Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

“ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA NY. A.N DENGAN KANKER


LARING STADIUM II”

OLEH
KELOMPOK MALIGNANT :
1. Richi Ronaldo Tafui, S.Kep
2. Ricky Marthin Ly, S.Kep
3. Sabina Lani Hamu, S.Tr.Kep
4. Sri Afriani, S.Tr.Kep
5. Waldetrudis Muke, S.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


PRODI PROFESI NERS
2021
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Karsinoma laring adalah suatu keganasan yang terdapat pada kotak suara,
pita suara ataupun daerah lain yang terdapat pada tenggorokan. Laring terbagi
atas tiga bagian anatomi yaitu supraglotis, glotis dan subglotis. Kurang lebih 60%
kanker laring ditemukan pada daerah glotis, sedangkan 35% berasal dari daerah
supraglotis dan hanya 5% berasal dari daerah subglotis. Menurut perkiraan
terbaru di America Serikat, terdapat sebanyak 13,430 kasus baru karsinoma
laring.10,550 daripada penderita karsinoma laring pada laki-laki dan 2,880 adalah
pada wanita. Angka kematian dapat mencapai 3,620 kasus yaitu 2890 pada kasus
laki-laki sedangkan 730 kasus pada wanita (American Cancer Society, 2016)

Di negara-negara maju rata-rata satu banding empat kematian (1:4)


disebabkan oleh karsinoma. Di Eropa dan Amerika karsinoma laring merupakan
penyakit kanker nomor satu, sedangkan di Indonesia yang terbanyak
merupakan karsinoma nasofaring dan karsinoma laring menempati urutan ke-2
atau ke-3 dari setiap tahun di bidang THT (Siti HH, 2004).

Karsinoma laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang


THT. Karsinoma laring lebih sering diderita oleh pasien pada usia 56 -69
tahun. Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa
hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring, yaitu rokok,
alkohol, sinar radioaktif dan polusi udara (Toyibah R, 2016).

1.2 TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kupang
mampu menerapkan praktik klinik home care dan paliatif secara langsung pada
keluarga di tempat tinggal masing-masing.
2. Tujuan khusus
(a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien paliatif
(b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien paliatif
(c) Mampu menyusun rencana intervensi keperawatan pada pasien paliatif
(d) Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien paliatif
(e) Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien paliatif.

1.3 MANFAAT
1. Bagi keluarga
Keluarga dapat mengetahui bentuk dukungan terhadap pemenuhan kebutuhan
spiritual dan mampu merawat pasien.
2. Bagi institusi
Bentuk aplikasi ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan home care dan
paliatif.
3. Bagi mahasiswa
Dapat menjadi pembelajaran bagi mahasiswa terkait perawatan paliatif yaitu
dukungan keluarga terhadapat pemenuhan kebutuhan spiritual dan asuhan
keperawatan pada pasien paliatif
BAB 2

TIANJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT CA LARING

2.1.1. Pengertian

Laring adalah kotak kaku yang tidak dapat meregang, laring mengandung ruang
sempit antara pita suara (glottis) dimana udara harus melewati ruangan ini. Carcinoma
laring adalah keganasan pada laring. Kanker merupakan massa jaringan abnormal
tumbuh terus menerus, tidak pernah mati. Tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh. Kanker Laring adalah
keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya ditenggorokan Secara
anatomi karsinoma di bagi atas 3 bagian yaitu supra giotik,tumor pada puka
ventrikularis, aritenoid, epigiatis dan sinus periforanus. (Glotis: tumor pada korda
vokalis, subglotis : tumor dibawah koida vokalis) (Snell. RS, 2019).

2.1.2. Etiologi

Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko
tinggi terhadap terjadinya kanker laring. Peneliti epidemiologic menggambarkan
beberapa hal yang diduga menyebabnya terjadinya kanker laring yang kuat ialah
perokok, alkohol dan oleh sinar radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang diduga
meningkatnya resiko terjadinya kanker sebagai berikut (Munir M, 2007) :

a. Faktor lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru ,mulut,
laring , (pita suara) dan kandungan kemih darah seperti leukimia.
b. Faktor makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor resiko penting lain penyebab kanker,
terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat
menyebabkan kanker adalah makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk
acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Minuman yang mengandung
alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker kerongkongan. Zat
pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan
laut yang tercemar seperti: kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis, tepung) yang
diproses secara berlebihan.

c. Virus.
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain virus
epstein-Bar( di Afrika) menyebabkan limfoma burkitt, sedangkan di cina virus ini
meyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan
dan genetik.

