Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA.

LARING

Disusun oleh:
Danang Candra Wiratama 1812040
Ibut Puji Rahayu 1812037
Natalusia Rihardini 1812036
Kristina Widiyanti 1812034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan pada pasien Ca. Laring ini.
Melalui makalah ini kami ingin menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien Ca.
Laring. Terimakasih kepada semua pihak yang membantu, hingga selesainya makalah ini dan
khususnya tim dosen mata kuliah KMB.
Semoga Tuhan membalas budi semua pihak yang telah memberikan kesempatan dan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mohon saran maupun kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikkan yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Blitar, Oktober 2018


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring.
Keganasan dilaring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih merupakan masalah,
karena penanggulangannya mencakup berbagai segi. Sebagai gambaran perbandingan,
diluar negeri karsinoma laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan
dibidang THT, sedangkan di RS Cipto Mangunkusuma Jakarta karsinoma laring
menduduki urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus
paranasal.
Menurt data statistik WHO tahun 1961 yang meliputi 35 negara seperti dikutip
oleh Batsakis tahun 1979 rata-rata 1,2 orang /100000 penduduk meninggal oleh
karsinoma laring.
Penyebab karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Pengumpulan data yang
dilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang
yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai
dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap, kanker laring mewakili dari 1 % yang
mewakili kasus kanker dan terjadi sekitar 8 kali lebih sering pada laki-laki dibanding
wanita dan paling sering pada individu dengan usia 50-70 tahun.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk menyususn Asuhan Keperawatan
Dengan Ca laring.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien Ca. Laring
b. Tujuan Khusus:
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien Ca. Laring.
2. Mahasiswa dapat melakukan analisa data pada pasien Ca. Laring.
3. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa keperawatan pada pasien Ca. Laring.
4. Mahasiswa dapat merumuskan intervensi keperawatan pada pasien Ca. Laring.
5. Mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien Ca. Laring.
6. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Ca. Laring
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


a. Definisi
Laring adalah organ suara yang terletak dibawah dan depan pharynx, serta ujung
proksimal trachea.
Karsinoma adalah pertumbuhan ganas yang berasal dari sel epitel atau
pertumbuhan jaringan yang abnormal.
Ca laring meupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas di bidang
THT dan lebih banyak terjadi pada pria berusia 50 – 70 tahun. Yang sering adalah jenis
sel skuamosa. (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, hal: 136).
Karsinoma laring adalah keganasan pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lain
di tenggorokan. (K.D Jayanto,2008)
Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang meliputi bagian supraglotik,
glotis dan subglotis. (Suddart and Brunner)
Jadi dapat disimpulkan bahwa karsinoma laring adalah suatu keganasan yang
menyerang bagian leher tepatnya pada kotak suara (laring).

b. Etiologi
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang – orang dengan resiko
tinggi terhadap terjadinya kanker laring.Penelitian epidemiologic menggambarkan
beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang kuat ialah rokok ,
alkohol, dan oleh sinar radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang diduga
meningkatkan resiko terjadinya kanker, sebagai berikut :
a.       Faktor Lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru – paru, mulut, laring
(pita suara), dan kandung kemih darah, seperti Leukemia.
b.      Faktor makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama
kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan
kanker adalah Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar)
meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Minuman yang mengandung
alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker kerongkongan. Zat
pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan
laut yang tercemar seperti: kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis,tepung) yang
diproses secara berlebihan.
c.       Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus
Epstein-Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus
ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor
lingkungan dan genetik.

Menurut Bunner dan Suddart, Barbara C. Long, Robbin dan Kumar serta D. Thone
R. Cody. Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya Ca laring meliputi :
1.      Tembakau ( berasap / tidak )
2.      Alkohol serta efek kombinasinya
3.      Penajaman terhadap obseton
4.      Kayu, kulit dan logam
5.      Pekerjaan yang menggunakan suara berlebihan
6.      Defisiensi nutrisi ( Riboflavin )
7.      Riwayat keluarga ca laring
8.      Asap debu pada daerah industri
9.      Laringitis kronis
10.  Perokok diatas 40 tahun atau lebih
11.  Lebih sering pada laki-laki daripada wanita
12.  Epiglotis
13.  Hemophilus influenza

c. Patofisiologi
Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai limfatik
yang jarang. Di tempat manapun yang kering (epiglotis, pita suara palsu, dan sinus – sinus
piriformis). Pada bagian ini banyak mengandung pembuluh limfe, oleh karena itu kanker
pada jaringan ini biasanya meluas dengan cepat dan segera bermetastase ke kelenjar limfe
leher bagian dalam. Orang – orang yang mengalami serak yang bertambah berat atau suara
serak lebih dari 2 minggu harus segera memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan
tanda awal kenker pita suara, jika pengobatan dilakukan pada saat serak timbul (yang
disebabkan tumor sebelum mengenai seluruh pita suara) pengobatan biasanya masih
memungkinkan.
Tanda – tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan
pada leher, nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran
kelenjar limfe dan batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik terhadap laring dengan laringoskopi langsung dan dari biopsy dan dari
pemeriksaan mikroskopi terhadap laring (C. Long Barbara, 1996: 408-409).

