OLEH
KELOMPOK MALIGNANT :
1. Richi Ronaldo Tafui, S.Kep
2. Ricky Marthin Ly, S.Kep
3. Sabina Lani Hamu, S.Tr.Kep
4. Sri Afriani, S.Tr.Kep
5. Waldetrudis Muke, S.Kep
PENDAHULUAN
Karsinoma laring adalah suatu keganasan yang terdapat pada kotak suara,
pita suara ataupun daerah lain yang terdapat pada tenggorokan. Laring terbagi
atas tiga bagian anatomi yaitu supraglotis, glotis dan subglotis. Kurang lebih 60%
kanker laring ditemukan pada daerah glotis, sedangkan 35% berasal dari daerah
supraglotis dan hanya 5% berasal dari daerah subglotis. Menurut perkiraan
terbaru di America Serikat, terdapat sebanyak 13,430 kasus baru karsinoma
laring.10,550 daripada penderita karsinoma laring pada laki-laki dan 2,880 adalah
pada wanita. Angka kematian dapat mencapai 3,620 kasus yaitu 2890 pada kasus
laki-laki sedangkan 730 kasus pada wanita (American Cancer Society, 2016)
1.2 TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kupang
mampu menerapkan praktik klinik home care dan paliatif secara langsung pada
keluarga di tempat tinggal masing-masing.
2. Tujuan khusus
(a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien paliatif
(b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien paliatif
(c) Mampu menyusun rencana intervensi keperawatan pada pasien paliatif
(d) Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien paliatif
(e) Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien paliatif.
1.3 MANFAAT
1. Bagi keluarga
Keluarga dapat mengetahui bentuk dukungan terhadap pemenuhan kebutuhan
spiritual dan mampu merawat pasien.
2. Bagi institusi
Bentuk aplikasi ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan home care dan
paliatif.
3. Bagi mahasiswa
Dapat menjadi pembelajaran bagi mahasiswa terkait perawatan paliatif yaitu
dukungan keluarga terhadapat pemenuhan kebutuhan spiritual dan asuhan
keperawatan pada pasien paliatif
BAB 2
TIANJAUAN TEORITIS
2.1.1. Pengertian
Laring adalah kotak kaku yang tidak dapat meregang, laring mengandung ruang
sempit antara pita suara (glottis) dimana udara harus melewati ruangan ini. Carcinoma
laring adalah keganasan pada laring. Kanker merupakan massa jaringan abnormal
tumbuh terus menerus, tidak pernah mati. Tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh. Kanker Laring adalah
keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya ditenggorokan Secara
anatomi karsinoma di bagi atas 3 bagian yaitu supra giotik,tumor pada puka
ventrikularis, aritenoid, epigiatis dan sinus periforanus. (Glotis: tumor pada korda
vokalis, subglotis : tumor dibawah koida vokalis) (Snell. RS, 2019).
2.1.2. Etiologi
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko
tinggi terhadap terjadinya kanker laring. Peneliti epidemiologic menggambarkan
beberapa hal yang diduga menyebabnya terjadinya kanker laring yang kuat ialah
perokok, alkohol dan oleh sinar radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang diduga
meningkatnya resiko terjadinya kanker sebagai berikut (Munir M, 2007) :
a. Faktor lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru ,mulut,
laring , (pita suara) dan kandungan kemih darah seperti leukimia.
b. Faktor makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor resiko penting lain penyebab kanker,
terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat
menyebabkan kanker adalah makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk
acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Minuman yang mengandung
alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker kerongkongan. Zat
pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan
laut yang tercemar seperti: kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis, tepung) yang
diproses secara berlebihan.
c. Virus.
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain virus
epstein-Bar( di Afrika) menyebabkan limfoma burkitt, sedangkan di cina virus ini
meyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan
dan genetik.