Menurut Bunner dan Sudad, Barbara C. Long, Robin dan Kumar serta D. Tone R,
Cody. Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya CA Laring meliputi :
a. Tembakau (berasap atau tidak )
b. Alkohol serta efek kombinasinya,
c. Penajaman terhadap obseton,
d. Gas mustard
e. Kayu, kulit dan logam,
f. Pekerjaan yang menggunakan suara berlebihan(penyanyi roch)
g. Laring tis kronis,
h. Defisiensi nutrisi
i. Riwayat keluarga CA Laring
j. Asap debu pada daerah industri,
k. Perokok diatas 40 tahun.
l. Lebih sering pada laki-laki daripada wanita.
m. Epiglotis
n. Hemophilus influensa

2.1.3. Tanda dan Gejala


a. Serak

Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini
tumor pita suara.Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.Kualitas
nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita
suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.Pada tumor ganas laring, pita
suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara,
oklusi atau peyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan
ligamen cricoarytenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di
pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut.
Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan
nadanya lebih rendah dari biasa (Munir M, 2007).

b. Dispnea dan stridor

Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan
napas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan
jalan napas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh
fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat kedua gejala
tersebut.Sumbatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh
pasien. Pada umumnya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang
baik (Munir M, 2007).

c. Nyeri tenggorokan

Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam (Munir
M, 2007).

d. Disfagia

Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan
sinus piriformis.Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor
ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya
tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring (Munir M, 2007).

e. Batuk dan hemoptisis

Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan
tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis
sering terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik. Gejala lain berupa batuk,
hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring
atau metastasis jauh (Munir M, 2007).

f. Nyeri tekan laring

N
yeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi
supurasi tumor yang menyerang cartilago thyroidea dan perikondrium (Munir M,
2007).

2.1.4. Anatomi dan Fisiologi


2.1.4.1 Anatomi Laring

Laring adalah organ untuk produksi suara atau fonasi.Laring juga


merupakan saluran udara dan bertindak sebagai sfingter di bagian dalam dari
saluran pernapasan bagian bawah.Ia merupakan bagian dari sistem pernapasan
yang memungkinkan aliran dua arah gas. Laring terletak di bagian atas saluran
udara. Laring terletak di antara trakea dan akar lidah, di bagian atas dan depan
leher, di mana proyeksi di lini tengah. Ia membentuk bagian bawah anterior dinding
faring dan tertutupi oleh lapisan mukosa rongga. Laring terdapat sepanjang vertebra
IV- VI tetapi laring terletak lebih tinggi pada wanita dan selama masa kanak-
kanak.Sampai pubertas, ukuran laring pada laki- laki berbeda sedikit dari
wanita.Bagi wanita, pembesaran laring selepas pubertas hanya sedikit.Bagi laki-
laki pula terdapat perubahan ukuran laring yang cukup besar.Semua cartilago
membesar dan cartilago thyroidea menonjol di lini tengah leher, sementara
panjang rima glottidis hampir dua kali ganda.Laring adalah luas di bagian atas
dalam bentuk kotak segi tiga yang diratakan di belakang dan di sisi serta dibatasi
di hadapan oleh vertikal ridge yang menonjol.Pada bagian bawah, laring ini
sempit dan berbentuk silinder. Laring terdiri dari cartilago, yang terhubung oleh
ligamentum dan digerakkan oleh otot. Laring dilapisi oleh membran mukosa yang
menyambung dari faring hingga ke trakea (Snell. RS, 2019).

a. Cartilago Laring
Terdapat sembilan tulang rawan di laring, yaitu tiga yang tidak berpasangan
dan tiga yang berpasangan (Maqbool. M, 2007).
Gambar 2.1: Kerangka laring :Anterior view dan Posterior view

1) Cartilago thyroidea

Cartilago thyroidea merupakan tulang rawan terbesar menonjol di


leher.Kedua lamina lateralis sekering di garis tengah secara berbentuk V dan
ujung atas dan bawah yang berlanjut ke tanduk disebut tanduk superior
dan inferior.Tulang rawan ini berhubung ke os hyoideum oleh membrana
thyroidea dan cartilago cricoidea oleh membrana cricothyroidea (Maqbool.
M, 2007).

2) Epiglottis

Ini adalah seperti tulang rawan dalam bentuk daun yang diratakan, melekat
pada sudut antara lamina tiroid oleh ligamentum tiroepiglotika. Epiglottis
proyek ke atas, di belakang os hyoideum dan margin superior adalah bebas.
(Maqbool. M, 2007).

3) Lipatan memanjang dari epiglottis

Lipatan aryepiglotik memperpanjang dari margin lateral hingga ke cartilago


arytenoid. Lipatan glossoepiglotik meluas dari lidah hingga ke aspek lingual
dari epiglottis, menghasilkan dua cekungan di kedua sisi disebut valecullae.
Lipatan faringoepiglotik ekstensi dari margin lateral epiglottis ke dinding
faring. Ruang Pra-epiglotik : Ini adalah ruang potensial di depan epiglottis
yang berisi saluran limfatik. Ruang pra-epiglotik ini terikat di depan oleh
cartilago thyroidea, posterior epiglotis dan di atas terikat oleh ligamentum
hyoepiglotik. Ruang ini penting dalam pembedahan karena sel-sel tumor
mungkin melibatkan pembuluh getah bening dalam ruang ini serta harus
dipotong bersama dengan tempat pertumbuhan. (Maqbool. M, 2007).

4) Cartilago Cricoidea

Cartilago Cricoidea adalah lengkungan anterior sempit dan lamina


posterior luas. Lengkungan anterior terhubung dengan batas inferior cartilago
thyroid oleh membran cricothyroid. Posterior lamina memberikan lampiran
ke otot dan artikular dengan cartilago arytenoidea pada sendi cricoarytenoid
(Maqbool. M, 2007).

