkan dan
tentu saja berdasarkan bukti-bukti (Peabody, 1999).
1. Interdepensi (saling tergantung)
Yaitu kebijakan suatu bidang (energi) seringkali mempengaruhi masalahkebi
jakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini menunjukkan adanyasistem
masalah. Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan Holistik, satumasala
h dengan yang lain tidak dapat di piahkan dan diukur sendirian.
2. Subjektif,
Yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi,diklasifik
asi dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secaraobjektif dapa
t diukur (data). Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam( gangguan k
esehatan, lingkungan, iklim, dan lain-lain). Muncul situasi problematis, buka
n problem itu sendiri.
3. Artifisial,
Yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapatme
nimbulkan masalah kebijakan
4. Dinamis
x
Yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yangterus
menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru,yang
membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5. Tidak terduga
Yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistemmasalah
kebijakan
Pada kebijakan dilihat apakah ada kesenjangan antara yang direncanakan dan
yang terjadi sebagai suatu akibat dari kebijakan. Sebagai contohnya ada banyak
studi kasus dari dampak kebijakan. Contohnya, studi kebijakan upaya
penanggulanggan kekurangan garam yodium di mana kesenjagaan antara aktor-
aktor yang berperan dan proses juga implementasi tidak terlibat. Pendekatan
pengembangan kebijakan oleh pembuat kebijakan biasanya berdasarkan hal-hal
yang masuk akal dan mempertimbangkan informasiinformasi yang relevan.
Namun demikian apabila pada implementasi tidak mencapai apa yang
diharapkan, kesalahan sering kali bukan pada kebijakan itu, namun kepada
faktor politik atau managemen implementasi yang tidak mendukung (Juma &
Clarke, 1995). Sebagai contoh, kegagalan dari implementasi kebijakan bisa
disebabkan oleh karena tidak adanya dukungan politik, managemen yang tidak
sesuai atau sedikitnya sumber daya pendukung yang tersedia (Sutton, 1999).
xi
Menurut Azwar (1966) perencanaan yang baik mempunyai beberapa ciri-ciri yang
harus diperhatikan. Ciri-ciri tersebut secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut
xii
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yangdicantumkan
secara jelas. Tujuan yang dimaksudkandi sini biasanyadibedakan atas dua maca
m, yakni tujuan umum yang berisikan uraian secaragaris besar, serta tujuan khus
us yang berisikan uraian lebih spesifik.
6. Bersifat mampu Kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalamarti bersi
fat wajar, logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel serta telahdisesuaikan dengan s
umber daya. Perencanaan yang disusun tidak logis sertatidak runtun, apalagi yan
g tidak sesuai dengan sumber daya bukanlah perencanaan yang baik.
1. Isu Strategis Pembangunan Kesehatan
Banyak masalah Kesehatan dapat dideteksi dan diatasi secara dini masih
ditingkat paling bawah. Jumlah dan mutu tenaga Kesehatan masih belum
memenuhi di berbagai darah di Indonesia. Di berbagai darah itu juga dalam
Pemanfaatan pembiayaan Kesehatan belum terfokus dan masih sinkron. Namun
jika pemanfaatan biaya Kesehatan dilaksanakan dengan baik, hasil dari sarana
kesehatan bisa dijadikan pendapatan daerah juga. Masyarakat miskin belum
sepenuhnya terjangkau dalam mendapatkan pelayanan Kesehatan. Beban ganda
penyakit juga dapat menimbulkan masalah lainnya secara fisik, mental dan
sosial.
2. Visi Strategis Pembangunan Kesehatan
xiii
Dengan memperhatikan isu strategis pembangunana Kesehatan tersebut dan juga
mempertimbangkan perkembangan, masalah, serta berbagai kecenderungan
pembangunan Kesehatan kedepan maka ditingkatkan visi pembangunan
Kesehatan oleh Departemen Kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat.
Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu ondisi dimana
masyarakat Indonesia menuadari, mau, dan mampu untuk mengenali, encegah
dan mengatasi permasalahan Kesehatan yang dihaddapi, sehingga dapat bebas
dari ganguan Kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit akibat bencana,
maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
3. Misi Strategis Pembangunan Kesehatan
Indonesia juga terdapat kebijakan yang mana kebijakan inij didasarakan pada isu
dan strategi untuk keseahtan di Indonesia yaitu
xiv
1. Isu strategis
- Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belu
m optimal
- Sistem perencanaan dan penganggaran departemen kesehatan belum
optimal
- Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan masih kuran
g memadai
- Dukungan departemen kesehatan untuk melaksanakan pembangunan
kesehatan masih terbatas.
2. Strategi kesehatan di Indonesia
- Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan
- Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggung gugatan
- Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan
- Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
- Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan
xv
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kebijakan kesehatan adalah serangkaian keputusan, rencana, dan tindakan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan spesifik kesehatan dalam masyarakat. Kebijakan
kesehatan sebagai kebijakan yang bertujuan memberi dampak positif terhadap
kesehatan populasi. Masalah pokok dari masalah kebijakan adalah interdepensi (saling
tergantung) kebijakan sering mempengaruhi kebijakan lainnya, subjektif yaitu kondisi
eksternal yang menimbulkan masalah diidentifikasi, diklarifikasi, dan dievaluasi,
artifisial diperlukan perubahan yang problematis, dinamis yaitu pemecahan masalah
justru dapat memunculkan masalah baru yang membutuhkan pemecahan masalah
lanjutan, dan tidak terduga masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan.
xvi
Daftar Pustaka
Apa yang Dimaksud dengan Kebijakan Kesehatan? Ini Penjelasan dan Bentuk-
bentuknya. (2021, April 16). CISDI.
K
erangka Kebijakan Kesehatan Konteks, Proses dan Pelaku. (2021).
Googleusercontent.com.
M
assie, R. (n.d.). https://media.neliti.com/media/publications/21293-ID-kebijakan-
kesehatan-proses-implementasi-analisis-dan-penelitian.pdf
xvii
xviii