Faktor predisposisi
(alkohol, rokok, radiasi)

proliferasi sel laring

Diferensiasi buruk sel laring

Ca. Laring

Metastase Plica vocalis Menekan/ Obstruksi jalan


supraglotik ↓ mengiritasi serabut napas
↓ Suara parau syaraf ↓
Obstruksi lumen ↓ ↓ Mengiritasi sel
oesophagus Afonia Nyeri laring
↓ ↓ dipersepsikan ↓
Disfagia progresif Gangg. ↓ Infeksi
↓ Komunikasi Gangg. Rasa ↓
Intake < verbal nyaman : nyeri Akumulasi
↓ sekret
BB ↓ ↓
↓ Stridor Bersihan jalan
Gangg.Pemenuha napas tak efektif
n nutrisi
d. Manifestasi Klinis
1. Serak
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada
daerah glotis karena tumor mengganggu kerja pita suara selama berbicara. Suara
mungkin terdengar parau dan puncak suara rendah.
2. Dispneu dan stridor
Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan dapat
timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh
massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada
tumor supraglotik atau transglotik terdapat dua gejala tersebut. Sumbatan dapat terjadi
secara perlahan – lahan dapat dikompensasi oleh pasien. Pada umumnya dispneu dan
stridor adalah tanda dan prognosis yang kurang baik.
3. Nyeri tenggorok
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
4. Disfagia (Kesulitan menelan)
Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring, dan sinus
piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas post
krikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor ganas
lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
5. Batuk dan hemoptisis
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya
hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi
pada tumor glotik dan supraglotik.
6. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis dan
penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau metastase
lebih jauh.
7. Kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang
menunjukkan tumor pada stadium lanjut.
8. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi
tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.

e. Pemeriksaan fisik dan diagnostik


Diagnosa kanker laring dibuat dengan pemeriksaan visual pada laring dengan
menggunakan laringoskopi direk/ langsung atau indirek/tidak langsung.Nasofaring dan
palatum molle posterior diinspeksi secara tidak langsung dengan kaca kecil atau
instrumen menyerupai teleskop. Saat kaca kecil dimasukan, tekanan ringan diberikan
pada lidah dan klien diminta mengucapkan "ei" lalu "i" yang akan mengangkat palatum
molle. Instrumen sebaiknya tidak menekan lidah karena klien akan muntah.
Nasofaring diinspeksi untuk melihat adanya cairan perdarahan, ulserasi, atau
massa. Visualisasi langsung laring dapat dilakukan dengan penggunaan instrumen
berbeda, kebanyakan perangkat ini adalah endoskopi dengan cahaya. Klien
diinstruksikan untuk menjulurkan lidah dan pemeriksa dengan perlahan menahan lidah
dengan spon kassa lidah dan menariknya ke depan. Kaca laringeal atau endoskop
telescopic diinsersikan ke orofaring; sekali lagi, hindari menekan kuat lidah.Klien
diminta bernapas keluar masuk melalui mulut atau "terengah-engah seperti anak
anjing".Terengah-engah menurunkan sensasi muntah akibat pemeriksaan.Selama
pernapasan tenang, dasar lidah, epiglotis, dan pita suara diperiksa untuk melihat adanya
infeksi atau tumor. Klien diinstruksikan untuk mengucapkan “I” bernada tinggi untuk
menutup pita suara.Pemeriksa mengamati gerakan pita suara warna membran mukosa
dan adanya lesi.
Sebelum terapi definitif untuk tumor perlu dilakukan panendoskopi dan biopsi
untuk menentukan lokasi pasti, ukuran, dan penyebaran tumor primer. CT atau MRI
digunakan untuk membantu proses ini. Analisis laboratorium meliputi pemeriksaan darah
lengkap, penentuan kadar elektrolit serum meliputi kalsium, dan uji fungsi ginjal dan
hati. Data ini membantu menentukan kesiapan klien secara fisik untuk menjalani
pembedahan. Oleh karena jalan nafas akan terganggu setelah operasi, klien
membutuhkan pengkajian menyeluruh pada paruh dengan analisis gas darah arterial
untuk identifikasi gangguan paru yang akan mengganggu pernapasan. Klien yang
menjalani laringektomi parsial harus memiliki cadangan paruh yang adekuat untuk
menghasilkan batuk yang efektif pascaoperasi.Operasi juga berhubungan dengan
peningkatan resiko aspirasi, dan klien harus dapat batuk untuk menghindari aspirasi pada
saluran pernapasan. Untuk memastikan penyebaran tumor atau tumor primer lain, perlu
dilakukan radiografi dada dan dengan kontras barium peroral atau esofagografi.
Setelah tumor dapat diidentifikasi, dan dilakukan biopsi, tumor dapat ditentukan
stadiumnya.Penentuan stadium ini penting untuk pilihan terapi dan prognosis.Penting
untuk menentukan luas tumor untuk memilih intervensi yang paling tepat. Penentuan
stadium dapat dilakukan dengan:
1. Mengukur ukuran tumor primer,
2. Menentukan adanya kelenjar getah bening yang membesar,
3. Menetukan adanya metastasis jauh.

f. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan
malignasi.Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan.Pemeriksaan gigi
dilakukan untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut.Semua masalah yang berkaitan
dengan gigi diatasi jika mungkin dan dilakukan sebelum pembedahan.
1.      Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien
yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan
( yaitu bergerak saat fonasi )
Selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
mungkin mengalami kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau stenosis, sejumlah kecil dari
mereka yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringotomi. Terapi radiasi
juga dapat digerakkan secara pra operatif untuk mengurangi ukuran tumor
2.      Pembedahan Parsial
a.       Laringektomi parsial ( laringotomi –tirotomi )
Laringektomi parsial direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini
ketika hanya satu pita suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka
penyembuhan yang sangat tinggi .Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat
dan semua struktur lainnya teteap utuh. Suara pasien kemungkinan menjadi
parau, jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki
kesulitan menelan.
b.      Laringektomi supraglotis ( Horizontal )
Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor
supraglotis.Tulang hyoid, glottis dan pita suara palsu diangkat.Pita suara
kartilogi krikoid dan trakea tetap utuh.Selama operasi dilakukan di seksi leher
radikal pada tempat yang sakit.Selang traketomi dipasang dalam trakea sampai
jalan nafas glottis pulih.Selang traketomi ini biasanya diangkat setelah beberapa
hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik
sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi.Pasca operatif,
klien kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu
pertama. Keuntungan utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali
pulih seperti biasa.
c.       Laringektomi Hemivertikal
Dilakukan jika tumor meluas di luar pita suara, tetapi perluasan tersebut
kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago
tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara ( satu
pita suara sejati dan satu pita suara palsu ) dengan pertumbuhan tumor diangkat.
Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien akan
mempunyai selang trakeostomi dan selang nasogastrik selama operasi. Pasien
beresiko mengalami operasi pasca operatif. Beberapa perubahan dapat terjadi
pada kualitas suara ( sakit tenggorokan ) dan proyeksi. Namun demikian fungsi
nafas dan jalan menelan tetap utuh.
d.      Langektomi Total
Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih jauh ketulang
hyoid, epiglottis, kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin trakea diangkat.
Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan. Laringektomi total
membutuhkan stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi makanan
dan cairan ke dalam saluran pernapasan bawah, karena laring yang memberikan
perlindungan spingter tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi
tetapi fungsi menelan akan normal. Laringektomi total merubah cara dimana
aliran udara digunakan untuk bernafas dan berbicara. ( Brunner& Suddarth,
2002 : 557-558 )
3.      Kemoterapi
Penggunaan obat untuk menangani kanker disebut kemoterapi atau agen
antineoplastik.Obat ini digunakan untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya.Semua sel baik normal maupun sel kanker berjalan mengikuti
siklus sel. Agen kemoterapi bekerja pada fase siklus sel berbeda disebut siklus non
spesifik, kebanyakan agen kemoterapeutik paling efektif ketika sel-sel secara aktif
sedang membelah.
Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik daripada
lesi setempat dan dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi.Kemoterapi
mungkin di kombinasi dengan pembedahan atau terapi radiasi, atau kedua-duanya
untuk menurunkan ukuran tumor sebelum operasi, untuk merusak sel-sel tumor yang
masih tertinggal pasca operasi. Tujuan dari kemoterapi ( penyembuhan ,
pengontrolan, paliatif ) harus realistic, karena tujuan tersebut akan menetapkan
medikasi yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.
Agen kemoterapi yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik
membunuh sel-sel kanker dengan memblok sintesis DNA dan RNA. Mereka
melakukan ini dengan meniru struktur metabolik esensial secara kimiawi, yaitu :
Nutrien esensial untuk metabolisme sel normal, Agen umum meliputi : Cytarabine
( ARA-C ), Floxuridine ( FUDR ), 5-Fluorourasial ( 5-FU ), Hydroxyurea
( Hydrea ), 6-Merkaptopurine ( 6-MP ), Methotrexate ( mexate ) dan 6-Thieguanin.
Efek samping yang paling umum adalah meliputi stomatitis supresi sum-sum tulang
dan diare.
Rute pemberian
Obat-obat kemoterapeutik mungkin diberikan melalui rute topical, oral, interval,
intramuskuler, subkutan, arteri, intrakavitasi dan intratekal.Rute pemberian biasanya
bergantung pada tipe obat, dosis yang dibutuhkan dan jenis, lokasi dan luasnya
tumor yang diobati.
Dosis
Dosis preparat anti neoplastik terutama didasarkan pada area permukaan tubuh
total pasien, respon terhadap kemoterapeutik atau terapi radiasi dahulu, fungsi organ
utama dan status kinerja fisik.
4.      Terapi Sistomatik
Terapi sistomatik yang diberikan meliputi :
a.       Pemberian sedatif
b.      Pemberian antiemetik
c.       Pemberian antipiretik