Menurut Bunner dan Sudad, Barbara C. Long, Robin dan Kumar serta D. Tone R,
Cody. Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya CA Laring meliputi :
a. Tembakau (berasap atau tidak )
b. Alkohol serta efek kombinasinya,
c. Penajaman terhadap obseton,
d. Gas mustard
e. Kayu, kulit dan logam,
f. Pekerjaan yang menggunakan suara berlebihan(penyanyi roch)
g. Laring tis kronis,
h. Defisiensi nutrisi
i. Riwayat keluarga CA Laring
j. Asap debu pada daerah industri,
k. Perokok diatas 40 tahun.
l. Lebih sering pada laki-laki daripada wanita.
m. Epiglotis
n. Hemophilus influensa
Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini
tumor pita suara.Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.Kualitas
nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita
suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.Pada tumor ganas laring, pita
suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara,
oklusi atau peyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan
ligamen cricoarytenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di
pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut.
Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan
nadanya lebih rendah dari biasa (Munir M, 2007).
Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan
napas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan
jalan napas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh
fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat kedua gejala
tersebut.Sumbatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh
pasien. Pada umumnya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang
baik (Munir M, 2007).
c. Nyeri tenggorokan
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam (Munir
M, 2007).
d. Disfagia
Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan
sinus piriformis.Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor
ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya
tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring (Munir M, 2007).
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan
tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis
sering terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik. Gejala lain berupa batuk,
hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring
atau metastasis jauh (Munir M, 2007).
N
yeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi
supurasi tumor yang menyerang cartilago thyroidea dan perikondrium (Munir M,
2007).
a. Cartilago Laring
Terdapat sembilan tulang rawan di laring, yaitu tiga yang tidak berpasangan
dan tiga yang berpasangan (Maqbool. M, 2007).
Gambar 2.1: Kerangka laring :Anterior view dan Posterior view
1) Cartilago thyroidea
2) Epiglottis
Ini adalah seperti tulang rawan dalam bentuk daun yang diratakan, melekat
pada sudut antara lamina tiroid oleh ligamentum tiroepiglotika. Epiglottis
proyek ke atas, di belakang os hyoideum dan margin superior adalah bebas.
(Maqbool. M, 2007).
4) Cartilago Cricoidea
5) Cartilago Arytenoidea
6) Cartilago corniculata
7) Cartilago cuneiformis
b. Otot-otot Laring
1) Otot Laring Instrinsik
c. Sistem limfatik
Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran limfe, yaitu : (Adam, et. al, 2002)
Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut: (Ratiola,
2000).
a. Fungsi Fonasi.
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti
rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang
dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsic laring
berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan
massa ujung- ujung bebas dan tegangan pita suara sejati. (Ratiola, 2000).
b. Fungsi Proteksi.
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot
yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup.Pada waktu menelan,
pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada
pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid
melalui serabut afferent Nervus Laringeus Superior.Sebagai hasilnya, sfingter dan
proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke
lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esophagus
(Ratiola, 2000).
c. Fungsi Respirasi.
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar
rongga dada dan musculus cricoaritenoideus posterior terangsang sehingga
kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh
tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan
menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan
merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring
mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2
arterial dan hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial
CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara (Ratiola,
2000).
d. Fungsi Sirkulasi.
Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian
tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return.Perangsangan dinding
laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti
jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring (Ratiola,
2000).
e. Fungsi Fiksasi.
Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi,
misalnya batuk, bersin dan mengedan (Ratiola, 2000).
f. Fungsi Menelan.
Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
terlangsungnya proses menelan. Pada waktu menelan faring bagian bawah
mengalami kontraksi sepanjang cartilago cricoidea dan cartilago tiroidea, serta
menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke
bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.Laring menutup untuk mencegah
makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan
menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis. Epiglotis menjadi
lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga
makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan masuk ke
sinus piriformis lalu ke hiatus esophagus (Ratiola, 2000).
g. Fungsi Batuk.
Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak
menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi
benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada
mukosa laring (Ratiola, 2000).
h. Fungsi Ekspektorasi.