5) Cartilago Arytenoidea

Cartilago Arytenoidea berbentuk piramida dan terletak di lamina


cricoidea.Dasar piramida berartikulasi dengan segi cricoidea untuk membentuk
sendi cricoarytenoidea. Sudut anterior piramida, dikenal sebagai proses vokal,
memberikan lampiran ke pita suara. Processus lateral yang dikenal sebagai
processus musculus memberikan lampiran kepada musculus. Apeks
memberikan lampiran ke lipatan aryepiglotik (Maqbool. M, 2007).

6) Cartilago corniculata

Cartilago corniculata terletak di puncak cartilago arytenoidea di


sisi lain membran mukosa lipatan aryepiglotik. Cartilago ini berbentuk
kerucut (Maqbool. M, 2007).

7) Cartilago cuneiformis

Cartilago cuneiformis terletak di setiap lipatan aryepiglotik di


depancartilago corniculata. Cartilago ini berbentuk club (Maqbool. M, 2007).

b. Otot-otot Laring
1) Otot Laring Instrinsik

Otot instrinsik laring bertanggungjawab mengubah panjang, ketegangan,


bentuk dan posisi spasial lipatan vokal dengan mengubah orientasi dari otot dan
vokal proses dari arytenoid dengan komisura anterior tetap. Otot dikategorikan
ke dalam skema berikut : tiga lipatan utama adduktor, satu abduktor, dan satu
musculus tensor (Snell. RS, 2019).
Musculus adduktor terdiri dari:
a) Musculus Cricoarytenoideus lateralis
b) Musculus thyroarytenoideus
c) Musculus Interarytenoidea

Musculus abduktor terdiri dari:


Musculus Cricoarytenoideus posterior
Musculus tensor terdiri dari :
Musculus Cricothyroideus

2) Otot Laring Ekstrinsik

Otot-otot strap infrahyoid bekerjasama untuk memberikan laring


stabilisasi dan secara tidak langsung mempengaruhi posisi lipatan vokal.

c. Sistem limfatik

Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran limfe, yaitu : (Adam, et. al, 2002)

1) Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul


membentuk saluran yang menembus membrana tiroidea menuju kelenjar
limfe cervical superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan
middle jugular node.
2) Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe trakea,
middle jugular node, dan inferior jugular node.
3) Bagian anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan
sistem limfe esofagus. Sistem limfe ini penting sehubungan dengan metastase

karsinoma laring dan menentukan terapinya (Adam, et. al, 2002).


Gambar 2.2: Sistem limfatik laring

2.1.4.2 Fisiologi Laring

Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut: (Ratiola,
2000).
a. Fungsi Fonasi.
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti
rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang
dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsic laring
berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan
massa ujung- ujung bebas dan tegangan pita suara sejati. (Ratiola, 2000).

b. Fungsi Proteksi.
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot
yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup.Pada waktu menelan,
pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada
pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid
melalui serabut afferent Nervus Laringeus Superior.Sebagai hasilnya, sfingter dan
proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke
lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esophagus
(Ratiola, 2000).
c. Fungsi Respirasi.
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar
rongga dada dan musculus cricoaritenoideus posterior terangsang sehingga
kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh
tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan
menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan
merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring
mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2
arterial dan hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial
CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara (Ratiola,
2000).
d. Fungsi Sirkulasi.
Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian
tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return.Perangsangan dinding
laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti
jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring (Ratiola,
2000).
e. Fungsi Fiksasi.
Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi,
misalnya batuk, bersin dan mengedan (Ratiola, 2000).
f. Fungsi Menelan.
Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
terlangsungnya proses menelan. Pada waktu menelan faring bagian bawah
mengalami kontraksi sepanjang cartilago cricoidea dan cartilago tiroidea, serta
menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke
bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.Laring menutup untuk mencegah
makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan
menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis. Epiglotis menjadi
lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga
makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan masuk ke
sinus piriformis lalu ke hiatus esophagus (Ratiola, 2000).

g. Fungsi Batuk.
Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak
menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi
benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada
mukosa laring (Ratiola, 2000).

h. Fungsi Ekspektorasi.
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut (Ratiola, 2000).
i. Fungsi Emosi
Perubahan emosi dapat menyebabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada
waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan (Ratiola, 2000).

2.1.5. Patofisiologi

Paparan terdahap karsinogen berulang-ulang akan menyebabkan struktur


DNA sel normal akan terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan proliferasi
abnormal. Adanya mutasi serta perubahan pada fungsi dan karakteristik sel
berakibat padaburuknya sistem perbaikan sel dan terjadilah apoptosis serta
kematian sel. Pro-onkogen akan terus meningkat sementara tumor supressor gen
menurun, keadaan ini mengakibatkan proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik
yang akan mengambil suply oksigen, darah dan nutrien dari sel normal sehingga
penderitaakan mengalami penurunan berat badan. Selain itu akan terjadi
penurunan serta destruksi komponen darah, penurunan trombosit menyebabkan
gangguan perdarahan, penurunan jumlah eritrosit menyebabkan anemia dan
penurunan leukosit menyebabkan gangguan status imunologi pasien. Proliferasi
sel kanker yang terus berlanjut hingga membentuk suatu masa mengakibatkan
kompresi pada pembuluh darah sekitar dan saraf sehingga terjadilah odinofagi,
disfagi, dan nyeri pada kartilago tiroid. Massa tersebut juga mengakibatkan
hambatan pada jalan nafas. Iritasi pada nervus laringeus menyebabkan suara
menjadi serak. Jika mutase yang terjadi sangat progresif, kanker dapat
bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah bening. (Munir M, 2007).
2.1.6. Pathway

Faktor predisposisi :Alkohol, rokok, radiasi, zat kimia


karsinogenik lainnya.