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Biografi
1. Usia: lebih banyak terjadi pada usia 50-70 tahun
2. Jenis kelamin: laki – laki lebih banyak daripada perempuan 2:1
3. Pekerjaan : pekerjaan yang menggunakan suara yang berlebihan, seperti penyanyi,
penceramah, dosen
4. Alamat: tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran polusi yang tinggi, seperti
tinggal di wilayah industri.

b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara serak
yang tidak sembuh – sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran dan perubahan
pada daerah leher. Menurut Cody D. Thaher, C. Long Barbara, Harrison,
Sjmsuhidayat dan Suddart Bunner pada pengkajian akan didapatkan data sebagai
berikut:
Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok, sulit menelan,
sulit bernafas, suara serak, hemoptisis dan batuk, penurunan berat badan, lemah.
Biasanya suara serak adalah hal yang akan nampak pada pasien dengan kanker
pada daerah glotis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada
tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di belakan leher. Gejala lanjut meliputi
disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat laringitis kronis, riwayat sakit tenggorokan, riwayat epiglotis.
3.Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa positif kanker laring.

c. Kebutuhan Bio – Psiko – Sosial – Spiritual


1. Integritas ego
Gejala: perasaan takut akan kehilangan suara, mati, terjadi atau berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan
keuangan.
Tanda: ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.
2. Makanan atau cairan
Gejala: kesulitan menelan
Tanda: kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang
menetap, bengkak, luka, inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk.
Pembengkakan lidah dan gangguan reflek.
3.Higiene
Tanda: kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
4.Neurosensori
Gejala: diplopia (penglihatan ganda), ketulian.
Tanda: hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap
atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan
menelan, kerusakan membran mukosa.
5. Nyeri atau kenyamanan
Gejala: sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke
telinga, nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa terbakar
dengan pembengkakan (khususnya dengan cairan panas), nyeri lokal pada orofaring.
Pasca operasi: sakit tenggorok atau mulut (nyeri biasanya tidak dilaporkan kecuali
nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher, dibandingkan dengan nyeri
sebelum pembedahan).
Tanda: perilaku berhati – hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.
6. Pernafasan
Gejala: riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan serbuk kayu,
kimia toksisk atau serbuk dan logam berat. Riwayat penyakit paru kronik. Batuk
dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal.
Tanda: sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe (lanjut) dan stridor.
7. Keamanan
Gejala: terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun – tahun atau
radiasi. Perubahan penglihatan atau pendengaran.
Tanda: massa atau pembesaran nodul.
8. Interaksi sosial
Gejala: masalah tentang kemampuan berkomunikasi dan bergabung dalam interaksi
sosial.
Tanda: parau menetap, perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk bicara,
dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat dalam rehabilitasi.

d. Data pemeriksaan fisik


1)      Keadaan umum   
2)      Tanda-tanda vital
-          Suhu
-          Tekanan Darah
-          Respirasi
-          Nadi  
-          Pengukuran BB
-          Kepala 
-          Pembengkakan kelenjar limfe post dan pre aurikel
-          Leher  

e.   Pemeriksaan Penunjang
1)      Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi terhadap sisi luar
laring pada leher dan gerakan-gerakan pada saat menelan. Pada kanker laring
gerakan menelan akan bergerak ke bawah saat inspirasi atau tidak bergerak. Pada
palpasi ditemukan adanya pembesaran dan nyeri.
2)      Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada tenggorokan.
3)      Pemeriksaan foto kontras : dengan penelanan barium menunjukkan adanya lesi-lesi
lokal
4)      Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi respon pengobatan.
5) Foto thorak: untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan
metastasis di paru.
6) Biopsi laring: untuk pemeriksaan patologi anatomi dan dari hasil patologi anatomi
yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

b.      Diagnosa Keperawatan
1.      Ketidakefektifan jalan nafas
2.      Hambatan komunikasi verbal
3.      Nyeri akut
4.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5.      Gangguan citra tubuh

c. Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan NOC: NIC:
nafas  Status  Penghisapan lendir pada jalan
Definisi: ketidakmampuan pernafasan: nafas
untuk membersihkan sekresi kepatenan - Pastikan kebutuhan oral / tracheal
atau obstruksi dari saluran jalan nafas suctioning
pernafasan untuk  Status - Auskultasi suara nafas sebelum
mempertahankan kebersihan pernafasan: dan sesudah suction.
jalan nafas. ventilasi - Informasikan pada klien dan
Batasan karakteristik: Kriteria hasil: keluarga tentang suctioning.
Tidak ada batuk -Mendemonstra - Minta klien nafas dalam sebelum
Suara nafas tambahan sikan batuk suction dilakukan.