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut (Ratiola, 2000).
i. Fungsi Emosi
Perubahan emosi dapat menyebabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada
waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan (Ratiola, 2000).
2.1.5. Patofisiologi
CA. Laring
Penurunan berat
badan Bersihan jalan
tidak efektif
Perubahan nutrisi:
kurang dari
kebutuhan tubuh
2.1.7. Jenis-jenis CA Laring
Klasifikasi tumor ganas laring berdasarkan AJCC, 2006 dalam, sebagai berikut:
3.2.1 Supraglotis
1) T1: Tumor terbatas pada satu sub bagian supraglotis dengan pergerakan pita
suara asli masih normal.
2) T2: Tumor menginfasi >1 mukosa yang berdekatan dengan supraglotis atau
glotis atau daerah di luar supraglotis (misalnya: mukosa dasar lidah, vallecula,
dinding medial sinus pyriformis) tanpa fiksasi laring.
3) T3: Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli dan/atau
menginvasi area postkrikoid, jaringan pre-epiglotik, ruang paraglotik dan/atau
invasi minor kartilago tiroid.
4) T4 a: Tumor menginvasi melalui kartilago tiroid/atau jaringan yang jauh dari
laring (misalnya: trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid
atau esofagus).
5) T4b: Tumor menginvasi ruang preventebra, sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum
3.2.2 Glotis
1) T1: Tumor terbatas pada pita suara asli (mungkin melibatkan komisura anterior
atau posterior) dengan pergerakan yang normal
2) T1a: Tumor terbatas pada satu pita suara asli
3) T1b: Tumor melibatkan kedua pita suara asli
4) T2: Tumor meluas ke supraglotis dan atau subglotis, dan atau dengan gangguan
pergerakan pita suara asli
5) T3: Tumor pada laring dan fiksasi pita suara asli dan atau menginvasi ruang
paraglotik dan/atau erosi minor kartilago tiroid
6) T4a: Tumor menginvasi kartilago tiroid dan atau jaringan yang jauh dari laring
(misalnya: trakea, muskulus eksrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid, atau
esofagus)
7) T4b: Tumor menginvasi ruang preventebra, sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum
3.2.3 Subglotis
1) T1: Tumor terbatas pada subglotis
2) T2: tumor meluas ke pita suara asli dengan pergerakan yang normal atau terjadi
gangguan
3) T3: Tumor terbatas pada jaringan dengan fiksasi pita suara asli
4) T4a: Tumor mrnginvasi kartilago tiroid dan atau jaringan yang jauh dan laring
(misalnya: trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid, atau
esofagus)
5) T4b: Tumor menginvasi prevertebra sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum
2.1.9. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah fistula. Dari data yang didapatkan
sebanyak 6% pasien menderita stenosis, sebanyak 12% pasien mendapat komplikasi
fistula dan 4% terjadi rekurensi. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian oleh hermani
dkk tahun 2000. Yang menyatakan bahwa karsinoma laring lebih banyak mengenai laki-
laki dari pada perempuan usia terbanyak dialami pada dekade 5-6, begitu juga dengan
faktor resiko yang menyebabkan yaitu rokok dan alkohol. Pasien datang pada umumnya
dengan keluhan suara serak yang meningkat menjadi sesak nafas seiring dengan
meningkatnya stadium dari tumor.