Proliferasi abnormal sel laring

Diferensiasi buruk sel inang

CA. Laring

Metastase supraglotik Plica vocalis Menekan/mengiritasi


serabut saraf Obstruksi jalan
napas

Obstruksi lumen Suara parau


esofagus
Nyeri dipersepsikan Mengiritasi sel
laring
Afonia

Disfagia progresif Gangguan rasa


nyaman : nyeri Infeksi
Gangguan
komunikasi
Penurunan intake verbal
makanan Akumulasi
sekret

Penurunan berat
badan Bersihan jalan
tidak efektif

Perubahan nutrisi:
kurang dari
kebutuhan tubuh
2.1.7. Jenis-jenis CA Laring
Klasifikasi tumor ganas laring berdasarkan AJCC, 2006 dalam, sebagai berikut:
3.2.1 Supraglotis
1) T1: Tumor terbatas pada satu sub bagian supraglotis dengan pergerakan pita
suara asli masih normal.
2) T2: Tumor menginfasi >1 mukosa yang berdekatan dengan supraglotis atau
glotis atau daerah di luar supraglotis (misalnya: mukosa dasar lidah, vallecula,
dinding medial sinus pyriformis) tanpa fiksasi laring.
3) T3: Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli dan/atau
menginvasi area postkrikoid, jaringan pre-epiglotik, ruang paraglotik dan/atau
invasi minor kartilago tiroid.
4) T4 a: Tumor menginvasi melalui kartilago tiroid/atau jaringan yang jauh dari
laring (misalnya: trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid
atau esofagus).
5) T4b: Tumor menginvasi ruang preventebra, sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum
3.2.2 Glotis
1) T1: Tumor terbatas pada pita suara asli (mungkin melibatkan komisura anterior
atau posterior) dengan pergerakan yang normal
2) T1a: Tumor terbatas pada satu pita suara asli
3) T1b: Tumor melibatkan kedua pita suara asli
4) T2: Tumor meluas ke supraglotis dan atau subglotis, dan atau dengan gangguan
pergerakan pita suara asli
5) T3: Tumor pada laring dan fiksasi pita suara asli dan atau menginvasi ruang
paraglotik dan/atau erosi minor kartilago tiroid
6) T4a: Tumor menginvasi kartilago tiroid dan atau jaringan yang jauh dari laring
(misalnya: trakea, muskulus eksrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid, atau
esofagus)
7) T4b: Tumor menginvasi ruang preventebra, sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum
3.2.3 Subglotis
1) T1: Tumor terbatas pada subglotis
2) T2: tumor meluas ke pita suara asli dengan pergerakan yang normal atau terjadi
gangguan
3) T3: Tumor terbatas pada jaringan dengan fiksasi pita suara asli
4) T4a: Tumor mrnginvasi kartilago tiroid dan atau jaringan yang jauh dan laring
(misalnya: trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid, atau
esofagus)
5) T4b: Tumor menginvasi prevertebra sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum

2.1.8. Penatalaksanaan Karsinoma Laring


Penatalaksanaan karsinoma laring dapat berupa kemoterapi, radioterapi maupun
operasi (laringektomi) serta kombinasi ketiganya. Dari data didapatkan sebanyak 14%
penderita menjalani operasi, 6% menjalani radioterapi, sebanyak 44% menjalani operasi
dan radioterapi, sebanyak 28% menjalani operasi, radioterapi dan kemoterapi dan
sebanyak 8% kemoiradiasi. Sebagaian besar penderita mendapatkan operasi total
laringektomi yang dilanjutkan dengan radioterapi.

2.1.9. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah fistula. Dari data yang didapatkan
sebanyak 6% pasien menderita stenosis, sebanyak 12% pasien mendapat komplikasi
fistula dan 4% terjadi rekurensi. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian oleh hermani
dkk tahun 2000. Yang menyatakan bahwa karsinoma laring lebih banyak mengenai laki-
laki dari pada perempuan usia terbanyak dialami pada dekade 5-6, begitu juga dengan
faktor resiko yang menyebabkan yaitu rokok dan alkohol. Pasien datang pada umumnya
dengan keluhan suara serak yang meningkat menjadi sesak nafas seiring dengan
meningkatnya stadium dari tumor.