Perubahan frekuensi nafas efektif dan - Berikan O2 dengan menggunakan

Perubahan irama nafas suara nafas nasal untuk memfasilitasi suction


bersih, tidak nasotrakeal.
Sianosis
ada sianosis - Gunakan alat yang steril setiap
Kesulitan berbicara atau
dan dyspneu melakukan tindakan.
mengeluarkan suara
(mampu - Anjurkan pasien untuk istirahat
Penurunan bunyi nafas
mengeluarka dan nafas dalam setelah kateter
Dispneu
n sputum, dikeluarkan dari nasotrakeal
Sputum dalam jumlah yang
mampu - Monitor status oksigen pasien
berlebihan
bernafas - Ajarkan kelurga bagaimana cara
Batuk yang tidak efektif
dengan melakukan sution.
Ortopneu
mudah) - Hentikan suction dan berikan
Gelisah -Menunjukkan oksigen apabila pasien
Mata terbuka lebar jalan nafas menunjukkan bradikardi
Faktor – faktor yang yang paten  Manajemen jalan nafas:
berhubungan: (klien tidak - Buka jalan nafas, gunakan teknik
Lingkungan: merasa chin lift atau jaw thrust bila perlu.
- Perokok pasif tercekik, - Posisikan pasien untuk
- Menghisap asap irama nafas, memaksimalkan ventilasi.
- Merokok frekuensi - Identifikasi pasien perlunya
Obstruksi jalan nafas: pernafasan pemasangan alat jalan nafas
- Spasme jalan nafas dalam buatan.
- Mukus dalam jumlah rentang - Pasang mayo bila perlu
berlebihan normal, tidak - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Eksudat dalam jalan ada suara - Keluarkan sekret dengan batuk atau
alveoli suara nafas suction
- Materi asing dalam abnormal) - Auskultasi suara nafas, catat adanya
jalan nafas -Mampu suara tambahan.
- Adanya jalan nafas mengidentifi
buatan kasikan dan - Lakukan suction pada mayo
- Sekresi bertahan/sisa mencegah - Berikan bronkodilator bila perlu
sekresi factor yang - Atur intake untuk cairan
- Sekresi dalam bronki dapat mengoptimalkan keseimbangan.
Fisiologis: menghambat - Monitor respirasi dan status O2.
- Jalan nafas alergic jalan nafas.
- Asma
- Penyakit paru
obstruktif kronik
- Hiperplasia dinding
bronkial
- Infeksi
- Disfungsi
neuromuskular
2 Hambatan komunikasi NOC NIC
verbal • Komunikasi • Peningkatan komunikasi:
Definisi: penurunan, : kurang bicara
kelambatan atau ketiadaan mengekspre - Kenali emosi dan perilaku fisik
kemampuan untuk sikan (pasien) sebagai bentuk
menerima, memproses, komunikasi
mengirim dan/atau KRITERIA - Sediakan metode alternatif
menggunakan sistem simbol HASIL : untuk berkomunikasi dengan
• Komunikasi berbicara (misalnya menulis di
Batasan karakteristik : : meja, menggunakan kartu,
 Tidak ada kontak mata penerimaan, kedipan mata, papan
 Tidak dapat bicara interpretasi, komunikasi dengan gambar dan
 Kesulitan ekspresi huruf, tanda dengan tangan atau
mengekspresikan pikiran pesan postur, dan menggunakan
secara verbal (misal • Komunikasi komputer)
afasia, difasia, apraksia, ekspresif - Sediakan metode alternatif
disleksia) (kesulitan menulis atau membaca, dengan
 Kesulitan menggunakan berbicara) : cara yang tepat.
ekspresi wajah ekspresi - Ulangi apa yang disampaikan
 Disorientasi orang pesan verbal pasien untuk menjamin akurasi.
 Disorientasi ruang dan atau non - Ungkapkan pertanyaan dimana

 Disorientasi waktu verbal yang pasien dapat menjawab dengan

 Tidak bicara bermakna. menggunakan jawaban


• Gerakan sederhana ya atau tidak.
 Dispnea
terkoordinas - Sesuaikan gaya komunikasi
 Pelo
i : mampu untuk memenuhi kebutuhan
 Sulit bicara
mengkoordi klien (misalnya berdiri di depan
 Gagap
nasi gerakan pasien saat berbicara,
 Bicara dengan kesulitan
dalam mendengarkan dengan penuh
 Menolak bicara
menggunaka perhatian, bicara pelan untuk
Faktor yang
n isyarat. menghindari berteriak, gunakan
berhubungan:
• Mampu komunikasi tertulis, atau
 Ketiadaan orang terdekat
mengkomun bantuan keluarga dalam
 Perubahan konsep diri ikasikan memahami pembicaraan
 Perubahan sistem saraf kebutuhan pasien).
pusat dengan
 Tumor otak lingkungan
 Harga diri rendah kronik sosial.
 Perubahan harga diri
 Perbedaan budaya
 Penurunan sirkulasi ke
otak
 Gangguan emosi
 Kendala lingkungan
 Kurang informasi
 Hambatan fisik (mis:
trakeostomi, intubasi
BAB 3
APLIKASI KASUS SEMU