2.1.10. Prognosis
Angka kesintasan 5 tahun pada pasien karsinoma laring stadium awal adalah
sebesar 95%. Angka kesintasan pada pasien yang mendapat terapi radiasi dan laryngeal
preservation surgery dilaporkan di atas 90% pada kanker stadium I dan sekitar 80% pada
kanker stadium II. Karsinoma laring stadium lanjut (III dan IV) berkaitan dengan risiko
tinggi rekurensi lokal dan metastasis jauh. Studi prospektif acak Veteran Affairs (VA)
yang membandingkan karsinoma laring stadium lanjut yang diterapi dengan terapi
radiasi dan pembedahan definitif menunjukkan angka kesintasan 2 tahun yang mirip,
yaitu 68%. Studi lain, seperti studi EROTC (European Organization for Research and
Treatment of Cancer) juga mendukung hasil tersebut. Seiring berkembangnya teknik
pembedahan, gabungan antara terapi radiasi atau kemoradioterapi pasca bedah dengan
tindakan bedah yang menjaga fungsi laring (laryngeal preservation), terkadang via
tindakan invasif minimal, telah meningkatkan prognosis pasien karsinoma laring stadium
lanjut. Berbagai studi melaporkan bahwa tindakan ini menghasilkan 5-year local control
rate sebesar 69-76% dan angka kesintasan keseluruhan 37% (Alomedika.com, 2021).
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara serak
yang tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran dan perubahan
pada daerah leher. Menurut Cody D. Thaher, C. Long Barbara, Harrison,
Sjmsuhidayat dan Suddart Bunner pada pengkajian akan didapatkan data sebagai
berikut :
a) Usia
b) Jenis kelamin : Laki laki lebih banyak dari pada perempuan 2 : 1
c) Pekerjaan:Pekerjaan yang menggunakan suara yang berlebihan, seperti
apenyanyi, penceramah, dosen.
d) Alamat : Tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran polusi yang tinggi,
seperti tinggal di wilayah industri.
e) Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. Sulit
menelan,sulit bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk, penurunan berat
badan, nyeri tenggorok, lemah.
2. Pengkajian sekunder
a) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan umum
(2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Respirasi dan Nadi
(3) Pengukuran BB
(4) Kepala
(5) Pembengkakan kelenjar limfe post dan pre aurikel
(6) Leher
b) Pemeriksaan Penunjang
(1) Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi terhadap
sisi luar laring pada leher dan gerakangerakan pada saat menelan. Pada
kanker laring gerakan menelan akan bergerak ke bawah saat inspirasi atau
tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan adanya pembesaran dan nyeri.
(2) Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada tenggorokan.
(3) Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium menunjukkan adanya
lesi-lesi loca
(4) Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi respon
pengobatan.
3. Riwayat penyakit sekarang : Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak
pada pasien dengan kanker pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan
nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di
belakang leher. Gejala lanjut meiputi disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.
4. Riwayat penyakit dahulu : adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit
tenggorokan, riwayat epiglottis.
5. Riwayat penyakit keluarga : Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa positif
kanker laring.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau
seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta
sekresi banyak dan kental.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan
batang suara).
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh
sel-sel tumor
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
saluran pencernaan.(disfagia)
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi
wajah dan leher.
C. Perencanaan Keperawatan
Intervensi
No Diagnosa Kepewatan
Tujuan Rencana keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak Pola napas membaik Manajemen jalan napas (1.01011)
efektif b.d spasme jalan (L.01003)
napas Observasi:
Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas
asuhan keperawatan (frekuensi,kedalaman,usaha
3x24 jam di harapkan napas)
bersihan jalan napas 2. Monitor jalan napas tambahan
tidak efektif dapat (mis.
teratasi dengan kriteria Gurglin,mengi,wheezing,ronkhi
hasil: kering)
3. Monitor sputum
a. Frekuensi napas (jumlah,warna,aroma)
membaik Terapeutik :
b. Frekuensi napas 1. Pertahankan kepatenan jalan
membaik napas dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thurst jika curiga trauma
servikal)
2. Posisikan semi-fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterpi dada, jika
perlu
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
Edukasi:
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Edukasi:
1. Jalankan strategi meredakan
nyeri
- Kolaborasi pemberian
analgesik
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme 1. Memotivasi pasien untuk bernafas
jalan napas pelan,dalam, dan batuk
2. Memonitor status pernapasan
3. Melakukan penyedotan melalui endotrakea
atau nasotrakea
BAB 3
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.4.2 Leher
Terdapat luka post operasi trakeostomi, tidak terdapat warna abnormal
pada kulit leher. Bentuk leher simetris, tidak terdapat benjolan abnormal
disekitar leher kiri maupun kanan.