2.1.10. Prognosis
Angka kesintasan 5 tahun pada pasien karsinoma laring stadium awal adalah
sebesar 95%. Angka kesintasan pada pasien yang mendapat terapi radiasi dan laryngeal
preservation surgery dilaporkan di atas 90% pada kanker stadium I dan sekitar 80% pada
kanker stadium II. Karsinoma laring stadium lanjut (III dan IV) berkaitan dengan risiko
tinggi rekurensi lokal dan metastasis jauh. Studi prospektif acak Veteran Affairs (VA)
yang membandingkan karsinoma laring stadium lanjut yang diterapi dengan terapi
radiasi dan pembedahan definitif menunjukkan angka kesintasan 2 tahun yang mirip,
yaitu 68%. Studi lain, seperti studi EROTC (European Organization for Research and
Treatment of Cancer) juga mendukung hasil tersebut. Seiring berkembangnya teknik
pembedahan, gabungan antara terapi radiasi atau kemoradioterapi pasca bedah dengan
tindakan bedah yang menjaga fungsi laring (laryngeal preservation), terkadang via
tindakan invasif minimal, telah meningkatkan prognosis pasien karsinoma laring stadium
lanjut. Berbagai studi melaporkan bahwa tindakan ini menghasilkan 5-year local control
rate sebesar 69-76% dan angka kesintasan keseluruhan 37% (Alomedika.com, 2021).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada masalah CA Laring


A. Pengkajian
1. Pengkajian primer

Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara serak
yang tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran dan perubahan
pada daerah leher. Menurut Cody D. Thaher, C. Long Barbara, Harrison,
Sjmsuhidayat dan Suddart Bunner pada pengkajian akan didapatkan data sebagai
berikut :
a) Usia
b) Jenis kelamin : Laki laki lebih banyak dari pada perempuan 2 : 1
c) Pekerjaan:Pekerjaan yang menggunakan suara yang berlebihan, seperti
apenyanyi, penceramah, dosen.
d) Alamat : Tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran polusi yang tinggi,
seperti tinggal di wilayah industri.
e) Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. Sulit
menelan,sulit bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk, penurunan berat
badan, nyeri tenggorok, lemah.

2. Pengkajian sekunder
a) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan umum
(2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Respirasi dan Nadi
(3) Pengukuran BB
(4) Kepala
(5) Pembengkakan kelenjar limfe post dan pre aurikel
(6) Leher

b) Pemeriksaan Penunjang
(1) Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi terhadap
sisi luar laring pada leher dan gerakangerakan pada saat menelan. Pada
kanker laring gerakan menelan akan bergerak ke bawah saat inspirasi atau
tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan adanya pembesaran dan nyeri.
(2) Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada tenggorokan.
(3) Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium menunjukkan adanya
lesi-lesi loca
(4) Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi respon
pengobatan.
3. Riwayat penyakit sekarang : Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak
pada pasien dengan kanker pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan
nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di
belakang leher. Gejala lanjut meiputi disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.
4. Riwayat penyakit dahulu : adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit
tenggorokan, riwayat epiglottis.
5. Riwayat penyakit keluarga : Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa positif
kanker laring.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau
seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta
sekresi banyak dan kental.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan
batang suara).
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh
sel-sel tumor
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
saluran pencernaan.(disfagia)
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi
wajah dan leher.

C. Perencanaan Keperawatan

Intervensi
No Diagnosa Kepewatan
Tujuan Rencana keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak Pola napas membaik Manajemen jalan napas (1.01011)
efektif b.d spasme jalan (L.01003)
napas Observasi:
Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas
asuhan keperawatan (frekuensi,kedalaman,usaha
3x24 jam di harapkan napas)
bersihan jalan napas 2. Monitor jalan napas tambahan
tidak efektif dapat (mis.
teratasi dengan kriteria Gurglin,mengi,wheezing,ronkhi
hasil: kering)
3. Monitor sputum
a. Frekuensi napas (jumlah,warna,aroma)
membaik Terapeutik :
b. Frekuensi napas 1. Pertahankan kepatenan jalan
membaik napas dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thurst jika curiga trauma
servikal)
2. Posisikan semi-fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterpi dada, jika
perlu
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
Edukasi:
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif

Diagnosis Keperawatan Intervensi


No Tujuan Rencana Keperawatan
2. Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri menurun Manajemen nyeri menurun
pencedera fisik
Pasien akan terbebas Observasi:
dari nyeri selama dalam 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,du
perawatan. rasi,frekuensi,kualitas
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Identifikasi skala nyeri
Objektif: 4. Monitor efek samping
Setelah dilakukan penggunaan analgesik
asuhan keperawatan 5. Identifikasi faktor yang
selama 3x24 jam memperberat danmemperingan
diharapkan nyeri nyeri
berkurang dengan
sekitarnya dengan Terapeutik:
kriteria hasil: 1. Berikan teknik non farmokologis
1. Keluhan nyeri untuk untuk mengurangi rasa
menuruh nyeri dengan teknik relaksasi
2. Gelisah menurun napas dalam
3. Tekanan darah 2. Kontrol lingkungan yang
menurun memperberat rasa nyeri

Edukasi:
1. Jalankan strategi meredakan
nyeri
- Kolaborasi pemberian
analgesik

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme 1. Memotivasi pasien untuk bernafas
jalan napas pelan,dalam, dan batuk
2. Memonitor status pernapasan
3. Melakukan penyedotan melalui endotrakea
atau nasotrakea

2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri.


2. Melakukan pengkajian skala nyeri
3. Melakukan tanda-tanda vital
4. Menganjurkan pasien intuk melakukan
teknik relaksasi napas dalam
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgesik

2.3 Konsep Psikososial


Pasien terlihat cemas dengan kondisinya yang menurun, pasien mengungkapkan
kurang bertenaga sejak sakit dan khawatir akan membebani anak dan cucunya.

2.4 Konsep Spiritual


Pasien mengatakan bahwa ia beragama Kristen Protestan, pasien tetap mengikuti
kegiatan ibadah walaupun sedang sakit. Namun sejak, sakit pasien mulai jarang
mengikuti ibadah apabila kondisinya sedang lemah.

2.5 Konsep Sosial dan Budaya


Pasien mengatakan bahwa dia beretnis Rote, pasien mengatakan bahwa budaya masih dia
percayai dan mempengaruhi dalam menentukan keputusan terhadap kondisi
kesehatannya.

BAB 3
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Identitas Klien dan Penangung Jawab


Klien atas nama Ny. A.N, jenis kelamin perempuan berusia 71 tahun, status
perkawinan cerai mati, agama Kristen Protestan, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
IPT dan bersuku bangsa Rote. Identitas penangung jawab atas nama Ny. A.K, jenis
kelamin perempuan, usia 27 tahun yang merupakan cucu kandung dari klien.
Pekerjaan pedagang dan tinggal serumah dengan klien.

3.2 Riwayat Kesehatan


Tingkat kesadaran klien composmentis; E : 4, V : 5 dan M : 6. Keluhan utama
yang dirasakan saat pengkajian adalah pasien mengatakan sulit bernapas dan batuk-
batuk. Sifat keluhan menetap dan tidak ada perbaikan kondisi. Keluhan lain yang
menyertai antara lain; klien susah makan mengakibatkan berat badan menurun dan
terjadinya kerontokan rambut. Klien memiliki riwayat penyakit asam urat, cara
mengatasinya klien berobat ke puskesmas terdekat.

3.3 Riwayat Penyakit


Klien mengatakan telah mengalami sejak April 2021, awalnya muncul benjolan
kecil yang gatal di area pipi kanan tepat diatas os. mandibularis. Karena benjolan
makin membesar dan menyebabkan pasien mengalami kesulitan bernafas maka klien
berinisiatif untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas. Setelah diperiksa di
puskesmas, klien kemudian dirujuk ke RSUD S.K Lerik kota Kupang dan kemudian
didiagnosis mengalami CA Laring stadium 2 yang merupakan metastase dari kanker
mukosa disekitar area mandibularis dekstra. Operasi pengangkatan kanker dilakukan
pada 24 Agustus 2021.

3.4 Pemeriksaan Fisik


3.4.1 Kepala
Tidak terdapat benjolan abnormal di area kepala, distribusi rambut tidak
merata, terdapat luka post operasi di pipi kanan ± 5 cm. Bentuk kepala normal,
mata dan telinga simetris, tidak terdapat polip atau sumbatan pada hidung.
Tidak terdapat gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman dan perasa.
Tidak terdapat gigi geraham atas kanan dan bawah, mukosa mulut normal.

3.4.2 Leher
Terdapat luka post operasi trakeostomi, tidak terdapat warna abnormal
pada kulit leher. Bentuk leher simetris, tidak terdapat benjolan abnormal
disekitar leher kiri maupun kanan.

3.4.3 Dada
Bentuk dada simetris, terdapat bunyi ronki pada ics 3 sinistra. Tidak ada
penggunaan otot bantu napas.

3.4.4 Ekstremitas
Tonus otot baik, rentang gerak leluasa, tidak ada hambatan gerakan,
kekuatan otot berskala 5 pada semua kuadran ekstremitas, tidak terdapat
kelainan pada ekstremitas.

3.4.5 Abdomen
Tidak terdapat abnormalitas bentuk abdomen, distribusi warna kulit
abdomen normal, tidak terdapat lesi, tidak teraba masa, bising usus terdengar di
kuadran bawah abdomen dengan frekuensi 16 kali permenit.
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan CA Laring
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
Direktorat : Jln. Piet A. Tallo – Kupang, Telp : (03 881880 ; 880880
Fax (0380) 8553418 ; email : poltekkeskupang@yahoo.com
PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT

Nama Klien : Ny. A.L.N Diagnosa medik : CA Laring

Sumber Dana : BPJS


Kesehatan

KESADARAN SIRKULASI/CAIRAN PERKEMIHAN PERNAFASAN


UMUM

Kesadaran: Edema (-) Pola BAK: Frekuensi : ± 6 X/hari


Composmentis
GCS: 15 Asites (-) Volume: 700 ml/cc Sianosis: (-)

Tekanana Akral : Normal Hematuri: (-) Lendir: (+)


Darah:100/70 mmHg
Bunyi Jantung: S1-S2 Poliuri: (-) Irama: (-)

Pernafasan: 18x/menit Tanda perdarahan: (-) Oliguri: (-) Wheezing: (-)

Nadi: 72x/m Purpura: (-) Disuri: (-) Ronchi: (+)

Suhu:36,4 ºc Peteki: (-) Inkontinensi: (-) otot bantu pernafasan: (-)

Hematom: (-) Retensi: (-) Aalat bantu nafas: (-)


Hematemesis: (-) Nyeri saat BAK: (-) Dispnea: (-)

Melena: (-) Kemampuan BAK Sesak: (+)

Epistaksis: (-) Mandiri: (+) Stridor: (-)

Tanda Anemia Bantu sebagian

Konjungtiva Pucat: (-) Tergantung NEUROSENSORI

Bibir Pucat: (-) Alat bantu Fungsi Penglihatan

Akrar: (-) Jika ya: .sebukan Buram: (-)

Tanda Dehidrasi Tidak:  Tidak bias melihat: (-)

Mata cekung: (-) Gunakan obat Alat Bantu: (-)

Bibir kering: (-) JIka ya: sebutkan Visus: Normal

Turgor kulit elastis: (-) Tidak Fungsi Pendengaran

Pusing: (-) Kemampuan BAB Kurang jelas: (-)

Berkeringat: (-) Mandiri: (+) Tuli: (-)

Kesemutan: (-) Bantu sebagian ALat bantu: (-)

Rasa haus: (-) Tergantung Tinitus: (-)

CRT > 3 detik: (-) Alat Bantu Fungsi Perabaan

Ya: sebutkan Kesemutan Pada: (-)

Tidak: Kebas Pada: (-)


PENCERNAAN MUSKULOSKELETAL INTEGUMEN Paraplegi/hemiplegi: (-)

Mual: (-) Tonus otot: (+) Jaringan parut: (-) Parase: (-)

Muntah: (-) Kontraktur: (-) Memar: (-) dll

Kembung: (-) Fraktur: (-) Laserasi: (+)

Anoreksia: (-) Nyeri otot/tulang: (-) Ulserasi: (-)

Sulit menelan: (+) Drop Foot: (-) Pus/Nanah: (-) Fungsi Perasa

Disphasia: (-) Jika ya: Lokasi Melepuh: (-) Mampu: (+)

Bau nafas: Khas …………. Hematome: (-) Terganggu

Kerusakan : Tremor: (-) Luka bakar: (-) Fungsi Penciuman

Gigi: (+) Malaise: (-) JIka ya: lokasi Mampu: (+)

Gusi: (-) Fatique: (-) Terganggu

Lidah: (-) Atropi: (-) Perubahan warna kulit: (-)

Geraham: (-) Kekuatan Otot: 5 5 Dekubitus: (-) KEBERSIHAN DIRI


5 5
Distensi abdomen: (-) Postur tidak normal: (-) Jika ya: lokasi Gigi/mulut kotor: (-)

Bising Ekstremitas atas ……. Mata kotor: (-)


Usus: 10 X/menit

Konstipasi: (-) Bebas: (-) Derajat: …. Kulit kotor: (-)

Diare: (-) X/hari Terbatas: (-) Hidung kotor: (-)


Hemaroid: (-) Kelemahan (kanan/Kiri) ISTIRAHAT DAN TIDUR Telinga kotor: (-)
(-)
massa di abdomen: (-) Kelumpuhan (kanan/ Susah tidur: (-) Kuku Kotor dan panjang: (-)
Kiri): (-)

Stomatitis: (-) Ektremitas bawah Waktu tidur: (Malam 22:00-04:00) Genitalia/perianal kotor: (-)

Warna: Normal Bebas: (-) Bantuan obat: Rambut - kepala kotor: (-)

Riwayat Obat terbatas ……………………………….. PERAWATAN DIRI SEHARIA_HARI


pencahar: (-)

………………. …………………………… Mandi

Konsistensi: (-) Kelemahan (kanan/Kiri) KOMUNIKASI DAN BUDAYA Mandiri: (+)


(-)
Diet Khusus: (-) Kelumpuhan (kanan/ Berinterkasi dengan keluarga: Komunikasi Bantu sebagian
Kiri): (-) Dalam keluarga baik dan intens

Kebiasaan makan Berdiri Baik: (+) Tergantung

Mandiri: (+) Mandiri Terhambat Berpakaian

Bantu sebagian Sebagian di bantu Berkomunikasi Mandiri: (+)

Tergantung Tergantung Lancar: (+) Bantu sebagian

Alergi Alat bantu: Terhambat Tergantung


Makanan/Minuman

Jika ya: sebutkan Nyeri Kegiatan social sehari- hari: Berdandan: (-)

(-) (PQRST) …………


SPIRITUAL: Mandiri: (+)

• Apa yang menjadi sumber, kekuatan Bantu sebagian


klien
Alat bantu: • Apa yang menjadi harapan, klien Tergantung
• Apa makna kehidupan bagi klien
• PSIKOLOGIS • PERSEPSI KLIEN TENTANG SAKIT
• Bagaimana harapan klien terhadap perawatan yang
Cemas: (+) • Rendah diri: (-) di berikan: Pasien berharap untuk cepat sembuh

Denial: (-) • Menarik diri: (-) • Jika ada masalah , Bagaiaman klien
menyelesaikannya: Mengambil keputusan dibantu
Marah: (-) • Agresif: (-) keluarga

Takut: (-) • Perilaku • Apakah klien merasa cemas dan takut?


kekerasan:(-)
Putus asa: (-) • Tidak mau lihat • Jika ya… Apa penyebabnya
bagian tubuh yang
Depresi: (-) rusak: (-)