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama :Tn. M
Umur : 50 th
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SLTA
Alamat : Blitar
MRS : 11 September 2018
Tanggal pengkajian : 12 September 2018
Diagnosa medis : Suspect Carsinoma Laring + Post Tracheostomi

2. Keluhan utama
Pasien mengeluh batuk.

3. Riwayat penyakit sekarang


Sejak 3 bulan yang lalu klien mengeluh sesak nafas yang dirasakan bertambah berat
disertai dengan suara sakit. Klien bisa makan dan minum termasuk makanan padat,
keluhan disertai batuk, klien juga mengeluh ada benjolan di leher sebelah kirinya. 5
hari yang lalu klien berobat ke POLI THT, dan dilakukan tracheostomi untuk
memudahkan bernafas. Klien dinyatakan tumor laring dan dianjurkan dirawat. Klien
dibawa ke RS lain pada tanggal 11 September 2018 dan dinyatakan Suspect
Carsinoma Laring dengan post Tracheostomi.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 September pukul 08.00 klien
mengeluh batuk disertai secret berwarna putih dan encer. Batuk dirasakan ketika
tenggorokannya terasa gatal dan banyak secret, batuk berhenti bila dilakukan
suctioning , batuk tidak dapat dikontrol dan hilang timbul.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Kurang lebih 1 tahun yang lalu klien mengatakan sering batuk – batuk dan radang
tenggorokan, walaupaun sudah berobat ke dokter radang tenggorokan klien tidak
sembuh, walaupun sembuh tapi timbul lagi, klien merokok dari usia 20 tahun, 1 hari
rata – rata menghabiskan 1 bungkus rokok, baru berhenti 3 bulan yang lalu.

5. Riwayat kesehatan keluarga


Menurut pengakuan klien dan keluarganya, tidak ada yang mempunyai penyakit yang
serupa dengan klien. Tidak ada yang mempunyai penyakit yang serupa dengan klien.
Tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM, jantung, hipertensi, asma.

6. Psikososial Spiritual
Hubungan klien dengan istri dan anak – anak baik. Hubungan dengan keluarga lain
baik. Dukungan keluarga aktif baik psikologis support dan finansial. Tidak ada
kontak mata saat interaksi, tidak bisa berbicara atau mengucapkan kata – kata tetapi
mengerti apa yang dikatakan orang lain, suara hilang akibat kanker laring khususnya
pada pita suara.
Klien beragama Islam, klien sangat percaya akan pertolongan Allah dalam penyakit
yang dihadapinya.

7. Pola aktivitas sehari – hari


a. Pola istirahat tidur
Di rumah: keluarga klien mengungkapkan saat di rumah klien tidur mulai jam
21.00 WIB dan bangun sekitar jam 05.00 WIB. Pada saat siang hari
klien jarang sekali tidur.
Di RS : pasien tirah baring
b. Pola eliminasi miksi dan defekasi
Di rumah: klien BAK 3-4 kali sehari dan BAB sehari sekali dengan warna kuning
kecoklatan dan konsistensi lembek.
Di RS : klien memakai kateter, warna urine kuning jernih, jumlah urine 300 cc
dan klien belum BAB.
c. Pola Nutrisi
Di rumah: keluarga klien mengungkapkan klien makan 3 kali sehari dengan nasi
tim, sayur, lauk pauk dan kadang – kadang dengan buah. Klien sehari
minum ± 8 gelas (1600cc)
Di RS : nafsu makan menurun, klien mampu menghabiskan ½ porsi makanan
yang disediakan
d. Personal hygiene
Di rumah: keluarga klien mengungkapkan klien mandi 2x sehari dengan
menggunakan sabun, gosok gigi 2x sehari dengan memakai pasta
gigi, dan mencuci rambut 3 kali seminggu.
Di RS : kebutuhan personal hygiene klien seperti mandi dibantu oleh petugas
(klien dimandikan oleh petugas).

8. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan (B1: Breath)
Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret pada hidung, pada leher
terpasang tracheostomi, balutan tracheostomi kotor, terdapat secret yang kering
pada kasa balutan. Terdapat benjolan pada leher sebelah kiri, pada saat diraba
mempunyai ukuran sebesar kelereng dan benjolan teraba keras. Pergerakkan dada
simetris, suara nafas stridor. Pada saat diperkusi suara paru terdengar resonan,
frekuensi nafas 22 x/mnt.
b. Cardiovaskuler (B2: Blood)
Tidak ada nyeri dada, nadi kuat dan teratur, akral hangat, tidak ada sianosis,
konjungtiva merah muda, tensi: 130/70 mmHg, nadi: 88 x/mnt, suhu: 36˚C, CRT
< 2 detik.
c. Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, pupil isokor 3 mm/3 mm, reaksi cahaya
+/+, reflek patela normal, sensasi raba normal, persepsi sensori pendengaran kiri-
kanan normal.
d. Perkemihan (B4: Bladder)
Klien memakai catheter produksi urine ± 1500 – 1800 cc/24 jam, warna kuning
jernih dan bau normal.
e. Pencernaan (B5: Bowel)
Abdomen tidak ada pembesaran hepar dan limpa, bunyi perkusi timpani, bising
usus 15 x/menit, BAB 1-2 x/hari konsistensi padat-lunak.
f. Tulang-otot-integumen (B6: Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada parese, paralise dan hemiparese, kekuatan
tonus otot 5 5
5 5