3.4.3 Dada
Bentuk dada simetris, terdapat bunyi ronki pada ics 3 sinistra. Tidak ada
penggunaan otot bantu napas.
3.4.4 Ekstremitas
Tonus otot baik, rentang gerak leluasa, tidak ada hambatan gerakan,
kekuatan otot berskala 5 pada semua kuadran ekstremitas, tidak terdapat
kelainan pada ekstremitas.
3.4.5 Abdomen
Tidak terdapat abnormalitas bentuk abdomen, distribusi warna kulit
abdomen normal, tidak terdapat lesi, tidak teraba masa, bising usus terdengar di
kuadran bawah abdomen dengan frekuensi 16 kali permenit.
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan CA Laring
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
Direktorat : Jln. Piet A. Tallo – Kupang, Telp : (03 881880 ; 880880
Fax (0380) 8553418 ; email : poltekkeskupang@yahoo.com
PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT
Mual: (-) Tonus otot: (+) Jaringan parut: (-) Parase: (-)
Sulit menelan: (+) Drop Foot: (-) Pus/Nanah: (-) Fungsi Perasa
Stomatitis: (-) Ektremitas bawah Waktu tidur: (Malam 22:00-04:00) Genitalia/perianal kotor: (-)
Warna: Normal Bebas: (-) Bantuan obat: Rambut - kepala kotor: (-)
Jika ya: sebutkan Nyeri Kegiatan social sehari- hari: Berdandan: (-)
Denial: (-) • Menarik diri: (-) • Jika ada masalah , Bagaiaman klien
menyelesaikannya: Mengambil keputusan dibantu
Marah: (-) • Agresif: (-) keluarga
Hari Intervensi
No Tanggal Diagnosa
Kepewatan Tujuan Rencana keperawatan
1. Selasa Bersihan Pola napas membaik Manajemen jalan napas
09 / 21 jalan napas (L.01003) (1.01011)
/11 tidak efektif
b.d spasme Setelah dilakukan Observasi:
jalan napas asuhan keperawatan 4. Monitor pola napas
3x24 jam di harapkan (frekuensi,kedalaman,usaha
bersihan jalan napas napas)
tidak efektif dapat 5. Monitor jalan napas tambahan
teratasi dengan (mis.
kriteria hasil: Gurglin,mengi,wheezing,ronkh
i kering)
c. Frekuensi napas 6. Monitor sputum
membaik (jumlah,warna,aroma)
d. Frekuensi napas Terapeutik :
membaik 7. Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thurst jika
curiga trauma servikal)
8. Posisikan semi-fowler
9. Berikan minum hangat
10. Lakukan fisioterpi dada, jika
perlu
11. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
12. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
Edukasi:
3. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
4. Ajarkan teknik batuk efektif
P : Lanjutkan
intervensi 2 dan 3
2. Nyeri akut b.d agen Selasa 09/21 14.00 1. S: Pasien
pencedera fisik /11 Mengidentifik mengatakan nyeri
14.10 asi lokasi luka di bagian CA
nyeri. laringnya
14.15 2. Melakukan
pengkajian O: Ekspresi wajah
14.20 skala nyeri pasien tampak
3. Melakukan meringgis
tanda-tanda KU: baik,
14.25 vital Kesadaran: cm
4. Menganjurkan Observasi ttv:
pasien intuk TD: 120/70mmHg
melakukan N : 79x/menit
teknik S : 36ºc
relaksasi RR: 20x/menit
napas dalam
5. Melakukan A: Masalah teratasi
kolaborasi sebagian
dengan dokter
dalam P: Lanjutkan
pemberian intervensi 2,3,4,5
obat analgesik
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
Lampiran 1
Gambar 1. Pengkajian pada pasien