KETERANGAN TAMBAHAN TERKAIT KLIEN

Laboratorium Radiologi EKG USG

DL : Tidak ada kelainan X-ray : Masa abnormal mandi bula - -


dekstra
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Spasme jalan napas


2. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik

Mengetahui Hari/Tgl:09 November 2021


Koordinator Perawat.
Perawat Pelaksana

Ns. Maria Irene Bela S.Kep Ricky Marthin Ly., S.Kep


Diagnosa-Evaluasi Keperawatan

Hari Intervensi
No Tanggal Diagnosa
Kepewatan Tujuan Rencana keperawatan
1. Selasa Bersihan Pola napas membaik Manajemen jalan napas
09 / 21 jalan napas (L.01003) (1.01011)
/11 tidak efektif
b.d spasme Setelah dilakukan Observasi:
jalan napas asuhan keperawatan 4. Monitor pola napas
3x24 jam di harapkan (frekuensi,kedalaman,usaha
bersihan jalan napas napas)
tidak efektif dapat 5. Monitor jalan napas tambahan
teratasi dengan (mis.
kriteria hasil: Gurglin,mengi,wheezing,ronkh
i kering)
c. Frekuensi napas 6. Monitor sputum
membaik (jumlah,warna,aroma)
d. Frekuensi napas Terapeutik :
membaik 7. Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thurst jika
curiga trauma servikal)
8. Posisikan semi-fowler
9. Berikan minum hangat
10. Lakukan fisioterpi dada, jika
perlu
11. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
12. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
Edukasi:
3. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
4. Ajarkan teknik batuk efektif

2. Selasa Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri menurun


09/21 b.d agen menurun
/11 pencedera Observasi:
fisik Pasien akan terbebas 6. Identifikasi lokasi,karakteristik,
dari nyeri selama durasi,frekuensi,kualitas
dalam perawatan. 7. Monitor tanda-tanda vital
8. Identifikasi skala nyeri
9. Monitor efek samping
Objektif: penggunaan analgesik
Setelah dilakukan 10. Identifikasi faktor yang
asuhan keperawatan memperberat danmemperingan
selama 3x24 jam nyeri
diharapkan nyeri
berkurang dengan Terapeutik:
sekitarnya dengan 3. Berikan teknik non
kriteria hasil: farmokologis untuk untuk
4. Keluhan nyeri mengurangi rasa nyeri dengan
menuruh teknik relaksasi napas dalam
5. Gelisah menurun 4. Kontrol lingkungan yang
6. Tekanan darah memperberat rasa nyeri
menurun
Edukasi:
2. Jalankan strategi meredakan
nyeri
- Kolaborasi pemberian
analgesik

No Diagnosa Keperawatan Hari Jam Implementasi Evaluasi


Tanggal Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak Selasa 09/21 13.30 1. Memotivasi S: klien mengatakan
efektif b.d spasme jalan /11 pasien untuk nyaman dan
napas bernafas bernafas dengan
13.45 pelan,dalam, baik
dan batuk
13.55 2. Memonitor O: KU : Baik,
status kesadaran: cm
pernapasan Observasi ttv:
3. Melakukan TD: 110/80mmHg
penyedotan N : 96x/menit
melalui S : 36ºc
endotrakea RR : 20x/menit
atau
nasotrakea A: Masalah teratasi
sebagian

P : Lanjutkan
intervensi 2 dan 3
2. Nyeri akut b.d agen Selasa 09/21 14.00 1. S: Pasien
pencedera fisik /11 Mengidentifik mengatakan nyeri
14.10 asi lokasi luka di bagian CA
nyeri. laringnya
14.15 2. Melakukan
pengkajian O: Ekspresi wajah
14.20 skala nyeri pasien tampak
3. Melakukan meringgis
tanda-tanda KU: baik,
14.25 vital Kesadaran: cm
4. Menganjurkan Observasi ttv:
pasien intuk TD: 120/70mmHg
melakukan N : 79x/menit
teknik S : 36ºc
relaksasi RR: 20x/menit
napas dalam
5. Melakukan A: Masalah teratasi
kolaborasi sebagian
dengan dokter
dalam P: Lanjutkan
pemberian intervensi 2,3,4,5
obat analgesik

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. Laryngeal and Hypopharyngeal Cancers.


Washington: American Cancer Society; 2016.
Siti HH. Tumor Ganas Laring. USU (Internet). 2004 (cited 2016 April 5);
Diunduh dari: http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti20%hajar.pdf
Toyibah R. Pengenalan vokal menggunakan sinyal EMG. (Internet). 2014
Februari (cited 2016 April 21);
Munir M. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
th
Leher: Keganasan di Bidang Telinga Hidung Tenggorok. 6 ed. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2007. p. 162-173.
Lee KJ. Essential Otorlaryngology: Head & Neck Surgery. USA: Mc
Graw- Hill; 2003. p. 597-605.
th
Snell RS. Clinical Anatomy: Head and Neck. 9 ed. Philadelphia: Wolters
Kluwer; 2013. p. 624-636.
th
Maqbool M. Textbook of Ear, Nose and Throat Diseases: Throat. 11 ed.
New Delhi, India: Jaypee Brothers; 2007. p. 307-312.
th
Adams GL, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar THT: Laring. 6 ed. Jakarta:
EGC; 2002. p. 176, 250-257.
https://www.alomedika.com/penyakit/telinga-hidung-tenggorokan/karsinoma-
laring/prognosis diakses pada 11 November 2021, pukul 23.50 Wita.

Lampiran

Lampiran 1
Gambar 1. Pengkajian pada pasien

Gambar 2. Pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien


Gambar 3. Pemeriksaan fisik pada pasien (auskultasi bunyi napas)

Gambar 4. Pengkajian keluarga pasien

Anda mungkin juga menyukai