B. Analisa Data
N DATA KEMUNGKINAN PEYEBAB MASALAH
O DAN DAMPAK
1 DS Suspek Ca Laring Bersihan jalan napas
 Klien mengeluh batuk tidak efektif
disertai secret Tindakan medis (trakheostomi )
berwarna putih dan
encer. Batuk Canul trachea merupakan benda
dirasakan ketika asing bagi tubuh
tenggorokannya terasa
gatal dan banyak Merangsang sel goblet
secret,batuk berhenti
bila dilakukan Mengeluarkan secret berlebihan
suctioning , batuk
tidak dapat dikontrol Secret terakumulasi dijalan nafas
dan hilang timbul. termasuk dilubang trakheostomi

DO Ventilasi terganggu
 Frekuensi nafas 22
x/mnt
 Klien tampak sering
batuk disertai secret
putih dan encer
 Suara napas stridor
2. DS : - Tindakan trakheostomi Gangguan
DO : komuniksai verbal
 Klien berkomunikasi Klien bernafas melalui stoma
dengan menggunakan
bahasa tubuh Plika vokal suara tidak berkontrasi
(menggerakan bibir,
tangan, dan anggukan Suara tidak keluar
kepala )
 Klien terpasang kanul Klien tidak dapat berkomunikasi
trakheostomi secara verbal

C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan komunikasi verbal

D. Intervensi Keperawatan
Bersihan jalan NOC NIC
napas tidak efektif • Status pernafasan:  Manajemen jalan nafas
Batasan kepatenan jalan nafas  Posisikan pasien untuk
karakteristik : teratasi. memaksimalkan ventilasi
• Sputum dalam KRITERIA HASIL :  Lakukan fisioterapi dada bila
jumlah yang • Mendemonstrasikan perlu
berlebihan batuk efektif dan suara  Auskultasi suara napas, catat
• Suara napas napas yang bersih, tidak bila ada suara tambahan.
tambahan (stridor) ada sianosis dan dispneu  Penghisapan lendir pada jalan
• Kesulitan (mampu mengeluarkan nafas
berbicara atau sputum mampu )  Lakukan tindakan cuci tangan.
mengeluarkan • Menunjukkan jalan  Gunakan alat pelindung diri
suara napas yang paten (sarung tangan, kacamata,
• Frekuensi (frekuensi pernapasan masker)
pernapasan normal, tidak ada suara  Tentukan perlunya suction
22x/menit napas abnormal) mulut atau trakhea.
• Mampu  Auskultasi suara nafas sebelum
mengidentifikasi dan dan setelah tindakan suction.
mencegah faktor yang  Informasikan pada klien dan
dapat menghambat jalan keluarga tentang pentingnya
napas. tindakan suction.
 Instruksikan kepada pasien
untuk menarik nafas dalam
sebelum dilakukan suction dan
gunakan oksigen sesuai
kebutuhan
 Gunakan alat yang steril setiap
melakukan tindakan suktion
trakea.
 Bersihkan area sekitar stoma
trakhea setelah menyelesaikan
suction trakhea, sebagaimana
mestinya.
 Monitor dan catat warna,
jumlah dan konsistensi sekret.
Hambatan NOC NIC
komunikasi verbal • Komunikasi: • Peningkatan komunikasi: kurang
mengekspresikan bicara
Batasan teratasi.  Kenali emosi dan perilaku fisik
karakteristik : (pasien) sebagai bentuk
 Berkomunikasi KRITERIA HASIL : komunikasi
dengan • Komunikasi :  Sediakan metode alternatif
menggunakan penerimaan, untuk berkomunikasi dengan
bahasa tubuh interpretasi, ekspresi berbicara (misalnya menulis di
(menggerakan pesan meja, menggunakan kartu,
bibir, tangan, dan • Komunikasi ekspresif kedipan mata, papan
anggukan kepala ) (kesulitan berbicara) : komunikasi dengan gambar dan
 Terpasang kanul ekspresi pesan verbal huruf, tanda dengan tangan atau
trakheostomi dan atau non verbal postur, dan menggunakan
yang bermakna. komputer)
• Gerakan terkoordinasi :  Sediakan metode alternatif
mampu mengkoordinasi menulis atau membaca, dengan
gerakan dalam cara yang tepat.
menggunakan isyarat.
• Mampu  Ulangi apa yang disampaikan
mengkomunikasikan pasien untuk menjamin akurasi.
kebutuhan dengan  Ungkapkan pertanyaan dimana
lingkungan sosial. pasien dapat menjawab dengan
menggunakan jawaban
sederhana ya atau tidak.
 Sesuaikan gaya komunikasi
untuk memenuhi kebutuhan
klien (misalnya berdiri di depan
pasien saat berbicara,
mendengarkan dengan penuh
perhatian, bicara pelan untuk
menghindari berteriak, gunakan
komunikasi tertulis, atau
bantuan keluarga dalam
memahami pembicaraan
pasien).

E. Implementasi Keperawatan
NO Diagnosa Hari/ Implementasi keperawatan
keperawatan tanggal
1. Bersihan jalan 13  Manajemen jalan nafas:
nafas tidak efektif September  Jam 08.00
2018 Memberikan posisi head up 30˚ - 45˚ untuk
memaksimalkan ventilasi
 Jam 08.10
Melakukan fisioterapi dada
 Jam 08.25
Melakukan auskultasi suara napas, dan mencatat
bila ada suara tambahan: suara nafas stridor.
 Penghisapan lendir pada jalan nafas:
 Jam 08.30
Melakukan tindakan cuci tangan.
 Jam 08.35
Menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan,
kacamata, masker)
 Jam 08.40
Menentukan perlunya suction mulut atau trakhea.
 Jam 08.40
Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang
pentingnya tindakan suction yaitu untuk
mengeluarkan lendir dari saluran nafas.
 Jam 08.45
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam
sebelum dilakukan suction dan gunakan oksigen
sesuai kebutuhan.
 Jam 08.45
Melakukan tindakan suktion trakea .
 Jam 08.55
Membersihkan area sekitar stoma trakhea setelah
menyelesaikan suction trakhea, sesuai prosedur.
 Jam 09.10
Memonitor dan mencatat warna, jumlah dan
konsistensi sekret.
2. Hambatan 13  Jam 08.00
komunikasi verbal September Mengenali emosi dan perilaku fisik (pasien)
2018 sebagai bentuk komunikasi
 Jam 09.15
Menyediakan metode alternatif untuk
berkomunikasi dengan menulis pada kertas.
 Jam 09.15
Menganjurkan pasien untuk menuliskan apa yang
ingin disampaikan pada kertas yang sudah
disediakan.
 Jam 09.20
Mengulangi apa yang disampaikan pasien untuk
menjamin akurasi.
 Jam 09.20
Mengungkapkan pertanyaan dimana pasien dapat
menjawab dengan menggunakan jawaban
sederhana ya atau tidak, misalnya apakah hari ini
Bapak sudah makan?
 Jam 09.20
Berdiri di depan pasien saat berbicara,
mendengarkan dengan penuh perhatian, bicara
pelan untuk menghindari berteriak,
menggunakan komunikasi tertulis, dan meminta
bantuan keluarga dalam memahami pembicaraan
pasien.

F. Evaluasi Keperawatan
NO Diagnosa Hari/ Evaluasi keperawatan
keperawatan tanggal
1. Bersihan jalan nafas 14 S: melalui tulisan pasien mengungkapkan bahwa
tidak efektif September batuk kadang – kadang
berhubungan dengan 2018 O: - pasien tidak sianosis
obstruksi jalan napas Jam: - Suara nafas vesikuler
- Secret pada tracheostomi sudah berkurang,
warna putih, konsistensi encer.
- rr: 20x/menit
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan.
2. Hambatan 14 S:-
komunikasi verbal September O:- pasien mampu mengungkapkan perasaan
2018 dengan menulis.
- Pasien mengkoordinasi gerakan
menggunakan isyarat.
A:masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan.
15 S: -
September O: - pasien mampu menggunakan bahasa dengan
2018 menulis
- Pasien menggkoordinasi gerakan
menggunakan isyarat.
- Pasien mampu mengungkapkan kebutuhan
kepada keluarga dan petugas dengan
menggunakan bahasa isyarat ataupun
dengan menulis.
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada laring. Penyebab kanker laring
belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum
alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap terjadinya
kanker laring. Penelitian epidemiologi menggambarkan beberapa hal yang diduga
menyebabkan kanker laring yang kuat yaitu rokok, alkohol dan oleh sinar radioaktif.
Terbanyak didapatkan pada klien berusia 50-60 th.
Penatalaksanaan keganassan dilaring tanpa memperhatikan bidang rehabilitasi
belumlah lengkap. Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dnegan keluasan
malignansi. Pengobatan pilihan termasuk pembedahan dan terapi radiasi. Yang
terpenting pada penanggulangan pada karsinoma laring adalah diagnosis dini dan
pengobatan /tindakan yang tepat dan kuratif karena tumor masih terisolasi dan dapat
diangkat secara radikal.

B. Saran
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Ca Laring, perawat harus
memahami konsep asuhan keperawatan Ca Laring sehingga asuhan keperawatan
dapat terlaksana dengan baik.
2. Dalam melakukan tindakan keperawatan harus melibatkan pasien dan keluarganya
serta tim kesehatan lainnya, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan tindakan
yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC.
Jakarta. Medi Action Publishing
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sistem Ke Sel Edisi 8. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C.(2001).Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &


Suddart/editor, Suzanne C.Smeltzer,Breda G.Bare;alih bahasa, Agung Waluyo...
[et.al.];editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Ellen Panggabean.- Ed.8 –
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai